Teknik pengambilan Foto Penerapan Metode EDFAT

35

2.9 Teknik pengambilan Foto

Konsep teknik pengambilan foto pada foto panggung, didasarkan pada teknik action shots yang lebih dikenal dengan konsep Panning. Pada dasarnya panning ada dua jenis : a. Freeze Motion = Capture moment gerakan yang terekam dalam foto,sehingga objek seakan ‘terjebak’ dalam suatu moment atau ‘freeze’. b. Implying Motion = Capture moment yang ada tapi menghasilkan flowing effect, yang bersifat memberikan efek gerakan. Teknik pengambilan foto panggung dapat dimaksimalkan penggunaan Shutter Priority ini dalam 2 teknik tadi. Freeze Motion biasanya diambil dalam kecepatan tinggi diatas 1100 . Sedangakan Implying Motion bisa didapatkan dengan kecepatan sedikit lebih rendah dibandingkan Freeze Motion, biasanya 14 – 110 . Sering sering melihat hasil dari foto dan moment yang diambil, sehingga bisa mendapatkan kualitas foto yang terbaik dari moment yang ada. Dalam foto panggung, tidak semua moment bisa berulang di satu kesempatan. Kadang moment itu bisa lepas begitu saja ketika mendapatkan kualitas hasil foto yang tidak maksimal. Semua foto digital akan memiliki data yang tersimpan selama foto tersebut tidak diedit secara drastis dan berlebihan. Pengambilan gambar dengan keadaan colorful sangat membantu jika nantinya setting warna tidak diinginkan dapat diubah ke setting warna sephia dan lainnya.

2.10 Teknik Freeze Motion

Seperti penjelasan sebelumnya, freeze motion merupakan menangkap moment gerakan yang terekam dalam foto, sehingga objek seakan ‘terjebak’ dalam suatu 36 moment atau ‘freeze’. Dalam pementasan teater teknik ini berhasil jika didapatkan gerakan puncak dari seorang aktor saat berakting di atas panggung. Terdapat tiga interpretasi waktu dalam foto yaitu foto dengan waktu mengambang, puncak dan acak. Teknik Freeze Motion ini memiliki interpretasi Foto dengan waktu puncak atau decisive moment. Foto ini biasanya mengungkapkan klimaks dari suatu kejadian. Kejadian yang terjadi hanya sekali atau jarang ada hal yang sama terjadi. Secara teknis, dasar pemotretan ini adalah kecepatan shutter walaupun hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yang lainnya yaitu diafragma dan ISO dan juga keseluruhan teknik dipengaruhi oleh keadaan pementasan itu sendiri.

1. Kecepatan Yang Dipengaruhi Pencahayaan

Kecepatan merupakan hal terpenting dalam menangkap objek bergerak menjadi diam atau freeze. Speed yang dipakai untuk menangkap gerakan biasanya di atas 1100 detik. Namun dalam pementasan teater speed tersebut sulit dicapai tanpa bukaan diafragma besar dan pencahayaan yang menunjang. Speed yang masih bisa dipakai dalam melakukan teknik freeze motion antara 130 sampai 160 detik saat aktor freeze dalam pencahayaan sedang dan sampai 180 detik atau lebih saat aktor dalam gerakan dalam pencahayaan tinggi. Namun dapat pula didapatkan dalam pencahayaan sangat minim yaitu saat suasana puncak romantis, kesedihan, misterius ataupun suasana lainnya dengan menggunakan speed dibawah 120 dengan memanfaatkan teknologi penahan guncangan ataupun menahan nafas saat memencet tombol shutter dengan catatan objek atau aktor dalam puncak gerakannya diam. Program STV pada kamera digital dapat digunakan untuk memotret dengan kecepatan sebagai prioritas dalam pengambilan gambarnya. Karena program ini aperture diatur secara otomatis setelah ditentukan kecepatan 37 yang diinginkan. Untuk mendapatkan freeze motion diperlukan kompensasi cahaya plus agar diafragma otomatis yang dipilih semakin besar.

2. Kecepatan Yang Dipengaruhi Arah Gerak Objek

Terdapat perbedaan kecepatan yang dibutuhkan dalam menangkap objek yang bergerak dipengaruhi oleh arah gerakan objek terhadap fotografer. Objek yang bergerak dari sisi kiri atau kanan fotografer ke arah sisi yang lain membutuhkan speed yang lebih cepat dibandingkan objek yang berhadap- hadapan dengan fotografer. Gambar 2.19. kecepatan yang dipengaruhi arah gerak objek Foto ini difoto dengan kecepatan 120 detik. Objek yang bergerak dari kanan ke kiri tidak dapat tertangkap atau freeze, tidak seperti gerakan objek yang berhadap-hadapan dengan fotografer.

