responden yang melakukan kegiatan pemanfaatan sumberdaya teru yang tidak sesuai dengan kaidah konservasi.
Sementara itu di Desa Sabang Mawang pola pemanfaatan sumberdaya terumbu karang telah mengarah pada pola pemanfaatan yang berkelanjutan. Di
desa ini kegiatan pemanfaatan yang mengarah pada kerusakan su terumbu karang sudah mulai ditinggalkan masyarakat. Seperti halnya
penangkapan ikan menggunakan bom dan potasium, yang sebelumnya marak dilakukan hingga tahun 2002, saat ini sudah tidak ada lagi. Diduga kesadaran ini
muncul selain karena penyulu COREMAP cukup intensif, juga karena kesadaran akan kelangkaan sumberdaya
terumbu karang, terutama berkurangnya sumberdaya ikan.
Gambar 25 Pola pemanfaatan Mawang
5.5 Skenario Pengelo
Skenario yang dikembangkan dalam Tujuan skenario ini adalah untuk membantu menentukan bagaimana caranya
beralih dari kondisi sekarang ke arah kond mendasar antara skenario jalur dari pendekatan lainnya adalah fokusnya, yaitu
penyelesaian masalah dan penyusunan strategi untuk mengatasi berbagai
2 4
6 8
10 12
14 16
18 20
. ;
responden yang melakukan kegiatan pemanfaatan sumberdaya terumbu karang yang tidak sesuai dengan kaidah konservasi.
Sementara itu di Desa Sabang Mawang pola pemanfaatan sumberdaya terumbu karang telah mengarah pada pola pemanfaatan yang berkelanjutan. Di
desa ini kegiatan pemanfaatan yang mengarah pada kerusakan su terumbu karang sudah mulai ditinggalkan masyarakat. Seperti halnya
penangkapan ikan menggunakan bom dan potasium, yang sebelumnya marak dilakukan hingga tahun 2002, saat ini sudah tidak ada lagi. Diduga kesadaran ini
muncul selain karena penyuluhan yang dilakukan oleh LSM pendamping proyek COREMAP cukup intensif, juga karena kesadaran akan kelangkaan sumberdaya
terumbu karang, terutama berkurangnya sumberdaya ikan.
emanfaatan sumberdaya terumbu karang di Desa Sabang Mawang dan Desa Teluk Buton.
elolaan KKLD
Skenario yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah skenario jalur. Tujuan skenario ini adalah untuk membantu menentukan bagaimana caranya
beralih dari kondisi sekarang ke arah kondisi yang diinginkan. Perbedaan mendasar antara skenario jalur dari pendekatan lainnya adalah fokusnya, yaitu
penyelesaian masalah dan penyusunan strategi untuk mengatasi berbagai
2 52
, .
, ,
2 ,
2 .
, -
mbu karang Sementara itu di Desa Sabang Mawang pola pemanfaatan sumberdaya
terumbu karang telah mengarah pada pola pemanfaatan yang berkelanjutan. Di desa ini kegiatan pemanfaatan yang mengarah pada kerusakan sumberdaya
terumbu karang sudah mulai ditinggalkan masyarakat. Seperti halnya penangkapan ikan menggunakan bom dan potasium, yang sebelumnya marak
dilakukan hingga tahun 2002, saat ini sudah tidak ada lagi. Diduga kesadaran ini han yang dilakukan oleh LSM pendamping proyek
COREMAP cukup intensif, juga karena kesadaran akan kelangkaan sumberdaya
arang di Desa Sabang
adalah skenario jalur. Tujuan skenario ini adalah untuk membantu menentukan bagaimana caranya
isi yang diinginkan. Perbedaan mendasar antara skenario jalur dari pendekatan lainnya adalah fokusnya, yaitu
penyelesaian masalah dan penyusunan strategi untuk mengatasi berbagai
kendala dan peluang untuk mencapai sasaran di masa depan Wollenberg et al. 2001. Berdasarkan hasil diskusi kelompok terarah atau FGD, diperoleh skenario
pengelolaan KKLD yang selengkapnya disajikan pada Tabel 15 berikut ini. Tabel 15 Skenario jalur untuk pengembangan KKLD di Kabupaten Natuna
Indikator Kondisi Sekarang
Keinginan Tahun 2010 Lembaga pengelola
Belum ada lembaga pengelola.
Lembaga pengelola terbentuk dan masyarakat
terlibat langsung sebagai komponen pengelola
didalamnya.
Zonasi KKLD • Zonasi rumit dan
tidak mudah dipahami
masyarakat.
• DPL sebagai zona inti jumlahnya masih
sangat kurang. • Penetapan lokasi
DPL belum sepenuhnya
mengakomodasi kepentingan
nelayan setempat. • Bentuk zonasi KKLD
diharapkan dapat lebih sederhana sehingga
mudah dipahami.
• Perlu penambahan zona inti baru setelah
pengelolaan KKLD berjalan optimal.
• Penetapan lokasi DPL harus
mempertimbangan kepentingan nelayan
setempat.
Penegakan hukum Penegakan hukum
masih lemah, ditandai masih maraknya illegal
fishing seperti pencurian ikan oleh
kapal ikan nelayan asing Thailand,
Vietnam, Malaysia, penggunaan bius,
penambangan karang batu.
Tindakan yang tegas dari aparat penegak hukum,
terutama terhadap kapal ikan asing, karena hal ini
sudah sangat meresahkan masyarakat.
Berdasarkan tabel tersebut di atas, terlihat bahwa hal yang paling menghambat dalam pengelolaan KKLD di Kabupaten Natuna adalah lembaga
pengelola yang belum terbentuk. Padahal lembaga pengelola ini memegang peranan paling penting dalam pelaksanaan pengelolaan KKLD.
Strategi yang dapat dilakukan untuk menyelesaikan permasalahan ini adalah mempercepat proses pembentukan kelembagaan dengan melakukan lobi
politik ke berbagai pihak Bupati, DPRD. Sejalan dengan itu, proses penyiapan administrasi dan dokumen kelembagaan harus segera disiapkan oleh Dinas
Kelautan dan
Perikanan yang
memiliki otoritas
atau kewenangan
penyelenggaraan pembangunan kelautan dan perikanan di Kabupaten Natuna. Untuk mempercepat proses ini DKP dapat menggunakan jasa konsultansi.
Strategi yang terkait dengan zonasi KKLD dapat diatasi dengan memperbanyak sosialisasi kepada masyarakat. Dan yang paling penting adalah
melakukan kegiatan pembelajaran bersama masyarakat tentang pemetaan meliputi cara membaca peta, proses penyusunan peta dan pelaksanaan
pemetaan partisipatif. Kegiatan ini dapat difasilitasi oleh lembaga yang berkompenten.
Selanjutnya strategi yang terkait dengan penegakan hukum adalah DKP atau lembaga pengelola KKLD yang nantinya terbentuk mengadakan pertemuan
berkala dengan berbagai komponen penegak hukum di Kabupaten Natuna untuk mencari solusi yang terbaik. Pertemuan bisa diawali dengan menggali akar
persoalan dan mencari sumber penyebab maraknya illegal fishing. Disini semua pihak dituntut keterbukaan dan kejujurannya. Setelah, semuanya jelas barulah
proses penindakan hukum dapat berjalan dengan baik.
6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan