PENGARUH SARI DAUN SELEDRI (Apium graveolens L.) SEBAGAI INSEKTISIDA TERHADAP MORTALITAS NYAMUK Aedes aegypti DENGAN METODE SEMPROT

(1)

i PENGARUH SARI DAUN SELEDRI (Apium graveolens L.) SEBAGAI INSEKTISIDA TERHADAP MORTALITAS NYAMUK Aedes aegypti

DENGAN METODE SEMPROT

SKRIPSI

Oleh :

Arif Widhi Hasworo 08330087

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2015


(2)

(3)

(4)

(5)

v KATA PENGANTAR

Segala puji hanya bagi Allah SWT yang telah memberikan petunjuk dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir dengan judul “Pengaruh Sari Daun Seledri (Apium graveolens L.) sebagai Insektisida Terhadap Mortalitas Nyamuk Aedes aegypti dengan Metode Semprot”.

Ketertarikan penulis akan topik ini didasari oleh adanya fakta akan bahaya insektisida sintetis yang beredar di masyarakat dan kejadian DBD yang disebabkan oleh nyamuk Aedes aegypti. Sehingga penulis ingin mencari insektisida alternatif yang aman, murah, mudah diperoleh dan ramah lingkungan.

Dengan selesainya penulisan Skripsi ini, penulis mengcapkan terima kasih yang tidak terhingga kepada :

1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Dr. Poncojari Wahyono, M.Kes yang telah memberikan saya kesempatan menuntut ilmu di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Malang

2. Dr. Yuni Pantiwati, M.M., M.Pd selaku Ketua jurusan yang telah memberikan saya kesempatan menuntut ilmu di jurusan pendidikan biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Malang

3. Dr. Rr Eko Susetyarini, M.Si sebagai pembimbing pertama yang telah memberikan bantuan motivasi, yang dengan sabar membimbing untuk bisa menulis dengan baik, dan senantias memberi semangat, sehingga saya dapat menyelesaikan Skripsi ini.

4. Drs. Nurwidodo, M.Kes sebagai pembimbing kedua yang dengan sabar telah membimbing penulisan, dan senantiasa memberi semangat, sehingga saya dapat menyelesaikan Skripsi ini.


(6)

5. Kedua orang tua tercinta saya, Ayah dan Ibu serta keluargaku yang selalu memberikan limpahan kasih sayang dan dukungan penuh sehingga menjadi sumber motivasi penulis dalam penulisan skripsi ini.

6. Teman-teman angkatan 2008, terimakasih atas dukungan dan doa yang teman-teman berikan serta kebersamaannya selama ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis membuka diri untuk segala saran dan kritik yang membangun.

Akhirnya, semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang membutuhkan.

Malang, 10 April 2015


(7)

vii DAFTAR ISI

Halaman

Judul ... i

Lembar Persetujuan ... ii

Lembar Pengesahan ... iii

Lembar Pernyataan ... iv

Kata Pengantar ... v

Abstrak ... vii

Abstrack ... viii

Daftar Isi ... ix

Daftar Gambar ... xi

Daftar Tabel... xii

Daftar Grafik ... xiii

Daftar Lampiran ... xiv

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 3

1.4 Manfaat Penelitian ... 3

BAB 2 PENDAHULUAN 2.1 Nyamuk Aedes aegypti 2.1.1 Klasifikasi ... 5

2.1.2 Morfologi ... 5

2.1.3 Tempat Perkembangbiakan ... 7

2.1.4 Nyamuk Aedes Aegypti sebagai Vektor Penyakit DBD ... 8

2.2 Seledri (Apium graveolens) 2.2.1 Klasifikasi ... 9

2.2.2 Deskripsi ... 9

2.2.3 Kandungan ... 11

2.2.3.1 Flavonoid ... 11

2.2.3.1.1 Deskripsi ... 11

2.2.3.1.2 Struktur dan Sifat ... 12

2.2.3.1.3 Manfaat ... 12

2.2.3.1.4 Sumber Flavonoid ... 14

2.2.4 Manfaat ... 14

2.3 Resistensi Serangga Terhadap Insektisida ... 15

2.4 Insektisida Alami sebagai Agen Pengendali Populasi Nyamuk ... 17

2.4.1 Syarat-syarat Insektisida yang Baik ... 19


(8)

