Pengaruh motivasi usaha, jiwa kewirausahaan dan tingkat pendidikan terhadap sikap pengusaha kecil untuk mengambil kredit koperasi simpan pinjam : studi kasus pada pengusaha kecil di Koperasi Kredit ``Karsani`` Minggir Sleman Yogyakarta.

(1)

ABSTRAK

PENGARUH MOTIVASI USAHA, JIWA KEWIRAUSAHAAN, DAN TINGKAT PENDIDIKAN TERHADAP SIKAP PENGUSAHA KECIL

UNTUK MENGAMBIL KREDIT KOPERASI SIMPAN PINJAM Studi Kasus pada Pengusaha Kecil di Koperasi Kredit “ KARSANI ”

Minggir Sleman Yogyakarta Anastasia Dwi Purwanti Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2008

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) pengaruh motivasi usaha terhadap sikap pengusaha kecil untuk mengambil kredit koperasi simpan pinjam; (2) pengaruh jiwa kewirausahaan terhadap sikap pengusaha kecil untuk mengambil kredit koperasi simpan pinjam; dan (3) pengaruh tingkat pendidikan terhadap sikap pengusaha kecil untuk mengambil kredit koperasi simpan pinjam.

Penelitian ini dilaksanakan di Koperasi kredit “ KARSANI ” Minggir Sleman Yogyakarta pada bulan Juli sampai Agustus 2007. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 38 orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah sampling jenuh/sensus. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner, wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis korelasi product moment dan teknik analisis regresi sederhana.

Hasil penelitian menunjukkan: (1) motivasi usaha berpengaruh positif terhadap sikap pengusaha kecil untuk mengambil kredit koperasi simpan pinjam (p = 0,001 < α = 0,05); (2) jiwa kewirausahaan berpengaruh positif terhadap sikap pengusaha kecil untuk mengambil kredit koperasi simpan pinjam (p = 0,040 < α = 0,05); dan (3) tingkat pendidikan berpengaruh positif terhadap sikap pengusaha kecil untuk mengambil kredit koperasi simpan pinjam (p = 0,032 < α = 0,05).


(2)

ABSTRACT

THE INFLUENCE OF BUSINESS MOTIVATION,

ENTERPRENEURSHIP,AND LEVEL OF EDUCATION ON SMALL ENTERPRENEURS’ ATTITUDE

TO TAKE LOANS FROM CREDIT UNIONS

A case study on small entrepreneurs at “KARSANI’ Credit Union Minggir Sleman Yogyakarta

Anastasia Dwi Purwanti Sanata Dharma University

Yogyakarta 2008

The purpose of this research is to know : (1) the influence of business motivation on small enterpreneurs’ attitude to take loans from Credit Unions; (2) the influence of entrepreneurship on small enterpreneurs’ attitude to take loans from Credit Unions ; and (3) the influence of level of education on small enterpreneurs’ attitude to take loans from Credit Unions.

This research was carried out at “Karsani” Credit Union, Minggir - Sleman – Yogyakarta, from July to August 2007. The population in this research consisted of 38 small entrepreneurs. Technique for taking samples was registration whereas data collection technique were questionnaire, interview and documentation. Techniques for analysing the data were product moment correlation analyses and simple regression analyses.

The result of this research shows that : (1) business motivation has a positive influence on small enterpreneurs’ attitude to take loans from the Credit Union (

p

= 0,001 <

α

= 0,05) ; (2) entrepreneurship has a positive influence on small enterpreneurs’ attitude to take loans from Credit Unions (

p

= 0,040 <

α

= 0,05) and (3) level of education has a positive influence on the small enterpreneurs’ attitude to take loans from Credit Union (

p

= 0,032 <

α

= 0,05).


(3)

PENGARUH MOTIVASI USAHA, JIWA KEWIRAUSAHAAN DAN TINGKAT PENDIDIKAN TERHADAP SIKAP PENGUSAHA KECIL

UNTUK MENGAMBIL KREDIT KOPERASI SIMPAN PINJAM Studi kasus pada pengusaha kecil di Koperasi kredit “KARSANI” Minggir

Sleman Yogyakarta

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Akuntansi

Oleh:

ANASTASIA DWI PURWANTI NIM: 021334070

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2008


(4)

(5)

iii


(6)

HALAMAN MOTTO & PERSEMBAHAN

IA MEMBUAT SEGALA SESUATU

INDAH PADA WAKTUNYA

< PENGKOTBAH 3 : 11 A >

Skripsi ini khusus aku persembahkan untuk :

Tuhan Yesus Kristus Bunda Maria

Bapakku (A. Tugiman) & Ibuku (C. Sumi)

Kakakku Marcus Purwanto & Adikku Yuliana Isnu Romanti Keluarga besar Ranudimedja

Jikalau kamu tinggal di dalam Aku

dan Firman-Ku tinggal di dalam kamu,

mintalah apa saja yang kamu kehendaki

dan kamu akan menerimanya

( Yoh 15 : 17 )


(7)

(8)

ABSTRAK

PENGARUH MOTIVASI USAHA, JIWA KEWIRAUSAHAAN, DAN TINGKAT PENDIDIKAN TERHADAP SIKAP PENGUSAHA KECIL

UNTUK MENGAMBIL KREDIT KOPERASI SIMPAN PINJAM Studi Kasus pada Pengusaha Kecil di Koperasi Kredit “ KARSANI ”

Minggir Sleman Yogyakarta Anastasia Dwi Purwanti Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2008

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) pengaruh motivasi usaha terhadap sikap pengusaha kecil untuk mengambil kredit koperasi simpan pinjam; (2) pengaruh jiwa kewirausahaan terhadap sikap pengusaha kecil untuk mengambil kredit koperasi simpan pinjam; dan (3) pengaruh tingkat pendidikan terhadap sikap pengusaha kecil untuk mengambil kredit koperasi simpan pinjam.

Penelitian ini dilaksanakan di Koperasi kredit “ KARSANI ” Minggir Sleman Yogyakarta pada bulan Juli sampai Agustus 2007. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 38 orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah sampling jenuh/sensus. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner, wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis korelasi product moment dan teknik analisis regresi sederhana.

Hasil penelitian menunjukkan: (1) motivasi usaha berpengaruh positif terhadap sikap pengusaha kecil untuk mengambil kredit koperasi simpan pinjam (p = 0,001 < α = 0,05); (2) jiwa kewirausahaan berpengaruh positif terhadap sikap pengusaha kecil untuk mengambil kredit koperasi simpan pinjam (p = 0,040 < α = 0,05); dan (3) tingkat pendidikan berpengaruh positif terhadap sikap pengusaha kecil untuk mengambil kredit koperasi simpan pinjam (p = 0,032 < α = 0,05).


(9)

ABSTRACT

THE INFLUENCE OF BUSINESS MOTIVATION,

ENTERPRENEURSHIP,AND LEVEL OF EDUCATION ON SMALL ENTERPRENEURS’ ATTITUDE

TO TAKE LOANS FROM CREDIT UNIONS

A case study on small entrepreneurs at “KARSANI’ Credit Union Minggir Sleman Yogyakarta

Anastasia Dwi Purwanti Sanata Dharma University

Yogyakarta 2008

The purpose of this research is to know : (1) the influence of business motivation on small enterpreneurs’ attitude to take loans from Credit Unions; (2) the influence of entrepreneurship on small enterpreneurs’ attitude to take loans from Credit Unions ; and (3) the influence of level of education on small enterpreneurs’ attitude to take loans from Credit Unions.

This research was carried out at “Karsani” Credit Union, Minggir - Sleman – Yogyakarta, from July to August 2007. The population in this research consisted of 38 small entrepreneurs. Technique for taking samples was registration whereas data collection technique were questionnaire, interview and documentation. Techniques for analysing the data were product moment correlation analyses and simple regression analyses.

The result of this research shows that : (1) business motivation has a positive influence on small enterpreneurs’ attitude to take loans from the Credit Union ( p = 0,001 <

α

= 0,05) ; (2) entrepreneurship has a positive influence on small enterpreneurs’ attitude to take loans from Credit Unions ( p = 0,040 <

α

= 0,05) and (3) level of education has a positive influence on the small enterpreneurs’ attitude to take loans from Credit Union ( p = 0,032 <

α

= 0,05).


(10)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Pengaruh Motivasi Usaha, Jiwa Kewirausahaan Dan Tingkat Pendidikan Terhadap Sikap Pengusaha Kecil Untuk Mengambil Kredit Koperasi Simpan Pinjam”. Studi kasus pada pengusaha kecil di Koperasi kredit “KARSANI” Minggir Sleman Yogyakarta.

Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi syarat untuk mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan. Terselesaikannya skripsi ini tidak lepas dari bimbingan, pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati penulis ingin menyampaikan rasa syukur dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Bapak Y. Harsoyo, S.Pd., M.Si., selaku Ketua Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Sanata Dharma.

3. Bapak L. Saptono, S.Pd., M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma.

4. Bapak S. Widanarto P., S.Pd., M.Si. selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, memberikan kritik, dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini.


(11)

5. Ibu B. Indah Nugraheni, S.Pd., S.I.P., M.Pd dan ibu Natalina Premastuti Brataningrum, S.Pd selaku dosen tamu yang telah memberikan saran dalam skripsi ini.

6. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah memberikan ilmunya dan mendidik saya sehingga berguna untuk masa depan saya.

7. Mba’ Aris dan Pak Wawi yang telah melayani dan membantu selama menyelesaikan pendidikan di Univeritas Sanata Dharma Yogyakarta.

8. kepada Bapak Surasa, (makasih atas segala bantuan, saran serta kritik2nya). Mas Gunadi n Mbak Suprihatin (Maaf jika selalu ngrepotin Mas n Mbak, Makasih juga sudah mau direpoti).

9. Kepada Mas Kristanto di Kopdit makmur Magelang makasih atas segala bantuannya selama penelitian. Makasih juga buat mas Joko atas infonya. 10. Kepada segenap responden Kopdit Karsani Minggir Sleman Yogyakarta dan

Kopdit Makmur Magelang. Terimakasih mau bersedia mengisi kuesioner. 11. Kedua orang tuaku (Bpk Athanasius Tugiman dan Ibu Chatarina Sumi)

makasih atas segala dukungan yang diberikan selama ini. Makasih juga atas doa-doanya.

12. Kakaku (Mas Marcus Purwanto & adelfina maarisit) & adikku (Yuliana Isnu Romanti) makasih atas segala dukungan n doanya. Akhirnya aq lulus... 13. Keluarga besar Ranudimedja: Mbah Ranudimedja ( kakung n putri ), pak’lek

Kantar n bulek Luci serta elin n krisna, pak’lek Pangat N bulek Aniek serta Dika n nia, Pak’lek Ngateman beserta bulek, Pak’lek Lukas n Bulek Endah


(12)

14. Mas Endutku (mas Supriyadi)....makasih atas segala bantuan selama ini. Atas cinta dan kasih sayangnya...

15. Sahabat-sahabatku : Lusi, Yuni, Ca2t, Yo2k, Kriwol n Lamdos makasih atas persahatan yang indah ini. Kapan kita turing lagi...hee...heee..hee.

16. Muntari ”makasih atas segala bantuannya” juga untuk wi2n dan Kriwol makasih mau membantu mengolah data dan menemani jalan kaki dari Jogja ampe Muntilan.

17. Terimakasih juga kepada PAK 2002 khususnya PAK B ”Erma, dewi, iin, goris n eri, imas, Bowo, Boim, Harso, Fanya, Indri, Tyas dan Eli.

