STRATEGI PENGEMBANGAN PARIWISATA MELALUI docx

SKRIPSI

Diajukan Untuk Menempuh Ujian Sarjana Pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya

HANNA TUA MARINA SIMAMORA NIM. 125020200111116 JURUSAN MANAJEMEN KONSENTRASI MANAJEMEN STRATEGI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2016

RIWAYAT HIDUP

Nama : Hanna Tua Marina Simamora Tempat dan Tanggal Lahir

: Jakarta, 8 Desember 1994

Jenis Kelamin

: Perempuan

Agama

: Kristen Protestan

Alamat Rumah : Perumahan Griya Timur Indah blok B4 no 1, Jatimulya, Bekasi Timur, Jawa Barat, 17510

Riwayat Pendidikan

Pendidikan Formal :

1. TK Kasih Bunda lulus tahun 2000

2. SD Santa Maria Monica, Bekasi lulus tahun 2006

3. SMP Mahanaim, Bekasi lulus tahun 2009

4. SMA Tarakanita 1, Jakarta lulus tahun 2012

Pendidikan non formal :

1. Kursus Bahasa Inggris LIA dari tahun 2009 – 2011

2. Kursus Bahasa Jerman di Goethe Institiut, Jakarta dari tahun 2010 – 2012

Pengalaman lain :

1. Ketua Panitia Natal PMK Maleakhi 2013

2. Sie Acara PMK Maleakhi periode 2013 – 2014

3. Koordinator Sie. Pemerhati PMK Maleakhi periode 2014 – 2015

4. Koordinator Trainer PKK Mahasiswa Baru FEB UB, Inspiration 2014

5. Singer di GBI Suropati dari tahun 2012 – sekarang

6. Sie Marketing GRTW 2013

7. Sie PDD Camp PMK Maleakhi dari tahun 2014 – 2015.

8. Sie Ticketing Harmonica 2013

9. Sie PDD Paskah PMK Maleakhi 2013

10. Kepala Departemen Junior Church GBI Suropati 2016

11. Koordinator Choir Natal GBI Suropati 2015

12. Koordinator Marketing LINTAS 6 LSME FEB UB 2014

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas kasih dan penyertaan-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ““STRATEGI PENGEMBANGAN PARIWISATA MELALUI EKOWISATA

PADA DAYA TARIK WISATA BOWELE, MALANG SELATAN ”

Adapun tujuan dari penyusunan skripsi ini adalah untuk memenuhi syarat dalam mencapai derajat Sarjana Eknonomi pada Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Brawijaya Malang.

Penulis menyadari bahwa aktivitas ini dapat berjalan dengan baik karena dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati dan rasa hormat, penulis menyampaikan terima kasih kepada :

1. Tuhan Yesus Kristus atas segala anugerah dan kasih karuniaNya yang begitu melimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Ibu Dr. Sumiati, S.E, M.Si., CSRS selaku Ketua Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis.

3. Bapak Bayu Ilham Pradana, SE., MM selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan ilmu, waktu dan kesabaran dalam membimbing penulis selama proses penyusunan skripsi.

4. Kedua orang tua dan adik tercinta yang selalu mendoakan, membantu, menyemangati, menghibur, dan selalu mendukung.

5. Frenky, Bastian, Peter, Kezia, Sifra, Grace, Yosua, Natali, Imei, Celine, Lisa, Angel, Revil, Imei dan Ricky, adik – adik Friend GBI Suropati yang telah rela begadang bersama peneliti, terus mendukung dan mendoakan peneliti.

6. Dalilah Hanan, Hayyu Nafiah, Atika Purnamaratri, Ieman Aji Ramadhani, Febra Detama, Iqbal Ibadhi, Muhammad Fakhri Rasyidi, Zahrul Fajri, Usman, Alman Dwi Putra, teman – teman konsestrasi manajemen strategi 2012 yang telah menemani, mendukung dan menjadi support system penulis.

7. Inang Nike, Samuel dan Fany teman – teman sepelayanan Gbi Suropati yang selalu mensuport dan telah membantu penulis dalam mengolah informasi.

8. Kak Yori, Angel, Inez, Henny, Ernita , teman – teman KTB Cantik yang sudah menjadi tempat sharing dan selalu mendoakan penulis.

9. Bapak Mohammad Shodiq, S.Pd,I selaku kepala Desa Purwodadi yang sudah berbaik hati memperbolehkan peneliti melakukan penelitian di Bowele.

10. Bapak Sidik Fajar yang sudah berbaik hati meluangkan waktu menemani peneliti dalam mewawancarai para informan.

11. Bapak Muklis yang sudah berbaik hati meluangkan waktu untuk menjawab pertanyaan – pertanyaan baik secara langsung, telepon dan whatsapp dari peneliti serta telah meminjamkan alat – alat snorkeling kepada peneliti selama penelitian.

12. Informan lainnya yang peneliti temui di Bowele Pak Kasembadan, Pak Harjo, Pak Madyo, Pak Carik, Pak Setyo dan Pak Dawud selaku kasi pemerintahan Kecamatan Tirtoyudo.

13. Bapak Johnson Sonaru selaku Kepala Bidang Jasa Sarana Wisata di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Malang

14. Ibu Lani Masruroh selaku Kepala Bidang Obyek Wisata Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Malang.

Penulis menyadari penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan dan kelemahan. Oleh karena itu, Penulis membuka diri untuk segala saran dan kritik yang membangun sehingga dapat menjadikan karya ini menjadi lebih baik. Penulis juga meminta maaf apabila terdapat kata – kata yang kurang berkenan terhadap pihak – pihak tertentu. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak.

Malang, Agustus 2016

Hanna Tua Marina Simamora

BAB V PEMBAHASAN

5.1 Siapakah yang berperan sebagai pengambil keputusan

strategis pengembangan wisata di Bowele ?

