1.2 Rumusan Masalah
a. Pada waktu berapakah diperoleh hasil yang maksimum dari reaksi esterifikasi
senyawa α-pinena menjadi terpenil asetat ? b.
Berapa kadar terpenil asetat yang diperoleh dari reaksi esterifikasi α-pinena dengan katalis zeolit alam, katalis Zr-zeolit alam dan zeolit Y?
1.3 Tujuan
a. Mengetahui waktu yang paling baik untuk melangsungkan reaksi esterifikasi
α-pinena menjadi terpenil asetat. b.
Mengetahui zeolit yang paling efektif digunakan sebagai katalis dalam reaksi esterifikasi α-pinena menjadi terpenil asetat.
1.4 Manfaat
a. Bagi pengembangan IPTEK, memberi informasi mengenai waktu dan jenis
katalis yang digunakan dalam reaksi esterifikasi α-pinena menjadi terpenil asetat.
b. Bagi peneliti lain sebagai acuan untuk mendapatkan produk terpenil asetat
terbesar pada reaksi esterifikasi α-pinena.
8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Minyak Terpentin
Terpentin merupakan salah satu minyak yang didapatkan dari pohon pinus dan dimanfaatkan sebagai pelarut dalam industri farmasi, pengolahan resin, dan cat.
Sebagian besar pohon pinus di Indonesia adalah jenis Pinus merkusii yang menghasilkan terpentin dengan komposisi 82 α-pinena dan komponen lain seperti
k amfena, β-pinena, dan limonena Utami, 2009.
Minyak terpentin merupakan salah satu minyak atsiri essential oil, yaitu komponen tumbuhan berbau khas yang dapat dipisahkan dari bahan nabati dengan
penyulingan. Minyak atsiri merupakan salah satu senyawa metabolit sekunder yang mudah menguap volatil dan bukan merupakan senyawa murni tetapi tersusun atas
beberapa komponen. Adanya kemajuan teknologi di bidang minyak atsiri maka usaha penggalian sumber-sumber minyak atsiri dan pendayagunaannya dalam kehidupan
manusia semakin meningkat. Minyak atsiri digunakan sebagai bahan pengharum atau pewangi pada makanan, sabun, pasta gigi, wangi-wangian, dan obat-obatan.
Minyak terpentin sering disebut dengan spirits of turpentine, berupa cairan yang mudah menguap, tidak berwarna jernih, bau khas keras, dan mudah terbakar,
berasal dari hasil penyulingan getah pinus. Pohon pinus yang banyak dibudidayakan di Indonesia adalah jenis Pinus merkusii Jungh et de Vr. Pohon ini merupakan
tumbuhan asli Indonesia yang banyak tumbuh di daerah Aceh, Sumatera Utara dan Pulau Jawa Sastrohamidjojo, 2002.
Karakteristik minyak terpentin menurut Haneke 2002 adalah memiliki berat jenis 0,854-0,868 gcm
3
20 ᵒC, titik didihnya 154ᵒC -170ᵒC, memiliki titik lebur -
60 ᵒC sampai -50ᵒC, dan tidak larut dalam air.
Gambar 2. 1. Struktur senyawa penyusun minyak terpentin a 3- carena, bβ-pinena,
c α-pinena, d Limonena, e Kamfena. Haneke, 2002
2.2 α-Pinena