18. Teman2ku Sastro, Tobing, Banu, Lia n Ci2l, Purwanti n dwi, serta teman satu kost vero n ita.

19. Temen-temen Muntilan makasih atas dukungannya.... ( Mas Boy, Ugi, Rois, Harno, wahyuni, Puji, n mas Mamet).

20. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu oleh penulis.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan. Oleh karenanya penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari berbagai pihak. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Yogyakarta, Januari 2008

Anastasia Dwi Purwanti


(13)

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Anastasia Dwi Purwanti Nomor Mahasiswa : 021334070

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul : “Pengaruh Motivasi Usaha, Jiwa Kewirausahaan Dan Tingkat Pendidikan Terhadap Sikap Pengusaha Kecil Untuk Mengambil Kredit Koperasi Simpan Pinjam” beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalty saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal: 29 Februari 2008 Yang menyatakan

(Anastasia Dwi Purwanti)


(14)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN MOTTO & PERSEMBAHAN... iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... ... v

ABSTRAK... vi

ABSTRACT... vii

KATA PENGANTAR... viii

DAFTAR ISI... xii

DAFTAR TABEL... xvii

DAFTAR LAMPIRAN... xviii

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Batasan Masalah ... 5

D. Tujuan Penelitian ... 5

E. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 8

A. Motivasi ... 8

1. Pengertian motivasi... 8

2. Teori motivasi ... 11

3. Ciri-ciri motivasi menurut RH Wiwoho ... 17

4. Manfaat motivasi... 29


(15)

B. Jiwa kewirausahaan... 30

1. Pengertian kewirausahaan... 30

2. Pengertian wirausaha ... 32

3. Karakteristik kewirausahaan ... 33

4. Nilai-nilai kewirausahaan... 37

C. Tingkat pendidikan ... 42

1. Pengertian pendidikan... 42

2. Jenis-jenis pendidikan ... 43

3. Arti penting pendidikan ... 44

4. Tujuan pendidikan menurut para pakar... 45

D. Sikap... 46

1. Pengertian sikap ... 46

2. Karakteristik sikap ... 49

3. Struktur sikap ... 51

4. Pembentukan sikap ... 53

5. Ciri-ciri Attitude... 54

6. Metode-metode attitude ... 55

E. Usaha kecil ... 55

1. Pengertian usaha kecil... 55

2. Ciri-ciri usaha kecil ... 56

F. Koperasi ... 58

1. Pengertian koperasi ... 58

2. Pengertian koperasi simpan pinjam ... 59


(16)

G. Kredit ... 60

1. Pengertian kredit ... 60

2. Jenis-jenis kredit... 61

H. Kerangka berfikir ... 63

1. Pengaruh motivasi usaha terhadap sikap pengusaha kecil untuk mengambil kredit koperasi simpan pinjam ... 63

2. Pengaruh jiwa kewirausahaan terhadap sikap pengusaha kecil untuk mengambil kredit koperasi simpan pinjam ... 64

3. Pengaruh tingkat pendidikan terhadap sikap pengusaha kecil untuk mengambil kredit koperasi simpan pinjam ... 65

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 67

A. Jenis penelitian ... 67

B. Tempat dan waktu penelitian ... 67

1. Tempat penelitian... 67

2. Waktu penelitian ... 67

C. Subyek dan obyek penelitian ... 68

1. Subyek penelitian ... 68

2. Obyek penelitian ... 68

D. Variabel penelitian dan pengukuran... 68

1. Variabel penelitian ... 68

2. Pengukuran variabel... 69

E. Populasi penelitian ... 72

F. Teknik pengumpulan data ... 72


(17)

1. Dokumentasi ... 73

2. Wawancara... 73

3. Kuesioner ... 73

G. Teknik pengujian instrumen... 73

1. Uji kesahihan (validitas) kuesioner... 74

2. Uji keandalan (reliabilitas) kuesioner ... 77

H. Teknik analisis data... 79

1. Uji prasyarat ... 79

2. Uji hipotesis ... 80

BAB IV GAMBARAN UMUM KOPERASI... 83

A. Sejarah berdiri dan latar belakang pembentukan koperasi kredit Karsani Minggir ... 83

1. Sejarah berdirinya koperasi kredit Karsani Minggir... 83

2. Latar belakang pembentukan koperasi Kredit Karsani Minggir . 84 B. Visi, Misi dan Tujuan... 85

1. Visi ... 85

2. Misi ... 85

3. Tujuan ... 85

C. Struktur organisasi koperasi kredit Karsani Minggir ... 86

D. Pola kebijakan koperasi kredit Karsani Minggir tahun 2007... 87

1. Keanggotaan... 87

2. Simpanan... 90

3. Pinjaman ... 92


(18)

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN... 94

A. Deskripsi data... 94

1. Deskripsi responden ... 94

2. Deskripsi variabel... 94

B. Analisis data ... 98

1. Pengujian prasyarat analisis data ... 98

2. Pengujian hipotesis ... 100

C. Pembahasan hasil penelitian ... 106

1. Pembahasan pengaruh motivasi usaha terhadap sikap pengusaha kecil untuk mengambil kredit koperasi simpan pinjam ... 107

2. Pembahasan pengaruh jiwa kewirausahaan terhadap sikap pengusaha kecil untuk mengambil kredit koperasi simpan pinjam... 108

3. Pembahasan pengaruh tingkat pendidikan terhadap sikap pengusaha kecil untuk mengambil kredit koperasi simpan pinjam... 110

BAB VI KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN... 114

A. Kesimpulan ... 114

B. Keterbatasan... 115

C. Saran... 115

DAFTAR PUSTAKA...118

LAMPIRAN...120


(19)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel III.1 Skor pertanyaan... 70

Tabel III.2 Kisi-kisi kuesioner variabel motivasi usaha... 70

Tabel III.3 Kisi-kisi kuesioner variabel jiwa kewirausahaan... 71

Tabel III.4 Kisi-kisi kuesioner variabel sikap pengusaha kecil... 71

Tabel III.5 Rangkuman uji validitas motivasi usaha... 75

Tabel III.6 Rangkuman uji validitas jiwa kewirausahaan... 75

Tabel III.7 Rangkuman uji validitas sikap pengusaha kecil... 76

Tabel 5.1 Deskripsi jenis kelamin responden... 94

Tabel 5.2 Deskripsi variabel motivasi usaha... 95

Tabel 5.3 Deskripsi variabel jiwa kewirausahaan... 95

Tabel 5.4 Deskripsi variabel tingkat pendidikan... 96

Tabel 5.5 Deskripsi variabel sikap pengusaha kecil ... 97

Tabel 5.6 Hasil pengujian linieritas... 98

Tabel 5.7 Hasil pengujian normalitas... 99


(20)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Hal

Lampiran 1 Kuesioner penelitian... 120

Lampiran 2 Data prapenelitian... 128

Lampiran 3 Hasil uji validitas & reliabilitas... 131

Lampiran 4 Data induk... 143

Lampiran 5 Data distribusi frekuensi... 149

Lampiran 6 Lampiran hasil uji normalitas & linieritas... 154

Lampiran 7 Pengujian regresi... 156

Lampiran 8 Tabel... 162


(21)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kondisi perekonomian Indonesia sejak tahun 1997 menunjukkan penurunan yang sangat drastis. Hal ini ditandai dengan penurunan nilai mata uang rupiah, kenaikan harga-harga, meningkatnya pengangguran dan yang sangat memprihatinkan adalah kondisi pinjaman negara yang semakin besar sehingga semakin menambah kurang kepercayaan luar negeri kepada Indonesia.

Sejak krisis ekonomi tersebut, banyak perusahaan kecil maupun besar terpaksa gulung tikar. Dampak langsung dari perusahaan yang gulung tikar adalah banyaknya karyawan yang terkena PHK (Pemutusan Hubungan Kerja). Dengan banyaknya karyawan yang terkena PHK maka semakin menambah jumlah pengangguran di Indonesia.

Dengan adanya PHK menuntut mereka untuk mencari pekerjaan kembali agar roda perekonomian keluarga mereka terus berjalan. Sebagian dari mereka ada yang terserap ke dalam pekerjaan formal sedangkan sebagian lagi memutuskan untuk berwiraswasta (informal). Bagi mereka yang tidak bisa memasuki dunia kerja tersebut, tentu akan semakin menambah jumlah penggangguran sehingga pada akhirnya akan memicu jumlah penduduk miskin di Indonesia.


(22)

Kebutuhan akan dana (modal) untuk membiayai usahanya adalah masalah pokok dan paling sering dihadapi oleh setiap perusahaan atau wiraswastawan yang bergerak dalam bidang usaha apapun. Kebutuhan akan dana ini digunakan untuk modal investasi atau modal kerja. Dana memang dibutuhkan baik untuk usaha yang baru berdiri maupun yang sudah berjalan bertahun-tahun. Masyarakat mempunyai banyak pilihan dalam rangka memenuhi kebutuhan akan dana dalam rangka membiayai kegiatan usahanya. Koperasi simpan pinjam merupakan salah satu sumber dana bagi pengusaha kecil. Melalui lembaga keuangan ini, para pengusaha dapat meminjam dana yang mereka butuhkan dengan prosedur yang ringan.

Dalam kerangka inilah, membangun sebuah lembaga keuangan yang memiliki kepedulian dan kebijakan yang pro orang miskin menjadi sangat penting. Bila masyarakat miskin memiliki akses terhadap institusi keuangan, maka mereka bisa mendapatkan akses kredit dengan bunga yang wajar sehingga bisa mendorong berkembangnya usaha produktif. Bila penghasilan meningkat, maka mereka bisa mengembangkan akses mereka terhadap kebutuhan-kebutuhan dasar lainnya seperti pendidikan, kesehatan, dan tempat tinggal yang sehat

(http:www.access-indo.or.id/documents/bulletin%20april%2006.pdf). Apabila para pengusaha

kecil tersebut mendapatkan akses kredit usaha dari sebuah lembaga keuangan maka para pengusaha tersebut dapat memanfaatkan peluang yang dimiliki saat ini untuk mengembangkan usaha yang lebih baik dimasa yang akan datang.


(23)

Motivasi terbentuk dari kebutuhan manusia. Setiap kegiatan merupakan hasil dorongan motivasi. Manusia berusaha memuaskan kebutuhannya dan mereka memahami bahwa untuk memenuhi tujuan tersebut harus ada keinginan yang sangat kuat untuk mencapainya. Ini mengindikasikan bahwa tujuan harus ditetapkan secara jelas dan pasti. Untuk mencapai tujuan diperlukan suatu usaha, pengusaha kecil bisa mengembangkan pengetahuan, ketrampilan, keahlian dan kemampuan untuk mencapainya. Keinginan yang sangat kuat untuk mencapai suatu keberhasilan terhadap tujuan yang telah direncanakan merupakan salah satu motivasi seorang pengusaha. Salah satu kendala utama bagi pengusaha adalah terbenturnya dana guna memulai usaha barunya. Koperasi simpan pinjam merupakan salah satu lembaga keuangan dengan prosedur kredit yang mudah jika dibanding dengan Bank. Dengan dasar inilah, seorang pengusaha lebih termotivasi untuk meminjam dana dari koperasi simpan pinjam.

Pendidikan adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan diluar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Dengan pendidikan tersebut dapat ditingkatkan kemampuan, kecerdasan, ketrampilan, dan pengetahuannya. Seseorang dengan tingkat pendidikan yang tinggi, mempunyai pengetahuan yang luas. Begitu pula pada saat ia menghadapi permasalahan permodalan dalam usaha barunya. Ia mempunyai perhitungan-perhitungan tertentu dalam menganalisis prospek usahanya. Sehingga dengan dasar ini, ia berani mengambil kredit pada koperasi simpan pinjam.


(24)

Wirausaha selalu komitmen dalam melakukan tugasnya sampai berhasil. Ia tidak setengah-setengah dalam melakukan pekerjaannya. Karena itu, ia selalu tekun, ulet, pantang menyerah sebelum pekerjaannya berhasil. Dalam melakukan pekerjaan tersebut, wirausaha tidak bertindak spekulasi tetapi selalu penuh perhitungan. Ia berani mengambil risiko yang moderat, artinya risiko yang diambil tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah. Keberanian menghadapi risiko yang didukung oleh komitmen yang kuat, mendorong wirausaha untuk terus berjuang mencari peluang sampai ada hasil. Hasil-hasil itu harus nyata/jelas dan objektif, dan merupakan umpan balik (feed-back) bagi kelancaran kegiatannya. Dengan semangat optimisme yang

tinggi karena ada hasil yang diperoleh, maka uang selalu dikelola secara proaktif dan dipandang sebagai sumber daya (Suryana,2000:9). Dengan jiwa kewirausahaan yang tinggi, maka besar kemungkinan bagi pengusaha kecil untuk mengambil kredit di koperasi simpan pinjam.

