Pengaruh Pemekaran Wilayah Terhadap Pertumbuhan PDRB Perkapita (Studi Kasus Kabupaten Toba Samosir)

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

PENGARUH PEMEKARAN WILAYAH TERHADAP PERTUMBUHAN PDRB PERKAPITA

(STUDI KASUS KABUPATEN TOBA SAMOSIR)

SKRIPSI

DIAJUKAN OLEH

VALENTINA SIAGIAN 050501081

EKONOMI PEMBANGUNAN

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi


(2)

ABSTRACT

The research analyzes the reletion beetwen the Developing Regional Percapita allocation in Toba Samosir Residence.The object is exhibite how far of the effect Developing Regional to growth PDRB percapita allocation Toba Samosir Residence.

The research use deskrif analyzes teori by interpretation and to analyzes the data use computer Program SPSS 16.0 for windows evaluation version,and to know the economics basis in Toba Samosir Residence use the Location Quotient Teori.

The result shows that there is effects of Developing Regional to growth PDRB percapita.Develop percapita can increase welfare.


(3)

ABSTRAK

Penelitian ini menganalisis hubungan antara pemekaran wilayah dengan Pertumbuhan PDRB perkapita dengan studi kasus Kabupaten Toba

Samosir.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat sejauh mana pengaruh pemekaran wilayah terhadap pertumbuhan PDRB perkapita di Kabupaten Toba Samosir.

Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif dengan

menginterpretasikan data,dan untuk mengolah data dengan menggunakan program komputer SPSS i6.0 for windows Evaluation version.Dan untuk melihat basis ekonomi di Kabupaten Toba Samosir digunakan Teori Location Quotient.

Hasil penelitian ini memperlihatkan adanya pengaruh pemekaran wilayah terhadap pertumbuhan PDRB perkapita.Peningkatan PDRB perkapita Tersebut dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.


(4)

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang ... 1

1.2.Perumusan Masalah ... 6

1.3 Hipotesis ... 7

1.4.Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7

BAB II URAIAN TEORITIS 2.1.Pemekaran Wilayah ... 9

2.2.Manfaat Pemekaran Wilayah ... 12

2.3.Pengertian Pembangunan Ekonomi ... 14

2.4.Pembangunan Ekonomi Daerah... 17

2.5.Pertumbuhan Ekonomi ... 21

2.6.PDRB Perkapita ... 34

2.7.Pendapatan Regional dan Analisis LQ ... 35

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1.Ruang Lingkup Penelitian ... 36

3.2.Lokasi Penelitian ... 36

3.3.Jenis dan Sumber Data ... 36

3.4.Teknik Pengumpulan Data ... 37

3.5.Metode Analisis ... 37


(5)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.Deskripsi Kabupaten Toba Samosir Sebelum Pemekaran ... 41

4.1.1.Kondisi Geografis ... 41

4.1.2.Kondisi Alam Dan Topografi ... 42

4.1.3.Kondisi Demografis ... 43

4.1.4.Potensi Wilayah ... 45

4.2.Pemerintah Kabupaten Toba Samosir ... 48

4.3.Sejarah Pemekaran Wilayah ... 56

4.4.Analisis dan Pembahasan ... 61

4.4.1.Identifikasi Lapangan Usaha Basis ekonomi ... 61

4.4.2.Perkembangan PDRB Perkapita KabupatenTapanuli Utara,Toba Samosir,Samosir ... 67

4.4.3.Perbedaan PDRB perkapita Kab.Toba Samosir Sebelum dan Sesudah Pemekaran ... 70

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1.Kesimpulan ... 72

5.2.Saran ... 72 DAFTAR PUSTAKA


(6)

DAFTAR TABEL

No Tabel

Judul Tabel Halaman

4.1 Luas Kabupaten Toba Samosir 42

4.2 Luas Wilayah ,Jumlah penduduk dan Kepadatan Penduduk tahun 2006

44

4.3 Data Komoditi Perkebunan Toba Samosir 46

4.4 Kecamatan,Desa,Kelurahan Kab.Toba Samosir setelah pemekaran

58

4.5 Luas Per Kecamatan Kab.Tobasa dan Kab.Samosir 60

4.6 Nilai LQ Kab Tobasa dan Kab Taput 63

4.7 Nilai LQ Kab Tobasa dan Kab Samosir 65

4.8 PDRB Perkapita 68


(7)

BAB I PENDAHULUAN

1.1.LATAR BELAKANG

Sejak diberlakukannya UU No.5 tahun 1974,pembangunan Indonesia dituntut untuk memperhatikan istilah desentralisasi,yang dimaksudkan untuk memberi kewenangan kepada pemerintah daerah dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat di daerah menurut prakarsa sendiri,berdasarkan aspirasi sesuai dengan undang-undang.

Namun masih ditemukan banyak kelemahan yang terjadi di dalam umdang-undang ini yaitu tidak secara tegas mengatur sampai seberapa jauh tingkat otonomi yang dimiliki daerah atau yang diberikan pusat ke daerah.Undang-undang ini hanya mencantumkan prinsip saja “pelaksanaan otonomi yang bersifat nyata dan bertanggung jawab.”Sampai seberapa jauh nyata-nya dan batas-batas tanggung jawab seperti apa tidak ditegaskan.Hal ini mengakibatkan pembangunan tetap berjalan secara sentralistis yang tetap ditandai dengan peraturan dan kebijakan yang diterapkan oleh pusat,dan pemerintah di tingkat daerah praktis sekedar perpanjangan tangan dari pusat.

Sejalan dengan pembangunan dalam mencapai peningkatan kesejahteraan masyarakat yang adil dan merata dengan kondisi yang ada pembangunan Indonesia mengalami kesenjangan kesejahteraan itu, ditengah arus globalisasi yang membuat batas-batas Negara semakin tipis,mobilitas faktor produksi semakin tinggi,arus informasi yang tidak terbendung,menurut sistem pemerintahan yang sentralistik harus diganti mengingat daerah di Indonesia


(8)

memiliki keunikan sendiri,baik dari demografi maupun potensi ekonominya.Melihat inilah maka pemerintah menetapkan UU No. 22 tahun 1999 dalam memberi acuan dasar yang cukup tegas bagi pemerintah daerah baik provinsi maupun kabupaten untuk mengatur dan mengurus daerah sendiri.

Dalam acuan dasar tersebut setiap daerah harus membentuk suatu paket otonomi yang konsisten dengan kapasitas dan kebutuhannya.Dalam Negara majemuk seperti Indonesia,satu ukuran belum tentu cocok untuk semua daerah.Dalam proses ini komunitas-komunitas lokal perlu dilibatkan oleh masing-masing pemerintah kabupaten/kota,termasuk DPR untuk menjamin proses desentralisasi secara lebih baik dan bertanggung jawab dimana mereka sebagai salah satu stakeholder yang memiliki kepentingan mendalam untuk mensukseskan otonomi daerah (Widjaja,2004:2).

Perjalanan desentralisasi inipun terus mengalami perkembangan diberbagai daerah dan dalam pelaksanaannya banyak ditemukan kelemahan terkhusus dari segi undang-undang yang mengaturnya sehingga dimunculkan beberapa undang-undang seperti dengan berlakunya UU No. 32 tahun 2004 tentang pemerintah daerah dan UU No 33 tahun 2004 tentang hubungan keuangan pusat-daerah.Kedua undang-undang ini semakin memberikan kemudahan dalam melihat pencapaian pengelolaan daerah dimana pemerintah daerah.Hal ini yang berekaitan erat dengan kemandirian pelaksanaan pemerintah daerah adalah kebijakan fiscal daerah,termasuk pengelolaan keuangan daerah dan pertanggungjawaban pengelolaan keuangan daerah.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 ,ada tiga kriteria harus dipenuhi dalam rencana dan usul pemekaran daerah yakni syarat


(9)

administratif, teknis dan kewilayahan. Secara administratif pemekaran antara lain ialah persetujuan dari DPRD, Bupati/Walikota dan Gubernur serta rekomendasi Menteri Dalam Negeri, sementara syarat teknis antara lain ialah kemampuan ekonomi, sosial, budaya, sosial politik, kependudukan, luas daerah, pertahanan dan keamanan. Sedangkan persyaratan kewilayahan antara lain adalah 4 (empat) kecamatan untuk pembentukan kabupaten/kota, dan minimal 5 (lima) kabupaten/kota untuk pembentukan provinsi, serta didukung oleh ketersediaan sarana dan prasarana pemerintahaan.

Berdasarkan ketentuan tersebut nyatalah bahwa tujuan pemekaran daerah adalah untuk melancarkan pembangunan yang tersebar diseluruh wilayah dan membina kestabilan politik dan kesatuan bangsa.Dengan kata lain ,bertujuan untuk menjamin perkembangan dan pembangunan daerah yang dilkasanakn dengan azas dekonsentrasi.Lebih terperinci tujuan tersebut seperti dijelaskan dalam Undang-Undang No 32 tahun 2004 adalah :

1. Mempercepat laju pertumbuhan pembangunan 2. Upaya pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya.

3. Upaya untuk lebih mendekatkan pelayanan pemerintah kepada masyarakat .

4. Mempertinggi daya guna dan hasil guna penyelenggaraan pemerintah di daerah.

5. Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pemerintahan dan pembangunan.


(10)

Namun seperti diketahui bahwa meskipun sudah ada otonomi daerah,pembangunan di daerah tidak hanya berasal dari program regional,tetapi berasal dari program pembangunan sektoral yang dilaksanakan oleh Departemen teknis.Artinya program pembangunan daerah tersebut merupakan kombinasi dari asas desentralisasi dan asas dekonsentrasi.Dengan cara demikian diharapkan disparitas kemajuan akibat pembangunan antar daerah dapat dikurangi.Keadaan seperti ini merupakan suatu ciri negara sedang berkembang,yaitu masih tingginya peranan pemerintah pusat dalam memperoleh dan menyalurkan dana kepada daerah (Majidi.1991;4)

Dalam kenyataan pelaksanaan pembangunan sektoral di daerah sering menimbulkan masalah.Hal ini disebabkan proyek pembangunan sektoral tersebut tidak sesuai dengan keinginan(aspirasi) daerah seiring perencanaan pembanugnan sektoral lebih bersifat top-down.

Pemekaran wilayah berakibat langsung terhadap terjadinya pembatasan wilayah dengan luasan yang lebih kecil, persebaran penduduk lebih konsentrasi,keuangan (PAD),dan perencanaan pembangunan yang lebih terarah dan berkelanjutan.Hal ini merupakan konsekuensi,karena walaupun diadakan pemekaran wilayah namun potensi wilayah yang bersifat alamiah dan sarana prasarana wilayah yang sudah terbangun tidak akan dapat dibagi.Demikian juga distribusi penduduk dan aktivitasnya yang sudah tersebar dengan keadaan saat ini juga sangat sulit diubah.

Tolak ukur keberhasilan pembangunan dapat dilihat dari tingkat pertumbuhan ekonomi,struktur ekonomi,dan semakin kecilnya ketimpangan pendapatan antar daerah dan antar sektor.pertumbuhan ekonomi merupakan


(11)

ukuran utama keberhasilan pembangunan dan hasil pertumbuhan ekonomi dapat dinikmati semua lapisan masyarakat

Menurut pandangan ekonomi klasik (Adam smith )pada dasarnya ada 4 faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi yaitu jumlah penduduk,jumlah stok barang modal,luas tanah dan kekayaan alam serta tingkat teknologi yang digunakan.

Suatu perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan atau berkembang apabila tingkat kegiatan ekonominya lebih tinggi dari pada apa yang dicapai pada masa sebelumnya.Menurut Boediono(2001) pertumbuhan ekonomi adalah proses

kenaikan output perkapita dalam jangka panjang.Proses pertumbuhan ekonomi

bersifat dinamis yang berarti berkembang terus-menerus.

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) salah satu indikator untuk melihat pertumbuhan ekonomi di suatu daerah dan sangat dibutuhkan dalam pengambilan keputusan.PDRB merupakan keseluruhan nilai tambah yang dasar pengukurannya timbul akibat adanya aktivitas ekonomi dalam suatu daerah atau wilayah.Data PDRB menngambarkan kemampuan suatu daerah dalam mengelola sumber daya alam yang dimilikinya.PDRB perkapita merupakan hasil dari pembagian PDRB dengan jumlah penduduk,dengan kata lain pembentukan PDRB perkapita dapat dilihat dari meningkatnya nilai tambah sektor-sektor ekonomi yang ada dalam wilayah tersebut.Penelitian ini terfokus pada pemekaran wilayah kanupaten/kota.

Berdasarkan uraian di atas,penulis mencoba menganalisis sejauh mana pelaksanaan pemekaran wilayah di Sumatera Utara terhadap peningkatan


(12)

pertumbuhan PDRB perkapita.Untuk itu penulis mengambil judul “Pengaruh

pemekaran wilayah terhadap pertumbuhan PDRB perkapita (studi kasus Kabupaten Toba Samosir) .

1.2. PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian di atas,maka rumusan masalah yang dapat diambil sebagai berikut :

1. Apakah pemekaran kabupaten akan menyebabkan perubahan aktivitas basis ekonomi Kabupaten Toba Samosir?

2. Bagaimana pengaruh pemekaran wilayah terhadap

pertumbuhan(peningkatan) PDRB perkapita di Kabupaten Toba Samosir?

3. Apakah ada perbedaan PDRB perkapita sebelum dan sesudah pemekaran wilayah?

1.3.HIPOTESIS

Dari perumusan masalah yang telah dikemukakan di atas,maka penulis membuat hipotesis sebagai berikut :

1. Terdapat perubahan aktivitas basis ekonomi sebelum dan sesudah pemekaran wilayah.


(13)

2. Dengan adanya pemekaran wilayah pertumbuhan PBRD perkapita di Kabupaten Toba Samosir mengalami peningkatan.

3. Dengan adanya pemekaran wilayah ,terdapat perbedaan PDRB perkapita sebelum dan sesudah pemekaran.

1.4. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

Adapun tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui perubahan aktivitas basis ekonomi di kabupaten Toba Samosir.

2. Untuk mengetahui pengaruh pemekaran wilayah terhadap pertumbuhan (peningkatan) PDRB perkapita di Kabupaten Toba Samosir.

3. Untuk melihat perbedaan PDRB perkapita sebelum dan sesudah Pemekaran wilayah.

Adapun manfaat penelitian ini adalah :

1. Sebagai bahan masukan atau kajian untuk melakukan penelitian selanjutnya atau sebagai bahan perbandingan bagi pengambilan keputusan oleh pihak yang berwenang.

2. Sebagai bahan studi dan tambahan ilmu pengetahuan bagi mahasiswa Fakultas Ekonomi USU,terutama bagi mahasiswa departemen pembangunan Ekonomi yang ingin melakukan penelitian selanjutnya.


(14)

3. Untuk memperkaya wawasan ilmiah dan non ilmiah penulis dalam displin ilmu yang penulis tekuni serta mengaplikasikannya secara konseptual dan tekstual dan masukan bagi penelitian lain.


(15)

BAB II

URAIAN TEORITIS 2.1.Pemekaran Wilayah

Pemekaran wilayah dapat diartikan sebagai upaya mendirikan bagian wilayah tertentu melalui peningkatan kedudukan ,baik status maupun perannanya dalam administrasi pemerintahan Negara,sehingga masing-masing bagian wilayah tersebut menjadi daerah otonomi lainnya. Dengan pengertian tersebut, pemekaran wilayah berarti juga pemberian tanggung jawab pengelolaan pemerintah dan pembangunan yang lebih besar, sehingga pada akhirnya masing-masing daerah akan berkembang dalam suatu ikatan Negara dan laju pembangunan pada semua wilayah akan semakin seimbang dan serasi (Santoso,2001).

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang pokok-pokok pemerintahan di daerah, suatu daerah otonom bertanggung jawab mengatur urusan rumah tangga sendiri. Besar kecilnya tanggung jawab tersebut dapat dilihat dari berbagai indikator seperti aspek kuantitatif yang mencakup jumlah penduduk,wilayah bawahan,luas wilayah dan kelengkapan wilayah, sedangkan dari aspek kualitatif mencakup kondisi geografis , potensi wilayah dan sumber pendapatan.

Undang-Undang Nomor 5 tahun 1974 tersebut menyatakan dengan jelas adanya desentralisasi, artinya diberikan kewenagan dan tanggung jawab kepada badan dan organisasi di daerah untuk melaksanakan pembangunan yang diwujudkan dengan pemberian otonom kepada daerah untuk menyelenggarakan program-program regional. Dengan otonomi tersebut


(16)

berarti seluruh pertanggungan pengelolaan dan pembiayaan program-program dilakukan oleh pemerintah dan daerah .

Konsep baru tentang otonomi daerah dituangkan dalam Undang-undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah selanjutnya direvisi kembali dengan Undang-undang No 32 Tahun 2004, menyebutkan daerah otonom adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Menurut Jaweng (2001) , beberapa alasan dilakukannya perbaikan (revisi) terhadap Undang-undang N0 32 tahun 1999 tentang pemerintahan daerah ke dalam Undang-undang No 32 tahun 2004 adalah:;

• Alasan formal, yakni adanya mandat yang diberikan oleh MPR melalui Tap No.IV/MPR/2000 tentang Rekomendasi Kebijakan dalam Penyelenggaraan Otonomi Daerah.Inti dari ketetapan majelis ini adalah rekomendasi perlunya perintisan awal untuk mulai melakukan revisi yang bersifat mendasar terhadap perlunya UU Pemerintahan Daerah yang berlaku. Diharapkan revisi itu nantinya bisa menciptakan kesesuaian dengan maksud bunyi pasal 18 UUD 1945 dan termasuk merencanakan soal pemberian otonomi bertingkat terhadap propinsi,kabupaten/kota,desa/marga/nagari dan lain sebagainya.

• Alasan ketidaklengkapan materi pengaturan sehingga menjadi potensial problem dalam pelaksanaanya. Undang-undang yang lahir di bawah derasnya tekanan politik yang dialami pemerintahan pada


(17)

tahun 1999,kenyataannya mengabaikan sejumlah muatan dasar yang mestinya dicakup di dalamnya,atau mengaturnya secara tidak jelas dan tidak utuh sehingga menyebabkan kerancuan makna tafsirannya.Salah satu bukti ketidaklengkapan ini, dan pengaturan atas sebagiannya juga rancu, adalah menyangkut kedudukan gubernur sebagai wakil pemerintah pusat dan status propinsi sebagai wilayah administratif(selain sebagai daerah otonom terbatas ).

• Alasan inkonsistensi. Dalam hal ini,sejumlah pasal dalam Undang-undang No.22 Tahun 1999 menunjukkan bahwa antara maksud dan prinsip dasar otonomi dengan terjemahannya dalam rupa pasal-pasal tersebut malah terjadi ketidaksesuaian (asimetris). Ketidaklengkapan dan inkonsistensi semacam itu membawa implikasi yang serius sepanjang perjalanan otonomi daerah sekarang ini, yang menimbulkan efek berlebihan dan kontraproduktif dari maksud awalnya. Hal tersebut paling nampak dalam kelahiran ribuan peraturan daerah (perda) yang belakangan ini ramai diperbincangkan.

Dalam aspek keuangan, suatu daerah otonom harus mampu dan mempunyai rencana penerimaan dan pengeluaran daerah. Daerah otonom yang mandiri lebih mengutamakan sumber-sumber penerimaan dari Pendapatan Asli Daerah yang kemudian diperkuat oleh pendapatan yang bersumber dari pemerintah pusat. Oleh sebab itu, sangat tergantung kepada kemampuan aparat pemerintah daerah dalam menggali sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah sesuai dengan peraturan yang berlaku (Majidi,1991).


(18)

2.2. Manfaat Pemekaran Wilayah

Dalam kaitannya dengan pembangunan wilayah, terdapat tiga unsur yang mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan pembangunan dan sangat penting diperhatikan, baik dalam perencanaan maupun pelaksanaan pembangunan. Ketiga unsur tersebut di atas merupakan satu kesatuan yang saling terkait antara satu sama lain dan secara bersama-sama mempengaruhi pembangunan.

Unsur-unsur tersebut adalah : (a) Daerah, dalam arti tanah, baik yang produktif maupun tidak produktif beserta penggunaanya. Dalam pengertian ini terkait dengan kondisi lokasi (letak),luas dan batas yang merupakan kondisi goegrafis setempat, (b) penduduk, yang meliputi jumlah,pertambahan, kepadatan, persebaran dan mata pencaharian, (c) tata kehidupan, meliputi: pola tata pergaulan warga (Bintarto,1983).

Selanjutnya oleh Bintarto (1983) dijelaskan bahwa ketiga unsur tersebut merupakan faktor dasar yang masih harus dikelola untuk mewujudkan pembangunan.. Dalam pengertian bahwa pembangunan itu sendiri ditentukan oleh usaha manusia dan tata geografi.

Nilai-nilai sosial yang merupakan cara hidup masyarakat, dapat sebagai penghambat dan pendukung pembangunan. Oleh sebab itu, rencana dan pelaksanaan pembangunan harus diselaraskan dengan kondisi sosial masyarakat.sebagai contoh, bagi masyarakat yang masih didominasi sistem ekonomi jasa yang tradisional, akan sulit menerima sistem perekonomian modern yang berhubungan dengan uang (misalnya perkreditan), walaupun


(19)

diketahui perekonomian modern tersebut sangat berperan menunjang kemajuan masyarakat. Salah satu penghambat dalam hal ini adalah hubungan kekerabatan yang sangat erat yang dapat menghalangi proses pengawasan terhadap penyelewengan.

Peran serta penduduk dalam pembangunan dipengaruhi oleh sikap atau penilaiannya sendiri terhadap pembangunan, dan bukan oleh nilai-nilai atau norma-norma yang hidup melembaga didalam masyarakat. Nilai-nilai bersifat abstrak dan memberikan pengarahan yang normatif, sehingga tidak dapat (sangat sulit) berubah, sedangkan sikap manusia lebih realistis, sehingga mudah berubah (Pearson dalam Soedjito,1987). Juga dijelaskan bahwa sikap merupakan fungsi dari kepentingan, sedangkan kepentingan ditentukan oleh situasi lingkungan.

Sebagaimana pada umumnya, semua orang akan berkepentingan untuk meningkatkan kesejahteraan. Melihat hubungan demikian, untuk melaksanakan pembangunan yang harus berorientasi bagi peningkatan kesejahteraan penduduk. Artinya, masyarakat perlu disadarkan bahwa upaya pembangunan yang dilaksanakan adalah demi kesejahteraan masyarakat, dengan demikian masyarakat akan berkepentingan dan selanjutnya dicerminkan dalam sikap mendukung pembangunan. Kepentingan masyarakat pedesaan harus bersifat langsung dan nyata. Dalam hal ini harus bersifat langsung dan nyata, menyentuh aspek-aspek perekonomian masyarakat yang pada umumnya tergolong lemah (warpani , 1984).

Bagi masyarakat pedesaan, adakalanya kesadaran akan pentingnya pembangunan harus diperkenalkan dari luar. Penyadaran tersebut dapat


(20)

dilakukan melalui pemberian informasi ataupun tekanan-tekanan seperti tekanan ekonomi maupun politik. Dengan demikian masyarakat akan merasakan pembangunan sebagai kepentingannya sendiri sehingga mau melaksanakan pembangunan dengan sukarela tanpa merasa terpaksa. Kemudian agar perubahan-perubahan dirasakan tidak melanggar/menyalahi norma-norma yang hidup dan dipelihara oleh masyarakat,perlu kiranya agar perubahan tersebut didasari suatu prinsip idiologis.Idiologis tersebut akan menjadikan alasan pembenar (justification) terhadap perubahan yang direncanakan (Parson dalam Soedjito,1987) Prinsip idiologis tersebut hidup dalam masyarakat dan pada umumnya sebagai motto hidup masyarakat dan bernegara. Bagi masyarakat Indonesia, Prinsip idiologis tersebut adalah Pancasila.

2.3.PENGERTIAN PEMBANGUNAN EKONOMI

Pembangunan ekonomi adalah suatu cara untuk memajukan dan memeberikan kesejahteraan kepada masyarakat yang merupakan usaha untuk menghilangkan suatu mata rantai dari lingkungan kemiskinan yang dihadapi masyarakat berkembang,sedangkan dalam UUD 1945 dikatakan bahwa bangsa Indonesia bertujuan untuk melindungi segenap bangsa , individu dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum,mencerdaskan kehidupan bangsa, maka sudah sewajarnya Indonesia melakukan pembangunan yang telah tercermin dalam GBHN yang berisikan tujuan pembanguan.Hasil dari pembangunan itu sendiri yaitu untuk mewujudkan suatu masyarakat yang adil dan makmur yang merata material


(21)

dan spiritual berdasarkan pancasila dalam wadah NKRI yang merdeka, berdaulat, bersatu, dan berkedaulatan rakyat yang bersuasana perikehidupan yang aman, damai,serta dal;m lingkungan pergaulan dunia yang merdeka,bersahabat,tertib, dan damai.