2.4.2.1 Knockdown Time ... 19

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian ... 21

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian ... 21

3.2.1 Cara Pemilihan Sampel ... 21

3.2.2 Estimasi Besar Sampel ... 21

3.3 Tempat dan Waktu Perlakuan ... 22

3.4 Variable dan Definisi Operasional ... 22

3.4.1Variabel Bebas ... 22

3.4.2 Variabel Tergantung... 23

3.4.3 Definisi Operasional... 23

3.5 Alat dan Bahan Penelitian ... 23

3.5.1 Alat dan Bahan Penelitian Pembuatan Sari Daun Seledri ... 23

3.5.2 Pembuatan Sari Daun Seledri ... 24

3.5.3 Alat dan Bahan Penelitian Uji Potensi Sari Daun Seledri ... 24

3.6 Cara Kerja ... 24

3.7 Metode Tabulasi Data ... 25

3.8 Metode Analisis Data ... 26

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 29

4.2 Potensi Insektisida Sari Daun Seledri (Apium graveolens L.) Berdasarkan Konsentrasi dan Interval Waktu ... 31

4.3 Analisis Hasil Penelitian Potensi Insektisida Sari Daun Seledri (Apium graveolens L.) ... 32

4.4 Tingkat Kemaknaan Hasil Uji Tukey HSD Sari Daun Seledri (Apium graveolens L.) ... 36

4.5 Tingkat Korelasi antara Lama Waktu paparan Sari Daun Seledri (Apium graveolens L.) dengan Potensi Insektisida ... 41

4.6 Tingkat Efektifitas Sari daun Seledri (Apium graveolens L.) Berdasarkan Knockdown Time5o (KTso) ... 44

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 46

5.2 Saran ... 46

DAFTAR PUSTAKA ... 47


(9)

ix DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1 Nyamuk Aedes aegypti ... 6 Gambar 2.2 Siklus hidup Aedes Aegypti ... 6


(10)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Insectiside Score berdasarkan KT50 ... 19

Tabel 4.1 Jumlah Nyamuk Aedes aegypti yang Mati serta Potensi Insektisida Sari daun seledri Berdasarkan Konsentrasi dan Interval Waktu pada Pengulangan 1-IV ... 30

Tabel 4.2 Hasil Uji Homogenitas Data ... 34

Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas Data ... 35

Tabel 4.4 ANOVA Potensi Insektisida Sari Daun Seledri ... 36

Tabel 4.5 Rerata Potensi Sari Daun Seledri pada Menit ke – 10 ... 37

Tabel 4.6 Rerata Potensi Sari Daun Seledri pada Menit ke – 20 ... 38

Tabel 4.7 Rerata Potensi Sari Daun Seledri pada Menit ke – 30 ... 38

Tabel 4.8 Rerata Potensi Sari Daun Seledri pada Menit ke – 40 ... 39

Tabel 4.9 Rerata Potensi Sari Daun Seledri pada Menit ke – 50 ... 40

Tabel 4.10 Rerata Potensi Sari Daun Seledri pada Menit ke – 60 ... 41


(11)

xi DAFTAR GRAFIK

Halaman Grafik 4.1 Rerata Potensi Tiap Konsentrasi terhadap Waktu ... 31


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Hasil Perhitungan SPSS ... 50 Lampiran 2. Surat Keterangan Penelitian ... 55 Lampiran 3. Dokumentasi Penelitian ... 56


(13)

xiii DAFTAR PUSTAKA

Astari, S., Ahmad, I. 2005. Uji Resistensi dan Efek Piperonyl Butoxide sebagai Sinergis pada Tiga Strain Nyamuk Aedes aegypti (Linn.) (Diptera: Culicidae) terhadap Insektisida Permetrin, Cypermetrin, dan D-Alletrin. Bulletin Peneliti Kesehatan 2005;33 (2):73-79.