Dengan berbagai dasar yang telah dikemukakan diatas, penulis mencoba meneliti sejauh mana pengaruh antara motivasi usaha, jiwa kewirausahaan, dan tingkat pendidikan dengan sikap pengusaha kecil untuk mengambil kredit koperasi. Judul yang akan penulis angkat adalah “PENGARUH MOTIVASI USAHA, JIWA KEWIRAUSAHAAN DAN TINGKAT PENDIDIKAN TERHADAP SIKAP PENGUSAHA KECIL UNTUK MENGAMBIL KREDIT KOPERASI SIMPAN PINJAM” Studi kasus pada pengusaha kecil di Koperasi kredit “KARSANI” Minggir Sleman Yogyakarta.


(25)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apakah ada pengaruh positif motivasi usaha terhadap sikap pengusaha kecil untuk mengambil kredit koperasi Simpan Pinjam?

2. Apakah ada pengaruh positif jiwa kewirausahaan terhadap sikap pengusaha kecil untuk mengambil kredit koperasi Simpan Pinjam?

3. Apakah ada pengaruh positif tingkat pendidikan terhadap sikap pengusaha kecil untuk mengambil kredit koperasi Simpan Pinjam?

C. Batasan Masalah

Terdapat begitu banyak faktor-faktor yang mempengaruhi sikap pengusaha kecil untuk mengambil kredit koperasi Simpan Pinjam, namun tidak semua faktor-faktor yang mempengaruhi tersebut akan diteliti oleh penulis. Dalam penelitian ini penulis memfokuskan pada tiga faktor yang mempengaruhi sikap pengusaha kecil dalam mengambil kredit koperasi Simpan Pinjam, yaitu motivasi usaha, jiwa kewirausahaan dan tingkat pendidikan.

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yang dilaksanakan pada koperasi simpan pinjam Karsani adalah sebagai berikut :


(26)

1. Untuk mengetahui adanya pengaruh positif motivasi usaha terhadap sikap pengusaha kecil untuk mengambil kredit koperasi Simpan Pinjam.

2. Untuk mengetahui adanya pengaruh positif jiwa kewirausahaan terhadap sikap pengusaha kecil untuk mengambil kredit koperasi Simpan Pinjam. 3. Untuk mengetahui adanya pengaruh positif tingkat pendidikan terhadap

sikap pengusaha kecil untuk mengambil kredit koperasi Simpan Pinjam.

E Manfaat Penelitian 1. Bagi pengusaha kecil

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dipakai sebagai bahan masukan dalam usaha mengembangkan usahanya melalui pemanfaatan peluang kredit koperasi Simpan Pinjam.

2. Bagi Universitas Sanata Dharma

Diharapkan hasil penelitian ini dapat bermanfaat sebagai bahan pustaka untuk penelitian lainnya dan dapat dijadikan sebagai bahan referensi bagi Universitas Sanata Dharma khususnya mengenai sikap pengusaha kecil dalam mengambil kredit koperasi Simpan Pinjam.

3. Bagi Penulis

Penulis berharap hasil penelitian ini dapat semakin menambah pengetahuan dan wawasan sekaligus sebagai pengaplikasian ilmu-ilmu yang telah diperoleh selama duduk di bangku kuliah.


(27)

4. Bagi Koperasi Simpan pinjam

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi pada koperasi dan dapat digunakan sebagai masukan atau saran sehingga dapat bermanfaat bagi koperasi khususnya mengenai sikap pengusaha kecil dalam mengambil kredit koperasi Simpan Pinjam.


(28)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. MOTIVASI

1. Pengertian Motivasi

Sukses tidaknya suatu usaha, sangat tergantung dari aktivitas dan kreativitas sumber daya manusianya. Agar hal ini dapat tercapai, hal utama yang harus diperhatikan adalah membangkitkan motivasi pengusaha kecil. Menurut kamus bahasa Indonesia modern karangan Mohammad Ali, motif diartikan sebagai: sebab-sebab yang menjadi dorongan tindakan seseorang; dasar pikiran dan pendapat; sesuatu yang menjadi pokok (dalam Ishak Arep dan Hendri Tanjung, 2002:12). Dari pengertian motif tersebut dapat diturunkan pengertian motivasi sebagai sesuatu yang pokok, yang menjadi dorongan seseorang untuk bekerja.

Motivasi dapat diartikan sebagai daya pendorong yang mengakibatkan seseorang anggota organisasi mau dan rela untuk mengerahkan kemampuan dalam bentuk keahlian atau ketrampilan yang menjadi tanggung jawabnya dan menunaikan kewajibannya, dalam rangka pencapaiannya tujuan dan berbagai sasaran organisasi yang telah ditentukan sebelumnya (Sondang P.Siagian, 1989:138). Dari pengertian motivasi tersebut, mengandung tiga hal penting yaitu: pemberian motivasi berkaitan langsung dengan usaha pencapaian tujuan dan berbagai sasaran organisasional; usaha tertentu sebagai akibat motivasi itu (artinya motivasi


(29)

merupakan proses keterkaitan antara usaha dan pemuas kebutuhan tertentu); terdapat definisi motivasi yaitu keadaan internal seseorang yang menyebabkan hasil usaha tertentu menjadi menarik. Selain itu, dalam pengertian tersebut terlihat pula bahwa motivasi dapat bersumber dari dalam diri seseorang (motivasi internal/motivasi intrinsik) akan tetapi dapat pula bersumber dari luar diri orang yang bersangkutan yang dikenal dengan istilah motivasi eksternal/ekstrinsik.

Motivasi adalah suatu kumpulan kekuatan tenaga yang berasal dari dalam maupun luar individu yang memulai sikap dan menetapkan bentuk, arah, serta intensitasnya (Usmara, 2006:14). Dalam pengertian ini, motivasi memberikan energi yang mengerakkan untuk memuaskan kebutuhan manusia akan: prestasi, cinta, rasa aman, pengakuan dari orang lain, mendapatkan pengalaman baru, harga diri dan kemampuan untuk meraih cita-cita. Dimana energi merupakan kemampuan untuk bertindak atau melakukan sesuatu. Energi merupakan ketetapan hati yang tidak dapat dimiliki semua orang untuk melakukan hal yang menyenangkan hati mereka. Dengan memiliki energi orang akan mampu melakukan apa saja. Tanpa energi, orang tidak akan bisa memuaskan kebutuhan dirinya meskipun memiliki bakat, kesempatan, serta lingkungan yang memungkinkan.

Hodgetts dan Luthans (dalam Usmara, 2006:14) mengemukakan motivasi sebagai proses psikologis melalui keinginan yang belum terpuaskan, yang diarahkan kepencapaian tujuan. Definisi tersebut


(30)

menunjukkan bahwa motivasi menggambarkan suatu kekuatan yang menggerakan manusia untuk bersikap dengan cara tertentu. Hal ini memperlihatkan bahwa motivasi muncul karena adanya suatu kebutuhan. Kebutuhan menunjukkan adanya kekurangan yang dialami individu. Kekurangan dapat bersifat fisiologis (kebutuhan dasar manusia), psikologis (kebutuhan akan harga diri) atau sosiologis (kebutuhan berinteraksi sosial). Kebutuhan tersebut didorong dan diarahkan untuk mengurangi kebutuhan.

Seperti terlihat pada gambar berikut, motivasi terbentuk dari kebutuhan manusia. Setiap kegiatan merupakan hasil dorongan motivasi. Manusia berusaha memuaskan kebutuhannya dan mereka memahami bahwa untuk memenuhi tujuan tersebut harus ada keinginan yang sangat kuat untuk mencapainya. Ini mengindikasikan bahwa tujuan harus ditetapkan secara jelas dan pasti. Untuk mencapai tujuan diperlukan suatu usaha, pengusaha kecil bisa mengembangkan pengetahuan, ketrampilan, keahlian dan kemampuan untuk mencapainya. Apabila usaha tersebut berhasil (tujuan dapat tercapai), maka kebutuhan akan menjadi kurang kuat dan motivasi seseorangpun juga akan berkurang. Hal ini dapat dilihat pada bagan berikut ini (Usmara, 2006:15):


(31)

PROSES MOTIVASI

Pencapaian tujuan atau frustasi

Mencari tujuan untuk kepuasan kebutuhan Kebutuhan

Manusia

Usaha untuk mencapai tujuan

Pemahaman tujuan untuk kepuasan kebutuhan

Sumber: Ramon.J.Aldag dan Timothy M.Stearns, Management,South-Western Publishing.Co Cincinnati,Ohio,1987.

2. Teori Motivasi a. Teori Maslow

Dalam hubungannya dengan motivasi kerja Maslow memperkenalkan hirarki kebutuhan pada tahun 1943 dalam artikelnya A theory of human motivation. Maslow berpendapat bahwa orang

memiliki kebutuhan yang mereka perjuangkan untuk dipenuhi, bahwa kebutuhan mereka kompleks, dan bahwa kebutuhan mereka terus-menerus berubah. Maslow juga mengemukakan suatu hipotesa bahwa manusia memiliki 5 bentuk kebutuhan yang disusun secara hirarki


(32)

dengan kebutuhan fisiologis sebagai dasarnya dan perwujudan pribadi sebagai puncaknya.

Maslow merasa bahwa setelah kebutuhan pada tingkat khusus dalam hirarki tersebut telah terpenuhi, mereka akan kehilangan kepentingan, sementara kebutuhan pada tingkat selanjutnya yang lebih tinggi akan menjadi yang paling penting. Menurut A. H. Maslow pada umumnya terdapat lima hirarki kebutuhan manusia (Usmara, 2006:18) yaitu :

HIRARKI KEBUTUHAN MASLOW

Kebutuhan fisiologis Kebutuhan akan rasa aman Kebutuhan akan kasih sayang Kebutuhan akan penghargaan

Kebutuhan akan Aktualisasi diri

Hirarki itu terbagi dari kebutuhan fisiologis sampai kebutuhan aktualisasi diri sebagai berikut:

1) Kebutuhan fisiologis

Merupakan kebutuhan paling mendesak dari kebutuhan-kebutuhan lainnya. Mempunyai arti bahwa dalam diri manusia yang tidak memiliki apapun dalam kehidupannya, kemungkinan besar motivasi utamanya adalah kebutuhan fisiologis dan bukan kebutuhan lainnya. Kebutuhan fisiologis apabila telah terpenuhi


(33)

akan tetap ada sebagai pengatur perilaku. Jika kebutuhan akan rasa lapar telah terpenuhi, maka kebutuhan tersebut akan menjadi tidak penting dalam dinamika individu. Kebutuhan ini meliputi makanan, minuman, seks, dan tidur (Usmara, 2006:19).

2) Kebutuhan akan rasa aman

Jika kebutuhan-kebutuhan fisiologis telah terpenuhi maka selanjutnya muncul serangkaian kebutuhan baru yang bisa dikategorikan sebagai kebutuhan-kebutuhan akan rasa aman. Menurut Maslow kelompok masyarakat yang damai, teratur, dan baik secara umum mampu membuat para anggotanya merasa cukup aman dari penyerangan, pembunuhan, penindasan dan sebagainya. Seseorang yang sudah merasa aman sebagai tidak lagi merasa terancam (Usmara, 2006:20).

3) Kebutuhan akan kasih sayang

Jika kebutuhan-kebutuhan fisiologis dan kebutuhan akan rasa aman telah bisa dipenuhi, maka muncul kebutuhan akan kasih sayang dan kebutuhan mengasihi. Maslow dalam hal ini memberikan tekanan bahwa kasih sayang tidak sama dengan seksualitas. Hal lain yang tidak boleh diabaikan disini adalah adanya fakta bahwa kebutuhan akan rasa sayang melibatkan bentuk kasih sayang yang memberi dan menerima (Usmara, 2006:21).