5.1.1 Kesimpulan Analisis Pengelolaan :

Konflik internal pengelola menyebabkan kualitas jasa ekowisata yang diberikan belum intensif

A. Komunikasi dan Networking yang kurang baik ….. 109

B. Tidak Memahami Peran Para Stakeholder Terkait

C. Kemampuan Kepemimpinan Kepala Daerah Perlu Ditingkatkan

5.1.2 Kesimpulan Analisis Pengelolaan :

Pemasaran wisata di Bowele adalah promosi ……… 119

A. Segmenting, Targeting dan Positioning Bowele .. 119

B. Bauran Pemasaran Jasa ……………………….. 121

5.1.3 Kesimpulan dari Analisis Pengembangan : Strategi diferensiasi dipilih untuk mengatasi konflik yang terjadi …………………………………. 124

5.1.4 Kesimpulan Analisis Pengembangan : Rencana pengembangan di wilayah ini mengikuti mekanisme pasar ……………………….. 127

A. Rencana Pengembangan di Bowele Seharusnya Mengikuti Prinsip Ekowisata ……… 128

B. Sarana dan Prasarana di Bowele Cukup Sesuai dengan Prinsip Ekowisata akan tetapi Pengelola Ekowisata Bowele Belum Menyadarinya ………………………………….. 130

5.1.5 Jawaban Rumusan Masalah :

Pengambil Keputusan di Bowele adalah seharusnya Manajemen Tingkat Ekosistem, Pemerintah Desa ………………………………….. 132

5.2 Bagaimana prinsip – prinsip ekowisata telah diterapkan dalam pengelolaan ekowisata di Bowele ? …… 133

5.2.1 Kesimpulan dari Analisis Objek dan

Daya Tarik Wisata : Objek dan daya tarik wisata di Bowele ini unik …………………………………. 133

5.2.2 Kesimpulan dari Analisis Kemasyarakatan dan Pemberdayaan Masyarakat : Pengembangan kemampuan penduduk lokal belum maksimal karena belum semua masyarakat peduli terhadap wisata …… 134

5.3 Bagaimanakah ekowisata Bowele ini dapat menjadi pariwisata yang berkelanjutan ? ……………….. 138

5.4 Implikasi Penelitian ……………………………………… 141

5.5 Keterbatasan Penelitian …………………………………. 143

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan ………………………………………... 145

6.2 Saran ………………………………………... 147

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………….................. 148 LAMPIRAN

……………………………………………………………. 152 TRANSKRIP WAWANCARA

…………………………………………... 164

DAFTAR TABEL NO JUDUL TABEL HALAMAN

2.1 Penelitian Terdahulu

27

2.2 Sumber Daya Minat Khusus

66

4.1 Daftar Biaya yang Harus Dikeluarkan Oleh Wisatawan

73

4.2 Daftar Informan Yang Diwawancarai

DAFTAR GAMBAR NO JUDUL GAMBAR HALAMAN

18

2.1 Proses Manajemen Strategi

34

2.2 Hubungan antara Sustainable Tourism dengan Ecotourism

43

2.3 Kerangka Pemikiran

57

4.1 Peta Wilayah Desa Purwodadi

58

4.2 Desa Purwodadi dari atas

62

4.3 Banyu Anjlok

62

4.4 Goa Lowo

62

4.5 Pulau Gadung

63

4.6 Beberapa Obyek Wisata Lainnya

64

4.7 Kegiatan Snorkeling di Teluk Kletakan

64

4.8 Camping di Bolu – Bolu

64

4.9 Sunrise dan Sunset di Bolu – Bolu

65

4.10 Atraksi Wisata Lainnya

72

4.11 Beberapa Kondisi Fisik Desa Purwodadi

97

4.12 Rumah makan pinggir pantai

98

4.13 Potensi Camping di Bowele

99

4.14 Beberapa Potensi Hasil laut di Bowele

4.15 Beberapa kegiatan budaya di Bowele 101

DAFTAR BAGAN

NO

JUDUL BAGAN

HALAMAN

59

4.1 Struktur Organisasi & Tata Pemerintahan Desa Purwodadi

“STRATEGI PENGEMBANGAN PARIWISATA MELALUI EKOWISATA PADA DAYA TARIK WISATA BOWELE, MALANG SELATAN”

Disusun Oleh :

Hanna Tua Marina Simamora

Dosen Pembimbing :

Bayu Ilham Pradana, SE., MM. ABSTRAKSI

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh fenomena pengembangan pariwisata untuk menarik minat berkunjung wisatawan diikuti oleh adanya pembangunan daerah destinasi pariwisata dan pertukaran budaya. Kontrol dari pihak pengelola wisata menjadi hal yang penting. Wana Wisata Bowele menerapkan ekowisata sebagai strategi pengembangan wisatanya. Oleh karena itu, Penulis tertarik untuk mengetahui bagaimana implementasi ekowisata sebagai strategi pengembangan wisata di Wana Wisata Bowele, Desa Purwodadi, Kecamatan Tirtoyudo, Malang Selatan. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Pengumpulan data menggunakan teknik purposive dan snowball sampling. Proses pengumpulan data dilakukan dengan wawancara 7 orang tahap pertama, 5 orang tahap kedua dan 2 orang tahap ketiga dan juga mewawancarai para wisatawan. Teknik analisis data menggunakan teknik reduksi data dan teknik coding .

Temuan dari penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan ekowisata ditempat ini belum sepenuhnya berjalan. Hal tersebut terlihat dari produk (materi, akomodasi dan souvenir) belum mencerminkan khasanah lokal dan manajemen ekowisata bowele yang belum memikirkan kelangsungan ekologi jangka panjang serta permasalahan internal yang membuat jasa ekowisata di tempat ini belum intensif. Akan tetapi, Penelitian ini menemukan bahwa strategi diferensiasi dari Michael Porter’s five generic strategies dapat dipergunakan untuk menyelesaikan konflik internal.

Kata Kunci : Ekowisata, Strategi Diferensiasi, Wana Wisata Bowele

“TOURISM DEVELOPMENT STRATEGY THROUGH ECOTOURISM AT BOWELE, SOUTH MALANG”

By :

Hanna Tua Marina Simamora

Supervisor :

Bayu Ilham Pradana, SE., MM.

This research is motivated by tourism development phenomenon to attract visiting tourists, followed by the regional development of tourism destinations and cultural exchange. Control of the local tourism manager or operator becomes important. Bowele implements ecotourism as tourism development strategy. Therefore, the authors are interested to know how the implementation of eco-tourism as a development strategy in Bowele, Purwodadi, District Tirtoyudo, South Malang. This study used descriptive qualitative method. Collecting data using purposive and snowball sampling. The process of data collection was done by interviewing 7 the first stage, second stage 5 and 2 third stage and also interviewed 20 tourists. Data were analyzed using data reduction techniques and coding techniques.

Findings from this study indicate that the implementation of ecotourism in this place has not been fully implemented. It is seen from the products (materials, accommodation and souvenirs) do not reflect the local culture and long-term sociological sustainability hasn‟t been thought by the Bowele‟s ecotourism

management or operator as well as internal problems that make ecotourism service at this place was not intensive. However, this study found that the differentiation strategy of Michael Porter's five generic strategies can be used to resolve internal conflicts.

