Bahasa Nasional dan Perencanaan Bahasa
Bahasa Nasional dan Perencanaan Bahasa
dalam
An Introduction to Sociolinguistics
Janet Holmes
Edisi Kedua (2001)
disajikan oleh
Melody Violine
Bahasa Nasional
dialek regional atau bahasa
yang menjadi bahasa standar atau lingua franca
di negeri yang multilingual, karena perkembangan
sejarah, kesepakatan bangsa, atau ketetapan undangundang.
(Kamus Linguistik Edisi Keempat
dan KBBI Edisi Ketiga)
Bahasa Resmi
bahasa yang digunakan
dalam komunikasi resmi
seperti dalam perundang-undangan,
surat-menyurat dinas, dsb.
(Kamus Linguistik Edisi Keempat)
Bahasa Standar
1. ragam bahasa atau dialek yang diterima untuk
dipakai dalam situasi resmi dan yang dianggap
paling baik, seperti dalam perundang-undangan,
surat-menyurat resmi, berbicara di depan umum, dsb.
(Kamus Linguistik Edisi Keempat)
Bahasa Standar
2. bahasa persatuan
dalam masyarakat bahasa
yang mempunyai banyak bahasa.
(Kamus Linguistik Edisi Keempat)
Bahasa Persatuan
bahasa yang digunakan dalam masyarakat bahasa,
yang dianggap sebagai
faktor yang menyatukan masyarakat
secara politis, kultural, dsb.
(Kamus Linguistik Edisi Keempat)
Bahasa Daerah
bahasa yang digunakan penduduk asli suatu daerah,
biasanya dalam wilayah yang multilingual.
(Kamus Linguistik)
bahasa yang lazim dipakai di suatu daerah.
(KBBI Edisi Ketiga)
Perencanaan Bahasa
usaha untuk memperbaiki komunikasi bahasa
dengan menciptakan subsistem-subsistem baru
atau menyempurnakannya, sesuai dengan kebutuhan
masyarakat yang memakainya.
Standardisasi peristilahan
dalam bidang-bidang kehidupan
adalah contoh perencanaan bahasa.
(Kamus Linguistik)
Pembinaan Bahasa
upaya untuk meningkatkan mutu penggunaan
bahasa, antara lain mencakupi peningkatan sikap,
pengetahuan, dan keterampilan berbahasa yang
dilakukan misalnya melalui jalur pendidikan dan
pemasyarakatan.
(KBBI Edisi Ketiga)
Standardisasi
1. proses penerimaan seperangkat norma
seperti tinggi-rendah, hormat-tak hormat,
resmi-tak resmi dsb.,
dan pola bahasa
seperti lafal, ejaan, gramatika, dsb.
oleh masyarakat bahasa
(Kamus Linguistik Edisi Keempat)
Standardisasi
2. proses penerimaan dialek atau ragam tertentu
sebagai bahasa standar oleh masyarakat bahasa
(Kamus Linguistik Edisi Keempat)
Pembakuan
proses pencatatan norma-norma
yang telah dihasilkan oleh proses standardisasi,
dalam bentuk buku tata bahasa, pedoman lafal,
pedoman ejaan, pedoman istilah, atau kamus
(Kamus Linguistik Edisi Keempat)
Kompetisi Status Bahasa Nasional
bahasa pribumi versus bahasa kolonial (Paraguay)
bahasa kolonial versus bahasa dunia (Filipina)
bahasa daerah versus bahasa daerah (Zaire)
Perbedaan Bahasa Nasional
dan Bahasa Resmi
Pembedaannya berdasarkan dimensi
perasaan dan perwakilan
ideologis dan instrumental
Bahasa Nasional
•
bahasa kesatuan politis, budaya, dan sosial
•
dikembangkan dan digunakan sebagai simbol persatuan nasional
•
mengidentifikasi negara dan menyatukan rakyatnya
Bahasa Resmi
•
digunakan untuk urusan pemerintahan
•
berfungsi secara kegunaan/manfaat, tidak simbolis
Pemilihan Bahasa Nasional
dan Bahasa Resmi
Pemerintah menggunakan istilah “bahasa nasional” dan
“bahasa resmi” sesuai tujuan-tujuan politis mereka.
Sebagian negara tidak membedakan kedua istilah ini.
Pernyataan adanya bahasa nasional bisa menjadi satu
langkah dalam proses menegaskan kemerdekaan bagi
negara yang baru merdeka atau baru didirikan.
Status Resmi
dan Bahasa-bahasa Minoritas
Tidak semua bahasa yang memang menjadi bahasa resmi
pemerintahan juga disahkan menjadi bahasa resmi suatu
negara.
Besarnya biaya penyediaan jasa dan informasi dalam
semua bahasa resmi menjadi pertimbangan untuk
mengesahkan bahasa-bahasa minoritas sebagai bahasa
resmi.
Munculnya Bahasa Nasional
lingua franca dan simbol persatuan negara
muncul secara alami dan relatif tidak disadari
(Jepang, Spanyol, Inggris, Prancis)
membangun identitas nasional yang berbeda
menjamin kemerdekaan dari kekuasaan penjajah
Pemilihan Bahasa Nasional
Ada pengaruh kekuatan politik.
Pilihan yang salah bisa memicu sentimen,
kerusuhan, bahkan perang.
Contoh kasus:
• Bahasa Pilipino (Tagalog)
• Bahasa Indonesia
Perencanaan Bahasa Resmi Nasional
Bentuk
Kegunaan dan Sikap
Sosial
Pemilihan
Penerimaan
Linguistis
Pembakuan
Perluasan
Peran Linguis
dalam Perencanaan Bahasa
Pengaruh akademi bahasa
Pengaruh individu
Contoh: Samuel Johnson
Samuel Johnson
Pembakuan Sistem Ejaan
Pengaruh pemerintah
Pengaruh misionaris
Pengaruh teknologi
Pengembangan Kosakata
Kebutuhan mencari kata-kata untuk
• hal-hal sehari-hari
• medan-medan yang lebih khusus atau formal
(dokumen resmi, pengajaran)
Jalan keluar:
• meminjam dari bahasa lain
• menciptakan kata baru
Penerimaan Masyarakat Tutur
Ketegasan pemerintah
Perencana Bahasa
Perencana bahasa biasanya fokus terhadap masalahmasalah bahasa tertentu.
Peran mereka adalah mengembangkan kebijakan
penggunaan bahasa yang akan memecahkan
masalah-masalah dengan tepat di komunitas tutur
tertentu.
•
mengembangkan sebuah varian ke dalam medanmedan tinggi yang baru (atau sebaliknya)
•
pola perilaku para pengguna bahasa
Sejarah dan Pengembangan
Bahasa Indonesia
KBBI (Edisi Ketiga), halaman xxi-xxiii, xxv.
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan (2005), halaman 9-11.
Kridalaksana, Harimurti (penyunting). Masa Lampau
bahasa Indonesia: Sebuah Bunga Rampai. Yogyakarta:
Kanisius, 1991.
Asal Bahasa Indonesia
Ki Hajar Dewantara
dalam Kongres Bahasa Indonesia I 1939 di Solo
“jang dinamakan 'Bahasa Indonesia' jaitoe bahasa Melajoe jang
soenggoehpoen pokoknja berasal dari 'Melajoe Riaoe' akan tetapi
jang soedah ditambah, dioebah ataoe dikoerangi menoeroet
keperloean zaman dan alam baharoe, hingga bahasa itoe laloe
moedah dipakai oleh rakjat diseloeroeh Indonesia; pembaharoean
bahasa Melajoe hingga menjadi bahasa Indonesia itoe haroes
dilakoekan oleh kaoem ahli jang beralam baharoe, ialah alam
kebangsaan Indonesia”
Asal Bahasa Indonesia
Kongres Bahasa Indonesia II
1954 di Medan
“bahwa asal bahasa Indonesia ialah Bahasa Melaju.
Dasar bahasa Indonesia ialah Bahasa Melaju jang
disesuaikan dengan pertumbuhannja dalam
masjarakat Indonesia”
Peresmian Bahasa Indonesia
Secara Sosiologis
Sumpah Pemuda
28 Oktober 1928
Peresmian Bahasa Indonesia
Secara Yuridis
Undang-undang Dasar Republik Indonesia 1945
Pasal 36
“Bahasa negara ialah Bahasa Indonesia”
Pemilihan Bahasa Indonesia
Kenapa Bahasa Melayu?
Kenapa Bukan Bahasa Jawa?
•
Pemilihan bahasa Jawa akan selalu dirasakan sebagai pengistimewaan
yang berlebihan atau upaya pengambilalihan.
•
Pemilihan bahasa Jawa akan menumbuhkan semangat separatisme.
•
Secara fonetis, morfologis, dan leksikal, bahasa Melayu lebih mudah
daripada bahasa Jawa.
•
Bahasa Jawa mencerminkan struktur masyarakat yang feodal.
•
Bahasa Melayu punya sejarah yang panjang sebagai lingua franca.
Steinhauer, H. “Tentang Sejarah Bahasa Indonesia,” Masa Lampau bahasa
Indonesia: Sebuah Bunga Rampai. ed. Harimurti Kridalaksana.
Yogyakarta: Kanisius, 1991.
Bahasa Melayu Kuna
Kerajaan Sriwijaya (mulai abad ke-7)
Bahasa Melayu Klasik
Kerajaan Malaka (mulai
abad ke-15)
- bahasa Melayu sebagai
bahasa sastra
Bahasa Melayu Klasik
Zaman kolonial (mulai abad ke-16)
- bahasa Melayu sebagai bahasa perdagangan
- bahasa Melayu sebagai propaganda agama
- bahasa Melayu yang bagaimana?
bahasa Melayu Tinggi dan bahasa Melayu Rendah
- bahasa Melayu Klasik = bahasa Melayu Riau-Johor
- Klinkert melakukan penerjemahan Alkitab
- C.A. van Ophuijsen menulis Maleische Spaakkunst
- sekolah-sekolah pemerintah Belanda
Bahasa Melayu Modern
Pendudukan Belanda
• Kesusastraan Indonesia modern
(mulai sekitar abad ke-20)
• Biro Bacaan Rakyat (mulai 1908)
• Sumpah Pemuda (1928)
Pendudukan Jepang
menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi
Bahasa Melayu Modern
•
•
•
•
Bahasa Indonesia
Bahasa Malaysia
Bahasa Melayu Singapura
Bahasa Melayu Brunei Darussalam
Peristilahan
Kongres Bahasa Indonesia I
Dalil-dalil mengenai Menyesuaikan Kata dan Ejaan Asing
kepada Bahasa Indonesia (Mr. Amir Sjarifoeddin)
Zaman Penjajahan Jepang
- Indonesiago Seibu Iinkai (20 Oktober 1942)
Istilah-istilah khusus pengajaran
- Lembaga Bahasa Indonesia menerbitkan Istilah Bahasa
Indonesia (1944)
Peristilahan
Komisi Bahasa Indonesia (18 Juni 1947)
Kementrian Pendidikan menerbitkan Bentuk Istilah (1950)
Komisi Istilah (13 Mei 1950)
Kongres Bahasa Indonesia II (1954) membentuk Dewan
Pertimbangan Istilah
Panitia Pengembangan Bahasa Indonesia (1972)
Pedoman Umum Pembentukan Istilah
Urutan sumber istilah:
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
Kata dalam bahasa Indonesia yang lazim
Kata dalam bahasa Indonesia yang sudah tidak lazim
Kata dalam bahasa serumpun yang lazim
Kata dalam bahasa serumpun yang sudah tidak lazim
Kata dalam bahasa Inggris
Kata dalam bahasa lain yang internasional
Syarat bentuk istilah:
(1) Ungkapan yang paling singkat
(2) Ungkapan yang maknanya tidak menyimpang
(3) Ungkapan yang tidak berkonotasi buruk
(4) Ungkapan yang sedap didengar
Proses pembentukan istilah:
(1) Penyerapan dengan penyesuaian ejaan dan lafal
(2) Penyerapan tanpa perubahan
(3) Penerjemahan
(4) Penyerapan dan/atau penerjemahan
Perkembangan Sistem Ejaan
Kongres Bahasa Indonesia I (1938)
- Ejaan van Ophuijsen (Kitab Logat Melajoe 1901)
19 Maret 1947
- Ejaan Soewandi (Menteri Pendidikan)
Kongres Bahasa Indonesia II (1954)
- Sistem Pembaharuan 1957
(tidak pernah diberlakukan)
Kongres Bahasa di Singapura (1956)
- Ejaan Melindo 1959
(tidak pernah dibakukan)
Ejaan Baru
Ejaan Baru 1966
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia
Anton M. Moeliono
Ejaan Baru Bahasa Indonesia
Ejaan Baru Bahasa Malaysia
Ejaan yang Disempurnakan (EYD)
Peraturan Pemerintah no. 57/1972
dalam
An Introduction to Sociolinguistics
Janet Holmes
Edisi Kedua (2001)
disajikan oleh
Melody Violine
Bahasa Nasional
dialek regional atau bahasa
yang menjadi bahasa standar atau lingua franca
di negeri yang multilingual, karena perkembangan
sejarah, kesepakatan bangsa, atau ketetapan undangundang.
(Kamus Linguistik Edisi Keempat
dan KBBI Edisi Ketiga)
Bahasa Resmi
bahasa yang digunakan
dalam komunikasi resmi
seperti dalam perundang-undangan,
surat-menyurat dinas, dsb.
(Kamus Linguistik Edisi Keempat)
Bahasa Standar
1. ragam bahasa atau dialek yang diterima untuk
dipakai dalam situasi resmi dan yang dianggap
paling baik, seperti dalam perundang-undangan,
surat-menyurat resmi, berbicara di depan umum, dsb.
(Kamus Linguistik Edisi Keempat)
Bahasa Standar
2. bahasa persatuan
dalam masyarakat bahasa
yang mempunyai banyak bahasa.
(Kamus Linguistik Edisi Keempat)
Bahasa Persatuan
bahasa yang digunakan dalam masyarakat bahasa,
yang dianggap sebagai
faktor yang menyatukan masyarakat
secara politis, kultural, dsb.
(Kamus Linguistik Edisi Keempat)
Bahasa Daerah
bahasa yang digunakan penduduk asli suatu daerah,
biasanya dalam wilayah yang multilingual.
(Kamus Linguistik)
bahasa yang lazim dipakai di suatu daerah.
(KBBI Edisi Ketiga)
Perencanaan Bahasa
usaha untuk memperbaiki komunikasi bahasa
dengan menciptakan subsistem-subsistem baru
atau menyempurnakannya, sesuai dengan kebutuhan
masyarakat yang memakainya.
Standardisasi peristilahan
dalam bidang-bidang kehidupan
adalah contoh perencanaan bahasa.
(Kamus Linguistik)
Pembinaan Bahasa
upaya untuk meningkatkan mutu penggunaan
bahasa, antara lain mencakupi peningkatan sikap,
pengetahuan, dan keterampilan berbahasa yang
dilakukan misalnya melalui jalur pendidikan dan
pemasyarakatan.
(KBBI Edisi Ketiga)
Standardisasi
1. proses penerimaan seperangkat norma
seperti tinggi-rendah, hormat-tak hormat,
resmi-tak resmi dsb.,
dan pola bahasa
seperti lafal, ejaan, gramatika, dsb.
oleh masyarakat bahasa
(Kamus Linguistik Edisi Keempat)
Standardisasi
2. proses penerimaan dialek atau ragam tertentu
sebagai bahasa standar oleh masyarakat bahasa
(Kamus Linguistik Edisi Keempat)
Pembakuan
proses pencatatan norma-norma
yang telah dihasilkan oleh proses standardisasi,
dalam bentuk buku tata bahasa, pedoman lafal,
pedoman ejaan, pedoman istilah, atau kamus
(Kamus Linguistik Edisi Keempat)
Kompetisi Status Bahasa Nasional
bahasa pribumi versus bahasa kolonial (Paraguay)
bahasa kolonial versus bahasa dunia (Filipina)
bahasa daerah versus bahasa daerah (Zaire)
Perbedaan Bahasa Nasional
dan Bahasa Resmi
Pembedaannya berdasarkan dimensi
perasaan dan perwakilan
ideologis dan instrumental
Bahasa Nasional
•
bahasa kesatuan politis, budaya, dan sosial
•
dikembangkan dan digunakan sebagai simbol persatuan nasional
•
mengidentifikasi negara dan menyatukan rakyatnya
Bahasa Resmi
•
digunakan untuk urusan pemerintahan
•
berfungsi secara kegunaan/manfaat, tidak simbolis
Pemilihan Bahasa Nasional
dan Bahasa Resmi
Pemerintah menggunakan istilah “bahasa nasional” dan
“bahasa resmi” sesuai tujuan-tujuan politis mereka.
Sebagian negara tidak membedakan kedua istilah ini.
Pernyataan adanya bahasa nasional bisa menjadi satu
langkah dalam proses menegaskan kemerdekaan bagi
negara yang baru merdeka atau baru didirikan.
Status Resmi
dan Bahasa-bahasa Minoritas
Tidak semua bahasa yang memang menjadi bahasa resmi
pemerintahan juga disahkan menjadi bahasa resmi suatu
negara.
Besarnya biaya penyediaan jasa dan informasi dalam
semua bahasa resmi menjadi pertimbangan untuk
mengesahkan bahasa-bahasa minoritas sebagai bahasa
resmi.
Munculnya Bahasa Nasional
lingua franca dan simbol persatuan negara
muncul secara alami dan relatif tidak disadari
(Jepang, Spanyol, Inggris, Prancis)
membangun identitas nasional yang berbeda
menjamin kemerdekaan dari kekuasaan penjajah
Pemilihan Bahasa Nasional
Ada pengaruh kekuatan politik.
Pilihan yang salah bisa memicu sentimen,
kerusuhan, bahkan perang.
Contoh kasus:
• Bahasa Pilipino (Tagalog)
• Bahasa Indonesia
Perencanaan Bahasa Resmi Nasional
Bentuk
Kegunaan dan Sikap
Sosial
Pemilihan
Penerimaan
Linguistis
Pembakuan
Perluasan
Peran Linguis
dalam Perencanaan Bahasa
Pengaruh akademi bahasa
Pengaruh individu
Contoh: Samuel Johnson
Samuel Johnson
Pembakuan Sistem Ejaan
Pengaruh pemerintah
Pengaruh misionaris
Pengaruh teknologi
Pengembangan Kosakata
Kebutuhan mencari kata-kata untuk
• hal-hal sehari-hari
• medan-medan yang lebih khusus atau formal
(dokumen resmi, pengajaran)
Jalan keluar:
• meminjam dari bahasa lain
• menciptakan kata baru
Penerimaan Masyarakat Tutur
Ketegasan pemerintah
Perencana Bahasa
Perencana bahasa biasanya fokus terhadap masalahmasalah bahasa tertentu.
Peran mereka adalah mengembangkan kebijakan
penggunaan bahasa yang akan memecahkan
masalah-masalah dengan tepat di komunitas tutur
tertentu.
•
mengembangkan sebuah varian ke dalam medanmedan tinggi yang baru (atau sebaliknya)
•
pola perilaku para pengguna bahasa
Sejarah dan Pengembangan
Bahasa Indonesia
KBBI (Edisi Ketiga), halaman xxi-xxiii, xxv.
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan (2005), halaman 9-11.
Kridalaksana, Harimurti (penyunting). Masa Lampau
bahasa Indonesia: Sebuah Bunga Rampai. Yogyakarta:
Kanisius, 1991.
Asal Bahasa Indonesia
Ki Hajar Dewantara
dalam Kongres Bahasa Indonesia I 1939 di Solo
“jang dinamakan 'Bahasa Indonesia' jaitoe bahasa Melajoe jang
soenggoehpoen pokoknja berasal dari 'Melajoe Riaoe' akan tetapi
jang soedah ditambah, dioebah ataoe dikoerangi menoeroet
keperloean zaman dan alam baharoe, hingga bahasa itoe laloe
moedah dipakai oleh rakjat diseloeroeh Indonesia; pembaharoean
bahasa Melajoe hingga menjadi bahasa Indonesia itoe haroes
dilakoekan oleh kaoem ahli jang beralam baharoe, ialah alam
kebangsaan Indonesia”
Asal Bahasa Indonesia
Kongres Bahasa Indonesia II
1954 di Medan
“bahwa asal bahasa Indonesia ialah Bahasa Melaju.
Dasar bahasa Indonesia ialah Bahasa Melaju jang
disesuaikan dengan pertumbuhannja dalam
masjarakat Indonesia”
Peresmian Bahasa Indonesia
Secara Sosiologis
Sumpah Pemuda
28 Oktober 1928
Peresmian Bahasa Indonesia
Secara Yuridis
Undang-undang Dasar Republik Indonesia 1945
Pasal 36
“Bahasa negara ialah Bahasa Indonesia”
Pemilihan Bahasa Indonesia
Kenapa Bahasa Melayu?
Kenapa Bukan Bahasa Jawa?
•
Pemilihan bahasa Jawa akan selalu dirasakan sebagai pengistimewaan
yang berlebihan atau upaya pengambilalihan.
•
Pemilihan bahasa Jawa akan menumbuhkan semangat separatisme.
•
Secara fonetis, morfologis, dan leksikal, bahasa Melayu lebih mudah
daripada bahasa Jawa.
•
Bahasa Jawa mencerminkan struktur masyarakat yang feodal.
•
Bahasa Melayu punya sejarah yang panjang sebagai lingua franca.
Steinhauer, H. “Tentang Sejarah Bahasa Indonesia,” Masa Lampau bahasa
Indonesia: Sebuah Bunga Rampai. ed. Harimurti Kridalaksana.
Yogyakarta: Kanisius, 1991.
Bahasa Melayu Kuna
Kerajaan Sriwijaya (mulai abad ke-7)
Bahasa Melayu Klasik
Kerajaan Malaka (mulai
abad ke-15)
- bahasa Melayu sebagai
bahasa sastra
Bahasa Melayu Klasik
Zaman kolonial (mulai abad ke-16)
- bahasa Melayu sebagai bahasa perdagangan
- bahasa Melayu sebagai propaganda agama
- bahasa Melayu yang bagaimana?
bahasa Melayu Tinggi dan bahasa Melayu Rendah
- bahasa Melayu Klasik = bahasa Melayu Riau-Johor
- Klinkert melakukan penerjemahan Alkitab
- C.A. van Ophuijsen menulis Maleische Spaakkunst
- sekolah-sekolah pemerintah Belanda
Bahasa Melayu Modern
Pendudukan Belanda
• Kesusastraan Indonesia modern
(mulai sekitar abad ke-20)
• Biro Bacaan Rakyat (mulai 1908)
• Sumpah Pemuda (1928)
Pendudukan Jepang
menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi
Bahasa Melayu Modern
•
•
•
•
Bahasa Indonesia
Bahasa Malaysia
Bahasa Melayu Singapura
Bahasa Melayu Brunei Darussalam
Peristilahan
Kongres Bahasa Indonesia I
Dalil-dalil mengenai Menyesuaikan Kata dan Ejaan Asing
kepada Bahasa Indonesia (Mr. Amir Sjarifoeddin)
Zaman Penjajahan Jepang
- Indonesiago Seibu Iinkai (20 Oktober 1942)
Istilah-istilah khusus pengajaran
- Lembaga Bahasa Indonesia menerbitkan Istilah Bahasa
Indonesia (1944)
Peristilahan
Komisi Bahasa Indonesia (18 Juni 1947)
Kementrian Pendidikan menerbitkan Bentuk Istilah (1950)
Komisi Istilah (13 Mei 1950)
Kongres Bahasa Indonesia II (1954) membentuk Dewan
Pertimbangan Istilah
Panitia Pengembangan Bahasa Indonesia (1972)
Pedoman Umum Pembentukan Istilah
Urutan sumber istilah:
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
Kata dalam bahasa Indonesia yang lazim
Kata dalam bahasa Indonesia yang sudah tidak lazim
Kata dalam bahasa serumpun yang lazim
Kata dalam bahasa serumpun yang sudah tidak lazim
Kata dalam bahasa Inggris
Kata dalam bahasa lain yang internasional
Syarat bentuk istilah:
(1) Ungkapan yang paling singkat
(2) Ungkapan yang maknanya tidak menyimpang
(3) Ungkapan yang tidak berkonotasi buruk
(4) Ungkapan yang sedap didengar
Proses pembentukan istilah:
(1) Penyerapan dengan penyesuaian ejaan dan lafal
(2) Penyerapan tanpa perubahan
(3) Penerjemahan
(4) Penyerapan dan/atau penerjemahan
Perkembangan Sistem Ejaan
Kongres Bahasa Indonesia I (1938)
- Ejaan van Ophuijsen (Kitab Logat Melajoe 1901)
19 Maret 1947
- Ejaan Soewandi (Menteri Pendidikan)
Kongres Bahasa Indonesia II (1954)
- Sistem Pembaharuan 1957
(tidak pernah diberlakukan)
Kongres Bahasa di Singapura (1956)
- Ejaan Melindo 1959
(tidak pernah dibakukan)
Ejaan Baru
Ejaan Baru 1966
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia
Anton M. Moeliono
Ejaan Baru Bahasa Indonesia
Ejaan Baru Bahasa Malaysia
Ejaan yang Disempurnakan (EYD)
Peraturan Pemerintah no. 57/1972