Heian Jidai No Kunoichi (Josei No Ninja)

(1)

HEIAN JIDAI NO KUNOICHI (JOSEI NO NINJA)

KERTAS KARYA DIKERJAKAN

O L E H

NAINI MELATI POHAN

NIM. 072203021

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS SASTRA

PROGRAM PENDIDIKAN NON-GELAR SASTRA BUDAYA

DALAM BIDANG STUDI BAHASA JEPANG

MEDAN

2010


(2)

HEIAN JIDAI NO KUNOICHI (JOSEI NO NINJA)

KERTAS KARYA Dikerjakan

O L E H

NAINI MELATI POHAN

NIM. 072203021

Dosen Pembimbing Dosen Pembaca

(Drs. H. Yuddi Adrian Muliadi, M.A) (Drs. Nandi S)

NIP. 19600827 1991 03 1 004 NIP. 19600822 1988 03 1 002 Kertas karya ini diajukan kepada panitia ujian

Program pendidikan Non-Gelar Fakultas Sastra USU Medan Untuk melengkapi salah satu syarat ujian Diploma III Dalam Bidang Studi Bahasa Jepang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS SASTRA PROGRAM PENDIDIKAN NON-GELAR SASTRA BUDAYA DALAM BIDANG STUDI BAHASA JEPANG

MEDAN 2010


(3)

Disetujui Oleh :

Program Diploma Sastra dan Budaya

Fakultas Sastra

Universitas Sumatera Utara

Medan

Program Studi D3 Bahasa Jepang

Ketua,

Adriana Hasibuan, S.S., M.Hum

NIP 19620727 1987 03 2 005


(4)

PENGESAHAN

Diterima oleh :

Panitia Ujian Program Pendidikan Non-Gelar Sastra Budaya

Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara Medan, untuk melengkapi salah satu syarat ujian Diploma III Bidang Studi Bahasa Jepang

Pada : Tanggal : Hari :

Program Diploma Sastra Budaya Fakultas Sastra

Universitas Sumatera Utara

Dekan,

Prof. Syaifuddin, M.A., Ph.D. NIP 19650909 1994 03 1 004

Panitia :

No. Nama Tanda Tangan

1. Adriana Hasibuan, S.S., M. Hum ( )

2. Drs. H. Yuddi Adrian Muliadi, M.A ( )

3. Drs. Nandi S ( )

4. ... ( )


(5)

Segala puji dan syukur penulis ucapakan ke hadirat ALLAH SWT karena berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan kertas karya ini, sebagai syarat kelulusan dari program Diploma III program studi Bahasa Jepang Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara. Kertas karya ini berjudul “ Heian Jidai No Kunoichi (Josei No Ninja)”.

Penulis menyadari bahwa apa yang penulis sajikan dalam kertas karya ini. Masih jauh dari sempurna baik dari segi materi maupun penulisannya.

Dalam penyelesaian kertas karya ini penulis banyak menerima bantuan dari berbagai pihak yang tak ternilai harganya. Untuk itu penulis mengucapkan banyak terima kasih dan penghargaan sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof.Syaifuddin.M.A,Ph.D, selaku Dekan Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Adriana Hasibuan,S.S,M.Hum, selaku ketua jurusan program studi Bahasa Jepang Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Alimansyar,S.S, selaku dosen wali.

4. Bapak Drs.H.Yuddi Adrian Muliadi,MA, selaku dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu demi selesainya kertas karya ini.

5. Bapak Drs.Nandi.S, selaku dosen pembaca.

6. Seluruh staf pengajar program studi Bahasa Jepang Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara yang telah mendidik penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan studi.

7. Ibunda tercinta Masliana Siregar, serta Bapak H.Askar dan Ibu Rosna Taher, selaku orang tua wali yang selalu memberikan dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahan dan penyusunan kertas karya ini.

8. Spesial buat Abang Yudi Ramanda Pohan dan Kakak Mawar Pohan dan Adik Rizky Aulia yang banyak memberikan dukungan moril maupun materil sehingga penulis dapat menyelesaikan studi.


(6)

9. Sahabat Terkasihku, Adri Syahrul Nugraha (sai), yang senantiasa memberikan semangat, perhatian dan yang setia medoakan penulis. 10.Yoninshu O2 yaitu: Aan (acunk), Dayat (bogel), Izal (babang), Vina

(ndut), Tomi (ko_kom), Winda (bahenol), Yana (padank), masa-masa bersama kalian adalah masa terindah dan tak kan terlupakan bagi penulis. Kenangan yang kita lewati bersama simpan lah di hati kita masing-masing.

11.Seluruh Mahasiswa Bahasa Jepang stambuk 2007, dan yang tidak dapat Saya sebutkan, terima kasih atas dukungannya untuk penulis.

Akhir kata semoga kertas karya ini bermanfaat kepada kita semua dan memperluas wawasan kita.

Medan, 2010

Penulis

NAINI MELATI POHAN NIM. 072203021


(7)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……….. i

DAFTAR ISI……… iii

BAB I PENDAHULUAN……… 1

1.1 Alasan Pemilihan Judul……….. 1

1.2 Pembatasan Masalah……….. 1

1.3 Tujuan Penulisan……….... 1

1.4 Metode Penulisan………... 2

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG KUNOICHI……… 3

2.1 Pengertian Kunoichi……… 3

2.2 Tokoh-tokoh Dalam kunoichi………. 3

BAB III KUNOICHI (NINJA WANITA) PADA ZAMAN HEIAN ……….. 5

3.1 Mengajarkan Ilmu Ninjitsu Kepada Jenderal Ikai ………. 7

3.2 Membentuk Kelompok Kunoichi Sebagai Mata-mata………... 9

BAB IV Kesimpulan Dan Saran……….. 11

4.1 Kesimpulan……… 11

4.2 Saran……….. 11


(8)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Alasan Pemilihan Judul

Kunoichi adalah ninja wanita. Mereka berbeda dengan ninja laki-laki. Kunoichi

yang biasanya bekerja dengan menggunakan kefemininan mereka ketika melakukan pendekatan kepada sang target. Kunoichi selalu menggunakan manipulasi kejiwaan dan perang batin sebagai senjatanya. Dengan begitu, kunoichi mampu mendekati target dan membunuhnya tanpa jejak. Berdasarkan hal tersebut penulis merasa tertarik untuk membahas tentang kunoichi pada Zaman Heian ini. Kemudian menuangkan hasil bahasannya kedalam kertas karya ini. Dari kemampuan kunoichi ini, penulis merasa beberapa manfaat positif yang bisa kita ambil dari kunoichi pada Zaman Heian.

1.2 Pembatasan Masalah

Dalam kertas karya ini penulis membahas mengenai tentang gambaran umum tentang kunoichi, sejarah kunoichi, tokoh-tokoh kunoichi. Mengajarkan Ilmu Ninjutsu kepada Jenderal Ikai, membentuk kelompok kunoichi sebagai mata-mata.

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan mengangkat

" Kunoichi (Ninja Wanita) Pada Zaman Heian" sebagai judul kertas karya adalah sebagai berikut:


(9)

2. Untuk menambah wawasan tentang sejarah kunoichi.

3. Untuk pengetahuan baik terhadap pembaca dan juga penulis.

4. Melengkapi persyaratan untuk dapat lulus dari D3 Bahasa Jepang Universitas Sumatera Utara.

1.4 Metode Penelitian

Dalam kertas karya ini penulis menggunakan metode kepustakaan. Yaitu pengumpulan data atau informasi dengan membaca buku sebagai referensi yang berkaitan dengan permasalahan yang akan dibahas dalam kertas karya ini. Selanjutnya data dianalisa dan dirangkum untuk kemudian dideskripsikan ke dalam kertas karya ini.


(10)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Alasan Pemilihan Judul

Kunoichi adalah ninja wanita. Mereka berbeda dengan ninja laki-laki. Kunoichi

yang biasanya bekerja dengan menggunakan kefemininan mereka ketika melakukan pendekatan kepada sang target. Kunoichi selalu menggunakan manipulasi kejiwaan dan perang batin sebagai senjatanya. Dengan begitu, kunoichi mampu mendekati target dan membunuhnya tanpa jejak. Berdasarkan hal tersebut penulis merasa tertarik untuk membahas tentang kunoichi pada Zaman Heian ini. Kemudian menuangkan hasil bahasannya kedalam kertas karya ini. Dari kemampuan kunoichi ini, penulis merasa beberapa manfaat positif yang bisa kita ambil dari kunoichi pada Zaman Heian.