Keywords: Ecotourism, Differentiation Strategy, Bowele

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Negara Kesatuan Republik Indonesia memiliki 17.504 pulau, dengan 13.466 pulau telah memiliki nama dan terdaftar di PBB, dan 11.799 pulau (87,64%) di antaranya tidak berpenduduk. Indonesia juga dikenal sebagai salah satu negara dengan pulau terbanyak di dunia karena memiliki 17.504 pulau. NKRI memiliki wilayah laut yang luasnya sampai 5,8 juta kilometer persegi dengan panjang garis pantai 99.093 kilometer. Oleh karena itu Indonesia memiliki potensi besar untuk memiliki daya dukung kemaritiman yang kuat (Bappenas, 2014).

Potensi besar kemaritiman yang ada di Indonesia tersebut disambut baik oleh pemerintah dan dituangkan dalam bentuk arahan pembangunan jangka menengah nasional. Percepatan pembangunan wilayah kelautan merupakan salah satu tantangan pembangunan di Indonesia sebagai mana yang tertuang dalam Di dalam Buku I Agenda Pembangunan Nasional RPJMN 2015 – 2019. Percepatan pembangunan wilayah kelautan di Indonesia tersebut bertujuan untuk menjadikan Indonesia sebagai poros maritim dunia. Untuk menjadi poros maritim dunia, Banyak hal yang harus diperbaiki dan dirintis oleh pemerintah Indonesia.

Hal – hal yang harus diperbaiki dan dirintis itu terkait dengan pengembangan industri kelautan, industri perikanan, perniagaan laut dan peningkatan pendayagunaan potensi laut dan dasar laut bagi kesejahteraan rakyat Indonesia. Sejalan dengan itu, Hal – hal yang harus diperbaiki dan dirintis itu terkait dengan pengembangan industri kelautan, industri perikanan, perniagaan laut dan peningkatan pendayagunaan potensi laut dan dasar laut bagi kesejahteraan rakyat Indonesia. Sejalan dengan itu,

Dengan melihat kondisi geografis serta didukung dengan banyaknya pulau di Indonesia, potensi wisata yang dapat dikembangkan di Indonesia adalah pariwisata alam. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional mencatat bahwa potensi pariwisata kepulauan ( archipelago) di Indonesia mencapai Rp 4.000 Triliun (Dietrich, 2014). Oleh karena pariwisata kepulauan tersebut sangat erat hubungannya dengan luas perairan di Indonesia, maka potensi pariwisata bahari di Indonesia menjadi sangat potensial. Wisata bahari bahkan dapat menjadi aset utama karena sebagian besar wilayah Nusantara adalah laut. Namun, pariwisata tidak mungkin berdiri sendiri, butuh dukungan instansi dan sektor lain (Triana, 2016).

Pariwisata dalam pengembangannya memang perlu dukungan dari berbagai pihak. Dalam memberikan layanan wisata, tentu diperlukan adanya akses yang mudah, layanan yang memuaskan, objek atau atraksi wisata yang dapat dinikmati, serta tempat – tempat akomodasi yang sesuai dengan keinginan para wisatawan. Oleh karenanya, Pariwisata dapat menciptakan mata rantai industri di berbagai sektor, baik barang maupun jasa. Seperti industri perhotelan dan losmen, souvenir yang dikembangkan melalui industri kreatif kecil dan menengah, industri biro perjalanan ( tour and travel agency ), dan lain sebagainya. Mengingat betapa strategisnya sektor Pariwisata dalam pengembangannya memang perlu dukungan dari berbagai pihak. Dalam memberikan layanan wisata, tentu diperlukan adanya akses yang mudah, layanan yang memuaskan, objek atau atraksi wisata yang dapat dinikmati, serta tempat – tempat akomodasi yang sesuai dengan keinginan para wisatawan. Oleh karenanya, Pariwisata dapat menciptakan mata rantai industri di berbagai sektor, baik barang maupun jasa. Seperti industri perhotelan dan losmen, souvenir yang dikembangkan melalui industri kreatif kecil dan menengah, industri biro perjalanan ( tour and travel agency ), dan lain sebagainya. Mengingat betapa strategisnya sektor

Indonesia sebagai negara berkembang memiliki banyak destinasi pariwisata yang belum memiliki infrastruktur wisata yang memadai. Selain itu, masih banyak objek wisata bahari di Indonesia masih merupakan daerah yang belum terjamah (masih terjaga keasriannya). Sehingga, Pengembangan pariwisata di Indonesia seharusnya memiliki arah, konsep yang jelas dan sesuai dengan keunikan masing – masing daerah. Pengembangan pariwisata di negara berkembang sering dikaitkan dengan Ekowisata (Mariangela et al.,2008). Hal tersebut dikarenakan pada umumnya

di negara berkembang, pariwisata masih pada fase awal dari 1 Tourist Area Life Cycle. Dimana pada tahap awal tersebut, masih pada tahap exploration dan involvement ,

daya tarik wisata masih tahap eksplorasi atau sudah memasuki tahap pelibatan masyarakat sekitar. Ekowisata dapat membawa nuansa yang berbeda keunikan dari setiap daerah tujuan wisata dalam hal pengembangannya. Menurut Blamey dalam Mariangela et al.,(2008) teridentifikasi tiga kondisi fundamental untuk penyelenggaraan ekowisata yakni atraksi atau daya tarik wisata lazimnya berbasis alam, terdapat unsur mendidik antara wisatawan dengan atraksi wisata, pengembangan daya tarik wisata dan atraksi wisata harus dikelola dengan cara yagn menjamin ekologi, sosial budaya, ekonomi serta unsur berkelanjutan. Oleh karena Pengembangan pariwisata bahari di Indonesia masih pada fase awal dari tourism life cycle dan pada umumnya masih belum memiliki infrastruktur yang memadai untuk

1 Tourist Area Life Cycle adalah posisi destinasi suatu pariwisata yang disesuaikan dengan alur siklus kehidupan destinasi pariwisata dan berguna untuk penentuan program pembangunan, pemasaran dan

sasaran pembangunan pariwisata yang tepat.

kegiatan – kegiatan wisata, maka ekowisata dapat dijadikan strategi untuk mengembangkan pariwisata bahari di Indonesia. Ekowisata dapat diterapkan di Indonesia karena dalam pelaksanaannya ekowisata akan membawa dampak lingkungan yang minimal, menghargai budaya di masing – masing daya tarik wisata, keuntungan ekonomi yang maksimal pada daerah tujuan wisata, dan kepuasan rekreasi yang maksimal bagi turis – turis yang berpartisipasi (Mariangela et. al., 2008).

