Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan dan Persepsi Nelayan Terhadap Program Peningkatan Pendapatan ( Studi Kasus : Desa Jaring Halus, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PENDAPATAN DAN PERSEPSI NELAYAN TERHADAP
PROGRAM PENINGKATAN PENDAPATAN
(Studi Kasus: Desa Jaring Halus, Kecamatan Secanggang, Kabupaten
Langkat)

SKRIPSI

OLEH :
R. GOSYEN C. H
100304084
AGRIBISNIS

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2015

Universitas Sumatera Utara


ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PENDAPATAN DAN PERSEPSI NELAYAN TERHADAP
PROGRAM PENINGKATAN PENDAPATAN
(Studi Kasus: Desa Jaring Halus, Kecamatan Secanggang, Kabupaten
Langkat)

SKRIPSI

OLEH :
R. GOSYEN C. H
100304084
AGRIBISNIS
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Melakukan Penelitian di Program
Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian,
Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN

2015

Universitas Sumatera Utara

JUDUL SKRIPSI

:ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG

MEMPENGARUHI
PENDAPATAN DAN PERSEPSI
NELAYAN TERHADAP
PROGRAM PENINGKATAN
PENDAPTAN
(Studi Kasus: Desa Jaring Halus Kec.
Secanggang Kab. Langkat)
NAMA MAHASISWA

: R. GOSYEN C. H

NOMOR POKOK


: 100304084

PROGRAM STUDI

: AGRIBISNIS

Disetujui Oleh:
Komisi Pembimbing
Ketua

Anggota

(Dr.Ir. Tavi Supriana, MS)
NIP. 19641102 198903 2 001

(Ir. H. Hasman Hasyim, M.Si)
NIP:195411111981031001

Mengetahui :

Program Studi Agribisnis
Ketua

(Dr. Ir. Salmiah, MS)
NIP. 195702171986032001

Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK
R. GOSYEN C. H (100304084) dengan judul skripsi “ANALISIS
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN DAN
PERSEPSI NELAYAN TERHADAP PROGRAM PENINGKATAN
PENDAPATAN ( Studi Kasus : Desa Jaring Halus, Kecamatan Secanggang,
Kabupaten Langkat)” yang dilakukan pada Bulan November s.d. Desember
2014 dan dibimbing oleh Ibu Dr. Ir. Tavi Supriana, MS dan bapak Ir. H. Hasman
Hasyim, M.Si.
Nelayan adalah orang yang secara aktif melakukan pekerjaan dalam operasi
penangkapan ikan dan binatang air lainnya . Pada umumnya nelayan memiliki

pendapatan rendah. Untuk meningkatkan pendapatan nelayan, pemerintah

membuat beberapa program. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh
modal kerja, pengalaman, jam kerja dan teknologi terhadap pendapatan nelayan,
mengetahui progam-program peningkatan pendapatan yang dilakukan pemerintah
di daerah penelitian, menganalisis persepsi nelayan terhadap program peningkatan
yang dilakukan pemerintah. Daerah penelitian ditentukan secara purposive
random sampling yaitu di Desa Jaring Halus, Kecamatan Secanggang, Kabupaten
Langkat. Penarikan sampel dilakukan dengan metode Simple Random Sampling,
yaitu sampel diambil sebanyak 50 sampel, yang terdiri atas 40 sampel yang tidak
dapat program dan 10 sampel yang dapat program. Metode analisis yag digunakan
adalah analisis deskriptif, analisis skala likert, dan regresi linier berganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel modal dan pengalaman
berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan nelayan, sedangkan
variabel tenaga kerja dan harga jual tidak berpengaruh signifikan terhadap
pendapatan nelayan. Program peningkatan pendapatan yang ada di Desa Jaring
Halus adalah Pengembangan Usaha Mina Pedesaan (PUMP) Perikanan Tangkap.
Dari total persepsi nelayan sampel terhadap program bantuan dari pemerintah bisa
diambil kesimpulan bahwa persepsi nelayan terhadap program PUMP adalah
negatif.
Kata kunci : pendapatan nelayan, program peningkatan pendapatan, persepsi


Universitas Sumatera Utara

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kelurahan Haranggaol, Kecamatan Haranggaol
Horisan, Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara pada tanggal 29
September 1992 dari Ayahanda Yasmawit Haloho dan Ibunda Tiomsi Siagian.
Penulis merupakan anak keempat dari enam bersaudara
Pendidikan yang ditempuh penulis adalah sebagai berikut.
1.

Tahun 1998 masuk Sekolah Dasar di SD Negeri 1 Haranggaol dan tamat
tahun 2004.

2.

Tahun 2004 masuk Sekolah Menengah Pertama di SMP Swasta GKPS 6
Haranggaol dan tamat tahun 2007.

3.


Tahun 2007 masuk Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1 Raya dan
tamat tahun 2010.

4.

Tahun 2010 diterima di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian,
Sumatera Utara, melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi
Negeri (SNMPTN).

5.

Bulan Agustus 2013 melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Desa
Bengabing, Kecamatan Pegajahan, Kabupaten Serdang Bedagai.

6.

Bulan November s.d. Desember melakukan penelitian di Desa Jaring Halus,
Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat.

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat,
rahmat, dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan, dukungan, dan
bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1.

Ibu Dr. Ir. Tavi Supriana, MS sebagai ketua komisi pembimbing.

2.

Ibu Ir. H. Hasman Hasyim, M.Si sebagai anggota komisi pembimbing.

3.

Ibu Dr.Ir. Salmiah,MS selaku ketua Program Studi Agribisnis FP USU dan
Bapak Dr.Ir.Satia Negara Lubis,M.Ec selaku sekretaris Program studi
Agribisnis FP USU


4.

Seluruh staf pengajar dan pegawai di Program Studi Agribisnis Khususnya
dan di Fakultas Pertanian USU secara umumnya

5.

Rekan-rekan seperjuangan di Program Studi agribisnis atas bantuan dan
motivasi dalam penyelesaian skripsi ini

6.

Teristimewa kepada kedua orang tua penulis yang telah memberikan
dukungan moril, materi dan doa kepada penulis

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi
kesempurnaan skripsi ini. Penulis berharap Skripsi ini bermanfaat bagi kita
semua.

Medan, Januari 2015

Penulis

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR ISI

ABSTRAK .......................................................................................................... i
RIWAYAT HIDUP ..........................................................................................ii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iii
DAFTAR ISI ....................................................................................................iv
DAFTAR TABEL ............................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................vii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ viii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................. 1
1.2 Identifikasi Masalah ........................................................................ 7
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................. 8
1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Nelayan............................................................................................. 9
2.2 Landasan Teori .............................................................................. 12
2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Nelayan .......... 12
2.4 Program Bantuan Pemerintah ....................................................... 16
2.5 Penelitian Terdahulu...................................................................... 18
2.6 Kerangka Pemikiran ...................................................................... 19
2.7 Hipotesis ......................................................................................... 22
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian........................................... 23
3.2 Metode Pengambilan Sampel ....................................................... 23
3.3 Metode Pengumpulan Data ........................................................... 24
3.4 Metode Analisis Data .................................................................... 24
3.5 Defenisi dan Batasan Operasional ................................................ 28
BAB IV DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN
4.1 Luas dan Letak Geografis Desa Jaring Halus .............................. 31
4.2 Keadaan Penduduk ........................................................................ 33
4.3 Karakteristik Nelayan Sampel ...................................................... 35
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Universitas Sumatera Utara

5.1 Deskripsi Variabel Penelitian....................................................... 39
5.2 Hasil Analisis Pengaruh Variabel Modal Kerja, Tenaga
Kerja, Harga Jual, dan Pengalaman Terhadap Pendapatan
Nelayan .......................................................................................... 40
5.3 Program Pemerintah yang ada di Desa Jaring Halus.................. 46
5.3 Persepsi Nelayan Terhadap Program........................................... 47
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan..................................................................................... 51
6.2 Saran ............................................................................................... 51
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 53
LAMPIRAN

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR TABEL

No.Tabel

Judul

Hal

1.1

Jumlah Miskin di Kabupaten Langkat, 204-2012

1.2

Perkembangan

Produksi

Perikanan

dan

4
Kelautan

6

Jumlah nelayan/petani ikan menurut jenis usaha per

27

Kabupaten Langkat Tahun 2005-2006
3.1

kecamatan, 2010-2012
4.1

Distribusi Penduduk Menurut Kelompok Umur di Desa

38

Jaring Halus tahun 2013
4.2

Distribusi Penduduk Menurut Kelompok Umur di Desa

39

Jaring Halus tahun 2013
4.3

Luas dan jenis Penggunaan lahan di desa Jaring Halus

39

4.4

Sarana dan prasarana di Desa Jaring Halus 2013

40

4.5

Kondisi Lantai Rumah Nelayan di Desa Jaring Halus

43

4.6

Kondisi dinding Rumah Nelayan di Desa Jaring Halus

44

4.7

Kondisi atap Rumah Nelayan di Desa Jaring Halus

44

4.8

Kondisi tempat membuang kotoran/tinja Nelayan di Desa

45

Jaring Halus
4.9

Karakteristik Nelayan yang Tidak

Mendapat Program

44

BLM PUMP
4.10

Persepsi Nelayan yang Mendapat Program PUMP

45

5.1

Deskripsi Variabel Penelitian

49

5.2

Tabel Hasil regresi

50

5.3

Sikap Nelayan yang Tidak Mendapat Program PUMP

56

Terhadap Program PUMP
5.4

Sikap Nelayan yang Mendapat Program PUMP Terhadap
Program PUMP

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran

Judul

1

Karakteristik Nelayan yang Tidak Mendapat Program PUMP

2

Karakteristk nelayan yang Mendapat Program PUMP

3

Total Nilai Jawaban Nelayan Sampel

yang Tidak

Mendapatkan Program PUMP
4

Skor Sikap Nelayan yang Tidak Mendapat Program PUMP.

5

Total Nilai Jawaban Nelayan Sampel

yang

Mendapat

Program PUMP
6

Skor Sikap Nelayan yang Mendapatkan Program Pump

7

Hasil Analisis Pengaruh Variabel Modal, Pengalaman,
Teknologi,

dan

Harga

Jual

terhadap

Pendapatan

Menggunakan SPSS 16

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR GAMBAR
No.

Judul

Halaman

Gambar
1

Kerangka Pemikiran

25

2

Lokasi Kabupaten Langkat

37

Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK
R. GOSYEN C. H (100304084) dengan judul skripsi “ANALISIS
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN DAN
PERSEPSI NELAYAN TERHADAP PROGRAM PENINGKATAN
PENDAPATAN ( Studi Kasus : Desa Jaring Halus, Kecamatan Secanggang,
Kabupaten Langkat)” yang dilakukan pada Bulan November s.d. Desember
2014 dan dibimbing oleh Ibu Dr. Ir. Tavi Supriana, MS dan bapak Ir. H. Hasman
Hasyim, M.Si.
Nelayan adalah orang yang secara aktif melakukan pekerjaan dalam operasi
penangkapan ikan dan binatang air lainnya . Pada umumnya nelayan memiliki

pendapatan rendah. Untuk meningkatkan pendapatan nelayan, pemerintah
membuat beberapa program. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh
modal kerja, pengalaman, jam kerja dan teknologi terhadap pendapatan nelayan,
mengetahui progam-program peningkatan pendapatan yang dilakukan pemerintah
di daerah penelitian, menganalisis persepsi nelayan terhadap program peningkatan
yang dilakukan pemerintah. Daerah penelitian ditentukan secara purposive
random sampling yaitu di Desa Jaring Halus, Kecamatan Secanggang, Kabupaten
Langkat. Penarikan sampel dilakukan dengan metode Simple Random Sampling,
yaitu sampel diambil sebanyak 50 sampel, yang terdiri atas 40 sampel yang tidak
dapat program dan 10 sampel yang dapat program. Metode analisis yag digunakan
adalah analisis deskriptif, analisis skala likert, dan regresi linier berganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel modal dan pengalaman
berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan nelayan, sedangkan
variabel tenaga kerja dan harga jual tidak berpengaruh signifikan terhadap
pendapatan nelayan. Program peningkatan pendapatan yang ada di Desa Jaring
Halus adalah Pengembangan Usaha Mina Pedesaan (PUMP) Perikanan Tangkap.
Dari total persepsi nelayan sampel terhadap program bantuan dari pemerintah bisa
diambil kesimpulan bahwa persepsi nelayan terhadap program PUMP adalah
negatif.
Kata kunci : pendapatan nelayan, program peningkatan pendapatan, persepsi

Universitas Sumatera Utara

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Secara geografis Indonesia membentang dari 60° LU sampai 110° LS dan

920° sampai 1420° BT, terdiri dari pulau-pulau besar dan kecil yang jumlahnya
sekitar 17.504 pulau. Luas wilayah laut 5,4 juta km², mendominasi total luas
territorial Indonesia sebesar 7,1 juta km², dengan panjang garis pantai 95.161 km,
terpanjang keempat di dunia setelah Amerika, Kanada, dan Rusia. Potensi tersebut
menempatkan Indonesia sebagai negara yang dikaruniai sumber daya kelautan
yang besar termasuk kekayaan keanekaragaman hayati dan non hayati kelautan
terbesar (KKP, 2014).
Dengan jumlah pulau sekitar 17.504 dan garis pantai sepanjang 95.161
km, Indonesia memiliki kawasan pesisir yang sangat potensial untuk berbagai
opsi pembangunan. Pembangunan kawasan pesisir kebanyakan diperuntukan bagi
desa-desa untuk para nelayan dikawasan pesisir atau lebih dikenal dengan desa
nelayan.
Desa nelayan merupakan suatu kawasan wilayah bagian tepi pantai atau
pesisir yang digunakan untuk tempat pemukiman bagi para penduduk sekitar yang
sebagian besar mencari penghasilan sebagai nelayan. Nelayan merupakan salah
satu dari kelompok masyarakat yang melakukan aktivitas usaha dengan
mendapatkan penghasilan bersumber dari kegiatan usaha nelayan itu sendiri.
Nelayan adalah orang yang secara aktif melakukan pekerjaan dalam operasi
penangkapan ikan dan binatang air lainnya. Hampir diseluruh kawasan pesisir
Indonesia memiliki desa nelayan salah satunya berada di Desa Jaring Halus
Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat Sumatera Utara. Desa Jaring Halus

Universitas Sumatera Utara

merupakan salah satu kelurahan yang berada di Kecamatan Secanggang,
Kabupaten Langkat. Kecamatan Secanggang merupakan salah satu kecamatan
yang mempunyai jumlah nelayan terbesar di Kabupaten Langkat. Kondisi tersebut
dikarenakan Kecamatan Secanggang berada di daerah pesisir pantai.
Tingkat kesejahteraan nelayan sangat ditentukan oleh hasil tangkapannya.
Banyaknya tangkapan tercermin pula besar pendapatan yang diterima dan
pendapatan tersebut sebagian besar untuk keperluan konsumsi keluarga. Dengan
demikian tingkat pemenuhan kebutuhan konsumsi keluarga atau kebutuhan fisik
minimum sangat ditentukan oleh pendapatan yang diterima (Sujarno, 2008).
Menurut data Badan Pusat Statistik jumlah nelayan miskin di Indonesia
pada tahun 2011 mencapai 7,87 juta orang atau 25,14 persen dari total penduduk
miskin nasional yang mencapai 31,02 juta orang. Jumlah 7,87 juta orang tersebut
berasal dari sekitar 10.600 desa nelayan miskin yang terdapat di kawasan pesisir
di berbagai daerah di tanah air. Kemiskinan dan ketergantungan terhadap
sumberdaya pesisir dan laut, seringkali mengakibatkan masyarakat melakukan
kegiatan yang menurunkan kualitas sumberdaya, seperti: penebangan mangrove
(untuk kayu bakar dan dijual), penangkapan ikan dengan merusak ekosistem
(BPS, 2011).
Tidak ada data kuantitatif dan kualitatif yang terpercaya mengenai
kemiskinan nelayan, akan tetapi melalui pengamatan langsung ke perkampunganperkampungan nelayan mampu memberikan gambaran yang jauh lebih akurat
tentang kemiskinan nelayan di tengah kekayaan lautan Indonesia yang begitu
melimpah. Hal pertama yang dijumpai di perkampungan nelayan adalah
lingkungan hidup yang kumuh serta rumah-rumah yang sangat sederhana atau

Universitas Sumatera Utara

bahkan masih ada yang tidak layak huni. Kalaupun ada beberapa rumah yang
menonjolkan tanda-tanda kemakmuran (misalnya rumah yang megah dan
berantena parabola), rumah-rumah tersebut umumnya dipunyai pemilik kapal,
pemodal, atau rentenir yang jumlahnya tidak signifikan dan sumbangannya
kepada kesejahteraan komunitas sangat tergantung pada individu yang
bersangkutan (Basri, 2007).
Pemerintah seharusnya juga berperan penting dalam menanggulangi
permasalahan-permasalahan yang terjadi di lingkungan pesisir Dampak dari
ketidakseriusan pemerintah dalam mengembangkan perikanan Indonesia juga
berakibat terhadap nelayan Kabupaten Langkat khususnya Desa Jaring Halus.
Nelayan Desa Jaring Halus masih banyak yang mengalami kesulitan dalam
peralatan dan perlengkapan melaut, hal ini berdampak terhadap nelayan dalam
memenuhi kebutuhan pokok keluarganya. Jika pemerintah dapat lebih peduli
terhadap kekurangan yang dialami oleh para nelayan di daerah tersebut maka
jumlah penduduk miskin yang ada dikawasan pesisir dapat menurun seperti yang
tercantum dalam data dari BPS Kabupaten Langkat pertumbuhan jumlah dan
persentase penduduk miskin di kabupaten langkat 2004-2012 dapat dilihat pada
Tabel 1.1

Universitas Sumatera Utara

Tabel 1.1 Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Kabupaten Langkat,20042012
Tahun
Jumlah
Persentase
(Jiwa)
(%)
2004

189.200

19,89

2005

207.100

20,98

2006

199.240

19,65

2007

185.800

18,23

2008

152.980

14,81

2009

133.140

12,75

2010

104.800

10,85

2011
100.800
2012
97.800
Sumber : BPS Kabupaten Langkat 2013

10,32
10,01

Berdasarkan Tabel 1.1 persentase kemiskinan tertinggi terjadi pada tahun
2005 yaitu 20,98% dengan jumlah 207.100 jiwa,dan paling rendah terjadi pada
tahun 2012 yaitu 10,01% dengan jumlah 97.800 jiwa. Meskipun tingkat
kemiskinan yang terjadi di Kabupaten Langkat terus menurun tiap tahunnya akan
tetapi masih banyak masyarakat Kabupaten Langkat yang berada dibawah garis
kemiskinan. Dengan masyarakat desa Jaring Halus yang basis pekerjaannya
sebagai nelayan, tentunya banyak dari keluarga nelayan yang masih berada di
bawah garis kemiskinan.
Dengan kenyataan tersebut maka sudah sewajarnya apabila potensi
sumberdaya

perikanan

yang

ada

dikembangkan

penangkapannya

untuk

kemakmuran rakyat. Kondisi kemiskinan yang terjadi disebabkan keterbatasan
kemampuan dan pengetahuan, terbatasnya akses terhadap permodalan, teknologi,
informasi dan pasar, serta keterbatasan masyarakat dalam keterlibatan untuk
pengambilan keputusan alokasi sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil.
Kondisi ini kalau dibiarkan, berpotensi untuk meningkatkan eksploitasi

Universitas Sumatera Utara

sumberdaya kelautan dan perikanan yang tidak ramah lingkungan. Untuk itulah
dibutuhkan program pemberdayaan bagi masyarakat pesisir, dengan tujuan
sebagai berikut :
a. Tersedia dan terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yaitu: sandang, pangan,
papan, kesehatan dan pendidikan
b. Tersedia sarana dan prasarana produksi secara lokal, sehingga masyarakat
dapat memperolehnya dengan harga yang murah dan berkualitas
c. Meningkatnya peran kelembagaan masyarakat sebagai wadah aksi kolektif
d. Terciptanya kegiatan ekonomi produktif di daerah yang berbasis sumberdaya
lokal (resources based) dan dilakukan secara

berkelanjutan dengan

memperhatikan kapasitas sumberdaya (environmental based).
Dalam peningkatan kesejahteraan penduduk dapat dilakukan apabila
pendapatan penduduk mengalami peningkatan yang cukup hingga mampu
memenuhi kebutuhan dasar untuk kehidupannya. Hal ini dapat diartikan bahwa
kebutuhan-kebutuhan pangan, sandang, perumahan, kesehatan, keamanan, dan
sebagainya tersedia dan mudah dijangkau setiap penduduk sehingga pada
gilirannya penduduk yang miskin semakin sedikit jumlahnya.
Wilayah Kabupaten Langkat memiliki potensi kelautan dan perikanan
yang cukup besar. Kabupaten Langkat memiliki banyak daerah pantai yang
berpotensi terhadap subsektor perikanan, khususnya penangkapan ikan laut.
Wilayah pantai/laut Kabupaten Langkat berada disepanjang 110 km Pantai Timur
Sumatera atau Selat Malaka. Wilayah kelautan yang demikian luas, sudah tentu
akan dapat memproduksi ikan laut (tangkap) yang cenderung meningkat
(BPS, 2013).

Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Langkat, Produksi
perikanan di Kabupaten Langkat pada tahun 2009 tercatat 29.063,3 ton yang
berasal dari 21.920 ton perikanan tangkap dan 7.143,3 ton perikanan budidaya.
Perahu yang digunakan untuk menangkap ikan ada 286 perahu tanpa motor dan
3.873 perahu dengan motor (kapal motor). Perahu tanpa motor terdiri dari 286
perahu kecil. Kemudian perahu motor dibagi lagi menurut kekuatan mesin yaitu
dibawah 5 GT sebanyak 3.234 perahu, 5-9 GT sebanyak 529 perahu, 10-19 GT
sebanyak 8 perahu, 20-30 GT sebanyak 2 perahu, Sedangkan alat penangkap ikan
yang digunakan adalah payang, pukat rantai, pukat cincin, dogol, dan lain lain
(KKP, 2009).
Dengan memperhatikan data dari Dinas Perikanan dan Kelautan
Kabupaten

Langkat

menunjukkan

bahwa

produksi

perikanan

tangkap

(penangkapan ikan laut + penangkapan perairan umum) tahun 2005 sebesar
20.307,7 ton dan naik menjadi 20.764,0 ton pada tahun 2006 atau dengan kata lain
mengalami peningkatan sebesar 2,2%. Secara total produksi perikanan tangkap di
Kabupaten Langkat masih tetap dominan dibandingkan dengan produksi
perikanan budi daya. Untuk lebih detailnya dapat dilihat pada Tabel 1.2, sebagai
berikut :
Tabel 1.2 Perkembangan Produksi Perikanan dan Kelautan Kabupaten Langkat
Tahun 2005-2006
Tahun
No. Sumber Produksi
2005
2006
(ton)
(ton)
1
Perikanan Tangkap
2
Perikanan Budi Daya
Total

20.307,7
5.163,2
25.470,9

20.764,0
5.402,7
26.166,7

Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Langkat, 2007

Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan Tabel 1.2 diatas dapat dilihat bahwa produksi perikanan
tangkap di Kabupaten Langkat dari tahun 2005-2006 mengalami peningkatan
yang berarti tingkat pendapatan nelayan tentu lebih baik yang tercermin dari
kehidupan nelayan itu sendiri, karena produksi berhubungan dengan pendapatan,
apabila produksi meningkat tentunya pendapatan juga akan meningkat, namun
pada kenyataan yang dilihat dari struktur sosial kehidupan masyarakat nelayan di
Desa Jaring Halus, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat belum
mencerminkan tingkat pendapatan nelayan itu lebih baik.
Rendahnya penghasilan nelayan tradisional merupakan masalah yang
sudah lama, namun masalah ini masih belum dapat diselesaikan hingga sekarang,
kerana terlalu kompleks. Hal ini tidak hanya berkaitan dengan sosial-ekonomi,
namun berkait pula dengan lingkungan dan teknologi. Beberapa kendala dalam
usaha meningkatkan penghasilan nelayan tradisional yaitu faktor biologi,
teknologi dan sosial-ekonomi. Kendala biologi berhubungan dengan terbatasnya
stok sumber daya ikan akibat pencemaran lingkungan laut, dan hasil tangkapan
berlebih (overfishing). Kendala teknologi berhubungan dengan alat tangkap,
mesin, motor atau infrastruktur pendorong lainnya seperti panjang kapal, besar
dan fasilitas cold storage, atau peralatan pemprosesan yang dapat meningkatkan
kualitas ikan. Kendala sosial-ekonomi lebih kepada nelayan sendiri dan lembagalembaga formal dan informal, swasta dan pemerintah yang memperlancar
produksi dan distribusi.
Masalah kemiskinan nelayan tersebut selalu menjadi sorotan dari
pemerintah. Segala upaya melalui beragam inovasi kebijakan telah dilakukan
untuk mengentaskan kemiskinan khususnya para nelayan. Pemerintah telah

Universitas Sumatera Utara

mengeluarkan Keputusan Presiden No.10/2011 tentang Tim Koordinasi
Peningkatan dan Perluasan Program Pro-Rakyat. Peningkatan kehidupan nelayan
sebagian dari Program Pro-Rakyat memiliki 8 (delapan) strategi, yaitu: pembuatan
rumah sangat murah, diversifikasi usaha, pengembangan skema UKM-KUR,
pengembangan SPBN, pembangunan cold storage, angkutan umum murah,
fasilitas sekolah dan puskesmas, dan fasilitas bank rakyat. Program ini
dilaksanakan di kantong-kantong kemiskinan nelayan yang berbasis di 816
Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) dan Pelabuhan Pendaratan Ikan (PPI) (KKP,
2011).
Dalam merealisasikan target ini, KKP telah mengalokasikan anggaran
sebesar

Rp 127,823 miliar pada tahun 2011, disamping terus mengupayakan

pemanfaatan dana penghematan tahun ini sebesar Rp 817 miliar. Sedangkan untuk
tahun 2012, KKP telah mengalokasikan anggaran senilai Rp1,17 triliun untuk
peningkatan kehidupan nelayan. Program itu ditargetkan dapat menanggulangi
kemiskinan masyarakat pesisir yang sebagian besar bekerja sebagai nelayan dan
tersebar di 10.640 desa. Jumlah warga miskin yang terdapat di masyarakat pesisir
juga dilaporkan adalah sebanyak 7,87 juta atau 25,14 persen dari seluruh
penduduk miskin di tanah air (KKP, 2011).
Peneliti

ingin

mengamati

dan

menganalisis

faktor-faktor

yang

mempengaruhi pendapatan nelayan yaitu modal kerja (Rp), tenaga kerja (HKP),
lamanya melaut (tahun), dan harga jual (Rp). Faktor modal kerja masuk kedalam
penelitian ini karena pendapatan sangat dipengaruhi oleh
Sebagaimana kita ketahui bahwa dalam teori faktor
yang nantinya berhubungan dengan pendapatan

modal kerja.

produksi jumlah produksi

bergantung pada modal kerja.

Universitas Sumatera Utara

Hal ini berarti, dengan adanya modal kerja maka nelayan dapat melaut untuk
menangkap ikan dan kemudian mendapatkan ikan. Makin besar modal kerja maka
makin besar hasil tangkapan ikan yang diperoleh (produksi).
Faktor tenaga kerja masuk kedalam penelitian ini karena pendapatan
sangat dipengaruhi oleh tenaga kerja. Sebagaimana kita ketahui bahwa dalam
teori faktor produksi jumlah output produksi yang nantinya berhubungan dengan
pendapatan bergantung pada jumlah tenaga kerja.
Faktor Lamanya Melaut (Pengalaman), faktor ini secara teoritis dalam
buku tentang ekonomi tidak ada yang membahas lamanya Melaut merupakan
fungsi dari pendapatan atau keuntungan. Namun, dalam kegiatan menangkap ikan
(produksi) dalam hal ini nelayan dengan semakin berpengalaman akan
meningkatkan pendapatan.
Faktor harga jual masuk ke dalam penelitian ini, harga jual yang semakin
tinggi akan meningkatkan pendapatan nelayan jika harga jual rendah maka
pendapatan nelayan akan rendah.
1.2.

Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas maka masalah dalam

penelitian ini adalah
1.

Apakah berpengaruh nyata modal kerja (Rp), tenaga kerja (HKP), lamanya
Melaut/pengalaman (Rp), dan harga jual (Rp) terhadap pendapatan nelayan di
daerah penelitian.

2.

Program peningkatan pendapatan apa saja yang pernah dilaksanakan di
daerah penelitian.

Universitas Sumatera Utara

3.

Bagaimana persepsi nelayan terhadap program peningkatan pendapatan yang
dilaksanakan oleh pemerintah.

1.3.

Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang telah dipaparkan diatas maka tujuan

dari penelitian ini adalah
1.

Untuk mengetahui pengaruh modal kerja (Rp), tenaga kerja (HKP), lamanya
Melaut/pengalaman (Rp), dan harga jual (Rp) terhadap pendapatan nelayan di
daerah penelitian.

2.

Untuk mengetahui program peningkatan pendapatan nelayan apa saja yang
pernah dilaksanakan pemerintah di daerah penelitian

3.

Untuk

mengetahui

persepsi

nelayan

terhadap

program

peningkatan

pendapatan yang dilaksanakan oleh pemerintah
1.4.

Manfaat Penelitian

1. Sebagai sumber informasi bagi nelayan di Desa Jaring Halus, Kecamatan
Secanggang, kabupaten Langkat.
2. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah setempat untuk meningkatkan
pendapatan nelayan.
3. Sebagai bahan acuan bagi peneliti selanjutnya.

Universitas Sumatera Utara

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.

Nelayan
Nelayan adalah orang yang hidup dari mata pencaharian hasil laut. Di

Indonesia para nelayan biasanya bermukim di daerah pinggir pantai atau pesisir
laut. Komunitas nelayan adalah kelompok yang bermata pencaharian hasil laut
dan tinggal di desa-desa pantai atau pesisir. Ciri komunitas nelayan dapat dilihat
dari berbagai segi, yaitu:
a) Dari segi mata pencaharian, nelayan adalah mereka yang aktivitasnya berkaitan
dengan lingkungan laut atau pesisir, atau mereka yang menjadikan perikanan
sebagai mata pencaharian mereka.
b) Dari cara segi hidup, komunitas nelayan adalah komunitas gotong royong.
Kebutuhan gotong royong dan tolong menolong terasa sangat penting pada saat
untuk mengatasi keadaan yang menuntut pengeluaran biaya besar dan
pengerahan tenaga kerja yang banyak.
c) Dari segi keterampilan, meskipun pekerjaan nelayan adalah pekerjaan berat
namun pada umumnya mereka hanya memiliki keterampilan sederhana.
Kebanyakan dari mereka bekerja sebagai nelayan adalah profesi yang
diturunkan oleh orang tua, bukan yang dipelajari secara professional
(Sastrawidjaya, 2002).
Dilihat dari teknologi peralatan tangkap yang digunakan dapat dibedakan
dalam dua katagori, yaitu nelayan modern dan nelayan tradisional. Nelayan
modern mengunakan teknologi penangkapan yang lebih canggih dibandingkan
dengan nelayan tradisional. Ukuran modernitas bukan semata-mata karena

Universitas Sumatera Utara

penggunaan motor untuk menggerakkan perahu, melainkan juga besar kecilnya
motor yang digunakan serta tingkat eksploitasi dari alat tangkap yang digunakan.
Perbedaan modernitas teknologi alat tangkap juga akan berpengaruh pada
kemampuan jelajah operasional mereka (Imron, 2003).
Pada umumnya dalam pengusahaan perikanan laut terdapat tiga jenis
nelayan, yaitu; nelayan pengusaha, nelayan campuran, dan nelayan penuh.
Nelayan pengusaha yaitu pemilik modal yang memusatkan penanaman modalnya
dalam operasi penangkapan ikan. Nelayan campuran yaitu seseorang nelayan
yang juga melakukan pekerjaan yang lain di samping pekerjaan pokoknya sebagai
nelayan. Sedangkan nelayan penuh ialah golongan nelayan yang hidup sebagai
penangkap ikan di laut dan dengan memakai peralatan lama atau tradisional.
Namun demikian apabila sebagian besar pendapatan seseorang berasal dari
perikanan (darat dan laut) ia disebut sebagai nelayan (Mubyarto, 2002).
Sejalan dengan itu, dalam hal tingkat pendidikan khususnya bagi nelayan
tradisional, untuk bekal kerja mencari ikan dilaut, latar belakang seorang nelayan
memang tidak penting artinya karena pekerjaan sebagai nelayan merupakan
pekerjaan kasar yang lebih banyak mengandalkan otot dan pengalaman, maka
setinggi apapun tingkat pendidikan nelayan itu tidaklah memberikan pengaruh
terhadap kecakapan mereka dalam melaut. Persoalan dari arti penting tingkat
pendidikan ini biasanya baru mengedepankan jika seorang nelayan ingin
berpindah ke pekerjaan lain yang lebih menjanjikan. Dengan pendidikan yang
rendah jelas kondisi itu akan mempersulit nelayan tradisional memilih atau
memperoleh pekerjaan lain selain mejadi nelayan (Kusnadi, 2003).

Universitas Sumatera Utara

2.2.

Landasan Teori

2.2.1. Teori Pendapatan
Pendapatan nelayan adalah selisih antara penerimaan (TR) dan semua
biaya (TC). Jadi Pd = TR – TC. Penerimaan nelayan (TR) adalah perkalian antara
produksi yang diperoleh (Y) dengan harga jual (Py). Biaya nelayan biasanya
diklasifikasikan menjadi dua yaitu biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap
(variable cost). Biaya tetap (FC) adalah biaya yang relatif tetap jumlahnya dan
terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit. Biaya
variabel (VC) adalah biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang
diperoleh, contohnya biaya untuk tenaga kerja. Total biaya (TC) adalah jumlah
dari biaya tetap (FC) dan biaya variabel (VC), maka TC = FC + VC (Soekartawi,
2002).
2.2.2. Teori Produksi
Teori produksi yang sederhana menggambarkan tentang hubungan di
antara tingkat produksi suatu barang dengan jumlah tenaga kerja yang digunakan
untuk menghasilkan berbagai tingkat produksi barang tersebut. Dalam analisis
tersebut dimisalkan bahwa faktor-faktor produksi lainnya adalah tetap jumlahnya,
yaitu modal dan tanah jumlahnya dianggap tidak mengalami perubahan. Juga
teknologi dianggap tidak mengalami perubahan. Satu-satunya faktor produksi
yang dapat diubah jumlahnya adalah tenaga kerja (Sukirno, 2004).
Produksi merupakan hasil akhir dari proses atau aktivitas ekonomi dengan
memanfaatkan beberapa masukan atau input. Produksi atau memproduksi
menambah kegunaan suatu barang. Kegunaan suatu barang akan bertambah bila
memberikan manfaat baru atau lebih dari bentuk semula. Lebih spesifik lagi

Universitas Sumatera Utara

produksi adalah kegiatan perusahaan dengan mengkombinasikan berbagai input
untuk menghasilkan output dengan biaya yang minimum (Joesron dan Fathorrosi,
2003).
2.2.3. Fungsi Produksi
Produksi merupakan hasil akhir dari proses atau aktivitas ekonomi dengan
memanfaatkan beberapa masukan atau input. Dengan pengertian ini dapat
dipahami bahwa kegiatan produksi adalah mengkombinasikan berbagai input atau
masukan untuk menghasilkan output. Hubungan teknis antara input dan output
tersebut dalam bentuk persamaan, tabel atau grafik merupakan fungsi produksi.
Jadi, fungsi produksi adalah suatu persamaan yang menunjukkan jumlah
maksimum output yang dihasilkan dengan kombinasi tertentu (Joesron dan
Fathorrosi, 2003)
Masing-masing faktor mempunyai fungsi yang berbeda dan saling terkait
satu sama lain. Kalau salah satu faktor tidak tersedia maka proses produksi tidak
akan berjalan, terutama tiga faktor yaitu tanah, modal dan manajemen saja, tentu
proses produksi tidak akan jalan karena tidak ada tenaga kerja. Tanpa tenaga
kerja, apa yang dapat dilakukan, begitu juga dengan faktor lainnya seperti modal.
Hubungan antara jumlah output (Q) dengan jumlah input yang digunakan dalam
proses produksi (X1, X2, X3, …, Xn) secara matematika dapat dituliskan sebagai
berikut :
Q = f(X1, X2, X3, … , Xn)
dimana :
Q = output
Xi = input

Universitas Sumatera Utara

Input produksi sangat banyak dan yang perlu dicatat disini bahwa input
produksi hanyalah input yang tidak mengalami proses nilai tambah. Jadi didalam
fungsi produksi diatas tidak bisa dimasukkan material sebab dalam fungsi
produksi ada substitusi antara faktor produksi. Hubungan antara input dan output
ini dalam dunia nyata sangat sering kita jumpai. Hubungan antara input dan
output dari yang paling sederhana sampai yang paling kompleks, sekalipun ada
disekitar kita, belum banyak yang memahami berbagai model yang dapat
diterapkan untuk mempelajari pola hubungan antara input dan output (Joesron dan
Fathorrosi, 2003)
2.3.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan
Pendapatan nelayan bersumber dari pendapatan bersih hasil melaut.

Artinya pendapatan yang sudah tidak di potong oleh biaya untuk melaut.
Rendahnya kualitas sumber daya manusia masyarakat nelayan yang terefleksi
dalam bentuk kemiskinan sangat erat kaitannya dengan faktor internal dan
eksternal masyarakat. Faktor internal misalnya pertumbuhan penduduk yang
cepat, kurang berani mengambil resiko, cepat puas dan kebiasaan lainnya yang
tidak mengandung modernisasi. Selain itu kelemahan modal usaha dari nelayan
sangat dipengaruhi oleh pola pikir nelayan itu sendiri. Faktor eksternal yang
mengakibatkan kemiskinan rumah tangga nelayan lapisan bawah antara lain
proses produksi didominasi oleh toke pemilik perahu atau modal dan sifat
pemasaran produksi hanya dikuasai kelompok tertentu dalam bentuk pasar
monopsoni (Kusnadi, 2003).

Universitas Sumatera Utara

Ada tiga faktor yang mempengaruhi peningkatan pendapatan nelayan dan
diuraikan sebagai berikut:
1. Teknologi
Teknologi terkait dengan peralatan yang digunakan oleh nelayan dalam
penangkapan ikan adalah perahu tanpa mesin atau perahu dengan mesin, jaring
dan pancing. Peralatan atau Biaya

nelayan adalah nilai dari peralatan yang

digunakan seperti harga perahu, harga peralatan penangkapan ikan, dan bahan
makanan yang dibawa melaut dan yang ditinggalkan dirumah. Ini merupakan
input bagi nelayan dalam melaut (menangkap ikan). Selain itu jumlah tenaga
kerja.
2. Sosial Ekonomi
a. Umur. Seseorang yang telah berumur 15 tahun ke atas baru disebut sebagai
nelayan, dibawah umur tersebut walaupun ia melaut tidak disebut sebagai
nelayan. Umur juga mempunyai pengaruh terhadap pendapatan walaupun
pengaruhnya tidak terlalu besar.
b. Lamanya Melaut/Pengalaman. Apabila seseorang dianggap nelayan yang
telah berumur 15-30 tahun, diatas 30 tahun dianggap sebagai nelayan yang
berpengalaman. Hal ini merupakan kategori atau klasifikasi untuk menentukan
banyak jumlah tangkapan ikan dilaut.
c. Musim. Musim sangat berpengaruh kepada keadaan kehidupan nelayan yaitu
musim barat dan musim timur. Dalam satu tahun ada dua musim yaitu musim
timur dari bulan Maret sampai Agustus, umumnya gelombang besar, pasang
tinggi, arus deras, curah hujan selalu terjadi, keadaan demikian ini pada
umumnya nelayan sangat jarang ke laut karena takut bahaya, jadi produksi

Universitas Sumatera Utara

sedikit dan harga ikan akan tinggi. Pada musim barat biasanya dari September
sampai Februari keadaan pasang tidak terlalu tinggi, arus tidak terlampau
deras, gelombang tidak terlampau besar. Pada musim inilah nelayan banyak
mendapat ikan. Disamping kedua musim tersebut dalam setahun, ada lagi
pengaruh musim bulanan yaitu pada bulan purnama. Pada bulan purnama atau
terang arus akan deras dan pasang akan tinggi. Sebaliknya pada bulan gelap,
gelombang akan kecil, arus tidak bergerak yang disebut dengan istilah pasang
mati. Pada kedua keadaan ini nelayan akan kurang mendapatkan ikan dan
harga ikan akan tinggi apalagi pada musim timur keadaan ini umumnya
nelayan tidak akan turun melaut, kalaupun turun melaut hanya dipinggir saja.
Kegiatan spekulatif dalam penangkapan ikan semakin meningkat ketika
kondisi tangkap melanda. Dalam keadaan yang demikian, sulit membedakan
antara masa musim ikan dan masa paceklik (kusnadi, 2003).
2.3.1. Modal dan Biaya Produksi
Modal (Capital) adalah barang yang diproduksi oleh sistem ekonomi yang
di gunakan sebagai

input untuk memproduksi barang dan jasa di masa depan.

Definisi modal tersebut terdiri dari dua

jenis modal. Modal terbagi menjadi

dua jenis yaitu modal berwujud dan modal tak berwujud. Modal tersebut
merupakan modal yang digunakan dalam perusahaan. Modal berwujud adalah
modal yang dapat dirasakan langsung dan modal tak berwujud di tentukan
oleh setiap individu (Case & Fair, 2007).
Friedman memberikan definisi kekayaan meliputi segala sesuatu yang
merupakan sumber pendapatan. Salah satu sumber pendapatan ini berasal dari diri
manusia itu sendiri, yaitu keahlian (skill). Milton Friedman ternyata membagi

Universitas Sumatera Utara

kekayaan dengan lima kategori, yaitu uang, kas obligasi, saham, kekayaan yang
berbentuk fisik, dan kekayaan yang berbentuk manusia atau keahlian (skill).
Akumulasi modal terjadi apabila sebagian dari pendapatan di tabung dan
di investasikan kembali dengan tujuan memperbesar output dan pendapatan
dikemudian hari. Pengadaan pabrik baru, mesin-mesin, peralatan dan bahan baku
meningkatkan stock modal secara fisik (yakni nilai riil atas seluruh barang modal
produktif secara fisik) dan hal ini jelas memungkinkan akan terjadinya
peningkatan output di masa mendatang (Sukirno,2000).
Setiap produksi sub sektor perikanan dipengaruhi oleh faktor produksi
modal kerja. Makin tinggi modal kerja per unit usaha yang digunakan maka
diharapkan produksi ikan akan lebih baik, usaha tersebut dinamakan padat modal
atau makin intensif. Sebagian dari modal yang dimiliki oleh nelayan digunakan
sebagai biaya produksi atau biaya operasi yaitu penyediaan input produksi (sarana
produksi), biaya operasi dan biaya-biaya lainnya dalam suatu usaha kegiatan
nelayan. Biaya produksi atau biaya operasi nelayan biasanya diperoleh dari
kelompok nelayan kaya ataupun pemiliki modal (toke), karena adanya hubungan
pinjam meminjam uang sebagai modal kerja dimana pada musim panen, hasil
tangkapan (produksi) ikan nelayan digunakan untuk membayar seluruh pinjaman
utang, dan tingkat harga ikan biasanya ditentukan oleh pemilik modal
(Sukirno,2000).
Manusia selalu memiliki aset (modal) yang dengan modal itu dia bisa
mempertahankan hidup dengan baik. Bahkan orang yang paling miskin sekalipun
selalu memiliki aset kehidupan atau sumber daya dimana dengan itu mereka
bergantung. Usaha untuk membuat kehidupan yang lebih terjamin dan

Universitas Sumatera Utara

berkelanjutan haruslah dibangun diatas pemahaman terhadap aset-aset yang telah
dimiliki dan sejauh mana mereka dalam menggunakan dan mengembangkan aset
tersebut. Adapun modal tersebut

adalah modal sumber daya alam, modal

ekonomi, modal fisik dan modal sosial (Mukherjee, 2001)
Modal ada dua macam, yaitu modal tetap dan modal bergerak. Modal tetap
diterjemahkan menjadi biaya produksi melalui deprecition cost dan bunga modal.
Modal bergerak langsung menjadi biaya produksi dengan besarnya biaya itu sama
dengan nilai modal yang bergerak.
Total biaya diklasifikasikan menjadi dua yaitu biaya tetap (fixed cost) dan
biaya tidak tetap (variabel cost). Biaya tetap (FC) adalah biaya yang relatif tetap
jumlahnya dan terus dikeluarkan walaupun hasil tangkapan ikan (produksi)
diperoleh banyak atau sedikit. Biaya variabel (VC) adalah biaya yang besar
kecilnya dipengaruhi oleh hasil tangkapan ikan (produksi) yang diperoleh,
contohnya biaya untuk tenaga kerja. Total biaya (TC) adalah jumlah dari biaya
tetap (FC) dan biaya variabel (VC), maka TC = FC + VC (Manurung, 2006).
2.3.2. Faktor Tenaga Kerja
Teori Keynes mengatakan cara mengurangi pengangguran yaitu dengan
memperbanyak investasi, misalnya mesin karena mesin butuh operator otomatis
akan menyerap tenaga kerja. Selain itu konsumsi harus sama dengan pendapatan,
karena banyaknya tingkat konsumsi akan memerlukan juga banyak output
sehingga otomatis harus menambah pekerja, apabila outpunya banyak otomatis
gaji para pekerja akan naik sehingga daya beli mereka meningkat.
Tenaga kerja dalam bidang perikanan pada umumnya terdiri dari tenaga
kerja tetap dan tenaga kerja tidak tetap (sambilan). Tenaga kerja tetap umumnya

Universitas Sumatera Utara

berasal dari keluarganya sendiri (tenaga inti) atau tenaga kerja yang mendapat
upah secara tetap pada periode tertentu, misalnya bulanan. Sementara tenaga kerja
tidak tetap (sambilan) atau dapat juga disebut tenaga kerja harian lepas, umumnya
bersifat buruh.
Berbicara masalah tenaga kerja di Indonesia dan juga sebagian besar
negara-negara berkembang termasuk negara maju pada umumnya merupakan
tenaga kerja yang dicurahkan untuk nelayan atau usaha keluarga. Keadaan ini
berkembang dengan semakin meningkatnya kebutuhan manusia dan semakin
majunya suatu kegiatan nelayan karena semakin maju teknologi yang digunakan
dalam operasi penangkapan ikan, sehingga dibutuhkan tenaga kerja dari luar
keluarga.
Setiap usaha kegiatan nelayan yang akan dilaksanakan pasti memerlukan
tenaga kerja, banyaknya tenaga kerja yang dibutuhkan harus sesuai dengan
kapasitas kapal motor yang dioperasikan sehingga akan mengurangi biaya melaut
(lebih efisien) yang diharapkan pendapatan tenaga kerja akan lebih meningkat,
karena tambahan tenaga tersebut profesional. Oleh karena itu dalam analisa
ketenagakerjaan nelayan, penggunaan tenaga kerja dinyatakan oleh besarnya
curahan kerja. Curahan tenaga kerja yang dipakai dalam besarnya tenaga kerja
efektif yang dipakai (Masyhuri, 1999).
2.3.3. Faktor Lamanya Melaut (Pengalaman)
Pengalaman kerja adalah pengetahuan atau keterampilan yang telah
diketahui dan dikuasai seseorang yang akibat dari perbuatan atau pekerjaan yang
telah dilakukan selama beberapa waktu tertentu. Secara teoritis dalam buku, tidak
ada yang membahas bahwa pengalaman merupakan fungsi dari pendapatan atau

Universitas Sumatera Utara

keuntungan. Namun, dalam aktivitas nelayan dengan semakin berpengalaman
dalam menangkap ikan bisa meningkatkan pendapatan atau keuntungan (Trijoko,
1980).
2.3.3.1. Pengukuran Pengalaman Kerja
Ada beberapa hal juga untuk menentukan berpengalaman tidaknya seorang
karyawan yang sekaligus sebagai indikator pengalaman kerja yaitu :
a. Lama waktu/ masa kerja.
Ukuran tentang lama waktu atau masa kerja yang telah ditempuh seseorang
dapat memahami tugas – tugas suatu pekerjaan dan telah melaksanakan
dengan baik.
b. Tingkat pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki.
Pengetahuan merujuk pada konsep, prinsip, prosedur, kebijakan atau informasi
lain yang dibutuhkan oleh karyawan. Pengetahuan juga

mencakup

kemampuan untuk memahami dan menerapkan informasi pada tanggung
jawab pekerjaan. Sedangkan keterampilan merujuk pada kemampuan fisik
yang dibutuhkan untuk mencapai atau menjalankan suatu tugas atau
pekerjaan.
c. Penguasaan terhadap pekerjaan dan peralatan.
Tingkat penguasaan seseorang dalam pelaksanaan aspek – aspek tehnik
peralatan dan tehnik pekerjaan.
Dari uraian tersebut dapat diketahui, bahwa seorang karyawan yang
berpengalaman akan memiliki gerakan yang mantap dan lancar, gerakannya
berirama, lebih cepat menanggapi tanda – tanda, dapat menduga akan
timbulnya kesulitan sehingga lebih siap menghadapinya, dan bekerja dengan

Universitas Sumatera Utara

tenang serta dipengaruhi faktor lain yaitu : lama waktu/masa kerja seseorang,
tingkat pengetahuan atau keterampilan yang telah dimiliki dan tingkat
penguasaan terhadap pekerjaan dan peralatan. Oleh karena itu seorang
karyawan yang mempunyai pengalaman kerja adalah seseorang yang
mempunyai kemampuan jasmani, memiliki pengetahuan, dan keterampilan
untuk bekerja serta tidak akan membahayakan bagi dirinya dalam bekerja
(Foster, 2001).
2.4.

Teori Pemberdayaan
Konsep pemberdayaan pada dasarnya adalah upaya menjadikan suasana

kemanusiaan yang adil dan beradab menjadi semakin efektif secara struktural,
baik dalam kehidupan keluarga, masyarakat, negara, regional, internasional,
maupun dalam bidang ekonomi, politik dan lain-lain. Memberdayakan masyarakat
adalah upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat yang
dalam kondisi sekarang tidak mampu untuk melepaskan diri dari perangkap
kemiskinan dan keterbelakangan. (Kartasasmita, 1996)

2.5. Teori Persepsi
Menurut Stanton persepsi dapat didefinisikan sebagai makna yang kita
pertalikan berdasarkan pengalaman masa lalu, stimuli (rangsangan-rangsangan)
yang kita terima melalui panca indera. Menurut Horovitz persepsi dipengaruhi
oleh 3 faktor, yakni :
1.

Faktor Psikologis

Universitas Sumatera Utara

Faktor psikologis akan membuat perubahan dalam persepsi nelayan. Perubahan
yang dimaksudkan termasuk memori, pengetahuan, kepercayaan, nilai-nilai yang
dianggap nelayan penting dan berguna.
2.

Faktor Fisik
Faktor ini akan mengubah persepsi nelayan melalui apa yang nelayan tersebut

lihat dan rasakan. Faktor fisik dapat memperkuat atau malah menghancurkan
persepsi nelayan terhadap kualitas layanan yang diberikan oleh pemerintah.

3.

Image yang terbentuk
Image yang terbentuk disini adalah image nelayan terhadap pemerintah

ataupun program bantuan yang diberikan oleh pemerintah. Menurut Lovelock
harapan dan persepsi pada akhirnya akan menentukan tingkat kepuasan nelayan
terhadap bantuan pemerintah. Setelah menikmati bantuan yang diberikan, nelayan
akan membandingkan antara harapan dan persepsi mereka tentang bantuan
tersebut. Ada beberapa kemungkinan yang terjadi :
a.

Jika persepsi (perception) lebih kecil dari harapan

(expectation), (PH),
nelayan akan memberikan suatu anggapan positif terhadap bantuan

Universitas Sumatera Utara

pemerintah yang telah diterimanya. Hal ini akan membuat nelayan merasa
sangat puas dengan bantuan pemerintah tersebut.

Untuk mengukur persepsi digunakan Model Likert, yaitu metode penskalaan
pernyataan persepsi yang menggunakan distribusi respon sebagai dasar penentuan
nilai skalanya. Untuk melakukan penskalaan dengan metode ini, sejumlah
pernyataan telah ditulis berdasarkan kaidah penulisan pernyataan dan didasarkan
pada rancangan skala yang ditetapkan. Responden akan diminta untuk
menyatakan kesetujuan atau ketidaksetujuannya terhadap isi pernyataan dalam
lima macam kategori jawaban yaitu, “sangat tidak setuju” (STS), “tidak setuju”
(TS), “tidak dapat menentukan” atau “ragu-ragu” (R), “Setuju”(S) dan “sangat
setuju” (SS). Salah satu skor standar yang biasanya digunakan dalam skala Model
Likert adalah skor T, yaitu :
T= 50 + [

X− Xrataan
𝑆

]

Keterangan :
T = skor standar
X = skor responden pada skala persepsi yang hendak diubah menjadi skor T
X rataan = mean skor kelompok
S

= deviasi standar kelompok

Kriteria Uji


Jika T ≥ 50, maka persepsi positif



Jika T ≤ 50, maka persepsi negatif (Azwar,2007).

Universitas Sumatera Utara

2.6. Program Bantuan Pemerintah dalam Peningkatan Pendapatan Nelayan
2.6.1. Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir (PEMP)
Kebijakan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir dimulai sejak
tahun 2001 yang dirancang untuk mengatasi persoalan kemiskinan pada
masyarakat pesisir melalui pengembangan kultur kewirausahaan, penguatan
Lembaga Keuangan Mikro (LKM), penggalangan partisipasi masyarakat dan
kegiatan usaha ekonomi produktif lainnya yang berbasis sumberdaya lokal dan
berkelanjutan. Program PEMP 2001-2003 dilancarkan dengan pemberian dana
hibah langsung kepada Koperasi Nelayan atau Lembaga Keuangan Mikro yang
dibentuk untuk mengelola kebutu

Dokumen yang terkait

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Dan Persepsi Nelayan Pada Program Peningkatan Pendapatan

1 16 82

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan dan Persepsi Nelayan Terhadap Program Peningkatan Pendapatan ( Studi Kasus : Desa Jaring Halus, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat)

0 6 92

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan dan Persepsi Nelayan Terhadap Program Peningkatan Pendapatan ( Studi Kasus : Desa Jaring Halus, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat)

0 0 1

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan dan Persepsi Nelayan Terhadap Program Peningkatan Pendapatan ( Studi Kasus : Desa Jaring Halus, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat)

0 0 10

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan dan Persepsi Nelayan Terhadap Program Peningkatan Pendapatan ( Studi Kasus : Desa Jaring Halus, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat)

0 2 21

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan dan Persepsi Nelayan Terhadap Program Peningkatan Pendapatan ( Studi Kasus : Desa Jaring Halus, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat)

0 0 2

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan dan Persepsi Nelayan Terhadap Program Peningkatan Pendapatan ( Studi Kasus : Desa Jaring Halus, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat)

0 0 11

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Dan Persepsi Nelayan Pada Program Peningkatan Pendapatan

0 0 10

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Dan Persepsi Nelayan Pada Program Peningkatan Pendapatan

0 0 1

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Dan Persepsi Nelayan Pada Program Peningkatan Pendapatan

0 0 8