(34)

4) Kebutuhan akan penghargaan

Istilah penghargaan diri yang memiliki dasar stabil berarti hal tersebut didasarkan pada hasil pencapaian kemampuan dan penghargaan dari orang lain. Pemuasan atas kebutuhan akan penghargaan diri mengarah pada perasaan kepercayaan diri, perasaan memiliki nilai, kekuatan, dan kecukupan serta perasaan berguna dan diperlakukan oleh lingkungannya, namun bila pemenuhan akan kebutuhan-kebutuhan ini terlambat maka akan muncul sikap rendah diri, sikap lemah, tidak berdaya (Usmara, 2006:21).

5) Kebutuhan akan aktualisasi diri

Sekalipun semua kebutuhan di atas dipenuhi, individu mungkin sering merasakan ketidakpuasan atau kegelisahan yang muncul dan berkembang, kecuali jika individu yang bersangkutan melakukan apa yang sesuai dengan dirinya. Apa yang ingin diwujudkan oleh seseorang maka ia harus mewujudkannya. Kebutuhan ini menurut Maslow bisa disebut sebagai aktualisasi diri. Istilah ini mengacu pada kebutuhan akan pemenuhan diri atau dengan kata lain kecenderungan bagi seseorang untuk mengaktualisasikan potensi apa yang dimilikinya (Usmara, 2006:22).


(35)

b. Teori Equity (Teori keadilan) Teori ini dirumuskan sebagai berikut: M = F (Eq (OW))

Keterangan

M = Motivasi

Eq = Equity, keadilan yang diterapkan pada pekerjaan lain. O = Outcome, hasil apa yang diberikan orang lain.

W = Wages, gaji yang diterima orang lain.

Teori ini menjelaskan bahwa motivasi merupakan fungsi dari keadilan yang didasarkan hasil (output) dan wages (pendapatan). Keadilan yang sederhana adalah menerima pendapatan sesuai dengan usahanya. Jika bekerja keras, pendapatannya tinggi. Sebaliknya, jika bekerja malas, pendapatannya rendah. Tidak adil jika orang yang rajin dengan malas disamakan pendapatannya. Menurut teori ini, seseorang akan termotivasi bekerja jika ia menikmati rasa keadilan. Prestasi yang akan dipersembahkan tergantung pada persepsinya kepada apa yang diberikan dan diterima orang lain.

c. Teori David Mc Clelland

Model Mc Cleland’s sangat menekankan perhatian terhadap prestasi (achievement). Kebutuhan yang penting, yaitu: achievement.

Artinya adalah adanya keinginan untuk mencapai tujuan lebih baik daripada sebelumnya (pencapaian prestasi).

Orang yang dalam hatinya ada perasaan menggebu-gebu untuk meraih prestasi terbaik, akan sangat bergairah dan termotivasi dalam


(36)

melaksanakan pekerjaan dan tugasnya. Sebaliknya orang yang tidak ada niat yang kuat untuk meraih prestasi, akan ketinggalan jauh dibandingkan dengan orang yang termotivasi. Hal ini dapat dicapai dengan cara: Merumuskan tujuan, mendapatkan umpan balik, memberikan tanggung jawab pribadi, bekerja keras, affiliation, bekerja sama dengan orang lain, membuat kawan di tempat kerja, sosialisasi, power, kepribadian, pengalaman kerja, dan tipe organisasi (ishak arep dan hendri tanjung, 2002:30).

d. Teori Frederich Herzberg

Di sini oleh Fedrick Hezberg, kebutuhan disebut dengan istilah Two-Factor View. Menurut dia, kepuasan manusia terdiri atas dua hal,

yaitu puas dan tidak puas. Selanjutnya Pittsburgh melakukan studi yang kemudian melahirkan teori Two Factor, yaitu: Motivator. Di sini

ada kepuasan kerja atau perasaan positif. Menurut teori ini kita harus menciptakan dan meningkatkan factor motivator dan mengurangi faktor hygiene. Untuk meningkatkan motivasi, maka manajer harus

menghilangkan ketidakpuasan dan memberikan peluang untuk pencapaian prestasi, peningkatan dan tanggung jawab (Ishak Arep dan Hendri Tanjung, 2002:28).

Dari pengertian-pengertian mengenai motivasi di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa motivasi adalah sesuatu atau hal yang dapat mendorong seseorang ( dalam hal ini adalah pengusaha kecil ) dalam pencapaian tujuan usahanya. Kuat rendahnya motivasi pengusaha kecil


(37)

dapat menentukan keputusan pengambilan kredit koperasi simpan pinjam guna pencapaian tujuan usahanya.

3. Ciri-ciri Motivasi menurut RH Wiwoho

Dalam buku yang ditulis oleh RH Wiwoho dengan judul Kunci menuju puncak motivasi terdapat kriteria yang bisa menentukan arah motivasi seseorang. Kriteria tersebut yaitu arah motivasi, sumber motivasi, dasar motivasi, faktor motivasi dan tingkat motivasi. Berikut ini akan diuraikan secara rinci mengenai ciri motivasi wiraswasta beserta kriterianya masing-masing.

NO Ciri motivasi kriteria kriteria

wiraswasta Mendekati √ 1. Arah Motivasi

Menjauhi - Internal √

2. Sumber Motivasi

Eksternal - Opsional √

3. Dasar Motivasi

Prosedural - Persamaan - Sama, kecuali -

4. Faktor Motivasi

Perbedaan √ Proaktif √ 5. Tingkat Motivasi

Reaktif -

Kriteria itu terdiri dari Arah Motivasi sampai Tingkat Motivasi sebagai berikut:

a. Arah Motivasi

Ciri motivasi wiraswasta yang pertama yaitu arah motivasi. Dalam ciri ini, dikatakan bahwa seseorang itu bergerak mendekati (tujuan atau hal yang disukainya) atau menjauhi (masalah atau hal yang tidak disukainya).


(38)

1) Mendekati

Dalam pembahasan mengenai arah motivasi yang mendekati (tujuan atau hal yang disukainya) dapat digambarkan dengan contoh berikut ini. Perilaku keledai dapat memberikan gambaran mengenai arah motivasi seseorang yang mendekati tujuan atau hal yang disukainya. “ Mengapa seekor keledai mau berjalan?”. Biasanya penunggang kuda akan menggantungkan wortel dengan bilah kayu di depan mata keledai. Karena ingin makan wortel itu, keledai akan bergerak maju ke depan. Semakin maju, penumpang di atasnya juga maju dan otomatis wortel yang digantungkannya juga ikut bergerak maju. Jadi keledai berjalan karena ada iming-iming hadiah di depan matanya, yakni wortel. Motivasi keledai itu bisa memberikan gambaran tentang arah motivasi yang mendekati tujuan (atau hal yang disukainya, yaitu wortel).

Kata yang memotivasi seseorang dengan arah motivasi mendekati misalnya memakai kata memiliki, memperoleh, menjaga, keuntungan dan termasuk. Sedangkan ciri komunikasinya yaitu menunjuk sesuatu, kepala mengangguk.

Arah motivasi seorang wirausaha atau pemilik bisnis seyogyanya mendekati, tidak terlalu peduli dengan obstacles atau hambatan-hambatan yang dihadapinya, bekerja dengan acuan


(39)

tujuan yang hendak dicapainya, berani menghadapi tantangan, persaingan dan kejamnya rimba belantara bisnis.

2) Menjauhi

Dalam pembahasan mengenai arah motivasi yang menjauhi (masalah atau hal yang tidak disukainya) dapat digambarkan dengan contoh berikut ini. Perilaku kuda dapat memberikan gambaran mengenai arah motivasi seseorang yang menjauhi masalah atau hal yang tidak disukainya. “ Mengapa seekor kuda mau berjalan atau berlari?”. Biasanya penunggang kuda akan mencambuk kuda karena jika tidak dicambuk kuda tidak mau berjalan atau berlari. Dalam hal ini berarti kuda mau berjalan atau berlari karena menghindari cambukan. Dari pengalaman, kuda tahu bahwa kalau tidak mau berjalan, dia akan dicambuk lagi. Untuk menghindari hal yang tidak diinginkan, yaitu dicambuk, kuda mau berjalan. Motivasi kuda itu bisa memberikan gambaran tentang arah motivasi yang menjauhi masalah (atau hal yang tidak disukainya, yaitu dicambuk).

Kata yang memotivasi seseorang dengan arah motivasi menjauhi misalnya memakai kata menghindari, mencegah, tidak harus, tidak akan terlibat dengan, dan tidak sempurna. Sedangkan ciri komunikasinya yaitu menggoyang tangan di depan dada, kepala menggeleng.


(40)

b. Sumber motivasi

Ciri motivasi wiraswasta yang kedua yaitu sumber motivasi. Dalam mencari sumber motivasi seseorang: internal atau eksternal berkaitan dengan keputusan seseorang dibuat “di dalam” atau “di luar” dirinya.

1) Internal

Orang yang memiliki kecenderungan internal memiliki sumber motivasi dan standar evaluasi di dalam dirinya sendiri. Mereka kesulitan menerima opini atau perintah dari luar. Ketika menerima respons negative atas pekerjaannya, padahal mereka merasa telah melakukannya dengan baik, mereka akan mempertanyakan opini atau pertimbangan orang yang memberikan kritik itu. Pada dasarnya mereka mau “mengumpulkan informasi” dari luar, tetapi kemudian memutuskan dengan standar internal-nya.

Kata yang memotivasi seseorang dengan sumber motivasi internal misalnya memakai kata perlu anda pertimbangkan, terserah anda, hanya anda yang bisa memutuskan, untuk informasi lebih lanjut, dan silakan hubungi. Sedangkan ciri komunikasinya yaitu duduk dengan tegak, menunjuk ke diri sendiri, berhenti sejenak untuk mengevaluasi sebelum menjawab kritik, tidak banyak gerak isyarat dan ekspresi wajah.


(41)

Sumber motivasi seorang wirausaha atau pemilik bisnis seyogyanya harus cenderung internal, dengan kata lain harus tegas dan memiliki standar evaluasi di dalam dirinya, sehingga membuat anak buahnya yakin dengan apa yang dilakukan oleh bosnya. 2) Eksternal

Pada sisi lain, orang yang memiliki sumber motivasi eksternal adalah orang yang memerlukan opini, arahan dari luar atau tanggapan dari pihak luar untuk tetap termotivasi. Dalam bekerja, bila orang ini tidak mendapat respons, mereka tidak tahu apakah sudah mengerjakannya dari luar. Tidak diperolehnya komentar eksternal membuat mereka kebingungan sendiri.

Kata yang memotivasi seseorang dengan sumber motivasi eksternal misalnya memakai kata ini sudah dibuktikan oleh orang-orang yang akan anda hargai, anda akan merasakan manfaatnya, saya sangat merekomendasikannya, dan riset terakhir. Sedangkan ciri komunikasinya yaitu badan condong ke depan, mengamati respons dengan cermat, ekspresi wajah menunjukkan ingin tahu apakah ia sudah benar atau belum.

c. Dasar Motivasi

Ciri motivasi wiraswasta yang ketiga yaitu dasar motivasi. Yang pertama adalah prosedural, yaitu orang-orang yang lebih suka mengerjakan sesuatu yang sudah ada polanya dan yang kedua adalah


(42)

opsional, yaitu orang yang lebih termotivasi bila ada pilihan dalam mengerjakan sesuatu.

1) Opsional

Orang-orang yang memiliki kecenderungan opsional tergerak oleh adanya kesempatan atau tersedianya pilihan untuk melakukan sesuatu dengan cara-cara lain. Mereka berprinsip bahwa “ada banyak jalan menuju ke Roma”. Mereka tergoda oleh gagasan dan kemungkinan-kemungkinan yang tidak terbatas, serta senang mengganti dan mengacak-acak aturan. Mereka senang menciptakan prosedur, tapi tidak suka mengikutinya, karena kalau dia mengikuti prosedur itu, artinya dia tidak punya opsi untuk membuat prosedur yang “baru” lagi.

Orang opsional senang memulai sebuah proyek atau mengembangkan ide baru, namun tidak begitu tertarik untuk menyelesaikannya. Senang menciptakan dan membuat sesuatu, namun sulit konsisten mempertahankannya. Sulit menjaga komitmennya sendiri, karena hal ini akan mengurangi “kebebasannya” dalam memilih.

