Hasil yang sama juga ditemukan oleh Rosmini et al. 2010 yang melaporkan aktivitas menggigit An. barbirostris di dalam rumah pada pukul 23.00-24.00,
kemudian ditemukan lagi pada pukul 03.00-05.00 di Desa Toposo Kabupaten Donggala Provinsi Sulawesi Tengah. Sementara di luar rumah pada pukul 01.00-
03.00, kemudian ditemukan lagi pada pukul 05.00-06.00., Aktivitas menggigit An. barbirostris
hanya ditemukan di dalam rumah pada pukul 24.00-01.00 dan diluar rumah hanya ditemukan pada pukul 18.00-19.00 Di Desa Labuan.
Hasill yang sama juga dilaporkan oleh Ndoen et al. 2008 yang menemukan spesies An. subpictus, An. vagus, An. annularis da n An. barbirostris, dengan spesies
yang paling dominan adalah An. subpictus, yang aktivitas menggigitnya mulai sekitar pukul 18.00-19.00 di kawasan pantai NTT. Puncak aktivitas menggigitnya sekitar
pukul 21.00-22.00. Saat pagi mendekat, spesies An. subpictus menghentikan aktivitas menggigitnya di dalam rumah. Puncak aktivitas menggigit An. subpictus di luar
mulai dari senja
dan mencapai puncaknya pada
pukul 22.00-
23.00. Kegiatan menggigit cenderung menurun sekitar 03.00-06.00, tapi nyamuk tetap aktif sampai subuh.
Hasil penelitian di Kelurahan Caile dan Ela-Ela ini menunjukkan, aktivitas nyamuk Anopheles spp menggigit dan mengisap darah melalui penangkapan dengan
umpan orang mengalami fluktuasi sepanjang malam dari pukul 18.00-06.00, baik di dalam dan diluar rumah. Oleh karena itu untuk melindungi diri dari gigitan nyamuk di
dalam rumah, sebaiknya penduduk menggunakan perlindungan pribadi seperti pemasangan kawat kasa pada ventilasi, penggunaan repelen pada saat belum tidur dan
pe makaian kelambu terutama kelambu yang berinsektisida pada saat tidur. Sementara untuk yang masih beraktivitas di luar rumah pada malam hari sebaiknya
menggunakan pakaian yang dapat melindungi diri dari gigitan nyamuk, repelen atau memanfaatkan pengusir nyamuk lainnya baik terbuat dari bahan alami ataupun
sintetik.
4.1.5 Hubungan kepadatan Nyamuk Anopheles spp dengan Curah hujan, Suhu
dan Kelembaban di Kelurahan Cai le dan Ela-Ela Hubungan kepadatan Nyamuk Anopheles spp dengan Curah hujan
Pengaruh hujan dapat berbeda-beda menurut banyaknya hujan dan kondisi fisik daerah. curah hujan yang tinggi dapat mengakibatkan larva Anopheles spp
hanyut dan mati di tempat perkembangbiakannya. Terlalu banyak hujan akan menyebabkan banjir dan terlalu kurang akan menyebabkan kekeringan,
mengakibatkan berpindahnya tempat perkembangbiakan nyamuk secara temporer. Curah hujan yang cukup de ngan jangka waktu lama aka n memperbesar kesempatan
nyamuk untuk berkembangbiak secara optimal. Data curah hujan Februari-Agustus 2011 diperoleh dari BMKG Wilayah IV
Makassar Stasiun Klimatologi Kelas I Maros berdasarkan laporan dari stasiun BPP Tanah Kongkong yang berlokasi di Kecamatan Ujung Bulu Kabupaten Bulukumba.
Selama penelitian Februari-Agustus 2011, indeks curah hujan tertinggi pada bulan Mei 149,03 mm dan terendah pada bulan Agustus 0,16 mm Lampiran 44 da n 45.
Hasil uji korelasi Pearson Correlation dengan nilai α : 0,05 menunjukkan
ada hubungan antara faktor cuaca dengan kepadatan nyamuk Anopheles spp di Kelurahan Caile. Hubungan antara indeks curah huj an dengan kepada tan nyamuk
spesies An. barbirostris kearah yang positif dengan kekuatan hubungan sangat lemah dan tidak signifikan r=0,025, p value 0,05. Hubungan antara indeks curah hujan
dengan kepadatan nyamuk spesies An. subpictus kearah yang positif dengan kekuatan hubungan sedang namun tidak signifikan r=0,274, p value 0,05. Hubungan antara
indeks curah hujan dengan kepadatan nyamuk spesies An. vagus kearah yang positif dengan kekuatan hubungan sedang meskipun tidak signifikan r=0,404, p value
0,05 Gambar 9. Hal ini berarti kepadatan nyamuk Anopheles spp cenderung meningkat bila
indeks curah hujan juga meningkat dan sebaliknya kepadatannya menurun bila indeks curah hujan juga menur un. Hal ini dapat terjadi karena pada musim hujan lahan sawah
di Kelurahan Caile kembali dikelola untuk ditanami yang dapat menjadi tempat perkembangbiakan Anopheles spp. Hasil yang sama dilaporkan oleh Jastal et al.
2003 yang menyatakan munculnya spesies An. barbirostris di Desa Sidoa n Sulawesi Tengah seiring dengan datangnya hujan sampai akhir musim hujan saat sawah mulai
tergenang. Hasil uji korelasi Pearson Correlation
dengan nilai α : 0,05 menunjukkan ada hubungan antara faktor iklim dengan kepadatan nyamuk Anopheles spp di
Kelurahan Ela-Ela. Hubungan antara indeks curah hujan dengan kepadatan nyamuk spesies An. barbirostris kearah linier negatif dengan kekuatan hubungan sangat lemah
dan tidak signifikan r=-0,039, p value 0,05. Hubungan antara indeks curah hujan dengan kepadatan nyamuk spesies An. subpictus kearah linier negatif dengan
kekuatan hubungan sangat lemah dan tidak signifikan r=-0,113, p value 0,05. Hubungan antara indeks curah hujan dengan kepadatan nyamuk spesies An. vagus
kearah linier negatif dengan kekuatan hubungan sedang tetapi tidak signifikan r=- 0,298, p value 0,05 Gambar 10.
Hal ini berarti kepadatan nyamuk Anopheles spp cenderung menurun bila indeks curah hujan meningkat dan sebaliknya kepadatannya meningkat bila curah
hujan menurun di Kelurahan Ela-Ela. Hal ini terjadi karena pada saat hujan menimbulkan banjir yang membuat air di rawa, genangan air payau maupun kolam
meluap keluar atau ke saluran yang mengalir ke laut sehingga larva dapat terbawa dan mati. Sebaliknya pada saat kurang atau lama tak turun hujan terbentuk genangan air
payau, rawa dan kolam yang didalamnya juga terdapat tanaman air sehingga menjadi tempat potensial perindukan nyamuk. Hasil yang sama dinyatakan oleh Sulaeman
2004, bahwa padat populasi nyamuk Anopheles pada musim hujan lebih rendah daripada di musim kering di Desa Bolapapu Sulawesi Tengah. Disini, spesies
Anopheles merupakan nyamuk yang paling dominan dan kelimpahan nisbinya lebih
tinggi pada musim kering daripada di musim hujan.
Gambar 9. Hubungan antara Kepada tan Nyamuk Anopheles spp MBR dengan Indeks Curah Hujan di Kelurahan Caile Februari-Agustus 2011.
20 40
60 80
100 120
140 160
5 10
15 20
25 30
35 40
FEB MAR
APRIL MEI
JUNI JULI
AGUSTUS IC
H In
d e
k s
C u
ra h
H u
ja n
M B
R N
y a
m u
k O
ran g
M al
a m
Bulan Penangkapan
ICH An. barbirostris
An. subpictus An. vagus
Gambar 10. Hubungan antara Kepadatan Nyamuk Anopheles spp MBR dengan Indeks Curah Hujan di Kelurahan Ela-Ela Februari-Agustus 2011.
Hubungan kepadatan Nyamuk Anopheles spp dengan Suhu
Fluktuasi kepadatan nyamuk juga dipengaruhi oleh lingkungan dimana nyamuk itu berada, oleh karena itu terjadi perbedaan kepadatan suatu spesies nyamuk
Anopheles . Di Kelurahan Caile, suhu udara selama penelitian suhu berkisar antara 28-
30
O
C dengan suhu tertinggi terjadi pada bulan Maret 30
O
C dan terendah pada bulan Februari, Juni, Juli dan Agustus 28
O
C. dan di Kelurahan Ela-Ela selama penelitian berkisar antara 25-30
O
C dengan suhu tertinggi terjadi pada bulan Maret 30
O
C dan terendah pada bulan Agustus 25
O
Hubungan antara suhu dengan kepadatan nyamuk spesies An. barbirostris kearah yang pos itif de ngan kekuatan hubungan sangat kuat da n memiliki hubungan
yang signifikan r=0,866, p value 0,05 di Kelurahan Caile. Hasil uji regresi didapatkan nilai koefisien determinasi sebesar 0,750. Hal ini berarti pengaruh suhu
terhadap kepadatan spesies An. barbirostris sebesar 75 sedangkan 25 oleh faktor lain. Hubungan antara suhu dengan kepadatan nyamuk spesies An. subpictus kearah
yang positif dengan kekuatan hubungan sangat lemah dan tidak signifikan r=0,020, p value0,05. Hubungan antara suhu dengan kepadatan nyamuk spesies An. vagus
C Lampiran 44 da n 45.
20 40
60 80
100 120
140 160
10 20
30 40
50 60
70 80
90
FEB MAR
APRIL MEI
JUNI JULI
AGUSTUS IC
H In
d e
k s
C u
ra h
H u
ja n
M B
R N
y a
m u
k O
ran g
M al
a m
Bulan Penangkapan
ICH An. barbirostris
An. subpictus An. vagus
kearah yang positif dengan kekuatan hubungan sedang tetapi tidak signifikan r=0,282, p value 0,05 Gambar 11.
Sementara itu, hubungan antara suhu dengan kepadatan nyamuk spesies An. barbirostris
kearah linier negatif dengan kekuatan hubungan sangat lemah dan tidak signifikan r=-0,003, p value 0,05 di Kelurahan Ela-ela. Hubungan antara suhu
dengan kepadatan nyamuk spesies An. subpictus kearah linier negatif dengan kekuatan hubungan sangat lemah dan tidak signifikan r=-0,047, p value 0,05.
Hubungan antara suhu dengan kepadatan spesies An. vagus kearah linier negatif dengan kekuatan hubungan sedang tetapi tidak signifikan r=-0,049, p value 0,05
Gambar 12. Hal ini berarti kepadatan nyamuk Anopheles spp cenderung meningkat bila
suhu juga meningkat dan sebaliknya kepadatannya menurun bila suhu juga menurun di Kelurahan Caile, sedangkan kepadatan nyamuk Anopheles spp cenderung menurun
bila suhu meningkat dan sebaliknya kepadatannya meningkat bila suhu menurun di Kelurahan Ela-Ela.
Gambar 11. Hubungan antara Kepadatan Nyamuk Anopheles spp MBR dengan suhu di Kelurahan Caile Februari- Agustus 2011.
25 26
27 28
29 30
5 10
15 20
25 30
35 40
FEB MAR
APRIL MEI
JUNI JULI
AGUSTUS S
u h
u C
M B
R N
y a
m u
k O
ran g
M al
a m
Bulan Penangkapan
Suhu An. barbirostris
An. subpictus An. vagus
Gambar 12. Hubungan antara Kepadatan Nyamuk Anopheles spp MBR dengan suhu di Kelurahan Ela-Ela Februari- Agustus 2011.
Dalam kaitannya dengan hubungan antara kepadatan nyamuk Anopheles spp dengan fluktuasi suhu pada penelitian di Kelurahan Caile dan Ela-Ela ini, Price
1997 menyatakan semua serangga bersifat poikilotermis, yaitu suhu tubuhnya berubah-uba h sesuai dengan keadaan di sekitarnya. Efek hujan pada nyamuk dapat
langsung atau tidak langsung. Kurangnya hujan dapat menyebabkan pengeringan dan ke matian. Curah huj an juga berpengaruh terhadap kelembaban, bersama dengan suhu
dan angin yang menentukan kondisi iklim mikro setempat.
Hubungan kepadatan Nyamuk Anopheles spp dengan Kelembaban
Kelembaban nisbi rata-rara berkisar antara 80-95 di Kelurahan Caile. Kelembaban udara tertinggi terjadi pada bulan April 95 dan terendah pada bulan
Februari 80. Kelembaban nisbi berkisar antara 80-97 di Kelurahan Ela- Ela. Kelembaban tertinggi terjadi pada bulan April 97 dan terendah pada bulan
Februari 80 Lampiran 44 dan 45. Dengan faktor kelembaban, ada hubungan antara kelembaban dengan
kepadatan nyamuk spesies An. barbirostris kearah yang positif dengan kekuatan hubungan sangat lemah dan tidak signifikan r=0,199, p value 0,05 di Kelurahan
Caile. Ada hubungan antara kelembaban dengan kepadatan nyamuk spesies An.
25 26
27 28
29 30
10 20
30 40
50 60
70 80
90
FEB MAR
APRIL MEI
JUNI JULI
AGUSTUS S
u h
u C
M B
R N
y a
m u
k O
ran g
M al
a m
Bulan Penangkapan
Suhu An. barbirostris
An. subpictus An. vagus
subpictus kearah yang positif dengan kekuatan hubungan sangat lemah dan tidak
signifikan r=0,125, p value0,05. Ada hubungan antara kelembaban dengan kepadatan nyamuk spesies An. vagus kearah yang positif dengan kekuatan hubungan
sangat lemah dan tidak signifikan r=0,012, p value 0,05 Gambar 13. Hubungan antara kelembaban dengan kepadatan nyamuk An. barbirostris
kearah linier negatif dengan kekuatan hubungan sangat kuat dan memiliki hubungan signifikan r=-0,846, p value 0,05 di Kelurahan Ela-Ela. Hasil uji regresi didapatkan
nilai koefisien determinasi sebesar 0,715. Hal ini berarti pengaruh kelembaban terhadap kepadatan An. barbirostris sebesar 71,5 sedangkan 28,5 oleh faktor lain
yang belum diketahui. Hubungan antara kelembaban dengan kepadatan nyamuk An. subpictus
kearah linier negatif de ngan kekuatan hubungan sangat kuat da n memiliki hubungan signifikan r=-0,918, p value 0,05. Hasil uji regresi didapatkan nilai
koefisien determinasi sebesar 0,844. Hal ini berarti pengaruh kelembaban terhadap kepadatan An. barbirostris sebesar 84,4 sedangkan 15,6 oleh faktor lain yang
belum diketahui. Hubungan antara kelembaban dengan kepadatan nyamuk An. vagus kearah linier negatif dengan kekuatan hubungan sangat lemah tetapi tidak signifikan
r=-0,126, p value 0,05 Gambar 14. Hal ini berarti kepadatan nyamuk Anopheles spp cenderung meningkat bila
kelembaban juga meningkat dan sebaliknya kepadatannya menurun bila kelembaban juga menurun di Kelurahan Caile, sedangkan kepadatan nyamuk Anopheles spp
cenderung menurun bila kelembaban meningkat dan sebaliknya kepadatannya meningkat bila kelembaban menurun di Kelurahan Ela-Ela.
Dalam kaitannya dengan hubungan antara kepadatan nyamuk dengan fluktuasi kelembaban pada penelitian di Kelurahan Caile dan Ela-Ela ini, Serviced
dan Towson 2002 dalam Adnyana 2009 menyatakan fluktuasi musiman seperti curah hujan, kelembaban dan suhu mempengaruhi tingkat ketahanan Anopheles dan
jumlah pop ulasinya. Hal yang sama juga dinya taka n oleh Gilles 1993 dalam Ompusunggu dan Laihad 2008, bahwa sebagai penyakit tular vektor, seperti
malaria, sangat dipengaruhi oleh peruba han temperatur, kelembaban, curah hujan dan kondisi tempat-tempa t perindukan vektor, dan perilaku vektor.
Gambar 13. Hubungan antara Kepadatan Nyamuk Anopheles spp MBR dengan kelembaban di Kelurahan Caile Februari- Agustus 2011.
Gambar 14. Hubungan antara Kepadatan Nyamuk Anopheles spp MBR dengan Kelembaban di Kelurahan Ela-Ela Februari-Agustus 2011.
75 80
85 90
95 100
5 10
15 20
25 30
35 40
FEB MAR
APRIL MEI
JUNI JULI
AGUSTUS K
e le
m b
a b
a n
M B
R N
y a
m u
k O
ran g
M al
a m
Bulan Penangkapan
Kelembaban An. barbirostris
An. subpictus An. vagus
75 80
85 90
95 100
10 20
30 40
50 60
70 80
90
FEB MAR
APRIL MEI
JUNI JULI
AGUSTUS K
e le
m b
a b
a n
M B
R N
y a
m u
k O
ran g
M al
a m
Bulan Penangkapan
Kelembaban An. barbirostris
An. subpictus An. vagus
4.1.6 Status kerentanan Nya muk Anopheles spp