bahan direktur ketahanan ekonomi
DIREKTUR KETAHANAN SENI, BUDAYA, AGAMA DAN
KEMASYARAKATAN
DIREKTORAT JENDERAL KESATUAN BANGSA DAN POLITIK
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
BAHAN PAPARAN
DIREKTORAT KETAHANAN SENI, BUDAYA
AGAMA DAN KEMASYARAKATAN
Disampaikan Oleh:
BUDI PRASETYO, SH., MM
Jakarta, 12 Februari 2014
2
PENINGKATAN KAPASITAS DAN
PARTISIPASI ORMAS DALAM RANGKA
(2)
KEMERDEKAAN BERSERIKAT & BER -KUMPUL, MENGELUARKAN PIKIRAN DGN LISAN & TULISAN & SEBAGAINYA DITETAPKAN DGN UU.
SETIAP ORG BERHAK ATAS KEBEBASAN BERSERIKAT,BERKUMPUL & MENGELUARKAN PENDAPAT.
UUD NRI
1945
Ps 28
Ps 28 E (3)
SETIAP ORG BERHAK UTK MEMAJUKAN DIRINYA DLM MEMPERJUANGKAN HAKNYA SECARA KOLEKTIF UTK MEMBANGUN MASYARAKAT, BANGSA, & NEGARANYA.
Ps 28 C (2)
3
Dalam menjalankan hak dan kebebasannya,
setiap
orang
wajib
tunduk
kepada
pembatasan yang ditetapkan dengan
Undang-Undang dengan maksud semata-mata untuk
menjamin pengakuan serta penghormatan
atas hak dan kebebasan orang lain dan untuk
memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan
pertimbangan
moral,
nilai-nilai
agama,
keamanan, dan ketertiban umum dalam suatu
masyarakat demokratis.
Ps 28 J (2)
ARAH KEBIJAKAN
1.
Memperkuat jaminan hak berserikat dan
berkumpul bagi warga negara;
2.
Penguatan sistem sosial;
3.
Pelembagaan partisipasi masyarakat;
4.
Pemberdayaan dan Penguatan kapasitas
Ormas;
5.
Transparansi dan akuntabilitas Ormas;
6.
Membangun relasi intra/antar Ormas yang
sehat;
7.
Kemandirian dan profesionalisme;
8.
Penataan sistem pelayanan dan administrasi;
9.
Menciptakan tertib hukum dalam bidang
(3)
TUJUAN ORMAS
►
Meningkatkan partisipasi dan keberdayaan masyarakat;
►
Memberikan pelayanan kepada masyarakat;
►
Menjaga nilai agama dan kepercayaan terhadap Tuhan
Yang Maha Esa;
►
Melestarikan dan memelihara norma, nilai, moral, etika,
dan budaya yang hidup dalam masyarakat;
►
Melestarikan sumber daya alam dan lingkungan hidup;
►
Mengembangkan kesetiakawanan sosial, gotong royong,
dan toleransi dalam kehidupan bermasyarakat;
►
Menjaga, memelihara, dan memperkuat persatuan dan
kesatuan bangsa; dan
►
Mewujudkan tujuan negara.
5
FUNGSI ORMAS
►
Penyalur kegiatan sesuai dengan kepentingan
anggota dan/atau tujuan organisasi;
►
Pembinaan dan pengembangan anggota untuk
mewujudkan tujuan organisasi;
►
Penyalur aspirasi masyarakat;
►
Pemberdayaan masyarakat;
►
Pemenuhan pelayanan sosial;
►
Partisipasi masyarakat untuk memelihara, menjaga,
dan memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa
dan/atau;
►
Pemelihara dan pelestari norma, nilai, dan etika
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara.