Profesi yang cocok untuk orang yang opsional adalah sales atau tenaga penjual, pelukis, arsitek, disainer, programmer komputer dan wiraswasta. Setiap sales atau tenaga penjual harus opsional, karena tugas mereka adalah mencari opsi atau cara-cara baru dalam menghadapi pelanggannya.


(43)

Kata yang memotivasi seseorang dengan dasar motivasi opsional misalnya memakai kata kesempatan, kemungkinan tidak terbatas, variasi, pilihan dan alternatif. Sedangkan ciri komunikasinya yaitu kalimatnya menunjukkan criteria yang penting, dapat memperluas pilihan-pilihan, kata-katanya lugas.

Dasar motivasi seorang wirausaha atau pemilik bisnis seyogyanya harus cenderung opsional, yakni berani melakukan terobosan baru, mencari alternative-alternatif lain dalam mengikuti trend pasar, dan kreatif dalam dalam menciptakan produk-produk baru untuk memuaskan keinginan konsumennya.

2) Prosedural

Orang-orang yang memiliki kecenderungan prosedural, adalah orang-orang yang percaya bahwa pasti ada sebuah “cara” yang tepat untuk mengerjakan sesuatu dengan baik. Dalam arti, mereka lebih tertarik pada bagaimana sesuatu harus dikerjakan, bukan mengapa harus dilakukan dengan cara seperti itu. Orang prosedural akan mentok, bila tidak diberi langkah-langkah atau prosedur untuk melakukannya. Sekali mereka mendapatkan prosedur itu, mereka akan melakukan hal yang sama berulang-ulang. Pada saat mereka menjalankan sebuah prosedur, hal yang paling penting buat mereka adalah menuntaskan prosedur itu. Ini adalah orang yang hampir pasti akan menyelesaikan sesuatu yang


(44)

sudah dimulainya. Ini adalah orang yang rela lembur untuk menyelesaikan sebuah tugas.

Profesi yang cocok untuk orang yang prosedural adalah akuntan, auditor, dokter dan pilot. Seorang dokter harus bekerja secara prosedural, misalnya dalam melakukan operasi. Langkah pertama pasien harus dibius, kemudian dibedah dan akhirnya dijahit. Jika seorang dokter tidak mengikuti prosedur, tentu dia akan melakukan langkah operasi sesuai keinginannya. Dia bisa mulai dari membedah kemudian membius. Tentu seorang pasien tidak mau jika langkah-langkah operasi sesuai keinginan dokter dan tidak sesuai dengan prosedur yang benar.

Kata yang memotivasi seseorang dengan dasar motivasi prosedural misalnya memakai kata caranya adalah…, cara terbaik, konsisten, ikuti saja prosedurnya, metoda yang sudah terbukti dan reliabilitas. Sedangkan ciri komunikasinya yaitu tidak memilih tapi malah bercerita tentang urut-urutan mengapa akhirnya sampai di sana, uraian kalimatnya panjang dan berkisah.

d. Faktor Motivasi

Ciri motivasi wiraswasta yang keempat yaitu faktor motivasi. Yang pertama adalah persamaan, yaitu orang-orang yang termotivasi untuk tetap tinggal pada situasi yang sama; kedua adalah persamaan dengan kekecualian, yaitu orang yang termotivasi untuk berubah


(45)

seiring dengan perubahan waktu; dan yang ketiga adalah perbedaan, yaitu orang yang termotivasi untuk berubah secara drastis dan cepat. 1) Persamaan

Orang yang kecenderungannya mencari persamaan dalam konteks tertentu adalah orang yang termotivasi untuk melihat hal yang sama. Ini adalah orang yang punya tendensi makan di tempat yang sama dan dengan menu yang relatif sama. Dalam konteks kerja, mereka menginginkan situasi tetap sama, tidak menyukai perubahan dan secara ekstrem menolak untuk beradaptasi. Orang persamaan adalah orang yang ingin evolusioner.

Kata yang memotivasi seseorang dengan faktor motivasi persamaan misalnya memakai kata seperti sebelumnya, tidak berubah, tetap, identik dan persis sama. Sedangkan ciri komunikasinya yaitu berbicara tentang bagaimana semua hal tampaknya sama dan identik, bagaimana semuanya tidak berubah, dan menceritakan apa-apa saja yang sama.

2) Perbedaan

Orang yang kecenderungannya mencari perbedaan dalam konteks tertentu adalah orang yang termotivasi untuk melihat hal yang beda. Orang seperti ini senang perubahan. Orang perbedaan menginginkan perubahan sebagai hal yang konstan dan penting, serta menolak situasi yang statis dan stabil. Mereka butuh perubahan yang drastis setiap satu atau dua tahun. Bila mereka


(46)

tidak memperolehnya, mereka akan meninggalkannya. Orang perbedaan adalah orang yang reformasioner.

Kata yang memotivasi seseorang dengan faktor motivasi perbedaan misalnya memakai kata seperti berubah total, benar-benar beda, tidak seperti lainnya dan unik. Sedangkan ciri komunikasinya yaitu ketika menjawab mungkin tidak paham dengan kata” hubungan”, menjabarkan semuanya benar-benar berubah, bahasanya menunjukkan sesuatu yang tiba-tiba, berfokus pada tujuan dan mengabaikan perjalanan.

Faktor motivasi seorang wirausaha atau pemilik bisnis seyogyanya harus cenderung perbedaan. Faktor perbedaan ini juga tersirat dalam dasar motivasi wirausaha yang opsional. Kadang-kadang secara periodik dia harus mendisain ulang took atau autletnya, suka dengan hal-hal baru dan memiliki mobilitas yang tinggi untuk bergerak dari satu cabang ke cabang lainnya.

3) Persamaan dengan kekecualian

Di tengah-tengah kedua faktor motivasi ini ada yang disebut sebagai persamaan dengan kekecualian. Ini ditandai dengan jawaban: “ Sama, tapi….” Orang semacam ini pada konteks tertentu tetap ingin situasi yang sama, meskipun mereka juga mau menerima perubahan setiap tahun, asalkan tidak terlalu drastis. Mereka cenderung menolak perubahan besar. Orang persamaan dengan kekecualian adalah orang yang reformasioner.


(47)

Kata yang memotivasi seseorang dengan faktor motivasi persamaan dengan kekecualian misalnya memakai kata progresif, tumbuh pelan-pelan, sama namun lebih baik, berkembang, maju dan sama kecuali. Sedangkan ciri komunikasinya yaitu berbicara tentang bagaimana semuanya berkembang seiring dengan perubahan waktu, membandingkan satu dengan lainnya, kecuali/lebih/kurang, pembicaraan fokus pada perjalanan (bukan tujuan perjalanan).

e. Tingkat Motivasi

Ciri motivasi wiraswasta yang kelima yaitu tingkat motivasi. Yang pertama adalah proaktif, yaitu orang-orang yang termotivasi untuk bertindak segera. Bertindak dulu, baru berpikir. Kedua adalah reaktif, yaitu orang yang termotivasi untuk menunggu, menganalisis, mempertimbangkan dan bereaksi. Berfikir dulu, baru bertindak.

1) Proaktif

Orang yang memiliki kecenderungan proaktif suka mengambil inisiatif. Mereka cenderung bertindak dengan sedikit atau bahkan hampir tanpa pertimbangan. Mereka langsung menceburkan diri dalam sebuah situasi, tanpa berfikir atau menganalisanya matang-matang. Mereka sering “tubruk sana, tubruk sini” sebelum akhirnya dia menyadari bahwa dia sudah berada di jalur yang salah. Namun pada umumnya mereka self


(48)

cakap dalam menyelesaikan tugas. Orang proaktif cenderung tidak sabaran dalam bekerja. Mereka tidak nyaman dengan birokrasi

Kata yang memotivasi seseorang dengan tingkat motivasi proaktif misalnya memakai kata kejar, langsung, sekarang, selesaikan, ayo cepat, ambil inisiatif, hadapi sekarang juga, mengapa menunggu dan jalankan saja. Sedangkan ciri komunikasinya yaitu memakai kalimat-kalimat pendek, struktur kalimatnya jelas dan rapi, uraiannya langsung, bahasa tubuh menunjukkan ketidaksabaran, berbicara cepat, banyak gerakan dan tidak mampu duduk dalam waktu yang lama.

Tingkat motivasi seorang wirausaha atau pemilik bisnis seyogyanya harus cenderung proaktif. Seorang wirausaha harus punya inisiatif, berjiwa pionir dan action-oriented. Seorang

wiraswastawan harus tanggap menghadapi perubahan pasar yang begitu cepat dan harus sigap dalam mengambil keputusan, sehingga subordinate-nya tidak binggung menunggu untuk

melakukan langkah-langkah berikutnya. Tentu saja wiraswastawan yang sangat proaktif harus didampingi oleh seseorang yang lebih reaktif, yaitu orang yang tekun mengumpulkan data serta informasi sebagai landasan keputusan bosnya.

2) Reaktif

Di sisi lain, orang yang reaktif biasanya menunggu orang lain memulai atau menanti sampai saatnya tepat sebelum bertindak.


(49)

Mereka cenderung ingin benar-benar memahami dan mempertimbangkan segala sesuatu sebelum mengambil tindakan. Ini adalah orang yang percaya sekali pada kesempatan dan keberuntungan. Kendati demikian, mereka adalah orang yang cakap dalam membuat analisa, sabar dan cermat dalam mengumpulkan informasi. Orang reaktif merasa tertekan dan cemas bila disuruh mengambil inisiatif. Mereka terlalu lama mempertimbangkan dan menganalisa segala sesuatunya, kadang tanpa disertai tindakan apapun.

Kata yang memotivasi seseorang dengan tingkat motivasi reaktif misalnya memakai kata pertimbangan ini, mari kita pikirkan, anda harus memahaminya, anda boleh mempertimbangkan, ini akan memperjelas anda, dan keberuntungan sedang mendekati anda. Sedangkan ciri komunikasinya yaitu memakai kalimat sering tidak lengkap, subyek atau kata kerja sering hilang, penuh kata-kata infinitas, nanti, besok, kapan-kapan, kalimatnya panjang dan berbelit-belit, sangat hati-hati dan butuh memahami serta menganalisa, bahasa tubuh, dan mampu duduk untuk jangka waktu yang lama.

4. Manfaat Motivasi

Secara singkat, manfaat motivasi yang utama adalah menciptakan gairah kerja, sehingga produktivitas kerja kerja meningkat.Sesuatu yang dikerjakan karena ada motivasi yang mendorongnya akan membuat orang


(50)

senang mengerjakannya. Orangpun akan merasa dihargai/diakui. Hal ini terjadi karena pekerjaannya itu betul-betul berharga bagi orang yang termotivasi. Ciri orang yang termotivasi adalah bekerja sesuai standar, senang bekerja, merasa berharga, bekerja keras, sedikit pengawasan, dan semangat juang tinggi.

B. JIWA KEWIRAUSAHAAN

1. Pengertian Kewirausahaan (entrepreneurship)

Secara epistimologi, kewirausahaan merupakan suatu nilai yang diperlukan untuk memulai suatu usaha (start-up phase) atau

suatu proses dalam mengerjakan sesuatu yang baru (creative) dan

sesuatu yang berbeda (innovative).

Secara definitif kewirausahaan diartikan oleh para tokoh kewirausahaan, sebagai berikut (Suryana,2000:4):

a. Peter F. Drucker

Meskipun sampai sekarang ini belum ada terminologi yang persis sama tentang kewirausahaan (entrepreneurship), akan tetapi

pada umumnya memiliki hakikat yang hampir sama yaitu merujuk pada sifat, watak dan cirri-ciri yang melekat pada seseorang yang mempunyai kemauan keras untuk mewujudkan gagasan inovatif ke dalam dunia usaha yang nyata dan dapat mengembangkan dengan tangguh. Menurut Drucker, kewirausahaan adalah kemampuan


(51)

untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda (ability to

create the new and different).

b. Thomas W Zimmerrer

Kewirausahaan adalah “applying creativity and innovation

to solve the problems and to exploit opportunities that people face

everyday”. Kewirausahaan adalah penerapan kreativitas dan

keinovasian untuk memecahkan permasalahan dan upaya untuk memanfaatkan peluang yang dihadapi setiap hari. Kewirausahaan merupakan gabungan dari kreativitas, keinovasian, dan keberanian menghadapi risiko yang dilakukan dengan cara kerja keras untuk membentuk dan memelihara usaha baru.

c. Harvard’s Theodore Levitt yang dikutip Zimmerer

Kreativitas adalah “ thinking new things ” (berfikir sesuatu

yang baru), sedangkan keinovasian adalah “ doing new things

(melakukan sesuatu yang baru). Keberhasilan wirausaha akan tercapai apabila berfikir dan melakukan sesuatu yang baru atau sesuatu yang lama yang dilakukan dengan cara baru (“thinking and

doing new things or old thing in new ways”).