Salah satu daerah yang sudah menerapkan ekowisata sebagai strategi pengembangan pariwisatanya adalah Daya Tarik Wisata Bowele. DTW Bowele terletak di Desa Purwodadi, Kecamatan Tirtoyudo, Kabupaten Malang. Bowele merupakan singkatan dari Bolu – Bolu, Wedi Awu dan Lenggoksono. Pada DTW Bowele, para wisatawan umumnya dapat melakukan wisata beach hoping dari Pantai Lenggoksono, Pulau Bolu – Bolu,Teluk Kletakan dan akhirnya ke Banyu Anjlok. Di ke empat spot ini, Wisatawan dapat melakukan olah raga air seperti selancar air di Pantai Lenggoksono, snorkeling di Teluk Kletakan dan merasakan sensasi bermain air yang segar di Banyu Anjlok. Untuk daerah Wedi Awu, para pengelola wisata di kawasan ini tidak terlalu mempublikasikan kawasan ini. Kawasan ini termasuk dalam kawasan soft tourism , dimana kunjungan wisata agak sedikit dibatasi. (keterangan dari pak muklis). Untuk pengelolaannya, sudah ada penyewaan alat – alat snorkeling , penyewaan papan surfing , tranportasi kapal tradisional, rumah makan, homestay dan sudah terdapat tourism information center (TIC).

Daya Tarik Wisata Bowele sudah memasuki fase involvement dari tourist area life cycle . Fase Involvement suatu daya tarik wisata adalah fase dimana para pengelola Daya Tarik Wisata Bowele sudah memasuki fase involvement dari tourist area life cycle . Fase Involvement suatu daya tarik wisata adalah fase dimana para pengelola

Selain itu tujuan para pengelola daya tarik wisata Bowele, kelompok masyarakat sadar wisata (pokdarwis) dan lembaga desa wisata (ladesta), memilih ekowisata sebagai strategi pengembangan daerah ini karena mereka menginginkan daerah Bowele ini tetap bersih dan lestari. Pengembangan wisata yang dirintis oleh kedua lembaga binaan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Malang ini berdampak minimal terhadap kerusakan alam atau lingkungan. Pengelola ekowisata ini juga mengharapkan adanya kontribusi wisatawan untuk pelestarian lingkungan. Berdasarkan pemaparan di atas, dapat dilihat bahwa ekowisata sejalan dengan pemikiran para perintis dan pengembang wisata Bowele.

Sebuah pengembangan pariwisata pada umumnya bertujuan supaya daya tarik wisata tersebut dapat menarik minat berkunjung wisatawan. Jika sudah banyak pengunjung yang berkunjung tentunya pembangunan daerah destinasi pariwisata tersebut menjadi agenda wajib para pengelola wisata dan dinas pemerintah terkait. Akan tetapi, Pengembangan pariwsata bak dua sisi mata uang. Satu sisi, pengembangan pariwisata dapat memberikan sumbangsih terhadap pembangunan Sebuah pengembangan pariwisata pada umumnya bertujuan supaya daya tarik wisata tersebut dapat menarik minat berkunjung wisatawan. Jika sudah banyak pengunjung yang berkunjung tentunya pembangunan daerah destinasi pariwisata tersebut menjadi agenda wajib para pengelola wisata dan dinas pemerintah terkait. Akan tetapi, Pengembangan pariwsata bak dua sisi mata uang. Satu sisi, pengembangan pariwisata dapat memberikan sumbangsih terhadap pembangunan

Banyaknya kunjungan wisatawan tentunya menghasilkan semakin banyaknya kebutuhan yang harus tersedia, contoh kecilnya adalah makanan. Tidak sedikit wisatawan membawa makanan yang sudah dikemas, apabila lokasi daya tarik wisata tidak dilengkapi dengan fasilitas tempat sampah yang memadai dan cara pengelolaan sampah yang benar, alhasil daya tarik wisata tersebut dapat menimbun banyak sampah. Pengembangan pariwisata juga yang menjadi sebab meretasnya fenomena gaya hidup ala barat di berbagai sudut kota di Indonesia, terutama daerah-daerah tujuan parwisata.

Jika hal tersebut dibiarkan terjadi, tanpa adanya kontrol dari pengelola wisata, pemerintah daerah bahkan masyarakat lokal, terjadinya degradasi budaya lokal sungguh sangat besar peluangnya.

Oleh karena itu, Penulis tertarik untuk mengetahui bagaimana implementasi strategi pengembangan wisata melalui ekowisata pada daya tarik wisata Bowele. Dampak negatif pengembangan pariwisata yang telah disebutkan di atas, apakah sudah menjadi perhatian dari pengelola wisata di tempat ini, dan bagaimana para pengelola pariwisata di tempat ini menciptakan suatu pengembangan pariwisata yang berkelanjutan untuk daya tarik wisata di Bowele.

Berdasarkan berbagai macam latar belakang yang telah penulis ungkapkan di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti daya tarik wisata Bowele dengan judul “STRATEGI PENGEMBANGAN PARIWISATA MELALUI EKOWISATA

PADA DAYA TARIK WISATA BOWELE, MALANG SELATAN”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka permasalahan yang akan diangkat pada penelitian ini yakni :

1. Siapakah yang berperan sebagai pengambil keputusan strategis pengembangan wisata di Bowele ?

2. Bagaimana prinsip – prinsip ekowisata telah diterapkan dalam pengelolaan ekowisata di Bowele ?

3. Bagaimanakah ekowisata Bowele ini dapat menjadi pariwisata yang berkelanjutan ?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

a) Untuk mengetahui pihak – pihak yang berperan dalam pengambilan keputusan strategis untuk mengembangkan pariwisata di Bowele.

b) Untuk mengetahui seberapa jauh prinsip ekowisata telah diterapkan dalam pengelolaan wisata di Bowele.

c) Untuk mengemukakan peningkatan penerapan prinsip – prinsip ekowisata guna menciptakan suatu pengembangan pariwisata yang berkelanjutan untuk daya tarik wisata di Bowele.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat atau kontribusi teoritis dan praktis. Adapun manfaat yang diharapkan dapat diberikan melalui penelitian ini :

1. Manfaat Teoritis

Dapat menyumbangkan pemikiran terkait dengan realita pengembangan pariwisata yang terjadi di Daya Tarik Wisata Bowele.

