Gambaran Ketenagakerjaan Propinsi Jambi

GAMBARAN KETENAGAKERJAAN PROPINSI JAMBI
IR. SINAR INDRA KESUMA Fakultas Pertanian
Jurusan Sosial Ekonomi Universitas sumatera Utara
I. PENDAHULUAN
Sumber daya manusia atau human resources mengandung dua pengertian, Pertama, sumber daya manusia (SDM) mengandung pengertian usaha kerja atau jasa yang dapat diberikan dalam proses produksi. Dalam hal ini SDM mencerminkan kualitas usaha yang diberikan oleh seseorang dalam waktu tertentu untuk menghasilkan barang dan jasa.
Pengertian kedua dari SDM menyangkut manusia yang mampu bekerja untuk memberikan jasa atau usaha kerja tersebut. Mampu bekerja berarti mampu melakukan kagiatan yang mempunyai nilai ekonomis, yaitu bahwa kegiatan tersebut menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Secara fisik, kemampuan bekerja diukur dengan usia. Dengan kata lain, orang dalam usia kerja dianggap mampu bekerja. Kelompok penduduk dalam usia kerja tersebut dinamakan tenaga kerja atau manpower. Secara singkat, tenaga kerja didefinisikan sebagai penduduk dalam usia kerja (workingage population).
Pengertian tenaga kerja atau manpower di Indonesia mulai sering dipergunakan. Tenaga kerja mencakup penduduk yang sudah bekerja atau sedang bersekolah dan mengurus rumah tangga. Tiga golongan yang disebut terakhir, walaupun sedang tidak bekerja, mereka dianggap secara fisik mampu dan sewaktuwaktu dapat ikut bekerja.
Penyalahgunaan SDM untuk kegiatan produksi dipengaruhi oleh jumlah dan kualitas SDM serta kondisi perekonomian yang mempengaruhi SDM.
Di Indonesia, semula dipilih batas umur minimum 10 tahun tanpa batas umur maksimum. Dengan demikian tenaga kerja di Indonesia dimaksudkan sebagai penduduk yang berumur 10 tahun atau lebih. Pemilihan 10 tahun sebagai batas umur minimum adalah berdasarkan kenyataan bahwa dalam umur tersebut sudah banyak penduduk berumur muda terutama di desa-desa sudah bekerja atau mencari pekerjaan.
Dengan bertambahnya, kegiatan pendidikan maka jumlah penduduk dalam usia sekolah yang melakukan kegiatan ekonomi akan berkurang. Bila wajib sekolah 9 tahun diterapkan, maka anak-anak sampai dengan umur 14 tahun akan berada di sekolah. Dengan kata lain jumlah penduduk yang bekerja dalam batas umur tersebut akan menjadi sangat kecil, sehingga batas umur minimum lebih tepat dinaikkan menjadi 15 tahun. Atas pertimbangan tersebut, Undang-Undang Nomor Nomor 25 Tahun 1997 telah menetapkan batas usia kerja menjadi 15 tahun. Dengan kata lain,

sesuai dengan mulai berlakunya Undang-undang ini, mulai tanggal 1 Oktober 1998, tenaga kerja didefinisikan sebagai penduduk umur 15 tahun atau lebih.

2002 digitized by USU digital library

2

II. GAMBARAN KETENAGAKERJAAN NASIONAL

Tahun
1976 1980 1990 1993 1999


Pekerja
47306237 51247244 75850580 78332282 88816859

Angkatan Kerja

Penganggur 1124717 896101 1951684 2151610 6030319

Total
48430954 52153345 77802264 80483892 94847178

Tk.
Pengangguran
2.322310232 1.718204269 2.508518261 2.673342388 6.357931914

Tahun
1976 1980 1990 1993 1999

Bukan Angkatan Kerja


Sekolah

Meng. RT

Lainnya

12638683 18803636 28665219 29741066 10934731

21754459 22237411 20046690 22054889 25857621

5400053 11154511 9200276 11229075 9456887

Total
39793195 52195558 57912185 63025030 46249239

Persentase Pekerja terhadap seluruh Jumlah Tenaga Kerja

Tahun

Tenaga Kerja


Pekerja

Persentase

1976 1980 1990 1993 1999

88224149 104348903 135714449 143508922 141096417

47306237 51257244 75850580 78332282 88816859

53.620508 49.121019 55.889834 54.583562 62.947636

Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas Sebagai Tenaga Kerja Tahun 1999

Tidak / Belum
Pernah Sekolah 7602379

Tidak / Belum Tamat SD
16106955


Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan

SD SMTP U SMTP K SMTA U SMTA K

3410106 1286887 1665608 1157006 655888

69

95

D1 / D2 836377

Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan

D 3 Universitas

Total

1171753


2365207

94847178

2002 digitized by USU digital library

3

Secara grafik dapat digambarkan seperti yang di bawah:

Meng. RT. 25%

Nasional Tahun 1976
Lainnya 8%

Sekolah 14%

Penganggur 1%


Pekerja 52%

Meng. RT. 21%

Nasional Tahun 1980
Lainnya 11%

Sekolah 18%

Penganggur 1%

Pekerja 49%

Nasional Tahun 1990

Meng. RT. 15%

Lainnya 7%

Sekolah 21%


Penganggur 1%

Pekerja 56%

2002 digitized by USU digital library

4

Persen

Tingkat Pengangguran Nasional

Tingkat Pengangguran Nasional

7 6 5 4 3 2 1 0
1976

1980


1990 Tahun

1993

1999

Persentase Tingkat Pendidikan Tenaga Kerja Tahun 1999

SMTA K 7%
SMTA U 12%

D1/D2 1%

Universitas 2%
D3 1%

Tidak / Belum Pernah Sekolah
8%

Tidak / Belum Tamat SD 17%


SMTP K 2%

SMTP U 14%

SD 36%

2002 digitized by USU digital library

5

III. GAMBARAN KETENAGAKERJAAN PROPINSI JAMBI

Tahun
1976 1980 1990 1993

Pekerja
340276 493200 826936 912612

Angkatan Kerja

Penganggur
10560 6986 16323 18255

Total
350836 500188 843259 930867

Tk.
Pengangguran
3.009953369 1.396680435 1.935704214 1.961074998

Tahun
1976 1980 1990 1993

Sekolah
148063 172588 346197 381311

Bukan Angkatan Kerja

Meng. RT


Lainnya

210388 217699 236292 222471

42189 92032 75088 83473

Total
400640 482319 657577 687255

Persentase Pekerja terhadap Tenaga Kerja

Tahun
1976 1980 1990 1993

Tenaga Kerja
751476 982505 1500836 1618122

Pekerja
340276 493200 826936 912612

Persentase
45.28102 50.198218 55.098359 56.399456

Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas Sebagai Tenaga Kerja Tahun 1999 di Propinsi Jambi

Tidak / Belum Tidak / Belum

Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan

Pernah Sekolah 46088

Tamat SD 238344

SD SMTP U 431352 166528

SMTP K 39216

SMTA U SMTA K 122592 57468

Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan

D1 / D2 11456

D3 7700

Universitas 22620

Total 1143364

2002 digitized by USU digital library

6

Secara grafik dapat digambarkan seperti yang di bawah:

Propinsi Jambi Tahun 1976

Lainnya

Meng. RT. 28%

6%

Pekerja 45%

Sekolah 20%

Penganggur 1%

Persen

Tingkat Pengangguran Propinsi Jambi

4 3,0099534
3

3 1,9357042 1,9610750
2
1,3966804 2

1

1

0 1976

1980

1990 Tahun

1993

Persentase Tingkat Pendidikan Tenaga Kerja Tahun 1999 di Propinsi Jambi

SMTA K 5%
SMTA U 11%

D1/D2 1%

Tidak / Belum UniversitaPsernah Sekolah
2% 4% D3
1%

Tidak / Belum Tamat SD 21%

SMTP K 3%
SMTP U 15%

SD 37%

2002 digitized by USU digital library

7

IV. PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN
Pembahasan
Dari gambaran ketenagakerjaan secara nasional menunjukkan peningkatan jumlah tenaga tenaga kerja. Dari SUPAS 1976, 1980, 1990, 1993, dan 1999 menunjukkan peningkatan jumlah angkatan kerja dari 48,4 jam, 52,1 juta, 77,8 juta, 80,5 juta hingga 94,8 juta. Jumlah bekerja dan menganggur juga terjadi peningkatan dan peningkatan yang sangat mencolok yakni dari tahun 1993 hingga akhir tahun 1999 di mana jumlah yang bekerja tercatat meningkat dari 78,3 juta menjadi 88,8 juta dan pengangguran dari 21,5 juta menjadi 60,5 juta. Dari sisi bukan angkatan kerja, meskipun mengalami kenaikan dari tahun 1976 hingga 1993 terjadi penurunan pada akhir tahun 1999 yakni dari 63.02 juta menjadi 46.2 juta.
Dari tahun 1976 tingkat pengangguran secara nasional meningkatan dari 2.3% hingga akhir tahun 1999 tercatat 6.3% tingkat penganggur. Kenaikan tingkat pengangguran yang begitu banyak terjadi pada tahun 1993 - 1999 yaitu dari 2.6% menjadi 6.35%. Dari data tersebut, ada kemungkinan disebabkan krisis moneter pada tahun 1997 yang mengakibatkan sejumlah pekerja di-PHK dari perusahaanperusahaan yang lemah dan bahkan dari perusahaan yang tidak beroperasi lagi.
Kalau kita lihat dari jumlah angkatan kerja dan bukan angkatan kerja, dari tahun 1976 sampai tahun 1999, jumlah angkatan kerja selalu lebih banyak dari jumlah yang bukan angkatan kerja. Bahkan sejak 1990 perbedaan jumlah tersebut semakin kelihatan. Ini menunjukkan, sejak 1990 jumlah tenaga kerja yang bekerja dan siap untuk bekerja semakin banyak jumlahnya. Namun tidak menunjukkan bahwa jumlah tenaga kerja yang bekerja semakin bertambah, melainkan pertambahan jumlah pengangguran (angkatan kerja) dari tahun 1993 sampai 1999 yaitu dari 2.1 juta menjadi 6.03 juta sedangkan pertambahan jumlah yang bekerja hanya sekitar 1 juta.
Dan jika kita lihat jumlah yang bekerja pada keseluruhan tenaga kerja maka didapat persentase pekerja terhadap seluruh tenaga kerja dari tahun 1976 - 1999 dirata-ratakan sebesar 55,2% dan persentase terkecil terdapat pada tahun 1980 sebesar 49,12% dan terakhir pada tahun 1999 mencapai 62,9%.
Selanjutnya jika kita lihat pada tabel Tenaga Kerja dan Tingkat Pendidikan yang telah dilalui pada tahun 1999 maka jumlah tenaga kerja yang telah melalui tingkat pendidikan universitas sebanyak 236.507 orang atau sekitar 2,49% dari keseluruhan tenaga kerja yang ada pada tahun 1999.
Setelah kita melihat keadaan tenaga kerja pada tingkat nasional, maka kita lihat keadaan tenaga kerja pada propinsi yang pada kasus ini Propinsi Jambi. di Propinsi Jambi terjadi peningkatan jumlah tenaga kerja dari tahun 1976 hingga 1980 yang cukup besar baik dari angkatan kerja maupun bukan angkatan kerja. Jika kita lihat pada angkatan kerja, jumlah yang bekerja dari tahun 1976 sampai 1980 terjadi penambahan yakni dari 340.276 orang tahun 1976 menjadi 493.200 orang pada tahun 1980. Sedangkan angkatan kerja yang menganggur terjadi penurunan dari 10.560 orang tahun 1976 menjadi 6.986 orang tahun 1980. Maka tingkat pengangguran pada tahun 1980 turun menjadi 1.39% yang sebelumnya pada tahun 1976 tingkat pengangguran sebesar 3.01%.