Dari pandangan para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa kewirausahaan (entrepreneurship) adalah kemampuan (ability) dalam

berfikir kreatif dan berperilaku inovatif yang dijadikan dasar, sumber daya, tenaga pengerak, tujuan siasat, kiat dan proses dalam menghadapi tantangan hidup.


(52)

2. Pengertian wirausaha (entrepreneur)

Dalam konteks manajemen, Marzuki Usman mengartikan entrepreneur adalah seseorang yang memiliki kemampuan dalam

menggunakan sumber daya seperti financial (money), bahan mentah

(materials), dan tenaga kerja (labors), untuk menghasilkan suatu

produk baru, bisnis baru, proses produksi, atau pengembangan organisasi usaha. Entrepreneur adalah seseorang yang memiliki

kombinasi unsur-unsur (elemen-elemen) internal yang meliputi kombinasi motivasi, visi, komunikasi, optimisme, dorongan semangat, dan kemampuan untuk memanfaatkan peluang usaha (Suryana,2000:5).

Dalam konteks bisnis, Sri Edi Swasono mengartikan wirausaha adalah pengusaha, tetapi tidak semua pengusaha adalah wirausaha. Wirausaha adalah pionir dalam bisnis, inovator, penanggung risiko, yang mempunyai penglihatan/visi ke depan, dan memiliki keunggulan dalam berprestasi di bidang usaha (Suryana,2000:5).

Menurut Dun Steinhoff dan John F. Burgess (dalam Suryana,2000:5) wirausaha adalah orang yang mengorganisir, mengelola, dan berani menanggung risiko untuk menciptakan usaha baru dan peluang berusaha.

Beberapa konsep “entrepreneur” di atas lebih menekankan


(53)

Dun Steinhoff dan John F. Burgess (dalam Suryana,2000:6) memandang kewirausahaan sebagai pengelola perusahaan kecil atau pelaksana perusahaan kecil. Menurutnya, “ entrepreneur” is

considered to have the same meaning as “small business

owner-manager” or “small business operator”.

3. Karakteristik kewirausahaan

Banyak para ahli yang mengemukakan karakteristik kewirausahaan dengan konsep berbeda-beda. Berikut ini beberapa karakteristik kewirausahaan dari beberapa ahli (Suryana,2000:8): a. Geoffrey G. Meredith

NO CIRI-CIRI WATAK

1 Percaya diri Keyakinan, ketidaktergantungan, individualitas, dan optimisme. 2 Berorientasi pada

tugas dan hasil

Kebutuhan untuk berprestasi, berorientasi laba, ketekunan dan ketahanan, tekad kerja keras mempunyai dorongan kuat, energik dan inisiatif.

3 Pengambilan risiko Kemampuan untuk mengambil risiko yang wajar dan suka tantangan.

4 Kepimimpinan Perilaku sebagai pemimpin, bergaul dengan orang lain, menanggapi saran-saran dan kritik.

5 Keorisinilan Inovatif dan kreatif serta fleksibel. 6 Berorientasi ke masa

depan


(54)

b. M. Scarborough dan Thomas W. Zimmerer mengemukakan delapan karakteristik, yang meliputi:

1) Desire for responsibility, yaitu memiliki rasa tanggung jawab

atas usaha-usaha yang dilakukannya. Seseorang yang memiliki rasa tanggung jawab akan selalu mawas diri.

2) Preference for moderate risk, yaitu lebih memilih risiko yang

moderat artinya ia selalu menghindari risiko yang rendah dan menghindari risiko yang tinggi.

3) Confidence in their ability to success, yaitu percaya akan

kemampuan dirinya untuk berhasil.

4) Desire for immediate feedback, yaitu selalu menghendaki

umpan balik yang segera.

5) High level of energy, yaitu memiliki semangat dan kerja keras

untuk mewujudkan keinginannya demi masa depan yang lebih baik.

6) Future orientation, yaitu berorientasi ke masa depan,

perspektif, dan berwawasan jauh ke depan.

7) Skill at organizing, yaitu memiliki ketrampilan dalam

mengorganisasikan sumber daya untuk menciptakan nilai tambah.

8) Value of achievement over money, yaitu selalu menilai prestasi


(55)

c. Arthur Kuriloff dan John. M. Mempil mengemukakan karakteristik kewirausahaan dalam bentuk nilai–nilai dan perilaku kewirausahaan seperti pada tabel berikut ini:

NO VALUES BEHAVIOR

1 Commitment Staying with a task until finished.

2 Moderate risk Not gambling, cut closing a middle course.

3 Seing opportunities And grasping them. 4 Objectivity Observing reality clearly.

5 Feedback Analyzing timely performance data to guide activity.

6 Optimism Showing confidence in novel situations.

7 Money Seeing it as resource and not an end in itself.

8 Proactive management Managing through reality based on forward planning.

Wiurausaha selalu komitmen dalam melakukan tugasnya sampai berhasil. Ia tidak setengah-setengah dalam melakukan pekerjaannya. Karena itu, ia selalu tekun, ulet, pantang menyerah sebelum pekerjaannya berhasil. Dalam melakukan pekerjaan tersebut, wirausaha tidak bertindak spekulasi tetapi selalu penuh perhitungan. Ia berani mengambil risiko yang moderat, artinya risiko yang diambil tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah. Keberanian menghadapi risiko yang didukung oleh komitmen yang kuat, mendorong wirausaha untuk terus berjuang mencari peluang sampai ada hasil. Hasil-hasil itu harus nyata/jelas dan objektif, dan merupakan umpan balik (feed-back) bagi kelancaran kegiatannya.


(56)

diperoleh, maka uang selalu dikelola secara proaktif dan dipandang sebagai sumber daya (Suryana,2000:9).

d. Beberapa ciri kewirausahaan yang dikemukan oleh para ahli seperti di atas, secara ringkas dikemukakan oleh Vernon A Musselman, Wasty Sumanto dan Geoffeley Meredith dalam bentuk ciri-ciri berikut ini (Suryana,2000:10):

1) Kepercayaan diri

2) Kreativitas, fleksibilitas dan inovasi 3) Orientasi ke masa depan

4) Keberanian mengambil resiko 5) Suka tantangan dan kemajuan 6) Orientasi pada tugas dan hasil 7) Kepemimpinan partisipatif 8) Sikap dan cara fikir positif 9) Motivasi diri sendiri 10) Disiplin

11) Berketrampilan sosial 12) Kejelasan tujuan

13) Rasa tanggung jawab atas perbuatan yang dilakukan 14) Kesediaan tanggung jawab risiko, waktu dan uang 15) Semangat untuk bersaing


(57)

4. Nilai – nilai hakiki kewirausahaan

Dari beberapa ciri kewirausahaan di atas, ada beberapa nilai hakiki penting dari kewirausahaan, yaitu :

a. Percaya diri (self-confidence)

Dalam praktik sikap dan kepercayaan ini merupakan sikap dan keyakinan untuk memulai, melakukan dan menyelesaikan suatu tugas atau pekerjaan yang dihadapi. Oleh sebab itu kepercayaan diri memiliki nilai keyakinan, optimisme, individualitas, dan ketidaktergantungan. Menurut Zimmerer, seseorang yang memiliki kepercayaan diri cenderung memiliki keyakinan akan kemampuannya untuk mencapai keberhasilan (Suryana,2000:15).

Orang yang percaya diri memiliki kemampuan untuk menyelesaikan pekerjaan dengan sistematis, berencana, efektif, dan efisien. Kepercayaan diri juga selalu ditunjukkan oleh ketenangan, ketekunan, kegairahan, dan kemantapan dalam melakukan pekerjaan.

Keberanian yang tinggi dalam mengambil risiko dan perhitungan yang matang yang dibarengi dengan optimisme harus disesuaikan dengan kepercayaan diri. Oleh sebab itu, optimisme dan keberanian mengambil risiko dalam menghadapi suatu tantangan dipengaruhi oleh keperayaan diri. Kepercayaan diri juga ditentukan oleh kemandirian dan kemampuan sendiri. Seseorang


(58)

yang memiliki kepercayaan diri yang tinggi, relatif lebih mampu menghadapi dan menyelesaikan masalah sendiri tanpa menunggu bantuan orang lain. Kunci keberhasilan dalam bisnis adalah untuk memahami diri sendiri. Menurut Yuyun Wirasasmita, wirausaha yang sukses adalah wirausaha yang mandiri dan percaya diri (Suryana,2000:16).

b. Berorintasi pada tugas dan hasil

Seseorang yang selalu mengutamakan tugas dan hasil, adalah orang yang selalu mengutamakan nilai-nilai motif berprestasi, berorientasi pada laba, ketekunan dan ketabahan, tekad kerja keras, mempunyai dorongan kuat, energik, dan berinisiatif. Berinisiatif artinya selalu ingin mencari dan memulai. Untuk memulai diperlukan niat dan tekad yang kuat, serta karsa yang besar. Sekali sukses atau berprestasi, maka sukses berikutnya akan menyusul, sehingga usahanya semakin maju dan semakin berkembang. Dalam kewirausahaan, peluang hanya diperoleh apabila ada inisiatif. Perilaku inisiatif ini biasanya diperoleh melalui pelatihan dan pengalaman yang bertahun-tahun, dan pengembangannya diperoleh dengan cara disiplin diri, berfikir kritis, tanggap, bergairah, dan semangat berprestasi (Suryana,2000:16).


(59)

c. Keberanian mengambil risiko

Kemauan dan kemampuan untuk mengambil risiko merupakan salah satu nilai utama dalam kewirausahaan. Wirausaha yang tidak mau mengambil risiko akan sukar memulai/berinisiatif. Wirausaha adalah orang yang lebih menyukai usaha-usaha yang lebih menantang untuk mencapai kesuksesan atau kegagalan ketimbang usaha yang kurang menantang. Keberanian untuk menanggung risiko yang menjadi nilai kewirausahaan adalah pengambilan risiko yang penuh dengan perhitungan dan realistik. Situasi risiko yang kecil dan situasi yang tinggi dihindari karena sumber kepuasan tidak mungkin didapat pada masing-masing situasi tersebut. Wirausaha menghindari situasi risiko yang rendah karena tidak ada tantangan, dan menjauhi situasi risiko yang tinggi karena ingin berhasil.

Keberanian menanggung risiko tergantung pada:(1) daya tarik setiap alternatif; (2) Persediaan untuk rugi; (3) kemungkinan relatif untk sukses atau gagal. Sedangkan kemampuan untuk mengambil risiko ditentukan oleh: (1) Keyakinan diri; (2) kesediaan untuk menggunakan kemampuan dalam mencari peluang dan kemungkinan untuk memperoleh keuntungan; (3) kemampuan untuk menilai situasi risiko secara realistis (Suryana,2000:16).

