MODAL SOSIAL DAN KETAHANAN EKONOMI OJEK
MODAL SOSIAL DAN KETAHANAN EKONOMI OJEK PANGKALAN
(Studi Kasus: Ojek Pangkalan Salemba di Salemba Raya Jakarta Pusat)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh: RUSYDAN FATHY
NIM: 1112111000001
PROGRAM STUDI SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 1438 H / 2017 M
MODAL SOSIAL DAN KETAHANAN EKONOMI OJEK PANGKALAN
(Studi Kasus: Ojek Pangkalan Salemba di Salemba Raya Jakarta Pusat)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh:
RUSYDAN FATHY NIM: 1112111000001
Di bawah bimbingan: RR. SATITI SHAKUNTALA, M.SI PROGRAM STUDI SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 1438 H / 2017 M
PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME
Skripsi yang berjudul :
MODAL SOSIAL DAN KETAHANAN EKONOMI OJEK PANGKALAN (STUDI KASUS: OJEK PANGKALAN SALEMBA DI SALEMBA RAYA JAKARTA PUSAT)
1. Merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya saya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 22 Februari 2017
Rusydan Fathy
PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI
Dengan ini, Pembimbing Skripsi menyatakan bahwa mahasiswa:
Nama
: Rusydan Fathy
NIM
Program Studi
: Sosiologi
Telah menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul:
MODAL SOSIAL DAN KETAHANAN EKONOMI OJEK PANGKALAN (STUDI KASUS: OJEK PANGKALAN SALEMBA DI SALEMBA RAYA JAKARTA PUSAT)
dan telah memenuhi persyaratan untuk diuji.
Jakarta, 22 Februari 2017
Mengetahui,
Menyetujui,
Ketua Program Studi
Pembimbing
Dr. Cucu Nurhayati, M.Si. Rr. Satiti Shakuntala, M.Si. NIP: 197609182003122003
PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI SKRIPSI MODAL SOSIAL DAN KETAHANAN EKONOMI OJEK PANGKALAN (STUDI KASUS: OJEK PANGKALAN SALEMBA DI SALEMBA RAYA JAKARTA PUSAT)
oleh Rusydan Fathy
telah dipertahankan dalam sidang ujian skripsi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 7 Maret 2017. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos) pada Program Studi Sosiologi.
Ketua Sidang
Dr. Joharotul Jamilah, M.Si NIP: 196808161997032002
Penguji I Penguji II
Saifudin Asrori, M.Si M. Hasan Ansori, Ph.D NIP: 197719012009121001
Diterima dan dinyatakan memenuhi syarat kelulusan pada tanggal 7 Maret 2017.
Ketua Program Studi Sosiologi, FISIP UIN Jakarta
Dr. Cucu Nurhayati, M.Si NIP: 197609182003122003
ABSTRAK
Skripsi ini menganalisa modal sosial dan ketahanan ekonomi Ojek Pangkalan Salemba (OPS). Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan latar belakang terbentuknya modal sosial OPS serta mendeskripsikan peran modal sosial dalam menciptakan ketahanan ekonomi yang baik bagi OPS. Pengumpulan data dilakukan melalui teknik dokumen, observasi dan wawancara. Data diolah dan dianalisa melalui teknik tiga tahap penyandian data: penyandian terbuka, penyandian aksial dan penyandian selektif. Argumen dirumuskan melalui analisa dengan menggunakan teori modal sosial sebagai kerangka berpikir utama.
Dari hasil analisa peneliti menemukan bahwa norma dalam OPS (sistem antrian, penumpang milik bersama, tawar-menawar, musyawarah, keselamatan dan kenyamanan penumpang dan ojek online boleh nongkrong tapi jangan ngambil penumpang sembarangan) terbentuk karena adanya nilai-nilai (kekeluargaan, persaudaraan, kejujuran, kesabaran, rasa syukur dan toleransi) yang dipegang teguh bersama. Jaringan ( bonding social capital: kesamaan suku, tempat tinggal dan nasib; bridging social capital: terhadap kepolisian setempat, ojek online, organisasi sosial keagamaan dan penumpang) OPS terbentuk karena terdapat titik temu nilai- norma bersama serta adanya kerjasama. Kerja sama tersebut dapat diciptakan dengan adanya identitas bersama serta norma timbal balik. Kepercayaan dalam OPS terebentuk secara otomatis beriringan dengan pembentukan norma dan jaringan.
Selanjutnya, norma OPS berperan dalam menumbuhkan kebajikan-kebajikan sosial (loyalitas, kerukunan, keakraban dan keterbukaan). Bonding social capital OPS berperan dalam mempererat kerja sama antar anggota. Bridging social capital berperan dalam memperluas kerja sama antara OPS dengan orang lain di luar komunitas mereka. Kepercayaan berperan sebagai pelumas yang memuluskan hubungan dan aktifitas yang dilakukan OPS. Akhirnya peneliti menyimpulkan bahwa OPS sebagai komunitas ojek pangkalan memiliki ketahanan ekonomi yang baik di tengah perubahan, persaingan dan keterbatasan. Modal sosial OPS – norma, jaringan dan kepercayaan – melalui tahapan atau proses pembentukan yang berlangsung terus-menerus, memiliki manfaat dalam menciptakan ketahanan ekonomi yang baik bagi mereka.
Kata kunci: Modal Sosial, Ketahanan Ekonomi, Ojek Pangkalan.
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Alhamdulillahirabbil’alamin. Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya. Berkat keridhoan-Nya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul: MODAL SOSIAL DAN KETAHANAN EKONOMI OJEK PANGKALAN (STUDI KASUS: OJEK PANGKALAN SALEMBA DI SALEMBA RAYA JAKARTA PUSAT). Shalawat serta salam penulis curahkan kepada junjungan kita, Baginda Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya. Semoga para ummatnya mampu menyambut tongkat estafet perjuangan yang beliau sampaikan melalui agama Islam.
Untuk yang teristimewa, Abi dan Umi, Ubaydillah Maimun, S.E. dan Siti Rohimah. Terima kasih telah memberikan segala bentuk dukungan bagi penulis. Semoga Abi dan Umi senantiasa dimurahkan rezeki dan dilimpahkan nikmat sehat
wal’afiat, amin. Untuk adik-adik tersayang, Syarifah Muthmainnah dan Tafrijiyyah Hasanah. Terima kasih atas segala dukungannya selama ini. Semoga kalian mampu
melebihi pencapaian penulis, amin.
Skripsi ini dapat diselesaikan oleh penulis juga berkat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itulah dengan segenap kerendahan dan ketulusan hati, izinkan penulis menyampaikan untaian-untaian terima kasih sebagai bentuk apresiasi kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Zulkifli, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Dr. Cucu Nurhayati, M.Si., selaku Ketua Program Studi Sosiologi FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Husnul Khitam, M.Si., selaku Sekretaris Program Studi Sosiologi FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Ibu Rr. Satiti Shakuntala, M.Si., selaku dosen pembimbing penulisan skripsi ini, berkat ketelitian, kesabaran dan keikhlasannya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih atas waktu, tenaga dan pikiran yang telah beliau berikan.
5. Seluruh Jajaran Dosen Program Studi Sosiologi FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Terima kasih atas pengetahuan yang telah ditransmisikan, baik secara teori dan metodologi maupun secara motivasi dan inspirasi.
6. Para staff pengurus Bidang Akademik dan Bidang Administrasi FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Terima kasih karena telah mempermudah penulis dalam kepengurusan administrasi.
7. Pimpinan dan Staff Perpustakaan Utama dan Perpustakaan FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Terimakasih telah menyediakan beragam rujukan yang bermanfaat.
8. Segenap anggota komunitas Ojek Pangkalan Salemba (OPS). Terima kasih atas sambutan hangat dan kesediaannya berbagi apa yang dibutuhkan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
9. Kawan-Kawan FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, para senior maupun junior yang tidak dapat penulis sebutkan namanya satu-persatu. Tanpa mengurangi rasa bangga penulis mengucapkan terima kasih atas identitas pertemanan yang kita ciptakan.
10. Kawan-Kawan Sosiologi FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan 2012, Galih, Alby, Ojay, Doyok, Reja, Suki, Lukman, Tegar, Faizal, Arip, Raka, Runi, Rahmi, Ara, Aul, Ayu Ros, Ayu Fitri, Ella, Yuni, Elita, Divya, Mega, Neneng, Anisya Bela, Ismi, Irma, Ina, Kiki, Gopay, Reja, Cuplik, Ichsan, Hanip, Hartadi, Dwi, Fajrul, Embe, Ucok, Roby, Rifki, Fathur, Abun, Yossy, Dayu, Fala, Anis, Mita, Ratu, dan lain-lain. Terima kasih karena telah menjadi tandem berjuang yang akan selalu penulis kenang.
11. Kawan-Kawan KKN LENTERA 2015, Dwi, Isti, Eryan, Rahma, Zainal, Jufri, Qoleb, Lilis, Ziah, Nanda, dan Tia. Sukses terus untuk kalian.
12. Kawan-Kawan Kajian Sosiologi (KASOGI) mulai dari para founding father sampai angkatan kontemporer yang tidak dapat penulis sebutkan namanya satu-persatu. Tanpa mengurangi rasa bangga penulis mengucapkan terima kasih telah menjadi wadah kedua pentransmisian nilai akademis bagi penulis.
13. Kanda-Yunda HMI KOMFISIP Cabang Ciputat yang tidak dapat penulis sebutkan namanya satu-persatu. Tanpa mengurangi rasa bangga penulis mengucapkan terima kasih. Semoga kita berjaya, amin.
14. Tanpa maksud membeda-bedakan, untuk para manusia yang bernama Gopay, Wota, Faisal Asadi , Hanip, Rafly, Aldo, Imam, Hasan, Doddy, Oka dan teman- teman lain yang merasa dekat dengan penulis. Pokoknya terima kasih.
15. Tanpa maksud membeda-bedakan, untuk Abangda Ikhsan Fajri, Abangda Wirawan Muhammad, Abangda Sulaiman, Abangda Ulumudin, Abangda Egits, Abangda Ali Imron, Abangda Haiqal, Abangda Yusup Aminudin, Abangda Ali Wafa serta Abangda-Abangda yang lain. Terima kasih arahannya senior, kalian luar biasa.
16. Tanpa maksud membeda-bedakan, untuk sahabat setia, Muhammad Keissar, Septian Saputra dan Januar Hasdi. Terima kasih atas loyalitasnya. Semoga persahabatan kita kekal abadi, amin.
Demikian untaian-untaian terima kasih penulis sampaikan, semoga segala bentuk perbuatan yang mencerminkan nilai kebaikan dan kebenaran akan mendapatkan balasan. Akhirnya, penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi masyarakat pada umumnya dan keluarga besar civitas akademika sosiologi pada khususnya.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Jakarta, 22 Februari 2017
Rusydan Fathy
BAB I PENDAHULUAN
A. Pernyataan Masalah
Skripsi ini secara umum membahas peran modal sosial dengan mengambil studi pada Ojek Pangkalan Salemba (OPS) di Salemba Raya, Jakarta Pusat. Secara khusus, skripsi ini mendeskripsikan latar belakang terbentuknya modal sosial OPS dan perannya bagi ketahanan ekonomi OPS di Salemba Raya, Jakarta Pusat di tengah-tengah maraknya ojek berbasis aplikasi – online.
Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi tidak dapat dielakkan oleh masyarakat. Masyarakat harus menyesuaikan diri – beradaptasi dengan kemajuan teknologi. Sementara itu di Indonesia, pemanfaatan teknologi telah memberikan manfaat pada sektor jasa transportasi. Hal itu kini berimplikasi pada sektor jasa transportasi ojek di Indonesia. Moda transportasi ojek berbasis aplikasi (ojek online) telah menggeser moda transportasi ojek konvensional (ojek pangkalan) dalam hal mendapatkan penumpang.
Jasa transportasi ojek online saat ini lebih diminati ketimbang ojek pangkalan. Seperti yang diutarakan oleh Direktur Jendral Perhubungan Darat, Djoko Sasono bahwa ojek online digemari masyarakat karena memenuhi dua prinsip: biaya murah dan kepastian (Aditiasari, Kemenhub: Masyarakat Senang Pakai Ojek Digital Meski Rawan Kecelakaan , diakses dari http://www.detik.com/finance/berita-ekonomi-bisnis/d-3053278/kemenhub- Jasa transportasi ojek online saat ini lebih diminati ketimbang ojek pangkalan. Seperti yang diutarakan oleh Direktur Jendral Perhubungan Darat, Djoko Sasono bahwa ojek online digemari masyarakat karena memenuhi dua prinsip: biaya murah dan kepastian (Aditiasari, Kemenhub: Masyarakat Senang Pakai Ojek Digital Meski Rawan Kecelakaan , diakses dari http://www.detik.com/finance/berita-ekonomi-bisnis/d-3053278/kemenhub-
Di sisi lain, banyak ojek pangkalan yang membubarkan dirinya karena tidak mampu bersaing dengan ojek online. Selain itu, beberapa ojek pangkalan yang masih bertahan justru tidak menunjukkan hal-hal positif. Pemberitaan diwarnai dengan perilaku kejahatan berujung kekerasan oleh tukang ojek pangkalan terhadap pengemudi ojek online (Antara, Lagi Pengemudi
Ojek , diakses dari http://wartakota.tribunnews.com/2015/10/31/lagi-pengemudi-go-jek- diamuk-tukang-ojek).
Go-Jek
Diamuk
Tukang
Beberapa bentuk penolakan ojek pangkalan terhadap ojek online:
Tabel I.A.1. Bentuk Penolakan Ojek Pangkalan terhadap Ojek Online No
Lokasi
Kasus
Tahun
Sumber
1. Gambir
Larasati, Rawan Dijalan, (Jakarta Pusat), paksa
Pengusiran
Driver Ojek Online Manggarai
ojek
Gunakan Siasat Ini, diakses (Jakarta
online
yang
menurunkan
dari
Selatan)
penumpang
http://bisnispost.com/news/
dekat stasiun
megapolitan/2015/08/27/ra wan-dijalan-driver-ojek- online-gunakan-siasat-ini.
2. Kelapa Gading Memasang
Armindya dan Siregar, (Jakarta Utara), spanduk yang
Gojek Ditolak, Pengemudi Kalibata City berisi larangan
Grab Bike Ini Aman-Aman (Jakarta
diakses dari Selatan)
bagi
ojek
Saja,
online untuk
http://tempo.co/read/news/2
melintasi
015/07/10/083682733/goje
daerah tersebut
k-ditolak-pengemudi- grabbike -ini-aman-aman- saja
3. Tebet (Jakarta Bentrokan
Fauzy, Kronologi Bentrok Selatan)
fisik
antara
Grab Bike dengan Ojek
ojek pangkalan
Pangkalan di Tebet, diakses
dengan ojek
dari
online
http://okezone.com/read/20 16/02/04/338/1304899/kron ologi-bentrok-grabbike- dengan-ojek-pangkalan-di- tebet
Ronald, Dituding Ambil Lama (Jakarta (pemukulan)
4. Kebayoran
Penganiayaan
Penumpang, Driver Ojek Selatan)
terhadap ojek
Online Dipukul Ojek
online
Pangkalan, diakses dari http://merdeka.com/tag/p/m atcont- penganiayaan/dituding- ambil-penumpang- pengemudi-ojek-online- dipukul-ojek- pangkalan.html
5. Palembang
Pengeroyokan 2017
Haryanto, Tarik
terhadap ojek
Penumpang, Pengemudi
online
Ojek Online Opang, diakses dari http://daerah.sindonews.co m/read/1173853/190/tarik- penumpang-pengemudi- ojek-online-dikeroyok- opang-1485264807
Citra ojek pangkalan semakin buruk ditambah dengan permasalahan sistem pengelolaan mereka, misalnya penetapan tarif. Terdapat perbedaan tarif yang signifikan antara ojek pangkalan dengan ojek online. Feby seorang pengguna jasa ojek online mengatakan, “Dari Senayan hingga Jalan Abdul
Muis, Saya bisa cuma bayar 28 ribu, kalau ojek pangkalan pasti nembak (harga) minimal 40 ribu”. (Yudhistira, Go-Jek: Antara Pangkalan dan Waktu
Luang, diakses dari http://katadata.co.id/telaah/2015/07/28/go-jek-antara- pangkalan-dan-waktu-luang).
Bertolak belakang dengan hal itu, ternyata masih ada komunitas ojek pangkalan yang mampu bertahan tanpa harus melakukan perbuatan- perbuatan seperti dijelaskan di atas. Ojek Pangkalan Salemba (OPS) di Salemba Raya, Jakarta Pusat, merupakan salah satu ojek pangkalan yang bertahan di tengah-tengah keberadaan ojek online. Mereka memiliki penumpang yang tetap percaya menggunakan jasa mereka. Bagaimana kepercayaan itu tetap ada tidak terlepas dari bagaimana jaringan atau hubungan dibangun di atas komitmen terhadap norma-norma yang dipegang teguh bersama. Hal ini menunjukkan bahwa memang diperlukan modal dalam bentuk lain yang berguna untuk menciptakan ketahanan ekonomi yang baik bagi ojek pangkalan.
Beberapa pemberitaan menjadi bukti dan mendukung asumsi peneliti – bahwa modal sosial berperan bagi ketahanan ekonomi ojek pangkalan. Misalnya Rahmat, seorang tukang ojek pangkalan di bilangan Rawamangun, Jakarta Timur, menuturkan, “Saya hanya bisa berdoa dan bersikap ramah Beberapa pemberitaan menjadi bukti dan mendukung asumsi peneliti – bahwa modal sosial berperan bagi ketahanan ekonomi ojek pangkalan. Misalnya Rahmat, seorang tukang ojek pangkalan di bilangan Rawamangun, Jakarta Timur, menuturkan, “Saya hanya bisa berdoa dan bersikap ramah
Selanjutnya, ojek pangkalan di Kiaracondong, Bandung, memiliki spanduk yang bertuliskan, “Pangkalan Ojek Zamov, Jalur Bebas, Semua Jenis Ojek
Silahkan Masuk, Rejeki Sudah Ada Yang Ngatur”. (Wahidi, Pangkalan Ojek Zamov:
Ngatur , diakses dari http://www.radarempoa.com/2015/09/pangkalan-ojek-zamov-rejeki-sudah- ada-yang-ngatur.html). Ojek pangkalan sejatinya memiliki keunggulan tersendiri dibandingkan dengan ojek online. Misalnya sebagaimana
Rejeki
Sudah
Ada
yang
dituturkan oleh pengguna jasa ojek pangkalan, Dwi Ayu, “Enakan naik abang ojek (pangkalan), enak diajak ngobrol dan tahu jalan, kalau Grab Bike,
patokan jalannya suka salah padahal sudah diberitahu arahny a”. (Sari, Celah Ojek Pangkalan Ungguli Layanan Go-Jek dan Grab Bike, diakses dari http://www.merdeka.com/jakarta/celah-ojek-pangkalan-ungguli-layanan-go- jek-dan-grabbike.html).
Berangkat dari realitas tersebut, maka peneliti tertarik untuk mendeskripsikan lebih dalam peran modal sosial OPS di Salemba Raya, Jakarta Pusat bagi ketahanan ekonomi mereka. Sebagaimana telah dijelaskan, banyaknya ojek pangkalan yang membubarkan diri juga disebabkan oleh faktor internal – buruknya sistem pengelolaan mereka. OPS diduga peneliti memanfaatkan modal sosial terkait dengan sistem pengelolaannya bagi Berangkat dari realitas tersebut, maka peneliti tertarik untuk mendeskripsikan lebih dalam peran modal sosial OPS di Salemba Raya, Jakarta Pusat bagi ketahanan ekonomi mereka. Sebagaimana telah dijelaskan, banyaknya ojek pangkalan yang membubarkan diri juga disebabkan oleh faktor internal – buruknya sistem pengelolaan mereka. OPS diduga peneliti memanfaatkan modal sosial terkait dengan sistem pengelolaannya bagi
Sementara itu, beberapa ojek pangkalan yang dulunya berada di sekitar kawasan ini tidak memiliki sistem pengelolaan yang baik – dibuktikan dengan ketidakmampuan mereka untuk bertahan. Terkait hal ini J menceritakan, “Rebut-rebutan penumpang kaya di opang laen yang pade bubar tuh... Dulu tuh di Carolus ojeknye berebutan tunjuk- tunjuk.” (Wawancara dengan J, Jakarta 4 Januari 2017). Beberapa ojek pangkalan memilih membubarkan diri. Beberapa tukang ojek pangkalan akhirnya bekerja seacara individual tanpa tergabung dengan komunitas ojek pangkalan. S mengungkapkan, “Banyak juga... tapi yang bertahan kita doang satu. Sampe Opang Salemba terdaftar jadi paguyuban nih.” (Wawancara dengan Informan S, Jakarta, 3
Oktober 2016).
