STRATEGI PENGEMBANGAN PARIWISATA PESISIR menuju

PROPOSAL PENELITIAN

STRATEGI PENGEMBANGAN PARIWISATA PESISIR
BERBASIS MASYARAKAT SEBAGAI UPAYA PENGUATAN
EKONOMI LOKAL DI KABUPATEN TULUNGAGUNG
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah
“Seminar Proposal Skripsi”
Rokhmat Subagiyo, M.EI

Disusun Oleh :

Vindy Rizka Deviana / 6A

(17402153028)

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI TULUNGAGUNG
2018

A. Latar Belakang

Pariwisata merupakan “agen” yang “powerful” untuk perubahan
sosial dan ekonomi.1 Peran penting sektor pariwisata dalam perekonomian
sudah lama disadari, bukan hanya di negara maju tetapi juga di negara
yang sedang berkembang. Pariwisata juga membuka kesempata kerja dan
investasi, merubah peruntukan lahan dan struktur ekonomi serta memberi
sumbangan yang positif terhadap neraca pembayaran di banyak negara.
Dampak kunjungan wisatawan secara langsung dan tidak langsung akan
mempengaruhi

kegiatan

perekonomian.

Meningkatnya

kunjungan

wisatawan akan mendorong naiknya permintaan terhadap fasilitas-fasilitas
yang berkaitan dengan jasa pariwisata seperti rumah makan, penginapan,
sarana angkutan dan sebagainya yang lebih lanjut akan mendorong belanja

dan pendapatan masyarakat.
Indonesia mempunyai kekayaan alam dan kekayaan budaya
tersebar ke seluruh penjuru negeri dari Sabang sampai Merauke. Wisata
bahari di Indonesia dapat menjadi andalan pembangunan ekonomi
kelautan untuk mengembangkan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil.
Rokhmin Dahuri Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan-IPB,
menyatakan bahwa Indonesia sebagai negara bahari dan kepulauan
terbesar di dunia, yang tersusun atas 17.504 pulau dengan 95.181 km garis
pantai (terpanjang kedua di dunia setelah Kanada), dan keindahan alam
(pantai, pulau-pulau kecil, panorama permukaan laut dan bawah laut) yang
menakjubkan, sejatinya memiliki potensi pariwisata bahari yang luar biasa
besar, bahkan terbesar di dunia. Berbagai keunggulan pariwisata bahari
dimiliki oleh Indonesia.
Kawasan pesisir dan laut Indonesia merupakan tempat ideal bagi
seluruh jenis aktivitas pariwisata bahari (berjemur, berenang, menyelam,
snorkeling, memancing, surfing, boating, yachting, parasailing, cruising,
marine parks, whale watching, dll). Pusat dari Segi Tiga Terumbu Karang
Dunia (Coral Triangle) didukung oleh keanekaragaman hayati laut yang
1 Oka A. Yoeti, Industri Pariwisata dan Peluang Kesempatan Kerja, (Jakarta : PT. Bumi Aksara,
2010) hal.20


sangat tinggi (590 jenis karang, 2.057 jenis ikan karang, 12 jenis lamun, 34
jenis mangrove, 1.512 jenis krustasea, 6 jenis penyu, 850 jenis sponge, 24
jenis mamalia laut dll). Iklim tropis yang hangat dan matahari yang
bersinar sepanjang tahun. Potensial untuk pengembangan wisata minat
khusus; scientific diving, wisata konservasi, wisata pendidikan, wisata
fotografi bawah air, dll. Di daerah ini juga berdiam para nelayan yang
sebagian besar masih prasejahtera.
Dewasa ini, pariwisata adalah suatu bidang yang potensial dalam
pembangunan suatu negara karena membawa dampak positif sebagai
motor penggerak kegiatan ekonomi rakyat. Dengan potensi pariwisata
dapat menghidupkan kegiatan ekonomi masyarakat sekitar dengan
timbulnya usaha-usaha skala kecil sampai menengah, meningkatkan
pendapatan

masyarakat,

mengurangi

tingkat


pengangguran,serta

meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang akan kembali
digunakan oleh pemerintah untuk melaksanakan pembangunan di daerah
guna mencapai kesejahteraan. Aktivitas ekonomi sangat erat kaitanya
dengan sumberdaya alam dan lingkungan artinya masyarakat tidak bisa
hidup tanpa lingkungan begitupun perekonomian tidak akan berjalan tanpa
adanya sumberdaya alam. Bagi mereka yang telah memiliki kesadaran
lingkungan yang terjadi adalah pemanfaatan dimana keseimbangan antara
kebutuhan dan kelestarian tetap dijaga.
Pengelolaan pariwisata berbasis masyarakat merupakan salah satu
pendekatan pengelolaan sumber daya alam yang meletakkan pengetahuan,
kesadaran lingkungan, dan akar budaya masyarakat lokal sebagai dasar
pengelolaannya. Selanjutnya dikatakan bahwa dalam sistem pengelolaan
ini, masyarakat diberikan kesempatan dan tanggung jawab dalam
melakukan pengelolaan terhadap sumber daya yang dimilikinya, dimana
masyarakat sendiri yang mendefinisikan kebutuhan, tujuan dan aspirasinya
serta masyarakat itu pula yang membuat keputusan demi kesejahteraannya.
Dengan demikian pengelolaan wilayah pesisir berbasis masyarakat adalah