Banyak terdapat defenisi tentang pembangunan ekonomi,baiknya kita tinjaau tentang pengertian pembangunan ekonomi yang diartikan sebagai proises yang menyebabkan pendapatan perkapita penduduk suatu masyarakat mengalami peningkatan dalam jangka panjang.Dari defenisi ini mengandung tiga unsur yaitu:

1. Suatu proses yang berarti perubahan yang terus menerus yang didalamnya telah mengandung unsur-unsur kekuatan sendiri untuk investasi .

2. Usaha peningkatan pendapatan perkapita. 3. Berlangsung dalam jamgka waktu yang lama.

Perkembangan ekonomi selalu dipandang sebagai kenaikan dalam pendapatan perkapita karena kenaikan pendapatan perkapita merupakan suatu pencerminan dari timbulnya perbaikan dalam kesejahteraan ekonomi masyarakat.Namun masalah pembangunan merupakan suatu jalinan eksistensi dari masyarakat sosial dan ekonomi, oleh karena itu kebijakan pembangunan ekonomi yang dilaksanakan perlu mempertimbangkan faktor-faktor yang bersifat non ekonomi yaitu untuk melengkapi analisis yang ditinjau dari sudut ekonomi.

Dalam memberikan defenisi pembangunan ekonomi para ahli ekonomi dan perencana ekonomi mengalami suatu evolusi dalam pemikiran


(22)

mereka sehingga lahirlah suatu pengertian pembangunan yang baru yang dikemukakan dalam buku Todaro (Todaro 1996) dalam bukunya Economic For Development World And Intoduction to Principles Problem And Policres For Development,yang mengatakan pembanguan ekonomi sebagai suatu proses multidimensional yang melibatkan perubahan-perubahan besar dalam stuktur sosial, sikap mental yang sudah terbiasa, lembaga nasional termasuk pula percepatan pra ekonomi pengurangan dan pemberantasan kemiskinan yang absolut.

Pengertian pembangunan ekonomi telah mengalami perubahan yang mencakup dimensi yang luas,terpadu dan mencakup sebagai aspek kehidupan,oleh sebab itu pengertian pembangunan harus dilihat secara dinamis dan bukan sebagai konsep yang statis dalam memahami ekonomi pembangunan, perlu juga dibedakan pembangunan ekonomi (Economic Development) dan pertumbuhan ekonomi(economic growth).

Dalam pembangunan ekonomi terkandung arti adanya usaha untuk meningkatkan pendapatan perkapita masyarakat atau GDP, Dimana kenaikan dibarengi oleh perombakan dan modernisasi serta memperhatikan aspek pemerataan pendapatan (Income Inquirey)sedangkan pertumbuhan ekonomi diikutkan sebagai kenaikan GDP (Gross Domestic Product) tanpa memandang kenaikan itu lebih besar atau lebihkecil daripendapatan penduduk dan tanpa memandang pembahasan struktur ekonomi.

Pada umumnya pembangunan selalu dibarengi dengan pertumbuhan, tetapi pertumbuhan belum tentu disertai dengan pembanguan .Pada tingkat perubahan mungkin saja pembangunan ekonomi selalu dibarengi dengan


(23)

pertumbuhan ekonomi atau sebaliknya. Sehubungan dengan itu,istilah pertumbuhan ekonomi yang biasa terdapat di negara maju, dimana struktur ekonominya yang sudah terindustri yang tidak mengalami perubahan struktural lagi, sedangkan pembangunan dan kemajuan ekonomi di negara-negara berkembang yang mengalami proses perubahan struktural dari keterbelakangan ke arah kemajuan dan modernisasi.

2.4.PEMBANGUNAN EKONOMI DAERAH

Sebelum kita membahas tentang pembangunan ekonomi daerah, terlebih dahulu dibahas tentang pengertian daerah/regional.Pengertian regional dipandang dari sudut tinjauan ekonomi adalah suatu ekonomi ruang yang berada dibawah satu administrasi tertentuseperti Propinsi,Kabupaten,Kecamatan dan sebagainya.Jadi daerah disini didasarkan pada pembagian administrassi suatu Negara.daerah daalam pengertian seperti ini, dinamakan daerah perencanaan aatau daerah administrasi.Lebih lanjut dikatakan pembangunan daerah merupakan suatu kegunaan pembangunan ,baik yang termasuk maupun yang tidak termasuk urusan Rumah Tangga (RT) daerah yang meliputi berbagai sumber pembiayaan baik yang berasal dariAnggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) dan yang berasal dari luar masyarakat. Kegunaan pembangunan ekonomi yang dilaksanakan oleh pemerintah termasuk BUMN,BUMD adalah berasal dari masyarakat lainnya.

Dari uraian ini kita menggunakan sumber-sumber pembiayaan masyarakat, sehingga pembangunan di daerah dapt dibagi dalam 3 kelompok yaitu :


(24)

1. Pembangunan dari pemerintah daerah yaitu pembangunan yang dibiayai dari PAD (Pendapatan Asli Daerah),perencanaan,prioritas proyek,dann kebijaksanaan dilaksanakan oleh daerah .

2. Pembangunan yang menjadi kewajiban pemerintah pusat tetapi pelaksanaannya oleh pemerintah daerah, misalnya proyek yang dibelanjai oleh daerah.

3. Pembangunan yang menjadi kewajiban pemerintah daerah yang pelaksanaannya oleh pemerintah pusat tetapi alokasinya berada di daerah pembangunan yang merupakan kewaajiban pemerintah daerah yang dibiayai dari sumber APBD (Anggaran Pendapatan Belanja Negara).APBD menggambarkan kemampuan daerah memobilisasi potensi keuangannya. Adapun penerimaan dari sumber daerah adalah cukup besar maka berarti pula mengurangi ketergantungan daerah yang bersangkutan kepada pusat;.

Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah daerah masyarakat mengelola sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dan swasta untuk menciptakan lapangan kerja baru dan merangsang pertumbuhan ekonomi dalam kurun waktu tertentu.Masalah pokok dalam pembangunan daaerah adalah terletak pada penekanan terhadap kebijakan pembangunan yang didasarkan pada kekhsan daerah yang bersangkutan dengan menggunakan potensi sumber daya menusia (SDM),kelembagaan,dan sumber daya fisik maupun local .Orientasi ini mengarahkan pada pengambilan inisiatif yang berasal dari daerah tersebut dalam proses pembangunan untuk menciptakan kesempatan kerja baru dan


(25)

merangsang peningkatan kegiatan ekonomi.Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses mencakup pembentukan inisiatif yang baru,pembangunan industri alternatif,perbaikan kapasitas tenaga kerja yang ada untuk menghasilkan produk dan jasa yang lebih baik,identifikasi pasar baru,alih ilmu pengetahuan dan pengembngan-pengembangan perubahan baru.

Setiap upaya pembangunan ekonomi daerah mempunyai tujuan utama untuk meningkatkan jumlah dan jenis peluang kerja untuk masyarakat daera.Dalam upaya untuk mencapai tujuan tersebut,pemerintah daerah dan masyarakat harus secara bersama-sama mengambil inisiatif pembangunan daerah,oleh karena itu,pemerintah daerah beserta partisipasi masyarakat dan dengan menggunakan sumber daya yang diperlukan untuk merancang dan mengembangkan perekonomian daerah.

Dalam hal pembangunan daerah pemerintah daerah mengambil beberapa peranan sebagai berikut :

1. ENTERPRENEUR

Dalam hal ini pemerintah daerah bertanggungjawab untuk menjalankan suatu usaha bisnis,pemerintah bisa mengembangkan suatu usaha sendiri (BUMN),aset pemerintah daerah harus dapat dikelola dengan baik,sehingga ekonomis dan menguntungkan.

2. KOORDINATOR

Dalam hal ini berfungsi untuk menetapkan atau menghasilkan strategi bagi pembangunan daerahnya,perluasan dari peranan ini,dalam pembangunan ekonomi melibatkan kelompok dalam masyarakat dalam proses pengumpulan dan informasi tentang pembangunan masyarakat.Dalam peranannya sebagai


(26)

koordinator pemerintah daerah bisa juga melibatkan lembaga-lembaga pemerintahan lainnya,dunia usaha,dan masyarakat dalam penyusunan sasaran-sasaran ekonomi,rencana-rencana dan strategi-strategi.Pendekatan ini sangat potensial dalam menjaga konsistensi pembangunan daerah dengan nasional dan menjamin bahwa perekonomian daerah akan bermanfaat kepada masyarkatnya.

3. FASILITATOR

Pemerintah daerah dapat mempercepat pembanguan melalui perbaikan lingkungan cattitudinal (prilaku atau budaya masyarkat) di daerah.Hal ini akan mempercepat pembangunan dan prosedur perencanaan serta pengaturan penetapan daerah(zoning yang lebih baik)

4. STIMULAN

Pemerintah daerah dapat menstimulasi penciptaan dan pengembangan usaha melalui tindakan khusus yang akan mempengaruhi perusahaan untuk masuk ke daerah tersebut dan menjaga agar perusahaan-perusahaan yang ada tetap berada di daerah tersebut.Stimulasi ini dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain pembuatan brosur-brosur penembangan kawasan industri,pembuatan outlet untuk produk industri kecil,dan membantu industri kecil untuk melakukan pameran.

2.5.PERTUMBUHAN EKONOMI 1.Pengertian Pertumbuhan Ekonomi

Simon Kuznet mendefenisikan pertumbuhan ekonomi sebagai kenaikan jangka panjang dalam kemampuan suatu negara menyediakan semakin banyak jenis barang-barang ekonomi kepada penduduknya,kemampuan ini tumbuh sesuai


(27)

dengan kemajuan teknologi,dan penyesuaian kelembagaan,dan ideologis yang diperlukannya.Defenisi ini mempunyai 3 komponen : pertama,pertumbuhan ekonomi suatu bangsa terlihat dari meningkatnya secara terus-menerus persediaan barang ,kedua teknologi maju merupakan faktor dalam perumbuhan ekonomi yang menentukan derajat kemampuan dalam penyediaan aneka macam barang kepada penduduk;ketiga,penggunaan teknologi secara luas dan efisien memerlukan adanya penyesuaian di bidang kelembagaan dan ideologi sehingga inovasi yang dihasilkan oleh ilmu pengetahuan dapat dimanfaatkan secara tepat.

Secara umum pertumbuhan ekonomi didefenisikan sebagai peningkatan kemampuan dari suatu perekonomian dalam memproduksi barang-barang dan jasa-jasa.Dengan perkataan lain bahwa pertumbuhan ekonomi lebih menunjuk kepada perubahan yang bersifat kuantitatf (quantitative change) dan biasanya diukur dengan menggunakan data Produk Domestik Bruto (GDP) atau pendapatan atau nilai akhir pasar (total market value) daari barang akhir dan jasa (finalgoods and service) yang dihasilkan dari suatu perekonomian selama kurun waktu tertentu (biasanyasatu tahun).

Dalam defenisi pertumbuhan ekonomi dapat dilihat bahwa terdapat perspektif waktu jangka panjang suatu perekonmian dikatakan mengalami pertumbuahan apabila dalam suatu waktu yang cukup lama (10,20,50 tahun atau bahkan lebih lama lagi) mengalami kenaikan output perkapita,tentu saja dalam waktu tersebut bisa terjadi kemerosotan output perkapita,karena gagal panen misalnya,tetapi apabila dalam waktu yang cukup panjang tersebut output perkapita menunjukkan kecenderungan menaik bagi output perkapita saja tidak cukup,tetapi kenaikan outtputharus bersumber dari proses intern perekonomian


(28)

tersebut.Dengan kata lain proses pertumbuhan itu sendiri menghasilkan kekuatan bagi timbulnya kelanjutan pertumbuhan dalam periode selanjutnya.

