hukum dinyatakan. Penafsiran dengan cara demikian bertitik tolak pada makna menueut pemakaian bahasa sehari-hari atau makan teknis-yuridis yang lazim atau
dianggap sudah baku.
5
Interpretasi gramatikal dalam penelitian ini terkait dengan makna teks dalam tujuan pemberian izin pertambangan panas bumi sedangkan,
interpretasi teleologiswhat does the articles would like to archieve yang merupakan yang metode penafsiran yang difokuskan pada penguraian atau
formulasi kaidah-kaidah hukum menurut tujuan dan jangkauannya. Tekanan tafsiran pada fakta bahwa kaidah hukum terkandung tujuan atau asas sebagai
landasan dan bahwa tujuan atau asas tersebut memengaruhi interpretasi. Dalam penafsiran demikian juga diperhitungkan konteks kenyataan kemasyarakatan yang
aktual.
6
Menurut Hoft, penafsiran teleologis memiliki fokus perhatian bahwa fakta pada norma hukum mengandung tujuan untuk melindungi kepentingan tertentu
sehingga ketika ketentuan tersebut diterapkan maksud tersebut harus dipenuhi, penafsiran ini selanjutnya memperhitungkan konteks kemasyarakatan aktual. Cara
ini tidak terlalu diarahkan untuk menemukan pertautan pada kehendak dari pembentuk undang-undang saat membentuknya dan kemudian dituangkan dalam
bentuk uraian logis dan sistematis guna memperoleh kejelasan penyelesaian lalu ditarik kesimpulan guna menjawab permasalah penelitian secara deduktif yaitu
dari hal yang bersifat umum menunju yang hal bersifat khusus.
7
5
Ph. Visser ’t Hoft. 2001. Penemuan Hukum Judul Asli: Rechtvinding, Penerjemah B.
Arief Shidarta. Bandung: Laboratorium Hukum FH Universitas Parahiyangan. Hal. 25
6
Ibid. Hal. 30
7
B. Arief Sidharta Penerjemah. 2009. Meuwissen tentang Pengembanan Hukum, Ilmu Hukum, Teori Hukum dan Filsafat Hukum. Bandung. PT Rafika Aditama Hal. 56-57
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
4.1 Simpulan
Setelah melakukan penelitian dan pembahasan terhadap data-data dan informasi dalam hasil penelitian ini, maka dapat diambil kesimpulan antara lain sebagai
berikut : 1.
Dalam kebijakan energi nasional yang dibuat oleh pemerintah tentang panas bumi pemerintah mebuat kebijakan energi nasional panas bumi indonesia
mengambil kebijakan pemanfaatan energi panas bumi sebesar 5 untuk memenuhi kebutuhan energi nasional pada tahun 2025
2. Kewenangan pemerintah dalam pengelolaan pertambangan panas bumi
meliputi pembuatan peraturan perundang-undangan di bidang pertambangan panas bumi, pembuatan kebijakan nasional; pembinaan pengusahaan dan
pengawasan pertambangan panas bumi pada wilayah lintas provinsi; pemberian izin dan pengawasan pertambangan panas bumi pada wilayah
lintas provinsi; pengelolaan informasi geologi dan potensi panas bumi; inventarisasi dan penyusunan neraca sumber daya dan cadangan panas bumi
nasional. Kewenangan provinsi dalam pengelolaan pertambangan panas bumi meliputi pembuatan peraturan perundang-undangan di daerah di bidang
pertambangan panas bumi; pembinaan pengusahaan dan pengawasan pertambangan panas bumi di wilayah lintas kabupatenkota; pemberian izin
dan pengawasan pertambangan panas bumi di wilayah lintas kabupatenkota; pengelolaan informasi geologi dan potensi panas bumi di wilayah lintas
kabupatenkota; inventarisasi dan penyusunan neraca sumber daya dan cadangan panas bumi di provinsi. Kewenangan provinsi dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Kewenangan kabupatenkota dalam pengelolaan pertambangan panas bumi meliputi
pembuatan peraturan perundang-undangan di daerah di bidang pertambangan panas bumi di kabupatenkota; pembinaan dan pengawasan pertambangan
panas bumi di kabupatenkota; pemberian izin dan pengawasan pertambangan panas bumi di kabupatenkota; pengelolaan informasi geologi dan potensi
panas bumi di kabupatenkota; inventarisasi dan penyusunan neraca sumber daya dan cadangan panas bumi di kabupatenkota; pemberdayaan masyarakat
di dalam ataupun di sekitar wilayah kerja di kabupatenkota. Kewenangan kabupatenkota dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan . 3.
Persyaratan dan tahapan yang harus dipersiapkan oleh badan usaha dalam UU No. 27 Tahun 2003 telah menentukan tahapan-tahapan pengembangan
kegiatan usaha penambangan panas bumi yaitu : Survey pendahuluan; Eksplorasi; Studi kelayakan; Eksploitasi; Pemanfaatan.
4.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas peneliti memberikan saran yang sekiranya dapat dijadikan suatu wacana untuk mengadakan pembaharuan hukum sebagai berikut:
1.
Kebijakan yang dibuat pemerintah dalam memanfaatkan energi panas bumi sebagai pengganti energi fosil seharusnya lebih tinggi sebesar 10
mengingat begitu efisien dan melimpahnya energi panas bumi di Indonesia sehingga dapat memenuhi kekurangan pasokan energi;
2. Perlunya dilakukannya revisi terhadap Undang-Undang Panas bumi di Indonesia
dengan menyesuaikan dengan instrumenasi perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang kontemporer;
3. Perlunya mengembangkan suatu kerangka peraturan perundang-undangan yang
komprehensif yang mencakup semua aspek yaitu keselamatan, keamanan safeguard dan pertanggung jawaban kerugian serta aspek komersialnya;
4. Menjadikan instrumen lingkungan hidup sebagai acuan penambangan panas bumi
di Indonesia sehingga prospek pembangunan berkelanjutan dapat terwujud.