pendekatan pengelolaan yang melibatkan kerja sama antara masyarakat
setempat dan pemerintah dalam bentuk pengelolaan secara bersama

dimana masyarakat berpartisipasi aktif baik dalam perencanaan sampai
pada pelaksanaannya.
Pemikiran ini sangat didukung oleh tujuan jangka panjang
pembangunan wilayah pesisir di Indonesia antara lain peningkatan
kesejahteraan

masyarakat

melalui

perluasan

lapangan

kerja

dan


kesempatan usaha, pengembangan program dan kegiatan yang mengarah
kepada peningkatan pemanfaatan secara optimal dan lestari sumber daya
di wilayah pesisir, peningkatan kemampuan peran serta masyarakat pantai
dalam pelestarian lingkungan dan peningkatan pendidikan, latihan, riset
dan pengembangan di wilayah pesisir. Dari beberapa tujuan tersebut di
atas maka pemanfaatan secara optimal dan lestari adalah salah satu yang
menjadi pertimbangan utama di dalam pengelolaan sumber daya.
Pemanfaatan secara lestari hanya akan dicapai jika sumber daya dikelola
secara baik, proporsional dan transparan. Sumber daya yang dimaksud
adalah sumber daya manusia, alam, buatan dan sosial.
Kabupaten Tulungagung terletak pada posisi 111º 43’ sampai
dengan 112º 07' bujur timur dan 7º 51' sampai dengan 8º 18' lintang
selatan. Batas daerah, di sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten
Kediri yaitu dengan Kecamatan Kras. Di timur berbatasan dengan
Kabupaten Blitar. Di sebelah selatan berbatasan dengan Samudera
Indonesia dan di sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Trenggalek.
Wilayah selatan Kabupaten Tulungagung yang berbatasan langsung
dengan Samudra Hindia menjadikan Tulungagung memiliki wilayah
pantai yang sangat berpotensi dikembangkan sebagai tempat wisata karena

memiliki banyak pantai yang menarik untuk dikunjungi seperti Pantai
Gemah, Pantai Popoh, Pantai Sidem, Pantai Brumbun, Pantai Sine, Pantai
Molang, Pantai Klatak, Pantai Gerangan, Pantai Sanggar, Pantai Coro,
Pantai Dlodo, Pantai Pathok Gebang, Pantai Kedung Tumpang dan masih
banyak lagi yang lainnya.
Pantai gemah terletak di desa Keboireng, kecamatan Besuki,
kabupaten Tulungagung. Termasuk dalam rangkaian pantai di teluk popoh
dengan bentangan pantai yang luas. Sejak jalur lintas selatan dibangun,

pantai gemah menjadi eksis sebagai tujuan wisata pesisir bagi masyarakat
lokal bahkan luar daerah. Pemkab Tulungagung menambah sarana tempat
parkir dan wahana bermain seperti penyewaan ATV, motor tril, flying fox.
Hal tersebut dilakukan untuk mendongkrak wisatawan yang berkunjung.
Sekarang juga banyak masyarakat sekitar yang menjual kuliner ikan asap
sebagai usaha sampaingan selain menjadi nelayan dalam menyambut
banyaknya wisatawan. Pantai gemah juga merupakan tempat wisata
dengan potensi PAD tinggi, baru pertama kali dibuka dalam kurun waktu 3
bulan saja pendapatan pariwisata pantai gemah mencapai 450 juta.
Adapun spesifikasi dari kepariwisataan adalah pariwisata berbasis
masyarakat dimana pemberdayaan jenis ini dapat menciptakan kondisi

lingkungan yang berkelanjutan sekaligus memandirikan perekonomian
komunitas pesisir. Dengan demikian tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui strategi pengembangan pariwisata bebasis masyarakat yang
dilakukan oleh masyarakat pesisir dalam menciptakan lingkungan yang
berkelanjutan dan kemandirian komunitasnya dan diharapkan penelitian
ini dapat memberikan manfaat bagi masyarakat luas antara lain untuk
menambah wawasan di wilayah teoritik dalam bidang pengembangan
pariwisata berbasis masyarakat dan impelementasinya dan sebagai
referensi dan acuan mengenai kegiatan berbasis komunitas dalam upaya
memberdayakan masyarakat lokal sebagai aktor perubahan sosial yang
mandiri.
B. Fokus Penelitian
1. Bagaimana strategi pengembangan pariwisata pesisir di Kabupaten
Tulungagung yang berbasis masyarakat dalam menguatkan ekonomi
lokal?

