Latar Belakang DAMPAK IMPLEMENTASI PERUBAHAN KEPUTUSAN BUPATI BATANG TENTANG PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI LAUT DAERAH UJUNG NEGORO ROBAN TERHADAP PEREKONOMIAN MASYARAKAT

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kawasan konservasi laut daerah KKLD Ujung Negoro-Roban Kabupaten Batang akan digunakan untuk pembangunan Pusat Listrik Tenaga Uap PLTU Batubara terbesar di Asia Tenggara berkapasitas 2 x 1.000 MW di kawasan pesisir Ujung Negoro oleh konsorsium J-Power Jepang, Itochu Jepang dan Adaro Indonesia yang diperkirakan beroperasi tahun 2017 yang dimana sampai saat ini masih menimbulkan konflik kepentingan, perbedaan penafsiran hukum perundangan dan berpotensi menimbulkan gangguan terhadap KKLD Ujung Negoro-Roban Suara Merdeka, 15 Novenber 2011 Salah satu hasil Konferensi Pembangunan Berkelanjutan Rio-20 adalah menekankan perlunya konservasi dan pemanfaatan sumberdaya laut secara berkelanjutan untuk menanggulangi kemiskinan, ketahanan pangan dan mata pencaharian serta meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Dari 283 poin kesepakatan, 19 poin menyangkut kelautan dan perikanan dan tiga poin yang sangat penting, yaitu konservasi, pengelolaan perikanan dan subsidi. Pentingnya konservasi laut termasuk Daerah Perlindungan Laut DPL dan pemanfaatan secara berkelanjutan tersurat dalam poin 177 yang merujuk pada the Convention on Biological Diversity 2010 yang menargetkan 10 persen wilayah pesisir dan laut pada tahun 2020. Bila luas laut Indonesia mencapai 31 juta km2 310 juta hektar, maka kita harus mengkonservasi 31 juta hektar, Sampai saat ini wilayah konservasi laut kita sekitar 15,4 juta hektar 5 dan tahun 2020 ditargetkan 20 juta hektar Kompas, 12 Juli 2012. Salah satu kawasan konservasi laut adalah kawasan konservasi laut daerahKKLD Ujung Negoro-Roban Kabupaten Batang yang ditetapkan sejak 2005 melalui SK Bupati Batang No: 5232832005 dengan luas 6.893,75 ha untuk melindungi kawasan Karang Kretek dan Karang Maeso, Situs makam Syekh Maulana Maghribi dan kawasan wisata pantai Ujung Negoro.Data dari Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Batang, untuk tapak calon lokasi PLTU Batang di Desa Karanggeneng, Kecamatan Kandeman akan mengenai tanah sawah irigasi teknis di Desa Karanggeneng seluas 124,5 Ha, padahal lahan tersebut merupakan sumber mata pencaharian utama masyarakat Desa Karanggeneng Suara Merdeka Semarang, 12 Februari 2012. Megaproyek ini juga akan menghabiskan lahan seluas 700 hektar, yang didalamnya terdapat lahan pertanian produktif lebih rinci dapat digambarkan, sawah beririgasi teknis seluas 124,5 hektar dan perkebunan melati 20 hektar. Selain itu sawah tadah hujan seluas 152 hektar dan kawasan Konservasi Laut Daerah KKLD dari Ujung Negoro-Roban yang juga tempat berkembangnya terumbu karang sehingga bedasarkan hal-hal tersebut masyarakat tidak ingin kehilangan lahan produktifnya yang memiliki irigasi yang baik, dimana dari lahan tersebut, setiap tahun masyarakat mendapatkan hasil panen padi tiga 3 kali dan selain itu juga lahantanah sangatlah menjadi tumpuan hidup LBH Semarang, 2013: 5. Ribuan warga tergabung dalam Paguyuban Rakyat Batang Berjuang Untuk Konservasi PRBBUK, menggelar demonstrasi di Kantor PTUN Semarang. Mereka menolak rencana pembangunan proyek Pembangkit Listrik Tenaga Uap PLTU berkapasitas 2 X 1.000 MW di BatangSolopos, 392012. Sejumlah spanduk dan poster berisi penolakan terhadap pembangunan PLTU di wilayah mereka. Jalannya aksi diwarnai dengan teatrikal mengambarkan penderitaan rakyat akibat terkena dampak pembangunan PLTU. Aksi warga Batang ini mendapatkan dukungan aktivis Lembaga Bantuan Hukum LBH Semarang dan Greenpeace Indonesia. “Warga sejak awal menolak rencana pembangunan PLTU Batang, ”kata juru bicara PRBBUK, Salim mengemukakan alasan penolakan