Aguayo,G.S.2013.Botanical Insecticides,(Online) (http://ipmworld.umn.edu/ chapters/SilviaAguayo.htm, diakses tanggal 9 September 2014).

Anonim. 2009. Pedoman Pengendalian Nyamuk Aedes Aegypti.2009 ( e book ). Anggraini, D.S. 2010. Stop Demam Berdarah Dengue. Cita Insan Madani. Bogor. Anggraeni, Tjandra, Dr. 2014.Kombinasikan Dua Agen Pengendali Hayati,

Dosen SITH ITB Kembangkan Biopestisida Efektif. http://www.itb.ac.id/ news/trackback/4374 diakses 22 September 2014

Arnason J.T., MacKinnon S., Dust A., Philogene B.J.R., Hasbun C., Sanchez P. 1993. Insecticidal in tropical plants with non-neurotoxic modes of action. In: Downum K.R., Romeo J., Stafford H., editors. Phytochemical Potential of Tropical Plants. Plenum Press; New York: pp. 107–131.

Backer, C.A, Bakhuizen van den Brink, 1963, Flora of Java (Spermatophytes Only), Vol. I, Wolter-Noordhoff, NVP., Groningen.

Brodnitz, M.H., Pascale, J.V. and Derslice, L.V. 1971. Flavor Components of Garlic Extract. Journal of Agriculture Food and Chemistry 19(2):273-275 Borror, D.J., Triplehorn, C.A., Jhonson, N.F. (1996). “Pengenalan Pelajaran

Serangga”. Ed. Bahasa Indonesia. Yogyakarta : Gajah Mada University press.

Choochote, W., Tuetun, B., Kanjanapothi, D., Rattanachanpichai, E., Chaithong, U., Chaiwong, P., Jitpakdi, A., Tippawangkosol, P., Riyong, D. and Pitasawat, B. 2004. Potential of Crude Extract of Celery, Apium graveolens L., Against the Mosquito Aedes aegypti (L.) (Diptera:Culicidae). Journal of Vector Ecology 29(2): 340-346

Dahlan, Sopiyudin. 2004. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan:Uji Hipotesis. Jakarta:Bina Mitra Press.

Dalimartha, Setiawan. 2005. Seledri (Apium graveolens L.), (Online), (http://www.fikui.or.id??show=detailnews&kode=1026&tbl=alternatif, diakses tanggal 1 September 2014)

Dinata, Arda. 2007. Pengendalian Terpadu Nyamuk Demam Berdarah, (Online),


(14)

Departemen Kesehatan RI. 2007. Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSN DBD) Oleh Juru Pemantauan Jentik. Jakarta. Gandahusada, s; D. Henry; Pribadi W. 2006. Parasitologi Kedokteran Edisi

Ketiga. Balai Penerbit FKUI: Jakarta.

Hendayana, Dandan. 2010. Mengenal Tanaman Bahan Pestisida Nabati. Review. PPL Kec. Cijati – Cianjur.

Hopp MJ and Foley J. Global-scale Relationships Between Climate and the Dengue Fever Vector Aedes Aegypti. Climate Change. 2001; 48: 441-463 Hougard, JM., Duchon, S., Darrief, F., Zaim, M., Rogier, C. And Guillet, P.

Comparative Performance, under Laboratory Conditions, of Seven Pyrethroid Insectisides Used for Impregnation of Mosquito Nets. Bulletin of the World Health Organization 2003;81:324-333.

Khater, HF. 2009. The insecticidal activity of four medicinal plants against the blowfly Lucilia sericata (Diptera: Calliphoridae). Int J Dermatol. 2009 May;48(5):492-7.

