Perumusan Hipotesis proposal mpl pajak revisi

lainnya. Surbakti 2012 melakukan penelitian terkait pengaruh karakteristik perusahaan terhadap penghindaran pajak. Hasilnya menunjukkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap tingkat penghindaran pajak di suatu perusahaan. Gambar 2.1 Skema pemikiran

2.4 Perumusan Hipotesis

2.4.1 Corporate Governance CG CG menurut Komite Nasional Kebijakan Governance KNKG adalah salah satu pilar dari sistem ekonomi pasar. CG berkaitan erat dengan kepercayaan baik terhadap perusahaan yang melaksanakannya maupun terhadap iklim usaha yang kondusif Annisa dan Kurniasih 2012. Menurut Desai 2005, CG secara definitif merupakan sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan untuk menciptakan nilai tambah value added untuk semua stockholder. Secara singkat, ada empat komponen utama yang diperlukan dalam konsep CG ini, yaitu fairness, transparency, accountability, dan responsibility. Variabel independen Corporate governance Profitabilitas Karakteristik Eksekutif Karakteristik Perusahaan Variabel dependen Tax avoidance Good corporate governance secara definitif merupakan sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan untuk menciptakan nilai tambah value added untuk semua stockholder Desai dan Dharmapala, 2007. Secara singkat, ada empat komponen utama yang diperlukan dalam konsep good corporate governance ini, yaitu airness, transparancy, accountability, dan responsibility. 2.4.1.1 Pengaruh Kepemilikan Institusional Terhadap Tax Avoidance Besar kecilnya konsentrasi kepemilikan institusional maka akan mempengaruhi kebijakan pajak agresif oleh perusahaan, dan semakin kecil kepemilikan institusional akan meningkatkan kebijakan pajak agresif, tetapi semakin besar kepemilikan institusional maka akan semakin mengurangi tindakan kebijakan pajak yang agresif. Pemilik institusional memainkan peran penting dalam memantau, mendisiplinkan dan mempengaruhi manajer, mereka berpendapat bahwa seharusnya pemilik institusional berdasarkan besar dan hak suara yang dimiliki, dapat memaksa manajer untuk berfokus pada kinerja ekonomi dan menghindari peluang untuk perilaku mementingkan diri sendiri. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Khuranadan Moser 2009 dalam Annisa dan Kurniasih 2012 adalah besar kecilnya konsentrasi kepemilikan institusional maka akan berpengaruh secara negatif terhadap kebijakan pajak agresif oleh perusahaan, dan semakin besarnya konsentrasi shortterm shareholder institusional akan meningkatkan kebijakan pajak agresif, tetapi semakin besar konsentrasi kepemilikan long-term shareholder maka akan semakin mengurangi tindakan kebijakan pajak yang agresif. Selain itu hasil penelitian Irawan dan Aria 2012 menemukan bahwa kepemilikan saham institusi berpengaruh negatif terhadap manajemen pajak yang dilakukan oleh perusahaan. 2.4.1.2 Pengaruh Dewan Komisaris Independen Terhadap Tax Avoidance Komisaris independen merupakan pihak yang tidak terafiliasi dengan pemegang saham pengendali, anggota direksi dan dewan komisaris lain. Dalam hal ini dewan komisaris tidak boleh melibatkan diri dalam tugas-tugas manajemen dan tidak boleh mewakili perusahaan dalam transaksi-transaksi dengan pihak ketiga. Subprinsip ini menyatakan dua elemen penting dari tanggung jawab pengelolaan dewan, yaitu kewajiban kehati-hatian dan kewajiban kesetiaan. Semakin banyak komisaris independen maka pengawasan manajemen akan semakin ketat. Meskipun demikian hasil penelitian Pohan 2008 membuktikan bahwa komisaris independen mempunyai pengaruh positif terhadap tax avoidance dan tax evasion manajemen kerap kali bersifat oportunistik dimana mereka memiliki motif untuk memaksimalkan laba bersih agar meningkatkan bonus. Laba selama ini dijadikan indikator utama keberhasilan manajer. 2.4.1.3 Pengaruh Kualitas Audit Independen Terhadap Tax Avoidance Salah satu elemen penting dalam corporate governance adalah transparansi. Transparansi terhadap pemegang saham dapat dicapai dengan melaporkan hal-hal terkait perpajakan pada pasar modal dan pertemuan para pemegang saham. Laporan keuangan yang diaudit oleh auditor KAP The Big Four menurut beberapa referensi dipercaya lebih berkualitas sehingga menampilkan nilai perusahaan yang sebenarnya, oleh karena itu diduga perusahaan yang diaudit oleh KAP The BigFour Price Waterhouse Cooper - PWC, Deloitte Touche Tohmatsu, KPMG, Ernst Young-EY memiliki tingkat kecurangan yang lebih rendah dibandingkan dengan perusahaan yang diaudit oleh KAP non The Big Four. Penelitian Annisa dan Kurniasih 2012 menyimpulkan bahwa kualitas audit berpengaruh negatif terhadap tax avoidance. 2.4.1.4 Pengaruh Komite Audit Terhadap Tax Avoidance Komite audit merupakan salah satu bentuk nyata dari penerapan good corporate governance atau tata kelola yang baik. Banyak para pihak, terutama dari pihak investor menganggap bahwa dengan adanya komite audit menjadi nilai tambah bagi sebuah perusahaan. Investor akan lebih merasa aman jika berinvestasi pada perusahaan yang telah menerapkan good corporate governance. Daniri 2006 dalam Pohan 2008 menyebutkan sejak direkomendasikan GCG di Bursa Efek Indonesia tahun 2000, komite audit telah menjadikomponen umum dalam struktur corporate governance perusahaan publik. Pada umumnya, komite ini berfungsi sebagai pengawas proses pembuatan laporan keuangan dan pengawasan internal, karena BEI mengharuskan semua emiten untuk untuk membentuk dan memiliki komite audit yang diketuai oleh komisaris independen. 2.4.1.5 Pengaruh Dewan Direksi Terhadap Tax Avoidance Dewan direksi dalam urutan manajemen merupakan tingkatan tertinggi setelah pemegang saham. Dewan direksi memegang peranan sentral dalam corporate governance karena hukum perseroan memusatkan tanggung jawab legal atas urusan perusahaan pada dewan direksi. Fungsi direksi adalah sebagai wakil dewan komisaris untuk melakukan pengelolaan perusahaan dalam rangka menjalankan tata kelola perusahaan yang baik Good Corporate Governance. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Penulis menentukan perusahaan-perusahaan yang dijadikan sampel adalah perusahaan besar dan memiliki kompleksitas tinggi. Diharapkan semakin banyak jumlah dewan direksi akan meningkatkan kompetensi antar direksi sehingga tata kelola perusahaan yang baikdapat tercapai, hal ini diperkuat dengan penelitian Irawan dan Aria 2012 yang membuktikan bahwa kepemilikan saham direksi memberikan pengaruh yang positif terhadap manajemen pajak.

2.4.2 Profitabilitas

Profitabilitas adalah suatu indikator kinerja manajemen dalam mengelola kekayaan perusahaan yang ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan. Menurut Kusumawati 2005, profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba pada masa mendatang dan merupakan indikator dari keberhasilan operasi perusahaan. Menurut Surbakti 2012, profitabilitas perusahaan dengan penghindaran pajak akan memiliki hubungan yang positif dan apabila perusahaan ingin melakukan penghindaran pajak maka harus semakin efisien dari segi beban sehingga tidak perlu membayar pajak dalam jumlah besar. Perusahaan yang memiliki profitabilitas tinggi memiliki kesempatan untuk memposisikan diri dalam tax planning yang mengurangi jumlah beban kewajiban perpajakan Chen et al., 2010. Apabila rasio profitabilitas tinggi, berarti menujukkan adanya efisiensi yang dilakukan oleh pihak manejemen. Laba yang meningkat mengakibatkan profitabilitas perusahaan juga meningkat, sehingga jumlah pajak yang harus dibayarkan juga meningkat. Atau dapat dikatakan ada kemungkinan upaya dari perusahaan untuk melakukan penghindaran pajak. 2.4.3 karakteristik eksekutif Maccrimon dan Wehrung 1990 dan Low 2006 menyebutkan bahwa, dalam menjalankan tugasnya sebagai pimpinan perusahaan eksekutif memiliki dua karakter yakni sebagai risk taker dan risk averse. Maccrimon dan Wehrung 1990 menyebutkan eksekutif yang memiliki karakter risk taker adalah eksekutif yang lebih berani dalam mengambil keputusan bisnis dan biasanya memiliki dorongan kuat untuk memiliki penghasilan, posisi, kesejahteraan, dan kewenangan yang lebih tinggi. Dengan demikian mereka harus mampu mendatangkan cash flow yang tinggi pula guna memenuhi tujuan pemilik perusahaan yakni untuk mendapatkan cash flow dari operasi yang dilakukan oleh perusahan La Porta dan Silanez 1999 Tax avoidance bermanfaat untuk memperbesar tax saving yang berpotensi mengurangi pembayaran pajak sehingga akan menaikkan cash flow Guire at al., 2011.