3. Memaksimalkan Bukaan Diafragma

Diafragma menjadi sangat berpengaruh dalam memotret pementasan teater didalam gedung pertunjukan khususnya dalam pengaplikasian teknik freeze motion . Pemaksimalan bukaan diafragma pada tiap-tiap lensa berbeda- beda shingga pemilihan lensa pun mempengaruhi berapa besar bukaan 38 maksimal diafragmanya dalam panjang fokus tertentu. Bukaan diafragma yang besar membantu speed untuk mencapai kecepatan yang lebih tinggi untuk dapat menangkap gambar sehingga freeze. Sebenarnya semua lensa dapat dimaksimalkan penggunaannya dengan memanfaatkan bukaan diafragma terbesarnya. Namun dengan bukaan diafragma yang besar menyebabkan kedalaman fokus menjadi lebih sempit, diperlukan kehati-hatian dalam membidik fokus karena sedikit meleset saja focus bisa berubah. Angka diafragma yang dibutuhkan dalam keadaan cahaya minim dan sedang untuk mencapai kecepatan tinggi 180,1100, bahkan lebih adalah F2,8 atau lebih besar lagi. Untuk pencahayaan kuat, dan gerakan aktor yang tidak terlalu dinamis adalah F4 bahkan F5,6 dapat digunakan jika lensa yang dipakai tidak mampu mencapai angka tersebut, dengan catatan gerakan aktor yang tidak terlalu dinamis dan freeze di puncak geraknya. Teknik Pemotretan dengan memaksimalkan Apperture dapat disisassati dengan memilih program AAV pada kamera digital. Bukaan diafragma ditentukan dengan bukaan terbesar pada jarak fokus terpendek. Dengan demikian speed dapat menyesuaikan secara otomatis. Namun kelemahannya pada cahaya sangat minim speed yang otomatis berada pada kecepatan rendah, untuk itulah perlu kompensasi minus agar speed otomatis lebih tinggi nilainya.

4. Tetap Maksimal Dengan ISO Tinggi

Dalam pemotretan dengan teknik Freeze motion pada pementasan teater, hal yang paling dibutuhkan adalah kecepatan termasuk kecepatan film atau ISO yang digunakan. Mulai dari 800, 1600, bahkan lebih tinggi lagi jika diperlukan. Namun tingginya noise menyebabkan ISO tinggi ini membutuhkan post processing untuk mengurangi noisenya. Dalam perkembangannya, teknologi kamera saat ini, reduce noise yang dimiliki sudah 39 semakin maju sehingga noise pada ISO tinggi tidak begitu terlihat, tapi tetap saja kalah tajam dengan ISO yang lebih rendah. Pemilihan ISO dalam memotret pementasan teater mempertimbangkan aspek-aspek yang lain yang mempengaruhi exposure , juga pada alat yang digunakan. ISO yang lebih rendah dari 800 dipilih jika pencahayaan yang sangat kuat dan penggunaan lensa dengan bukaan diafragma besar sehingga dicapainya kecepatan tertentu yang menghasilkan freeze motion. Sedangkan ISO lebih dari 1600 dipilih dengan pertimbangan pencahayaan yang sangat minim dengan penggunaan lensa standart, namun kualitas kamera dengan teknologi terbaru lebih baik dalam reduce noise ISO tinggi.

2.11 Penerapan Metode EDFAT

Inti dari freeze motion yaitu kecepatan dan ketepatan dalam memotret. Dengan metode-metode tertentu hal tersebut dapat dilakukan digabungkan dengan teknik tersebut dalam memotret pementasan teater. Seperti telah dijelaskan pada Bab sebelumnya tentang metode EDFAT, metode ini dalam fotografi pementasan teater memiliki peranan dalam menciptakan foto pementasan teater yang diinginkan. 40 Gambar 2.20. Metode EDFAT Foto ini dibuat dengan penggabungan entire, detail, frame, dan angle, serta keputusan menentukan eksposure dan ketepatan waktu saat moment terjadi. Sudut pandang menggambarkan kekuasaan dan suasana kemarahan, dibingkai dalam frame memanfaatkan para pemain di depannya. Detil ini juga cukup untuk menggambarkan kisah seorang yang gila kekuasaan yang di ceritakan dalam pementasan Maaf-Maaf-Maaf. 41

BAB III PEMENTASAN TEATER SEBAGAI OBJEK FOTOGRAFI

1.1 Pengertian Seni Pertunjukan Teater

Dalam bahasa Inggris seni pertunjukan berarti performance art. Menurut ensiklopedia bahasa Indonesia, seni pertunjukan adalah karya seni yang melibatkan aksi individu atau kelompok di tempat dan waktu tertentu. Seni pertunjukan biasanya melibatkan empat unsur utama yaitu waktu, ruang, tubuh seniman dan hubungan seniman dengan penonton. Jenisnya bisa bermacam-macam misalnya, seni akrobat, komedilawak, tari, pentas musik, opera, teater, dan lain-lain. Teater atau dalam bahasa Inggris theater, dan dalam bahasa Perancis theatre, berasal dari bahasa yunani yaitu theatron yang berarti tempat untuk menonton, merupakan cabang dari seni pertunjukan yang berkaitan dengan aktingseni peran di depan penonton dengan menggunakan gabungan dari ucapan, gesture gerak tubuh, mimic, boneka, musik, tari, dan lain-lain. Bernard Beckerman, kepala departemen drama di Universitas Hofstra, New York, dalam bukunya, Dynamics of Drama, mendefinisikan teater sebagai “yang terjadi ketika seorang manusia atau lebih, terisolasi dalam suatu waktu atau ruang, menghadirkan diri mereka pada orang lain”. Terdapat dua jenis panggung pementasan teater menurut sudut pandang penontonnya yaitu, panggung pertunjukan arena dan proscenium. Panggung pertunjukan arena merupakan pementasan teater dimana penonton mengelilingi pementasan. Jadi pementasan dapat terlihat oleh penonton dari semua sudut. Biasanya teater ini dilakukan di lapangan terbuka oleh teater rakyat, dan adapula gedung pertunjukan arena. Dekorasi yang digunakan biasanya lebih sederhana dan berupa simbolis saja, karena agar dimengerti oleh penonton dari segala sudut pandang. Suara atau vokal dan musik yang terjadi pada pementasan teater arena ini memecah dan menyebar. Pergerakan aktor lebih luas karena dapat berputar dan berbalik arah tanpa harus takut membelakangi penontonnya.