2.Metode Perhitungan PDRB

1. Metode Langsung

Dengan pendekatan produksi (production approach) produk nasional atau produk domestic bruto diperoleh dengan menjumlahkan nilai pasar dari seluruh barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai sector dalam perekonomian .Dengan demikian ,GNP atau GDP menurut pendekatan produksi ini adalah merupakan penjumlahan dari harga masing masing barang dan jasa dikalikan dengan jumlah atau kuantitas barang atau jasa yang dihasilkan .Hal ini secara matematis dapat dinyataakan sebagai berikut:

Y=

=1

t

PtQ1

Dimana

Y = Produk Nasional atau Produk Domestik Bruto (GNP atau GDP) P = Harga barang unit ke-1 hingga unit ke-n


(29)

Dengan perkataan lain GNP atau GDP diperoleh dengan menjumlahkan nilai tambah (value add) yang dihasilkan oleh berbagai sektor yang dihasilkan perekonomian.Dalam hal ini sektor GNP atau GDP merupakan penjumlahan dari nilai GNP merupakan penjumlahan dari nilai tambah dari sektor pertanian,ditambah nilai tambah dari sektor pertambangan,ditambah dari nilai tambah sektor manufaktur dan seterusnya .

2. Pendekatan Pendapatan

Pendekatan pendapatan (income approach) adalah suatu pendekatan dimana pendapatn nasional diperoleh dengan cara menjumlahkan pendapatan dari berbagai faktor produksi yang memberi konstribusi terhadap proses produksi.Dalam hubungan ini pendapatan nasional adalah merupakan penjumlahan dari unsur-unsur atau jenis-jenis pendapatan :

a) Kompensasi untuk pekerja (compensation for employess),yang terdiri dari upah(wages) dan gaji(salaries) ditambah factor rent terhadap upah dan gaji (misalnya kontribusi pengusaha untuk rencana-rencana pensiun dan dana jaminan sosial,dan ini merupakan komponen terbesar dalam pendapatan nasional.

b) Keuntungan perusahaan (corporate profit),yang merupakan kompensasi kepada pemilik perusahaan dimana sebagian yang daripadanya digunakan untuk membayar pajak keuntungan perusahaan (corporate profit takes),sebagian lagi dibagikan kepada pemegang saham (stockholder) sebagai deviden dan sebagian lagi ditabung perusahaan sebagai laba perusahaan yang tidak dibagikan.


(30)

c) Pendapatan usaha perorangan (proprictors profit),yang merupakan kompensasi atas penggunaan tenaga kerja dan sumber-sumber dari self employeed person,misalnyapetani,selfemployeed professional,dan lain-lain.

d) Pendapatan sewa (rentailncome of person),yang merupakan kompensasi untuk pemilik tanah,rental business dan residential properties.Termasuk di dalam pendapatan sewa dari mereka yang tidak terikat dalam bisnis real estate;pendapatan sewa dihitung untuk rumah-rumah non form yang dihuni sendiri oleh pemiliknya, dan royalitas yang diterima oleh orang dari hak paten,hak cipta, dan hak terhadap sumber daya alam.

e) Bunga netto (net interest),terdiri atas bunga yang dibayar oleh perusahaan dikurangi bunga yang diterima oleh perusahaan ditambah bunga netto yang diterima dari luar negeri.Bunga yang dibayar oleh pemerintah dan konsumen tidak termasuk didalamnya.

Secara matematis pendapatan nasional berdasarkan pendekatan pendapatan dapat dirumuskan sebagai berikut :


(31)

Dimana : Yw menunjukkan pendapatan dari upah ,gaji dan pendapatan lainnya sebelum pajak,Yr adalah pendapatan dari bunga,Ynr dan Ynd adalah pendapatan dari keuntungan perusahaan dan pendapatan lainnya sebelum pengenaan pajak.

3. Pendekatan Pengeluaran

Pendekatan pengeluaran adalah pendekatan dimana produk nasional atau produk domestik bruto diperoleh dengan cara menjumlahkan nilai pasar dari seluruh permintaan akhir (final demand) atas output yang dihasilkan di dalam perekonomian ,diukur pada harga pasar yang berlaku. Dengan perkataan lain,produk nasional atau produk domestik bruto adalah penjumlahan nilai pasar dari permintaan sektor rumah tangga untuk barang-barang konsumsi dan jasa-jasa (C),permintaan sektor bisnis untuk barang-barang investasi (I),pengeluaran pemerintah untuk barang-barang dan jasa-jasa(G),dan pengeluaran sektor luar negeri untuk ekspor dan impor (X-M).

Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut :


(32)

Dimana :

Y = Pendapatan Nasional (GNP atau GDP)

C = Nilai pasar pengeluaran pemerintah untuk barabg-barang dan jasa-jasa (pemerintah

Pusat, daaerah tingkat I dan II)

X = Nilai pasar peneluaran atas barang-baarang dan jasa-jasa yang diekspor M = Nilai pasar pengeluaran atas barang-barang dan jasa-jasa yang diimpor

a. Pengeluaran konsumsi rumah tangga (C)

Adapun yang dimaksud dengan pengeluaran konsumsi rumah tangga (personal consumption expenditure) adalah total dari nilai pasar barang-barang dan jasa-jasa yang dibeli oleh rumah tangga institusi nirlaba (non profit institution) dan nilai dari barang dan jasa yang diterima oleh mereka sebagai pendapatan.

b. Pengeluaran investasi

Adapun pengeluaran investasi atau pembentukan modal domestik bruto (gross private domestic investment) adalah total nilai pasar dari pembelian bangunan-bangunan yang baru dihasilkan dan peralatan tahan lama milik produsen,ditambah nilai perubahan didalam volume persediaan yang dimiliki atau dikuasai oleh perusahaan.Dengan kata lain,pe,bentukan modal domestic bruto tersebut mencakup produksi dari seluruh barang-barang investasi seperti untuk mengganti mesin-mesin,peralatan-peralatan (equipment),dan bangunan-bangunan


(33)

yang baru dibangun pada tahun yang bersangkutan,ditambah setiap tambahan netto (net addition) terhadap stok modal perekonomian.

c. Pengeluaran pemerintah untuk barang-barang dan jasa-jasa (government purcashe of goods and services)

Mencakup pengeluaran-pengeluaran yang dilakukan oleh pemerintah,baik pusat maupun daerah (Dati I dan II)dan sejenisnya meliputi pengeluaran pemerintah untuk menambah perangkat keras (haardware) militer untuk kepentingan pertahanan Negara,pengeluaran untuk membiayai gaji pegawai,perbaikan jalan,pendidikan,dan lain-lain.

d. Pengeluaran Ekspor Netto

Pengeluaran ekspor netto (net ekspor) adalah nilai pasar ekspor barang-barang daan jasa-jasa.

II. Metode TIdak Langsung

Menghitung nilai tambah suatu kelompok ekonomi dengan mengalokasikan nilai tambah ke dalam masing-masing kelompok kegiatan ekonommmi pada tingkat regional sebagai alokator digunakan yang paling besar tergantung atau erat kaitannya dengan produktivitas kegiatan ekonomi tersebut.

3. PDRB menurut harga berlaku dan harga konstan

Pendapatan regional suatu propinsi dapat dipakai untuk mengukur kenaikan tingkat pendapatan masyarakat.kenaikan itu dapat disebabkan oleh dua faktor yaitu:

• Kenaikan pendapatan yang benar-benar dapat menaikkan daya beli masyarakat (kenaikan riil).


(34)

• Kenaikan pendapatan yang disebabkan oleh karena inflasi,kenaikaan pendapatan yang disertai kenaikan harga pasar tidak menaikkan daya beli masyarakat dan kenaikan semacam ini merupakan kenaaikan pendapatan yang tidak riil.Oleh karena itu berdasarkan kenyataan di atas untuk mengetahui kenaikan pendapatan yang sebenarnya (riil) maka faktor inflasi harus dieleminir. Pendapatan regional dengan faktor inflasi (factor inflasi belum dihilangkan) merupakan pendapatan regional dengan harga berlaku,sedangkan pendapatan regional dimana faktor inflasi tidak lagi diperhitungkan disebut dengan pendapatan regional atas dasar harga konstan.

4. Faktor-Faktor Pertumbuhan Ekonomi

Proses pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh 2 macam factor yaitu faktor ekonomi dan faktor non ekonomi.

• Faktor ekonomi

Para ahli ekonomi menganggap faktor produksi sebagai kekuatan utma mempengaruhi pertumbuhan,jatuh atau bangunnya perekonomian adalah konsekuensi dari perubahan yang terjadi dalam faktor produksi tersebut.

1. Sumber Daya Alam

Faktor utama yang mempengaruhi perkembangan suatu perekonomian adalah sumber daya alam atau tanah.Tanah sebagai mana dipergunakan dalam ilmu ekonomi mencakup sumber daya alam seperti kesuburan tanah, letak dan susunannya, kekayaan hutan ,mineral, iklim,sumber lautan,dan sebagainya.


(35)

Dalam dan bagi pertumbuhan ekonomi tersedianya sumber daya alam secara melimpah merupakan hal yang penting,suatu negara yang kekurangan sumber daya alam tak akan dapat membangun dengan cepat sebagaimana dikatakan Lewis,”Dengan hal-hal lain yang sama,orang dapat mempergunakan lebih baik kekayaan alamnya dibandingkan apabila mereka tidak memilikinya.”

2. Akumulasi Modal

Faktor ekonomi terpenting kedua dalam pertumbuhan adalah akumulasi modal.Modal berarti persediaan faktor produksi yang secara fisik dapat direproduksi.Apabila stok modal dalam batas waktu tertentu ,hal ini dapta disebut akumulasi modal atau pembentukan modal.Dalam ungkapan Nurksee,makna pembentukan modal adalah masyarakat tidak melakukan saat ini sekedar untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumsi yang mendesak,akan tetapi mengarahkan sebagian besar daripadanya untuk pembuatan barang modal,alat-alat,mesin-mesin,pabrik dan peralatan-peralatannya.Dalam hal ini pembentukan modal berarti investasi dalam bentuk barang modal yang dapat menaikkan stok modal,output nasional dan pendapatan nasional.

Proses pembentukan modal bersifat kumulatif dan membiayai diri sendiri serta mencakup tiga tahapan yang saling berkaitan .(a) keberadaan tabungan nyata dan kenaikannya;(b)keberadaan lembaga keuangan dan menyalurkan ke jalur yang dikehendaki;(c) menggunakan tabungan untuk investasi barang modal.


(36)

Organisasi merupakan bagian penting dari proses pertumbuhan.Organisasi berkaitan dengan penggunaanfaktor produksi dalam kegiatan ekonomi bersifat melengkapi modal,buruh,dan membantu meningkatkan produktivitasnya.

4. Kemajuan Teknologi

Perubahan teknologi dianggap sebagai sektor paling penting dalam proses pertumbuhan ekonomi.Perubahan ini berkaitan dengan perubahan dalam metode produksi yang merupakan hasil pembaharuan atau hasil dari teknik penelitian baru.Perubahan teknologi telah menaikkaan produktivitas buruh,modal,dan sektor produksi lainnya.

5. Pembagian kerja dan Skala Produksi

Spesialisasi dan pembagian kerja menimbulkan peningkatan produktivitas.Keduanya membawa perekonomian ke arah ekonomi skala besar yang selanjutnya membantu perkembangan industri.

• Faktor non ekonomi

Faktor non ekonomi dalam kenyataan pada umumnya sektor non ekonomi mempengaruhi keberadaan faktor non ekonomi yang dibicarakan di atas yaitu :

1. Faktor social

Faktor sosial dan budaya juga mempengaruhi pertumbuhan ekonomi,pendidikan dan kebudayaan barat membawa kearah penalaran(reasoning) dan skeptisme.Ia menanamkan semangat yang menghasilkan berbagai penemuan baru juga merubah cara pandang,harapan,sruktur,dan nilai-nilai sosial.


(37)

Sumber daya manusia merupakan faktor terpenting dalam pertumbuhan ekonomi.

3. Faktor Politik Dan Administratif

Faktor politik dan administratif juga membantu pertumbuhan ekonomi modern.pertumbuhan ekonomi negara-negara maju merupakan hasil dari stabilitas politik dan administrasi yang kokoh.

5. Teori-teori tentang Pertumbuhan Ekonomi

Teori pertumbuhan ekonomi bisa didefenisikan sebagai penjelasan mengenai faktor-faktor apa saja yang menetukan kenaikan output perkapita dalam jangka panjang,dan penjelasan mengenai bagaimana faktor-faktor tersebut berinteraksi satu sama lain sehingga terjadi proses pertumbuhan (Boediono,1999).