2. Manfaat Praktis

A. Bagi Peneliti

a) Penelitian ini sebagai wadah bagi peneliti untuk mengembangkan pengetahuan dan wujud ketertarikan serta bakti peneliti untuk mengembangkan potensi Kabupaten Malang, khususnya di bidang pariwisata.

b) Penelitian ini sebagai wadah bagi peneliti untuk menggali teori Manajemen Strategi yang dapat diterapkan di berbagai disiplin ilmu.

c) Sebagai syarat kelulusan program sarjana dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya.

B. Bagi Pembaca

a) Penelitian ini diharapkan memberikan gambaran kepada pembaca terkait penerapan ekowisata yang dapat menjadi jawaban atas pengembangan pariwisata di Indonesia.

b) Membantu para pembaca dalam mencari teori guna membahas permasalahan yang sama.

C. Bagi Objek yang diteliti Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan evaluasi terkait terkait pengembangan wisata yang selama ini telah dijalankan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Dalam hal ini peneliti mengambil beberapa jurnal internasional dan jurnal nasional sebagai acuan untuk penulisan ini :

Tabel 2.1 Penelitian terdahulu

No Judul

Peneliti

Tahun Hasil

Penelitian ini menemukan Desa wisata

a. Pengembangan

Ayu Kartika,

bahwa dalam sebagai

Fakultas Ilmu

pengembangan desa wisata perwujudan

Administrasi

terdapat lima aspek yaitu ekowisata berbasis Brawijaya

Universitas

pemasaran yang spesifik masyarakat

menuju tujuan wisata, ( community based

keterampilan dan layanan ecotourism ) di

kepada pengunjung secara Kota Batu

intesnif, keterlibatan penduduk lokal, kebijakan pemerintah serta pengembangan kemampuan penduduk lokal.

b. Keunggulan

Dengan metodologi bersaing pada

Farid

fenomenologi, ditemukan petani bunga

Masruhuddin,

bahwa keunggulan bersaing mawar, Desa

Fakultas Ekonomi

dari petani bunga mawar, Gunungsari, Kota

dan Bisnis

Desa Gunungsari, Kota batu Batu

Universitas

Brawijaya

adalah merupakan sentra produksi mawar terbesar di Indonesia, memiliki varietas bunga mawar yang beragam, memiliki jaringan distribusi yang tersebar di berbagai kota, kondisi alam Kota Batu yang mendukung, adanya dukungan dari dinas Pertanian, pengembangan agrowisata, adanya dukungan pemerintah Kota

Batu,

Peneltian ini menemukan ecotourism

c. Typology of the

Hassan

bahwa Ekowisata development

Mohammadian

merupakan salah satu approach and an

Mosammam,

bentuk pariwsata yang tidak evaluation

Mozaffar Sarrafi,

hanya berarti perjalanan ke from the

Jamileh Tavakoli

alam, tetapi juga merupakan sustainability

Nia, Saman

sebuah kegiatan wisata yang view: The case of

Heidari, Journal

berupaya untuk menciptakan Mazandaran

of Tourism

Perspective

hubugan yang seimbang Province, Iran antara manusia, alam dan masyarakat lokalnya serta para wisatawan. Akan tetapi kegagalan yang terjadi di banyak negara berkembang untuk menerapkan ekowisata ini dikarenakan negara – negara ini gagal untuk mengindentifikasi perkembangan ekowisata terkini. Hal tersebut yang terjadi di provinsi Mazandaran Iran, pengembangan ekowisata di sini gagal untuk menjadi pariwisata yang berkelanjutan. Dikarenakan para pengelola wisata disini salah melakukan pendekatan.

d. Contextualising

2015. Penelitian ini menemukan the meaning of

Patrick Brandful

bahwa pemahaman ecotourism

Cobbinah, School

of Environmental

masyarakat Kakum

Sciences, Institute

Conservation Area masih

for Land Water

terbatas terhadap ekowisata

and Society,

dan tercermin melalui tidak

Charles Sturt

adanya upaya untuk

University,

menafsirkan ekowisata di Ghana, dalam hal mengembangkan strategi atau kebijakan lokal.Meskipun demikian, Tidak adanya kebijakan ekowisata, penelitian ini menafsirkan ekowisata di Ghana, dalam hal mengembangkan strategi atau kebijakan lokal.Meskipun demikian, Tidak adanya kebijakan ekowisata, penelitian ini

e. Strategy

Penelitian ini membahas Implementation in

Harald Pechlaner 2002

tentang ketidaksejalanan the Alpine Tourism Sauerwein,

dan Elmar

antara strategi yang telah Industry

International

dirumuskan dengan

Journal of

implementasi dari strategi

Contemporary

tersebut pada Alpine Region

Hospitality

South Tyrol. Penelitian ini

Management,

menjelaskan hubungan saling ketergantungan setiap elemen manajemen strategis terhadap visi untuk diimplementasikan dan pada saat yang sama menjelaskan hambatan dan sumber resistensi terhadap perubahan di organisasi pariwisata.

f. Potensi

Danau Rawa Pening Pengembangan

Dhayita Rukti

memiliki potensi yang Ekowisata

Tanaya dan Iwan

cukup baik untuk Berbasis

Rudiarto

dikembangkan sebagai Masyarakat di

kawasan ekowisata berbasis Kawasan Rawa

masyarakat, karena tidak Pening, Kabupaten

hanya memiliki sumberdaya Semarang

wisata berupa wisata alam dan budaya, namun juga memiliki sum-berdaya masyarakat yang potensial untuk di-berdayakan dalam kegiatan wisata tersebut.

