Suplementasi Blok Multinutrisi Terhadap Pertumbuhan Rusa Sambar (Cervus Unicolor) Fase Ranggah Lunak

SUPLEMENTASI BLOK MULTINUTRISI TERHADAP PERTUMBUHAN RUSA SAMBAR (Cervus unicolor) FASE RANGGAH LUNAK SKRIPSI
OLEH JEFRY SITIO
050306042
DEPARTEMEN PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2009
1
Universitas Sumatera Utara

2 SUPLEMENTASI BLOK MULTINUTRISI TERHADAP PERTUMBUHAN
RUSA SAMBAR (Cervus unicolor) FASE RANGGAH LUNAK SKRIPSI OLEH
JEFRY SITIO 050306042
DEPARTEMEN PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2009
Universitas Sumatera Utara

3 SUPLEMENTASI BLOK MULTINUTRISI TERHADAP PERTUMBUHAN
RUSA SAMBAR (Cervus unicolor) FASE RANGGAH LUNAK SKRIPSI OLEH
JEFRY SITIO 050306042
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Memperoleh Gelar Sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
DEPARTEMEN PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERDITAS SUMATERA UTARA 2009

Universitas Sumatera Utara

Judul
Nama Nim Departemen Progam Studi

4
:iSuplementasi Blok Multinutrisi Terhadap iiPertumbuhan Rusa Sambar (Cervus unicolor) iiFase Ranggah Lunak : JEFRY SITIO : 050306042 : PETERNAKAN : ILMU PRODUKSI TERNAK

Disetujui Oleh Komisi Pembiming

(Dr. Nevy Diana Hanafi, SPt. MSi) Ketua

(Ir. Roeswandy) Anggota

Mengetehui,

(Prof. Dr. Ir. Zulfikar Siregar, MP) Ketua Departemen Peternakan

Tanggal lulus :


Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT

5

Jefry Sitio, 2009. “Supplementation of Multinutrient Blocks (MB) on Growth’s Sambar Deer (Cervus unicolor) Smooth Ranggah Phase. Under advised of Dr. Nevy Diana Hanafi, MSi as a supervisor and Ir. Roeswandy as co supervisor.
This research was conducted in Deer Conservation, North Sumatera University, Jl. Prof. A. Sofyan no. 3 Medan. The research was started since May 2009 to November 2009.
The purpose of experiment is to observe the effect of usage multinutrient blocks on performance’s sambar deer. This research was conducted by using latin square design (LSD) with three treatments. The treatments were P1 (native forages), (P0 + MB A) and P3 (P0 + MB B). The result of this research indicated that the highest average feed consumption was found in treatment P3 (809.40 g/h/d) and the lowest one found in treatment P1 (686.42 g/h/d). The highest average daily gain was found in treatment P3 (148.15 g/h/d) and the lowest one found in treatment P1 (70.90 g/h/d). The highest feed conversion ratio was found in treatment P1 (9.76) and the lowest one found in treatment P3 (5.48).
The result of was statistic test, supplementation of multinutrient blocks in feed has significantly different (P0.05) on feed conversion. The conclusions of experiment as usage multinutrient blocks in feed can raise productivity base on native forages of sambar deer.
Key words: Multinutrient Block, Sambar Deer, Performance

Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK

6

Jefry Sitio, 2009. “Suplementasi Blok Multinutrisi Terhadap Pertumbuhan Rusa Sambar (Cervus unicolor) Fase Ranggah Lunak. Dibawah bimbingan Ibu Dr. Nevy Diana Hanafi, MSi sebagai ketua komisi pembimbing dan Bapak Ir. Roeswandy sebagai anggota komisi pembimbing.
Penelitian ini dilaksanakan di Penangkaran Rusa Universitas Sumatera Utara, Jl. Prof. A. Sofyan no. 3 Medan. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Juni sampai dengan bulan November 2009.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek penggunaan blok multinutrisi terhadap penampilan rusa sambar. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan bujur sangkar latin (RBSL) dengan 3 perlakuan. Perlakuannya adalah P1 (Hijauan), P2 (P0 + BM A) dan P3 (P0 + BM B).
Dari hasil penelitian menunjukan rataan konsumsi pakan tertinggi pada perlakuan P1 (809.40 g/ekor/hari) dan rataan terendah pada perlakuan P1 (686.42 g/ekor/hari). Rataan pertambahan berat badan tertinggi pada perlakuan P3 (148.15 g/ekor/hari) dan rataan terendah pada perlakuan P1 (70.90 g/ekor/hari). Rataan konversi pakan tertinggi pada perlakuan P1 (9.76) dan rataan terendah pada perlakuan P3 (5.48).
Dari hasil analisis keragaman, menunjukan bahwa suplementasi blok multinutrisi pada pakan memberikan pengaruh yang sangat berbeda nyata (P0.05) terhadap konversi pakan rusa sambar. Kesimpulan penelitian ini adalah pemberian blok multinutrisi pada pakan dapat memperbaiki produktivitas rusa sambar yang berbasiskan rumput lapangan.
Kata kunci: Blok multinutrisi, Rusa Sambar, Performans

Universitas Sumatera Utara

RIWAYAT HIDUP

7

Jefry Sitio, lahir di Tarutung, Tapanuli Utara, 1 Agustus 1987. Merupakan anak pertama dari lima bersaudara, anak kandung dari Bapak S. Sitio, SPd. dan Ibu L. Panggabean, SPd.
Tahun 2005 lulus dari SMU Swasta St. Maria Tarutung dan pada tahun yang sama masuk ke Fakultas Pertanian USU melalui jalur ujian tertulis Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru memilih program studi Ilmu Produksi Ternak.
Penulis melaksanakan praktek kerja lapangan (PKL) di Unit Penelitian dan Latihan Departemen Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, dari bulan Agustus 2008 sampai bulan Oktober 2008 dan melaksanakan penelitian Skripsi pada bulan Juni 2009 hingga bulan November 2009 di Penangkaran Rusa Universitas Sumatera Utara, Medan.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota Himpunan Mahasiswa Departemen Peternakan. Selain itu, penulis juga aktif dalam organisasi ekstrauniversitas yakni Paduan Suara Consolatio USU.