1. Teori Klasik

Ahli ekonomi klasik meyakini adanya perekonomian persaingan sempurna dan hanya ekonomi persaingan sempurna maka seluruh sumber ekonomi dapat dimanfaatkan secara maksimal atau full employment.Para ahli ekonomi klasik menyatakan bahwa full employment itu hanya dapat dicapai apabila perekonomian bebas dari campur tangan pemerintah dan sepenuhnya diserahkan menurut mekanisme pasar.

Semua kaum klasik memandang bahwa penumpukan modal sebagai kunci kemajuan,karena itu mereka menekankan betapa penting arti tabungan dalam jumlah besar,selain itu mereka juga berpendapat bahwa keuntungan merangsang


(38)

investasi .Semakin besar keuntungan merangsang investasi,semakin besar keuntungan,semakin besar pula akumulasi modal dan investasi.

2. Teori Ricardian

David Ricardo mengungkapkan pandanganya mengenai pembangunan ekonomi dalam bukunya The Principles of Political Economy and Taxation.David mengungkapkan bahwa faktor yang terpenting dalam pertumbuhan ekonomi adalah buruh,pemupukan modal,perdagangan luar negeri.Seperti ahli ekonomi modern,teori Ricardo lebih menyetujui pemupukan modal melalui tabungan,tabungan dapat dibentuk melalui penghematan pengeluaran,memprodukssi lebih banyak dan dengan meningkatkan keuntungan serta mengurangi harga barang.

3. Teori Harodd-Domar

Model pertumbuhan Harodd-Domar dibangun berdasarkan pengalaman negara maju.Harodd dan Domar memberikan peranan kunci kepada investasi didalam proses pertumbuhan ekonomi,khususnya mengenai watak ganda yang dimiliki oleh investasi.Pertama.Ia menciptakan pendapatan dan Kedua ia memperbesar kapasitas produksi perekonomiandengan cara meningkatkan stok modal.karena itu selama investasi netto tetap berjalan,pendapatan nyata dan output akan senantiasa tambah besar.

Harodd-Domar (Suryana 2001) mengembangkan analisa Keynes yang menekankan tentang perlunya penanaman modal dalam menciptaakan pertumbuhan ekonomi.Setiap usaha harus menyelamatkan proporsi tertentu dari pendapatan nasional yaitu untuk menambah stok modal yang akan digunakan dalam investasi baru.


(39)

2.6. PDRB PERKAPITA

PDRB perkapita adalah jumlah seluruh nilai tambah dari produk yang dihasilkan oleh berbagai sektor yang melakukan kegiatan usahanya disuatu tempat tanpa memperhatikan kepemilikan atas faktor produksi yang dipakai.Yang dimasukkan dengan nilai tambah adalah nilai produktif (output) dikurangi dengan biaya antara (input).PDRB perkapita dapat digunakan sebagai gambaran rata-rata pendapatan yang diterima oleh setiap penduduk sebagai hasil dari keseluruhan proses produksi sektor-sektor ekonomi dalam suatu wilayah.

PDRB perkapita suatu wilayah baru dapat dikatakan sebagai pendapatan perkapita apabila seluruh Nilai Tambah Bruto (NTB) dari seluruh kegiatan sektor ekonomi di daerah benar-benar seluruhnya dinikmati oleh masyarakat wilayah tersebut,atau dengan kata lain bahwa seluruh nilai tanbah bruto yang dihasilkan oleh seluruh sector-sektor ekonomi di suatu wilayah yang dibawa ke luar dari wilayah tersebut sama besarnya dengan nilai tambah bruto sektor ekonomi di wilayah lain yang dibawa masuk penduduk wilayah tersebut ke dalam wilayahnya.

Dalam menentukan PDRB perkapita,dimana nilai tambah bruto setiap sektor ekonomi yang dinikmati oleh penduduk daerah tersebut sangat dipengaruhi oleh pertumbuhan penduduk,jika pertumbuhan penduduk dapat dikendalikan sedemikian rupa maka PDRB perkapita dapat ditingkatkan.

2.7.Pendapatan Regional dan Analisis Location Quotient

Konsep basis ekonomi untuk mengetahui suatu sektor pembangunan ekonomi wilayah dan kegiatan basis,yang dapat melayani pasar daerah itu sendiri


(40)

maupun pasar luar daerah.Dalam mengukur suatu sektor menjadi basis dilakukan dengan Location Quotient (LQ).Perbandingan relatif kemampuan suatu sektor dalam wilayah yang ingin dianalisis. Location Quotient mempunyai kelebihan dan kekurangan ,adapun kelebihan LQ memiliki konsep yang sederhana,mudah diterapkan,sedangkan kelemahannya adalah penambahan unit lokasi harus disesuaikan dengan penentuan kegiatan basis dan non basis,model ini kurang bisa diandalkan jika wilayahnya lebih luas.


(41)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Metodologi penelitian adalah langkah-langkah sistematik atau prosedur yang akan dilakukan dalam pemgumpulan data atau informasi empiris, guna memecahkan permasalahan dan menguji hipotesis penelitian. Adapun metodologi penelitian yang digunakan di dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

3.1.RUANG LINGKUP PENELITIAN

Ruang lingkup penelitian ini adalah untuk melihat seberapa besar dampak pemekaran wilayah terhadap peningkatan PDRB perkapita dan juga untuk mengetahui aktivitas basis ekonomi sebelum dan sesudah pemekaran wilayah serta melihat perbedaan PDRB perkapita sebelum dan sesudah pemekaran wilayah.

3.2. LOKASI PENELITIAN

Untuk memperoleh data ini,penulis melakukan penelitian di kabupaten Toba Samosir.

3.3. JENIS DAN SUMBER DATA

Jenis data yang digunakan adalah data sekunder,yaitu data yang diperoleh dari instansi yang memiliki data yang diperlukan maupun dari hasil penelitian.


(42)

1. Data PDRB Kabupaten Tapanuli Utara,.data PDRB Kabupaten Toba Samosir, data PDRB Kabupaten Samosir yakni dari tahun 1993 sampai dengan tahun 2007..

2. Data sekunder lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini.

Sumber Pengumpulan data sekunder ini adalah :

1. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Toba Samosir.

2. Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Utara.

3. Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Toba Samosir.

3.4.TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan mencatat data yang diperoleh dari instansi atau lembaga yang terdapat publikasi data yang diperlukan,penelitian juga dilakukan dengan menelaah berbagai bahan kepustakaan berupa tulisan-tulisan ilmiah,jurnal,laporan-laporan penelitian ilmiah yang berhubungan dengan topik yang diteliti.

3.5.METODE ANALISIS

Data yang sudah terkumpul terlebih dahulu ditabulasi,kemudian dianalisis sesuai dengan tujuan sebagai berikut :

• Untuk tujuan pertama yaitu untuk mengetahui perubahan aktivitas basis ekonomi di Kabupaten Toba Samosir,dianalissi dengan menghitung


(43)

Location Qoutient (LQ),untuk setiap lapangan usaha komponen

PDRB,baik sebelum pemekaran maupun sesudah pemekaran.Dengan demikian dapat terlihat pengaruh pemekaran wilayah terhadap perubahan lapangan usaha basis.

Rumus yang digunakan adalah :

( )

(

E E

)

e e LQ

i i n

/ /

=

Keterangan :

n

LQ = Nilai LQ untuk sektor i (pertanian s/d jasa-jasa) di Kabupaten Toba

Samosir.

i

e = PDRB masing-masing sektor di Kabupaten Toba Samosir e = PDRB seluruh sektor di Kabupaten Toba Samosir

i

E = PDRB masing-masing sektor di Sumatera Utara

E = PDRB seluruh sektor di Sumatera Utara

Kriteria pengujian

LQ > 1 ; berarti merupakan lapangan usaha basis LQ < 1 ; berarti tidak merupakan lapangan usaha basis


(44)

Selanjutnya perkembangan lapangan usaha dapat diramalkan berdasarkan analisis trend terhadap nilai-nilai LQ untuk setiap lapangan usaha,baik pada keadaan sebelum dan sesudah pemekaran.

• Untuk tujuan yang kedua yaitu untuk melihat pengaruh pemekaran wilayah terhadap pertumbuhan (peningkatan) PDRB perkapita Kabupaten Toba Samosir sebelum dan sesudah pemekaran, dengan menggunakan analisa deskriptif yakni menggambarkan keadaan yang ada berdasarkan data yang tersedia.

• Untuk tujuan yang ketiga,melihat perbedaan PDRB perkapita sebelum dan sesudah pemekaran dianalisis dengan menggunakan analisis compare means uji t-statistik (Paired sample T-Test) merupakan prosedur yang digunakan untuk membandingkan rata-rata dua veriabel dalam satu grup.Artinya,analisis ini berguna untuk melakukan pengujian terhadap dua sampel yang berhubungan atau dua sampel berpasangan.Dengan bantuan komputer melalui program SPSS 16.0 for Windows Evaluation Version. Prosedur (Paired sample T-Test) digunakan untuk menguji bahwa tidak ada perbedaan antara dua variabel.Data boleh terdiri dari dua pengukuran dengan subjek yang sama atau pengukuran dengan beberapa subjek.

Prosedur uji ini akan menghasilkan :

• Statistik deskriptif untuk masing-masing menguji variabel.

• Pearson korelasi antara masing-masing pasangan dan arti korelasinya.


(45)

• Suatu interval kepercayaan untuk rata-rata perbedaan (95% atau suatu nilai tertentu yang ditetapkan).

Kriteria Pengambilan Keputusan :

Terima Ho jika : -ttabel ≤thitung ≤ ttabel

Tolak Ho jika : thitung > ttabel atau thitung <-ttabel

3.6.DEFENISI OPERASIONAL

1. Pemekaran wilayah adalah penggabungan beberapa wilayah yang bersanding atau daerah otonom yamgdimekarkan menjadi dua atau lebih dan membentuk pemerintahan baru yang sama dengan daerah yang ditinggalkannya.

2. Lapangan usaha basis adalah lapangan usaha yang mengakibatkan aliran masuk uang ke dalam suatu wilayah.Dalam penelitian ini diidentifikasikan berdasarkan analisa Location Quatient.

3. PDRB perkapita adalah nilai PDRB atas harga berlaku dan atas harga konstan dibagi jumlah penduduk.


(46)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.Deskripsi Kabupaten Toba Samosir sebelum pemekaran 4.1.1 Kondisi Geografis

Kabupaten Toba Samosir terletak dibagian tengah provinsi sumatera utara yang merupakan pemekaran dari Kabupaten Tapanuli Utara,memeliki daerah yang cukup strategis dimana hamper seluruh daerah kabupaten ini dilalui oleh lintas provinsi di Sumatera Utara.Kabupaten Toba Samosir berada pada ketinggian 300-500 meter di atas permukaan laut.

Secara geografis daerah ini terletak si antara 1020’-2 4’ LU dan 0 98 10’-0 0

99 38’ BT,dengan batas-batas sebagai berikut :

Sebelah Utara : Kabupaten Karo dan Kabupaten Simalungun Sebelah Timur : Kabupaten Asahan dan Kabupaten Labuhan Batu Sebalah Selatan : Kabupaten Tapanuli Utara


(47)

4.1.2 Kondisi Alam Dan Topografi

Luas Kabupaten Toba Samosir keseluruhannya adalah 4543,45 km2(termasuk Danau Toba seluas 1102,60 km2),sehingga luas daratan 3.440,85 km2

Perincian mengenai luas wilayah dapat dilihat dalam table berikut :

Tabel 4.1

Luas Kabupaten Toba Samosir per Kecamatan

No Kecamatan Luas wilayah (km2)

Persentase terhadap luas total (%)

1 Harian 606,01 17,61

2 Sianjur mula-mula 140,24 3,36

3 Balige 115,50 3,36

4 Laguboti 73,90 2,15

5 Habinsaran 920,85 26,76

6 Silaen 88,10 2,56

7 Porsea 466,25 14,42

8 Lumban Julu 327,20 9,51

9 Onan Runggu 87,86 2,55

10 Onan Runggu Timur 59,14 1,72

11 Palipi 155,80 4,53

12 Pangururan 171,80 5,76

13 Simanindo 198,20 5,76

Jumlah 3440,85 100,00


(48)

Kabupaten Toba Samosir terletak di garis khatulistiwa, kabupaten ini memiliki iklim

Tropis yaitu tropis basah dengan suhu berkisar 17C-29C dan rata-rata kelembaban udara 85,04 persen. Kabupaten Toba Samosir mempunyai dua musim yaitu musim kemarau dan musim hujan dengan curah hujan tertinggi 285 mm yang terjadi Di Bulan Desember .