2002 digitized by USU digital library

8

Setelah terjadi penurunan tingkat pengangguran di tahun 1980, kembali tingkat pengangguran meningkat di tahun 1990 dan 1993, mendekati angka 2%. Walaupun terjadi pertambahan tenaga kerja yang bekerja, namun pertambahan angkatan kerja masih menganggur pertambahannya lebih banyak.
Jika kita lihat pada tahun 1990 dan 1993, jumlah tenaga kerja bukan angkatan kerja yang mengurus rumah tangga terjadi penurunan, di samping itu jumlah yang bersekolah meningkat, hal ini menunjukkan bahwa kesadaran masyarakat di Propinsi Jambi untuk bersekolah semakin tinggi.
Dan jika kita lihat jumlah yang bekerja pada keseluruhan tenaga kerja maka didapat persentase pekerja terhadap seluruh tenaga kerja dari tahun 1976 - 1993 dirata-ratakan sebesar 51,7%, dan persentase terkecil terdapat pada tahun 1976 sebesar 45,28% dan terakhir pada tahun 1993 mencapai 56,3%.
Selanjutnya jika kita lihat pada tabel Tenaga Kerja dan Tingkat Pendidikan yang telah dilalui pada tahun 1999 maka jumlah tenaga kerja yang telah melalui tingkat pendidikan universitas sebanyak 22.620 orang atau sekitar 1,97% dari keseluruhan tenaga kerja yang ada pada tahun 1999.
Kesimpulan
1. Penyediaan tenaga kerja dipengaruhi oleh pertambahan jumlah penduduk 2. Kondisi ekonomi suatu negara dapat mempengaruhi komponen angkatan kerja
dan bukan angkatan kerja 3. Tingkat pengangguran dilihat dari perbandingan jumlah penganggur dengan
angkatan kerja. 4. Tingkat pengangguran Propinsi Jambi relatif lebih kecil dari tingkat
pengangguran yang dilihat secara nasional. 5. Pada tahun 1980 di Indonesia termasuk Jambi kelihatan bahwa angkatan kerja
yang menganggur terjadi penurunan dari tahun 1976. 6. Jumlah tenaga kerja yang telah melalui pendidikan universitas hanya sebesar
2,4% secara nasional dan hanya 1,97% di Propinsi Jambi. 7. Persentase tenaga kerja yang bekerja di Indonesia dari tahun 1976 - 1999 dirata-
ratakan sebesar 55.2% dan pada Propinsi Jambi sebesar 51,7%.

2002 digitized by USU digital library

9

V. PENUTUP
Setelah dilihat keadaan tenaga kerja di Propinsi Jambi dan secara nasional, tingkat pengangguran di Indonesia cukup tinggi. Untuk itu sebaiknya pemerintah lebih menyadari hal ini dan lebih memperhatikan keadaan tenaga kerja sehingga peluang kerja dapat diciptakan kembali, tentunya sesuai dengan kemampuan dan potensi tenaga kerja keadaan lingkungan tenaga kerja itu sendiri.

2002 digitized by USU digital library

10