6(4)
HAK
MENGATUR &
MENGURUS
RMH TANGGA
ORGANISASI
SCR MANDIRI
DAN
TERBUKA
MEMPEROLEH
HAK ATAS
KEKAYAAN
INTELEKTUAL
UTK NAMA DAN
LAMBANG
MEMPERJUANG-
KAN CITA2 &
TUJUAN
ORGANISASI
MELAKSANAKAN
KEGIATAN
UTK MENCAPAI
TUJUAN
ORGANISASI
MENDAPAT
PERLINDUNGAN
HUKUM TERHADAP
KEBERADAAN
& KEGIATAN
ORGANISASI
BEKERJASAMA
DGN
PEMERINTAH
PEMDA,
SWASTA,
ORMAS LAIN &
PIHAK LAIN
MELAKSANAKAN
KEGIATAN
SESUAI TUJUAN
ORGANISASI
MENJAGA
PERSATUAN &
KESATUAN
BANGSA SERTA
KEUTUHAN
NKRI
MEMELIHARA
NILAI AGAMA,
BUDAYA, MORAL,
ETIKA & NORMA
KESUSILAAN
SERTA MEMBERIKAN
MANFAAT UTK
MASYARAKAT
MENJAGA
KETERTIBAN
UMUM &
TERCIPTANYA
KEDAMAIAN
MELAKUKAN
PENGELOLAAN
KEUANGAN SCR
TRANSPARAN
& AKUNTABEL
PARTISIPASI
DALAM
PENCAPAIAN
TUJUAN
NEGARA
KEWAJIBAN
HAK DAN KEWAJIBAN ORMAS
UU No. 17 Tahun 2013 Pasal 20 & 21
ARAH PENATAAN ORGANISASI KEMASYARAKATAN YG
DI LAKUKAN KEMENDAGRI
8
PENATAAN
SISTEM
PENATAAN
ORMAS
PENGEMBANGAN
SISTEM APLIKASI
DATABASE ORMAS
PENATAAN
REGULASI
PENGUATAN
KELEMBAGAAN
KEMITRAAN
DENGAN ORMAS
(PERMENGARI NO. 44
THN 2009 jo 20/2013)
REVISI UU NO 8
TAHUN 1985
(UU No. 17 Th. 2013)
HIBAH
(PERMENDAGRI
N0. 32/2011 jo 39/2012)
PENYUSUNAN PERATURAN
PEMERINTAH TINDAK
LANJUT UU NO. 17 THN 2013
PENINGKATAN
KUALITAS SDM
(5)
PENINGKATAN KAPASITAS ORMAS
9
PEMERINTAH
PEMERINTAH
DAERAH
PEMBERDAYAAN
ORMAS
PEMBERDAYAAN ORMAS
10
FASILITASI
KEBIJAKAN
PENGUATAN
KAPASITAS
KELEMBAGAAN
PENINGKATAN
KUALITAS SDM
peraturan per-UU-an
yg mendukung
pemberdayaan ormas
penguatan manajemen org.
penyediaan data & informasi
pengembangan kemitraan
penguatan kepemimpinan
& kaderisasi
dukungan keahlian,
program, & pendampingan
pemberian penghargaan
penelitian & pengembangan
pendidikan & pelatihan
pemagangan
kursus
(6)
UU No. 17 Tahun 2013
Psl 41
1. Dalam hal pemberdayaan, Ormas dapat bekerja
sama
atau mendapat dukungan dari Ormas
lainnya, masyarakat, dan/atau swasta;
2. Kerja sama atau dukungan sebagaimana
dimaksud
pada
ayat
(1)
dapat
berupa
pemberian penghargaan, program, bantuan, dan
dukungan operasional organisasi.
PERAN ORMAS DALAM BERBAGAI
REGULASI/KEBIJAKAN PEMERINTAHAN
PEMERCEPAT PERUBAHAN ( ENABLER )
PERANTARA ( MEDIATOR )
PENDIDIK ( EDUCATOR )
PERENCANA ( PLANNER )
ADVOKASI ( ADVOCATION )
AKTIVIS ( ACTIVIST )
PELAKSANA TEKNIS ( TECHNICAL ROLES )
VOLUNTEER ( KELOMPOK SUKARELAWAN )
(7)
BENTUK
PARTISIPASI
ORMAS DALAM
PEMBANGUNAN
NASIONAL
BIDANG EKONOMI
-
MENINGKATKAN KETRAMPILAN
MASYARAKAT;
-
MENGENTASKAN KEMISKINAN;
-
MENGATASI PENGANGGURAN;
- MENGEMBANGKAN
KEWIRAUSAHAAN.
BIDANG KEAMANAN
- MENJAGA KEDAULATAN
BANGSA DAN NEGARA ;
- MEMUPUK JIWA DAN
SEMANGAT
BELA
NEGARA
BIDANG KEAGAMAAN
-
MENJAGA KERUKUNAN UMAT
BERAGAMA;
-
MENGEMBANGKAN
SIKAP
TOLERANSI.
BIDANG
PERENCANAAN
PEMBANGUNAN
-
FASILITATOR
PENYAMPAIAN
ASPIRASI MASY;
-
PERUMUSAN
KEBIJAKAN DLM
MUSREMBANG.
BIDANG POLITIK
-
MEMBERIKAN
PEMAHAMAN
TTG
PENDIDIKAN POLITIK
DAN
KESETARAAN
GENDER.
BIDANG SOSIAL & BUDAYA
-
MENJAGA
KERUKUNAN
SOSIAL,
SEMANGAT
GOTONG ROYONG DAN
TOLONG MENOLONG;
-
MENDORONG
PENGUATAN
KARAKTER BANGSA;
-
MELESTARIKAN BUDAYA.
BIDANG TRANTIBMAS
-
MEMBANTU APARAT
KEPOLISIAN;
-
MENJAGA STABILITAS
KEAMANAN
DAN
KETERTIBAN.
14
LANGKAH-LANGKAH KEMENDAGRI
DALAM PENINGKATAN PERAN FKUB GUNA
MEWUJUDKAN PEMILU 2014 RUKUN
DAN DAMAI
(8)
PEMBENTUKAN FKUB
PROV DAN KABUPATEN/KOTA 2011-2013
NO
WILAYAH
FKUB
PROV
FKUB
KAB
FKUB
KOTA
KETERAN
GAN
NASIONAL
33
332
92
Kab/Kota
JUMLAH prov/kab/kota
34
410
98
508
33
332
92
MASALAH PENDIRIAN RUMAH IBADAT
1. Gereja Paroki Santo Bernedet di Komplek Perumahan Tarakanita Jl. Matahari RT 07/04 Kelurahan Sudimara Kecamatan Pinang Kota Tangerang, Provinsi Banten.
2. Gereja HKBP Baru Jl. Dokter Wahidin, Kelurahan Jati Makmur, Kecamatan Binjai Utara, Provinsi Sumatera Utara.
3. Gereja HKBP (Huria Kristen Batak Protestan), Gereja Pentakosta, dan Gereja GKRI (Gereja Kristus Rahani Indonesia), di Kota Bekasi, Provinsi Jawa Barat.
4. Gereja Kristen Sulawesi Selatan/GKSS Klasis Mappatua Kabupaten Pangkep, Provinsi Sulawesi Selatan.
5. GKI Taman Yasmin Kota Bogor, HKBP Filadelfia Tambun Kabupaten Bekasi, dan Gereja Pante Kosta Indonesia (GPdI) Kabupaten Sumedang, Provinsi Jawa Barat.
1. Penyegelan Musholla Assyafiiyah di Kota Denpasar, Provinsi Bali yang hendak dijadikan
Masjid.
2. Penolakan pembangunan Masjid Raudatul Jannah Desa Kaima, Kecamatan Kauditan,
Kabupaten Minahasa Utara, Provinsi Sulawesi Utara.
3. Penolakan pembangunan Masjid di Provinsi Papua Barat.
4. Penolakan pembangunan Masjid di Perumahan di Kota Batam, Provinsi Kepri.
5. Penghentian pembangunan Masjid Nur Musafir Batulapat, Kota Kupang, Provinsi NTT.
6. Kasus lain tidak terkait dengan mayoritas dan minoritas tetapi karena tidak sesuai
perizinan, di Provinsi Sumatera Utara ada 3 masjid yang dibongkar oleh Satpol PP, yaitu
Masjid Al Ikhlas di Jl. Timor Medan, Mushola Al Jihad di Kisaran, Masjid Huddam I BB.
Ini merupakan bentuk ketegasan aparat Pemda setempat terhadap pelanggaran
perizinan.
GEREJA
(9)
RASIO JUMLAH RUMAH IBADAT
17
NO
AGAMA
TAHUN 1977
TAHUN 2004
% KENAIKAN
1
Islam
392.044
643.834
64%
2
Kristen
18.977
43.909
131%
3
Katolik
4.934
12.473
153%
4
Hindu
4.247
24.431
475,25%
5
Buddha
1.523
7.129
368%
TABEL PERSENTASE KENAIKAN JUMLAH RUMAH IBADAT TAHUN 204
NO
AGAMA
RUMAH IBADAT
PEMELUK
RASIO
1
Islam
243,091
215,144,5608
1 : 885
2
Protestan
47,106
22,512,326
1 : 331
3
Katolik
12,242
8,274,999
1 : 676
4
Hindu
14,059
4,449,257
1 : 316
5
Budha
2,992
2,280,859
1 : 762
TABEL RASIO PERBANDINGANJUMLAH RUMAH IBADAT DENGAN JUMLAH PEMELUK AGAMA
1. Masih kurangnya konsistensi dalam mengimplementasikan PBM No 9 dan No 8 tahun 2006.
2. Masih kurangnya sosialisasi PBM No 9 dan No 8 Tahun 2006 di tingkat pejabat daerah,
kecamatan , desa/kelurahan dan masyarakat.
3. Belum optimalnya dukungan anggaran dalam rangka pemberdayaan FKUB.
4. Masih munculnya perselisihan pendirian rumah ibadat akibat masih kurangnya pemahaman
terhadap persyaratan pendirian rumah ibadat dan konsistensi dalam melaksanakan PBM No 9 dan
No 8 Tahun 2006.
5. Merebaknya aliran-aliran baru yang dinilai sesat yang susah dipantau dan kesulitan untuk
dilakukan penindakannya.
6. Masih adanya beberapa kabupaten yang belum membentuk FKUB karena ada penolakan dari
tokoh-tokoh agama dan tokoh masyarakat lokal (misalnya beberapa kab di Sumbar).
7. Kurang optimalnya pengembangan dan penghormatan terhadap kearifan lokal dalam menjaga
kerukunan umat beragama.
8. Masih adanya adanya kecenderungan pemaksaan kehendak terhadap norma yang di masyarakat
sudah mapan dan kurang mengindahkan etika publik dalam kehidupan keagamaan .
9. Kurang terjalinnya komunikasi intensif dan terbuka antara tokoh agama dan masyarakat dalam
proses pendirian rumah ibadat.
HASIL EVALUASI DAN MONITORING
DI BEBERAPA DAERAH
(10)
1. Perlunya penguatan kapasitas dan kelembagaan FKUB provinsi, kabupaten/kota bahkan sampai tingkat ke kecamatan melalui reposisi Ketua Dewan Penasihat FKUB agar dipimpin langsung oleh kepala daerah.
2. Agama bukan faktor pemicu konflik sosial, karena secara kultural bangsa Indonesia memiliki akar sejarah dan budaya yang kuat tentang toleransi kerukunan umat beragama. Kecenderungan yang terjadi, faktor kesenjangan dan kesejahteraan banyak menjadi pemicu konflik sosial.
3. Perlunya dibentuk FKUB sampai di tingkat kecamatan serta memperbanyak dan memperluas cakupan sosialisasi sampai ke tingkat kecamatan, bahkan sampai desa/kelurahan dan juga kepada kelompok masyarakat luas dengan metode-metode yang efektif dan optimalisasi media sosial.
4. Pemerintah dan pemerintah daerah perlu mempertimbangkan untuk melakukan pendekatan strategi seni, budaya dan kearifan dalam penanganan masalah kerukunan umat beragama.
5. Pemerintah terus menerus mengingatkan kepala daerah provinsi dan kabupaten/kota untuk mengoptimalkan implementasi regulasi dan meningkatkan dukungan anggaran secara signifikan kepada FKUB dengan mempertimbangkan faktor:
Luas wilayah
Potensi masalah kerukunan umat beragama
Heterogenitas penduduk
Kemampuan dan potensi keuangan daerah
6. Dalam rangka peningkatan kapasitas dan kemampuan anggota FKUB provinsi, kabupaten/kota, perlu ditingkatkan pemahaman wawasan dan komitmen kebangsaan serta kemampuannya untuk melaksanakan tugas-tugas strategis:
Melakukan deteksi dini dan pemetaan gangguan kerukunan umat beragama.
Meredam dan mencari solusi terhadap gangguan kerukunan umat beragama.
Mengidentifikasi dan merevitalisasi kearifan lokal yang dapat mendukung kerukunan antar umat beragama.
7. Perlunya peningkatan status PBM No. 9 dan No. 8 Tahun 2006 menjadi Undang-Undang atau Peraturan Pemerintah dan atau Perpres.
PENGUATAN KELEMBAGAAN FKUB
20
FASILITASI KEMENDAGRI KEPADA TMII DAN
ANJUNGAN DAERAH DALAM RANGKA
(11)
FASILITASI KEMENDAGRI KEPADA TMII DAN
ANJUNGAN DAERAH
21
1. Memberikan dukungan kepada Manajemen TMII dalam memfasilitasi dan
mengkoordinasikan kepada Pemda Provinsi yang memiliki aset anjungan
daerah di TMII, untuk mempromosikan, melestarikan dan mengembangkan
nilai kearifan lokal serta membangun karakter bangsa;
2. Memberikan fasilitasi dan dukungan dalam pelaksanaan avent-event
kebudayaan yang diselenggarakan oleh TMII;
3. Sejak tahun 2007 telah memfasilitasi TMII dan Pemda Provinsi dalam
rangka pembangunan anjungan daerah Provinsi Kepulauan Riau, Bangka
Belitung, Banten, Maluku Utara, Gorontalo, Sulawesi Barat dan Papua
Barat.
4. Memfasilitasi TMII dalam pelaksanakan Road Show dan Rapat Koordinasi
ke beberapa Provinsi Yang dilakukan oleh Tim (terdiri dari Manajemen
TMII, Ditjen Kesbangpol Kemendagri dan Ditjen NBSF Kemenbudpar)
secara bersama dalam rangka sosialisasi program TMII serta mendorong
Pemerintah Daerah (Pemerintah Provinsi, Kabupaten/Kota) untuk
pelaksanaan pelestarian kebudayaan di Anjungan Provinsi secara
konsisten dan berkesinambungan.
22
PERAN KEMENDAGRI DALAM
MEWUJUDKAN INDONESIA BEBAS
(12)
1. DATA
BNN
DALAM
5
TAHUN
TERAKHIR
PENYALAHGUNAAN
NARKOBA
MENGALAMI
PENINGKATAN RATA-RATA 26% SETIAP TAHUN
2. DATA PREVALENSI PENYALAHGUNAAN NARKOBA DALAM
TIGA TAHUN TERAKHIR MENGALAMI PENINGKATAN,
TAHUN 2009 PREVALENSI 1,99% (3,6 JT ORG), TH. 2010
PREVALENSI PENYALAHGUNAAN NARKOBA 2,21% (4,02
JT ORG), DAN TH. 2011 PREVALENSI PENYALAHGUNAAN
NARKOBA 2,8% (5 JT ORG)
3. LEMAHNYA KOORDINASI ANTAR INSTITUSI (PUSAT DAN
DAERAH) DALAM ASPEK PERENCANAAN PROG/KEG,
IMPLEMENTASI PROG/KEG DAN MONEV
4. KETERBATASAN DUKUNGAN ANGGARAN DAERAH
KONDISI OBYEKTIF
KONSIDERAN MENIMBANG
PERMENDAGRI NOMOR 21 TAHUN 2013
DENGAN MENINGKATNYA PENYALAHGUNAAN
NARKOTIKA DI MASYARAKAT MEMBAHAYAKAN PERKEMBANGAN
SUMBER DAYA MANUSIA INDONESIA DAN MENGANCAM
KEHIDUPAN BANGSA DAN NEGARA
PEMDA BERTANGGUNGJAWAB MELINDUNGI
MASYARAKAT
DAN MENINGKATKAN KUALITAS KEHIDUPAN
MASAYARAKAT MELALUI
FASILITASI PENCEGAHAN
(13)
UPAYA KEMENDAGRI DALAM MENUJU INDONESIA
BEBAS NARKOBA 2015
PERMENDA GRI NO. 21 TAHUN 2013 TENTANG FASILITASI PENCEGAHAN,
PENYALAH-GUNAAN NARKOTIKKA
MUATAN
ISI
PERAN GUBERNUR/
BUPATI /WALIKOTA
PENDANAAN
PEMBINAAN DAN
PENGAWASAN
PELAPORAN
(1)
PEMBENTUKAN FKUB
PROV DAN KABUPATEN/KOTA 2011-2013
NO
WILAYAH
FKUB
PROV
FKUB
KAB
FKUB
KOTA
KETERAN
GAN
NASIONAL
33
332
92
Kab/Kota
JUMLAH prov/kab/kota
34
410
98
508
33
332
92
MASALAH PENDIRIAN RUMAH IBADAT
1. Gereja Paroki Santo Bernedet di Komplek Perumahan Tarakanita Jl. Matahari RT 07/04 Kelurahan Sudimara Kecamatan Pinang Kota Tangerang, Provinsi Banten.
2. Gereja HKBP Baru Jl. Dokter Wahidin, Kelurahan Jati Makmur, Kecamatan Binjai Utara, Provinsi Sumatera Utara. 3. Gereja HKBP (Huria Kristen Batak Protestan), Gereja Pentakosta, dan Gereja GKRI (Gereja Kristus Rahani
Indonesia), di Kota Bekasi, Provinsi Jawa Barat.
4. Gereja Kristen Sulawesi Selatan/GKSS Klasis Mappatua Kabupaten Pangkep, Provinsi Sulawesi Selatan.
5. GKI Taman Yasmin Kota Bogor, HKBP Filadelfia Tambun Kabupaten Bekasi, dan Gereja Pante Kosta Indonesia (GPdI) Kabupaten Sumedang, Provinsi Jawa Barat.
1. Penyegelan Musholla Assyafiiyah di Kota Denpasar, Provinsi Bali yang hendak dijadikan
Masjid.
2. Penolakan pembangunan Masjid Raudatul Jannah Desa Kaima, Kecamatan Kauditan,
Kabupaten Minahasa Utara, Provinsi Sulawesi Utara.
3. Penolakan pembangunan Masjid di Provinsi Papua Barat.
4. Penolakan pembangunan Masjid di Perumahan di Kota Batam, Provinsi Kepri.
5. Penghentian pembangunan Masjid Nur Musafir Batulapat, Kota Kupang, Provinsi NTT.
6. Kasus lain tidak terkait dengan mayoritas dan minoritas tetapi karena tidak sesuai
perizinan, di Provinsi Sumatera Utara ada 3 masjid yang dibongkar oleh Satpol PP, yaitu
Masjid Al Ikhlas di Jl. Timor Medan, Mushola Al Jihad di Kisaran, Masjid Huddam I BB.
Ini merupakan bentuk ketegasan aparat Pemda setempat terhadap pelanggaran
perizinan.
GEREJA
(2)
RASIO JUMLAH RUMAH IBADAT
17
NO
AGAMA
TAHUN 1977
TAHUN 2004
% KENAIKAN
1
Islam
392.044
643.834
64%
2
Kristen
18.977
43.909
131%
3
Katolik
4.934
12.473
153%
4
Hindu
4.247
24.431
475,25%
5
Buddha
1.523
7.129
368%
TABEL PERSENTASE KENAIKAN JUMLAH RUMAH IBADAT TAHUN 204
NO
AGAMA
RUMAH IBADAT
PEMELUK
RASIO
1
Islam
243,091
215,144,5608
1 : 885
2
Protestan
47,106
22,512,326
1 : 331
3
Katolik
12,242
8,274,999
1 : 676
4
Hindu
14,059
4,449,257
1 : 316
5
Budha
2,992
2,280,859
1 : 762
TABEL RASIO PERBANDINGANJUMLAH RUMAH IBADAT DENGAN JUMLAH PEMELUK AGAMA
1. Masih kurangnya konsistensi dalam mengimplementasikan PBM No 9 dan No 8 tahun 2006.
2. Masih kurangnya sosialisasi PBM No 9 dan No 8 Tahun 2006 di tingkat pejabat daerah,
kecamatan , desa/kelurahan dan masyarakat.
3. Belum optimalnya dukungan anggaran dalam rangka pemberdayaan FKUB.
4. Masih munculnya perselisihan pendirian rumah ibadat akibat masih kurangnya pemahaman
terhadap persyaratan pendirian rumah ibadat dan konsistensi dalam melaksanakan PBM No 9 dan
No 8 Tahun 2006.
5. Merebaknya aliran-aliran baru yang dinilai sesat yang susah dipantau dan kesulitan untuk
dilakukan penindakannya.
6. Masih adanya beberapa kabupaten yang belum membentuk FKUB karena ada penolakan dari
tokoh-tokoh agama dan tokoh masyarakat lokal (misalnya beberapa kab di Sumbar).
7. Kurang optimalnya pengembangan dan penghormatan terhadap kearifan lokal dalam menjaga
kerukunan umat beragama.
8. Masih adanya adanya kecenderungan pemaksaan kehendak terhadap norma yang di masyarakat
sudah mapan dan kurang mengindahkan etika publik dalam kehidupan keagamaan .
9. Kurang terjalinnya komunikasi intensif dan terbuka antara tokoh agama dan masyarakat dalam
proses pendirian rumah ibadat.
HASIL EVALUASI DAN MONITORING
DI BEBERAPA DAERAH
(3)
1. Perlunya penguatan kapasitas dan kelembagaan FKUB provinsi, kabupaten/kota bahkan sampai tingkat ke kecamatan melalui reposisi Ketua Dewan Penasihat FKUB agar dipimpin langsung oleh kepala daerah.
2. Agama bukan faktor pemicu konflik sosial, karena secara kultural bangsa Indonesia memiliki akar sejarah dan budaya yang kuat tentang toleransi kerukunan umat beragama. Kecenderungan yang terjadi, faktor kesenjangan dan kesejahteraan banyak menjadi pemicu konflik sosial.
3. Perlunya dibentuk FKUB sampai di tingkat kecamatan serta memperbanyak dan memperluas cakupan sosialisasi sampai ke tingkat kecamatan, bahkan sampai desa/kelurahan dan juga kepada kelompok masyarakat luas dengan metode-metode yang efektif dan optimalisasi media sosial.
4. Pemerintah dan pemerintah daerah perlu mempertimbangkan untuk melakukan pendekatan strategi seni, budaya dan kearifan dalam penanganan masalah kerukunan umat beragama.
5. Pemerintah terus menerus mengingatkan kepala daerah provinsi dan kabupaten/kota untuk mengoptimalkan implementasi regulasi dan meningkatkan dukungan anggaran secara signifikan kepada FKUB dengan mempertimbangkan faktor:
Luas wilayah
Potensi masalah kerukunan umat beragama
Heterogenitas penduduk
Kemampuan dan potensi keuangan daerah
6. Dalam rangka peningkatan kapasitas dan kemampuan anggota FKUB provinsi, kabupaten/kota, perlu ditingkatkan pemahaman wawasan dan komitmen kebangsaan serta kemampuannya untuk melaksanakan tugas-tugas strategis:
Melakukan deteksi dini dan pemetaan gangguan kerukunan umat beragama.
Meredam dan mencari solusi terhadap gangguan kerukunan umat beragama.