C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui kontribusi masyarakat lokal dalam pengembangan
pariwisata pesisir di Kabupaten Tulungagung
2. Untuk mengetahui strategi pengembangan pariwisata pesisir di

Kabupaten Tulungagung yang berbasis masyarakat

3. Untuk mengetahui pengaruh pengembangan pariwisata pesisir di
Kabupaten Tulungagung yang berbasis masyarakat terhadap penguatan
ekonomi lokal
D. Manfaat Penelitian
Beradsarkan perumusan masalah diatas, maka penelitian ini diharapkan
dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Manfaat penelitian secara praktis :
a. Bagi warga masyarakat pengelola pariwisata pesisir , diharapkan
agar bisa menjadi suatu motivasi atau pelajaran agar bisa
memajukan perekonomian di daerahnya.
b. Bagi Pemerintah Kabupaten Tulungagung. Diharapkan bisa
menjadi masukan dan sekaligus evaluasi terhadap strategi
Pengembangan pariwisata pesisir.
c. Bagi peneliti. Diharapkan Karya ini dapat melatih kepekaan penulis
untuk menemukan maslah dalam masyarakat serta dapat menjadi
syarat serta memperoleh gelar sarjana (S1).
2. Manfaat penelitian secara teoritis :
a. Bagi Universitas . diharapkan dengan adanya penelitian ini IAIN

Tulungagung bisa lebih mengetahui tentang strategi pengembangan
pariwisata

pesesr

berbasis

masyarakat

yang

tepat

dalam

membangun sebuah perekonomian lokal dan bisa menambah
pengetahuan dari mahasiswa/ mahsiswi fakultas ekonomi dan
bisnis islam.
b. Bagi teori yang terdahulu.diharapkan dengan adanya teori saat ini
bisa saling melengkapi teori yang sudah ada , sehingga bisa saling

selektif dalam mengambil sebuah keputusan strategi yang benar.
E. Batasan Masalah
Sesuai latar belakang diatas, dan agar penelitian ini tidak
menyimpang dari fokus penelitian dan agar spesifik dalam pembahasan
proposal penelitian ini, maka diperlukan pembatasan masalah dimana
objek penelitian ini adalah membahas tentang “Strategi Pengembangan
Pariwisata Pesisir Yang Berbasis Masyarakat Sebagai Upaya Penguatan
Ekonomi Lokal Di Kabupaten Tulungagung”. Penelitian ini memfokuskan

tentang

strategi

pengembangan

pariwisata

pesisir

yang

berbasis

masyarakat sebagai sarana memperkuat ekonomi lokal dan yang menjadi
objek penelitiannya adalah kawasan pariwisata pesisir di Kabupaten
Tulungagung yaitu pantai gemah.
F. Penegasan Masalah
1. Definisi Konsep
Definisi pngembangan priwisata berbasis masyarakat (community
based tourism) yaitu: model pariwisata yang melibatkan masyarakat lokal
dengan memberi kesempatan dalam mengelola dan membangun
pariwisata, baik secara langsung maupun tidak langsung yang memiliki
keterkaitan dengan industri atau usaha pariwisata, sehingga distribusi
keuntungan merata kepada komunitas di pedesaan/ pesisir dan pulau-pulau
kecil. Dengan demikian CBT merupakan suatu pendekatan pembangunan
pariwisata yang menekankan pada peran aktif masyarakat lokal (baik yang
terlibat langsung dalam industri pariwisata maupun tidak). Pelibatan
tersebut dalam bentuk memberikan kesempatan (akses) dalam manajemen
dan pembangunan pariwisata yang berujung pada pemberdayaan
masyarakat, termasuk dalam pembagian keuntungan dari kegiatan
pariwisata.2
2. Definisi Operasional
Pariwisata berbasis masyarakat yang dilakukan oleh masyarakat pesisir
merupakan sebuah konsep yang sangat tepat untuk diaplikasikan.
Dengan

menerapkan

parisiwasata

berbasis

komunitas

artinya

masyarakat telah mampu merancang dan mengoperasikan dengan
maksimal segala aktifitas pariwisata sesuai dengan karakteristik
wilayah melalui tolok ukur uji produktivitas (manajemen kelompok)
dan uji pemberdayaan (ekoliterasi dan ekodesain). Kawasan pesisir
dijadikan sebagai suatu kekuatan dalam membangun perekonomian
komunitas, namun tetap mempertahankan budaya dan kearifan lokal
serta menjaga kesinambungan lingkungan alam untuk generasi
2 I Nyoman Darma Putra, Pariwisata Berbasis Masyarakat Model Bali, (Denpasar: Buku
Arti,2015) hal. 58

mendatang. Untuk selanjutnya, pengawasan dan perbaikan mutu
pelayanan mutlak dibutuhkan untuk menjaga kualitas pariwisata yang
berkelanjutan.