Pada paragraf di atas dikemukakan, bahwa pengambil risiko berkaitan dengan kepercayaan diri sendiri. Artinya, semakin


(60)

besar keyakinan seseorang pada kemampuan sendiri, maka semakin besar keyakinan orang tersebut akan kesanggupan untuk mempengaruhi hasil dan keputusan, dan semakin besar pula kesediaan seseorang untuk mencoba apa yang menurut orang lain sebagai risiko (Meredith). Jadi, pengambil risiko lebih menyukai tantangan dan peluang. Oleh sebab itu, pengambil risiko ditemukan pada orang-orang yang inovatif dan kreatif yang merupakan bagian terpenting dari perilaku kewirausahaan (Suryana,2000:17).

d. Kepemimpinan

Seorang wirausaha yang berhasil selalu memiliki sifat kepemimpinan, kepeloporan, keteladanan. Ia selalu ingin tampil berbeda, lebih dulu, lebih menonjol. Ia selalu memanfaatkan perbedaan sebagai suatu yang menambah nilai. Karena itu, perbedaan bagi seseorang yang memiliki jiwa kewirausahaan merupakan sumber pembaharuan untuk menciptakan nilai. Ia selalu ingin bergaul untuk mencari peluang, terbuka untuk menerima kritik dan saran yang kemudian dijadikan peluang.

e. Berorientasi ke masa depan

Orang yang berorientasi ke masa depan adalah orang yang memiliki perspektif dan pandangan ke masa depan. Karena ia memiliki pandangan yang jauh ke masa depan, maka selalu berusaha untuk berkarsa dan berkarya. Kuncinya pada kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda dengan yang


(61)

sudah ada sekarang. Meskipun dengan risiko yang mungkin terjadi, ia tetap tabah untuk mencari peluang dan tantangan demi pembaharuan masa depan. Pandangan yang jauh ke depan, membuat wirausaha tidak cepat puas dengan karsa dan karya yang sudah ada sekarang. Oleh sebab itu, ia selalu mempersiapkannya dengan mencari suatu peluang (Suryana,2000:17).

f. Keorisinilan: kreativitas dan keinovasian

Menurut Yuyun Wirasasmita, nilai inovatif, kreatif dan fleksibel merupakan unsur-unsur keorisinilan seseorang. Wirausaha yang inovatif adalah orang yang kreatif dan yakin dengan adanya cara-cara baru yang lebih baik (Suryana,2000:18). Ciri-cirinya, adalah:

1) Tidak pernah puas dengan cara-cara yang dilakukan saat ini, meskipun cara tersebut cukup baik.

2) Selalu menuangkan imajinasi dalam pekerjaannya.

3) Selalu ingin tampil berbeda atau selalu memanfaatkan perbedaan.

Menurut Hardvard’s Theodore Levitt mengemukakan definisi keinovasian dan kreativitas lebih mengarah pada konsep berfikir dan bertindak yang baru. Menurut Levitt, kreativitas adalah berfikir sesuatu yang baru dan keinovasian adalah melakukan sesuatu yang baru. Kewirausahaan adalah berfikir dan bertindak


(62)

sesuatu yang baru atau berpikir sesuatu yang lama dengan cara-cara baru.

Dari definisi di atas, kreativitas mengandung pengertian, yaitu :

1) Kreativitas adalah menciptakan sesuatu yang asalnya tidak ada. 2) Hasil kerja sama masa kini untuk memperbaiki masa lalu

dengan cara yang baru.

3) Menghilangkan sesuatu untuk menciptakan sesuatu yang lebih sederhana dan lebih baik.

C. TINGKAT PENDIDIKAN

1. Pengertian pendidikan (paedagogie)

Secara etimologis paedagogie berasal dari bahasa Yunani, terdiri dari kata “PAIS”, artinya anak, dan “AGAIN” diterjemahkan membimbing, jadi paedagogie yaitu bimbingan yang diberikan kepada anak (H.Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, 2001:69).

Secara definitif pendidikan (paedagogie) diartikan oleh para tokoh pendidikan, sebagai berikut (H.Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, 2001:69):

a. John Dewey

Pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan-kecakapan fundamental secara intelektual dan emosional sesama manusia.


(63)

b. SA.Bratanata dkk

Pendidikan adalah usaha yang sengaja diadakan baik langsung maupun dengan cara yang tidak langsung untuk membantu anak dalam perkembangannya mencapai kedewasaannya.

c. Rousseau

Pendidikan adalah memberi kita perbekalan yang tidak ada pada masa anak-anak, akan tetapi kita membutuhkannya pada waktu dewasa.

d. GBHN

Pendidikan adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan diluar sekolah dan berlangsung seumur hidup.

2. Jenis-jenis pendidikan

Pendidikan itu ada berbagai jenis. Jenis pendidikan itu dapat dibeda-bedakan atau digolong-golongkan sebagai berikut (H.Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, 2001:69):

a. Menurut tingkat dan sistem persekolahan

Setiap Negara mempunyai sistem persekolahan yang berbeda-beda, baik mengenai tingkat maupun jenis sekolah. Pada saat ini jenis dan tingkat persekolahan di Negara kita dari Pra sekolah sampai Perguruan Tinggi ada dua macam yaitu tingkat pra sekolah dan tingkat sekolah dasar


(64)

b. Menurut tempat berlangsungnya pendidikan

Menurut Ki Hajar Dewantara ( dalam H.Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, 2001:96 ) pendidikan menurut tempatnya dibedakan menjadi 3 (tiga) dan disebut tripusat pendidikan, yaitu: pendidikan di dalam keluarga, pendidikan di dalam sekolah dan pendidikan di dalam masyarakat

c. Menurut sifatnya pendidikan

Menurut sifatnya pendidikan, dibedakan menjadi 3 (tiga) macam yaitu:

1) Pendidikan informal, yaitu pendidikan yang diperoleh seseorang dari pengalaman sehari-hari dengan sadar atau tidak sadar sepanjang hayat. Pendidikan ini dapat berlangsung dalam keluarga pergaulan sehari-hari maupun dalam pekerjaan, masyarakat, keluarga, dan organisasi.

2) Pendidikan formal, yaitu pendidikan yang berlangsung secara teratur, bertingkat dan mengikuti syarat-syarat tertentu secara ketat. Pendidikan ini berlangsung di sekolah.

3) Pendidikan non formal, yaitu pendidikan yang dilaksanakan secara tertentu dan sadar tetapi tidak terlalu mengikuti peraturan yang ketat.

3. Arti penting pendidikan

Maju mundurnya suatu bangsa sebagian besar ditentukan oleh maju mundurnya pendidikan di Negara itu. Mengingat sangat


(65)

pentingnya pendidikan itu bagi kehidupan bangsa dan negara, maka hampir seluruh negara di dunia ini menangani secara langsung masalah-masalah yang berhubungan dengan pendidikan. Dalam hal ini masing-masing negara itu menentukan sendiri dasar dan tujuan pendidikan di negaranya (H.Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, 2001:98) .

Masing-masing negara mempunyai pandangan hidup sendiri-sendiri, yang berbeda satu dengan yang lain. Demikian juga masing-masing orang mempunyai bermacam-macam tujuan pendidikan, yaitu melihat kepada cita-cita, kebutuhan dan keinginan (H.Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, 2001:98).

4. Tujuan pendidikan menurut para pakar

Tujuan pendidikan menurut beberapa tokoh dapat dijelaskan sebagai berikut (H.Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, 2001:133) :

a. Socrates

Tujuan pendidikan adalah mengembangkan daya pikir sehingga memungkinkan orang untuk mengerti pokok-pokok kesusilaan. b. John Milton

Tujuan pendidikan adalah persiapan untuk kehidupan yang sebenarnya di dunia nyata ini.

c. Jean Jacques Rousseau

Tujuan pendidikan adalah mengembangkan pembawaan anak itu menurut alamnya.


(66)

d. John Locke

Tujuan akhir pendidikan adalah pembentukan watak, perkembangan manusia sebagai kebulatan moral, jasmani dan mental.

e. Aritoteles

Tujuan pendidikan adalah membuat kehidupan rasional. Individu bersama-sama dengan orang-orang lain hendaknya tingkah lakunya selalu dipimpin oleh akal.

Dalam penelitian ini yang dimaksud pendidikan adalah pendidikan yang ditempuh oleh seseorang dan dengan pendidikan tersebut dapat ditingkatkan kemampuan, kecerdasan, ketrampilan, dan pengetahuannya.

Berkaitan dengan sikap, telah diungkapkan oleh Aristoteles bahwa pendidikan membuat kehidupan rasional. Individu bersama-sama dengan orang-orang lain hendaknya tingkah lakunya selalu dipimpin oleh akal. Dari pengertian tersebut jelas bahwa pendidikan dapat membentuk sikap tertentu seseorang melalui nilai-nilai yang diterimanya.

D. SIKAP (Attitude) 1. Pengertian Sikap

Telah banyak definisi sikap yang telah dikemukakan oleh para ahli. Dari kesemuanya itu dapat dimasukkan ke dalam salah satu


(67)

di antara tiga kerangka pemikiran (Saifuddin Azwar,1988:3). Pertama adalah kerangka pemikiran yang diwakili oleh para ahli psikologi seperti Louis Thurstone (beliau ini perintis di bidang pengukuran sikap) dan Charles Osgood. Menurut mereka sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap seseorang terhadap objek adalah perasaan mendukung atau memihak ataupun perasaan tidak mendukung objek tersebut (Berkowitz).

Ahli lain seperti Gordon Allport (beliau terkenal di bidang psikologi sosial dan psikologi kepribadian), mempunyai konsepsi tentang sikap yang lebih kompleks. Menurut Allport, sikap merupakan semacam kesiapan untuk bereaksi terhadap sesuatu objek dengan cara-cara tertentu. Pengertian ini mengandung kecenderungan potensial untuk bereaksi apabila individu dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya respon.

Kelompok pemikiran yang ketiga adalah kelompok yang berorientasi kepada teori kognitif. Menurut kelompok ini, suatu sikap merupakan konstelasi komponen kognitif, afektif, dan konatif, yang berinteraksi dalam memahami, merasakan, dan berperilaku terhadap suatu objek.

Pembentukan sikap seringkali tidak disadari oleh orang yang bersangkutan, akan tetapi sikap bersifat dinamis dan terbuka terhadap kemungkinan perubahan dikarenakan interaksi seseorang dengan lingkungan di sekitarnya. Sikap hanya akan ada artinya bila


(68)

ditampakkan dalam bentuk pernyataan perilaku, baik perilaku lisan maupun perilaku perbuatan. Kondisi lingkungan dan situasi di suatu saat dan di suatu tempat tidak disangsikan lagi pengaruhnya terhadap pernyataan sikap seseorang sehingga apa yang dinyatakan seseorang sebagai sikapnya secara terbuka tidak selalu sesuai dengan sikap hatinya yang sesungguhnya.

Sikap dikatakan sebagai respon. Respon hanya akan timbul apabila individu dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki timbulnya reaksi individu. Respon evaluatif berarti bahwa bentuk respon yang dinyatakan sebagai sikap itu disadari oleh proses evaluasi dalam diri individu, yang memberi kesimpulan nilai terhadap stimulus dalam bentuk baik atau buruk-positif atau negative-menyenangkan atau tidak menyenangkan-suka atau tidak suka, yang kemudian mengkristal sebagai potensi reaksi terhadap objek sikap.

Salah satu karakteristik reaksi perilaku manusia adalah sifat diferensialnya. Artinya suatu stimulus yang sama belum tentu akan menimbulkan bentuk reaksi yang sama dari individu. Sebaliknya, suatu reaksi yang sama juga belum tentu timbul akibat adanya stimulus yang serupa. Karena itulah, kemudian disadari bahwa perilaku manusia tidak dapat diprediksi atau diramalkan dengan kepastian yang tinggi. Selalu ada bagian perilaku yang tak dapat diperkirakan terjadinya.

Faktor yang menentukan bentuk respon individu terhadap stimulus yang diterimanya yaitu berbagai faktor penting seperti hakikat


(69)

stimulus itu sendiri, latar belakang pengalaman idividu, motivasi, dan sebagainya, adalah sikap individu ikut memegang peranan penting dalam menentukan bagaimanakah reaksi seseorang terhadap lingkungan. Pada gilirannya, lingkunganm secara timbal balik akan mempengaruhi perilaku. Interaksi antara situasi lingkungan dengan sikap. Dengan berbagai faktor di dalam maupun di luar diri individu akan membentuk suatu proses kompleks yang akhirnya menentukan bentuk perilaku yang ditampakkan oleh seseorang.