Universitas Sumatera Utara

KATA PENGANTAR


8

Puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmatNya Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
Adapun judul dari skripsi ini adalah “Pengaruh Pemberian Blok Multinutrien terhadap Performans Rusa Sambar (Cervus unicolor) Fase Ranggah Lunak” yang merupakan salah satu syarat untuk dapat melakukan penelitian di Departemen Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
Pada kesempatan ini Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Nevy Diana Hanafi, S.Pt, M.Si sebagai dosen ketua pembimbing dan Bapak Ir. Roeswandy sebagai anggota komisi pembimbing yang telah memberikan bimbingan dalam penulisan skripsi ini. Dan Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Ir. Ristika Handarini, MP yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan dalam penulisan skripsi ini serta mengenalkan pengetahuan tentang rusa kepada Penulis.
Penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut membantu terselesaikannya skripsi ini, semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, November 2009

Penulis

Universitas Sumatera Utara

9
DAFTAR ISI
Hal
ABSTRACT ................................................................................................... i ABSTRAK ..................................................................................................... ii RIWAYAT HIDUP ........................................................................................ iii KATA PENGANTAR .................................................................................... iv DAFTAR ISI .................................................................................................. v DAFTAR TABEL .......................................................................................... vi DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... viii PENDAHULUAN Latar Belakang................................................................................................ 1 Tujuan Penelitian ............................................................................................ 3 Hipotesis Penelitian ........................................................................................ 3 Kegunaan Penelitian ....................................................................................... 4 TINJAUAN PUSTAKA Rusa Sambar .................................................................................................. 5 Habitat. ........................................................................................................... 7 Penyebaran Rusa Sambar ............................................................................... 8 Aktivitas Makan ............................................................................................. 9 Blok Multinutrisi (BM) ................................................................................... 9
Bungkil Inti Sawit ........................ ....................................................... 10 Dedak Padi .......................................................................................... 11 Tepung Ikan......................................................................................... 11 Molases ............................................................................................... 12 Urea .................................................................................................... 12 Garam Dapur ...................................................................................... 13 Ultra Mineral ...... ................................................................................ 14 Ampas Tahu...... .................................................................................. 16 Konsumsi Pakan ............................................................................................. 17 Pertambahan Berat Badan ...... ........................................................................ 17 Konversi Pakan ...... ........................................................................................ 20 BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian ......................................................................... 21 Bahan ............................................................................................... 21 Alat .................................................................................................. 21 Metode Penelitian ........................................................................................... 22 Parameter Penelitian....................................................................................... 23 Pelaksanaan Penelitian......................................................................... 25 HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Pakan (Hijauan + Blok Multinutrisi)..... .............................. 27 Konsumsi Pakan (Hijauan)..... ............................................................. 31 Konsumsi Blok Multinutrisi................................................................ 34 Pertambahan Berat Badan.................................................................... 37 Konversi Pakan.................................................................................... 41 Rekapitulasi Hasil Penelitian..... .......................................................... 44
Universitas Sumatera Utara


10

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ......................................................................................... Saran ...... ............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

45 45

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR GAMBAR

11

1. Grafik Kurva sigmoid pertumbuhan pada domba........................................ 20 2. Grafik Konsumsi pakan (rumput + blok multinutrisi) rusa sambar selama
penelitian.................................................................................................... 29 3. Grafik Konsumsi pakan (hijauan) rusa sambar selama penelitian................. 33 4. Grafik Konsumsi blok multinutrisi rusa sambar selama penelitian.............. 37 5. Grafik pertambahan berat badan rusa sambar selama penelitian.................. 40 6. Grafik konversi pakan rusa sambar selama penelitian................................. 44

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR TABEL


12

1. Kandungan nilai gizi bungkil sawit .......................................................... 11
2. Kandungan nilai gizi molases ................................................................... 12
3. Toleransi maksimum berbagai spesies terhadap NaCl............................... 14
4. Kandungan mineral ultra mineral ............................................................. 16
5. Susunan blok multinutrisi (BM) ............................................................... 26
6. Rataan konsumsi pakan (hijauan + blok multinutrisi) (dalam bahan kering) rusa sambar dari setiap periode (g/ekor/hari) ................................ 29
7. Rataan konsumsi pakan (hijauan + blok multinutrisi) (dalam bahan kering) rusa sambar selama penelitian (g/ekor/hari).................................. 30
8. Analisis keragaman konsumsi pakan (hijauan + blok multinutrisi) (dalam bahan kering) rusa sambar (g/ekor/hari) .................................................. 31
9. Uji BNT suplementasi BM pada pakan terhadap konsumsi pakan (hijauan + blok multinutrisi) rusa sambar............................................................... 32
10. Rataan konsumsi pakan (hijauan) (dalam bahan kering) rusa sambar selama penelitian (g/ekor/hari) ................................................................. 33
11. Rataan konsumsi hijauan (dalam bahan kering) rusa sambar setiap periode (g/ekor/hari) ............................................................................................. 34
12. Analisis keragaman konsumsi pakan (hijauan) (dalam bahan kering) rusa sambar (g/ekor/hari) ................................................................................ 35
13. Uji BNT suplementasi BM pada pakan terhadap konsumsi pakan (hijauan) rusa sambar ............................................................................... 36
14. Rataan konsumsi blok multinutrisi (dalam bahan kering) rusa sambar setiap periode (g/ekor/hari)....................................................................... 37
15. Rataan konsumsi blok multinutrisi (dalam bahan kering) rusa sambar selama penelitian (g/ekor/hari) ................................................................. 38
16. Analisis keragaman konsumsi blok multinutrisi (dalam bahan kering) rusa sambar (g/ekor/hari) ................................................................................ 39

Universitas Sumatera Utara


13 17. Uji BNT suplementasi BM pada pakan terhadap konsumsi pakan blok
multinutrisi rusa sambar ........................................................................... 40 18. Rataan pertambahan bobot badan rusa sambar setiap periode (g/ekor/hari) 42 19. Rataan pertambahan berat badan rusa sambar (g/ekor/hari) ...................... 43 20. Analisis keragaman pertambahan berat badan rusa sambar (g/ekor/hari) .. 44 21. Uji BNT suplementasi BM pada pakan terhadap konsumsi pertambahan
berat badan rusa sambar ........................................................................... 45 22. Rataan konversi pakan rusa sambar setiap periode (g/ekor/hari) ................ 46 23. Rataan konversi pakan rusa sambar .......................................................... 47 24. Analisis keragaman konversi pakan rusa sambar ...................................... 48 25. Rekapitulasi hasil penelitian..................................................................... 50
Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT

5

Jefry Sitio, 2009. “Supplementation of Multinutrient Blocks (MB) on Growth’s Sambar Deer (Cervus unicolor) Smooth Ranggah Phase. Under advised of Dr. Nevy Diana Hanafi, MSi as a supervisor and Ir. Roeswandy as co supervisor.
This research was conducted in Deer Conservation, North Sumatera University, Jl. Prof. A. Sofyan no. 3 Medan. The research was started since May 2009 to November 2009.
The purpose of experiment is to observe the effect of usage multinutrient blocks on performance’s sambar deer. This research was conducted by using latin square design (LSD) with three treatments. The treatments were P1 (native forages), (P0 + MB A) and P3 (P0 + MB B). The result of this research indicated that the highest average feed consumption was found in treatment P3 (809.40 g/h/d) and the lowest one found in treatment P1 (686.42 g/h/d). The highest average daily gain was found in treatment P3 (148.15 g/h/d) and the lowest one found in treatment P1 (70.90 g/h/d). The highest feed conversion ratio was found in treatment P1 (9.76) and the lowest one found in treatment P3 (5.48).
The result of was statistic test, supplementation of multinutrient blocks in feed has significantly different (P0.05) on feed conversion. The conclusions of experiment as usage multinutrient blocks in feed can raise productivity base on native forages of sambar deer.
Key words: Multinutrient Block, Sambar Deer, Performance

Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK


6

Jefry Sitio, 2009. “Suplementasi Blok Multinutrisi Terhadap Pertumbuhan Rusa Sambar (Cervus unicolor) Fase Ranggah Lunak. Dibawah bimbingan Ibu Dr. Nevy Diana Hanafi, MSi sebagai ketua komisi pembimbing dan Bapak Ir. Roeswandy sebagai anggota komisi pembimbing.
Penelitian ini dilaksanakan di Penangkaran Rusa Universitas Sumatera Utara, Jl. Prof. A. Sofyan no. 3 Medan. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Juni sampai dengan bulan November 2009.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek penggunaan blok multinutrisi terhadap penampilan rusa sambar. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan bujur sangkar latin (RBSL) dengan 3 perlakuan. Perlakuannya adalah P1 (Hijauan), P2 (P0 + BM A) dan P3 (P0 + BM B).
Dari hasil penelitian menunjukan rataan konsumsi pakan tertinggi pada perlakuan P1 (809.40 g/ekor/hari) dan rataan terendah pada perlakuan P1 (686.42 g/ekor/hari). Rataan pertambahan berat badan tertinggi pada perlakuan P3 (148.15 g/ekor/hari) dan rataan terendah pada perlakuan P1 (70.90 g/ekor/hari). Rataan konversi pakan tertinggi pada perlakuan P1 (9.76) dan rataan terendah pada perlakuan P3 (5.48).
Dari hasil analisis keragaman, menunjukan bahwa suplementasi blok multinutrisi pada pakan memberikan pengaruh yang sangat berbeda nyata (P0.05) terhadap konversi pakan rusa sambar. Kesimpulan penelitian ini adalah pemberian blok multinutrisi pada pakan dapat memperbaiki produktivitas rusa sambar yang berbasiskan rumput lapangan.
Kata kunci: Blok multinutrisi, Rusa Sambar, Performans

Universitas Sumatera Utara

PENDAHULUAN

14

Latar Belakang Rusa sambar (Cervus unicolor) merupakan satwa liar asli Indonesia yang
termasuk rusa tropik yang mempunyai bobot badan terbesar. Satwa ini memiliki habitat asli di berbagai daerah dan salah satunya adalah pulau Sumatera. Namun sayangnya dengan semakin maraknya perburuan dan penyempitan lahan hutan akibat illegal loging ataupun kebakaran hutan, maka populasi rusa sambar juga semakin terancam (Semiadi, 2002).
Di lain pihak, rusa sambar mempunyai potensi yang baik untuk dikembangkan sebagai ternak baru yang dipelihara dalam penangkaran. Hal ini disebabkan kerena rusa sambar mempunyai nilai ekonomis yang tinggi, baik berupa daging (venison) maupun ranggah lunak atau velvet. Sebagai contoh Korea membutuhkan ranggah sampai sekitar 200 ton/tahun dan New Zealand mengembangkan rusa sebagai produk baru dalam bentuk industri komersial (Nurcahyo et al., 2002).
Rusa (Cervus spp.) merupakan hewan yang dilindungi menurut undangundang Ordonansi dan Peraturan Perlindungan Binatang Liar tahun 1931 No. 134 dan 266. Sejak tahun 1990 pemerintah melalui SK Menteri Pertanian No 362/KPTS/TN/12/V/1990 pada tanggal 20 Mei 1990, memasukkan rusa sebagai salah satu satwa yang potensial dikembangkan sebagai hewan ternak (domestik). Dan pada tahun 2002 mengenai pencanangan swasembada daging mendorong pemerintah mengeluarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 404/Kpts/OT/210/62002 (tentang pedoman perizinan dan pendaftaran usaha


Universitas Sumatera Utara

15
peternakan rusa) sebagai upaya sosialisasi yang lebih luas baik bagi masyarakat maupun peneliti untuk lebih memberi perhatian pada ”minor livesstock” (babi, kelinci, burung puyuh, satwa harapan) termasuk rusa-rusa endemik Indonesia (Semiadi 2002b; Susmianto 2002; Saparjadi 2003; disitasi Handarini 2006).
Walaupun di Indonesia dikategorikan sebagai salah satu satwa yang dilindungi, namun usaha pengembangannya sebagai “ternak baru” bukan merupakan hal yang mustahil. Keberhasilan menjadikan rusa sebagai “komoditas ternak baru” sangat ditentukan oleh aspek pembibitan, pemberian makanan dan manajemen yang baik. Namun kajian atau penelitian mengenai aspek pemberian pakan maupun manajemen reproduksi agar dapat dicapai hasil yang optimal masih sangat terbatas. Untuk itu penelitian ini mencoba menggali salah satu aspek tersebut dengan perbaikan nilai nutrisi hijauan.
Strategi perbaikan nutrisi hijauan yang dapat dilakukan diantaranya dengan melakukan suplementasi nutrien yang mencukupi kebutuhan protein, energi, maupun mineral. Penelitian Mullik (2006) yang dilakukan pada sapi bali dengan menambahkan multinutrien blok pada pakannya menunjukan adanya perbaikan penampilan reproduksi ketika diberikan pada saat pre dan postcalving. Perbaikan penampilan tersebut meliputi pertambahan bobot badan, produksi susu, penampilan anak sapi, serta tingkah laku menyusu anak sapi.
Keberhasilan suplementasi nutrien sangat ditentukan oleh keseimbangan dan kelengkapan nutrisi yang ditambahkan kedalam pakan pokok (hijauan) sesuai dengan kebutuhan ternak. Efek yang diharapkan dari suplementasi adalah terjadi saling melengkapi kekurangan nutrien yang dimiliki suatu bahan pakan. Kualitas suatu bahan pakan banyak ditentukan beragam faktor seperti musim kesuburan
Universitas Sumatera Utara

16
tanah, defesiensi mineral yang ada dalam tanah, pemupukan, interval pemotongan dan fase pertumbuhan tanaman.
Kondisi tersebut menjadikan teknik suplementasi yang efektif dan efisien akan berbeda sejalan perbedaan lokasi dan kuallitas hijauan pokok yang digunakan. Salah satu cara tehnik suplementasi yang dapat dilakukan adalah penggunaan multinutrient blok (Blok Multinutrisi, BM). Komponen bahan yang digunakan untuk MB antara lain urea, molases, bungkil inti sawit (BIS), solid sawit, tepung ikan, dedak padi dan mineral (Amodu et al., 2001).
Penelitian mengenai penggunaan BM pada rusa sambar dengan menggunakan bahan BM yang berasal dari limbah perkebunan sawit penting dilakukan untuk mendapatkan komposisi yang efektif dan efisien serta mengetahui dampaknya pada masa pertumbuhan rusa sambar. Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan produktifitas rusa sambar sebagai komoditas ternak baru.
Tujuan Penelitian Menguji efek penggunaan blok multinutrisi terhadap penampilan rusa
sambar yang meliputi konsumsi pakan, pertambahan bobot badan, konversi pakan serta tingkat kesukaan ternak terhadap blok multinutrisi.
Hipotesis Penelitian Pemberian blok multinutrisi (BM) memberikan pengaruh positif terhadap
konsumsi pakan, konversi pakan, pertambahan bobot badan, dan palatabilitas rusa sambar.
Universitas Sumatera Utara

