Secara Teoritis Secara Praktis

2. Kegunaan Penelitian

a. Secara Teoritis

Secara teoritis dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam rangka pengembangan hukum pidana materiil, khususnya yang terkait dengan abortus provocatus pada korban perkosaan.

b. Secara Praktis

Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan tidak hanya kepada para praktisi hukum yang memiliki kewenangan dalam penegakkan hukum, tetapi juga kepada para tenaga medis yang memiliki kewenangan bertindak sesuai dengan sumpah jabatan dan etika profesi yang diembannya khususnya yang berkaitan dengan masalah abortus provocatus, dan bagi pihak-pihak yang berkepentingan lainnya yang ingin mengetahui lebih dalam mengenai pokok permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini, sehingga perempuan sebagai korban perkosaan tidak lagi menjadi korban secara terstruktur second victimization. D . Kerangka Teoritis dan Konseptul 1. Kerangka Teoritis: Kerangka teoritis adalah konsep-konsep yang sebenarnya merupakan abstraksi dari hasil pemikiran atau kerangka acuan yang pada dasarnya bertujuan mengadakan kesimpulan terhadap dimensi-dimensi sosial yang dianggap relevan untuk penelitian. 10 Secara teoritis dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam rangka pengembangan hukum pidana materil khususnya yang terkait dengan abortus provocatus pada korban pemerkosaan. 10 Soerjono,Soekanto, 1986, Pengantar Penelitian Hukum,UI Press, Jakarta. Hal 123 Pengaturan tentang abortus provocatus itu terdapat dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana KUHP yang berlaku sebagai hukum pidana umumLex Generale, dan juga dalam Undang- Undang No. 36 Tahun 2009 tentangKesehatan yang menggantikan Undang-Undang No. 23 Tahun 1992, dan berlaku sebagai hukum pidana khusus Lex Speciale. Berikut ini adalah pengaturan tentang abortus provocatus yang terdapat dalam kedua peraturan perundang- undangan tersebut.Dalam Kitab Undang- Undang Hukum Pidana KUHP tindakan pengguguran kandungan yang disengaja abortus provocatus diatur dalam Buku kedua Bab XIV tentang Kejahatan Kesusilaan khususnya Pasal 299,dan Bab XIX Pasal 346 sampai dengan Pasal 349, dan digolongkan kedalam kejahatan terhadap nyawa. Dari rumusan pasal-pasal tersebut di atas dapat diuraikan unsur-unsur tindak pidana adalah sebagai berikut : 1. Seorang wanita hamil yang sengaja melakukan abortus atau iamenyuruh orang lain, diancam hukuman empat tahun penjara. 2. Seseorang yang sengaja melakukan abortus terhadap ibu hamil,dengan tanpa persetujuan ibu hamil tersebut, diancam hukumanpenjara 12 tahun, dan jika ibu hamil tersebut mati, diancam 15tahun penjara. 3. Jika dengan persetujuan ibu hamil, maka diancam hukuman 5,5 tahun penjara dan bila ibu hamilnya mati diancam hukuman 7tahun penjara. 4. Jika yang melakukan dan atau membantu melakukan abortus tersebut seorang dokter, bidan atau juru obat tenaga kesehatanancaman hukumannya ditambah sepertiganya dan hak untuk berpraktek dapat dicabut. P.A.F. Lamintang memberi penjelasan terhadap pasal-pasal 11 tersebut sebagai berikut: a. Pengguguran anak dari kandungan hanyalah dapat dihukum, jika anak yang berada dalam kandungan itu selama dilakukan usaha pengguguran berada dalam keadaan hidup. Undang-undang tidak mengenal anggapan hukum yang dapat memberi kesimpulan bahwa anak yang berada di dalam kandungan itu berada dalam keadaan hidup ataupun mempunyai kemungkinan tetap hidup. b. Untuk pengguguran yang dapat dihukum, disyaratkan bahwa anak yang berada dalam kandungan itu selama dilakukan usaha pengguguran kandungan berada dalam keadaan hidup. Tidak perlu bahwa anak itumenjadi mati karena usaha pengguguran tersebut. Kenyataan bahwa anak itu dilahirkan dalam