G. Kajian Teori
a. Perencanaan strategik
Perencanaan strategik merupakan pendekatan prinsip efektifitas dan
efisiensi dalam menggali sumber daya. 3 Manajemen strategik
mengamati lingkungan eksternal untuk melihat kesempatan dan
ancaman, serta mengamati lingkungan internal melihat kekuatan dan
kelemahan.
b. Pengembangan
Menurut Poerwadarminto pengembangan adalah suatu proses atau cara
menjadikan sesuatu menjadi maju, baik, sempurna, dan berguna.
Sedangkan menurut Badudu dan Zain pengembangan adalah hal cara
atau hasil kerja mengembangkan. Jadi pengembangan dalam hal ini
dapat diartikan membuat menjadi ada dari yang belum ada, dari yang
sudah ada menjadi lebih baik dan dari yang sudah baik menjadi lebih
baik, dan seterusnya.4
Berdasarkan definisi di atas, maka pengembangan merupakan bagian
dari sebuah strategi dalam upaya memajukan, memperbaiki dan
meningkatkan kondisi kepariwisataan terhadap suatu objek dan daya
tarik wisata sehingga dapat dikunjungi wisatawan serta mampu
memberikan manfaat bagi masyarakat di sekitar objek dan daya tarik
wisata maupun bagi Pemerintah Daerah.
c. Pariwisata
Perkembangan industri kepariwisataan saat ini diidentifikasi terdapat
pergeseran orientasi, dari mass tourism menuju ke alternative tourism.
Hal tersebut terjadi karena adanya perubahan orientasi pasar yang lebih
menekankan kepada penghayatan dan penghargaan terhadap aspek
kelestarian alam, lingkungan dan budaya (enviromentally and cultural
3 Erlangga Brahmanto dkk, Strategi Pengembangan Kampung Batu Malakasari Sebagai Daya
Tarik Wisata Minat Khusus, Jurnal Media Wisata, Volume 15, Nomor 2, November 2017, hal.588
4 Basir Barthos, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: PT Bumi Aksara,2012) Hal.46

sensitives), dengan penerapan pariwisata alternatif (alternative
tourism).
Ukuran keberhasilan pembangunan pariwisata yang menggunakan
konsep berkelanjutan tidak hanya dari aspek ekonomi (meningkatnya
devisa) yang ditentukan dengan lama kunjungan (lenght of stay) serta
eksploitasi lingkungan untuk kegiatan kepariwisataan, namun dari
kelestarian dan pemberdayaan sebagai landasan, yang mengarah pada
kelestarian lingkungan dan sumber daya alam serta nilai sosiokultural
kemasyarakatan dengan penghargaan yang tinggi5
Pariwisata Indonesia adalah pariwisata yang berasal dari, oleh dan
untuk rakyat, untuk itu dalam perencanaan pengembangan pariwisata
harus melibatkan masyarakat setempat (lokal) khususnya yang berada
di sekitar destinasi wisata, karena masyarakat setempat merupakan
pemilik dan lebih mengetahui destinasi tersebut6
Pariwisata memberikan dukungan ekonomi yang kuat terhadap suatu
wilayah. Industri ini dapat menghasilkan pendapatan besar bagi
ekonomi lokal. Kawasan sepanjang pantai yang bersih dapat menjadi
daya tarik wilayah, dan kemudian berlanjut dengan menarik turis dan
penduduk ke wilayah tersebut. Sebagai salah satu lokasi rekreasi,
kawasan pantai dapat merupakan tempat yang lebih komersial
dibandingkan kawasan lain, tergantung karakteristiknya. Sebagai
sumber alam yang terbatas, hal penting yang harus diperhatikan adalah
wilayah pantai haruslah menjadi aset ekonomi untuk suatu wilayah.
d. Wilayah Pesisir
Wilayah pesisir adalah daerah pertemuan antara darat dan laut, ke arah
darat wilayah pesisir meliputi bagian daratan baik kering maupun
terendam air yang masih dipengaruhi oleh sifat air seperti pasang
surut, angin laut dan perambahan air asin. Ke arah laut wilayah pesisir
mencakupi bagian laut yang masih dipengaruhi oleh proses alami yang
terjadi di darat.
5 http://www.menlh.go.id/pengembangan-wisata-ramah-lingkungan-berbasismasyarakat/ ,
Diakses 19 Maret 2018
6 Muhammad Ridwan, Perencanaan dan Pengembangan Pariwisata, (Jakarta:
PT. Sofmedia,2012) hal. 26