2. Karakteristik Sikap

Sax (dalam Saifuddin Azwar,1988:9) menunjukkan beberapa karakteristik sikap yang meliputi arah, intensitas, keluasan, konsistensi, dan spontanitasnya. Suatu sikap mempunyai arah, artinya sikap akan menunjukkan apakah seseorang menyetujui atau tidak menyetujui, apakah mendukung atau tidak mendukung, apakah memihak atau tidak memihak terhadap suatu objek sikap. Sesseorang yang mempunyai sikap mendukung terhadap suatu objek sikap berarti mempunyai sikap yang berarah positif terhadap objek tersebut dan sebaliknya.

Karakteristik yang kedua adalah intensitas. Intensitas atau kekuatan sikap pada setiap orang belum tentu sama. Dua orang yang sama-sama mempunyai sikap positif terhadap sesuatu, mungkin tidak sama intensitasnya dalam arti yang satu bersifat positif akan tetapi


(70)

yang yang lain bersikap lebih positif lagi daripada yang pertama dan sebaliknya.

Karakteristik yang ketiga adalah keluasan sikap. Pengertian keluasan sikap menunjuk kepada luas tidaknya cakupan aspek objek sikap yang disetujui atau tidak disetujui oleh seseorang. Seseorang dapat mempunyai sikap favorable (mendukung) terhadap objek sikap secara menyeluruh, yaitu terhadap semua aspek yang ada pada objek sikap.

Karakteristik yang keempat adalah konsistensi sikap. Konsistensi sikap ditunjukkan oleh kesesuaian antara pernyataan sikap yang dikemukakan oleh subyek dengan responnya terhadap obyek sikap. Konsistensi sikap juga ditunjukkan oleh tidak adanya kebimbangan dalam bersikap.

Karakteristik yang kelima adalah spontanitasnya, yaitu sejauh mana kesiapan subyek untuk menyatakan sikapnya secara spontan. Suatu sikap dikatakan mempunyai spontanitas yang tinggi apabila sikap dinyatakan tanpa perlu mengadakan pengungkapan atau desakan agar subyek menyatakan sikapnya. Hal ini tampak dengan penanyaan saja atau dengan pengamatan terhadap indikator sikap dimana subyek mempunyai kesempatan untuk menyatakan sikapnya.


(71)

3. Struktur Sikap

Dilihat dari strukturnya,sikap terdiri atas tiga komponen yang saling menunjang, yaitu komponen kognitif (cognitive),

komponen afektif (affective), dan komponen konatif (conative)

(Saifuddin Azwar,1988:17). Komponen kognitif berupa apa yang akan dipercayai oleh subyek pemilik sikap, komponen afektif merupakan komponen perasaan yang menyangkut aspek emosional dan komponen konatif merupakan aspek kecenderungan berperilaku tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh subyek. Berikut ini penjelasan dari ketiga komponen tersebut di atas.

a. Komponen kognitif

Sebagaimana telah dikemukakan di atas, komponen kognitif berisi kepercayaan seseorang mengenai obyek sikap. Mengapa orang percaya atau mempunyai kepercayaan? Kepercayaan datang dari apa yang telah kita lihat atau apa yang telah kita ketahui. Berdasarkan apa yang telah kita lihat itu kemudian terbentuk suatu ide atau gagasan mengenai sifat atau karakteristik umum suatu obyek. Karena itulah kita percaya, misalnya bahwa burung dapat bertelur. Sekali kepercayaan itu telah terbentuk, maka ia akan menjadi dasar pengetahuan seseorang mengenai apa yang diharapkan dan apa yang tidak diharapkannya dari obyek tertentu.


(72)

Kepercayaan dapat terus berkembang. Pengalaman pribadi, apa yang diceritakan orang lain, dan kebutuhan emosional kita sendiri merupakan determinan utama dalam terbentuknya kepercayaan. Apabila ada suatu stereotipe yang mengatakan bahwa orang Cina mata duitan, maka pengalaman pribadi yang digeneralisir ini lalu membentuk stereotipe. Apabila stereotipe ini sudah berakar sejak lama, maka orang kemudian akan mempunyai sikap yang lebih didasarkan pada predikat yang dilekatkan oleh pola stereotipenya dan bukan didasarkan pada obyek tertentu. Sikap yang didasarkan pola stereotipe semacam ini biasanya sangat sulit untuk menerima perubahan.

Tentu saja kepercayaan sebagai komponen kognitif tidak selalu akurat. Kadang-kadang kepercayaan itu terbentuk justru dikarenakan tidak adanya informasi yang tepat mengenai obyek yang dihadapi.

b. Komponen afektif

Komponen afektif manyangkut masalah emosional subyektif seseorang terhadap sesuatu obyek sikap. Secara umum, komponen ini disamakan dengan perasaan yang dimiiki terhadap sesuatu. Namun, pengertian perasaan pribadi seringkali sangat berbeda perwujudannya bila dikaitkan dengan sikap.


(73)

Reaksi emosional yang merupakan komponen afektif ini banyak ditentukan oleh kepercayaan atau apa yang kita percayai sebagai benar bagi obyek termaksud.

c. Komponen konatif

Komponen perilaku atau komponen konatif dalam sikap menunjukkan bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan obyek yang dihadapinya. Asumsi dasar adalah bahwa kepercayaan dan perasaan mempengaruhi perilaku. Maksudnya, bagaimana orang akan berperilaku dalam situasi tertentu dan terhadap stimulus tertentu akan banyak ditentukan oleh bagaimana kepercayaan dan perasaannya terhadap stimulus tersebut. Kecenderungan berperilaku secara konsisten, selaras dengan kepercayaan dan perasaan ini membentuk sikap individual. Karena itu, adalah logis untuk mengharapkan bahwa sikap seseorang akan dicerminkan dalam bentuk perilaku terhadap obyek.

4. Pembentukan Sikap

Sikap sosial terbentuk dari adanya interaksi sosial yang dialami oleh individu. Interaksi sosial mengandung arti lebih daripada sekedar adanya kontak sosial dan hubungan antar individu sebagai anggota kelompok sosial. Dalam interaksi social, terjadi hubungan saling mempengaruhi di antara individu yang satu dengan yang lain, terjadi hubungan timbale balik yang turut mempengaruhi pola perilaku


(1)

Tabel r

1 tail 0,01 0,05 0,15 0,3

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 0,985 0,881 0,776 0,695 0,634 0,586 0,548 0,516 0,489 0,465 0,445 0,427 0,411 0,397 0,384 0,373 0,362 0,352 0,343 0,335 0,327 0,320 0,313 0,307 0,301 0,295 0,290 0,285 0,280 0,275 0,271 0,268 0,264 0,261 0,257 0,253 0,250 0,246 0,243 0,239 0,929 0,770 0,663 0,590 0,536 0,495 0,462 0,434 0,411 0,392 0,375 0,360 0,346 0,334 0,323 0,310 0,305 0,296 0,289 0,282 0,275 0,269 0,263 0,258 0,253 0,248 0,244 0,239 0,235 0,231 0,228 0,225 0,222 0,219 0,216 0,213 0,210 0,207 0,204 0,201 0,814 0,640 0,542 0,479 0,433 0,399 0,371 0,349 0,330 0,314 0,300 0,288 0,277 0,267 0,258 0,250 0,243 0,237 0,230 0,225 0,219 0,214 0,210 0,206 0,201 0,198 0,194 0,191 0,187 0,184 0,177 0,170 0,163 0,156 0,149 0,142 0,135 0,128 0,121 0,114 0,649 0,486 0,404 0,353 0,317 0,290 0,270 0,253 0,237 0,227 0,216 0,207 0,199 0,192 0,186 0,180 0,175 0,170 0,165 0,161 0,157 0,154 0,150 0,147 0,144 0,141 0,139 0,136 0,134 0,132 0,130 0,128 0,127 0,125 0,123 0,121 0,119 0,118 0,116 0,114


(2)

171

TABEL F

df f_df1_5 f_df2_5 f_df10_5 f_df18_5 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 161.4476 18.5128 10.1280 7.7086 6.6079 5.9874 5.5914 5.3177 5.1174 4.9646 4.8443 4.7472 4.6672 4.6001 4.5431 4.4940 4.4513 4.4139 4.3807 4.3512 4.3248 4.3009 4.2793 4.2597 4.2417 4.2252 4.2100 4.1960 4.1830 4.1709 4.1596 4.1491 4.1393 4.1300 4.1213 4.1132 4.1055 4.0982 199.5000 19.0000 9.5521 6.9443 5.7861 5.1433 4.7374 4.4590 4.2565 4.1028 3.9823 3.8853 3.8056 3.7389 3.6823 3.6337 3.5915 3.5546 3.5219 3.4928 3.4668 3.4434 3.4221 3.4028 3.3852 3.3690 3.3541 3.3404 3.3277 3.3158 3.3048 3.2945 3.2849 3.2759 3.2674 3.2594 3.2519 3.2448 241.8818 19.3959 8.7855 5.9644 4.7351 4.0600 3.6365 3.3472 3.1373 2.9782 2.8536 2.7534 2.6710 2.6022 2.5437 2.4935 2.4499 2.4117 2.3779 2.3479 2.3210 2.2967 2.2747 2.2547 2.2365 2.2197 2.2043 2.1900 2.1768 2.1646 2.1532 2.1425 2.1325 2.1231 2.1143 2.1061 2.0982 2.0909 247.3232 19.4402 8.6745 5.8211 4.5785 3.8957 3.4669 3.1733 2.9600 2.7980 2.6709 2.5684 2.4841 2.4134 2.3533 2.3016 2.2567 2.2172 2.1823 2.1511 2.1232 2.0980 2.0751 2.0543 2.0353 2.0178 2.0017 1.9868 1.9730 1.9601 1.9481 1.9369 1.9264 1.9166 1.9073 1.8986 1.8904 1.8826 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(3)

(4)

173 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(5)

(6)

175 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


Dokumen yang terkait

Analisis Peranan Koperasi Simpan Pinjam Terhadap Pengembangan usaha Mikro dan Kecil di Kota Padangsidimpuan.

30 148 79

Analisis Pengaruh Kredit Perbankan, Lama Usaha Dan Tingkat Pendidikan Terhadap Omset Pengusaha Kecil Rotan Di Kecamatan Medan Barat Medan

0 16 96

Tinjauan Hukum Terhadap Pemberian Kredit Kepada Pengusaha Kecil Dan Koperasi Di Pertamina UPPDN I Medan

0 17 129

Sintesis Kebijakan Pengembangan Pengusaha Kecil dan Koperasi

0 5 5

Profil Kewirausahaan Pengusaha Kecil Batik, Resiko Usaha dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ketersediaan Pengusaha dalam Mengambil Resiko

1 33 195

ANALISA PENGARUH PEMBERIAN KREDIT TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN PENGUSAHA Analisa Pengaruh Pemberian Kredit Terhadap Peningkatan Pendapatan Pengusaha Mikro Di Surakarta (Pada Koperasi Simpan Pinjam Lumbung Artha).

0 4 13

ANALISA PENGARUH PEMBERIAN KREDIT TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN PENGUSAHA Analisa Pengaruh Pemberian Kredit Terhadap Peningkatan Pendapatan Pengusaha Mikro Di Surakarta (Pada Koperasi Simpan Pinjam Lumbung Artha).

0 2 12

ANALISIS PEMBERIAN KREDIT TERHADAP TINGKAT KEUNTUNGAN PENGUSAHA KECIL ANALISIS PEMBERIAN KREDIT TERHADAP TINGKAT KEUNTUNGAN PENGUSAHA KECIL (Survey Pada Nasabah PD. BPR- BKK se-Kabupaten Rembang).

0 1 14

PENGARUH PEMBERIAN KREDIT TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN PEDAGANG KECIL KOPERASI SIMPAN PINJAM Pengaruh Pemberian Kredit Terhadap Peningkatan Pendapatan Pedagang Kecil Koperasi Simpan Pinjam Putri Manunggal Kecamatan Pulokarto di Kabuapten Sukoharjo.

0 11 14

Pengaruh motivasi usaha, jiwa kewirausahaan dan tingkat pendidikan terhadap sikap pengusaha kecil untuk mengambil kredit koperasi simpan pinjam : studi kasus pada pengusaha kecil di Koperasi Kredit ``Karsani`` Minggir Sleman Yogyakarta - USD Repository

0 3 193