1.2 Pembatasan Masalah

Dalam kertas karya ini penulis membahas mengenai tentang gambaran umum tentang kunoichi, sejarah kunoichi, tokoh-tokoh kunoichi. Mengajarkan Ilmu Ninjutsu kepada Jenderal Ikai, membentuk kelompok kunoichi sebagai mata-mata.

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan mengangkat

" Kunoichi (Ninja Wanita) Pada Zaman Heian" sebagai judul kertas karya adalah sebagai berikut:


(11)

2. Untuk menambah wawasan tentang sejarah kunoichi.

3. Untuk pengetahuan baik terhadap pembaca dan juga penulis.

4. Melengkapi persyaratan untuk dapat lulus dari D3 Bahasa Jepang Universitas Sumatera Utara.

1.4 Metode Penelitian

Dalam kertas karya ini penulis menggunakan metode kepustakaan. Yaitu pengumpulan data atau informasi dengan membaca buku sebagai referensi yang berkaitan dengan permasalahan yang akan dibahas dalam kertas karya ini. Selanjutnya data dianalisa dan dirangkum untuk kemudian dideskripsikan ke dalam kertas karya ini.


(12)

BAB III

KUNOICHI (NINJA WANITA) PADA ZAMAN HEIAN

Meski wanita dianggap lemah,dalam Ilmu Ninjutsu tidak membatasi hanya untuk kaum lelaki. Itu sebab, ilmu ini pun kemudian juga dipelajari oleh kaum wanita yang kemudian dikenal sebagai kunoichi. Selain mempelajari Ilmu Ninjutsu, kunoichi juga mempelajari ilmu merayu, memanipulasi, menyamar dan intuisi. Kemampuan ini memberikan mereka kemudahan dalam menyusup ke pikiran pemimpin perang, bisnis, bahkan politik sekalipun. Mereka juga menyamar sebagai geisha dan selir, Kunoichi tidak hanya belajar untuk mengatur emosi dari manusia namun mereka juga belajar bagaimana untuk menjaga emosi mereka sendiri di bawah kontrol. Yang paling penting, mereka dilatih untuk tidak jatuh cinta dengan target atau kehilangan tujuan mereka setelah berhasil memikat mangsanya. Selain bermain dengan laki-laki , Kunoichi juga bisa berperan sebagai pembantu, penghibur, para peramal nasib, dan seniman untuk mendapatkan akses ke target mereka. Tidak ada benteng yang dijaga dengan cukup baik sehingga Kunoichi tidak bisa masuk.

Yang paling sering asal Kunoichi adalah mereka gadis-gadis biasa yang yatim piatu, pelarian, dari keluarga berantakan, atau dari keluarga miskin. Mereka akan direkrut oleh Kunoichi tua yang akan membesarkan mereka, membiayai mereka, dan melatih mereka. Namun, tidak semua Kunoichi berasal dari keluarga miskin. Seperti

Mochizuki Chiyome, yang menunjukkan bahwa beberapa Kunoichi bergabung dari

status sosial yang lebih tinggi atau untuk alasan lain selain kesulitan, meskipun kasus ini hanya sedikit jumlahnya.


(13)

Pada inti nya, Kunoichi adalah ninja. Ninja berpikir dan berjuang berbeda daripada pejuang lainnya dari waktu mereka. Mereka mengerti seni menyembunyikan diri mereka sendiri, metode, dan peralatan mereka. Mereka menggunakan penyamaran dari benda-benda umum yang sering digunakan sebagai senjata.

Laki-laki secara fisik lebih kuat daripada perempuan rata-rata dan Kunoichi sering dimasukkan ke dalam situasi di mana mereka tidak mempunyai sekutu lokal jika ada yang tidak beres dengan misi mereka. Ini melibatkan tekanan menyerang poin, menyerang pangkal paha, mengunci anggota badan lawan, tersedak, menghindari, dan menggunakan senjata kecil dilapisi dengan zat-zat yang beracun. Karena Kunoichi sering dalam jarak dekat dengan target mereka, mereka belajar untuk berjuang di ruang sempit atau dalam situasi yang entah bagaimana membatasi gerakan mereka.

Dalam sebuah perkelahian, Kunoichi memegang senjata rahasia. Pertama, mereka dilatih untuk menggunakan unsur-unsur menyamar sebagai senjata mereka. Mereka dilatih untuk menendang keras dengan sepatu kayu mereka, untuk memukul dengan payung, untuk mendorong dengan bambu, dan tersedak dengan obi mereka. Selain itu, mereka belajar untuk menenun senjata ke penyamaran mereka. Mereka menyembunyikan jarum di rambut mereka, memegang belati dalam karangan bunga.

Kunoichi juga menggunakan serbuk racun. Kakute adalah sebuah cincin dengan tepi

bergerigi, dicampur dengan racun. Dalam sebuah perkelahian, Kunoichi bisa tercekik lawan saat memasukkan racun di leher mereka, sehingga melumpuhkan lawan mereka lebih cepat daripada sebaliknya.. Semua elemen-elemen ini digunakan untuk memberikan Kunoichi kelebihan dibandingkan lawan sebelumnya yang mungkin


(14)

berpikir bahwa tidak bersenjata, atau mereka bisa saja membuat tugas membunuh jauh lebih tenang. Kunoichi dilatih dengan banyak senjata ninja standar.

Penting untuk menyadari bahwa meskipun Kunoichi adalah ninja dan meskipun mereka dilatih dalam teknik-teknik bela diri mereka benar-benar hanya berjuang untuk membela diri saja.

Berikut adalah kemampuan yang sering digunakan oleh kunoichi.

1. Bo Ryaku: merencanakan strategi dalam menyamar maupun menyusup dalam daerah lawan.

2. Inton Jutsu: menyamar, menipu dan membuat ricuh daerah lawan dengan menyebarkan isu-isu negatif di kalangan masyarakat. 3. Kayakujutsu: membuat dan menggunakan bahan peledak dalam pertempuran

ataupun untuk perlindungan diri

4. Shinobi Iri: ilmu untuk memasuki daerah lawan, menyusup secara diam-diam ke daerah lawan.

5. Shuriken Jutsu: melemparkan senjata rahasia

6. Tanto Jutsu: ilmu menggunakan senjata berupa pisau

7. Yagen: Ilmu menggunakan racun

3.1 Mengajarkan Ilmu Ninjutsu kepada Jenderal Ikai

Seorang kunoichi bernama Cho Gyokko mengajarkan ilmu Ninjutsu kepada Jenderal Ikai (Di panggil juga sebagai Ibou atau Chan Busho). Jendral Ikai adalah jendral china yang sangat jenius dalam strategi perang maupun kemampuan untuk mengobservasi keadaan perang. Pada tahun 986 dia dipermalukan karena kalah dalam perang dan memilih untuk mengasingkan diri ke jepang dan menetap di provinsi Iga


(15)

dan belajar Ilmu Ninjutsu. Jenderal Ikai dilatih oleh Gamon Doshi, yang juga melatih

Garyu Doshi. Garyu Doshi nantinya juga melatih Hachiryu Nyudo yang kemudian

melatih Hakuunsai yang menciptakan Dojo Soke pada tahun 1156. Ninjutsu adalah pergerakan sunyi. Pada dasarnya, gerakan bela diri Ninjutsu hanya terpusat pada tendangan, lemparan, patahan, dan serangan. Kemudian dilengkapi dengan teknik pertahanan diri seperti bantingan,rolling dan teknik bantu seperti meloloskan diri, mengendap, dan teknik khusus lainnya.

Berbeda dengan seni bela diri lain. Ninjutsu mengajarkan teknik spionase, sabotase, melumpuhkan lawan, menjatuhkan mental lawan. Ilmu tersebut digunakan untuk melindungi keluarga ninja mereka. Apa yang dilakukan ninja memang sulit dimengerti. Pada satu sisi harus bertempur untuk melindungi, di sisi lain kunoichi harus menerapkan "berperilaku kejam dan licik" saat menggunakan jurus untuk menghadapi lawan. Oleh karena itu, kunoichi lebih memilih menghindari kontak langsung dengan lawannya, dan berbagai alat lempar, lontar, tembak,dan penyamaran lebih sering digunakan.

Kunoichi juga memiliki ilmu Ninpo (salah satu unsur ilmu Ninjutsu) yang

mengajarkan teknik bela diri dengan tangan kosong (Taijutsu), teknik pedang (Kenjutsu) teknik bahan peledak dan senjata api (Kajutsu), teknik hipnotis

(Saimonjutsu), dan teknik ilusi (Genjutsu).

Dalam menerapkan Ninjutsu, seorang kunoichi dituntut harus menguasai Kuji In, yaitu kekuatan spiritual dan mental berdasarkan simbol yang terdapat di telapak tangan yang dipercaya menjadi saluran energi. Simbol di tangan ini awalnya dikenalkan dalam praktek pada masa awal penyebaran agama Budha.


(16)

Kuji In digunakan untuk membangun kepercayaan diri dan kekuatan seorang kunoichi karena mampu meningkatkan kepekaan terhadap keadaan bahaya dan mendeteksi adanya kematian.

Kuji In sebenarnya memiliki 81 simbol, namun dengan hanya menguasai 9

simbol utama seorang Ninja akan menjadi master sejati. 3.2 Membentuk Kelompok Kunoichi Sebagai Mata-mata

Kunoichi adalah mata-mata profesional di zaman ketika para samurai masih

memegang kekuasaan tertinggi di pemerintahan jepang pada abad 12. Pada abad 14 pertarungan memperebutkan kekuasaan semakin memanas, informasi tentang aktifitas dan kekuatan lawan menjadi penting, dan para Kunoichi pun semakin aktif. Para

Kunoichi dipanggil oleh daimyo untuk mengumpulkan informasi, merusak dan

menghancurkan gudang persenjataan ataupun gudang makanan, serta untuk memimpin pasukan penyerbuan di malam hari.karena itu ninja memperoleh latihan khusus.

Kunoichi tetap aktif sampai zaman Edo (1600-1868), dimana akhirnya

kekuasaan dibenahi oleh pemerintah di zaman Edo.

Kunoichi yang menyamar sebagai mata-mata, pengamat, dan informan pertama.

Mereka bisa menarik perhatian pada diri mereka sendiri dengan melaksanakan upacara minum teh atau tari-tarian tradisional, dengan menyanyi atau memainkan alat musik. Mereka bisa menghilangkan perhatian dari diri mereka sendiri dengan berpakaian sebagai pembantu atau pelayan suci, atau dengan hanya menyembunyikan diri mereka sebagai seorang ninja. Mereka dapat memanipulasi pikiran dengan meminta perhatian, membuat marah.

Itu adalah kekuatan mereka untuk mengambil keuntungan dari kelemahan laki-laki.


(17)

Dalam pelaksanaannya sebagai kunoichi, kebanyaakan dari mereka menyamar sebagai geisha dan juga seorang biksu perempuan di biara-biara (Miko). Bahkan tidak sedikit kunoichi yang dengan mudah masuk ke dalam istana walaupun dengan penjagaan yang ketat. Hal ini dikarenakan kunoichi dilatih juga untuk mempermainkan emosi lelaki, tetapi juga harus mengontrol emosi diri sendiri.

Kemudian Takeda Shingen memilih Chiyome untuk membentuk kunoichi yang bisa berati bunga beracun / mematikan. Chiyome kemudian membentuk pasukannya di Desa Nazu Provinsi Shinani dan mulai mencari kandidat untuk mencari calon kunoichi. Dia melatih semua anggotanya untuk menjadi pengumpul informasi yang sangat efisien, perayu yang handal, kurir, dan bila perlu menjadi pembunuh. Anggotanya juga diajarkan semua keterampilan sebagai seorang miko (penjaga kuil) yang bertugas di setiap kuil Shinto di Jepang. Hal ini memungkinkan mereka untuk mengembara kemana saja tanpa dicurigai. Mereka juga menerima pendidikan agama sebagai pelengkap dalam penyamaran.


(18)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Dari pembahasan diatas maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Kunoichi meraih hasil maksimum dengan tenaga minimum.

2. Kunoichi menggunakan muslihat dan taktik lebih sering dilakukan daripada konfrontasi langsung.

3. Kunoichi tidak memiliki status mulia seperti kaum Bushi,

sehingga Kunoichi bebas melakukan apapun untuk mengatasi masalah, tanpa terikat oleh nama baik keluarga dan kehormatan.

4.2 Saran

Dari pembahasan tentang Kunoichi pada Zaman Heian ini maka penulis menyarankan sebagai berikut:

1. Penulis mengharapkan agar para pembaca dapat lebih mengenal salah satu Tokoh dalam kunoichi

2. Penulis mengharapkan agar para pembaca dapat lebih mengetauhi tentang salah satu sejarah Jepang yaitu Kunoichi

3. Penulis mengharapkan agar kita bisa membedakan pejuang-pejuang yang ada di negara Jepang.


(19)

DAFTAR PUSTAKA

Dozi,Swandana.2009.Dewa Perang Jepang.Sidoarjo.Masmedia Buana Pustaka. Ewien.2007.Informasi Umum Jepang.1999.Selintas Jepang.

Setyawan,Dharma.2008.Sejarah Politik Jepang.Jakarta. Turnbull,Stephen.2008.Ninja.Kepustakaan Populer Gramedia.


(1)

berpikir bahwa tidak bersenjata, atau mereka bisa saja membuat tugas membunuh jauh lebih tenang. Kunoichi dilatih dengan banyak senjata ninja standar.

Penting untuk menyadari bahwa meskipun Kunoichi adalah ninja dan meskipun mereka dilatih dalam teknik-teknik bela diri mereka benar-benar hanya berjuang untuk membela diri saja.

Berikut adalah kemampuan yang sering digunakan oleh kunoichi.

1. Bo Ryaku: merencanakan strategi dalam menyamar maupun menyusup dalam daerah lawan.

2. Inton Jutsu: menyamar, menipu dan membuat ricuh daerah lawan dengan menyebarkan isu-isu negatif di kalangan masyarakat. 3. Kayakujutsu: membuat dan menggunakan bahan peledak dalam pertempuran

ataupun untuk perlindungan diri

4. Shinobi Iri: ilmu untuk memasuki daerah lawan, menyusup secara diam-diam ke daerah lawan.

5. Shuriken Jutsu: melemparkan senjata rahasia

6. Tanto Jutsu: ilmu menggunakan senjata berupa pisau 7. Yagen: Ilmu menggunakan racun

3.1 Mengajarkan Ilmu Ninjutsu kepada Jenderal Ikai

Seorang kunoichi bernama Cho Gyokko mengajarkan ilmu Ninjutsu kepada Jenderal Ikai (Di panggil juga sebagai Ibou atau Chan Busho). Jendral Ikai adalah jendral china yang sangat jenius dalam strategi perang maupun kemampuan untuk mengobservasi keadaan perang. Pada tahun 986 dia dipermalukan karena kalah dalam perang dan memilih untuk mengasingkan diri ke jepang dan menetap di provinsi Iga


(2)

dan belajar Ilmu Ninjutsu. Jenderal Ikai dilatih oleh Gamon Doshi, yang juga melatih Garyu Doshi. Garyu Doshi nantinya juga melatih Hachiryu Nyudo yang kemudian melatih Hakuunsai yang menciptakan Dojo Soke pada tahun 1156. Ninjutsu adalah pergerakan sunyi. Pada dasarnya, gerakan bela diri Ninjutsu hanya terpusat pada tendangan, lemparan, patahan, dan serangan. Kemudian dilengkapi dengan teknik pertahanan diri seperti bantingan,rolling dan teknik bantu seperti meloloskan diri, mengendap, dan teknik khusus lainnya.

Berbeda dengan seni bela diri lain. Ninjutsu mengajarkan teknik spionase, sabotase, melumpuhkan lawan, menjatuhkan mental lawan. Ilmu tersebut digunakan untuk melindungi keluarga ninja mereka. Apa yang dilakukan ninja memang sulit dimengerti. Pada satu sisi harus bertempur untuk melindungi, di sisi lain kunoichi harus menerapkan "berperilaku kejam dan licik" saat menggunakan jurus untuk menghadapi lawan. Oleh karena itu, kunoichi lebih memilih menghindari kontak langsung dengan lawannya, dan berbagai alat lempar, lontar, tembak,dan penyamaran lebih sering digunakan.

Kunoichi juga memiliki ilmu Ninpo (salah satu unsur ilmu Ninjutsu) yang mengajarkan teknik bela diri dengan tangan kosong (Taijutsu), teknik pedang (Kenjutsu) teknik bahan peledak dan senjata api (Kajutsu), teknik hipnotis (Saimonjutsu), dan teknik ilusi (Genjutsu).

Dalam menerapkan Ninjutsu, seorang kunoichi dituntut harus menguasai Kuji In, yaitu kekuatan spiritual dan mental berdasarkan simbol yang terdapat di telapak tangan yang dipercaya menjadi saluran energi. Simbol di tangan ini awalnya dikenalkan dalam praktek pada masa awal penyebaran agama Budha.


(3)

Kuji In digunakan untuk membangun kepercayaan diri dan kekuatan seorang kunoichi karena mampu meningkatkan kepekaan terhadap keadaan bahaya dan mendeteksi adanya kematian.