Perbedaan karakter antara OPS dengan ojek pangkalan lain (yang telah membubarkan diri) di Jalan Salemba Raya, Jakarta Pusat, menjadi alasan khusus dilakukannya penelitian ini. Lebih jauh, langkanya studi-studi sosiologi yang menjelaskan ketahanan ekonomi ojek pangkalan tentu sangat disayangkan, mengingat transformasi jasa transportasi ojek di Indonesia merupakan hal baru. Selain itu, transportasi memiliki dimensi sosial yang
penting untuk dikaji (Usman, 2015). “Faktanya masih sedikit sekali studi- studi sosiologi terkait hal ini, karena masalah transportasi hanya bagian dari
masalah perkotan di dalam literatur sosiologi” (Usman, 2015: 31).
Dari latar belakang permasalahan yang telah dipaparkan, maka penelitian mengenai peran modal sosial bagi ketahanan ekonomi ojek pangkalan merupakan hal yang menarik dan penting untuk dilakukan. Untuk
itulah skripsi ini berjudul “Modal Sosial dan Ketahanan Ekonomi Ojek Pangkalan (Studi Kasus: Ojek Pangkalan Salemba di Salemba Raya, Jakarta Pusat)”.
B. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan pernyataan masalah, pertanyaan penelitian yang dirumuskan:
1. Bagaimana latar belakang terbentuknya modal sosial Ojek Pangkalan Salemba di Salemba Raya, Jakarta Pusat?
2. Bagaimana peran modal sosial bagi ketahanan ekonomi Ojek Pangkalan Salemba di Salemba Raya, Jakarta Pusat?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan pertanyaan penelitiannya, maka tujuan penelitian ini:
a. Untuk mendeskripsikan latar belakang terbentuknya modal sosial Ojek Pangkalan Salemba di Salemba Raya, Jakarta Pusat.
b. Untuk mendeskripsikan peran modal sosial bagi ketahanan ekonomi Ojek Pangkalan Salemba di Salemba Raya, Jakarta Pusat.
2. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memiliki nilai guna, baik secara teoritis maupun praktis.
a. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya literatur kajian sosiologi terutama mengenai proses pembentukan dan peran modal sosial bagi ketahanan ekonomi pelaku ekonomi informal, khususnya pada sektor jasa transportasi ojek pangkalan.
b. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan menjadi informasi bagi perkembangan permasalahan sosial serupa di waktu mendatang. Serta menjadi evaluasi bagi pelaku ekonomi informal umumnya dan ojek pangkalan khususnya dalam mengatasi permasalahan terkait membentuk dan memanfaatkan modal sosial kelompok. Selain itu, informasi ini diharapkan menjadi bahan pertimbangan bagi para pembuat kebijakan.
D. Tinjauan Pustaka
Telah banyak penelitian menggunakan modal sosial sebagai kerangka berpikir utama. Baik menggunakan metode kualitatif (Sila, 2010; Puspitasari, 2012; Asrori, 2014; Utomo, 2015), metode kuantitatif (Thobias, Tungka dan Rogahang, 2013) maupun metode campuran (Kamarani, 2012).
Penelitian-penelitian di atas menyimpulkan bahwa modal sosial dapat memberikan manfaat bila digunakan. Modal sosial di antaranya mampu mengembangkan ekonomi Lembaga Keuangan Mikro (LKM), (Sila, 2010) dan Pedagang Kaki Lima (PKL) (Utomo, 2015). Modal sosial juga hadir sebagai solusi pengentasan kemiskinan Rumah Tangga Miskin (RTM) (Kamarani, 2012). Lebih dari itu, modal sosial juga berguna bagi pemberdayaan ekonomi perempuan (Puspitasari, 2012) dan pemberdayaan komunitas perempuan majelis taklim (Asrori, 2014). Terakhir, penelitian modal sosial yang peneliti temui di atas berpengaruh bagi perilaku pelaku Usaha Mikro Kecil Menegah (UMKM) (Thobias et al, 2013).
Penelitian ini berbeda dengan penelitian-penelitian di atas. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari subjek penelitiannya. Subjek penelitian ini adalah ojek pangkalan, sementara penelitian-penelitian di atas tidak ada yang menjadikan ojek pangkalan sebagai subjek penelitiannya.
Di sisi lain, selain memetakan tinjauan pustaka dari sisi teori (modal sosial), tinjauan pustaka juga dilakukan dengan memetakan kasus atau subjek penelitian – ojek pangkalan. Penelitian tentang ojek sepeda motor berhasil Di sisi lain, selain memetakan tinjauan pustaka dari sisi teori (modal sosial), tinjauan pustaka juga dilakukan dengan memetakan kasus atau subjek penelitian – ojek pangkalan. Penelitian tentang ojek sepeda motor berhasil
Pengguna Ojek Sepeda Motor”. Namun, penelitian tersebut berbeda dengan penelitian ini – dilihat dari teori, fokus dan metode penelitian yang digunakan.
Selanjutnya, satu penelitian yang paling relevan berhasil peneliti temui. Penelitian tersebut dilakukan oleh Antonius Tarigan (2003) dengan judul “Sektor Informal: Parasitkah Mereka atau A Necessary Evil?” (Studi
Etnografi Tukang Ojek, Kelurahan Cibubur, Jakarta Timur). Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa efektifitas hukum publik dalam mengatur kehidupan bersama ditentukan oleh kualitas modal sosial seperti kesepakatan, ikatan emosional dan kekerabatan, solidaritas, intensitas interaksi yang tinggi serta saling percaya. Oleh karena itu, Tarigan (2003) berargumen bahwa pemerintah harus percaya adanya aturan-aturan berbasis lokal yang tidak dapat diintervensi dan alangkah bijak ketika ia dipercayakan dan dikelola sepenuhnya oleh kelompok masyarakat terkait.
Penelitian dari Tarigan (2003) mungkin memiliki relevansi yang besar terhadap penelitian ini. Namun, meskipun menggunakan teori modal sosial, penelitian Tarigan fokus kepada studi etnografi yang mencoba membandingkan dua ojek pangkalan dengan menjelaskan persepsi dan perilakunya, ditambah penelitian tersebut dilakukan dalam konteks sosial yang berbeda (sebelum berkembangnya ojek online di Indonesia). Lagipula, hasil penelitiannya dikaitkan dengan peran pemerintah. Dengan kata lain, fokus dari penelitian tersebut berbeda dengan fokus penelitian ini.
Dapat disimpulkan dari pemetaan yang telah dilakukan, baik secara teori maupun kasus, penelitian ini berbeda dan memiliki keunikannya sendiri dengan penelitian-penelitian terdahulu. Perhatikan bagan berikut:
Gambar I.D.1. Pemetaan Penelitian Terdahulu MODAL SOSIAL: OJEK SEPEDA MOTOR:
1. LKM dan
Pengentasan
1. Hubungan Kualitas Pelayanan, Kemiskinan (Sila, 2010) Kepuasan dan Loyalitas Pengguna Ojek Sepeda Motor, (Bahar dan
2. Perempuan dan Penguatan
Tamin, 2010)
Ekonomi Keluarga (Puspitasari, 2012)
3. RTM dan Pengentasan Kemiskinan
Kemiskinan
(Kamarani, 2012)
4. Pelaku UMKM (Thobias et al, 2013)
5. Perempuan Majelis Taklim, (Asrori, 2014)
MODAL
SOSIAL
OJEK
PANGKALAN:
1. Studi Etnografi Ojek Pangkalan Kel. Cibubur (Tarigan, 2003)
MODAL
SOSIAL
DAN
KETAHANAN
EKONOMI
OJEK PANGKALAN:
1. Studi Kasus Ojek Pangkalan Salemba, Jakarta Pusat. (Rusydan,
Sementara itu, tinjauan pustaka yang telah dilakukan dapat dilihat dengan jelas seperti di bawah ini:
•Tarigan: "Sektor Informal: Parasitkah Mereka atau A Necessary Evil? (Studi Etnografi Tukang Ojek, Kelurahan Cibubur, Jakarta Timur)”
•Sila: “Lembaga Keuangan Mikro dan Pengentasan Kemiskinan: Kasus Lumbung Pitih Nagari di Padang”
•Asrori: “Pemberdayaan Perempuan Majlis Taklim Daarunnisa: Analisis Kapital Sosial”
•Utomo: "Peran Modal Sosial Terhadap Perkembangan Pedagang Kaki Lima Asal Daerah Padang di Sandratex Rempoa Ciputat"
Judul •Kamarani: “Analisis Modal Sosial Sebagai Salah Satu Upaya dalam Pengentasan Kemiskinan: Studi Kasus: Rumah Tangga Miskin di Kecamatan Koto Tangah Kota
Padang” •Thobias, Tungka dan Rogahang: “Pengaruh Modal Sosial Terhadap Perilaku Kewirausahawan: Studi Pada Pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah di Kecamatan Kabaruan Kabupaten Kepulauan Talaud”Bahar, Taslim dan Tamin: “Hubungan Kualitas pelayanan, Kepuasan dan Loyalitas Pengguna Ojek Sepeda Motor”
•Bahar dan Tamim: "Hubungan Kualitas Pelayanan, Kepuasan dan Loyalitas Pengguna Ojek Sepeda Motor" •Puspitasari: "Modal Sosial Perempuan dalam Penguatan Ekonomi Rumah Tangga"
•Tarigan : Modal Sosial (Ojek Pangkalan) •Sila
: Modal Sosial (Lembaga Kredit Mikro) •Asrori
: Modal Sosial (Majelis Taklim)
Teori •Utomo
: Modal Sosial (PKL)
(Subjek) •Kamarani
: Modal Sosial (Rumah Tangga Miskin) •Thobias, Tungka dan Rogahang : Modal Sosial (UMKM) •Bahar dan Tamin
: Kualitas Pelayanan, Kepuasan dan Loyalitas
(Ojek Sepeda Motor)
•Puspitasari : Modal Sosial (Perempuan dalam Keluarga)
•Tarigan : Etnografi dan Efektifitas Hukum Publik •Sila
: Pengentasan Kemiskinan
•Asrori
: Pemberdayaan Perempuan
•Utomo
: Pengembangan Ekonomi
Fokus •Kamarani
: Pengentasan Kemiskinan
•Thobias, Tungka dan Rogahang : Perngembangan Ekonomi •Bahar dan Tamin
: Hubungan Kualitas Pelayanan dengan
Kepuasan dan Loyalitas
•Puspitasari : Pemberdayaan Perempuan dan Pengembangan
Ekonomi
Tabel I.D.1.Tinjauan Pustaka
Dari tinjauan pustaka yang telah dilakukan, dapat diambil beberapa kesimpulan. Meskipun penelitian ini dengan penelitian Tarigan memiliki kesamaan dari sisi teori dan subjek penelitiannya, akan tetapi berbeda dari sisi fokus penelitiannya. Dengan demikian, penelitian ini memiliki keunikannya sendiri dibandingkan dengan penelitian-penelitian sebelumnya.
E. Kerangka Teoritis
1. Modal Sosial ( social capital )
Coleman (1989) melihat modal sosial sebagai keseluruhan sesuatu yang diarahkan atau diciptakan untuk memudahkan tindakan individu dalam struktur sosialnya. Sementara itu Putnam mengatakan, “Sedangkan modal fisik mengacu kepada objek-objek fisik dan modal manusia mengacu kepada properti individu, modal sosial merujuk kepada hubungan antara individu, jaringan sosial dan norma-norma timbal balik serta kepercayaan
yang timbul dari mereka” (2000: 19). Analisa Coleman (1989) terhadap modal sosial memasukkan unsur
hubungan horisontal dan vertikal – dapat dilihat dari keterkaitan antara ketimpangan sosial dengan prestasi akademik di sekolah. Sementara gagasan modal sosial dari Putnam (2000) fokus pada hubungan horisontal yang bersifat resiprokal antara berbagai elemen masyarakat sipil. Putnam pada gilirannya – berdasarkan definisi modal sosialnya – lebih menitik beratkan kepada jaringan sebagai unsur modal sosial. Menurut Putnam
(2000), ada dua bentuk modal sosial: bonding social capital (modal sosial mengikat) dan bridging social capital (modal sosial menjembatani).
Merujuk pada Sila (2010), penjelasan konsep modal sosial Putnam memang lebih sempit dibandingkan dengan Coleman yang memasukkan hubungan-hubungan horisontal dan vertikal sekaligus, serta juga perilaku di dalam dan antara seluruh pihak dalam masyarakat. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa modal sosial Coleman dan Putnam berada pada level yang berbeda. Modal sosial Coleman diidentifikasi berada pada analisa level meso. Gagasan Putnam tentang modal sosial berada pada analisa level mikro. Hal ini dikarenakan penjelasan Putnam tidak melibatkan unsur hubungan vertikal di dalamnya.
Modal sosial Putnam menunjukkan relevansinya dengan penelitian ini karena penelitian ini berada pada tingkat level mikro. Penelitian ini ingin melihat hubungan horisontal antar sesama anggota OPS, antara anggota OPS dengan pengemudi ojek online dan penumpang. Penelitian ini dikatakan bersifat mikro karena tidak memasukkan unsur hubungan vertikal. Dengan kata lain, peneliti tidak melihat hubungan OPS dengan pemerintah, kebijakan maupun otoritas tertentu.
Gambar I.E.1.1 Level Modal Sosial Coleman dan Putnam
Meso: Hubungan Horisontal
• Coleman
dan Vertikal
Social Caiptal
Mikro: Hubungan Horisontal
• Putnam
Terakhir yang juga penting untuk diingat, baik Coleman dan Putnam sama-sama mengakui bahwa modal sosial dapat bertambah maupun berkurang dari waktu ke waktu (Field, 2010). Sama halnya Coleman dan Putnam, Fukuyama (2002) menjelaskan bahwa setiap kelompok memiliki potensi modal sosial – sejauh mana ia dimanfaatkan berkenaan dengan radius kepercayaan. Penelitian ini diarahkan kepada deskripsi tentang bagaimana Ojek Pangkalan Salemba (OPS) menciptakan dan memanfaatkan modal sosialnya sehingga memiliki ketahanan ekonomi yang baik.
2. Unsur-Unsur Modal Sosial (Norma, Jaringan dan Kepercayaan)
Unsur yang pertama yaitu norma-norma sosial ( social norms ). Secara umum norma merupakan nilai yang bersifat kongkret. Diciptakan untuk Unsur yang pertama yaitu norma-norma sosial ( social norms ). Secara umum norma merupakan nilai yang bersifat kongkret. Diciptakan untuk
Sementara itu menurut Fukuyama:
Pada umumnya norma yang terbentuk secara spontan cenderung bersifat informal, dalam arti tidak dituliskan dan diumumkan. Selain merentangkan norma-norma sosial, mulai dari norma sosial hierarkis hingga norma spontan, kita juga dapat merentangkan norma lainnya hasil pilihan rasional, serta norma turun menurun dan arasional. (2005: 179).
Gambar I.E.2.1. Jagat Norma
Rasional
Terbentuk Secara Spontan
Terbentuk Secara Hierarkis
Arasional
(Sumber: Fukuyama, 2005: 180)
Fukuyama (2005) menjelaskan lebih lanjut, bahwa akan terbentuk 4 macam norma dengan 4 sifat yang berbeda: spontan-arasional (alami teratur sendiri), spontan rasional (tertata sukarela), hierarkis-arasional (keagamaan) dan hierarkis-rasional (politis). Kemudian, Putnam (2000) menjelaskan Fukuyama (2005) menjelaskan lebih lanjut, bahwa akan terbentuk 4 macam norma dengan 4 sifat yang berbeda: spontan-arasional (alami teratur sendiri), spontan rasional (tertata sukarela), hierarkis-arasional (keagamaan) dan hierarkis-rasional (politis). Kemudian, Putnam (2000) menjelaskan
Fukuya ma (2005) meyakini bahwa “norma-norma informal tidak akan hilang dari kehidupan masyarakat modern dan sepertinya akan tetap demikian di kemudian hari” (h. 230). Lebih penting lagi, norma-norma ini menciptakan – meminjam istilah Fukuyama (2002) – kebajikan sosial ( social virtues ). Kebajikan-kebajikan sosial:
Beberapa rangkaian kebajikan individu yang bersifat sosial di antaranya adalah kejujuran, keterandalan, kesediaan untuk bekerja sama dengan orang lain, kekompakkan dan sense of duty terhadap orang lain... Modal sosial memerlukan pembiasaan terhadap norma-norma yang berlaku, dan dalam konteksnya termanifestasikan dalam kebajikan-kebajikan sosial umum – kesetiaan, kejujuran, kekompakkan dan dependability . (Fukuyama, 2002: 65).
Unsur modal sosial selanjutnya adalah jaringan sosial ( social networking ). Definisi jaringan sebagai unsur modal sosial adalah
“Sekelompok orang yang memiliki norma-norma atau nilai-nilai informal di samping norma-norma atau nilai-nilai yang diperlukan untuk transaksi
biasa di pasar” (Fukuyama, 2005: 245). Pertukaran informasi yang diwadahi oleh jaringan untuk berinteraksi akhirnya berkontribusi memunculkan kepercayaan di antara mereka (Fukuyama, 2002).
Putnam membagi dua jenis modal sosial dilihat dari sisi jaringan. Menurut Putnam (2000) ada dua jenis modal sosial yang didasarkan pada kemampuan kelompok mengasosiasikan dirinya dengan kelompok lain: Putnam membagi dua jenis modal sosial dilihat dari sisi jaringan. Menurut Putnam (2000) ada dua jenis modal sosial yang didasarkan pada kemampuan kelompok mengasosiasikan dirinya dengan kelompok lain:
Yang pertama mengacu pada modal sosial yang berasal dari identitas- identitas bersifat eksklusif seperti persekutuan yang berbasis suku atau agama. Yang kedua bersifat inklusif karena mengacu pada jaringan persekutuan yang lebih luas melewati basis kesukuan atau keagamaan yang cenderung homogen. (Sila, 2010: 6).
Modal sosial mengikat cenderung mendorong identitas eksklusif dan mempertahankan homogenitas sedangkan modal sosial menjembatani cenderung menyatukan dari beragam ranah sosial (Putnam, 2000). Masing- masing bentuk tersebut mampu menyatukan kebutuhan yang berbeda. Modal sosial yang mengikat adalah sesuatu yang jadi perekat dan memperkuat identitas spesifik (Putnam, 2000). Modal sosial yang menjembatani merupakan hubungan-hubungan yang menjembatani lebih baik dalam menghubungkan aset eksternal dan bagi persebaran informasi dan dapat membangun identitas dan timbal balik yang lebih luas (Putnam, 2000).
Putnam (2000) dalam Asrori (2014) dijelaskan:
Bridging ditandai oleh hubungan sosial yang bersifat terbuka (inklusif), para anggotanya mempunyai latar belakang yang heterogen. Orientasi kelompok ini lebih ditekankan upaya-upaya bersama dalam mencari jawaban atas permasalahan bersama, serta mempunyai cara pandangan keluar outward looking . Sedangkan bonding yaitu kapital sosial bersifat eksklusif, keanggotannya biasanya didasarkan atas berbagai kesamaan, seperti kesamaan suku, etnis dan agama, hubungan antar individu bersifat tertutup, lebih mengutamakan solidaritas dan kepentingan kelompok. (h. 761).
Dalam pembahasan Putnam, dapat disimpulkan bahwa jaringan dan kerja sama tidak dapat dipisahkan. Bonding social capital berperan dalam menciptakan identitas bersama yang kuat. Hal ini penting sebagai salah satu syarat menumbuhkan kerja sama internal kelompok. Dalam proses pembentukan jaringan, menumbuhkan iklim kerja sama adalah syarat lain selain nilai dan norma bersama (Fukuyama, 2005). Bridging social capital pada gilirannya berperan penting bagi kelompok untuk menciptakan perluasan kerja sama terhadap kelompok lain.
Mengembangkan jaringan-jaringan yang didasarkan pada norma- norma bersama dan iklim kerja sama akan membuat modal sosial yang dimiliki berkembang. Jaringan sosial, bagaimanapun memfasilitasi sekumpulan orang yang diikat oleh norma-norma atau nilai-nilai bersama – saling berhubungan timbal balik. Oleh karena itu, simpul ikatan tersebut tidak mudah dipisahkan ketika setiap orang memiliki kebutuhan dan tujuan bersama.
Unsur yang terakhir adalah kepercayaan. Putnam (2000) telah menjelaskan bahwa kepercayaan merupakan akibat yang ditimbulkan dari hubungan-hubungan yang dibangun berlandaskan norma-norma timbal balik. Pembangunan kepercayaan dengan demikian dapat dikatakan berlangsung beriringan dengan proses pembentukan jaringan dan norma.
Jelas bahwa kepercayaan adalah sesuatu yang dipertukarkan dengan berlandaskan norma-norma bersama demi kepentingan orang banyak.
Kepercayaan menyangkut hubungan timbal balik. Bila masing-masing pihak memiliki pengharapan yang sama-sama dipenuhi oleh kedua belah pihak, maka tingkat kepercayaan yang tinggi akan terwujud. Menurut Fukuyama (2002), kepercayaan adalah efek samping yang sangat penting dari norma-norma sosial yang kooperatif yang memunculkan modal sosial. Sebagaimana penjelasan Field (2010), Coleman, Putnam dan Fukuyama sama-sama mengakui bahwa setiap orang atau kelompok memiliki persediaan atau potensi modal sosial. Meminjam istilah Fukuyama (2002) – tergantung pada apa yang disebut sebagai radius kepercayaan.
Akhirnya dapat disimpulkan bahwa ketiga unsur pembentuk modal sosial tersebut merupakan indikator dalam mengukur modal sosial. Ketiganya merupakan proses pembentukkan yang saling terkait. Intinya, ketiga unsur modal sosial tidak berdiri sendiri-sendiri. Mereka merupakan satu kesatuan yang saling mempengaruhi.
Gambar I.E.2.2. Unsur Modal Sosial
Modal Sosial
Norma
Jaringan
Kepercayaan
F. Metodologi Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. “Pendekatan penelitian ini berusaha menjelaskan fenomena sosial terutama terkait
dengan pertanyaan mengapa, bagaimana dan dengan cara apa” (Hancock, 1998: 2). Sejalan dengan pendekatan penelitiannya, maka penelitian ini
tergolong dilakukan dengan cara studi kasus. “Penelitian studi kasus merupakan strategi riset yang bersandarkan pada investigasi empiris secara
mendalam terhadap satu atau sejumlah kecil fenomena untuk menguraikan konfigurasi dari tiap kasus” (Ragin, 2000: 68). Secara khusus, penelitian ini
merupakan jenis penelitian studi kasus deskriftif. Berkenaan dengan hal di atas, penelitian ini berangkat dari fenomena sosial mengenai OPS di Salemba Raya, Jakarta Pusat, yang masih bertahan di tengah-tengah keberadaan ojek online. Penelitian ini berusaha mendeskripsikan mengapa dan bagaimana atau dengan cara apa OPS mampu bertahan – memiliki ketahanan ekonomi. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan data berupa kata-kata tentang “apa” ( what ) – apa yang dialami oleh OPS dan “bagaimana” (how) – bagaimana dialaminya sehingga OPS mampu bertahan – memiliki ketahanan ekonomi yang baik di tengah-tengah keberadaan ojek online.
2. Penentuan Informan
Dalam menentukan informan, peneliti tidak memperhitungkan jumlah banyaknya populasi, melainkan melakukan pertimbangan dan tujuan tertentu berkenaan dengan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini – sesuai dengan tujuan dan pertanyaan penelitiannya. Dengan memperhatikan tujuan dan pertimbangan tertentu dalam menentukan informan, data yang terkumpul diharapkan bertahap dan terakumulasi.
Kriteria dalam menentukan informan bagi penelitian ini adalah mereka yang hendak ditelurusuri modal sosialnya – Ojek Pangkalan Salemba. Dengan kata lain, informan dalam penelitian ini merupakan anggota OPS. Berkenaan dengan hal tersebut, pertama-tama peneliti mendatangi pangkalan OPS dan mencari informasi tentang siapa yang dapat dijadikan informan kunci. Dari situ dapat diketahui bahwa informan tersebut merupakan informan S. S merupakan pelopor OPS yang sudah 15 tahun mengojek. Dari informan S, peneliti mendapat saran tentang siapa yang dapat memberikan informasi – berguna untuk mengklarifikasi atau menguatkan data.
Data yang terkumpul di setiap tahapannya mengalami progresifitas dan kedalaman data – berguna untuk menjawab pertanyaan penelitian secara mendalam. Teknik ini dihentikan ketika data telah mengalami titik jenuh. Dengan kata lain, data yang dikumpulkan dirasa penulis tidak lagi mengalami variasi atau telah mampu menjawab pertanyan-pertanyaan penelitian ini.
Tabel I.G.2.1 Profil Informan
No Nama Usia
Pendidikan
Jenis
Pekerjaan Lamanya
Terakhir
Kelamin
Formal Menjadi Tukang
Ojek
1. S
51 Tamat SMA
Laki-
Tidak Ada
15 Tahun
Laki
2. En
52 S1
Laki-
Tidak Ada
12 Tahun
Laki
3. J
45 Tamat SMA
Laki-
Tidak Ada
8 Tahun
Laki
4. E 48 Tamat SMA
Laki-
Tidak Ada
5 tahun
Laki
5. D 45 D3 Laki-
Tidak Ada
4 Bulan
Laki
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa informan seluruhnya berjenis kelamin laki-laki. Dari tabel tersebut juga diketahui bahwa seluruh informan tidak memiliki pekerjaan lain (sektor formal) selain menjadi tukang ojek. Terakhir, informan En memiliki pendidikan terakhir S1, informan D memiliki pendidikan terakhir D3 dan informan S, E dan J memiliki pendidikan terakhir sekolah menengah atas atau sederajat.
3. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di pangkalan OPS yang terletak di Jalan Salemba Raya, Jakarta Pusat. Sedangkan waktu penelitian yang dibutuhkan dalam mengumpulkan data melalui teknik dokumen, wawancara dan observasi serta mengolah, menganalisis dan menyajikan data yang berkaitan dengan penelitian ini adalah terhitung mulai dari bulan April 2016 sampai bulan Februari 2017.
4. Jenis dan Sumber Data
Menurut Suyanto (2007) jenis data berdasarkan sumbernya dibagi menjadi dua, yaitu data primer dan sekunder. Data primer diperoleh langsung dari hasil observasi dan wawancara di lapangan penelitian.
Dalam penelitian ini, data primer didapat melalui observasi di pangkalan ojek sebagai lokasi penellitian dan melalui wawancara dengan anggota OPS. Sementara data sekunder didapat melalui studi kepustakaan atau teknik dokumen – bersumber dari jurnal cetak maupun elektronik, karya-karya ilmiah seperti skripsi atau tesis dan buku-buku. Dalam penelitian ini, data sekunder didapat melalui literatur yang relevan dengan tema penelitian ini.
5. Teknik Pengumpulan Data
Pertama, peneliti melakukan observasi langsung. Nasution (1988) menjelaskan bahwa observasi merupakan proses memberikan deskripsi – analitik dan memberikan label – sintetik dari apa yang diamati. Dalam hal ini, peneliti melakukan pengamatan langsung di lokasi penelitian – pangkalan OPS untuk melihat dan mendengar informasi yang diperoleh dari informan berkaitan dengan objek penelitiannya. Untuk memudahkan prosesnya, maka hasil observasi diabadikan melalui catatan lapangan atau secara visual (foto penelitian) dengan alat bantu kamera.
Kedua, peneliti melakukan wawancara tak terstruktur secara terbuka. Wawancara seperti ini dilakukan bertujuan untuk memberikan kondisi informal dan santai serta kebebasan kepada informan untuk mengutarakan apa yang ada dipikirannya tanpa terikat oleh peneliti (Nasution, 1988). Dalam hal ini peneliti tidak mengikat informan secara kaku terhadap susunan pertanyaan yang begitu rinci, tetapi tetap mengarahkannya kepada pedoman wawancara yang telah dibuat. Hal itu bertujuan agar peneliti dapat mengembangkan apa yang ditanyakan nantinya. Namun, pedoman wawancara yang dibuat tetaplah berdasarkan pada kerangka berpikir teoritis yang digunakan guna memperoleh informasi akurat mengenai peran modal sosial bagi ketahanan ekonomi OPS. Untuk memudahkan prosesnya, peneliti menggunakan alat bantu perekam suara.
Terkahir, teknik dokumen diperlukan oleh peneliti sebagai pondasi dan atau melengkapi data primer (observasi dan wawancara) yang diperoleh. Data tersebut diharapkan memperkuat data primer yang diperoleh penulis. Dalam hal ini, data diperoleh dari literatur (buku, artikel, jurnal, tesis skripsi) yang relevan dengan tema penelitian ini.
6. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Data mentah yang terkumpul melalui teknik pengumpulan data yang telah disebutkan, selanjutnya akan diolah dan dianalisis. Dengan kata lain, data tersebut akan diklasifikasikan – dikategorikan, yaitu melakukan Data mentah yang terkumpul melalui teknik pengumpulan data yang telah disebutkan, selanjutnya akan diolah dan dianalisis. Dengan kata lain, data tersebut akan diklasifikasikan – dikategorikan, yaitu melakukan
Newman (2013) membagi proses pengkategorian atau penyandian ke dalam tiga tahap, yaitu penyandian terbuka, penyandian aksial dan penyandian selektif. Artinya, data mentah yang diperoleh pertama-tama akan diringkas menjadi konsep atau kode analitis awal. Selanjutnya, kode analitis awal tersebut akan disusun serta menautkannya satu sama sama lain untuk menemukan kategori analitis utama. Terkahir, kode-kode analitis tersebut diperiksa untuk mengidentifikasi dan memilih data yang akan mendukung kategori penyandian konseptual yang telah dilakukan.
Dalam penelitian ini, pada prosesnya, dalam tahap awal dilakukan penyandian terbuka ( open coding ) terhadap data mentah hasil wawancara. Dari situ muncul tiga belas kategori atau kode analitis awal. Selanjutnya, pada tahap kedua dilakukan penyandian aksial ( axial coding ) – menautkan ketiga belas kategori atau kode analitis tadi ke dalam tiga kelompok kategori analitis utama: Norma, Jaringan dan Kepercayaan. Terakhir, dilakukan penyandian selektif ( selectiv coding ) – memilih data yang akan mendukung kategori penyandian konseptual yang telah dilakukan – menautkan data ke dalam dua kelompok atau tema utama sesuai dengan pertanyaan penelitiannya. Matriks penyandian data terlampir.
G. Sistematika Penulisan
Guna memudahkan pembahasan, maka dalam penulisan skripsi ini dibagi menjadi empat bab yang terdiri dari: BAB I Pendahuluan: Membahas Pernyataan Masalah, Pertanyaan Penelitian, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Tinjauan Pustaka, Kerangka Teoritis, Metode Penelitian dan Sistematika Penulisan.
BAB II Ojek Pangkalan Salemba: Membahas Letak Geografis, Sejarah Berdirinya dan Operasional OPS. BAB III Modal Sosial dan Ketahanan Ekonomi Ojek Pangkalan Salemba: Membahas Latar Belakang Terbentuknya Modal Sosial OPS dan Peran Modal Sosial bagi Ketahanan Ekonomi OPS.
BAB IV Penutup: Berisi kesimpulan penelitian disertai dengan saran- saran. Daftar Pustaka: Merupakan daftar kepustakaan atau rujukan bacaan yang digunakan dalam penulisan ini. Baik yang berasal dari media cetak maupun media elektronik. Selain itu, bagian ini juga memuat daftar wawancara yang telah dilakukan penulis demi menjawab pertanyaan penelitian.
Lampiran Penelitian: Merupakan daftar lampiran-lampiran keterangan pada saat melakukan penelitian
BAB II OJEK PANGKALAN SALEMBA (OPS)
A. Letak Geografis Ojek Pangkalan Salemba
Secara geografis Ojek Pangkalan Salemba (OPS) terletak di jalan Salemba Raya. Jalan ini masuk ke dalam wilayah Kecamatan Senen dan melintasi dua Kelurahan, yaitu Kelurahan Paseban dan Kelurahan Kenari, Jakarta Pusat. Berikut ini dapat dilihat profil jalan Salemba Raya:
a. Berada di antara dua jalan: Jalan Kramat Raya dan Jalan Matraman Raya.
b. Memiliki dua persimpangan: Persimpangan Jalan Diponegoro dan Persimpangan Jalan Matraman Raya dan Jalan Pramuka Raya.
c. Dilalui oleh transportasi: Busway koridor 5, Metromini P15 Metromini P17, PPD NE02, PPD P02, PPD 916, Mayasari Bakti P91, Mayasari Bakti AC62, Mayasari Bakti AC63, Mayasari Bakti AC122 dan Bianglala AC76.
d. Bangunan: Sentra Salemba, Graha Gunebo Indonesia, Kemensos, Perpusnas RI, Hotel Atlantik, Kompleks Pendidikan Salemba, Ditjen Pertahanan Publik, Lembaga Al-Kitab Indonesia, FK UI dan FKG UI, Masjid Arif Rahman Hakim UI, Pasar Kenari, RS Ridwan Meuraksa, Departemen Perdagangan, Kantor Pegadaian Kramat, Abdi Karya, Bank Mayapada, Jamsostek Salemba, Optik Melawai, Universitas Gunadarma Kampus C, Yayasan SD-SMP Advent, RS St.Carolus, Centre Cultirel Francais, Seven Eleven, Universitas Persada YAI, Menara Salemba, Plaza
Kenari Mas, SMK Negeri 34, STIH Iblam Kampus B, Hotel The Acacia Jakarta.
Gambar II.A.1. Jalan Salemba Raya
(Sumber: https://www.google.co.id)