keadaan selamat, tidaklah menghapus bahwa kejahatan itu selesai dilakukan. Undang-undang tidak membedakan antara berkurang atau lebih lancarnya pertumbuhan anak yang hidup didalam kandungan melainkan menetapkan pemisahan dari tubuh si ibu yang tidak pada waktunya sebagai perbuatan yang dapat dihukum. c. Disyaratkan bahwa anak yang berada di dalam kandungan itu hidup dansi pelaku mempunyai kesengajaan untuk menggugurkan anak yangberada di dalam keadaan hidup itu. Dianggap bahwa kesengajaan ituada, apabila selama proses kelahiran anak itu berada dalam keadaanhidup dan si pelaku diliputi oleh anggapan bahwa demikianlah halnya.H.R. 29 Juli 1907. W. 8580. d. Alat-alat pembuktian yang disebutkan oleh hakim didalam putusannya haruslah dapat ditarik suatu kesimpulan, bahwa wanita itu hamil dan mengandung anak yang hidup dan 11 lamintang:1990:206 bahwa tertuduh mempunyai maksud untuk dengan sengaja menyebabkan gugur atau meninggalnya anak tersebut. H.R. 20 Desember 1943, 1994 No. 232. Dari ketentuan Pasal 346-349 KUHP dapat diketahui, bahwa aborsi menurut konstruksi yuridis peraturan perundang-undangan di Indonesia yang terdapat dalam KUHP adalah tindakan menggugurkan atau mematikan kandungan yang dilakukan oleh seorang wanita atau orangyang disuruh melakukan itu. Wanita dalam hal ini adalah wanita hamilyang atas kehendaknya ingin menggugurkan kandungannya, sedangkan tindakan yang menurut KUHP dapat disuruh lakukan untuk itu adalah dokter, bidan atau juru obat. Perlindungan hukum bagi korban pemerkosaan yang melakukan abortus provocatus terdapat dalam undang- undang kesehatan No 36 tahun 2009. Perlindungan hukum ini terdapat pada Pasal 75 Ayat 2 b undang-undang no 36 tahun 2009 tentang kesehatan yang isinya menjelaskan tentang legalisasi aborsi karena kehamilan disebabkan oleh pemerkosaan. Berikut ini adalah uraian lengkap mengenai perlindungan hukum bagi korban pemerkosaan yang melakukan aborsi yang terdapat dalam pasal pasal tersebut: Pasal 75: 1 Setiap orang dilarang melakukan aborsi. 2 Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dapat dikecualikan berdasarkan: a. indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia dini kehamilan, baik yang mengancam nyawa ibu danatau janin, yang menderita penyakit genetik berat danatau cacat bawaan, maupun yang tidak dapat diperbaiki sehingga menyulitkan bayi tersebut hidup di luar kandungan; atau b. kehamilan akibat perkosaan yang dapat menyebabkan trauma psikologis bagi korban perkosaan. 3 Tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat 2 hanya dapat dilakukan setelah melalui konseling danatau penasehatan pra tindakan dan diakhiri dengan konseling pasca tindakan yang dilakukan oleh konselor yang kompeten dan berwenang. 4 Ketentuan lebih lanjut mengenai indikasi dihitung dari hari pertama haid terakhir, kecuali dalam hal kedaruratan medis kedaruratan medis dan perkosaan, sebagaimana dimaksud pada ayat 2 dan ayat 3 diatur dengan Peraturan Pemerintah. Pasal 76: Aborsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 hanya dapat dilakukan: a. sebelum kehamilan berumur 6 enam minggu; b. oleh tenaga kesehatan yang memiliki keterampilan dan kewenangan yang memiliki sertifikat yang ditetapkan oleh menteri; c. dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan; d. dengan izin suami, kecuali korban perkosaan; dan e. penyedia layanan kesehatan yang memenuhi syarat yang ditetapkan oleh Menteri. Pasal 77: Pemerintah wajib melindungi dan mencegah perempuan dari aborsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 ayat 2 dan ayat 3 yang tidak bermutu, tidak aman, dan tidak bertanggungjawab serta bertentangan dengan norma agama dan ketentuan peraturan perundang- undangan.

2. Konseptual