e. Pariwisata Berbasis masyarakat (Community Based Tourism)
Konsep pariwisata pesisir berkelanjutan (sustainable coastal tourism)
adalah pariwisata yang dapat memenuhi kebutuhan wisatawan maupun
daerah tujuan wisata pada masa kini, sekaligus melindungi dan
mendorong kesempatan serupa dimasa yang akan datang. Pariwisata
berkelanjutan mengarah pada pengelolaan seluruh sumberdaya
sedemikian rupa sehingga kebutuhan ekonomi, sosial, estetika dapat
terpenuhi sekaligus memelihara integritas kultural, proses ekologi
essensial keanekaragaman hayati dan sistem pendukung kehidupan.
Tidak ada kelompok lain yang mampu menjaga wisata bahari selain
masyarakat (komunitas) lokal karena mereka paling tahu persoalan dan
paling menerima dampaknya, baik positif maupun negatif. Mereka
mengharapkan

adanya

pening-katan

pendapatan

di

samping

terjaminnya kelestarian alamnya. Dengan kata lain, mereka berharap
pengembangan pariwisata akan menambah kemakmuran itu akan
lestari terus secara berkesinambungan.
Penerapan pariwisata berbasis masyarakat atau community based
tourism (CBT) merupakan suatu pendekatan pembangunan pariwisata
dengan perencanaan yang partisipatif. Definisi CBT yaitu: model
pariwisata yang melibatkan masyarakat lokal dengan memberi
kesempatan dalam mengelola dan membangun pariwisata, baik secara
langsung maupun tidak langsung yang memiliki keterkaitan dengan
industri atau usaha pariwisata, sehingga distribusi keuntungan merata
kepada komunitas di pedesaan/ pesisir dan pulau-pulau kecil. Dengan
demikian CBT merupakan suatu pendekatan pembangunan pariwisata
yang menekankan pada peran aktif masyarakat lokal (baik yang terlibat
langsung dalam industri pariwisata maupun tidak). Pelibatan tersebut
dalam bentuk memberikan kesempatan (akses) dalam manajemen dan
pembangunan

pariwisata

yang

berujung

pada

pemberdayaan

masyarakat, termasuk dalam pembagian keuntungan dari kegiatan
pariwisata.7
Community based tourism yang dilakukan oleh masyarakat pesisir
merupakan sebuah konsep yang sangat tepat untuk diaplikasikan.
Dengan

menerapkan

parisiwasata

berbasis

komunitas

artinya

masyarakat telah mampu merancang dan mengoperasikan dengan
maksimal segala aktifitas pariwisata sesuai dengan karakteristik
wilayah melalui tolok ukur uji produktivitas (manajemen kelompok)
dan uji pemberdayaan (ekoliterasi dan ekodesain). Kawasan pesisir
dijadikan sebagai suatu kekuatan dalam membangun perekonomian
komunitas, namun tetap mempertahankan budaya dan kearifan lokal
serta menjaga kesinambungan lingkungan alam untuk generasi
mendatang. Untuk selanjutnya, pengawasan dan perbaikan mutu
pelayanan mutlak dibutuhkan untuk menjaga kualitas pariwisata yang
berkelanjutan.
Suansri menyebutkan beberapa prinsip dari Comunity-Based Tourism
yang harus dilakukan, yaitu: 1) mengenali, mendukung, dan
mempromosikan kepemilikan masyarakat dalam pariwisata; 2)
melibatkan anggota masyarakat dari setiap tahap pengembangan
pariwisata dalam berbagai aspeknya, 3) mempromosikan kebanggaan
terhadap

komunitas

bersangkutan;

4)

meningkatkan

kualitas

kehidupan; 5) menjamin keberlanjutan lingkungan; 6) melindungi ciri
khas (keunikan) dan budaya masyarakat lokal; 7) mengembangkan
pembelajaran lintas budaya; 8) menghormati perbedaan budaya dan
martabat manusia; 9) mendistribusikan keuntungan dan manfaat yang
diperoleh secara proporsioanal kepada anggota masyarakat; 10)
memberikan kontribusi dengan persentase tertentu dari pendapatan
yang

diperoleh

untuk

pengembangan

masyarakat;

dan

11)

menonjolkan keaslian hubungan masyarakat dengan lingkungannya.

7 I Nyoman Darma Putra, Pariwisata Berbasis Masyarakat Model Bali, (Denpasar: Buku
Arti,2015) hal. 58

Ada lima pendekatan perencanaan pengembangan pariwisata yang
perlu

diketahui

pengembangan

dan

diaplikasikan

pariwisata,

yaitu:

dalam

pembangunan

(1)pendekatan

dan

pemberdayaan

masyarakat lokal, (2) pendekatan berkelanjutan, (3) pendekatan
kesisteman, (4) pendekatan kewilayahan, dan (5) pendekatan dari sisi
penawaran (supply) dan permintaan (demand).8
Partisipasi dapat membuat masyarakat, penduduk melakukan berbagai
kegiatan, baik itu berskala lokal maupun nasional. Partisipasi yang
dilakukan

masyarakat

berbeda-beda

tingkatannya,

akibat

dari

perbedaan skala kegiatan. Partisipasi itu antara lain, partisipasi karena
paksaan (manipulative participation), partisipasi dengan kekuasaan dan
ancaman (coercive participation), partisipasi karena adanya dorongan
(indiced participation), partisipasi yang bersifat pasif (passive
participation)

dan

partisipasi

secara

spontan

(spontaneous

participation).
f. Pengembangan Ekonomi Lokal
Pengembangan Ekonomi Lokal diartikan sebagai penumbuh suatu
lokalitas secara sosial-ekonomi dengan lebih mandiri berdasarkan
potensi-potensi yang dimiliki, baik sumber daya alam, geografis,
kelembagaan, kewiraswastaan, pendidikan tinggi, asosiasi profesi, dan
lain-lain. Hal ini harus dilakukan pada skala yang kecil (skala
komunitas).