17 Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi peneliti, masyarakat dan kalangan akademik tentang pengaruh pemberian blok multinutrisi terhadap pertumbuhan Rusa Sambar sebagai komoditas ternak baru yang cukup berpotensi. Hasil penelitian nantinya dapat digunakan sebagai rujukan dalam penggunaan blok multinutrisi untuk ternak ruminansia lainnya, serta dapat digunakan sebagai bahan penulisan skripsi yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Departemen Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan.
Universitas Sumatera Utara

TINJAUAN PUSTAKA
Rusa Sambar Rusa sambar merupakan salah satu rusa terbesar bila dibandingkan dengan
rusa-rusa jenis lain yang ada di Indonesia. Rusa sambar (Cervus unicolor) mempunyai warna bulu yang gelap ataupun hitam kemerahan. Bagian bawahnya adalah lebih pucat. Rusa jantan mempunyai bulu leher yang pendek. Tinggi spesies ini adalah 1.35 m - 1.50 m dan mempunyai bobot badan hingga 300 kg. Umur spesies ini mencapai 16-20 tahun. Rusa sambar yang dipelihara di India maupun Srilanka mempunyai ukuran tubuh yang lebih besar yaitu dengan bobot badan mencapai 546 kg. Hal itu disebabkan karena pemeliharaan rusa sambar dilakukan dengan tujuan komersial dan telah melakukan terobosan pemanfaatan terlebih dahulu (Anonim, 2008).
Rusa Sambar (Cervus unicolor ) adalah salah satu dari empat jenis rusa endemik yang ada di Indonesia yang dilindungi oleh undang-undang namun jumlah populasinya terus berkurang akibat perburuan liar dan semakin tingginya degradasi habitat aslinya. Untuk menjaga kelestarian populasi rusa maka diperlukan pengelolaan yang baik agar usaha-usaha pemanfaatan hasil tersebut dapat tetap berlangsung. Untuk menghindari kepunahan dan sekaligus memanfaatkan rusa secara optimal dan berkelanjutan dapat dilakukan melalui penangkaran. Penangkaran rusa mempunyai prospek karena rusa mudah beradaptasi dengan lingkungan di luar habitat alaminya, mempunyai tingkat produksi dan reproduksi yang tinggi. Dalam pembangunan penangkaran ada
18
Universitas Sumatera Utara

19

beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu komponen habitat yang terdiri dari

pakan, air, naungan (cover), dan ruang (Garsetiasih dan Mariana 2007).

Berikut klasifikasi rusa sambar berdasarklan tata nama ilmiah adalah

sebagai berikut (Eco India, 2008) :


Kingdom

: Animalia

Phylum

: Chordata

Class

: Mamalia

Ordo

: Artiodactyla

Sub ordo

: Ruminantia

Family

: Cervidae

Sub family

: Cervinae

Genus

: Cervus

Spesies

: C. Unicolor

Zoological name : Cervus unicolor

Family cevidae merupakan kelompok kompleks yang terdiri atas sekitar 57

spesies dan hampir 200 sub spesies Sambar (sambur, sambhur,

Tamil : Kadaththi man), adalah nama umum untuk beberapa rusa Asia yang

mempunyai ciri berwarna coklat gelap dan tinggi pundak mencapai 102-160 cm

dengan bobot mencapai 546 kg (Nugent et al., 2001).

Rusa merupakan salah satu satwa liar yang banyak memberikan manfaat

bagi manusia, dimana ranggah/velvet-nya dapat dimanfaatkan sebagai obat, kulit

rusa digunakan dalam pembuatan souvenir dan sebagai hiasan dinding sedangkan

tanduk rusa dapat digunakan sebagai obat. Pemanfaatan rusa yang berlebihan dan

tidak terkendali dapat mcngakibatkan penurunan populasi satwa tersebut di alam.

Universitas Sumatera Utara

20
Produk utama yang dihasilkan oleh rusa sambar adalah daging (venison) dan ranggah (velvet antler). Daging rusa mempunyai flavour yang khas dan banyak disukai masyarakat Eropa (Semiadi, 2002). Daging rusa mempunyai nilai gizi yang terbaik karena rendah kalori dan kolesterol yang merupakan pilihan masyarakat modern. Kandungan protein daging rusa mencapai 21,1% dengan kadar lemak mencapai 7%, sedangkan daging sapi mempunyai kandungan protein 18,8% dan kandungan lemak 14%.
Ranggah merupakan bahan utama untuk bahan obat-obatan dan suplemen makanan serta produk turunan lainnya. Ranggah mempunyai komponen kimia utama berupa asam amino, polisakarida, asam lemak, fosfolipid, kolesterol dan mineral. Produk tersebut mempunyai nilai ekonomis yang tinggi dan mempunyai nilai ekspor yang besar terutama ke negara Cina dan Korea yang sebagian besar (60%) mengimpor produk tersebut dari New Zealand, Rusia dan negara lainnya (Semiadi, 1998).
Habitat Habitat alami rusa terdiri atas beberapa tipe vegetasi seperti savana yang
dimanfaatkan sebagai sumber pakan dan vegetasi hutan yang tidak terlalu rapat untuk tempat bernaung (istirahat), kawin dan melindungi diri dari predator. Hutan sampai ketinggian 2.600 m diatas permukaan laut dengan padang rumput merupakan habitat yang paling disukai oleh rusa terutama jenis Cervus timorensis, kecuali Cervus unicolor yang sebagian besar aktivitas hariannya dilakukan pada daerah payau (Garsetiasih dan Mariana 2007).
Universitas Sumatera Utara