Miller, Alan. 1996. Anti-Oxidant Flavonoids:Structure, Function, and Clinical Usage, (Online), (http://throne.com/altinedrev/fulltext/flavonoids1-2.html, diakses tanggal 30 Agustus 2014)

Palgunadi, B. U dan A. Rahayu. 2013. Aedes aegypti Sebagai Vektor Penyakit Demam Berdarah Dengue. Review. Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya

Paramawati, Raffi. 2004. Potensi Berbagai Dedaunan sebagai Minuman Sumber Flavonoid-Antioksidan, (Online), (http://jabar.litbang.deptan.go.id/html/ bun_010.html, diakses tanggal 29 Agustus 2014)

PUSTEKKOM. 2005. Demam Berdarah Dengue. http://idkf.bogor.net/yuesbi/e-DU.KU/edukasi.net/Peng.Pop/Kesehatan/DBD/all.htm. Diakses tanggal 22 September 2014.

Putera, C. A. P. P. 2008. Survei Hama Dan Penyakit Pada Pertanaman Seledri (Apium graveolens L.) Di Desa Ciherang, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Skripsi. Program Studi Hama Dan Penyakit Tumbuhan. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Roli, Barbara. 2006. Semangkuk Sup Nan Kaya Gizi, (Online), (http://cybermed.cbn.net.id/detil.asp?kategori=Food&newsno=529,

diakses tanggal 30 Agustus 2014)


(15)

xv Sheeren ME. 2006. Larvicidal effects of Eucalyptus extracts on the larvae of

Culex pipiens mosquito Int J Agric Biol; 8 : 896-7.

Shirley, 2014. Ayo Turut Serta Meraih Bebas Dengue, (Online), (http://medicastore.com/berita/224/Ayo_Turut_Serta_Meraih_Bebas_Den gue.html, diakses tanggal 09 September 2014).

Yenesew A, Derese S, Midiwo JO, Heydenreich M, Peter MJ. 2003. Effect of rotenoids from the seeds of Millettia dura on larvae of Aedes aegypti. Pest Manage Sci; 59 : 1159-61.


(16)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Demam Berdarah Dengue (DBD) termasuk kategori penyakit menular dengan vektor nyamuk jenis Aedes aegypti yang dapat berakibat fatal, yakni menimbulkan korban jiwa. Indonesia termasuk dalam wilayah Asia Tenggara yang memiliki angka penyakit DBD terbesar peringkat dua setelah Thailand, berdasarkan pernyataan kepala dinas kesehatan DKI Jakarta terjadi 5.321 kasus di Propinsi DKI Jakarta dari bulan Januari hingga Mei 2014 (Shirley, 2014). Oleh karena itu, pengendalian vektor sebagai salah satu upaya pemberantasan DBD masih merupakan upaya utama yang dilakukan guna memutus rantai penularan.

Upaya untuk pengendalian populasi nyamuk Aedes aegypti di masyarakat pada umumnya menggunakan insektisida kimiawi untuk membunuh nyamuk dewasa, dan larvasida untuk membunuh larva nyamuk. Metode ini sangat digemari masyarakat karena efektifitasnya sangat tinggi. Namun menurut Anggraeni (2014), penggunaan insektisida kimia yang tidak bijaksana dan menyebabkan kerusakan pada lingkungan.

Metode lain dalam pengendalian populasi nyamuk Aedes aegypti secara tradisional telah dilakukan seperti penggunaan insektisida alami. Pemilihan tumbuhan yang digunakan sebagai insektisida alami berdasarkan kandungan metabolit sekundernya. Tumbuhan memiliki mekanisme perlindungan untuk bertahan dari serangan serangga seperti repellent dan efek insektisida.


(17)

2

metabolit sekunder sudah digunakan secara tradisional oleh masyarakat untuk pemberantasan nyamuk (etnobotani). Insektisida alami telah diketahui memiliki kelebihan dibandingkan insektisida kimia. Insektisida alami memiliki efek toksik yang rendah terhadap organisme non target termasuk manusia, tidak menimbulkan polusi terhadap lingkungan, degradasi yang cepat sehingga tidak menghasilkan residu dan berpotensi tidak menimbulkan resisten terhadap serangga (Aguayo, 2013). Salah satu tumbuhan yang berpotensi sebagai insektisida alami adalah seledri.