Titik

sentralnya

adalah

mengorganisir

serta

mentransformasi potensi-potensi tersebut menjadi penggerak bagi
pengembangan ekonomi lokal.
Blakely and Bradshaw mendefinisikan Pengembangan Ekonomi Lokal
adalah proses dimana pemerintah lokal dan organsisasi masyarakat
terlibat untuk mendorong, merangsang, memelihara, aktivitas usaha
untuk menciptakan lapangan pekerjaan.
International
Labour
Organization

(ILO)

mendefinisikan

Pengembangan Ekonomi Lokal adalah proses partisipatif yang
mendorong kemitraan antara dunia usaha dan pemerintah dan
8 Muhammad Ridwan, Perencanaan dan Pengembangan Pariwisata, (Jakarta: PT. Sofmedia,2012)
hal. 39-52

masyarakat pada wilayah tertentu, yang memungkinkan kerjasama
dalam perancangan dan pelaksanaan strategi pembangunan secara
umum, dengan menggunakan sumber daya local dan keuntungan
kompetitif dalam konteks global, dengan tujuan akhir menciptakan
lapangan pekerjaan yang layak dan merangsang kegiatan ekonomi.9
Pengembangan Ekonomi Lokal dan Daerah (Local and Regional
Economic

Development) yang pendekatannya berfokus kepada

pemanfaatan dan optimalisasi sumberdaya dan kompetensi daerah
dalam menggerakkan perekonomian daerah untuk mengatasi persoalan
kemiskinan,

pengangguran

dan

menciptakan

pembangunan

berkelanjutan menemukan momentumnya di tengah arus ekonomi
global. Strategi pengembangan ekonomi daerah yang tepat diharapkan
mampu menemukenali dan menggali potensi ekonomi produktif yang
berdaya saing (knowledge based economy) sekaligus berbasis sumber
daya daerah (local resources based economy). Pengembangan ekonomi
daerah yang ada saat ini masih berbasis ideologi ekonomi tradisional.
Pengembangan ekonomi daerah yang baik, seyogyanya mengadopsi
pengembangan ekonomi lokal, yaitu: pendekatannya kewilayahan,
pendekatan dari bawah, membangun kemitraan dan memanfaatkan
potensi lokal.
Pembangunan wilayah pesisir harus memperhatikan keseimbangan
antara tingkat pembangunan dan daya dukung lingkungan serta
keseimbangan pembangunan antar daerah. pengembangan wilayah
harus menjadi suatu upaya untuk menumbuhkan perekonomian
wilayah dan lokal, sehingga wilayah dapat tumbuh dan berkembang
secara mandiri dengan memanfaatkan sumberdaya lokal. Srategi
pengembangan wilayah yang bertumpu pada sumberdaya lokal ini
dikenal sebagai konsep pengembangan ekonomi lokal (local economic
development).

9 https://panritacikal.wordpress.com/2010/10/30/konsep-pengembangan-ekonomi-lokal-pel/

H. Kerangka Berfikir

Potensi pariwisata pesisir
Faktor pendororng
Faktor Penghambat

Budaya
Strategi pengembangan
pariwisata pesisir berbasir
masyarakat

Lingkungan

Pemberdayaan
masyarakat pesisir

Penguatan Ekonomi
lokal

I. Proposisi
Pengembangan pariwisata pesisir yang berbasis masyarakat menguatkan
ekonomi lokal di kabupaten Tulungagung.
J. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Pada penelitian ini kami menggunakan metodologi dengan pendekatan
kualitatif dan jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif, yang
mempunyai karakteristik alami (natural setting ) sebagai sumber data
langsung, deskriptif, dimana proses lebih dipentingkan dari pada hasil analisis

dalam penelitian kualitatif cenderung dilakukan secara analisa induktif.
Karena, permasalahannya belum jelas, kompleks, holistik, dinamis dan penuh
makna sehingga tidak mungkin jika data pada situasi sosial tersebut dijaring
dengan metodelogi penelitian kuantitatif. Selain itu penelitian ini bertujuan
memahami situasi sosial secara mendalam , menemukan hipotesis dan teori.10
Dalam metodologi penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif
ada 6 macam yaitu, etnografis, studi kasus, grounded theory, interaktif ,
partisipatiries, serta penelitian tindakan kelas. Dalam hal ini penelitian yang
digunakan yaitu penelitian studi kasus, merupakan jenis penelitian dimana
penelitimelakukan eksplorasi secara mendalam terhadap program, proses,
kejadian, aktivitas terhadap satu atau lebih orang. Dimana kasus terikat oleh
waktu, aktivitas dan peneliti melakukan pengumpulan data secara detail
dengan

