Bahan Mata Kuliah Linguistik III Zulfikar

Bahan Mata Kuliah Linguistik III

Zulfikar/
1254041011

A. Tindak Bahasa dari Sudut Pembicara
1) Definisi Tindak Bahasa
Menurut Setiawan Tindak bahasa (speech act) merupakan unsur pragmatik yang
melibatkan pembicara, pendengar atau penulis pembaca serta yang dibicarakan. Dalam
penerapannya tindak bahasa digunakan oleh beberapa disiplin ilmu. Seorang kritikus sastra
mempertimbangkan teori tindak tutur untuk menjelaskan teks yang halus (sulit) atau untuk
memahami alam genre (jenis) sastra, para antropolog akan berkepentingan dengan teori
tindak bahasa ini dapat mempertimbangkan mantra magis dan ritual, para filosof melihat juga
adanya aplikasi potensial diantara berbagai hal, status pernyataan etis, sedangkan linguis (ahli
bahasa) melihat gagasan teori tindak bahasasebagai teori yang dapat diterapkan pada berbagai
masalah di dalam kalimat (sintaksis), semantik, pemelajar bahasa kedua, dan yang lainnya. Di
dalam linguistik pragmatik tindak tutur tetap merupakan praduga dengan implikatur khusus.
(Setiawan, 2005 : 16).
Menurut Chaer (2004 : 16) tindak tutur merupakan gejala individual, bersifat
psikologis dan keberlangsugannya ditentukan oleh kemampuan bahasa si penutur dalam
menghadapi situasi tertentu. Dalam tindak tutur lebih dilihat pada makna atau arti tindakan

dalam tuturannya.
Menurut Austin (1962), ujaran/kalimat yang bentuk formalnya adalah pernyataan,
biasanya memberi informasi, tetapi ada juga yang berfungsi lain, yakni yang “melakukan
suatu tindakan bahasa”. Kita membedakan dua fungsi yang diungkapkan oleh kalimat
pernyataan.
2) Kategori Tindak Bahasa
Kalimat komunikatif terbagi atas dua kategori yaitu kalimat penyata
atau konstatif dan kalimat pelaku atau perlakuan atau performatif :
Penyata (konstatif) yang memberikan informasi mengenai suatu fakta yang dapat
benar atau tidak benar, dan
Pelaku atau perlakuan (performatif) yang melakukan suatu tindakan sambil
mengucapkan suatu bentuk bahasa.
1. Kalimat pelaku atau perlakuan (Performatif).
Makna dari kalimat perlakuan adalah mengungkapkan (pelafalan) kalimat itu.
Umpamanya, kalau kita mengambil kalimat :
a. Saya berjanji datang besok pagi.
Makna kalimat itu adalah “janji yang diucapkan itu
b. Saya menyatakan seminar ini dibuka.
Maka ucapannya atau perlakuannya itulah makna kalimat itu, yakni pengucapannya
itulah tanda bahwa keadaan ”seminar dibuka” itu menjadi kenyataan.

Kalimat perlakuan seperti diatas relatif tidak begitu banyak jumlahnya dalam suatu
bahasa, yang jauh lebih banyak adalah kalimat penyata. Austin (1962) mengatakan bahwa
makna juga disebut nilai kalimat. itu adalah tindakan membuat janji itu. Jadi, “mengucapkan
kalimat itu adalah perlakuan berjanji, dan kalimat itu disebut kalimat perlakuan.
2.
a.
b.
c.

Kalimat penyata (konstatif) seperti :
Dia pergi ke Bali.
Sudah pernahkah anda ke Bali?
pergilah ke bali.