21
Habitat penangkaran berbeda dengan habitat alami. Berdasarkan ciri habitatnya, pada habitat penangkaran terdapat peningkatan nutrisi, bertambahnya persaingan intraspesifik untuk memperoleh makanan, berkurangnya pemangsaan oleh predator alami, berkurangnya penyakit dan parasit serta meningkatnya kontak dengan manusia. Selain itu penangkaran juga dapat meningkatkan produktifitas dan reproduksi rusa sambar karena dengan penangkaran akan pengukuran-pengukuran terhadap nilai satuan produksi dan reproduksi satwa yang dido mest ika si.
Penyebaran Rusa Sambar Rusa sambar tersebar luas hampir di seluruh Asia mulai dari Asia Selatan,
Cina bagian selatan dan Asia Tenggara termasuk Indonesia. Sedangkan di Indonesia sendiri penyebarannya hanya terbatas pada pulau Sumatera dan Kalimantan. Walaupun secara nasional rusa sambar belum berada di ambang kritis, namun populasinya terus mendapat tekanan akibat perburuan dan penyempitan luas lahan hutan akibat perusakan hutan maupun bencana alam seperti kebakaran hutan.
Di beberapa negara seperti New Zealand, industri peternakan rusa berkembang pesat dan terdapat sekitar 4000 peternakan dengan populasi mencapai 2,6 juta ekor pada tahun 2001 meskipun rusa tersebut merupakan hewan introduksi (Game Animal Panel, 2007). Hal ini disebakan karena permintaan produk asal rusa yang semakin meningkat, terutama permintaan dari Cina dan Korea. Sedangkan peternakan rusa di Indonesia sampai sekarang ini belum ada kegiatan yang bersifat komersial. Padahal kebijakan pemerintah di Indonesia saat ini cukup mendukung usaha penangkaran dan pemanfaatannya sebagai usaha
Universitas Sumatera Utara

22
konservasi ex-situ (Saparjadi, 2003) maupun kemudahan dalam hal perijinannya (Susmianto, 2002).
Aktivitas Makan Pakan merupakan komponen habitat yang paling penting, ketersediaan
pakan berhubungan erat dengan perubahan musim, biasanya di musim hujan pakan berlimpah sedangkan di musim kemarau pakan berkurang. Makanan pokok rusa adalah hijauan berupa daun-daunan dan rumput-rumputan yang ketersediaannya kadang-kadang terbatas terutama di penangkaran sehingga dibutuhkan pakan tambahan (Garsetiasih dan Mariana 2007). Oleh karena itu untuk tujuan praktis, akan lebih bermanfaat apabila dapat ditetapkan nilai daya makan sukarela ternak rusa untuk masing-masing jenis bahan pakan seperti alangalang (Imperata cylindrica), kolonjono (Brachiaria mutica), rumput benggala (Panicum maximum), jerami padi (Oriza sativa), rumput lapang (Paspalum sp.), dan rumput gajah (Pennisetum purpureum).
Aktivitas makan pada rusa disebut grazing dan browsing yang didefinisikan sebagai aktivitas mencari dan memasukkan hijauan ke dalam mulut. Apabila diamati dari pola aktif makan harian selama hari terang terdapat fluktuasi yang mengikuti aktivitas harian kawanan (Lelono,2001) dimana terlihat tiga puncak utama yaitu pada pagi hari antara pukul 07.00 sampai 09.00, siang antara pukul 11.00 sampai 14.00 dan sore mulai pukul 17.00 sampai 18.00. Tingginya kebutuhan makan pada betina disebabkan karena betina yang merawat anak harus menyediakan air susu sebagai makanan pokok anak selain untuk kebutuhan metabolisme induk itu sendiri.
Universitas Sumatera Utara

23
Blok Multinutrisi (BM) Blok multinutrisi (BM) atau Urea Mineral Molases Blok (UMMB) adalah
pakan tambahan (imbuhan), yang menyediakan nutrisi penting bagi ternak seperti protein, energi dan mineral yang biasanya sangat kurang pada sumber hijauan dan limbah pertanian. UMMB diberikan dalam bentuk padat, keras, kompak, tapi bisa larut dalam air (Hamdan, 2005).
Blok multinutrisi (BM) mengandung non-protein nitrogen (NPN), yang di dalam rumen akan mengaktifkan mikroba rumen dan disintesis menjadi asamasam amino yang dibutuhkan tubuh ternak. Selain urea, blok multinutrisi juga terdiri atas berbagai bahan penyusun lain, seperti molases, bungkil inti sawit (BIS), dedak padi, tepung ikan, semen, kapur, garam dapur dan ultra mineral. Pada domba, pemberian blok multinutrisi (BM) sebesar 4 gram perhari per kg bobot badan terbukti mampu meningkatkan pertambahan bobot badan harian domba. Selain itu juga terbukti meningkatkan akseptabilitas domba terhadap limbah pertanian dengan serat kasar cukup tinggi seperti kulit dan tongkol jagung (Sodiq dan Abidin, 2002).
Bungkil Inti Sawit Menurut Davendra (1997) bungkil inti sawit adalah limbah hasil ikutan
dari hasil ekstraksi inti sawit. Bahan ini diperoleh dengan proses kimiawi atau cara mekanik. Walaupun kandungan proteinnya agak baik, tapi karena serat kasarnya tinggi dan palatabilitasnya rendah menyebakan kurang cocok bagi ternak monogastrik, melainkan lebih cocok bagi ternak ruminansia.
Universitas Sumatera Utara

24

Semakin tinggi persentase bungkil inti sawit dalam pakan, maka kenaikan

bobot badan perhari semakin besar, namun demikian pemberian optimal dari

bungkil inti sawit ialah 1,5 % dari bobot badan untuk mempengaruhi pertumbuhan

ternak domba.

Kandungan nilai gizi dalam bungkil inti sawit dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 1. Kandungan nilai gizi bungkil sawit

Uraian

Kandungan (%)

Protein Kasar

15,4a

TDN

81b

Serat Kasar

16,9a

Lemak Kasar

2,4a

Bahan Kering

92,6a

Ca 0,10c

P 0,22c

Sumber : a. Laboratorium Ilmu Makanan Ternak, Departemen Peternakan FP USU (2005). b. Laboratorium Ilmu Makanan Ternak IPB, Bogor (2000). c. Siregar (2003).

Dedak Padi Dedak padi adalah bahan pakan yang diperoleh dari pemisahan beras
dengan kulit gabahnya melalui proses penggilingan padi dari pengayakan hasil ikutan penumbukan padi (Parakkasi, 1995). Sedangkan menurut Rasyaf (1992) sebagai bahan makanan asal nabati, dedak memang limbah proses penggilingan padi menjadi beras. Oleh sebab itu kandungan nutrisinya juga cukup baik, dimana kandungan protein dedak halus sebesar 12%-13%, kandungan lemak 13%, dan serat kasarnya 12%.

Universitas Sumatera Utara

25
Pemanfaatan dedak padi di Indonesia sampai saat ini adalah sebagai pakan ternak. Hal ini dikarenakan kandungan yang terkandung dalam dedak padi yang mempunyai nilai gizi yang tinggi seperti lipid, protein, karbohidrat, vitamin, mineral dan juga serat. Tepung Ikan
Tepung ikan merupakan bahan makanan asal hewan yang sangat kondang sebagai bahan makanan sumber protein dan asam-asam amino yang baik. Tepung ikan digunakan untuk menjamin pemenuhan keseimbangan asam-asam amino dalam formulasi pakan yang dibuat, karena 90% hingga 94% bahan makanan pembentuk pakan berasal dari sumber nabati yang umumnya miskin akan Methionine, lysine, Tryptopan dan Cystine. Keempat asam amino yang kurang ini dapat ditutupi dengan tepung ikan (Rasyaf, 1992).
Molases Molases dapat digunakan sebagai pakan ternak. Keuntungan penggunaan
molases untuk pakan ternak adalah kadar karbohidrat tinggi (46-60% sebagai gula), kadar mineral cukup disukai ternak. Molases atau tetes tebu juga mengandung vitamin B kompleks dan unsur-unsur mikro yang penting bagi ternak seperti kobalt, boron, jodium, tembaga, mangan dan seng. Sedangkan kelemahannya adalah kadar kaliumnya yang tinggi dapat menyebabkan diare bila dikonsumsi terlalu banyak (Rangkuti et al., 1985). Kandungan nilai gizi molases dapat dilihat pada Tabel 3.
Universitas Sumatera Utara

26

Tabel 2. Kandungan nilai gizi molases

Kandungan Zat

Kadar Zat (%)

Bahan Kering

67,5

Protein Kasar

3-4

Lemak Kasar

0,08

Serat Kasar

0,38

TDN

81,0

Sumber : Laboratorium Ilmu Makanan Ternak Jurusan Peternakan FP-USU, Medan (2005).

Urea Urea adalah suatu senyawa organik yang terdiri dari unsur karbon,
hidrogen, oksigen dan nitrogen dengan rumus CON2H4 atau (NH2)2CO. Urea juga dikenal dengan nama carbamide yang terutama digunakan di kawasan Eropa. Nama lain yang juga sering dipakai adalah carbamide resin, isourea, carbonyl diamide dan carbonyldiamine. Senyawa ini adalah senyawa organik sintesis pertama yang berhasil dibuat dari senyawa anorganik.
Urea bila diberikan kepada ruminansia akan melengkapi sebagian dari protein hewan yang dibutuhkan, karena urea tersebut disintesa menjadi protein oleh mikroorganisme dalam rumen. Untuk hal tersebut diperlukan sumber energi seperti jagung atau molases (Anggorodi, 1979).
Parakkasi (1995) menyatakan bahwa disamping dapat menguntungkan, urea dapat pula merugikan karena dapat menyebabkan keracunan (minimal tidak bermanfaat) bila penggunaannya tidak semestinya. Oleh karena itu beberapa prinsip dasar penggunaanya perlu diketahui.

Universitas Sumatera Utara

27
Garam Dapur Garam dapur adalah sejenis mineral yang lazim dimakan manusia.
Bentuknya kristal putih, dihasilkan dari air laut. Biasanya garam dapur yang tersedia secara umum adalah Sodium klorida. Garam sangat diperlukan tubuh, namun bila dikonsumsi secara berlebihan dapat menyebabkan berbagai penyakit. Garam dapur diperlukan oleh ternak sebagai perangsang menambah nafsu makan. Garam juga merupakan unsur yang sangat dibutuhkan dalam kelancaran faali tubuh (Sumopraswoto, 1993).
Semua herbivora akan suka memakan garam apabila disediakan dalam bentuk jilatan (lick) atau dalam bentuk halus dalam tempet mineral. Oleh karena itu biasanya garam digunakan sebagai campuran fosfor atau mineral mikro dan senyawa lainnya seperti obat parasit (Tillman et al.,1981).
Pada umumnya bahan makanan yang digunakan untuk ternak tidak cukup mengandung Na dan Cl untuk memenuhi kebutuhan produksi optimum (termasuk unggas). Hampir semua bahan makanan nabati (termasuk khususnya hijauan tropis) mengandung Na dan Cl relatif lebih kecil dibanding bahan makanan hewani. Oleh karena itu bahan makanan ruminan (terutama hijauan) harus ditambahkan suplemen Na dan Cl dalam bentuk garam dapur, pemberian tersebut dapat dilakukan secara ad libitum (Parakkasi, 1995).
Universitas Sumatera Utara

28

Penggunaan toleransi maksimum terhadap pemberian NaCl untuk berbagai

spesies dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 3. Toleransi maksimum berbagai spesies terhadap NaCl.

Spesies

Level NaCl dalam makanan (%)

Sapi Pedaging Perah
Domba Babi Unggas Kuda Kelinci

4a 9a 9a 8a 2b 3b 3a

Sumber : a = Ammerman dkk., 1980.

Sumber : b )= Didapatkan dengan ekstrapolasi dari hewan lain.

Ultra Mineral Zat-zat mineral lebih kurang merupakan 3-5% dari tubuh hewan. Hewan
tidak dapat membuat mineral, sehingga harus disediakan dalam makanannya. Dari hasil penelitian dapat diterangkan bahwa mineral tersebut harus disediakan dalam perbandingan yang tepat dan dalam jumlah yang cukup. Terlalu banyak mineral dapat membahayakan individu. Suatu keuntungan ialah bahwa sebagian besar mineral dapat diberikan dalam jumlah yang besar dalam pakan tanpa mengakibatkan kematian, tetapi kesehatan hewan menjadi mundur sehingga menyebabkan kerugian ekonomis besar (Anggorodi, 1979).
Mineral yang dibutuhkan ternak memang relatif sedikit, namun mineral sangat penting dan diperlukan kesempurnaan makanan yang dikonsumsi oleh ternak tersebut. Mineral esensial yang diperlukan oleh tubuh ternak terbagi dalam dua kelompok, yakni mineral makro yang terdiri dar Ca, P, Mg, Na, K dan Cl, serta mineral mikro yang terdiri atas Cu, Mo, Fe dan lain-lain. Kebutuhan akan mineral makro lebih banyak dibandingkan jumlah kebutuhan mineral mikro (Murtidjo, 1993).

Universitas Sumatera Utara

29
Parakkasi (1995) menyatakan bahwa untuk memenuhi kebutuhan mineral, mungkin dapat diusahakan bila ruminan bersangkutan dapat mengkonsumsi hijauan yang cukup. Hijauan tropis umumnya mengandung (relatif) kurang mineral (terutama di musim kemarau) maka umumnya ruminan di daerah tropis cenderung defisiensi mineral.
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi kebutuhan mineral pada ternak. Diantaranya adalah bangsa ternak, umur, jenis kelamin, pertumbuhan, kesuburan berkembang biak, laktasi, iklim, pakan, kandungan mineral tanah, keseimbangan hormonal dan kegiatan fali di dalam tubuh (Sumopraswoto, 1993).
Menurut Tillman et al. (1981) secara umum mineral-mineral berfungsi sebagai berikut : 1. Bahan pembentukan tulang dan gigi yang menyebabkan adanya jaringan
keras dan kuat 2. Mempertahankan keadaan koloidal dari beberapa senyawa dalam tubuh 3. Memelihara keseimbangan asam basa tubuh 4. Aktivator sistem enzim tertentu 5. Komponen dari suatu enzim 6. Mineral mempunyai sifat yang karakteristik terhadap kepekaan otot dan saraf.
Universitas Sumatera Utara

30

Kandungan beberapa mineral dalam ultramineral cukup tinggi terutama

kandungan kalsium karbonat, phosphor dan sodium klorida (Tabel 5).