Kabupaten Toba Samosir keseluruhannya terletak di jajaran Bukit Barisan memiliki topografi dan kontur tanah yang beragam yaitu datar,berombak,bergelombang,dan terjal. Struktur tanah labil dan berada pada wilayah genpa tektonik dan vulkanik.

4.1.3 kondisi demografis

Menurut hasil pencacahan sensus penduduk tahun 1990,penduduk Toba Samosir berjumlah 289.933 jiwa.Dan berdasarkan angka registrasi penduduk,tahun 2006 mencapai 300.469 jiwa,dengan perincian jumlah laki-laki 146.317 jiwa dan perempuan 154.152 jiwa. Pertumbuhan penduduk dengan luas wilayah mencapai 87,32 jiwa per km2


(49)

Tabel 4.2

Luas Wilayah,Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk menurut Kecamatan Tahun 2006

No Kecamatan Luas wilayah (km2)

Runah tangga

Penduduk (jiwa)

Kepadatan (km2)

1 Harian 606,01 2252 11407 18,2

2 Sianjur mula-mula 140,24 2056 10064 71,76

3 Balige 115,50 8045 41004 363,67

4 Laguboti 73,90 3910 19153 259,17

5 Habinsaran 920,85 6286 30443 33,06

6 Silaen 88,10 4134 19728 223,93

7 Porsea 466,25 7615 35476 71,49

8 Lumban Julu 327,20 6079 27578 84,28 9 Onan Runggu 87,86 3047 17939 204,18 10 Onan Runggu Timur 59,14 2654 13991 236,57

11 Palipi 155,80 4450 22678 145,56

12 Pangururan 171,80 6661 33238 193,47 13 Simanindo 198,20 4095 20316 102,50

Jumlah 3440,85 61284 304015 88,35

Sumber : BPS Tobasa,2007

Berdasarkan agama dan kepercayaan yang dianut,penduduk Toba Samosir memeluk adama Kristen Protestan yaitu sebesar 71,72% selebihnya adalah agama Kristen Katolik 24,29% dan Islam sebanyak 2,39 %.


(50)

4.1.4 Potensi Wilayah

Sektor pertanian merupakan leading sektor dalam struktur perekonomian, merupakan sektor andalan Toba Sanosir yang memberi sumbangan yang cukup besar terhadap PDRB. Sestor pertanian di banding sektor lain merupakan sektor yang paling banayak menyerap tenaga kerja.

Wilayah Toba Samosir ini sangat potensial untuk di kembangkan di bidang pertanian, perkebunan,dan peternakan melalui program intensifikasi dapat di lakukan dengan cara memanfaatkan lahan-lahan yang kosong yang belum di gunakan selama ini, tercat pada tahun 1999 seluas 42871,5m.

Komoditas yang di hasilkan berupa tanaman pangan yaitu jagung, padi, bawang merah, cabai, kedelai. Subsektor perkebuan juga sangat potensial di kembangkan di Toba Samosir.hal ini ditunjukkan dengan peningkatan produksi perkebunan terhadap PDB rata-rat 14,23%.Komoditas yang dapat dikembangkan di daerah ini adalah kopi,karet,kemenyan,kelapa sawit,the,kemiri,kulit manis,dan jahe.Produksi perkebunan tertinggi dihasilkan dari perkebunan kelapa sawit dan kulit manis yang rata-rata sebesar 75,44% dan 57,55% setiap tahunnya.Berikut perkebunan di Kabupaten Toba Samosir:


(51)

Tabel 4.3

Data Komoditi Perkebunan Toba Samosir

No Komoditi Luas (Ha)

Potensi Lahan

1 Kelapa sawit

775 Kec.Habinsaran

2 Kopi 2765 Kec.Balige,Laguboti,Habinsaran,Silaen,Po

ersea,Lumban Julu,Onan Runggu,Palipi,Pangururan,Simanindo

3 Kulit manis 1089 Semua Kecamatan di Toba Samosir

4 Teh 1600 Kec.Habimsaran

5 Kemenyan 1561 Kec.Balige,Laguboti,Habinsaran,Silaen,Por sea,Lumban Julu

6 Jahe 548 Kec,Balige,Laguboti,Habinsaran,Porsea,Lu

mban Julu,OnanRunggu

7 Karet 664 Kec.Habinsaran,Porsea,Silaen

Sumber : BPS Tobasa,2007

Selain sektor pertanian,sektor pariwisata juga merupakan potensi yang cukup besar bagi Kabupaten Toba Samosir,Yang apabila dikembangkan akan menjadi sumber pendapatan bagi pemerintah dan masyarakat secara langsung.Hal ini dapat dilihat dari banyaknya daerah yang dapat dikelola menjadi objek wisata


(52)

di Toba Samosir.Potensi objek wisata ini berupa alam untuk tempat rekreasi sebanyak 41 daerah,objek wisata yang mengandung sejarah dan budaya 40 daerah dan objek lainnya ada sekitar 11 daerah.Sektor pariwisata ini akan semakin prospektif,karena di Sumatera Utara sendiri yang menjadi tujuan utama wisatawan adalah Danau Toba yang sebagian besar terletak di Kabupaten Toba Samosir.

Sektor industri di Toba Samosir pun memiliki peluang yang cukup potensial untuk dikembangkan.Industri diarahkan pada pemanfaatan Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusia secara optimal dalam rangka mendapatkan nilai tambah peningkatan kesejahteraan masyarakat.Kabupaten Toba Samosir mempunyai Sumber Daya Alam yang cukup potensial diolah menjadi barang industri seperti sektor peertanian tanaman pangan,kehutanan,pertambangan yang dapat digunakan dalam rangka pengembangan industri.

Industri yang menonjol di Kabupaten Toba Samosir adalah industri kecil sandang dan kulit,industri penyulingan minyak,ukiran kayu,perbengkelan,dan pengelasan.Namun terdapat juga industri menenga/besar yang dapat dihrapkan swbagai penggerak ekonomi yaitu PT PULP yang terletak di kecamatan Porsea,dan PT Inalum yang menghasilkan aluminium dan penghasil energi listrik.Kehadiran industri ini menjadi penggerak perekonomian dimana penyerapan tenaga kerja sedikit tidaknya dapat diatasi.

Dan potensi daerahlyang belum digali masih dimiliki oleh Kabupaten ini seperti halnya sektor pertambangan seperti barang galian golongan C,dan barang


(53)

galian lainnya.Semua potensi ini membutuhkan penggalian yang optimal dari pemerintah daerah dalam meningkatkan pendapatan daerah.

4.2.PEMERINTAHAN KABUPATEN TOBA SAMOSIR 4.2.1.Kedudukan dan Fungsi Perangkat Daerah

1. Bupati

Bupati adalah Kepala Daerah Kabupaten yang dalam menjalankan tugas dan kewenangan selalu bertanggungjawab kepada DPRD.

2. Sektertaris Daerah

• Sekretaris Daerah adalah unsur staf yang dipimpin oleh seorang dalm melaksanakn tugas pokok penyelenggaraan pemerintah,pelaksana pembangunan dan Pembina masyarakat serta Pembina administrasi,organisasi dan tata kerja serta pelayanan teknis pada seluruh perangkat daerah dan instansi vertikal.

• Melaksanakan koordinasi staf terhadap segala kebutuhan yang dilakukan oleh perangkat daerah/wilayah dalam penyelenggaraan administrasi pemerintah.

• Pembinaan penyelenggaraan pemerintah dalam arti mengumpulkan dan menganalisis data ,memasukkan program,dan petunjuk teknis serta memantau perkembangan penyelenggaraan pemerintahan.

• Pembinaan penyelenggaraan pemerintah dalam arti mengumpulkan dan menganalisi data,memasukkan program dan petunjuk teknis serta memantau perkembangan pembangunnan dan perekonomian.


(54)

• Pembinaan penyelenggaraan pemerintah dalam arti mengumpulkan dan menganalisi data,memasukkan program dan petunjuk teknis serta memantau perkembangan dan pembinaan masyarakat.

• Pembinaan organisasi,administrasi dan tatalaksana serta pelayan teknis administrasi kepada seluruh perangkat daerah.

• Koordinasi perumusan peraturan perundang-undangan dan

pembinaan hukum.

• Melaksanakan hubungan masyarakat dan hubungan antar lembaga. 3. Asisten Tata Praja

• Bertugas melakukan pembinaan,penyelenggaraan pemerintahan dan mengkoordinasi perumusan Undang-undang.

• Merumuskan bahan kebijakan,penyusunan program dan petunjuk teknis serta memantau penyelenggaraan pemerintahan.

• Melaksanakan koordinasi penyelenggaraan pemerintah.

• Merumuskan bahan-bahan kebijakan dan perumusan peraturan

perundang-undangan

4 . Asisten Administrasi Pembangunan

• Mempunyai tugas melaksanakan penyususnan pedoman dan petugas teknis,pembinaan pelaksanaan pembangunan,perekonomian daerah dan kesejahteraan masyarakat.

• Pembinaan pembangunan daerah,pembangunan antar daerah dan antar seksi,pemberian bantuan dan pelayanan masyarakat.


(55)

• Pembinaan di bidang pengembangan produksi,pertumbuhan industri,pertambangan,pariwisata,koperasi,perusahaan,perbankan

daerah dan transportasi.

• Pemberian bantuan dan pelayan dibidang kesejahteraan

masyarakat,ketenagakerjaan dan transportasi.

• Pembinaan di bidang keagamaan,pendidikan,dan kebudayaan. 5 Asisten Administrasi

• Mempunyai tugas melaksanakan dan membina tata

laksana,kepegawaian,keuangan,perlengkapan,hubungan masyarakat,ketatausahaan,kearsipan dan rumah tangga.

• Melaksanakan koordinasi penyusunan pedoman dan petunjuk pembinaan kepegawaian serta tata usaha kepegawaian.

• Mengkoordinasi penyusunan program anggaran dan pengelola administrasi keuangan.

• Melaksanakan koordinasi penusunan pedoman anggaran dan petunjuk pembinaan organisasi dan ketatalaksanaan.

• Melaksanakan hubungan masyarakat dan hubungan antar lembaga.

• Melaksanakan hubungan rumah tangga, tata usaha dan kearsipan protokol dan perlengkapan.

6 Bagian Tata Pemerintahan

• Bertugas melaksanakan penyusunan program dan petunjuk teknis pembinaaan pemerintahan umum,ketertiban umum dan perangkat daerah serta pemerintahan desa.


(56)

• Penyuunan rencana program dan petunjuk teknis pembinaan prasarana fisik desa.

• Memberi pertimbangan dalam rangka pembinaan perangkat

wilayah/daerah.

• Penyusunan program dan petunjuk teknios pembinaan dan

pemeliharaan ketertiban umum.

• Penyusun pedoman dan petunjuk teknis pembinaan

penyelenggaraan pembangunan desa dan kelurahan.

• Penyusun pedoman dan petunjuk teknis pembinaan peningkatan sumber pendapatan daerah.

7 Bagian Hukum

• Bertugas melaksanakan koordinasi perumusan peraturan

perundang-undangan,telaah hokum dan memberikan bantuan hukum,mempublikasikan dan mendokumentasikan produk.

• Menyiapkan bahan pertimbangan dan bantuan hukum kepada unsur pemerintah daerah atas masalah hukum yang timbul dalam pelaksaan tugas.

• Menelaah dan mengevaluasi pelaksaan peraturan perudang-undangan dan menyiapkan bahan rancangan peraturan daerah.

• Menghimpun peraturan perundang-undangan,melakukan publikasi produk hukum dan melaksanakn dokumentasi hukum..


(57)

• Bertugas malaksanakn dan mengkoordinasi penyusunan pedoman dan petunjuk teknis pembinaan serta memonitor perkembangan di bidang sarana perekonomian dan peningkatan produksi serta perkembangan lingkungan hidup.

• Bertugas melaksanakn dan mengkoordinasi penyusun pedoman dan petunjuk teknis pembinaan di bidang pertumbuhan industri,pertambangan dan energi serta kepariwisataan.

• Bertugas melaksanakan dan mengkoordinasi penyusunan pedoman dan petunjuk teknis pembinaan di bidang perkoperasian,perkreditan,dan permodalan.