Bahan Mata Kuliah Linguistik III

Zulfikar/
1254041011

B. Aturan Tindak Bahasa dari Sudut Pandang Pembicara

Adapun aturan tindak bahasa dari sudut pandang pembicara, yakni sebagai berikut
1) Harus ada urutan peristiwa yang dianggap baku.
Peristiwa yang dianggap baku disini adalah bisa dilihat dari sudut pembicaraan, ada
tiga jenis keterampilan berbicara tersebut ditinjau dari segi formal,semi formal dan non
formal.
a. Pembicara Formal (Bahasa dan Situasi) :
Tempat penggunaan bahasa formal digunakan di :
Sekolah: Sekolah Umum,Kursus,Latihsan kerja.
Kantor.
Gedung (yang dugunakan untuk Pertemuan Ilmiah atau Formal,Penataran,Peresmian).
Sedang jenis formal yang menggunakan bahasa formal adalah :
Pidato Formal (Resmi).
Presentasi:Ilmiah,Pemasaran,Sidang Ujian.
Pesmian.
Pelantikan.
Penataran.
b.

Pembicaraan Semi Formal
Jenis kegiatan yang termasuk semi formal adalah :

Wawancara.
Ceramah.
Pidato: Pidato semi formal (biasa),seperti: kata sambutan dalam perayaan.
Perkawinan,ulang tahun.
Reuni.

c.

Pembicaraan Non-formal
Percakapan sehari-hari di lingkungan anak-anak,remaja,pemuda dan orang tua dengan
bahasa dan situasi santai :
Percakapan sehari-hari di lingkungan keluarga.
Percakapan sehari-hari di lingkungan masyarakat (yang digunakan misalnya: bahasa
gaul.
2) Ucapan itu harus dilakukan oleh orang tertentu yang ditunjuk dan berwenang
dalam situasi tertentu yang sifatnya resmi.
3) Semua orang dalam tempat atau ruangan itu harus ikut ambil bagian, dan suasana
tidak di benarkan teralu santai.
4) Prosedur itu harus diikuti secara benar dan lengkap. tidak ada bagian yang
dihilangkan ataupun di tambahakan.

Austin merumuskan tindak bahasa dari sudut pandang pembicara yang tidak
berkaitan/berkenaan dengan 4 syarat diatas menjadi 3, yaitu:
a) Tindak Bahasa Lokusi yakni mengatakan sesuatu dalam arti berkata.
Contoh: Andi belajar membaca.

Bahan Mata Kuliah Linguistik III

Zulfikar/
1254041011

Kelima kalimat di atas dituturkan oleh penuturnya semata-mata untuk
menginformasikan sesuatu tanpa ada tendensi untuk melakukan sesuatu, apalagi untuk
mempengaruhi lawan tuturnya.
b) Tindak Bahasa Ilokusi yakni tindak bahasa yang diidentifikasi dengan kalimatpelaku
yang eksplisit.
Kalimat ekplisit adalah makna absolut yang langsung diacu oleh bahasa. Tindakan
secara gambling, tegas, terus terang, tidak berbelit-belit (sehingga orang dapat menangkap
maksudnya dengan mudah dan tidak mempunyai gambaran yang kabur atau salah. Konsep
makna ini bersifat denotatif (sebenarnya) sebagai representasi dari bahasa kognitif.
Sedangkan makna implisit adalah makna universal yang disembunyikan oleh bahasa.

Konsep makna ini bersifat konotatif (kias) sebagai representasi dari bahasa emotif. Makna
eksplisit mengacu pada informasi, sedangkan makna implisit mengacu pada emosi.
Contoh: Andi berjanji ingin belajar membaca.
Analisisnya yaitu kalimat tersebut diucapkan oleh orang yang ingin belajar membaca
maka Ilokusinya yaitu orang tersebut berjanji kepada dirinya sendiri ingin belajar membaca.
c) Tindak Bahasa Perlokusi yakni tindak bahasa yang dilakukan sebagai akibat atau efek
dari ucapan orang lain.
Contoh: Andi dapat membaca
Analisisnya yaitu dari segi Ilokusi, orang tersebut belajar membaca, Perlokusinya
akibat anak tersebut belajar membaca, anak tersebut dapat membaca yang baik dan benar.

Sumber Rujukan:
http://pemudasilampari.blogspot.com/2014/09/teori-tindak-bahasa-dari-sudut-pembicara.html, diakses
pada 18 Maret 2015 pukul 22.00.
http://ilham-hardian.blogspot.com/2012/01/pengertian-tindak-bahasa_12.html, diakses pada 18 Maret
2015 pukul 22.10.