Tabel 4. Kandungan mineral ultra mineral.

Kandungan Zat
Kalsium karbonat Phospor Mangan Iodium Kalium Cuprum Sodium klorida Besi Zn Mg Sumber : Eka Farma disitasi Warisman (2009).

Kadar Zat (%)
50,00 25,00 0,35 0,20 0,10 0,15 23,05 0,80 0,20 0,15

Ampas Tahu Tahu banyak diproduksi di daerah Sumedang, yang mencapai 15 ton
kacang kedele per hari, sehingga menghasilkan ampas tahu kering sebanyak 4 ton per hari (Kopti DT II Sumedang,1999).
Ampas tahu merupakan hasil ikutan dari proses pembuatan tahu, yang diperoleh dari residu pendidihan bubur kedele yang memiliki daya tahan tidak lebih dari 24 jam dalam ruangan terbuka (Tim Fatemata, 1981).
Kandungan protein maupun zat nutrisi lainnya dari ampas tahu kering cukup baik, mengandung protein kasar 22,64%; lemak kasar 6,12%; serat kasar 22,65%; abu 2,62%; kalsium 0,04%; fosfor 0,06%; dan Gross Energi 4010 kkal/kg (Laboratorium Nutrisi Ternak Ruminansia dan Kimia Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran, 2006).

Universitas Sumatera Utara

31
Konsumsi Pakan Tingkat konsumsi (Voluntary feed Intake) adalah jumlah makanan yang
dikonsumsi oleh hewan bila bahan makanan tersebut diberikan secara ad libitum. Dalam mengkonsumsi pakan ternak dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu tingkat energi, keseimbangan asam amino, tingkat kehalusan pakan, aktivitas ternak, bobot badan, kecepatan pertumbuhan dan suhu lingkungan. Tingkat perbedaan konsumsi juga dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain faktor ternak (bobot badan, umur, tingkat kecernaan pakan, kualitas pakan dan palatabilitas). Makanan yang berkualitas baik tingkat konsumsinya lebih tinggi dibandingkan dengan makanan yang berkualitas rendah sehingga bila kualitas pakan relatif sama maka tingkat konsumsinya juga tidak berbeda (Parakkasi, 1995). Selanjutnya, Tomazweska et al. (1993) menyatakan bahwa kualitas pakan berpengaruh terhadap konsumsi akhirnya bertujuan untuk pemenuhan kebutuhan.
Konsumsi bahan kering hijauan pada rusa yang dipelihara di kandang terbuka adalah 1.570 g/2 ekor/hari, lebih besar dibandingkan dengan yang dipelihara di kandang panggung, yaitu 1.440 g/2 ekor/hari. Perbedaan jumlah konsumsi tersebut dimungkinkan untuk mengganti energi yang dikeluarkan oleh rusa yang dipelihara di kandang terbuka. Pergerakan rusa yang dipelihara di kandang model panggung relatif terbatas sehingga pakan yang dikonsumsi lebih sedikit dibandingkan dengan rusa yang dipelihara di kandang terbuka (Mukhtar, 1996).
Universitas Sumatera Utara

32
Pertambahan Bobot Badan Pertumbuhan adalah hasil interaksi antara hereditas dan lingkungan.
Sumbangan genetik terhadap pertumbuhan adalah 30% sedangkan sumbangan lingkungan sekitar 70%. Dalam hal ini lebih dominan kepada pakan ternak tersebut (Sembiring, 2000).
Tingkat pertambahan bobot badan yang tinggi dapat dicapai jika ternak tersebut memiliki potensi genetik yang baik dan ditunjang oleh kondisi lingkungan dan pakan yang menunjang munculnya potensi genetik tersebut. Perbedaan spesies akan mempengaruhi strategi pemanfaatan hijauan terutama ketika ketersediaan dan sebaran sumberdaya pakan yang melimpah. Sebagai contoh pada kambing dan camelids akan mempertahankan kecernaan pakan dengan mengorbankan asupan pakan, sedangkan pada rusa merah akan mempertahankan asupan pakan.
Bobot tubuh ternak senantiasa berbanding lurus dengan konsumsi pakan, makin tinggi bobot tubuhnya, makin tinggi pula tingkat konsumsinya terhadap pakan. Bobot tubuh ternak dapat diketahui dengan penimbangan (Kartadisastra, 1997).
Laju pertumbuhan seekor ternak dikendalikan oleh banyaknya konsumsi pakan dan terutama energi yang diperoleh. Energi merupakan perintis pada produksi ternak dan hal tersebut terjadi secara alami. Variasi energi yang disuplai pada ternak akan digambarkan pada laju pertumbuhan (McDonald et al., 1995).
Universitas Sumatera Utara

33
Untuk mendapatkan pertambahan bobot badan maksimal maka sangat perlu diperhatikan kualitas dan kuantitas pakan. Pakan tersebut harus mengandung zat makanan dalam keadaan cukup dan seimbang sehingga dapat menunjang pertumbuhan maksimal (Yamin, 2002).
Rusa merah nilai pertambahan bobot badan dan daya makan sukarela yang sangat dipengaruhi oleh musim dibandingkan dengan rusa sambar yang relatif kurang dipengaruhi variasi musim. Rusa sambar mempunyai tingkat konsumsi yang lebih rendah tetapi mempunyai tingkat pertambahan bobot badan yang sama dengan rusa merah. Hal tersebut menunjukan bahwa rusa sambar mempunyai tingkat efisiensi penggunaan pakan yang lebih baik dibandingkan dengan rusa merah. Faktor yang menyebabkan hal tersebut adalah tingkat energi metabolis rusa sambar lebih rendah dibandingkan rusa merah. Hasil penelitian Semiadi et al. (1998) menunjukkan bahwa rusa sambar mempunyai sifat yang endogenus terhadap daya makan sukarela, pertumbuhan dan sekresi hormon dengan variasi yang sedikit dipengaruhi oleh musim dibandingkan respon yang ditunjukkan oleh rusa merah dan kemampuan rusa sambar yang mempunyai konversi pakan yang lebih baik dan kematangan seksual yang lebih dini pada bobot badan yang lebih kecil dibandingkan rusa merah.
Grafik 1. Kurva sigmoid pertumbuhan pada ruminansia. Bobot badan (kg)
40 30 20 10
10 20 30 40 Umur (minggu)
Universitas Sumatera Utara