Sumber : Dikembangkan dari beberapa jurnal

a) Penelitian Kartika (2015) ini mengambil rumusan masalah tentang pengembangan desa wisata sebagai perwujudan ekowisata berbasis masyarakat, apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam pengembangan desa wisata. Yang memiliki tujuan untuk mengetahui a) Penelitian Kartika (2015) ini mengambil rumusan masalah tentang pengembangan desa wisata sebagai perwujudan ekowisata berbasis masyarakat, apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam pengembangan desa wisata. Yang memiliki tujuan untuk mengetahui

b) Penelitian Masruhuddin (2013) ini menggunakan metodologi fenomenologi dengan menggunakan model interaktif Miles dan Huberman. Temuan dari penelitian ini adalah keunggulan bersaing dari petani bunga mawar, Desa Gunungsari, Kota batu adalah merupakan sentra produksi mawar terbesar di Indonesia, memiliki varietas bunga mawar yang beragam, memiliki jaringan distribusi yang tersebar di berbagai kota, kondisi alam Kota Batu yang mendukung, adanya dukungan dari dinas Pertanian, pengembangan agrowisata, adanya dukungan pemerintah Kota Batu.

c) Penelitian Mosammam et.al., (2016) ini merupakan penelitian berbasis survey dimana data – datanya diperoleh dari dokumentasi dan studi lapangan. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan tipologi pendekatan pembangunan ekowisata dan evaluasi keberlanjutan ekowisata dari perspektif masyarakat lokal. Untuk tujuan pertama digunakan kuesioner close end question dengan menggunakan skala likert. Untuk tujuan kedua, peneltian literatur dilakukan dan ditemukan empat indikator lalu dilakukan

kuesioner terstruktur ke enam kota di provinsi Mazandaran. Penelitian ini mengemukakan bahwa Ekowisata merupakan salah satu bentuk pariwsata yang tidak hanya berarti perjalanan kea lam, tetapi juga merupakakn sebuah kegiatan wisata yang berupaya untuk menciptakan hubugan yang seimbang antara manusia, alam dan masyarakat lokalnya serta para wisatawan. Akan tetapi kegagalan yang terjadi di banyak negara berkembang untuk menerapkan ekowisata ini dikarenakan negara – negara ini gagal untuk mengindentifikasi perkembangan ekowisata terkini. Hal tersebut yang terjadi di provinsi Mazandaran Iran, pengembangan ekowisata di sini gagal untuk menjadi pariwisata yang berkelanjutan. Dikarenakan para pengelola wisata disini salah melakukan pendekatan.

d) Penelitian Cobbinah (2015) ini membahas seberapa jauh pemahaman masyarakat Kakum Conservation Area , Ghana terhadap ekowisata. Temuan dari penelitian ini berdasarkan hasil wawancara menunjukkan bahwa pemahaman masyarakat Kakum Conservation Area masih terbatas terhadap ekowisata dan tercermin melalui tidak adanya upaya untuk menafsirkan ekowisata di Ghana, dalam hal mengembangkan strategi atau kebijakan lokal. Demikian, meskipun tidak ada kebijakan ekowisata, penelitian ini menunjukkan bahwa tujuan ekowisata yang tercantum dalam rencana pariwisata nasional Ghana belum dilaksanakan secara sebagaimana mestinya.

e) Penelitian Pechlaner dan Sauerwein (2002) ini membahas tentang ketidaksejalanan antara strategi yang telah dirumuskan dengan

implementasi dari strategi tersebut pada Alpine Region South Tyrol. Penelitian ini menjelaskan hubungan saling ketergantungan setiap elemen manajemen strategis terhadap visi untuk diimplementasikan dan pada saat yang sama menjelaskan hambatan dan sumber resistensi terhadap perubahan di organisasi pariwisata. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa South Tyrol merupakan contoh konkrit permasalahan yang timbul dari ketidaktaatan pada proses manajemen strategis. Akibatnya banyak proyek yang bernilai penting dan diperlukan dalam proses perumusan masterplan tidak dilaksanakan. Masalah terbesarnya adalah meskipun semua orang memegang peranan penting dalam pengembangan pariwisata di wilayah ini tahu tujuan, mereka tidak tahu konsekuensi yang mungkin timbul dalam proses pelaksanaannya.

f) Tanaya dan Rudiarto (2014) ini berbicara mengenai upaya pengembangan pedesaan melalui sektor pariwisata di Rawa Pening, Kabupaten Semarang, yang tidak hanya menyuguhkan sumber daya wisata yang alami, namun juga berkontibusi terhadap konservasi lingkungan, dan masyarakat sebagai pengendali utama dalam pengembangannya. Menggunakan lima jenis analisis yakni analisis objek dan daya tarik wisata, analisis kemasyarakatan, analisis pengelolaan dan analisis pemberdayaan masyarakat. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa desa sekitar Rawa Pening ini mempunyai potensi pemandangan alam, pemancingan, wisata religi, kerajinan, kesenian dae-rah, wisata budaya, kuliner, serta area rekreasi menjadikan kawasan tersebut memiliki kera-gaman sumber daya f) Tanaya dan Rudiarto (2014) ini berbicara mengenai upaya pengembangan pedesaan melalui sektor pariwisata di Rawa Pening, Kabupaten Semarang, yang tidak hanya menyuguhkan sumber daya wisata yang alami, namun juga berkontibusi terhadap konservasi lingkungan, dan masyarakat sebagai pengendali utama dalam pengembangannya. Menggunakan lima jenis analisis yakni analisis objek dan daya tarik wisata, analisis kemasyarakatan, analisis pengelolaan dan analisis pemberdayaan masyarakat. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa desa sekitar Rawa Pening ini mempunyai potensi pemandangan alam, pemancingan, wisata religi, kerajinan, kesenian dae-rah, wisata budaya, kuliner, serta area rekreasi menjadikan kawasan tersebut memiliki kera-gaman sumber daya

2.2 Manajemen Strategi

2.2.1 Strategi

Berdasarkan Kamus Webster‟s New World dalam Fred R David (2015), Strategi adalah The science of planning and directing large-scale military operations, of

maneuvering forces into the most advantageous position prior to actual engagement with the enemy. Bila diterjemahkan secara bebas ke bahasa Indonesia, maka yang dimaksudkan dengan Strategi adalah ilmu dari perencanaan dan pengarahan skala operasi militer yang besar, dalam hal memanuver pasukan ke posisi paling menguntungkan sebelum berhadapan langsung dengan musuh.

Mengapa kata strategi memiliki bersangkutpaut dengan militer ? Hal tersebut

dikarenakan, asal kata strategi berasal dari bahasa Yunani “strategos” yang secara umum berarti militer. Kata tersebut merupakan kombinasi dari kata “stratos” yang artinya tentara dan “ago” artinya untuk memimpin.