• Bertugas melaksanakan dan mengkoordinasi penyusunan pedoman dan petunjuk teknis pembinaan di bidang perusahaan dan perbankan daerah.

• Bertugas melaksanakan dan mengkoordinasi penyusunan pedoman dan petunjuk teknis pembinaan di bidang transportasi dan komunikasi.

• Bertugas melaksanakan dan mengkoordinasi penyusunan pedoman dan petunjuk teknis pembinaan di bidang lingkungan hidup.

9 Bagian Penyusunan Program

• Bertugas melaksanakan dan mengkoordinasi penyusunan pedoman dan petunjuk teknis pembinaan serta pengendalian administrasai pembangunan.

• Mengumpulkan bahan koordinasi dan penyusunan program


(58)

• Melakukan pengendalian administrasi yang dibiayai oleh APBD,bantuan pembangunan dan dana pembangunan lainnya.

• Mengumpulkan bahan dan mengadministrasikan program bantuan dari daerah tingkat I,pemerintah pusat dan bantuan pihak ketiga.

• Melakukan analisa dan evaluasi pelaksanaan pembangunan. 10 Bagian Sosial

• Bertugas melaksanakan dan mengkoordinasi penyusunan pedoman dan petunjuk teknis pembinaan serta memantau pemberian bantuan dan pelaksanaan kegiatan pelayanan sosial.

• Mengumpulkan bahan penyusun dan petunjuk teknis dibidang pelayanan dan bantuan sosial.

• Mengumpulkan bahan penyusun dan petunjuk teknis dibidang kesejahteraan.

• Mengumpulkan dan mengelola data serta menyiapkan bahan penyusun perjalanan dibidang pendidikan ,agama,dan sosial budaya.

• Mengumpulkan dan mengelola data serta menyiapkan bahan penyusun perjalanan dibidang pendidikan generasi muda,olahraga dan peranan wanita serta ketenagakerjaan.

11. Bagian Kepegawaian

• Bertugas melaksanakan pengelolaan administrasi

kepegawaian,penyusunan program dan petunjuk teknis pengembangan kepegawaian serta melaksanakan mutasi


(59)

kepegawaian serta melaksanakan mutasi kepegawaian dan tata usaha pegawai.

• Mengumpulkan dan mengolah data serta mempersiapkan peraturan perundang-undangan dibidang kepegawaian.

• Mengumpulkan bahan pelaksanaan ujian dinas dan pemberian penghargaan tanda jasa.

• Penyusun program dan petunjuk teknis pembinaan dan

pengembangan karir pegawai serta penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan pegawai.

• Melaksanakan dan mengelola mutasi dan tata usaha pegawai. 12 Bagian Keuangan

• Bertugas melaksanakan dan mengkoordinasi penyusunan program perubahan dan permintaan APBD serta pembinaan administrasi keuangan.

• Mengumpulkan bahan dan penyusunan dan pembaharuan dan perrhitungan APBD.

• Mengelola administrasi daerah.

• Menguji kebenaran penangguhan dan penerbitan surat pemerintah (SPMU) dan mengadakan pemeriksaan keuangan serta pembinaan perbendaharaan.

• Mengumpulkan bahan penyusun pedoman dan petunjuk teknis pembinaan administrasi keuangan.


(60)

• Bertugas melaksanakan dan mengkoordinasi penyusunan pedoman

dan petunjuk teknis pembinaan kelembagaan,ketatalaksanaan,pendayagunaan aparatur negara,pengolah data dan mengelola pers.

• Mengumpulkan dan mengolah data serta menyiapkan bahan

pembinaan dan penataan kelembagaan.

• Mengumpulkan bahan penyusun dan petunjuk teknis pembinaan ketatalaksanaan yang meliputi tata kerja,metode kerja dan prosedur kerja.

• Sistem pengumpulan,pengolahan dan penyusunan data.

• Pendayagunaan aparatur Negara serta mengelola dan

mengembangkan perpustakaan. 14 Bagian Hubungan Masyarakat

• Bertugas melaksanakan pembinaan kemasyarakatan guna

memperjelas kebjikan pimpinan pemerintah daerah.

• Mengumpulkan bahan penyusun dan petunjuk teknis pembinaan dan pelaksanaan hubungan masyarakat.

• Melaksanakan hubungan antar pemerintah daerah dengan

masyarakat umum dan organisasi kemasyarakatan untuk memperjelas kebijakan dan kegiatan pemerintah daerah.

• Melaksanakan inventarisasi dan dokumentasi serta distribusi bahan penertiban.


(61)

• Bertugas melaksanakan urusan tatausaha,pembinaan kearsipan.,urusan rumah tangga ,perlengkapan perjalanan,dan protokol.

• Melakukan urusan tata usaha pimpinan.

• Melakukan pembinaan kearsipan.

• Melakukan urusan rumah tangga.

• Melakukan Urusan perlengkapan.

• Melakukan urusan protokol dan perjalanan dinas.

4.3.Sejarah Pemekaran Kabupaten Toba Samosir

Dalam peraturan pemerintah Republik Indonesia No.129 tahun 2000 tentang pembentukan dan pemekaran wilayah,penghapusan dan penggabungan daerah pasal 10 bagian e menyebutkan terselenggaranya Otonomi Daerah di kabupaten Yang akan dibentuk,minimal telah terdiri dari 3 (tiga) kecamatan.Adapun kriteria yang dipertimbangkan adalah adanya kemampuan ekonomi,potensi ekonomi,sosial budaya,sosial politik,jumlah penduduk.

Mengacu pada peraturan ini dan dengan didukung adanya kriteria tersebut,maka Kabupaten Tapanuli Utara mengalami pemekaran.Pemekaran daerah adalah pemecahan daerah provinsi,daerah kabupaten,daerah kota menjadi lebih dari satu daerah.Hasil pemekaran ini adalah Tapanuli Utara sendiri,dengan ibukota Tarutung dan Kabupaten yang baru Toba Samosirdiresmikan pada tanggal 1 maret 1999 dengan UU No.12 tahun 1998 tentang pembentukan Kabupaten


(62)

Daerah Tingkat II Toba Samosir dan Kabupaten Daerah Tingkat II mandailing Natal di Daerah Tingkat I Sumatera Utara.

Kabupaten Toba Samosir dibentuk dengan ibu kota Balige,memiliki 13 kecanatan,281 desa dan 19 kelurahan seperti pada tabel :

Tabel 4.4

Kecamatan,Desa,Kelurahan Kabupaten Toba Samosir setelah pemekaran

No Kecamatan Desa Kelurahan

1 Harian 13

2 Sianjur Mula-mula 11

3 Balige 33 6

4 Laguboti 19 1

5 Habinsaran 12 1

6 Silaen 20 1

7 Porsea 46 3

8 Lumban Julu 40 1

9 Onan Runggu 22 2

10 Onan Runggu Timur

11 Palipi 17

12 Pangururan 33 3

13 Simanindo 15 1

Jumlah 181 19

Sumber : BPS Tobasa,2007

Perjalanan Kabupaten Toba Samosir dari Tahun 1999 teerus mengalami perkembangan yang cukup berarti,namun dirasa perlu untuk memekarkan Kabupaten Toba Samosir,dikarenakan adanya beberapa daerah khususnya daerah Pulau Samosir yang kurang dapat mengikuti pembangunan darerah lainnya,sehingga diharapkan dengan adanya pemerintahan yang lebih intens memperhatikan maka daerah tersebut dapat dipercepat


(63)

pembangunannya.Masyarakat dan pemerintah daerah Toba Samosir memandang sama akan kondisi ini,sehingga DPRD mengeluarkan surat No.4 tahun 2002 mengajukan pembentukan Kabupaten Samosir,keputusan ini dikeluarkan tepatnya tanggal 20 Juni 2002.Hal ini disambut baik oleh masyarakat khususnya masyarakat yang tinggal di Pulau Samosir.

Berawal dari surat keputusan DPRD tahun 2002 ini,maka muncullah berbagai argumen dan surat keputusan lain yang mendukung pembentukan Kabupaten Samosir sebagai daerah pemekaran dari Kabupaten Toba Samosir antara lain :

1. Surat Keputusan Bupati Toba Samosir No.1101/Pem/2002 tanggal 24 Juni 2002 tentang pemekaran Toba Samosir dan diajukan kepada Gubernur Sumatera Utara.

2. Surat Keputusan Bupati Samosir No.135/1187/Pem/2002 tanggal 3 Juli 2002 tentang pengajuan pemekaran Toba Samosir perihal lampiran aspirasi masyarakat.

3. Usulan diakomodir dengan keluarnya UU No.36 tahun 2003 tentang pembentukan Kabupaten Samosir,tepatnya tanggal 18 Desember 2003.

Dengan keluarnya UU No 36 tahun 2003 ini maka resmilah Kabupaten Toba Samosir menjadi dua daerah tingkat II yaitu Kabupaten Toba Samosir sendiri dan Kabupaten baru yaitu Kabupaten Samosir yang didominasi daerah


(64)

Pulau Samosir dengan 9 kecamatan,199 desa dan 13 kelurahan dengan ibukota Pangururan.

Kabupaten Toba Samosir sebagai kabupaten induk menjadi 14 kecamatan dimana beberapa desa dibentuk menjadi kecamatan baru.Untuk lebih jelasnya dapat dilihat tabel:

Tabel 4.5

Luas Per Kecamatan Kabupaten Toba Samosir Dan Kabupaten Samosir

No Kabupaten Toba Samosir No Kabupaten Samosir Kecamatan

Luas (km2) Kecamatan Luas (km2)

1 Balige 91,05 1 Harian 581,50

2 Tampahan 24,45 2 Sianjur Mula-mula 140,24

3 Laguboti 73,90 3 Nainggolan 87,86

4 Habinsaran 417,84 4 Onan Runggu 59,14

5 Borbor 167,51 5 Palipi 129,55

6 Nassau 335,50 6 Pangururan 84,65

7 Silaen 62,90 7 Ronggur NIi Huta 87,15

8 Sigumpar 25,20 8 Simanindo 198,20

9 Porsea 87,10 9 Sitiotio 50,76

10 Pintu Pohan Meranti 386,95 11 Siantar Narumonda 22,20 12 Lumban Julu 145,40

13 Uluan 109,00

14 Ajibata 72,80

Jumlah 2021,8 1444,05


(65)

Pemekaran kabupaten Toba Samosir ini membuat kabupaten baru terbentuk dan mengharuskan masing-masing kabupaten belajar mandiri dalam mencapai pembangunan yang merata ,walau tidak dapat dipungkiri bahwa kabupaten induk akan mengalami penyempitan wilayah otonom dan kehilangan beberapa potensi yang terdapat di daerah yang dimekarkan menjadi kabupaten baru.Hal ini juga dialami oleh Kabupaten Toba Samosir setelah pemekaran,dimana Samosir yang menjadi andalan pemasukan penerimaan lewat sektor pariwisata,harus memaksimalkan penerimaan di sektor lainnya.Dan Kabupaten Samosir juga harus berjuang keras mengelola daerahnya,yang selama ini belum dikelola dengan baik atau dapat dikatakan tertinggal.

4.4.Analisis dan Pembahasan

4.4.1. Identifikasi Lapangan Usaha Atau Sektor Basis Ekonomi

Penentuan jenis lapangan usaha dalam penelitian ini didasarkan pada penggolongan sektor-sektor perekonomian dalam menyusun produk domestik regional bruto (PDRB),dimana terdapat sembilan jenis lapangan usaha komponen PDRB yaitu (1) pertanian,(2) pertambangan dan penggalian,(3) industri pengolahan,(4)listrik,gas,danairbersih,(5)bangunan,(6)perdagangan,hotel,restoran, (7) pengangkutan dan komunikasi,(8) keuangan,persewaan dan jasa perusahaan,(9) jasa-jasa.

Dalam penelitian ini,untuk mengidentifikasi suatu lapangan usaha sebagai basis,didasarkan kepada location quotient (LQ),dengan mengikuti ketentuan sebagai berikut :


(66)

Jika LQ > 1 , lapangan usaha tersebut adalah sector basis JIka LQ < 1 ,lapangan usaha tersubut bukan sektor basis

Jika LQ = 1 ,lapangan usaha hanya dapat mencukupi kebutuhan wilayah I Itu sendiri (subsisten).

Dalam hal utama yang menjadikan suatu lapangan usaha menjadi basis atau bukan basis adalah : (1) peranan lapangan usaha yang bersangkutan dalam penciptaan PDRB wilayah(proporsi sumbangan lapangan usaha di dalam PDRB) dan (2) perbandingan antara kontribusi/peranan lapangan usaha yang sama terhadap PDRB wilayah yang lebih besar.Jika yang digunakan sebagai pembanding adalah PDRB kabupaten Tapanuli Utara sebelum pemekaran (berarti gabungan Toba Samosir dengan Tapanuli Utara),hasil perhitungan LQ untuk setiap lapangan usaha,dapat dilihat pada Tabel 4.6.


(67)

Tabel 4.6.

Nilai LQ wilayah Toba Samosir dan Tapanuli Utara

No Lapangan Usaha LQ Tapanuli Utara

LQ Toba Samosir

1 Pertanian 2,4 1,7

2 Pertambangan 0,08 0,3

3 Industri Pengolahan 0,08 1,25

4 Listrik,Gas dan Air 0,875 1,25

5 Bangunan 1 0,67

6 Perdagangan,Hotel dan Restoran 0,72 0,5

7 Pengangkutan dan komunikasi 0,4 0,3

8 Bank dan Lembaga Keuangan 0,67 0,5

9 Jasa-jasa 1,4 0,8

Sumber : Diolah Dari data sekunder,2007

Berdasarkan nilai LQ pada tabel di atas,ternyata bahwa sebelum dilaksanakan pemekaran wilayah,basis perekonomian kedua kabupaten ada perbedaan.Sebagian besar lapangan usaha merupakan basis untuk Kabupaten Tapanuli Utara,seperti : (1) pertanian,(9) Jasa-jasa,serta satu lapangan usaha subsisten,yaitu lapangan usaha (5) bangunan.Sedangkan untuk wilayah Toba Samosir ,ada tiga lapangan usaha yang merupakan basis,dimana salah satu diantaranya juga merupakan lapangan basis di kabupaten Tapanuli Utara yakni (1) pertanian,kemudian dua lapangan usaha basis lainnya adalah (3) industri pengolahan dan (4) Listrik,Gas dan Air.


(68)

Hal ini menunjukkan bahwa sebenarnya untuk kedua wilayah Tapanuli Utara dan Toba Samosir setelah dimekarkan ,masih mempunyai lapangan usaha basis yang sama yakni (1) pertanian,Akan tetapi juga terdapat perbedaan lapangan usaha basis yang mencolok antara Tapanuli Utara dan Toba Samosir,hal ini disebabkan daerah Tapanuli Utara yang dikemarkan yakni daerah Toba Samosir merupakan wilayah yang mempunyai potensi dalam bidang industri yakni karena adanya industri-industri besar di Toba Samosir seperti : INALUM,BEIJING ALUMINIUM dan lain lain,kemudian Toba Samosir juga memliki potensi yang besar dalam listrik,gas,dan air ,dikarenakan di Toba Samosir terdapat PLTA SIGURA-GURA yang memberikan kontribusi yang besar terhadap PDRB Toba Samosir.

Kemudian kita akan melihat bagaimana perbandingan lapangan usaha basis Kabupaten Toba Samosir setelah dimekarkan lagi menjadi Kabupaten Samosir,Hasil perhitungan LQ untuk setiap lapangan usaha dapat dilihat pada tabel 4.7.


(69)

Tabel 4.7.

Nilai LQ wilayah Toba Samosir dan Samosir No Lapangan Usaha LQ

Toba Samosir

LQ Samosir

1 Pertanian 1,7 2,9

2 Pertambangan 0,3 0,03

3 Industri Pengolahan 1,25 0,04

4 Listrik,Gas dan Air 1,25 0,125

5 Bangunan 0,67 0,05

6 Perdagangan,Hotel dan Restoran 0,5 0,5

7 Pengangkutan dan komunikasi 0,3 0,1

8 Bank dan Lembaga Keuangan 0,5 0,3

9 Jasa-jasa 0,8 2,2

Sumber : Diolah Dari data sekunder,2007

Berdasarkan nilai LQ pada tabel di atas,ternyata bahwa sebelum dilaksanakan pemekaran wilayah,basis perekonomian kedua kabupaten ada perbedaan.Sebagian besar lapangan usaha merupakan basis untuk Kabupaten Toba Samosir,seperti : (1) pertanian,(3)Industri Pengolahan ,(4)Listrik,Gas,dan Air Bersih.Sedangkan untuk wilayah Samosir ,ada dua lapangan usaha yang merupakan basis,dimana salah satu diantaranya juga merupakan lapangan basis di kabupaten Toba Samosir yakni (1) pertanian,kemudian lapangan usaha basis lainnya adalah (9) Jasa-jasa.

Hal ini menunjukkan bahwa sebenarnya untuk kedua wilayah Tapanuli Utara dan Toba Samosir setelah dimekarkan ,masih mempunyai lapangan usaha


(70)

basis yang sama yakni (1) pertanian,Akan tetapi juga terdapat perbedaan lapangan usaha basis yang mencolok antara Toba Samosir dan Samosir,bagian wilayah yang menjadi Toba Samosir setelah dimekarkan,berperan sangat penting bagi perkembangan lapangan usaha basis tersebut.Disebut demikian,karena wilayah Toba Samosir hasil pemekaran tersebut merupakan wilayah pengekspor,sedangkan bagian wilayah yang menjadi Samosir merupakan pengimpor.

Keadaan tersebut dapat terjadi disebabkan karena di bagian wilayah Toba Samosir tersebut,sebagian besar sumber daya potensial yang berhubungan dengan lapangan usaha basis tersebut sudah produktif.Untuk bagian wilayah Samosir terdapat dua kemungkinan,yaitu potensi sumber daya tidak dijumpai atau belum produktif,Terjadinya keadaan demikian tersebut,karena ketersediaan potensi sumber daya bersifat terikat lokasi(location bounded).Tidak mudah memindahkan atau menciptakan sumber daya di suatu wilayah.Oleh sebab itu dalam perencanaan pengembangan wilayah diperlukan strategi pengembangan yang mempertimbangkan ketersediaan sumber data,baik sumber daya alam,sumber daya manusia ataupun sumber daya yang sesuai diterapkan buatan manusia (man made resources) .Termasuk teknologi yang sesuai diterapkan di wilayah yang bersangkutan.


(71)

4.4.2. PERKEMBANGAN PDRB PERKAPITA KABUPATEN TAPANULI UTARA,TOBA SAMOSIR,DAN SAMOSIR.

PDRB perkapita adalah jumlah seluruh nilai tambah dari produk yang dihasilkan oleh berbagai sektor yang melakukan kegiatan usahanya disuatu tempat tanpa memperhatikan kepemilikan atas faktor produksi yang dipakai.Yang dimasukkan dengan nilai tambah adalah nilai produktif (output) dikurangi dengan biaya antara (input).PDRB perkapita dapat digunakan sebagai gambaran rata-rata pendapatan yang diterima oleh setiap penduduk sebagai hasil dari keseluruhan proses produksi sector-sektor ekonomi dalam suatu wilayah.

PDRB perkapita suatu wilayah baru dapat dikatakan sebagai pendapatan perkapita apabila seluruh Nilai Tambah Bruto (NTB) dari seluruh kegiatan sector ekonomi di daerah benar-benar seluruhnya dinikmati oleh masyarakatwilayah tersebut,atau dengan kata lain bahwa seluruh nilai tanbah bruto yang dihasilkan oleh seluruh sektor-sektor ekonomi di suatu wilayah yang dibawa ke luar dari wilayah tersebut sama besarnya dengan nilai tambah bruto sector ekonomi di wilayah lain yang dibawa masuk penduduk wilayah tersebut ke dalam wilayahnya.

Dalam menentukan PDRB perkapita,dimana nilai tambah bruto setiap sektor ekonomi yang dinikmati oleh penduduk daerah tersebut sangat dipengaruhi oleh pertumbuhan penduduk,jika pertumbuhan penduduk dapat dikendalikan sedemikian rupa maka PDRB perkapita dapat ditingkatkan.Untuk melihat perkembangan PDRB perkapita sebelum dan sesudah pemekaran dapt dilihat dalam tabel berikut :


(1)

• Nilai correlation sebesar 0,787 lebih besar dari 0,5 menunjukkan pendapatan sebelum pemekaran menunjukkan perbedaan atau peningkatan yang sangat bermakna dibandingkan dengan setelah pemekaran.

• Kriteria Pengambilan Keputusan :

Terima Ho jika : -ttabel ≤thitung ≤ ttabel

Tolak Ho jika : thitung > ttabel atau thitung <-ttabel

Hasil uji menunjukkan thitung < t tabel (-6,128 < 2,447), maka Ho diterima artinya

rata-rata PDRB perkapita sebelum pemekaran tidak berbeda signifikan dengan rata-rata PDRB perkapita sesudah pemekaran dengan tingkat kepercayaan 95%.


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. KESIMPULAN

Dari hasil pembahasan pada bab sebelumnya,penulis dapat menarik kesimpulan mengenai pengaruh pemekaran wilayah terhadap pertumbuhan PDRB perkapita dengan studi kasus Kabupaten Toba Samosir ,Adapun kesimpulan yang dapat diambil sebagai berikut :

1. Pemekaran wilayah Kabupaten Toba Samosir memberikan pengaruh positif terhadap pertumbuhan PDRB perkapita .

2. Pemekaran wilayah Kabupaten Toba Samosir memberikan pengaruh terhadap lapangan basis ekonomi Kabupaten Toba Samosir.

3. Adanya peningkatan PDRB perkapita sesudah pemekaran.

4. Pemekaran wilayah tidak selamanya menyebabkan terjadinya perbedaan (peningkatan) PDRB perkapita sebelum dan sesudah pemekaran .

5.2.SARAN

Sebagai penutup penulisan skripsi ini,penulis memberikan saran kepada semua pihak yang terkait dengan penulisan skripsi ini ,

1. Agar pemerintah Kabupaten Toba Samosir lebih mengoptimalkan pemanfaatan sektor-sektor ekonomi dalam rangka meningkatkan pendapatan perkapita.

2. Sebagai kabupaten yang masih baru ,hendaknya antara pemerintah dan masyarakat bekerjasama dalam membangun Kabupaten Toba Samosir.


(3)

3. Agar Pemerintah Kabupaten Toba Samosir lebih mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya manusia yang ada agar dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Boediono.2001.Teori Pertumbuhan Ekonomi.Yogyakarta : BPFE

Hamid,Edi Suandi.2004.Memperkokoh Otonomi Daerah.Yogyakarta : UII Press Jhinghan,M.L.Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan .Jakarta:PT Raja

Grafindo Persada,1994

Kuncoro,Mudrajat.2004.Otonomi dan Pembangunan Daerah.Jakarta:Erlangga. Moleong,J Lexy.2004.Metodologi Penelitian Kualitatif.Bandung : PT Remaja

Rusdakarya.

Siagian,Faisal.1995.Kepemimpinan dan Politik Kewarganegaraan Menuju Abad

XXI.Jakarta : AIPI.

Sirojuzilam.2007.Beberapa Aspek Ekonomi Regional.Medan: USU press Sjahrir.1995.Analisis Ekonomi Indonesia.Jakarta :PT Gramedia Pustaka Utama. Sukirno,Sadono.1995.Ekonomi Pembangunan.Jakarta : LPFE UI.

Todaro,Michael P.1998.Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga.Jakarta : Erlangga.

Undang-undang Otonomi Daerah.2006.Jakarta : Sinar Grafika.

Widjaya,H,A,W.Otonomi Daerah dan Daerah Otonomi.Jakarta : PT Raja Grafindo.

………(berbagai tahun terbit).Sumatera Utara Dalam Angka.Medan ………(berbagai tahun terbit).Toba Samosir Dalam Angka.Medan ………(berbagai tahun terbit).Tapanuli Utara Dalam Angka.Medan ………(berbagai tahun terbit).Samosir Dalam Angka.Medan


(5)

PDRB PERKAPITA KABUPATEN TOBA SAMOSIR SEBELUM DAN SESUDAH PEMEKARAN

PDRB PERKAPITA SEBELUM (Rp)

PDRB PERKAPITA SESUDAH (Rp)

1.375.445 4.754.970

1.599.360 5.212.960

1.809.553 5.843.290

2.033.166 12.057.030

2.300.609 11.104.910

3.149.701 11.947.360


(6)