Kuji In sebenarnya memiliki 81 simbol, namun dengan hanya menguasai 9 simbol utama seorang Ninja akan menjadi master sejati.

3.2 Membentuk Kelompok Kunoichi Sebagai Mata-mata

Kunoichi adalah mata-mata profesional di zaman ketika para samurai masih memegang kekuasaan tertinggi di pemerintahan jepang pada abad 12. Pada abad 14 pertarungan memperebutkan kekuasaan semakin memanas, informasi tentang aktifitas dan kekuatan lawan menjadi penting, dan para Kunoichi pun semakin aktif. Para Kunoichi dipanggil oleh daimyo untuk mengumpulkan informasi, merusak dan

menghancurkan gudang persenjataan ataupun gudang makanan, serta untuk memimpin pasukan penyerbuan di malam hari.karena itu ninja memperoleh latihan khusus.

Kunoichi tetap aktif sampai zaman Edo (1600-1868), dimana akhirnya kekuasaan dibenahi oleh pemerintah di zaman Edo.

Kunoichi yang menyamar sebagai mata-mata, pengamat, dan informan pertama. Mereka bisa menarik perhatian pada diri mereka sendiri dengan melaksanakan upacara minum teh atau tari-tarian tradisional, dengan menyanyi atau memainkan alat musik. Mereka bisa menghilangkan perhatian dari diri mereka sendiri dengan berpakaian sebagai pembantu atau pelayan suci, atau dengan hanya menyembunyikan diri mereka sebagai seorang ninja. Mereka dapat memanipulasi pikiran dengan meminta perhatian, membuat marah.

Itu adalah kekuatan mereka untuk mengambil keuntungan dari kelemahan laki-laki.


(4)

Dalam pelaksanaannya sebagai kunoichi, kebanyaakan dari mereka menyamar sebagai geisha dan juga seorang biksu perempuan di biara-biara (Miko). Bahkan tidak sedikit kunoichi yang dengan mudah masuk ke dalam istana walaupun dengan penjagaan yang ketat. Hal ini dikarenakan kunoichi dilatih juga untuk mempermainkan emosi lelaki, tetapi juga harus mengontrol emosi diri sendiri.

Kemudian Takeda Shingen memilih Chiyome untuk membentuk kunoichi yang bisa berati bunga beracun / mematikan. Chiyome kemudian membentuk pasukannya di Desa Nazu Provinsi Shinani dan mulai mencari kandidat untuk mencari calon kunoichi. Dia melatih semua anggotanya untuk menjadi pengumpul informasi yang sangat efisien, perayu yang handal, kurir, dan bila perlu menjadi pembunuh. Anggotanya juga diajarkan semua keterampilan sebagai seorang miko (penjaga kuil) yang bertugas di setiap kuil Shinto di Jepang. Hal ini memungkinkan mereka untuk mengembara kemana saja tanpa dicurigai. Mereka juga menerima pendidikan agama sebagai pelengkap dalam penyamaran.


(5)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Dari pembahasan diatas maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Kunoichi meraih hasil maksimum dengan tenaga minimum.

2. Kunoichi menggunakan muslihat dan taktik lebih sering dilakukan daripada konfrontasi langsung.

3. Kunoichi tidak memiliki status mulia seperti kaum Bushi,

sehingga Kunoichi bebas melakukan apapun untuk mengatasi masalah, tanpa terikat oleh nama baik keluarga dan kehormatan.

4.2 Saran

Dari pembahasan tentang Kunoichi pada Zaman Heian ini maka penulis menyarankan sebagai berikut:

1. Penulis mengharapkan agar para pembaca dapat lebih mengenal salah satu Tokoh dalam kunoichi

2. Penulis mengharapkan agar para pembaca dapat lebih mengetauhi tentang salah satu sejarah Jepang yaitu Kunoichi

3. Penulis mengharapkan agar kita bisa membedakan pejuang-pejuang yang ada di negara Jepang.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Dozi,Swandana.2009.Dewa Perang Jepang.Sidoarjo.Masmedia Buana Pustaka. Ewien.2007.Informasi Umum Jepang.1999.Selintas Jepang.

Setyawan,Dharma.2008.Sejarah Politik Jepang.Jakarta. Turnbull,Stephen.2008.Ninja.Kepustakaan Populer Gramedia.