Mengidentifikasi dan merevitalisasi kearifan lokal yang dapat mendukung kerukunan antar umat beragama.
7. Perlunya peningkatan status PBM No. 9 dan No. 8 Tahun 2006 menjadi Undang-Undang atau Peraturan Pemerintah dan atau Perpres.
PENGUATAN KELEMBAGAAN FKUB
20
FASILITASI KEMENDAGRI KEPADA TMII DAN
ANJUNGAN DAERAH DALAM RANGKA
(4)
FASILITASI KEMENDAGRI KEPADA TMII DAN
ANJUNGAN DAERAH
21
1. Memberikan dukungan kepada Manajemen TMII dalam memfasilitasi dan
mengkoordinasikan kepada Pemda Provinsi yang memiliki aset anjungan
daerah di TMII, untuk mempromosikan, melestarikan dan mengembangkan
nilai kearifan lokal serta membangun karakter bangsa;
2. Memberikan fasilitasi dan dukungan dalam pelaksanaan avent-event
kebudayaan yang diselenggarakan oleh TMII;
3. Sejak tahun 2007 telah memfasilitasi TMII dan Pemda Provinsi dalam
rangka pembangunan anjungan daerah Provinsi Kepulauan Riau, Bangka
Belitung, Banten, Maluku Utara, Gorontalo, Sulawesi Barat dan Papua
Barat.
4. Memfasilitasi TMII dalam pelaksanakan Road Show dan Rapat Koordinasi
ke beberapa Provinsi Yang dilakukan oleh Tim (terdiri dari Manajemen
TMII, Ditjen Kesbangpol Kemendagri dan Ditjen NBSF Kemenbudpar)
secara bersama dalam rangka sosialisasi program TMII serta mendorong
Pemerintah Daerah (Pemerintah Provinsi, Kabupaten/Kota) untuk
pelaksanaan pelestarian kebudayaan di Anjungan Provinsi secara
konsisten dan berkesinambungan.
PERAN KEMENDAGRI DALAM
MEWUJUDKAN INDONESIA BEBAS
(5)
1. DATA
BNN
DALAM
5
TAHUN
TERAKHIR
PENYALAHGUNAAN
NARKOBA
MENGALAMI
PENINGKATAN RATA-RATA 26% SETIAP TAHUN
2. DATA PREVALENSI PENYALAHGUNAAN NARKOBA DALAM
TIGA TAHUN TERAKHIR MENGALAMI PENINGKATAN,
TAHUN 2009 PREVALENSI 1,99% (3,6 JT ORG), TH. 2010
PREVALENSI PENYALAHGUNAAN NARKOBA 2,21% (4,02
JT ORG), DAN TH. 2011 PREVALENSI PENYALAHGUNAAN
NARKOBA 2,8% (5 JT ORG)
3. LEMAHNYA KOORDINASI ANTAR INSTITUSI (PUSAT DAN
DAERAH) DALAM ASPEK PERENCANAAN PROG/KEG,
IMPLEMENTASI PROG/KEG DAN MONEV
4. KETERBATASAN DUKUNGAN ANGGARAN DAERAH
KONDISI OBYEKTIF
KONSIDERAN MENIMBANG
PERMENDAGRI NOMOR 21 TAHUN 2013
DENGAN MENINGKATNYA PENYALAHGUNAAN
NARKOTIKA DI MASYARAKAT MEMBAHAYAKAN PERKEMBANGAN
SUMBER DAYA MANUSIA INDONESIA DAN MENGANCAM
KEHIDUPAN BANGSA DAN NEGARA
PEMDA BERTANGGUNGJAWAB MELINDUNGI
MASYARAKAT
DAN MENINGKATKAN KUALITAS KEHIDUPAN
MASAYARAKAT MELALUI
FASILITASI PENCEGAHAN
(6)
UPAYA KEMENDAGRI DALAM MENUJU INDONESIA
BEBAS NARKOBA 2015
PERMENDA GRI NO. 21 TAHUN 2013 TENTANG FASILITASI PENCEGAHAN,
PENYALAH-GUNAAN NARKOTIKKA