berbagai

prosedur

pengumpulan

data

dalam

waktu

yang

berkesinambungan.11
2. Tempat Penelitian
Tempat penelitian yaitu tempat dimana situasi sosial tersebut akan
diteliti. Dimana tempat penelitian kami berada di desa Keboireng, yaitu
pantai Gemah, kecamatan Besuki, kabupaten Tulungagung.
3. Kehadiran Penelitian
Dalam melakukan penelitian kualitatif, peneliti sebagai pengumpul data
dan sebagai instrumen yang aktif dalam langkah mengumpulkan data yang
ada dilapangan. Sedangkan instrumrn lainnya yang digunakan dalam
pengumpulan data selain manusia adalah berbagai bentuk alat bantu dan
dokumentasi yang digunakan untuk menunjukan keabsahan dari hasil
penlitian. Maka dari itu, kehadiriran dari penelitian secara langsung di
lapangan sebagai tolok ukur dari keberhasilan memahami kasus yang diteliti,
sehingga secara langsung keterlibatan peneliti sangat mutlak diperlukan.
4. Teknik Penentuan Informan
Informan merupakan individu-individu tertentu yang memberikan
keterangan dan data untuk keperluan informasi dalam suatu penelitian.
Dalam penelitian ini informan merupakan instrumen terpenting dalam
10 Sugiono, Cara Mudah Menyusun Skripsi, Tesis dan Disertasi, (Bandung : ALFABETA,
2016), hal .24
11 Ibid..., hal.25

pengamatan dan wawancara dalam menjaring informasi yang mendalam
sebagai data. Penentuan informan dalam penelitian ini dilakukan dengan
teknik purposive sampling, yaitu informan yang diambil lebih selektif
atau sesuai dengan kriteria yang dianggap paling mengetahui situasi
sosial yang akan diteliti dan selaras dengan tujuan penelitian
5. Sumber Data
Dalam penelitian ini digunakan dua jenis data, yakni data primer
dan sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari
narasumber penelitian. Sumber data primer dalam penelitian ini adalah
individu yang dapat dipercaya sebagai subyek penelitian yang
mengalami atau memahami strategi pengembangan pariwisata pesisisir
berbasis masyarakat sebagai upaya penguatan ekonomi lokal di
kabupaten Tulungagung khususnya pantai gemah.
Data sekunder adalah diperoleh dari buku-buku literatur, jurnal
ilmiah, data dari instansi yang berupa dokumen, peraturan perundangundangan dan informasi lain serta laporan yang terkait dengan masalah
penelitian ini. Sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah
dokumentasi dalam bentuk foto atau dokumen yang diperoleh dari Dinas
Pariwisata yang terkait dengan permasalahan yang diteliti.
6. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan langkah yang sangat penting dalam
penelitian, maka dari itu seorang peneliti harus terampil dalam
mengumpulkan data supaya dapat data yang valid. Dimana teknik
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian kualitatif ini yaitu:
a. Observasi : Yang dimaksud dalam penelitian ini observasi yang terlibat
yang dilakukan dalam 3 tahapan yaitu: pengamatan deskriptif,
pengamatan terfokus dan pengamatan selektif.
b. Studi Dokumentasi : teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data dari
sumber – sumber non insani yakni berupa dokumen –dokumen atau arsip
yang terkait dengan fokus dan sub fokus penelitian .

