PENGARUH KECENDERUNGAN ALEXITHYMIA TERHADAP KECEMBURUAN DALAM HUBUNGAN BERPACARAN

PENGARUH KECENDERUNGAN ALEXITHYMIA TERHADAP
KECEMBURUAN DALAM HUBUNGAN BERPACARAN

SKRIPSI

Oleh:
Linda Wahyuning Lestari
201210230311286

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2016

PENGARUH KECENDERUNGAN ALEXITHYMIA TERHADAP
KECEMBURUAN DALAM HUBUNGAN BERPACARAN

SKRIPSI
Diajukan Kepada Universitas Muhammadiyah Malang sebagai salah satu
persyaratan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Psikologi


Oleh:
Linda Wahyuning Lestari
201210230311286

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2016
ii

LEMBAR PENGESAHAN
1. Judul Skripsi
2.
3.
4.
5.
6.

Nama Peneliti
NIM
Fakultas

Perguruan Tinggi
Waktu Penelitian

: Pengaruh kecenderungan alexithymia terhadap kecemburuan
pada hubungan berpacaran
: Linda Wahyuning Lestari
: 201210230311286
: Psikologi
: Universitas Muhammadiyah Malang
: 14 Januari – 19 Januari 2016

Skripsi ini telah diuji oleh dewan penguji pada tanggal 5 Februari 2016

Dewan Penguji
Ketua Penguji

: Zainul Anwar, S.Psi., M.Psi

(


)

Anggota Penguji

: 1. Tri Muji Ingarianti, M.Psi

(

)

2. Istiqomah, S.Psi., M.Psi

(

)

Pembimbing I

Pembimbing II


Dra. Tri Dayakisni, M.Si

Zainul Anwar, S.Psi., M.Psi

Malang,
Mengesahkan,
Dekan Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang

Dra. Tri Dayakisni, M.Si
iii

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama

: Linda Wahyuning Lestari

NIM


: 201210230311286

Fakultas/Jurusan

: Psikologi

Perguruan Tinggi

: Universitas Muhammadiyah Malang

Menyatakan bahwa skripsi/karya ilmiah yang berjudul:
Pengaruh Kecenderungan Alexithymia Terhadap Kecemburuan dalam Hubungan Berpacaran
1. Adalah bukan karya orang lain baik sebagian maupun keseluruhan kecuali dalam
bentuk kutipan yang digunakan dalam naskah ini dan telah disebutkan sumbernya.
2. Hasil tulisan karya ilmiah/skripsi dari penelitian yang saya lakukan merupakan Hak
bebas Royalti non eksklusif, apabila digunakan sebagai sumber pustaka.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila pernyataan ini
tidak benar, maka saya bersedia mendapat sanksi sesuai dengan undang-undang yang berlaku.

Malang,30 Januari 2016


Mengetahui
Ketua Program Studi

Yang menyatakan

Materai
Rp. 6000

Yuni Nurhamida, S.Psi., M.Si

Linda Wahyuning Lestari

iv

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala puji
hanya bagi Allah SWT di setiap saat dan waktu. Dengan mengucap rasa syukur kehadirat Illahi
Rabbi atas Rahmat dan Inayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan

salam tetap tercurah kepada hamba yang paling mulia di atas sekalian para hamba, Rasulullah
SAW, beserta keluarga, para sahabat, serta teman-teman pendukung lainnya.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini juga tidak dapat selesai tanpa adanya
bimbingan dan dukungan yang penuh ketulusan, baik secara moril maupun materil dari semua
pihak. Oleh karena itu, pantas penulis haturkan ucapan terima kasih yang mendalam kepada
semua pihak yang telah membantu penyelesaian penelitian ini. Diantaranya kepada:
1. Dra. Tri Dayakisni, M.si., selaku dekan Fakultas Psikologi Universitas
Muhammadiyah Malang sekaligus pembimbing I yang telah banyak meluangkan
waktu dan pikiran untuk memberikan bimbingan dan arahan yang sangat berguna,
hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
2. Dosen pembimbing II bapak Zainul Anwar, S.Psi., M.Psi, yang telah memberikan
segala kesabaran dan segala bimbingan kepada penulis selama penyelesaian skripsi
ini.
3. Yuni Nurhamida, S.Psi., M.Si., selaku ketua program Psikologi Universitas
Muhammadiyah Malang.
4. Ayah, ibu dan adik tercinta, yang seantiasa sabar dan tabah untuk selalu
memberikan dukungan baik materi maupun moral, do’a yang tiada hentinya juga
kepercayaan yang penuh kepada anaknya.
5. Saudariku Andi Yuono Guntoro calon SP, Jefry Wahyu Widodo, S.Pd dan Lutfita
Mami, S.Kom., M.Psi., yang tiada henti-hentinya membantu selama proses

pengerjaan skripsi ini, terima kasih yang sebanyak-banyaknya.
6. Sahabat-sabahat tersayang Ajeng Krisnawanti calon STP, Ayuana Choirun Nisa
Lastari calon S.Pd, Reni Fina Dwi Aprilia calon STP dan Ahmad Maftukhin
(Gundul) calon S.Kom, yang selalu memberikan dukungan, penyemangat dan do’ado’anya kepada saya, terima kasih yang sebesar-besarnya atas kehadiran kalian
dalam hidup saya.
7. Teman-teman seperjuangan Fakultas Psikologi yang telah banyak membantu saya
dalam kelancaran skripsi ini Silfiasari, S.Psi, Astrie Cahyasari, S,Psi, Tria Isma
Stadewi calon S.Psi, Francellin Agustine S.Psi, Muhammad Arya Samudra, S.Psi,
Trio Bangkit Kharisma calon S.Psi, Siddiq Wahyu Santoso calon S.Psi, Delima
Aziziyah dan teman-teman lainnya yang belum saya sebutkan disini, saya ucapkan
terima kasih banyak.
8. Teman-teman baru saya, seluruh teman-teman Kuliah Kerja Nyata (KKN) yang
sudah membantu saya menjadi subjek penelitian, saya ucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya telah meluangkan waktu kan kesediaannya dalam kelancaran
skripsi ini.
9. Teman-teman kosan BCT blok HH-6, terima kasih banyak atas partisipasinya dan
segala kebersamaannya.
10. Seluruh pihak yang tak tertera namun tanpa mengurangi rasa hormat telah berjasa
dan terlibat dalam penyelesaian skripsi ini.


v

Semoga Allah meridhoi dan memberikan pahala yang tiada henti-hentinya sebagai
balasan atas segala kebaikan dan bantuan yang diberikan kepada penulis.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari sepenuhnya akan kekurangan dan
ketidaksempurnaan. Harapan penulis, semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat,
khususnya bagi penulis dan umumnya bagi seluruh pembaca. Amin.
Terima Kasih

Malang, Januari 2016
Penulis

Linda Wahyuning Lestari

vi

DAFTAR ISI

Halaman Judul .........................................................................................


ii

Lembar Pengesahan .................................................................................

iii

Surat Pernyataan ......................................................................................

iv

Kata Pengantar .........................................................................................

v

Daftar Isi ..................................................................................................

vii

Daftar Tabel .............................................................................................


ix

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................

1

1.1 Abstrak ......................................................................................

1

1.2 Latar Belakang ..........................................................................

2

BAB II KAJIAN TEORI ..........................................................................

4

2.1 Pengertian Kecemburuan ...........................................................

4

2.2 Pengertian Alexithymia ..............................................................

7

2.3 Hubungan Alexithymia dan Kecemburuan..................................

9

2.4 Hipotesis ...................................................................................

10

BAB III METODE PENELITIAN ...........................................................

10

3.1 Rancangan Penelitian.................................................................

10

3.2 Subjek Penelitian .......................................................................

10

3.3 Variabel dan Instrumen Penelitian .............................................

10

3.3.1 Indeks Validitas dan Reliabilitas .......................................

11

3.4 Prosedur Penelitian dan Analisis Data ........................................

11

3.4.1 Persiapan ..........................................................................

11

3.4.2 Pelaksanaan ......................................................................

12

3.4.3 Pengolahan Data ...............................................................

12

BAB IV HASIL PENELITIAN ................................................................

12

4.1 Deskripsi Subjek ........................................................................

12

4.1.1 Perhitungan T-Score .........................................................

13

4.1.2 Berdasarkan Jenis Kelamin ...............................................

13

4.1.3 Berdasarkan Usia ..............................................................

14

4.1.4 Berdasarkan Lamanya Berpacaran ....................................

14

4.1.5 Berdasarkan Seringnya Berpacaran ...................................

15

4.2 Hasil Analisis Data ....................................................................

15

vii

4.3 Diskusi ......................................................................................

15

BAB V SIMPULAN DAN IMPLIKASI ..................................................

18

DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................

19

LAMPIRAN ............................................................................................

21

viii

DAFTAR TABEL
Tabel 1. Skor Jawaban Skala Kecemburuan .............................................

10

Tabel 2. Indeks Validitas dan Reliabilitas .................................................

11

Tabel 3. Deskripsi Subjek ........................................................................

12

Tabel 4. Perhitungan T-Score Alexithymia................................................

12

Tabel 5. Perhitungan T-Score Kecemburuan ............................................

13

Tabel 6. Kecenderungan Alexithymia Berdasarkan Jenis Kelamin ............

13

Tabel 7. Kecemburuan Berdasarkan Jenis Kelamin ..................................

13

Tabel 8. Berdasarkan Usia ........................................................................

14

Tabel 9. Berdasarkan Lamanya Berpacaran ..............................................

14

Tabel 10.Berdasarkan Seringnya Berpacaran ............................................

15

Tabel 11. Hasil Analisis Uji Regresi .........................................................

16

ix

PENGARUH KECENDERUNGAN ALEXITHYMIA TERHADAP
KECEMBURUAN DALAM HUBUNGAN BERPACARAN
Linda Wahyuning Lestari
Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Malang
lindazayn@gmail.com
Kecenderungan alexithymia merupakan seseorang individu yang tidak dapat mengekspresikan
atau mengutarakan emosi sesuai dengan fisiknya. Terkadang seseorang yang mempunyai
kecenderungan alexithymia menjadi penyebab adanya kecemburuan dalam hubungan
berpacaran. Timbulnya Kecemburuan karena adanya perasaan cinta yang mendalam dan takut
akan kehilangan pasangannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari
kecenderungan alexithymia terhadap kecemburuan dalam hubungan berpacaran. Penelitian ini
merupakan penelitian prediktif eksplanatif dengan jumlah subjek dalam penelitian ini adalah
150 orang dengan rentang usia 18-23 tahun. Pengambilan data menggunakan skala model likert
dengan teknik purposive sampling. Metode analisa data menggunakan Regresi Linier
Sederhana. Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan antara
kecenderungan alexithymia terhadap kecemburuan dalam hubungan berpacaran (r= 0,651; r 2=
0,423; p= 0,000; p < 0,05).
Kata kunci: Kecenderungan alexithymia, kecemburuan, hubungan berpacaran
The alexithymia tendency is an individual who has difficulties self-expression or present
emotions related with their body language. Sometimes, people who have alexithymia tendency
as main factor of jealousy in love relationship. The incidence of Jealousy because of a feeling
of deep love and the fear of losing a mate. This research aims to know influence alexithymia
tendency of jealousy in love relationship. This research of prediktif eksplanatif with subject is
150 people aged ranging from 10 to 23 years old. The data collection is collected by
scale linkert model in purposive sampling technique. Analysis method uses simple regression
linier. The result shows significant influences on alexithymia tendency toward jealousy in love
relationship (r= 0,651; r2= 0,423; p= 0,000; p < 0,05).
Keywords : Alexithymia tendency, jealousy, relationship

1

Dunia remaja saat ini sangat dipengaruhi dengan dunia yang penuh dengan gejolak cinta. Pada
masa inilah, seorang remaja mulai merajut kasih dan sayang dengan lawan jenisnya. Sehingga
dalam hubungan berpacaran secara tidak langsung sudah mendarah daging ke seluk beluk
pikiran anak muda yang mencapai usia dewasa. (Dalam wongso, 2014) alasan berpacaran, yaitu
untuk memperoleh kesenangan, membangun intimacy, meningkatkan status, memilih jodoh,
ataupun sebagai alat pemuas kebutuhan. Akan tetapi pada jaman sekarang memaparkan bahwa
seseorang remaja maupun dewasa awal bertingkah laku yang cenderung posesif dalam merajut
hubungan yang lebih mendalam. Berdasarkan ulasan dari Adityapraja dalam kompasiana
(2015), seringkali di sekeliling kita dapat melihat berbagai fenomena yang mempersoalkan
bagaimana kelanjutan hubungan seseorang yang dilandasi dengan ikatan yang terlalu
berlebihan. Seolah-olah, pasangan atau pacar kita menjadi bagian seutuhnya bagi perjalanan
hidup kita, sehingga kebebasan berbuat dan bertindak kerap kali banyak ditentukan oleh
pasangan.
Selanjutnya menurut ulasan dari Ariefbharata dalam kompasiana (2015) menjelaskan bahwa
pada titik inilah, cinta yang posesif muncul dan bermuara dari rasa kepribadian seseorang yang
merasa tidak aman cintanya, karena takut pasangannya atau belahan jiwanya berpaling. Posesif
dapat bermula dari rasa cemburu yang berlebihan dan ketidakrelaan pasangannya berpaling ke
orang lain. Dari pemaparan posesif yang berakibat kecemburuan dapat diilustrasikan seperti
“Mawar, mulai sekarang, siapa saja laki-laki yang bertemu denganmu, kamu harus kasih tahu
aku, aku perlu tahu apakah mereka punya maksud yang merugikanmu atau tidak." Tanpa
disadari istilah tersebut dapat disebut sebagai awal dari sebuah kekerasan. Saat sedang jatuh
cinta, perempuan maupun laki-laki menganggap bahwa pacarnya adalah segalanya. Hal ini
membuat perempuan maupun laki-laki tersebut rela diperlakukan atau melakukan apapun demi
pacarnya. Bentuk-bentuk kecemburuan yang mendalam tesebut seperti mengawasi, membatasi
ruang gerak pacar, merendahkan pacar dengan panggilan yang tidak wajar yang dapat
menyinggung perasaan, dan agresivitas dalam berkomunikasi.
Fodechon, dalam kompasiana (2015) berpendapat bahwa dari bentuk-bentuk tersebut
kecemburuan dapat dipengaruhi oleh remaja dengan berkecenderungan alexithymia.
Kecenderungan alexithymia merupakan gangguan psikologis yang dicirikan dengan
ketidakmampuan mengidentifikasi perasan dirinya maupun pasangannya. Seseorang dengan
kecenderungan alexithymia hanya mengandalkan kemampuan berpikir yang didasarkan pada
fakta yang spesifik. Orang-orang yang berkecenderungan alexithymia dikenal sebagai sosok
yang terlalu logis, tidak sentimentil, tidak bersahabat karena kurang empati, membuat
keputusan pribadi berdasarkan prinsip, bukan perasaan. Kondisi ini karena si penderita tidak
mampu mengeluarkan apa yang dirasakannya. Setiap orang biasanya tahu apa yang dirasanya
salah dan mengerti bagaimana cara menggambarkan perasaannya. Tapi orang yang memiliki
alexithymia akan sulit mengungkapkan perasaannya, bahkan tidak tahu emosi apa yang
dirasakannya. Selain itu, penderita alexithymia sering digambarkan sebagai orang yang dingin
dan suka menyendiri. Mereka miskin akan sikap empati, sulit memahami dan menanggapi
perasaan orang lain secara efektif. Sebelumnya, alexithymia sering dianggap disertai dengan
gangguan psikosomatis (dalam Khodabakhsh. M, R & Fatehi. M, 2012) yang melibatkan gejala
fisik dari tubuh yang diperburuk oleh pikirannya, seperti orang yang sangat marah tapi tidak
bisa mengekspresikan kemarahannya akan mengalami sakit perut. Namun ternyata keluhan ini
bisa muncul dalam bentuk yang berbeda, bahkan dalam studi terbaru diketahui pada beberapa
orang dengan alexithymia justru tidak menunjukkan keluhan fisik apapun.
2

Faktor-faktor yang mempengaruhi kecenderungan alexithymia berujung pada menyakiti fisik
pasangannya adalah karena memiliki kecemburuan pada sesama jenisnya yang mungkin
menggoda atau mendekati pasangannya. Kebanyakan orang yang memiliki gangguan
alexithymia lebih memendam rasa cemburunya dan tidak memperlihatkan pada pasangannya.
Faktor yang menyebabkan kecemburuan karena adanya rasa kasih sayang atau cinta yang
mendalam terhadap pasangannya dan tidak ingin kehilangan pasangannya. Sehingga alasan
tersebut yang mengkaitkan gangguan alexithymia terhadap kecemburuan dalam hubungan
berpacaran. Dalam Sarwono (2011) baru-baru ini pada penelitian sebelumnya yang diteliti oleh
Sarlito Wirawan pada tahun 2011 mencontohkan pada hubungan berpacaran seperti kasus artis
Ardina Rasti dan Eza Gionino. Dari penelitian tersebut menjelaskan bahwa aktor Eza Gionino
yang tidak mampu mengutarakan perasaannya selama berpacaran dan berujung menyakiti
pasangannya secara fisik pada artis Ardina Rasti. Akan tetapi dari penelitian tersebut masih
belum dapat diketahui keterkaitan antara alexythymia disorder terhadap hubungan berpacaran.
Alexithymia merupakan sebuah gangguan jiwa yang dalam bahasa awamnya adalah “buta
emosi”. Gangguan jiwa ini dikemukakan pertama kali oleh psikoterapis Peter Stiffenos pada
tahun 1973. Jadi masih relatif baru, sehingga belum tercantum dalam DSM IV TR (buku
panduan diagnostik gangguan jiwa versi AS, 1974), maupun PPDGJ III (panduan versi
Indonesia yang merujuk pada DSM IV). Sebelumnya, Alexithymia digolongkan sebagai
gangguan kepribadian Anti-sosial, bahkan ada yang mengolongkannya sebagai Autisma,
karena gejala-gejalanya yang mirip dengan kedua gangguan kepribadian tersebut. Perbedaan
Alexithyma dari Anti-sosial (dalam DSM III dinamakan Psikopat) dan Autisme adalah bahwa
perilaku dari kedua penderita gangguan kepribadian yang disebut terakhir ini selalu dipicu oleh
dorongan-dorongan dari dalam. Perilaku yang merugikan orang lain tanpa perasaan bersalah
pada Anti-sosial terjadi pada saat-saat tertentu, sedangkan penderita Autisma hampir sepanjang
masa tidak bisa mengontrol perilakunya sendiri. Di sisi lain, penderita Alexithymia hanya
terpicu oleh suatu kejadian di luar yang dianggap mengganggu ego-nya. Persamaannya dengan
Anti-sosial, adalah bahwa dalam penampilannya penderita Alexithymia tidak menunjukkan
masalah apapun. Dia tampil sebagai orang yang baik, selalu bermuka manis, bicaranya teratur
dan meyakinkan (karena dia memang kuat di logika), sehingga orang tidak percaya bahwa dia
adalah seorang yang punya gangguan emosi yang berat (Sarwono. S,W, 2011)
Kamel (2013) menjelaskan bahwa, alexithymia dapat didefinisikan sebagai defisit yang
mengalami kesulitan dalam mengelola emosi yang pada awalnya dapat diamati dengan pasien
yang mengalami penyakit psikosomatik klasik. Sebelumnya telah ditemukan bahwa individu
alexithymia berarti tidak benar-benar menyadari emosi mereka, dan bahkan muncul untuk
memiliki kosakata yang tidak sesuai ketika mereka mengekspresikan emosi dan tidak memiliki
kemampuan untuk mengidentifikasikannya atau dengan menggunakan kata-kata yang benar.
Individu Alexithymia memang mampu mengalami penderitaan, misalnya, depresi atau
gangguan kecemasan. Saat ini belum jelas apa yang menyebabkan alexithymia atau mekanisme
yang mempengaruhi pengolahan emosi, tetapi secara luas disepakati bahwa individu menderita
dalam pengolahan kognitif dan regulasi emosi (Parker, Taylor, & Bagby, 1993). Misalnya,
alexithymia berbanding terbalik dengan kecerdasan emosional (Parker, Taylor, & Bagby,
2001) dan itu mempengaruhi pengolahan emosi seseorang serta kemampuan untuk mengenali
emosi di kata-kata atau wajah orang lain. (Stansfield, dkk. 2013)
Almeida & Schlosser, (2014) kecemburuan yang romantis sering dikaitkan dengan efek
merusak atau menyakiti pasangannya, di sisi lain kecemburuan terkait dengan hasil hubungan
yang positif seperti untuk meningkatkan komitmen di dalam hubungan berpacaran. Pentingnya
permasalahan ini diteliti karena kebanyakan orang yang memiliki gangguan alexithymia lebih
3

cenderung menyakiti secara fisik kepada lawan pasangannya. Seperti pada penelitian Sarwono
(2011) sebelumnya yang memaparkan bahwa pemicu KDRT adalah adanya salah satu
pasangan yang memiliki gangguan alexithymia. Pasangan yang cenderung memiliki gangguan
alexythymia adalah laki-laki karena kaum laki-laki yang tidak mampu mengutarakan
perasaannya ketika memiliki masalah atau cemburu terhadap pasangannya. Sehingga lebih
berdampak pada emosi yang sudah memuncak karena tetap memilih memendam apa yang
dirasakannya selama ini. Selain itu pentingnya bagi remaja adalah untuk mengetahui
keterkaitan alexithymia terhadap kecemburuan. Kebanyakan para remaja masih belum
memahami beberapa penyebab dari timbulnya rasa kecemburuan yang dimunculkan pasangan.
Menurut Adityapraja dalam kompasiana, (2015) memaparkan bahwa seseorang yang memiliki
penyakit alexithymia merupakan seseorang yang berkepribadian introvert atau pendiam karena
lebih memilih untuk memendam kemarahannya saat cemburu terhadap pasangannya. Seorang
remaja tersebut mungkin akan bertindak menyakiti pasangannya dan tidak menyadari
sepenuhnya bahwa dirinya salah. Akan tetapi sebaliknya merasa bahwa dirinya merupakan
orang yang paling tersakiti hatinya selama menjalani suatu hubungan pacaran. Tujuan dari
penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh dari seseorang yang mengalami kecenderungan
alexithymia dengan adanya rasa kecemburuan. Sehingga pada penelitian ini akan mengetahui
seberapa banyak pengaruh yang ditimbulkan oleh seseorang dengan kecenderungan
alexithymia terhadap kecemburuan yang dimunculkan. Dengan demikian para remaja yang
sedang menjalani suatu hubungan berpacaran dapat menghindari kecenderungan alexithymia
tersebut, agar dapat menghindari perbuatan-perbuatan yang dapat menyakiti pasangannya
ketika mengalami rasa kecemburuan. Seperti halnya kabar baru-baru ini terdapat pasangan
yang mencelakai sesama jenisnya maupun pasangannya sendiri hanya karena cemburu yang
berlebihan, bunuh diri karena pasangannya berpaling ke orang lain dan masih banyak lagi yang
dapat mencelakai diri sendiri maupun orang lain. Cemburu yang berlebihan adalah perasaan
yang takut akan kehilangan pasangannya secara mendalam dan akan berbuat apa saja dalam
melampiaskan kecemburuan tersebut. Dari cemburu yang berlebihan itulah seseorang akan
lebih memendamnya saja, apabila kemarahannya sudah memuncak maka akan cenderung
menyakiti diri sendiri maupun orang lain.
Manfaat dari penelitian ini adalah untuk menambah wawasan ilmiah kepada mahasiswa atau
remaja tentang pengaruh dari kecenderungan alexithymia yang dapat mempengaruhi rasa
kecemburuan yang dimunculkan, dengan lebih memahami dan menghindari kecenderungan
alexithymia tersebut. Selain itu agar tidak menimbulkan perbuatan-perbuatan yang fatal yang
dapat merugikan diri sendiri dan menyakiti secara verbal maupun fisik terhadap pasangannya.
Ketika mahasiswa sudah mengetahui pengaruh negative dari kecenderungan alexithymia
tersebut sehingga timbul rasa cemburu, maka mahasiswa akan menyadari bahwa pacar atau
pasangan bukanlah harus menjadi miliknya secara utuh dan tidak berperilaku posesif seperti
merubah karakter pasangannya serta tidak memberikan ruang bebas terhadap pasangannya.
Dari manfaat tersebut akan dapat memberikan kenyamanan pada hubungan berpacaran yang
sudah berlangsung lama.
Kecemburuan
Astuti (2014) berpendapat cemburu adalah emosi yang dialami ketika seseorang merasa hubungan
dengan pasangan terancam dan mengakibatkan hilangnya kepemilikan, biasanya ini akan timbul
apabila ada pihak ketiga dalam hubungan tersebut. Pengalaman dan ekspresi cemburu
dipengaruhi oleh beberapa fakor, diantaranya adalah budaya, kepribadian, dan karakteristik
hubungan (Harvey, Wenzel, & Sprecher, 2004). Selain itu cemburu dapat dikatakan sebagai
emosi kompleks karena kecemburuan tersebut didukung atas kehadiran emosi-emosi yang
4

lainnya. Tiga perasaan yang paling menggambarkan cemburu adalah hurt, fear, dan anger
(Miller, 2007). Terluka (hurt) timbul dari persepsi bahwa pasangan kita tidak menghargai
komitmen pada hubungan kita, sedangkan takut (fear) dan cemas (anxiety) timbul dari
ketakutan akan diabaikan dan kehilangan. Marah (angry) timbul dari perasaan dinomorduakan
dari orang lain. Sehingga dapat disimpulkan bahwa cemburu adalah perasaan terancam oleh
kehadiran pihak ketiga dan takut kehilangan dalam suatu hubungan yang romantis.
Ciri-ciri cemburu
Hauck (1994) menjelaskan bahwa ciri-ciri cemburu terhadap pasangan yaitu :
a. Rasa rendah diri adalah menganggap diri terlalu kecil. Salah satu ukuran tidak
menguntungkan yang dipakai orang pencemburu untuk menilai kepantasan itu adalah
apakah seorang pencemburu dicintai atau tidak.
b. Mentalitas Tuan-Hamba adalah sama seperti rasa rendah diri yang menjadi dasar rasa
cemburu, maka pribadi pencemburu pastilah mentalitas Tuan-Hamba. Jarang orang
pencemburu posesif mengalami letupan emosi secara diamdiam, kebanyakan orang
pencemburu menyatakan keluhannya dengan suara yang keras dan jelas.
c. Perilaku merusak diri merupakan ciri khas seorang pencemburu dan posesif. Sebenarnya
pencemburu mampu dan menonjol dalam banyak bidang kehidupan. Tetapi apabila
menyangkut orang-orang yang dicintai, seorang pencemburu dapat melakukan tindakan
seperti orang terbelakang (retarded).
d. Kesulitan Menerima tanggung jawab, hampir dapat dipastikan seorang pencemburu akan
menuduh pasangan menyebabkannya malang dengan menyiksa, seorang pencemburu
jarang memandang kenyataan pada persoalan yang sebenarnya.
e. Mementingkan diri sendiri dan tidak matang adalah selalu mementingkan diri sendiri
apabila ada sesuatu yang tidak beres dalam kehidupan cintanya, tidak peduli akan perasaan
siapapun kecuali perasaan sendiri, merasa bahwa orang lain tidak berhak mengubah
pikirannya.
f. Rasa takut adalah merasa terancam oleh kejadian yang sama sekali tidak mengancam.
Seorang pencemburu persaingan dan kemungkinan orang yang dicintai terus menerus
menjadi obsesi.

Aspek – aspek cemburu
Menurut Pfeiffer dan Wong's (1989) menjelaskan bahwa aspek-aspek kognitif dari
kecemburuan romantis terjadi sebelum aspek emosional dan kognitif serta emosi tersebut
terjadi secara berurutan. Miller (2007) menjelaskan bahwa kecemburuan romantis mencakup
afektif, perilaku dan aspek kognitif. Menurut Pines (1998), aspek cemburu adalah :
a. Aspek pikiran, yang terdiri dari perbandingan dengan menyaingi, mengasihani diri
sendiri, menyalahkan diri, sikap kepemilikan, khawatir tentang image, pemikiran
tentang balas dendam, dan pikiran mengalah.
b. Aspek emosi, yang terdiri dari sakit, kesedihan, kemarahan, rasa tidak berdaya, iri hati,
takut, dan penghinaaan.
c. Aspek perilaku, yang terdiri dari ingin pingsan (shock), gugup dan gemetar, jantung
berdebar kencang, hilang nafsu makan, tangan berkeringat atau gemetar, konstan
pertanyaan dan mencari keyakinan, tindakan agresif, bahkan kekerasan.
Berdasarkan teori-teori tersebut dapat diketahui bahwa aspek-aspek cemburu adalah pikiran,
emosi dan perilaku.

Jenis atau tipe cemburu
5

Astuti (2014) menyatakan cemburu dibedakan menjadi dua yaitu :
a. Kecemburuan yang sifatnya nyata (normal) adalah cemburu yang dirasakan ketika
ancaman sifatnya jelas dan dapat merusak hubungan (ancamannya nyata).
b. Cemburu curiga (abnormal) adalah ketika ancaman tidak jelas atau hanya dicurigai,
dapat dikatakan bahwa "cemburu mencurigakan", karena hanya reaksi dari ketakutan
dan ketidakpastian.
Tipe-tipe cemburu (dalam Astuti, 2014) adalah:
a. Kecemburuan obsesif / obsessionality: ditandai oleh perasaan cemburu yang disengaja,
individu berlebihan dan tidak realistis.
b. Kecemburuan depressive / self-esteem: ditandai oleh perasaan tidak mampu dan rendah
diri bila dibandingkan dengan mitra yang menghasilkan ketidakmampuan untuk
percaya / kesetiaan-Nya dan membuat pengkhianatan potensial tidak bisa dihindari
dengan beberapa saingan.
c. Cemburu karena takut kehilangan: ditandai dengan ketidakmampuan untuk menerima
prospek kerugian. Sebagai akibatnya, hubungan menjadi semacam ketergantungan,
dengan subjek selalu membutuhkan kedekatan pasangan dan menunjukkan tanda-tanda
tertekan ketika terpisah.
d. Kecemburuan paranoid / suspisciousness: ditandai dengan sifat malumalu ekstrim dan
kecurigaan, serta perilaku interpretatif dan kontrol terhadap pasangan dan merasakan
setiap saingan, meskipun menunjukkan tanda-tanda pengabdian yang benar, tetapi
dianggap miskin moralitas.
e. Cemburu terkait sensitivitas / interpersonal: ditandai dengan hipersensitivitas terhadap
pasangan dan reaktivitas yang berlebihan terhadap rangsangan eksternal dan situasi,
sebuah kedekatan umumnya dihindari, meskipun orang yang sangat desiderable, dan
non-akrab atau item dianggap berpotensi agresif.
Berdasarkan teori-teori tersebut maka dapat disimpulkan bahwa jenis atau tipe cemburu adalah
cemburu normal, cemburu abnormal, kecemburuan depressive, cemburu karena takut kehilangan,
dan cemburu sensitivitas.
Faktor – faktor yang mempengaruhi cemburu
a. Merasa tidak nyaman dengan diri sendiri : merasa tidak aman tentang hidup secara
umum, khususnya yang berkaitan dengan hubungan antar sesama, mungkin juga karena
hidup di lingkungan orang-orang yang kurang menghargai diri orang tersebut.
Pencemburu bergantung pada orang lain untuk bisa merasa berguna dan harus
mempunyai seseorang yang mencintainya, jika orang yang dicintai tidak memberikan
perhatian lagi atau memperhatikan orang lain maka orang yang cemburu akan
melakukan sesuatu untuk mencegah agar orang yang dicintai tidak meninggalkannya.
b. Kemungkinan memiliki pengalaman kehilangan di masa lalu : orang yang sangat takut
ditinggalkan atau kehilangan cinta dan kasih sayang mungkin dapat berasal dari masa
lalu yang pernah kehilangan, seperti kehilangan orangtua, teman atau orang yang
disayangi meninggal. Ketika seseorang kehilangan orang yang dicintai maka perasaan
kehilangan itu tertancap kuat dalam ingatannya dan hal ini membuatnya tidak ingin
mengalaminya lagi, ketakutan kehilangan tersebut dapat membuat perasaan cemburu
menjadi tidak terkendali.

6

Hal-hal yang dapat mempengaruhi cemburu yaitu :
a. Kehadiran pihak ketiga yang identitasnya tidak jelas, hal ini merupakan ancaman bagi
pasangannya karena merasa tersaingi. Banyak para remaja yang mengakhiri masa
pacaran karena pihak ketiga yang menimbulkan kesalahpahaman.
b. Kesetiaan yang meragukan : perasaan cemburu bisa disebabkan oleh kecurigaan pada
pasangan terhadap komitmen bersama. Perasaan cinta para remaja seringkali timbul
akibat daya tarik fisik, sehingga mudah berubah jika ada pesaing yang secara fisik lebih
menarik. Hal ini menimbulkan perasaan cemburu bagi pihak yang merasa dikhianati.
c. Takut kehilangan : salah satu unsur terbesar yang sering membuat perasaan cemburu
timbul adalah takut kehilangan orang yang dicintai. Kebanyakan remaja yang sedang
berpacaran takut kehilangan pasangannya, seringkali remaja memaknai kehilangan
pacar sebagai kekalahan yang memalukan dan kehilangan harga diri. Maka dari itu,
setiap ancaman yang berpontensi mengganggu kelanggengan hubungan akan
menimbulkan perasaan cemburu.
d. Berkaitan dengan kepribadian : perasaan cemburu berkaitan dengan kepribadian
seseorang, beberapa remaja memiliki kepribadian yang sangat sensitif bahkan labil,
sehingga mudah terpengaruh isu atau kabar yang belum tentu benar. Situasi ini
menimbulkan perasaan cemburu yang berlebihan.
Dalam hal tersebut menyatakan bahwa salah satu penyebab kecemburuan di masa depan dapat
terjadi di dunia maya. Hal tersebut disebabkan oleh :
a. Tersedianya alternatif dunia maya atau media online membuat seseorang dapat
memiliki teman yang lebih banyak dan lebih umum. Hal ini dapat menimbulkan
cemburu, karena pasangan terlalu mendalam dan intim dengan media online.
b. Interaksi dalam media online dapat mengakibatkan cemburu karena pasangan dianggap
melanggar batas-batas tertentu dalam hubungan romantis.
Alexithymia
Alexithymia adalah suatu gejala emosional yang ditandai dengan ketidak mampuan
penderitanya dalam mengenali, mengidentifikasi serta mengekspresikan perasaannya sendiri.
Aspek-aspek penderita alexithymia ini adalan kesulitan mengidentifikasi perasaan (dificulty
identifying feelings), kesulitan mengenali perasaan (difficulty defining feelings), dan pola pikir
eksternal (externally oriented thinking). Individu yang memiliki skor tinggi pada ukuran
alexithymia menunjukkan kesulitan dalam membedakan emosi dari sensasi tubuhnya, tidak
mampu mewakili perasaan diri sendiri atau pribadi (seperti dengan bahasa) yang dapat
dipahami oleh diri sendiri atau orang lain. Alexithymia yang dianggap sebagai ciri kepribadian
yang menempatkan individu yang berisiko seperti gangguan medis dan psikiatris lainnya
sambil mengurangi kemungkinan bahwa individu akan menanggapi pengobatan konvensional
untuk kondisi lain.
Seseorang yang memiliki alexithymia akan ditandai oleh beberapa hal dalam kehidupan sehariharinya yaitu:
1. Sulit untuk berbicara tentang emosinya sendiri
2. Sering dianggap oleh orang lain sebagai sosok yang terlalu logis, tidak sentimentil,
tidak bersahabat karena kurang empati
3. Akan merasa bingung dengan reaksi emosional orang lain
4. Memberikan jawaban yang bertele-tele untuk suatu pertanyaan yang sederhana
5. Jarang melamun atau berimajinasi tentang prospek dirinya di masa depan
6. Memiliki reaksi yang tenang mengenai karya seni, sastra atau musik
7. Membuat keputusan pribadi berdasarkan prinsip, bukan perasaan
7

8. Kadang menderita gangguan fisiologis seperti sakit perut, muka memerah, sakit kepala
Alexithymia tidak diklasifikasikan sebagai gangguan jiwa dalam DSM-IV. Ini adalah ciri
kepribadian dimensi yang bervariasi dalam keparahan dari orang ke orang. Seseorang dengan
kecenderungan alexithymia memiliki skor yang dapat diukur dengan kuesioner seperti Toronto
Alexithymia Scale (TAS-20), Bermond-Vorst Alexithymia Kuesioner (BVAQ), Online
Alexithymia Kuesioner (OAQ-G2) atau Alexithymia Observer Skala (OAS).
Alexithymia didefinisikan sebagai berikut:
1. Kesulitan untuk mengidentifikasi perasaan dan membedakan antara perasaan dan sensasi
tubuh dari emosi gairah
2. Kesulitan menggambarkan perasaan orang lain
3. Fantasies proses imaginal terbatas, sebagaimana dibuktikan oleh kelangkaan fantasi
4. Sebuah, gaya stimulus-terikat kognitif berorientasi eksternal.
Dalam studi dari populasi umum tingkat alexithymia ditemukan dan dipengaruhi oleh usia,
tetapi tidak berdasarkan gender, angka alexithymia dalam kontrol yang sehat telah ditemukan
di: 8,3% (2 dari 24 orang), 4,7% (2 dari 43 ), 8,9% (16 dari 179), dan 7% (4 dari 56). Dengan
demikian, beberapa penelitian telah melaporkan bahwa tingkat prevalensi alexithymia kurang
dari 10%. Dalam hal tersebut menemukan bahwa kurangnya menunjukkan kemungkinan yang
ada pada prevalensi lebih tinggi maka berkecenderungan alexithymia yaitu lebih kepada lakilaki daripada perempuan, yang dapat dijelaskan beberapa laki-laki yang memiliki kesulitan
dalam "menggambarkan perasaan", tetapi tidak merasa kesulitan dalam "mengidentifikasi
perasaan" yang dimana laki-laki dan perempuan menunjukkan kemampuan perasaan yang
sama.
Taylor (dalam Kaplan & Sadock, 1995) mendiskripsikan komponen utama dari alexithymia
yaitu kesulitan dalam mengidentifikasi dan membedakan antara perasaan dengan sensasi
tubuh, kesulitan menggambarkan perasaannya kepada orang lain, kurang mampu berimajinasi,
dan tipe kognisi yang berorientasi eksternal. Alexithymia dijelaskan oleh Taylor (dalam Kaplan
& Sadock, 1995) sebagai gangguan pada kepribadian yang ditandai dengan rendahnya
kemampuan untuk mengkomunikasikan perasaan, rendahnya kemampuan dalam
mengidentifikasi perasaan, dan ketidakmampuan berimajinasi dan berfantasi dengan baik.
Alexithymia ini dijelaskan oleh Maxmen (dalam Kaplan & Sadock, 1995) sebagai suatu
keadaan yang meliputi penyusutan kemampuan berfantasi, ketidakmampuan membahasakan
emosi yang dirasakan, dan penderitanya mengalami kesulitan atau ketidakmampuan dalam
menggambarkan apa yang dirasakannya.
Beberapa individu alexithymia mungkin tampak bertentangan dengan yang disebutkan ciri-ciri
di atas karena mereka dapat mengalami dysphoria krinis atau ledakan yang nyata dari menangis
atau marah. Namun, mereka mempertanyakan biasanya mengungkapkan bahwa mereka cukup
mampu menggambarkan perasaan mereka atau muncul kebingungan dengan pertanyaan
spesifik yang menanyakan tentang perasaan. Menurut Henry Krystal, individu yang menderita
alexithymia berpikir dengan cara operasi dan mungkin tampaknya superadjusted dengan
realitas. Dalam psikoterapi, bagaimanapun gangguan kognitif menjadi jelas sebagai pasien
yang cenderung menceritakan hl-hal yang sepele, memerintahkan tindakan kronologis, reaksi,
dan peristiwa kehidupan sehari-hari dengan detail atau monoton. Dalam penelitian,
sekelompok besar individu alexithymia menyelesaikan Inventory 64-item masalah
interpersonal (IIP-64) yang menemukan bahwa dua masalah interpersonal secara signifikan
dan stabil yang berkaitan dengan alexithymia seperti: fungsi sosial jauh dan non-asertif Semua
8

lain IIP-64 sub-skala tidak signifikan berhubungan dengan alexithymia. Hubungan
interpersonal Chaotic juga telah diamati oleh Sifneos. Karena kesulitan-kesulitan yang melekat
mengidentifikasi dan menjelaskan keadaan emosional dalam diri sendiri dan orang lain.
Dalam hal ini tidak jelas apa yang menyebabkan alexithymia, walaupun beberapa teori telah
diajukan. Ada bukti baik untuk secara genetik, yang berarti beberapa orang cenderung untuk
mengembangkan alexithymia, serta untuk penyebab lingkungan. Sebuah neuropsikologi studi
pada tahun 1997 menunjukkan bahwa alexithymia mungkin ada karena gangguan di belahan
otak kanan, yang sebagian besar bertanggung jawab mengelola emosi. Penelitian ini memiliki
beberapa kekurangan tentang penyebab alexithymia yang tidak meyakinkan.
Alexithymia dan Kecemburuan
Kecemburuan merupakan suatu reaksi negatif yang melibatkan perasaan emosional dalam
suatu hubungan pacaran. Kecemburuan sendiri didasari karena adanya perasaan takut akan
kehilangan orang yang dicintai. Selain itu terdapat tiga perasaan yang paling menggambarkan
cemburu adalah hurt, fear, dan anger. Terluka (hurt) timbul dari persepsi bahwa pasangannya
tidak menghargai komitmen pada hubungan, sedangkan takut (fear) dan cemas (anxiety) timbul
dari ketakutan akan diabaikan dan kehilangan. Marah (angry) timbul dari perasaan
dinomorduakan dari orang lain. Sehingga dapat disimpulkan bahwa cemburu adalah perasaan
terancam oleh kehadiran pihak ketiga dan takut kehilangan dalam suatu hubungan yang romantis.
Sementara itu, alexithymia merupakan gangguan psikologis yang dicirikan dengan
ketidakmampuan mengidentifikasi perasan dirinya maupun pasangannya. Seseorang ini lebih
memilih untuk memendam perasaannya saja ketika sedang mengalami kemarahan. Akan tetapi
kemarahan tersebut dapat memuncak dan dapat merugikan atau mencelakakan pihak
pasangannya. Oleh karena itu, orang dengan berkecenderungan alexithymia merupakan orang
yang pendiam, kaku dan berkepribadian introvert. Sehingga orang dengan kecenderungan
alexithymia hanya berpusat pada satu pemikirannya saja dan cepat dipengaruhi oleh orang lain
atau pihak ketiga.

Dalam penelitian Sarwono (2011), sebelumnya telah menjelaskan bahwa seseorang
alexithymia merupakan seseorang yang sangat cinta dan sayang terhadap pasangannya. Akan
tetapi seseorang alexithymia cenderung lebih posesif terhadap pasangannya dan takut akan
kehilangan. Sehingga pada penelitian ini akan membuktikan pengaruh kecenderungan
alexithymia ketika mengalami kecemburuan. Seseorang dengan kecenderungan alexithymia
tidak akan berpikir dampak dari perbuatan yang sudah dilakukannya. Mereka tidak akan pernah
menyesali perbuatannya karena berpikiran bahwa sudah melakukan suatu tindakan yang benar.
Selain itu dampak dari kecenderungan alexithymia sendiri tidak dapat mengontrol emosinya
ketika sedang mengalami kemarahan yang memuncak, sehingga orang tersebut akan diberikan
suntikan atau obat penenang untuk menghentikan perlakuannya tersebut.
Dalam penelitian ini akan membuktikan perlakuan apa yang timbul dari suatu perasaan
cemburu yang didukung dengan mengalami suatu kecenderungan alexithymia. Mereka akan
lebih mempertahankan pasangannya dengan melakukan segala sesuatu yang justru akan
membahayakan pasangannya seperti melakukan kekerasan atau sebaliknya akan tetap
mempertahankan dengan tidak melakukan suatu kekerasan atau berkeputusan untuk
mengakhiri suatu hubungan saja. Selain itu perlakuan tersebut dapat didukung dengan perasaan
labil, cenderung childish (kekanakan), mau menang sendiri dan tertutup (introvert). Sementara
ini masih belum diketahui dampak yang pasti dari kecenderungan alexithymia untuk
9

membahayakan dirinya sendiri, akan tetapi sebaliknya lebih cenderung menyakiti pasangannya
dengan menggunakan dan merusak barang-barang yang ada disekitarnya.
Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada pengaruh yang signifikan antara kecenderungan
alexithymia (variabel bebas) terhadap kecemburuan (variabel terikat). Semakin tinggi
kecenderungan alexithymia terhadap hubungan berpacaran maka akan semakin tinggi pula
tingkat kecemburuannya.
METODE PENELITIAN
Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif prediktif eksplanatif karena penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh antara dua variabel yakni apakah alexithymia (variabel
bebas) dapat memprediksi adanya kecemburuan (variabel terikat).
Subjek Penelitian
Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan purposive sampling. Menurut
Sugiyono (2008) purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan
pertimbangan tertentu yakni sumber data dianggap paling tahu tentang apa yang diharapkan,
sehingga mempermudah peneliti menjelajahi objek atau situasi sosial yang sedang diteliti.
Jumlah subjek pada penelitian ini sebanyak 150 orang dengan ciri-ciri sebagai berikut:
1. Mahasiswa sebagai pelajar aktif
2. Usia 18 – 23 tahun (rentangan pada pelajar mahasiswa)
Menurut Hurlock (1996) usia 18 – 20 tahun memasuki remaja akhir dan 21 – 23 tahun
memasuki dewasa awal.
3. Sedang menjalani suatu hubungan berpacaran
Variabel dan Instrumen Penelitian
Penelitian ini terdapat dua variabel yang akan diuji tingkat korelasinya yaitu alexithymia
(variabel bebas) dan kecemburuan (variabel terikat). Alexithymia adalah kondisi dimana
seseorang tidak mampu mengeluarkan atau mengutarakan isi perasaannya. Selain itu
kecenderungan alexithymia juga kesulitan dalam mengidentifikasi dan membedakan antara
perasaan dengan sensasi tubuh, kesulitan menggambarkan perasaannya kepada orang lain,
kurang mampu berimajinasi, dan tipe kognisi yang berorientasi eksternal. Kecemburuan adalah
reaksi negatif pasangan pada keterlibatan emosional atau seksual pasangan dengan orang lain,
baik secara nyata maupun hanya imajinasi.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan skala dengan mengembangkan dua
skala yaitu skala kecemburuan dan skala alexithymia. Skala kecemburuan dalam penelitian
Damayanti (2010) sebelumnya, mengembangkan aspek-aspek yang dikemukakan oleh pines
yaitu pikiran, emosi dan perilaku. Metode yang digunakan dalam penyusunan skala ini
menggunakan enam kriteria jawaban. Jawaban subjek bergerak dari nilai 1,2,3,5,6 dan 7, yaitu
sangat tidak setuju (STS), tidak setuju (TS), agak tidak sesuai (ATS), agak setuju (AS), setuju
(S) dan sangat setuju (SS). Skala disusun dalam dua jenis item, yaitu yang mendukung
pernyataan atau favorable dan item yang tidak mendukung pernyataan atau unfavorable.
Skoring yang digunakan untuk kategori kecemburuan pada penelitian ini berdasarkan norma
pada tabel 1:
10

Tabel 1. Skor alternatif jawaban pada skala kecemburuan

Pernyataan Favorable
Unfavorable

STS
1
7

TS
2
6

ATS
3
5

AS
5
3

S
6
2

SS
7
1

Selanjutnya metode pengumpulan data variabel alexithymia dengan menggunakan skala TAS
(Toronto Alexithymia Scale) yang sebelumnya telah diterjemahkan ke dalam bahasa indonesia
oleh Wijayakusuma (2002) dan peneliti bertindak sebagai editor. Jenis skalanya adalah likert
dengan 5 pilihan jawaban yaitu dari angka 1 “sangat tidak setuju” sampai dengan angka 5
“sangat setuju”. Skala ini memiliki 20 item dengan 51 = Non-Alexithymia, Skor dari 52-60 =
mungkin Alexithymia. Skor yang lebih besar dari 61 = Alexythymia. Skala ini mengukur tiga
komponen Alexithymia seperti kesulitan mengidentifikasi emosi (DIF), kesulitan
menggambarkan emosi (DDF) dan pemikiran yang berorientasi eksternal (EOT). Langkah ini
terbukti memiliki keandalan yang baik serta membangun, validitas diskriminan dan konvergen
Bagby, Parker, & Taylor (dalam Culhane & Watson, 2003). Koefisien korelasi item berkisar
dari 0,6622 sampai dengan 0,9572 dengan reliabilitas sebesar 0,987. (Wijayakusuma, 2002)
Tabel 2. Indeks Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur Penelitian
Alat Ukur Penelitian

Jumlah Valid

Indeks Validitas

Indeks

Reliabilitas

(Alpha)
Skala Kecemburuan

33

0,168 – 0,485

0,845

Skala Alexithymia

13

0,179 – 0,509

0,703

Pada hasil try out dari skala kecemburuan yang sebelumnya terdapat 66 item didapat menjadi
33 item valid dengan koefisien validitas item berkisar antara 0,168 sampai 0,485 dengan
reliabilitas 0,845. Koefisien validitas item didapat dari rumus R tabel yakni 0,154. Sedangkan
pada skala alexithymia yang sebelumnya terdapat 20 item didapat menjadi 13 item valid dengan
koefisien validitas item berkisar antara 0,179 sampai 0,509 menggunakan rumus R tabel yakni
0,154 dengan reliabilitas 0,703. Hal ini membuktikan kedua instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini memiliki tingkat validitas dan reliabilitas yang memadai karena reliabiitas pada
setiap instrumen > 0,60 (Cronbach alpha).
Prosedur Penelitian dan Analisis Data
Dalam penelitian ini terdiri dari tiga tahap, yang pertama adalah tahap perencanaan penelitian
yang harus disiapkan oleh peneliti. Pada tahap ini hal-hal yang harus disiapkan seperti
merencanakan pemilihan judul, orientasi, dan perumusan masalah, penyusunan kerangka
pemikiran dan penentuan hipotesis, membuat skala sesuai dengan skala yang sudah ditentukan,
kemudian menentukan sampel maupun kriterianya dan analisis data penelitian. Pada tahap
yang pertama dilakukan try out pada tanggal 28 November 2015. Try out yang dilakukan
dengan menyebarkan skala sesuai dengan kriteria subjek yang sudah ditetapkan. Kemudian
didapat 162 subjek dengan menyebarkan secara langsung kepada subjek yang berada di suatu
pusat perbelanjaan, tempat kos dan Universitas di kota Malang.
11

Yang kedua tahap pelaksanaan, setelah mendapatkan validitas dan reliabilitas kemudian
penulis melakukan pengambilan data. Dalam proses penelitian ini proses menyebarkan skala
dimulai pada tanggal 14 Januari 2016 pada hari Kamis. Sebelumnya peneliti sudah membuat
skala penelitian dalam bentuk google form, sehingga dapat memudahkan peniliti dalam
mencari subjek secara online. Selain itu peneliti juga menyebarkan skala dengan bertemu
secara langsung dengan subjek. Pertama-tama peneliti mendatangi Taman Merjosari dengan
cara meminta bantuan kepada subjek apabila berkenan untuk mengisi skala yang akan
diberikan. Kemudian peneliti menunggu subjek ditempat sampai selesai mengisi skala tersebut.
Selain itu peneliti juga mendatangi berbagai universitas, seperti Universitas Brawijaya dan
Universitas Negeri Malang dengan prosedur yang sama seperti sebelumnya dengan menunggui
di tempat sampai skala selesai diisi. Untuk rekan-rekan peneliti yang dapat dijangkau atau
dekat langsung saja meminta bantuan untuk mengisi skala tersebut. Apabila rekan-rekan
peneliti yang berada diluar jangkauan, peneliti meminta bantuan melalui online dengan
menyebarkan skala dalam bentuk google form melalui media sosial.
Tahap terakhir analisa data pada tanggal 19 Januari 2016, setelah itu dilakukannya analisis data
dengan cara scoring dari data angket yang sudah diisi oleh subjek secara menyebar, dan
selanjutnya melakukan interpretasi terhadap hasil dari analisis data dan membahasnya
berdasarkan kerangka pemikiran dan teori serta membuat kesimpulan sesuai dengan hipotesa
dan tujuan penelitian. Teknik yang digunakan untuk pengolahan data dalam penelitian ini yaitu
Regresi Linier Sederhana. Regresi Linear Sederhana adalah regresi yang memiliki satu variabel
independen (X) dan satu variabel dependen (Y). Analisis Regresi Sederhana ini bertujuan untuk
menguji pengaruh antara variabel X terhadap variabel Y. Variabel yang dipengaruhi disebut
variabel dependen, sedangkan variabel yang mempengaruhi disebut variabel independen.
Menurut Sujarweni (2008) Regresi Linier Sederhana digunakan untuk menguji ada atau
tidaknya interdependensi antara variabel X dan variabel Y. Sedangkan untuk interpretasi hasil
uji statistik dengan melihat taraf signifikansi yang ditunjukkan oleh indeks kesalahan yang
mungkin terjadi (error probability) sebesar 0,05. Pada tahap ini peneliti membuat laporan
penelitian sesuai dengan format yang sudah ditentukan.
HASIL PENELITIAN
Penelitian ini menguraikan mengenai pengaruh kecenderungan alexithymia terhadap
kecemburuan dalam hubungan berpacaran. Hal ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar
pengaruh kecenderungan alexithymia secara signifikan terhadap kecemburuan dalam
hubungan berpacaran. Dalam penelitian ini, diambil sebanyak 150 subjek sebagai sampel
penelitian. Adapun deskripsi hasil penelitian sebagai berikut:
Tabel 3. Deskripsi Subjek

Usia
Jenis
Kelamin
Jumlah

Kategori

Frekuensi

Presentase

18-23 tahun
Laki-laki
Perempuan

150
54
96
150

100%
36%
64%
100%

Rata-rata Skor
Alexithymia
Kecemburuan
42,75
132,76

Pada Tabel 3 diketahui bahwa rata-rata skala alexithymia pada 150 subjek sebesar 42,75,
sedangkan rata-rata pada skala kecemburuan sebesar 132,76.
12

Tabel 4. Perhitungan T-Score Skala Alexithymia
Kategori
Tinggi
Rendah
Total

Interval
T-Score ≥ 50
T-Score > 50

Frekuensi
70
80
150

Presentase
47%
53%
100%

Pada tabel 4 merupakan hasil T-Score dari skala alexithymia yang diketahui bahwa dari 150
sub