warga, lanjut Salim, karena masyarakat sekitar merasa khawatir pembangunan PLTU akan menyebabkan hilangnya mata pencaharian sebagai petani, buruh tani dan nelayan. Tahun 2002 Undang-Undang Dasar UUD 1945 sudah mengalami beberapa kali peninjauan danatau perubahan. Pada perubahan ke-empat ketentuan pada Pasal 33 ayat 4 menjadi sebagai berikut: “Perekonomian Nasional diselenggarakan berdasar atas Demokrasi Ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional”, terutama pada frase “Berwawasan Lingkungan”, merupakan ketentuan peraturan tertinggi dalam pengelolaan kawasan konservasi di Indonesia. Istilah konservasi kawasan tidak disebutkan karena naskah konstitusi pada umumnya hanya mengatur ketentuan pokok, sementara ketentuan lebih detail dibuat pada peraturan pelaksana yang lebih rendah. Selain itu Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat MPR Republik Indonesia Nomor IIMPR1993 juga menjelaskan tentang Garis-garis Besar Haluan Negara GBHN 1993 - 1998, menyinggung aspek konservasi kawasan melalui peran lingkungan hidup. Pasal 5 dari UU No. 5 tahun 1990 menyatakan: Konservasi sumber daya alamhayati dan ekosistemnya dilakukan melalui kegiatan: a perlindungan sistem penyangga kehidupan; b pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya; dan c pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya. Untuk tujuan perlindungan Pemerintah menetapkan wilayah tertentu sebagai wilayah perlindungan sistem penyanggakehidupan Pasal 8 1.a. Pemerintah Republik Indonesia sampai pada Tahun 2011 telah menginisiasi kawasan konservasi laut seluas 15 juta ha lebih, melebihi target 10 juta ha pada Tahun 2010. Melalui PP Nomor 26 Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang dan Wilayah Nasional dan Perda Provinsi Jawa Tengah Nomor 6 Tahun 2010 Rencana Tata Ruang dan Wilayah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009-2029 maupun Perda Kabupaten Batang Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang dan Wilayah Kabupaten Batang Tahun 2011-2031, Pantai Ujung Negoro merupakan salah satu Kawasan Konservasi yang dilindungi guna mewujudkan tujuan dari konferensi Rio 20. Keputusan Bupati Batang Nomor 5233062011 tanggal 19 September 2011 tersebut, bertentangan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang RTRWN dan Perda Provinsi Jawa Tengah Nomor 6 Tahun 2010 tentang RTRW Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009-2029, maupun Perda Kabupaten Batang Nomor 07 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Batang Tahun 2011-2031. Memperhatikan perkembangan rencana pembangunan PLTU Batang, Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah telah menyelenggarakan rapat koordinasi pada tanggal 9 Februari 2012 membahas Pra AMDAL terhadap aspek Normatif Kesesuaian Lokasi Rencana Pembangunan PLTU Batang dengan RTRW dan Peraturan Perundang-Undangan lainnya, bahwa tanda baca “-” disepakati bermakna “sampai dengan”, sehingga Kawasan Lindung Nasional berupa Taman Wisata Alam Laut mencakup Daerah Pantai Ujung Negoro sampai dengan Roban, Kabupaten Batang, Provinsi Jawa Tengah. Selanjutnya Berdasarkan PP Nomor 26 Tahun 2008 pada Pasal 101 ayat 6 huruf a sampai huruf d mengatur bahwa peraturan zonasi Taman Wisata Alam Laut disusun dengan memperhatikan: a. Pemanfaatan ruang untuk wisata alam tanpa mengubah bentang alam; b.Ketentuan pelarangan kegiatan selain untuk wisata alam tanpa mengubah bentang alam; c. Pendirian bangunan dibatasi hanya untuk menunjang kegiatan wisata alam; d.Ketentuan pelarangan pendirian bangunan selain untuk menunjang kegiatan wisata alam, maka semua pemanfaatan ruang pada daerah Pantai Ujung Negoro-Roban harus konsisten dengan peraturan Perundang-Undangan yang terkait. khusus untuk konstruksi bangunan dan aktifitas bongkar muat batubara maupun penyedotan air laut serta pembuangan air