34
Soeparno dan Davies (1987) yang menyatakan bahwa jenis, kandungan gizi dan konsumsi pakan mempunyai pengaruh yang besar terhadap pertumbuhan.
Suharno dan Nazaruddin (1994), menyatakan bahwa pertambahan bobot badan dipengaruhi oleh tipe ternak, suhu lingkungan, jenis ternak dan gizi yang ada dalam pakan.
Konversi Pakan Konversi pakan adalah perbandingan antara jumlah yang dikonsumsi pada
waktu tertentu dengan produksi yang dihasilkan (pertambahan bobot badan) dalam kurun waktu yang sama. Konversi pakan adalah inidikator teknis yang dapat menggambarkan tingkat efisiensi penggunaan pakan. Semakin rendah angka konversi pakan berarti semakin baik (Anggorodi,1979).
Konversi pakan khususnya pada ternak ruminansia dipengaruhi oleh kualitas pakan, besarnya pertambahan bobot badan dan nilai kecernaan. Dengan memberikan kualitas pakan yang baik, ternak akan tumbuh lebih cepat dan lebih baik konversi pakannya (Martawidjaja et al., 1999).
Faktor yang mempengaruhi konversi pakan yaitu lingkungan (suhu, penyakit, pakan dan minuman), kemampuan genetik, nilai gizi dan tingkat energi pakan. Konversi pakan diukur dari jumlah bahan kering yang dikonsumsi dibagi dengan unit pertambahan bobot badan persatuan waktu. Konversi pakan khususnya pada ternak ruminansia dipengaruhi oleh kualitas pakan, pertambahan bobot badan dan nilai kecernaan (Martawidjaya et al., 1999).
Universitas Sumatera Utara

BAHAN DAN METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan di lokasi penangkaran rusa Universitas
Sumatera Utara (USU), Kampus Padang Bulan, Medan. Lama penelitian direncanakan selama 5 bulan dimulai pada bulan Juni sampai bulan November 2009. Bahan dan Alat Penelitian Bahan
Bahan yang digunakan antara lain : 1. 3 ekor rusa sambar jantan dengan bobot badan homogen (x + 2 sd) 2. Hijauan 3. Blok Multinutrien (BM) terdiri dari: molases, urea, bungkil inti sawit,
dedak padi, tepung ikan, semen, kapur, garam dapur, ultra mineral 4. Air minum Alat
Alat yang digunakan ialah : Kandang 3 unit beserta perlengkapannya (tempat pakan dan minum), plastik eartag penanda rusa, timbangan digital gantung kapasitas 150 kg untuk menimbang bahan pakan,timbangan digital duduk kapasitas 1000 kg untuk menimbang rusa.
35
Universitas Sumatera Utara

36
Metode Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan adalah mengunakan rancangan
bujur sangkar latin (RBSL). Perlakuan yang diteliti terdiri dari 3 level yaitu :
P0 = Hijauan (rumput alam) P1 = P0 + Blok Multinutrisi A (BMA) P2 = P0 + Blok Multinutrisi B (BMB) R1 = Rusa Pertama R2 = Rusa Kedua R3 = Rusa Ketiga Susunan perlakuan didalam penelitian :

R1 R2 R3

B1

P0 R1

P1 R2

P2 R3

B2

P2 R1

P0 R2

P1R3

B3

P1 R1

P2 R2

P0 R3

Dimana :

P = Perlakuan (P0, P1, dan P2) R = Ulangan (R1, R2, R3, dan R4) B = Periode (waktu)

Universitas Sumatera Utara

37
Penelitian ini dilakukan selama 3 periode, dimana dari masing-masing periode selama 3 minggu. Pengacakan perlakuan dari masing-masing periode antara lain : 1. Periode Pertama (B1) terdiri atas : Perlakuan P0 yang diberikan kepada rusa
sambar pertama (R1) = (P0R1), perlakuan P1 yang diberikan kepada rusa sambar kedua (R2) = (P1R2) dan perlakuan P2 yang diberikan kepada rusa sambar ketiga (R3) = (P2R3). 2. Peride Kedua (B2) terdiri atas : Perlakuan P2 yang diberikan kepada rusa sambar pertama (R1) = (P2R1), perlakuan P0 yang diberikan kepada rusa sambar kedua (R2) = (P0R2) dan perlakuan P1 yang diberikan kepada rusa sambar ketiga (R3) = (P1R3). 3. Peride Ketiga (B3) terdiri atas : Perlakuan P1 yang diberikan kepada rusa sambar pertama (R1) = (P1R1), perlakuan P2 yang diberikan kepada rusa sambar kedua (R2) = (P2R2) dan perlakuan P0 yang diberikan kepada rusa sambar ketiga (R3) = (P0R3).
Dari setiap periode terjadi pertukaran perlakuan

Dokumen yang terkait

Produksi Ranggah Muda pada Persilangan Rusa Timorensis (Cervus timorensis) dan Rusa Sambar (Cervus unicolor)

0 10 4

Pemanfaatan Tepung Limbah Ikan Gabus (Butis amboinensis) Sebagai Substitusi Tepung Ikan Dalam Ransum Terhadap Fertilitas, Daya Tetas dan Mortalitas Embrio Itik Lokal Umur 35 Minggu

0 6 43

Pemanfaatan Tepung Limbah Ikan Gabus (Butis amboinensis) Sebagai Substitusi Tepung Ikan Dalam Ransum Terhadap Fertilitas, Daya Tetas dan Mortalitas Embrio Itik Lokal Umur 35 Minggu

0 0 11

Pemanfaatan Tepung Limbah Ikan Gabus (Butis amboinensis) Sebagai Substitusi Tepung Ikan Dalam Ransum Terhadap Fertilitas, Daya Tetas dan Mortalitas Embrio Itik Lokal Umur 35 Minggu

0 0 2

Pemanfaatan Tepung Limbah Ikan Gabus (Butis amboinensis) Sebagai Substitusi Tepung Ikan Dalam Ransum Terhadap Fertilitas, Daya Tetas dan Mortalitas Embrio Itik Lokal Umur 35 Minggu

0 1 3

Pemanfaatan Tepung Limbah Ikan Gabus (Butis amboinensis) Sebagai Substitusi Tepung Ikan Dalam Ransum Terhadap Fertilitas, Daya Tetas dan Mortalitas Embrio Itik Lokal Umur 35 Minggu

0 0 9

Pemanfaatan Tepung Limbah Ikan Gabus (Butis amboinensis) Sebagai Substitusi Tepung Ikan Dalam Ransum Terhadap Fertilitas, Daya Tetas dan Mortalitas Embrio Itik Lokal Umur 35 Minggu

0 0 3

Pemanfaatan Tepung Limbah Ikan Gabus (Butis amboinensis) Sebagai Substitusi Tepung Ikan Dalam Ransum Terhadap Fertilitas, Daya Tetas dan Mortalitas Embrio Itik Lokal Umur 35 Minggu

0 0 3

Kecernaan Ransum Mengandung Berbagai Tingkat Bungkil Inti Sawit di Tambahkan Hemicell pada Itik Raja Umur 8 Minggu

0 0 23

Kecernaan Ransum Mengandung Berbagai Tingkat Bungkil Inti Sawit di Tambahkan Hemicell pada Itik Raja Umur 8 Minggu

0 0 13