Sejarah dari perencanaan strategi dimulai dalam kemiliteran. Tujuan utama dari adanya strategi di kedua bidang yakni kemiliteran dan bisnis adalah untuk meraih keunggulan kompetitif. Baik organisasi bisnis maupun kemiliteran mencoba untuk menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk mengungguli kelemahan dari pesaing. Perbedaan utama antara strategi militer dan bisnis bahwa strategi bisnis itu diformulasikan, diimplementasikan, dan dievaluasi berdasarkan Sejarah dari perencanaan strategi dimulai dalam kemiliteran. Tujuan utama dari adanya strategi di kedua bidang yakni kemiliteran dan bisnis adalah untuk meraih keunggulan kompetitif. Baik organisasi bisnis maupun kemiliteran mencoba untuk menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk mengungguli kelemahan dari pesaing. Perbedaan utama antara strategi militer dan bisnis bahwa strategi bisnis itu diformulasikan, diimplementasikan, dan dievaluasi berdasarkan

2.2.2 Definisi Manajemen Strategi

Menurut Hunger dan Wheelen (2015), manajemen strategi adalah seperangkat keputusan dan tindakan manajerial yang menentukan kinerja perusahaan jangka panjang. Menurut David (2015), manajemen strategis dapat didefinisikan sebagai seni dan ilmu merumuskan, melaksanakan, dan mengevaluasi keputusan lintas fungsional (integrasi manajemen pemasaran, keuangan dan akuntansi, produksi dan operasi, penelitian dan pengembangan, dan sistem informasi) yang memungkinkan suatu organisasi untuk mencapai tujuannya. Hitt et al., (2015) menjelaskan bahwa manajemen strategis pada hakikatnya adalah serangkaian penuh komitmen, keputusan dan tindakan yang diperlukan oleh sebuah perusahaan untuk mencapai daya saing strategis dan menghasilkan di atas rata – rata. Dapat disimpulkan, manajemen strategi adalah sebuah seni dan ilmu merumuskan, melaksanakan, mengevaluasi keputusan lintas fungsional sehingga kinerja perusahaan dapat dipantau, daya saing strategis dapat dicapai melalui komitmen seluruh pemangku kepentingan perusahaan guna mencapai tujuan perusahaan.

2.2.3 Tingkatan Strategi

Strategi dari sebuah perusahaan membentuk sebuah master plan yang menyeluruh yang menyatakan bagaimana perusahaan tersebut mencapai misi dan sasarannya. Master plan tersebut akan memaksimilisasi keunggulan kompetitif dan Strategi dari sebuah perusahaan membentuk sebuah master plan yang menyeluruh yang menyatakan bagaimana perusahaan tersebut mencapai misi dan sasarannya. Master plan tersebut akan memaksimilisasi keunggulan kompetitif dan

a) Strategi Korporat yang menjelaskan arah keseluruha perusahaan dalam hal sikap perusahaan tehadap pertumbuhan dan manajemen berbagai bisnis perusahaan serta lini produk.

b) Strategi Bisnis yang biasanya berlangsung di dalam unit bisnis atau level produ dan menekankan pada pengembangan dari posisi kompetitif sebuah produk atau jasa perusahaan dalam segmen pasar yang dilayani oleh unit bisnis perusahaan tersebut.

c) Strategi fungsional adaah sebuah pendekatan yang dilakukan oleh manajemen fungsionl untuk mendapatkan sasaran perusahaan dan unit bisnis dan sebuah strategi untuk memaksimalkan produktivitas sumber daya.

Perusahan bisnis menggunakan ketiga tipe strategi ini secara berkesinambungan.

2.2.4 Proses Manajemen Strategi

Menurut David (2015), Proses manajemen strategi terdiri dari tiga tahap yakni perumusan strategi, implementasi strategi, dan evaluasi strategi. Yang termasuk ke dalam perumusan strategi adalah pengembangan visi dan misi, identifikasi peluang eksternal organisasi dan ancaman, menentukan internal organiasi (kekuatan dan kelemahan), menetapkan tujuan jangka panjang, menghasilkan strategi alternatif, dan memilih strategi tertentu untuk dijalankan. Pendapat yang dikemukakan David ini tak jauh berbeda dengan apa yang Menurut David (2015), Proses manajemen strategi terdiri dari tiga tahap yakni perumusan strategi, implementasi strategi, dan evaluasi strategi. Yang termasuk ke dalam perumusan strategi adalah pengembangan visi dan misi, identifikasi peluang eksternal organisasi dan ancaman, menentukan internal organiasi (kekuatan dan kelemahan), menetapkan tujuan jangka panjang, menghasilkan strategi alternatif, dan memilih strategi tertentu untuk dijalankan. Pendapat yang dikemukakan David ini tak jauh berbeda dengan apa yang

Gambar 2.1 Proses Manajemen Strategi

Sumber : Hunger dan Wheelen, 2015, Strategic Management and Business Policy : Toward Global Sustainability, New Jersey : Pearson Education Inc (h.43)

2.2.5 Lima Strategi Umum Michael Porter

Porter dalam David (2015) menyebutkan untuk meningkatkan keunggulan bersaing dari perusahaan, terdapat tiga dasar dari strategi umum yakni cost

leadership, differentiation dan focus. Porter meyebut dasar – dasar ini sebagai strategi umum. Cost leadership menekankan pada produksi produk yang

terstandardisasi pada tingkat harga per unit yang sangat rendah untuk para konsumen yang sangat sensitif terhadap harga. Strategi cost leadership ini terdapat dua tipe alternative strategi yakni low cost strategy dan best value strategy. Low cost strategy menawarkan produk atau jasa untuk range pelanggan yang besar terstandardisasi pada tingkat harga per unit yang sangat rendah untuk para konsumen yang sangat sensitif terhadap harga. Strategi cost leadership ini terdapat dua tipe alternative strategi yakni low cost strategy dan best value strategy. Low cost strategy menawarkan produk atau jasa untuk range pelanggan yang besar

Differentation Strategy adalah strategi yang bertujuan untuk memproduksi produk dan jasa yang memproduksi produk dan jasa dianggap unik oleh industri

secara luas dan diarahkan pada konsumen yang relatif tidak sensitif terhadap harga.Strategi diferensiasi dilaksanakan apabila keunikan yang dimiliki oleh suatu produk atau jasa tidak dimiliki atau sulit ditiru oleh pesaing dan harga tidak menjadi hal yang terlalu diperhatikan oleh para pelanggan atau penikmat jasa perusahaan. Strategi fokus berarti memproduksi produk dan jasa yang akan memenuhi kebutuhan pelanggan dalam lingkup yang kecil. Strategi fokus ini memiliki dua tipe strategi, yakni low cost focus dan best-value focus strategy. Low cost focus strategy menawarkan produk dan jasa untuk pelanggan dalam jangkauan kecil (kelompok ceruk pasar) dengan harga paling rendah yang tersedia di pasar. Best value focus strategy menawarkan produk dan jasa untuk pelanggan dalam jangkauan kecil pada kesesuaian antara harga dan nilai yang terbaik yang ada di pasar. Strategi fokus digunakan ketika ketika pelanggan memiliki preferensi yang berbeda atau persyaratan dan ketika perusahaan saingan tidak berusaha untuk mengkhususkan diri di segmen target yang sama.