Seledri (Apium graveolens) adalah tanaman yang berada dalam satu keluarga dengan wortel, peterseli, mitsuba dan ketumbar yang dikategorikan sebagai sayuran dan banyak dijumpai terutama di pasar tradisional. Biasanya digunakan sebagai campuran bumbu, obat anti hipertensi, obat asam urat, dan menjaga kesehatan pencernaan (Putera, 2008). Daun seledri mengandung kadar flavonoid (berupa ekstrak etanol) sebesar 50% pada bagian daun dan bijinya (Paramawati, 2004) yang diduga kuat berpotensi sebagai insektisida. Hal ini diperkuat oleh Singh dan Maurya (2005), bahwa minyak esensial yang terkandung dalam seledri (Apium graveolus) memiliki aktifitas sebagai insektisida. Karakteristik volatil sebagai sifat senyawa bioaktif pada suatu tanaman dapat dimanfaatkan sebagai insektisida dengan metode spray atau semprot dalam mengendalikan jumlah nyamuk secara optimal dalam suatu area tertutup. Untuk mendapatkan minyak esensial dari seledri membutuhkan biaya lebih mahal, sebagai alternatif dapat digunakan sari dari daun seledri.

Beberapa penelitian menunjukkan, seledri memiliki potensi yang baik sebagai insektisida. Menurut Kahter (2009), sebanyak 16% seledri mampu


(18)

3

menurunkan jumlah Lucilia sericata baik dalam berupa pupa maupun dewasa. Menurut penelitian Tuetun, et al (2004), fraksi dari seledri menunjukkan aktifitas optimal dalam memberikan perlindungan terhadap gigitan nyamuk betina dewasa. Hal ini menunjukkan seledri berpotensi sebagai insektisida yang optimal. Dengan menggunakan sari seledri sebagai insektisida alami dapat dijadikan alternatif dalam upaya memutus rantai penularan DBD dengan biaya yang murah dan mudah pengaplikasiannya.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah sari daun seledri (Apium graveolens) mempunyai pengaruh terhadap mortalitas nyamuk Aedes aegypti?

2. Pada konsentrasi berapakah sari daun seledri (Apium graveolens) efektif membunuh nyamuk Aedes aegypti ?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Mengetahui peran sari daun seledri sebagai insektisida terhadap nyamuk Aedes aegypti

2. Mengetahui konsentrasi sari daun seledri yang efektif dalam membunuh nyamuk Aedes aegypti

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini untuk pengembangan ilmu pengetahuan antara lain:


(19)

4

1. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai referensi dalam pengembangan dan penggunaan daun seledri bagi penelitian selanjutnya. 2. Sebagai data dasar untuk pelaksanaan penelitian lebih lanjut mengenai

efek samping penggunaan larutan daun seledri sebagai insektisida pada Aedes aegypti.

Sedangkan manfaat penelitian ini bagi masyarakat antara lain:

1. Memberikan informasi tentang alternatif aplikasi penggunaan Apium graveolens untuk mengendalikan nyamuk Aedes aegypti.

2. Informasi ilmiah dari penelitian ini mengenai kegunaan lain dari seledri diharapkan menguntungkan petani seledri.

3. Memberikan kontribusi di bidang pendidikan Biologi khususnya bidang pengendalian hayati


(1)

xiv Departemen Kesehatan RI. 2007. Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam

Berdarah Dengue (PSN DBD) Oleh Juru Pemantauan Jentik. Jakarta. Gandahusada, s; D. Henry; Pribadi W. 2006. Parasitologi Kedokteran Edisi

Ketiga. Balai Penerbit FKUI: Jakarta.

Hendayana, Dandan. 2010. Mengenal Tanaman Bahan Pestisida Nabati. Review. PPL Kec. Cijati – Cianjur.

Hopp MJ and Foley J. Global-scale Relationships Between Climate and the Dengue Fever Vector Aedes Aegypti. Climate Change. 2001; 48: 441-463 Hougard, JM., Duchon, S., Darrief, F., Zaim, M., Rogier, C. And Guillet, P.

Comparative Performance, under Laboratory Conditions, of Seven Pyrethroid Insectisides Used for Impregnation of Mosquito Nets. Bulletin of the World Health Organization 2003;81:324-333.

Khater, HF. 2009. The insecticidal activity of four medicinal plants against the blowfly Lucilia sericata (Diptera: Calliphoridae). Int J Dermatol. 2009 May;48(5):492-7.

Miller, Alan. 1996. Anti-Oxidant Flavonoids:Structure, Function, and Clinical Usage, (Online), (http://throne.com/altinedrev/fulltext/flavonoids1-2.html, diakses tanggal 30 Agustus 2014)

Palgunadi, B. U dan A. Rahayu. 2013. Aedes aegypti Sebagai Vektor Penyakit Demam Berdarah Dengue. Review. Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya

Paramawati, Raffi. 2004. Potensi Berbagai Dedaunan sebagai Minuman Sumber Flavonoid-Antioksidan, (Online), (http://jabar.litbang.deptan.go.id/html/ bun_010.html, diakses tanggal 29 Agustus 2014)

PUSTEKKOM. 2005. Demam Berdarah Dengue. http://idkf.bogor.net/yuesbi/e-DU.KU/edukasi.net/Peng.Pop/Kesehatan/DBD/all.htm. Diakses tanggal 22 September 2014.

Putera, C. A. P. P. 2008. Survei Hama Dan Penyakit Pada Pertanaman Seledri (Apium graveolens L.) Di Desa Ciherang, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Skripsi. Program Studi Hama Dan Penyakit Tumbuhan. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Roli, Barbara. 2006. Semangkuk Sup Nan Kaya Gizi, (Online), (http://cybermed.cbn.net.id/detil.asp?kategori=Food&newsno=529,

diakses tanggal 30 Agustus 2014)


(2)

xv Culex pipiens mosquito Int J Agric Biol; 8 : 896-7.

Shirley, 2014. Ayo Turut Serta Meraih Bebas Dengue, (Online), (http://medicastore.com/berita/224/Ayo_Turut_Serta_Meraih_Bebas_Den gue.html, diakses tanggal 09 September 2014).

Yenesew A, Derese S, Midiwo JO, Heydenreich M, Peter MJ. 2003. Effect of rotenoids from the seeds of Millettia dura on larvae of Aedes aegypti. Pest Manage Sci; 59 : 1159-61.


(3)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Demam Berdarah Dengue (DBD) termasuk kategori penyakit menular dengan vektor nyamuk jenis Aedes aegypti yang dapat berakibat fatal, yakni menimbulkan korban jiwa. Indonesia termasuk dalam wilayah Asia Tenggara yang memiliki angka penyakit DBD terbesar peringkat dua setelah Thailand, berdasarkan pernyataan kepala dinas kesehatan DKI Jakarta terjadi 5.321 kasus di Propinsi DKI Jakarta dari bulan Januari hingga Mei 2014 (Shirley, 2014). Oleh karena itu, pengendalian vektor sebagai salah satu upaya pemberantasan DBD masih merupakan upaya utama yang dilakukan guna memutus rantai penularan.

Upaya untuk pengendalian populasi nyamuk Aedes aegypti di masyarakat pada umumnya menggunakan insektisida kimiawi untuk membunuh nyamuk dewasa, dan larvasida untuk membunuh larva nyamuk. Metode ini sangat digemari masyarakat karena efektifitasnya sangat tinggi. Namun menurut Anggraeni (2014), penggunaan insektisida kimia yang tidak bijaksana dan menyebabkan kerusakan pada lingkungan.

Metode lain dalam pengendalian populasi nyamuk Aedes aegypti secara tradisional telah dilakukan seperti penggunaan insektisida alami. Pemilihan tumbuhan yang digunakan sebagai insektisida alami berdasarkan kandungan metabolit sekundernya. Tumbuhan memiliki mekanisme perlindungan untuk bertahan dari serangan serangga seperti repellent dan efek insektisida. Penggunaan insektisida yang berasal dari tumbuhan berdasarkan kandungan


(4)

metabolit sekunder sudah digunakan secara tradisional oleh masyarakat untuk pemberantasan nyamuk (etnobotani). Insektisida alami telah diketahui memiliki kelebihan dibandingkan insektisida kimia. Insektisida alami memiliki efek toksik yang rendah terhadap organisme non target termasuk manusia, tidak menimbulkan polusi terhadap lingkungan, degradasi yang cepat sehingga tidak menghasilkan residu dan berpotensi tidak menimbulkan resisten terhadap serangga (Aguayo, 2013). Salah satu tumbuhan yang berpotensi sebagai insektisida alami adalah seledri.

Seledri (Apium graveolens) adalah tanaman yang berada dalam satu keluarga dengan wortel, peterseli, mitsuba dan ketumbar yang dikategorikan sebagai sayuran dan banyak dijumpai terutama di pasar tradisional. Biasanya digunakan sebagai campuran bumbu, obat anti hipertensi, obat asam urat, dan menjaga kesehatan pencernaan (Putera, 2008). Daun seledri mengandung kadar flavonoid (berupa ekstrak etanol) sebesar 50% pada bagian daun dan bijinya (Paramawati, 2004) yang diduga kuat berpotensi sebagai insektisida. Hal ini diperkuat oleh Singh dan Maurya (2005), bahwa minyak esensial yang terkandung dalam seledri (Apium graveolus) memiliki aktifitas sebagai insektisida. Karakteristik volatil sebagai sifat senyawa bioaktif pada suatu tanaman dapat dimanfaatkan sebagai insektisida dengan metode spray atau semprot dalam mengendalikan jumlah nyamuk secara optimal dalam suatu area tertutup. Untuk mendapatkan minyak esensial dari seledri membutuhkan biaya lebih mahal, sebagai alternatif dapat digunakan sari dari daun seledri.

Beberapa penelitian menunjukkan, seledri memiliki potensi yang baik sebagai insektisida. Menurut Kahter (2009), sebanyak 16% seledri mampu


(5)

3

menurunkan jumlah Lucilia sericata baik dalam berupa pupa maupun dewasa. Menurut penelitian Tuetun, et al (2004), fraksi dari seledri menunjukkan aktifitas optimal dalam memberikan perlindungan terhadap gigitan nyamuk betina dewasa. Hal ini menunjukkan seledri berpotensi sebagai insektisida yang optimal. Dengan menggunakan sari seledri sebagai insektisida alami dapat dijadikan alternatif dalam upaya memutus rantai penularan DBD dengan biaya yang murah dan mudah pengaplikasiannya.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah sari daun seledri (Apium graveolens) mempunyai pengaruh terhadap mortalitas nyamuk Aedes aegypti?

2. Pada konsentrasi berapakah sari daun seledri (Apium graveolens) efektif membunuh nyamuk Aedes aegypti ?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Mengetahui peran sari daun seledri sebagai insektisida terhadap nyamuk Aedes aegypti

2. Mengetahui konsentrasi sari daun seledri yang efektif dalam membunuh nyamuk Aedes aegypti

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini untuk pengembangan ilmu pengetahuan antara lain:


(6)

1. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai referensi dalam pengembangan dan penggunaan daun seledri bagi penelitian selanjutnya. 2. Sebagai data dasar untuk pelaksanaan penelitian lebih lanjut mengenai

efek samping penggunaan larutan daun seledri sebagai insektisida pada Aedes aegypti.

Sedangkan manfaat penelitian ini bagi masyarakat antara lain:

1. Memberikan informasi tentang alternatif aplikasi penggunaan Apium graveolens untuk mengendalikan nyamuk Aedes aegypti.

2. Informasi ilmiah dari penelitian ini mengenai kegunaan lain dari seledri diharapkan menguntungkan petani seledri.

3. Memberikan kontribusi di bidang pendidikan Biologi khususnya bidang pengendalian hayati