c. Wawancara : dengan cara wawancara mendalam (Indepth Interview),
yaitu penggalian data secara mendalam terhadap satu topik dengan
pertanyaan terbuka.12
7. Teknik Analisis Data
Analisis data penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
analisis induktif. Strategi analisis ini, peneliti bertolak dari fakta empiris
(Data) untuk membangun konsep, proposisi dan teori. Sebagaimana hal ini
merupakan ciri dari penelitian kualitatif. Salah satu analisis kualitatif
dalam pendekatan studi kasus menurut Yin adalah penggunaan logika
penjodohan pola yang mencoba membandingkan pola yang didasarkan
atas data empiris dengan pola yang diprediksikan atau atas teori dan
konsep yang digunakan, jika terdapat persamaan, maka dapat menguatkan
validitas internal studi kasus yang bersangkutan.
Teknik penjodohan pola dapat dilakukan dengan membuat
proposisi dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Membuat pernyataan proposisi awal
Proposisi berguna untuk memfokuskan penelitian dan mengambil datadata yang dianggap penting, sementara data yang tidak terkait diabaikan
terlebih dahulu. Proposisi dalam penelitian ini juga berguna untuk
menyusun rencana dalam pengumpulan data dan juga menentukan
prioritas pada strategi analisis yang relevan dan lebih sistematis.
Proposisi awal penelitian ini yaitu bahwa di Kampungdalem Tulungagung
merupakan pemukiman penduduk yang didiami oleh etnik Jawa sebagai
masyarakat lokal (pribumi) dan etnik Banjar yang berasal dari Provinsi
Kalimantan Selatan sebagai masyarakat pendatang. Yang mana kedua etnik
tersebut tak bisa mengelak untuk saling berinteraksi satu sama lain secara
timbal-balik. Etnisitas keduanya nampak dari bentuk proses sosial yang
terjadi, interaksi sosial, dan pola-pola hubungannya. Dan dari relasi
etnisitas tersebut berdampak pada aspek sosial, ekonomi, dan agama yang
berlangsung di Kelurahan Kampungdalem.
2. Membandingkan temuan-temuan awal dengan proposisi
12 Rokhmat Subagiyo, Metode Penelitian Ekonomi Islam (Konsep dan Penerapan),
( Jakarta : Alim’s Publishing Jakarta, 2017), hal.232-234.

Peneliti mencoba membandingkan temuan-temuan awal yang didapat
dengan data yang diperoleh dari wawancara. Sehingga dalam proses
tersebut dapat diketahui perbedaan dari data-data yang telah didapat.
Selain itu, hal ini juga dilakukan untuk memperjelas data-data sebagai
fakta awal apakah telah sesuai dengan fokus dalam penelitian ini.
3. Memperbaiki pernyataan atau proposisi
Setelah membandingkan pada analisis penelitian dan juga mengetahui
tentang apa saja perbedaan yang ditemukan, maka berikutnya peneliti
dapat memperbaiki data yang didapat pada analisis awal. Hal ini dilakukan
ketika telah mendapat perbandingan antara temuan awal dan ketika
melakukan wawancara.
4. Membandingkan kasus penelitian dengan kasus penelitian yang lain
Peneliti mencoba membandingkan kasus penelitian dengan beberapa kasus
penelitian yang lainnya. Tujuannya untuk mengetahui perbandingan
berbagai temuan yang telah didapat dari beberapa penelitian sebelumnya
dengan kasus penelitian yang dilakukan oleh peneliti dalam penelitian ini.
5. Memperbaiki kembali proposisi yang sudah dibuat
Perbaikan proposisi pada kasus-kasus penelitian dilakukan dari awal ketika
membuat pernyataan teoritis, membandingkan dengan temuan-temuan
awal dan melihat apakah data yang telah diperoleh di lapangan sudah
sesuai dengan rumusan masalah yang dibuat sebelumnya. Sehingga data
lapangan lebih diutamakan daripada pernyataan teoritis yang sebelumnya
dibuat.
6. Membandingkan proses analisis dengan fakta dari kasus
Peneliti mencoba membandingkan proses analisis data dengan fakta di
lapangan untuk mencari kesesuaian antara pernyataan dengan fakta yang
ada. Pada tahap ini, fakta lapangan dapat membantu menjawab apakah
proses analisis yang dilakukan peneliti sudah sesuai dengan realitas atau
tidak.
7. Mengulangi proses analisis data supaya data yang didapat sesuai
dengan yang diperlukan. Hal ini dilakukan untuk mencari tahu apakah

data-data yang terkumpul telah memadai serta cukup untuk menjawab
rumusan masalah penelitian, sehingga dapat memudahkan peneliti
untuk melakukan pengolahan data dan menyelesaikan laporan hasil
penelitiannya.
K. Daftar Pustaka
Yoeti, Oka A.. 2010. Industri Pariwisata dan Peluang Kesempatan Kerja.
Jakarta : PT. Bumi Aksara
Putra, I Nyoman Darma. 2015. Pariwisata Berbasis Masyarakat Model
Bali. Denpasar: Buku Arti
Brahmanto Erlangga dkk, Strategi Pengembangan Kampung Batu
Malakasari Sebagai Daya Tarik Wisata Minat Khusus. Jurnal Media
Wisata. Volume 15. Nomor 2. November 2017
Ridwan, Muhammad. 2012. Perencanaan dan Pengembangan Pariwisata.
Jakarta: PT. Sofmedia
Sugiono. 2016. Cara Mudah Menyusun Skripsi, Tesis dan Disertasi.
Bandung : ALFABETA
Subagiyo, Rokhmat. 2017. Metode Penelitian Ekonomi Islam (Konsep dan
Penerapan). Jakarta : Alim’s Publishing Jakarta
Barthos, Basir. 2012. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT
Bumi Aksara
http://www.menlh.go.id/pengembangan-wisata-ramah-lingkunganberbasismasyarakat/
https://panritacikal.wordpress.com/2010/10/30/konsep-pengembanganekonomi-lokal-pel/