2.3 Pariwisata

2.3.1 Definisi Pariwisata

Salah Wahab (1975) dalam Pendit (2006) menjabarkan Pariwisata adalah salah satu jenis industri baru yang mampu mempercepat pertumbuhan ekonomi dan penyediaan lapangan kerja, peningkatan penghasilan, standar hidup serta menstimulasi sektor – sektor produktif lainnya. Pariwisata juga sebagai wadah untuk merealisasikan industri kerajinan tangan dan cenderamata, penginapan dan transportasi (Adam Europe, 2010). UNWTO menyatakan bahwa pariwisata terdiri dari kegiatan orang-orang yang bepergian ke dan tinggal di tempat-tempat di luar lingkungan mereka untuk tidak lebih dari satu tahun berturut-turut untuk bersantai, bisnis dan tujuan lain (Ugurlu, 2010). Yoeti (2006) menyatakan bahwa pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk sememntara waktu yang diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat lain, dengan maksud bukan untuk berusaha (business) atau mencari nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi semata – mata untuk menikmati perjalanan tersebut guna pertamasyaan dan rekreasi atau untuk memenuhi keinginan yang beraneka ragam.

2.3.2 Istilah Kepariwisataan

Berikut ini adalah beberapa istilah terkait kepariwisataan berdasarkan UU no

10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan :

a) Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi,pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara.

b) Wisatawan adalah orang yang melakukan wisata.

c) Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, Pemerintah, dan Pemerintah Daerah.

d) Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antara wisatawan dan masyarakat setempat, sesame wisatawan, Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan pengusaha.

e) Daya Tarik Wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan.

f) Daerah tujuan pariwisata yang selanjutnya disebut Destinasi Pariwisata adalah kawasan geografis yang berada dalam satu atau lebih wilayah administratif yang di dalamnya terdapat daya tarik wisata, fasilitas umum, fasilitas pariwisata, aksesibilitas, serta masyarakat yang saling terkait dan melengkapi terwujudnya kepariwisataan.

g) Usaha Pariwisata adalah usaha yang menyediakan barang dan/atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan dan penyelenggaraan pariwisata.

h) Pengusaha Pariwisata adalah orang atau sekelompok orang yang melakukan kegiatan usaha pariwisata.

i) Industri Pariwisata adalah kumpulan usaha pariwisata yang saling terkait dalam rangka menghasilkan barang dan/atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan dalam penyelenggaraan pariwisata.

2.3.3 Unsur Pokok Pariwisata

Industri pariwisata merupakan industri yang tidak dapat berdiri sendiri. Oleh karena itu dalam menjalankan pariwisata, terdapat sepuluh unsur pokok yang mendukung berjalannnya kegiatan pariwisata yakni (Pendit, 2006) :

a) Politik Pemerintah Sikap pemerintah terhadap industri pariwisata. Sikap pemerintah terhadap kunjungan wisatawan ke negeri yang bersangkutan dan situasi dan kondisi yang stabil dalam perkembangan politik, ekonomi dan keamanan.

b) Rasa Ingin Tahu Manusia pada hakekatnya ingin tahu segala sesuatu di dalam dan di luar linkungannya. Keingintahuan akan kebudayaan di negeri asing, cara hidup di negeri lian, cuaca dan hawa yang berbeda, keindahan dan keajaiban alam.

c) Sifat Ramah Tamah Setiap masyarakat hendaklah memperhatikan dengan sungguh – sungguh sifat ramah tamah ini. Masyarakat diharapkan benar – benar ramah dan tamah terhadap tamu pengunjung, wisatawan dari luar negeri. Terutama mereka yang terlibat langsung dalam penyediaan jasa layanan wisata di berbagai bidang.

d) Jarak dan Waktu Jarak tempuh bukan menjadi kendala lagi bagi seorang wisatawan yang hendak berwisata. Untuk waktu, diperlukan pelayanan yang cepat dan birokrasi yang mudah supaya perpindahan wisatawan dari suatu daerah ke daerah lain lebih mudah dan tidak memakan banyak waktu.

e) Atraksi Segala sesuatu yang menarik dan bernilai untuk dikunjungi disebut atraksi. Atraksi sering kali disebut sebagai objek wisata. Atraksi bisa berupa keindahan alam seperti gunung, lembah, ngarai, air terjun, danau, pantai, matahari terbit/ terbenam, cuaca udara. Selain keindahan alam, atraksi juga dapat berasal dari budaya hasil cipta manusia seperti monumen, bangunan klasik, peninggalan purbakala, museum, mandala budaya, arsitektur kuno, seni tari, music/gamelan, agama, adat istiadat, upacara, pekan raya, peringatan/

pertandingan/kompetisi, pameran/demonstrasi atau kegiatan budaya, sosial dan olahraga yang bersifat khusus, menonjol dan meriah.

f) Akomodasi Merupakan rumah sementara bagi para wisatawan. Selayaknya rumah, wisatawan tentu mengharapkan kenyamanan, keenakan, pelayanan yang baik, kebersihan sanitasi yang menjamin sesuai dengan standar pariwisata internasional yang semuanya itu disesuaikan juga dengan biaya yang dikeluarkan oleh para wisatawan.

g) Pengangkutan

Pengangkutan tidak hanya berbicara mengenai moda transportasi tetapi juga berbicara mengenai keadaan jalan, lalu lintas yang lancar, alur angkutan yang jelas dan cepat, serta ketersediaan petunjuk atau informasi minimal dalam dua bahasa (bahasa Indonesia dan bahasa inggris). Ketersediaan alat transportasi ini disesuaikan dengan jarak, kebutuhan komunikasi antara sentral atau terminal dengan objek wisata serta budget yang dimiliki oleh wisatawan. Di Indonesia faktor pengangkutan bagi wisatawan, masih perlu mendapat perbaikan dalam pemenuhan berbagai persyaratan tersebut.

h) Harga – Harga Indonesia merupakan ladang emas bagi para wisatawan dari daerah barat. Hal tersebut dikarenakan harga barang, ongkos perjalanan di Indonesia lebih murah dan lebih baik. Sehingga dalam penentuan harga (berupa ongkos transportasi, harga sewa kamar atau harga barang souvenir), Indonesia jangan sampai melebihi harga di negeri lain.