Perencanaan Bahasa Bahasa Inggris Perl

NAMA

: RISNASARI ROSMAN

NPM

: 180110090021

JURUSAN

: SASTRA INDONESIA

MATA KULIAH

: PERENCANAAN BAHASA

Bahasa Inggris Perlu, Bahasa Daerah Bisa, Bahasa Indonesia Pasti
Bahasa dan budaya, keduanya saling berkait. Mustahil ada budaya tanpa ada
bahasa, sebaliknya, tak mungkin ada bahasa tanpa ada budaya. Keduanya saling
bertopang untuk saling berkembang.
Pemenuh mutlak budaya dan bahasa berkembang: adanya penutur, yang

tidak lain bangsa. Dan, untuk memungkinkan suatu bangsa berkembang, salah satu
jalannya dengan memajukan bahasa, seperti yang dikatakan Alif Danya Munsyi,
“Bahasa Menunjukkan Bangsa”. Karenanya, salah satu cara alat kontrol bahasa
dengan adanya undang-undang Bahasa Negara, yang pada konteks ini bahasa
Indonesia.
Adanya undang-undang Bahasa Negara, maka pengembangan, pembinaan,
dan perlindungan terhadap bahasa memiliki bukti nyata (tertulis) menjadi
tanggung jawab bersama, warga negara Indonesia. Dengan begitu bangsa yang
telah merdeka sejak 17 Agustus 1945 terus ikut andil memerdekaan bahasa
persatuannya.
Oleh karena itu, saya sangat setuju, mendukung, dan bangga dengan adanya
undang-undang dasar Bab III perihal Bahasa Negara. Harapan saya dengan adanya
undang-undang ini, kita —bangsa Indonesia— dibuat sadar peran serta bangsa
untuk melestarikan bahasa Indonesia. Undang-undang itu pula sebagai alat kontrol
kebahasaan.
Saya miris mendengar dan membaca diberbagai media dan teman-teman
yang

menyatakan kegelisahan dengan masuknya bahasa Inggris. Kegelisahan


mereka (termasuk saya) oleh arus globalisasi yang semakin gencar masuk ke tanah air
tanpa keseimbangan alat kontrol kesadaran bahwa kita memiliki bahasa Indonesia,
bahasa persatuan, bahasa yang telah diperjuangkan keberadaannya oleh bangsa
terdahulu.

Kemunculan bahasa Inggris, bisa jadi kemunduran bahasa Indonesia. Namun, itu
jika tidak adanya penyeimbangan untuk memerdekakan bahasa Indonesia. Bisa jadi
dengan masuknya bahasa Inggris, intelektualisasi bangsa Indonesia semakin terasah dan
dengan begitu kemajuan untuk bangsa Indonesia.
Akan tetapi, yang saya sayangkan: Undang-undang Bahasa Negara ini kurang
terpublikasi. Entah saya yang kurang “gaul”, atau memang begitu adanya. Jika benar,
sungguh disayangkan, karena saya kira, masyarakat musti tahu. Semoga saja kesadaran
bangsa terhadap bahasa Indonesia semakin terasah.
Bila harapan saya terwujud, mungkin persoalan bahasa bisa teratasi. Hanya saja,
majunya bahasa Indonesia bukan berarti kemunduran bahasa daerah. Jauh lebih baik
kalau ketiga bahasa itu saling berintegrasi, seperti jargon yang saya dapatkan di ruang
kuliah “Perencanaan Bahasa Indonesia”: bahasa Inggris perlu, bahasa daerah bisa,
bahasa Indonesia pasti.