bah yang berada di laut daerah pantai Ujung Negoro-Roban tidak sesuai dengan ketentuan Pasal 101 ayat 6 PP Nomor 26 Tahun 2008. Pembangunan berkelanjutan berwawasan lingkungan harus selalu di utamakan, selain itu pejabat publik juga harus mendukung hal yang berkaitan pembangunan yang berwawasan lingkungan, karena kebijakan dari pejabat publik sangat berpengaruh dalam pembangunan, tetapi dalam realitanya masih banyak yang mengkesampingkan itu, hasilnya banyak sekali permsalahan yang timbul dan kerusakan lingkungan.Yusmanto, Sutrisno Anggoro, Tukiman Taruna 2012:2, Bahwa berubah-ubahnya dasar hukum peraturan penetapan dan pengelolaan kawasan konservasi laut daerah Ujung Negoro-Roban menimbulkan ketidakpastian hukum. KKLD Ujung Negoro- Roban mengalami kerawanan ekosistem terumbu karang, ekosistem mangrove, pencemaran, abrasi, akresi, sedimentasi, kegiatan perikanan yang tidak ramah lingkungan dan pembangunan PLTU batubara berpotensi mengancam keberlanjutan kawasan konservasi. Strategi alternatif pengelolaan KKLD yang menunjang kegiatan kelautan dan perikanan adalah meningkatkan daya dukung kawasan sehingga mampu meningkatkan kapasitas dan kualitas sumberdaya ikan dan mendukung fungsi ekowisata alam pesisir. Berdasarkan latar belakang pemikiran di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dan menulis skripsi dengan judul: “DAMPAK IMPLEMENTASI PERUBAHAN KEPUTUSAN BUPATI BATANG TENTANG PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI LAUT DAERAH UJUNG NEGORO-ROBAN TERHADAP PEREKONOMIAN MASYARAKAT. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat diidentifikasikan masalah sebagai berikut: 1. Perubahan Keputusan Bupati Batang No. 5233062011 Tentang Perubahan Keputusan Bupati Batang No. 5232832005 Tentang Penetapan Kawasan Konservasi Laut Daerah Ujung Negoro-Roban Kabupaten Batang bertentangan dengan peraturan Perundang-undangan yang berada di atasnya terkait pembangunan PLTU yang berada di kawasan Konservasi Laut Daerah yaitu Pasal 101 ayat 6 PP No 26 Tahun 2008. 2. Dampak PerekonomianMasyarakat dari Keputusan Bupati Batang No. 5233062011 Tentang Perubahan Keputusan Bupati Batang No. 5232832005 Tentang Penetapan Kawasan Konservasi Laut Daerah Ujung Negoro-Roban Kabupaten Batang. 3. Banyak lahan pertanianperkebunan yang menjadi mata pencaharian masyarkat yang dijadikan lahan kawasan PLTU, sedangkan mereka banyak menggantungkan hidupnya di pertanianperkebunan. 4. Kurangnya pengetahuan atau pengalaman Masyarakat mengenai lapangan pekerjaan, karena masyarakat sebagian besar hanya menggantungkan hidupnya dengan bekerja sebagai petani dan nelayan. 1.3 Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah diatas, penelitianakan difokuskan terhadap: 1. Implementasi Keputusan Bupati Batang No. 5233062011 Tentang Perubahan Keputusan Bupati Batang No. 5232832005 Tentang Penetapan Kawasan Konservasi Laut Daerah Ujung Negoro-Roban Kabupaten Batang. 2. Dampak ekonomi dari Keputusan Bupati Batang No. 5233062011 Tentang Perubahan Keputusan Bupati Batang No. 5232832005 Tentang Penetapan Kawasan Konservasi Laut Daerah Ujung Negoro-Roban Kabupaten Batang. 1.4 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian yang terdapat pada latar belakang permasalahan tersebut diatas, maka pokok masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana Implementasi Keputusan Bupati Batang No. 5233062011 tentang perubahan Keputusan Bupati Batang No. 5232832005 tentang Penetapan Kawasan Konservasi Laut Daerah Ujung Negoro-Roban Kabupaten Batang? 2. Bagaimana Dampak Implementasi Keputusan Bupati Batang No. 5233062011 tentang perubahan Keputusan Bupati Batang No. 5232832005 tentang Penetapan Kawasan Konservasi Laut Daerah Ujung Negoro-Roban Kabupaten Batang terhadap Perekonomian Masyarakat di sekitar Kawasan Konservasi Laut Daerah?

1.5 Tujuan Penelitian