2.4.4 karakteristik Perusahaan

Karakteristik perusahaan merupakan ciri khas atau sifat yang melekat dalam suatu entitas usaha yang dapat dilihat dari berbagai segi, diantaranya jenis usaha atau industri, tingkat likuiditas, tingkat profitabilitas, ukuran perusahaan, keputusan investasi dan lain-lain Surbakti, 2010. Beberapa studi meneliti hubungan antara karakteristik perusahaan dan penghindaran pajak menggunakan beberapa proksi, misalnya aktivitas tax shelter, tarif pajak efektif, book-tax difference, dan lainnya. perusahaan yang beropersi lintas negara memiliki kecenderungan untuk melakukan tindakan tax avoidance yang lebih tinggi dibandingkan perusahaan yang beroperasi lintas domestik, karena mereka bisa melakukan transfer laba ke perusahaan yang berada di lain negara, dimana negara tersebut memungut tarif pajak yang lebih rendah dibandingkan negara lainnya. . 2.4.5 pengaruh corporate governance, profitabilitas, karakteristik eksekutif, dan karateristik perusahaan secara silmultan terhadap tax avoidance Penghindaran pajak tax avoidance adalah salah satu cara untuk menghindari pajak secara legal yang tidak melanggar peraturan perpajakan. Penghidaran pajak ini dapat dikatakan persoalan yang rumit dan unik karena disatu sisi diperbolehkan, tetapi tidak diinginkan. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi suatu perusahaan dalam melakukan kewajiban perpajakannya antara lain, corporate governance, profitabilitas, dan karakteristik eksekutif. Corporate governance merupakan tata kelola perusahaan yang menjelaskan hubungan antara berbagai partisipan dalam perusahaan yang menentukan arah kinerja perusahaan Haruman, 2008. Banyaknya perusahaan yang melakukan penghindaran pajak membuktikan bahwa corporate governance belum sepenuhnya dilakukan oleh perusahaan-perusahaan publik di Indonesia. Proksi dari corporate governance yang digunakan dalam penelitian ini adalah kepemilikan insitusional, proporsi dewan komisaris independen, kualitas audit dan komite audit. Annisa 2012 melakukan penelitian untuk menguji pengaruh corporate governance terhadap penghindaran pajak. Corporate governance diproksikan dengan komite audit dan kualitas audit yang berpengaruh terhadap tax avoidance. Profitabilitas merupakan salah satu pengukuran bagi kinerja suatu perusahaan. Profitabilitas suatu perusahaan menggambarkan kemampuan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba selama periode tertentu pada tingkat penjualan, asset dan modal saham tertentu. Profitabilitas terdiri dari beberapa rasio, salah satunya adala return on assets. Return on Assets ROA adalah suatu indikator yang mencerminkan performa keuangan perusahaan, semakin tingginya nilai ROA yang mampu diraih oleh perusahaan maka performa keuangan perusahaan tersebut dapat dikategorikan baik. ROA dilihat dari laba bersih perusahaan dan pengenaan Pajak Penghasilan PPh untuk Wajib Pajak Badan. Pengukuran kinerja dengan ROA menunjukkan kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan laba. ROA adalah rasio keuntungan bersih pajak yang juga berarti suatu ukuran untuk menilai seberapa besar tingkat pengembalian dari aset yang dimiliki perusahaan. ROA yang negatif disebabkan laba perusahaan dalam kondisi negatif rugi pula. Hal ini menunjukkan kemampuan dari modal yang diinvestasikan secara keseluruhan aktiva belum mampu menghasilkan laba. Perusahaan yang memperoleh laba diasumsikan tidak melakukan tax avoidance karena mampu mengatur pendapatan dan pembayaran pajaknya. Tommy Kurniasih dan Maria M. Ratnasari 2013 melakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh ROA terhadap penghindaran pajak dan diperoleh hasil bahwa ROA berpengaruh signifikan terhadap tax avoidance. Selain coorporate governance dan profitabilitas, perusahaan yang melakukan penghindaran pajak tentu saja juga melalui kebijakan yang diambil oleh pemimpin perusahaan itu sendiri karena keputusan dan kebijakan perusahaan diambil oleh pemimpin perusahan tersebut. Pemimpin perusahaan biasanya memiliki dua karakter yaitu, risk taker dan risk averse. Pemimpin perusahaan yang memiliki karakter risk taker dan risk averse tercermin pada besar kecilnya risiko perusahaan yang ada Budiman, 2012. karakteristik perusahaan yang memiliki keterkaitan dengan penghindaran pajak, karakteristik perusahaan juga menjadi salah satu faktor penentu dalam pengambilan tindakan tax avoidance. Karakteristik perusahaan adalah ciri khas suatu entitas usaha. Karakteristik tersebut bisa dilihat dari jenis usahanya, ukuran perusahaan, tingkat profitabilitas, tingkat likuiditas, dan keputusan investasi. Berdasarkan penjelasan diatas maka hipotesis penelitian adalah : HI : Kepemilikan institusional berpengaruh negatif terhadap tax avoidance H2 : Dewan komisaris independen berpengaruh negatif terhadap tax avoidance H3 : Kualitas audit berpengaruh negatif terhadap tax avoidance H4 : Komite audit berpengaruh negatif terhadap tax avoidance H5 : Dewan direksi berpengaruh negatif terhadap tax avoidance. H6 : Profitabilitas berpengaruh signifikan positif terhadap Tax Avoidance H7 : Semakin eksekutif bersifat risk taker maka akan semakin tinggi tingkat penghindaran pajak tax avoidance. H8 : Hasilnya menunjukkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap tingkat penghindaran pajak di suatu perusahaan BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian