1
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini menyebabkan penggunaan logam-logam berat semakin meningkat Sudiarta dan Dwi, 2010.
Logam berat yang berada pada kategori sangat beracun diantaranya adalah Hg, Pb, Cd, Cr dan As. Logam berat Kromium Cr merupakan logam toksik dengan
penanganan sangat sukar dibandingkan logam toksik lain Afrianita et al., 2013. Kromium heksavalen Cr VI, yang merupakan logam anion toksik dengan
penanganan sangat sukar selektif dibandingkan logam kation toksik. Bila terkonsumsi manusia lebih dari 0,05 mgL dapat menimbulkan keracunan dan
gangguan pada organ vital seperti gangguan syaraf pusat dan kanker Widihati,
2008. Logam berat krom menimbulkan banyak dampak negatif pada mahluk
hidup, oleh karena itu, keberadaan logam berat tersebut di lingkungan harus dikurangi. Salah satunya adalah dengan cara adsorpsi.
Adsorpsi merupakan
metode yang
paling banyak
digunakan dibandingkan dengan metode yang lain karena metode ini aman, tidak
memberikan efek samping yang membahayakan kesehatan, tidak memerlukan peralatan yang rumit dan mahal serta mudah digunakan.
Sabut kelapa mengandung lignin dan selulosa yang dapat dijadikan sebagai arang aktif yang
berfungsi untuk mengadsorpsi logam berat.
Salah satu karakteristik yang dianggap keunggulan suatu adsorben adalah sifat regenerable atau dapat diregenerasi menggunakan agen pendesorpsi
Munawar, 2010. Namun, hal ini juga menimbulkan dampak negatif. Adsorben yang telah digunakan untuk mengadsorpsi logam berat biasanya hanya dibuang ke
lingkungan dan menjadi limbah. Limbah adsorben ini pada kondisi tertentu akan menyebabkan logam dalam limbah adsorben tersebut terlepas kembali. Hal ini
akan menimbulkan pencemaran lingkungan kembali. Oleh karena itu,perlu penanganan terhadap limbah adsorben yang telah digunakan.
Permasalahan baru akibat pencemaran limbah adsorben dapat diatasi dengan cara menjadikan arang aktif serabut kelapa sebagai campuran dalam
pembuatan batako. Penambahan arang pada batako akan mengurangi berat batako karena menggantikan volume pasir yang digunakan. Batako yang lebih ringan
merupakan batako yang lebih baik karena akan menghasilkan konstruksi ringan dan tahan gempa Alamsyah et al., 2013. Batako dibuat untuk menggantikan batu
bata sebagai bahan konstruksi, karena pembuatan batu bata merah cenderung merusak lingkungan seperti adanya bekas galian yang berakibat lahan tidak dapat
dimanfaatkan lagi Bakar et al., 2013. Pengikatan adsorben arang aktif serabut kelapa yang telah mengadsorpsi
logam berat diharapkan dapat mengurangi logam berat yang akan terlepas kembali. Solidifikasistabilisasi SS limbah menggunakan semen merupakan
salah satu alternatif pengolahan limbah dengan tujuan untuk membuat suatu padatan, yang mudah penanganannya dan tidak meluluhkan kontaminan ke dalam
lingkungan Utomo, 2008. Berdasarkan uraian di atas perlu dilakukan penelitian
mengenai adsorpsi logam kromium VI dengan arang aktif serabut kelapa dan pelepasan logam kromium VI dalam limbah adsorben arang aktif serabut kelapa
yang ditambahkan sebagai bahan pembuatan batako.
1.2 Perumusan Masalah