Cacing-cacing tanah yang diperoleh diidentifikasi berdasarkan letak klitelum, yang didasari oleh kunci determinasi cacing tanah modifikasi Kemas 2005.
Gambar 1. Letak Monolith pada pertanaman tebu
Keterangan :
=Cacingtanah Monolith berukuran 50 cm x 50 cm = Mesofauna
= Mikroba dan Nematoda = Fisika dan kimia tanah
3.4 Analisis Tanah
Analisis C-organik dan pH tanah dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Tanah Universitas Lampung, sedangkan pengukuran suhu tanah dan kadar air tanah
dilakukan di lokasi percobaan pada saat pengambilan sampel cacing tanah.
3.5 Variabel Pengamatan
Variabel utama yang diamati adalah: 1. Jumlah cacing tanah ekor m
-2
2. Biomassa cacing tanah g m
-2
3. Keanekaragaman cacing tanahatau jenis-jenis cacing tanah
Variabelpendukung yang diamatiadalah: 1. Kadar C-organiktanahdenganmetode Walkley dan Black
2. pH tanahdenganmetodeelektrometrik 3. Kadar airtanah
4. Suhutanah ÂșC
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Sistem olah tanah tidak berpengaruh terhadap populasi dan biomassa cacing
tanah pada pertanaman tebu ratoon ke-2. 2. Pengaplikasian mulsa bagas meningkatkan populasi dan biomassa cacing
tanah pada pertanaman tebu ratoon ke-2. 3. Terdapat 2 famili cacing tanah yang didapat dari hasil identifikasi, yaitu famili
Megascolecidae dan famili Glossoscolecidae. 4. Tidak terdapat interaksi antara sistem olah tanah dan aplikasi mulsa bagas
terhadap populasi dan biomassa cacing tanah.
5.2 Saran
Dari hasil penelitian disarankan untuk melakukan pengamatan lanjut dalam jangka panjang tentang populasi dan biomassa cacing tanah untuk dapat mengetahui
pengaruh sistem pengolahan tanah dan aplikasi mulsa bagas.
PUSTAKA ACUAN
Agustina. 2008. IsolasidanUjiAktivitasSeluloseMikrobaTermofilik Dari PengomposanAmpasTebu Bagasse. Skripsi. Unila. Bandar Lampung. 64
hlm. Anas, I. 1990. Biologi Tanah dalam Praktek. Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Pusat antar Universitas Bioteknologi. Institut Pertanian Bogor. 161 hlm
Ansyori. 2004. Potensi Cacing Tanah Sebagai Alternatif Bio-Indikator Pertanian Berkelanjutan. Institut Pertanian Bogor. Makalah Pribadi FalsafahSains
PPS 702. Bogor. Batubara, M.H. 2012. Pengaruh Sistem Olah Tanah dan Aplikasi Mulsa Bagas
pada Lahan Pertanaman Tebu Terhadap Populasi dan Biomassa Cacing Tanah pada Pertanaman Tebu Tahun ke 2. Skripsi. UniversitasLampung.
Bandar Lampung. Brown, G.G., N.P. Benito, A. Pasini, K.D. Sautter, M.F. Guimaraes, and E.Tores,
2002. No-Tillage Greatly Increases Earthworm Population in Parana State, Brazil. The 7th International Symposium on Earthworm Ecology,
Cardiff, Wales. Busyra, B. S. 1995. Agregasi dan Stabilitas Agregat pada Typic Kandiudult
dengan Pemberian Bahan Kompos dan Gambut. Prosiding Sem. Nas-V BDP-OTK. Universitas Lampung. Bandar Lampung. Hal 83-89.
Catalan, G.I. 1981. Earthworms a New- Resource of Protein. Philippine Earthworms center. Philippines
.
Chan, K.Y. 2001. An Overview of Some Tillage Impact on Earthworm Population Abudance and Diversity-Implications for Functioning in Soil. SoilTill.Res.
57 :547-554. Coleman, D. C., D. A. Crossley, Jr.,and P. F. Hendrix. 2004. Fundamentals of Soil
Ecology. 2nd Edition. Elsevier Academic Press. USA. 386 hlm. Edwards, C.A. 1998. Earthworm Ecology. St. Lucie Press. Washington, DC. 389.