Hubungan antara kelekatan tidak aman dan kecemburuan pada wanita dewasa yang berpacaran.

(1)

HUBUNGAN ANTARA KELEKATAN TIDAK AMAN DAN KECEMBURUAN PADA WANITA DEWASA AWAL YANG BERPACARAN

Stenny Prawitasari

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kelekatan tidak aman dan kecemburuan pada wanita dewasa awal yang berpacaran. Dalam penelitian ini kecemburuan diukur dengan skala Jealousy-Evoking Partner Behavior dan kelekatan tidak aman diukur dengan skala ECR-R ( Experience In Close Relationship Questionnaire Revised). Subjek yang dilibatkan dalam penelitian ini adalah 120 wanita dewasa awal yang berpacaran. Hasil penelitian dengan menggunakan analisis Pearson menunjukkan adanya korelasi negatif antara kelekatan tidak aman dan kecemburuan pada wanita (-0.234).


(2)

THE RELATION BETWEEN INSECURE ATTACHMENT AND JEALOUSY ON DATING EARLY ADULT WOMEN

Stenny Prawitasari

ABSTRACT

The aim of this research is to determine the relation between insecure attachment and jealousy on dating early adult women. In this research, jealousy was measured by Jealousy-Evoking Behavior Partners Scale and insecure attachment was measured by ECR-R (Experience in Close Relationship Questionnaire Revised). Subjects were evolved for this research were 120 early adult women in romantic relationship. The result with the Pearson’s Analyst showed a negative correlation between insecure attachment and jealousy in women (-0.234).


(3)

i

HUBUNGAN ANTARA KELEKATAN TIDAK AMAN DAN KECEMBURUAN PADA WANITA DEWASA AWAL YANG

BERPACARAN

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Oleh : Stenny Prawitasari

NIM: 099114049

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2014


(4)

(5)

iii


(6)

iv

“ Serahkanlah hidupmu kepada TUHAN, percayalah

kepada-

Nya maka IA akan bertindak (Mazmur 37:5) ”

“ Diberkatilah orang

yang mengandalkan TUHAN, yang

menaruh harapannya pada TUHAN (Yeremia 17:7) ”

“Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apa pun juga,

tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu

kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan

ucapan syukur (Filipi 4:6)”

“Bersandarlah kepada TUHAN, percayalah pada dirimu

dan beranilah bermimpi -

NN”

“ I can do everything through HIM who gives me strength

(Philippians 4:13)”


(7)

v

Karya yang sederhana dan tidak sempurna ini,

saya persembahkan secara khusus kepada :

TUHAN YESUS atas segala berkat dan pernyertaan-Nya

Papa, Mama dan Adek tersayang atas doa dan dukungannya

Yohannes yang selalu menyemangati dan menguatkan


(8)

vi

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan dalam daftar pustaka, sebagaiman layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 7 Januari 2014 Penulis


(9)

vii

HUBUNGAN ANTARA KELEKATAN TIDAK AMAN DENGAN KECEMBURUAN PADA WANITA DEWASA AWAL YANG BERPACARAN

Stenny Prawitasari

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kelekatan tidak aman dengan kecemburuan pada wanita dewasa awal yang berpacaran. Dalam penelitian ini kecemburuan diukur dengan skala Jealousy-Evoking Partner Behavior dan kelekatan tidak aman diukur dengan skala ECR-R ( Experience In Close Relationship Questionnaire Revised). Subjek yang dilibatkan dalam penelitian ini adalah 120 wanita dewasa awal yang berpacaran. Hasil penelitian dengan menggunakan analisis Pearson menunjukkan adanya korelasi negatif antara kelekatan tidak aman dan kecemburuan pada wanita (-0.234).


(10)

viii

THE RELATION BETWEEN INSECURE ATTACHMENT AND JEALOUSY IN DATING EARLY ADULT WOMEN

Stenny Prawitasari

ABSTRACT

The aim of this research is to determine the relation between insecure attachment with jealousy in dating early adult women. In this research, jealousy was measured by Jealousy-Evoking Behavior Partners Scale and insecure attachment was measured by ECR-R (Experience in Close Relationship Questionnaire Revised). Subjects were evolved for this research were 120 early adult women in romantic relationship. The result with the Pearson’s Analyst showed a negative correlation between insecure attachment and jealousy in women (-0.234).

Keywords : Attachment, Jealousy, Women, Dating

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS


(11)

ix

Nama : Stenny Prawitasari Nomor Mahasiswa : 099114049

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan Kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

Hubungan Antara Kelekatan Tidak Aman dan Kecemburuan Pada Wanita Dewasa Awal yang Berpacaran

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan Kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta


(12)

x

Kata Pengantar

Pertama-tama penulis mengucap puji syukur dan terima kasih atas berkat dan kasih karunia yang Tuhan Yesus berikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan Antara Kelekatan Tidak Aman dengan Kecemburuan pada Wanita Dewasa Awal yang Berpacaran” oleh karena pimpinan dan kasih-Nya.

Skripsi ini dapat selesai pula dengan adanya dukungan dari pihak-pihak lain. oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Heri Widodo, S.Psi., M.Psi. atas semangat dan bimbingannya yang dengan sabar telah membantu saya menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih banyak pak, maaf selalu merepotkan bapak. Tuhan memberkati selalu pak. 2. Ibu Dr. Tjipto Susana, M.Si atas bimbingan dan masukannya sebagai

dosen penguji

3. Ibu Agnes Indar Etikawati M.Si., Psi atas bimbingan dan masukannya sebagai dosen penguji

4. Bapak Cornelius Siswo Widyatmoko, M.Psi sebagai Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma

5. Mama dan papaku tersayang yang walapun jauh dan berbeda pulau, terimakasih atas nasehat, teguran dan doa yang selalu mengiringi setiap langkah hidup kakak. Terima kasih atas pertanyaan yang selalu menanyakan kapan skripsi selesai, yang memotivasi kakak buat ngerjain ini dan nggak akan selesai tanpa bantuan doa mama papa dan bantuan


(13)

xi

Tuhan. Makasi mama papaku sayang udah biayain kuliah dan hidup kakak selama di Jogja. Tuhan akan balaskan itu semua melalui berkat Tuhan yang luar biasa 

6. Adekku tercinta yang kadang nyebelin tapi juga ngangenin, Meisya Pratantia, atas dukungan dan doanya yang selalu menemani selama ini. Sukses buat kuliahmu ya nyooo.. jangan khawatir masalah perkuliahan hari Sabat, Tuhan pasti memberi jalan keluar yang nggak kita duga. Tetap berdoa dan melayani Tuhan yg utama selain berusaha semaksimal mungkin. 

7. Johannes Ruhupatty, orang yang selalu setia menemani saya saat saya dalam keadaan tertekan, sedih, senang dan sukacita. Orang yang selalu memberikan semangat dan dukungan penuh dengan memberikan perhatian, kasih sayang dan pengingat untuk selalu menyerahkan segala sesuatunya sama Tuhan dan meyakinkan Tuhan sudah merencanakan yang terbaik buat saya. Makasi banyak buat semuanya, bersyukur Tuhan mempertemukan kita di kota yang Istimewa ini  Tuhan memberkati selalu dan sukses buat tesisnya 

8. Buat Ibu dan Bapak Ruhupatty yang di Cirebon yang selalu mendoakan saya, terimakasih banyak bu, pak, semoga sehat-sehat selalu dan TUHAN memberkati. 

9. Sahabatku yang gokil selama kuliah di Jogja, Christi, Yanti, Deta dan Keket. Makasih banyak buat canda tawa selama 4 tahun ini, senang banget


(14)

xii

bisa ketemu kalian disini. Makasi buat dukungannya dan doanya. Semangat buat kalian, aku pasti bakal kangen kalian banget. 

10.Teman-teman seperjuangan skripsi, Rani, Ginza, Elok dan Laksmi. Perjuangan kita hampir selesai, walaupun banyak banget rintangan yang kita alami selama ngerjain skripsi, tapi Tuhan sudah berkati kita sampe tahap akhir ini. Sukses buat masa depan kita semua dan makasih buat dukungan yang menguatkan untuk progres skripsi ini. 

11.Makasi buat staf Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma, Mas Muji selama aku jadi asisten praktikum. Buat Mas Doni, Mbak Nanik dan Mas Gandung makasi buat kerjasamanya semua dan maaf sudah merepotkan hehehe Tuhan memberkati selalu.

12.Buat teman-teman relawan di FSG Tunas Bangsa RS. Sardjito, senang bisa berdinamika dengan kalian, mendapat pengalaman yang sangat berharga untuk mendampingi anak-anak penderita kanker darah. Makasi buat dukungannya semua 

13.Panitia Live In 2012 yang sudah berjuang sehingga Puji Tuhan bisa memasukkan namaku jadi peserta Live In 2012. Bersyukur banget bisa berdinamika dengan kalian walaupun beda angkatan dengan teman-teman Live In Jepurun Lor angkatan 2012 yang luar biasa kerjasamanya. Kelompok yang solid dan friendly banget, bisa dapat pengalaman berharga bisa tinggal di desa Jepurun Lor yang mengesankan 


(15)

xiii

14.Keluarga kecilku di Jogja yang luar biasa, seluruh anggota Keluarga Mahasiswa Advent Yogyakarta. Puji Tuhan bisa sama-sama melayani di Yogyakarta dan mendukung satu sama lain buat tetap melayani Tuhan dan mempertahankan iman walaupun jauh dari orang tua dan pergumulan akan hari Sabat. Kalian luar biasa dan Tuhan pasti memberkati kita semua. Makasi buat sharing, canda tawa yang selalu kita lakukan setiap bertemu. Pasti bakal kangen kalian semua. Semangat buat kalian dan tetap pertahankan apa yang sudah kita imani karna Tuhan sudah merancang rencana yang indah buat kita kalau kita percaya kepada Tuhan. 

15.Keluarga kecilku yang lain yang nda akan dilupakan, GOBLIN! Teman-teman SMA yang walaupun kita punya kesibukan masing-masing dan berpencar-pencar tapi tetap saling kontak dan mendukung penuh teman-teman yang lainnya. Intan, Sheilla, Diana, Lia, Qonie, Lucia, Dian, Awanis, Riana, Nina, Medi, Dita, David, Herdiko, Adzmy, Adit dan Andira. Kalian semua unik dan ngangenin banget.. makasi buat kebersamaannya sampai bertemu di kota yang udah kita janjikan dulu  16.Sahabat masa kecil yang walaupun jauh tapi tetap selalu dihati.. Keke,

Stevi, Elysa, Cha-Cha, Chyntia makasi buat dukungan dan bantuannya yaa, pengen ketemu kalian semua full team 

17.Teman-teman Psikologi angkatan 2009, senang bisa berteman dan bertemu dengan kalian semua di kota tercinta ini. Sukses buat kita semua 


(16)

xiv

18.Buat semua teman-teman yang berpartisipasi membantu mengisi kuesioner, makasi banyak dan pihak-pihak lain yang mendukung dan mendoakan, smoga Tuhan berkati kalian semua. Terimakasih banyak yaa.

Semoga skripsi yang belum sempurna ini dapat menjadi berkat dan bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan.


(17)

xv

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xv

DAFTAR TABEL ... xix

DAFTAR LAMPIRAN ... xx

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 10

C. Tujuan Penelitian ... 10

D. Manfaat Penelitian ... 10

1. Manfaat Teoritis ... 10


(18)

xvi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 11

A. Dewasa Awal ... 11

1. Pengertian ... 11

2. Tugas Perkembangan Dewasa Awal ... 14

3. Ciri-ciri Sosio Emosi ... 15

B. Kecemburuan (Jealousy)... 16

1. Pengertian ... 16

2. Komponen Cemburu ... 17

3. Proses Terjadinya Cemburu ... 18

4. Faktor Penyebab ... 19

C. Kelekatan Tidak Aman (Insecure Attachment) ... 23

1. Pengertian ... 23

2. Tipe-tipe Kelekatan ... 26

3. Dampak Kelekatan ... 28

D. Dinamika Hubungan Kelekatan Tidak Aman dan Kecemburuan30 1. Bagan hubungan kelekatan tidak aman dan kecemburuan33 E. Hipotesis ... 34

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 35

A. Jenis Penelitian ... 35

B. Variabel Penelitian ... 35

C. Definisi Operasional ... 35


(19)

xvii

E. Metode Pengambilan Sample ... 37

F. Metode dan Alat Pengumpulan Data ... 37

1. Metode Pengumpulan Data ... 37

2. Alat Pengumpulan Data ... 38

G. Kredibilitas Alat Ukur ... 40

1. Validitas ... 40

2. Reliabilitas ... 41

3. Seleksi Item ... 41

H. Metode Analisis Data ... 45

1. Uji Asumsi ... 45

2. Uji Hipotesis ... 45

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 46

A. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian ... 46

B. Hasil Penelitian ... 46

1. Data Demografis ... 46

2. Uji Asumsi ... 48

C. Hasil Penelitian ... 50

D. Statistik Deskriptif ... 51

E. Pembahasan ... 52

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 56

A. Kesimpulan ... 56


(20)

xviii

DAFTAR PUSTAKA... 58 LAMPIRAN ... 60


(21)

xix

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 : Cetak Biru Kelekatan Tidak Aman Sebelum Uji Coba ... 39

Tabel 3.2 : Cetak Biru Kecemburuan Sebelum Uji Coba ... 40

Tabel 3.3 : Cetak Biru Kelekatan Tidak Aman Setelah Uji Coba I ... 42

Tabel 3.4 : Cetak Biru Kelekatan Tidak Aman Setelah Uji Coba II ... 42

Tabel 3.5 : Cetak Biru Kelekatan Tidak Aman Setelah Uji Coba III ... 43

Tabel 3.6 : Cetak Biru Kelekatan Tidak Aman Setelah Uji Coba IV ... 44

Tabel 3.7 : Cetak Biru Kecemburuan Setelah Uji Coba I ... 44

Tabel 4.1 : Data Demografis Usia Subjek Penelitian ... 47

Tabel 4.2 : Normalitas Variabel Penelitian ... 49


(22)

xx

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Laporan Survei Penelitian ... 61 Lampiran 2 : Skala Uji Coba ... 64 Lampiran 3 : Skala Penelitian ... 76 Lampiran 4 : Hasil Penelitian ... 86


(23)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat melepaskan diri satu sama lain. Mereka saling berinteraksi dalam keseharian untuk memenuhi kebutuhan satu sama lain. Hubungan yang terdiri dari dua orang atau lebih dan memiliki ketergantungan yang saling membutuhkan satu sama lain secara konsisten disebut dengan hubungan interpersonal (Sarwono, 2009).

Hubungan interpersonal memiliki bermacam-macam bentuk, salah satunya adalah relasi romantis (romantic relationship). Relasi romantis ini merupakan salah satu tugas perkembangan individu yaitu mencari pasangan. Tugas perkembangan ini juga harus dipenuhi oleh individu dewasa muda (Papalia, Olds & Feldman, 2007) .

Erikson (dalam Santrock, 1994) menyatakan bahwa masa dewasa awal adalah masa keintiman versus isolasi. Erikson menambahkan bahwa dalam masa ini individu menjalin relasi dengan orang lain. Pada masa dewasa awal, seseorang akan mencoba untuk menjalin hubungan baik dengan sesama. Hal ini di tambahkan pula oleh Havigurst (dalam Hurlock, 1990) yang menyatakan bahwa salah satu tugas perkembangan yang menjadi karakteristik masa dewasa awal adalah memilih pasangan hidup. Individu memilih pasangan hidup mengawalinya dengan menjalin hubungan romantis antara


(24)

dua individu yang berlawanan jenis yang disebut sebagai berpacaran (romantic relationship). Hubungan berpacaran ini memiliki dinamika antara dua orang yang berbeda karakteristik yang menyebabkan timbulnya permasalahan. Permasalahan yang biasa terjadi dalam hubungan berpacaran salah satunya adalah masalah cemburu.

Cemburu (jealousy) merupakan suatu pengalaman dengan adanya ancaman pada hubungan romantis dan menyebabkan adanya perilaku yang dirancang untuk dapat tetap mempertahankan hubungan dengan pasangannya (De Silva dalam Easton & Shackelford, 2009). Cemburu dapat pula didefinisikan sebagai suatu respons terhadap ketidaksetiaan partner, baik yang bersifat nyata maupun imajinasi. Rasa cemburu muncul ketika seseorang merasa terancam akan kehilangan hubungan yang disebabkan oleh orang yang dianggap sebagai pesaingnya. Kecemburuan pada individu muncul ketika menjalani hubungan bersama pasangannya yang diliputi dengan perasaan takut, curiga, tidak percaya, cemas, marah, merasa dikhianati, merasa ditolak, terancam dan merasa kesepian (Brehm, 1992). Cemburu dapat pula didefinisikan sebagai suatu respon permusuhan secara emosional yang nyata terhadap pasangan dan potensi akan adanya ketertarikan pada pihak ketiga (Bringle & Buunk, 1986).

Cemburu meliputi keseluruhan emosi seperti merasa cemas, takut, merasa tidak aman, marah, sedih, iri, merasa bersalah dan frustasi (Zammuner & Fischer dalam Bevan & Hale, 2006). Cemburu terdiri dari komponen emosional dan kognitif. Pfeiffer dan Wong menunjukkan bahwa


(25)

kecemburuan emosional meliputi emosi negatif dari iri hati, kecemasan, ketidaknyamanan, kemarahan, kecemburuan, ketakutan, ktidaknyamanan, kekhawatiran dan kekecewaan (Bevan & Hale, 2006). Secara konsisten, penelitian menunjukkan bahwa wanita memiliki kecemburuan yang sangat besar secara emosional walaupun tidak menutup kemungkinan wanita juga memiliki kecemburuan secara seksual. Prof. Heymans (Kartono, 2006) menyatakan bahwa kaum wanita memiliki perasaan yang pada pengalaman-pengalaman tertentu sehingga mempunyai emosional yang sangat kuat. Wanita yang memiliki emosi yang kuat akan lebih cepat bereaksi dan lebih cepat untuk berkecil hati, bingung takut dan cemas. Hal ini menyebabkan wanita lebih mudah merasa depresi. Kecemburuan emosional pada wanita akan berdampak negatif pada wanita tersebut.

Cemburu merupakan salah satu dari tiga prediktor yang kuat terhadap kekerasan pada wanita (O’Leary, Slep, & O’Leary, 2007). Cemburu memiliki konsekuensi secara positif dan negatif. Efek cemburu secara positif dapat dilihat sebagai bentuk cinta, afeksi, perhatian dan kesetiaan terhadap pasangan (Salovey & Rodin, 1985). Namun di sisi lain, kecemburuan yang tinggi akan menimbulkan adanya kekerasan, perceraian dalam rumah tangga bahkan sampai kepada kematian (Buss, 2000).

Adanya kasus kematian yang disebabkan adanya perasaan cemburu dilakukan oleh Melanie Jane Smith. Dalam kasus ini Smith membunuh seorang wanita bernama Shiers. Pembunuhan ini dilakukan dengan cara menyulut api dari luar kamar yang menyebabkan kebakaran di tempat


(26)

kediaman Shiers dan meninggal karena menghirup asap tersebut. Hal ini disebabkan adanya kecemburuan pada Smith yang menuduh Shiers telah berhubungan seksual dengan kekasihnya (di sadur dari The Telegraph News 9:19PM 10 Apr 2001).

Kasus lain berasal dari seorang wanita bernama Yuliati (25) yang berasal dari Semarang yang merasa curiga dan cemburu karena pasangannya masih memiliki hubungan dengan mantan istrinya. Kecemburuan ini menyebabkan Yuliati menaiki Tower Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (Sutet) setinggi 50 meter pada tanggal 7 September 2013 (Di sadur dari Okezone.news 13:05 Wib).

Berdasarkan data dari Komnas Perlindungan Anak yang menerima pengaduan sebanyak 2.518 kasus perceraian pada tahun 2011. Kasus perceraian ini terdapat 819 kasus yang penyebab utamanya adalah kecemburuan dan lebih dari setengah kasus perceraian tersebut digugat oleh wanita (disadur dari Gresnews pada Kamis, 29 Maret 2012, 19:10:07 WIB). Kasus tersebut mendukung data survey (Danastri dkk, 2013) yang didapatkan hasil bahwa dari 96 perempuan terdapat 3 orang yang tidak pernah cemburu dan 11 dari 93 perempuan menyatakan bahwa mereka sangat sering cemburu. Dari hasil survei secara keseluruhan diketahui bahwa sebagian besar perilaku dan karakteristik saingan yang menyebabkan wanita cemburu antara lain pasangan yang masih memiliki hubungan dan menceritakan mengenai mantan kekasih atau masa lalu, perilaku pasangan yang berlebihan terhadap lawan jenis secara emosional, subjek yang tidak mendapat perhatian, pasangan yang


(27)

melakukan kontak fisik dengan lawan jenis, pasangan yang menghabiskan banyak waktu dengan subjek dan karakter saingan yang memiliki nilai lebih pada penampilan dan kemampuan inteligensi, serta perilaku saingan yang agresif terhadap pasangan.

Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa adanya kecemburuan romantis dikaitkan dengan sejumlah dampak negatif seperti depresi, perceraian, kekerasan dalam rumah tangga dan ketidakpuasan dalam berelasi (Pines & Aronson, 1983). Pernyataan tersebut juga didukung Guerrero and Jorgensen (1991) dalam penelitiannya yang menyatakan bahwa kecemburuan berhubungan negatif dengan kelanggengan pernikahan dan berhubungan positif dengan masalah perceraian atau perpisahan.

Kecemburuan pada wanita merupakan suatu tanda bahwa pasangan mereka mungkin memiliki keterlibatan secara emosional dan menginvestasikan sumber daya yang dimiliki kepada wanita lain (Buss dalam Easton&Shackelford, 2009). Hal ini menunjukkan bahwa wanita memiliki kecemburuan yang sangat besar secara emosional dibandingkan dengan pria (Sagarin dalam Easton&Shackelford, 2009). Dalam penelitian Easton dan Shackelford (2009) memprediksikan bahwa wanita memiliki presentase yang sangat besar dibandingkan dengan laki-laki yang memiliki kecemburuan yang tidak wajar akan menggunakan benda yang terdekat yang menimbulkan adanya kekerasan, mencoba untuk membunuh dan ketika ia benar-benar membunuh pasangannya. Hal ini didukung dengan adanya penelitian bahwa


(28)

wanita dua kali lebih banyak melakukan pembunuhan dibandingkan pria yang diakibatkan adanya kecemburuan (Harris, 2004)

Penelitian dari Miler (dalam Wisnuwardani, 2002) menunjukkan bahwa cemburu disebabkan oleh siapa dan apa yang membuat individu tersebut cemburu. Hansen (dalam Bringle dan Buunk 1991) menyebutkan bahwa kecemburuan juga dapat disebabkan oleh hobi, teman-teman pasangan, pekerjaan, bahkan karena keluarga pasangan. Buunk (dalam Brehm, 1992) menambahkan bahwa wanita merasa cemburu karena keyakinan pada dirinya bahwa apabila hubungan dengan pasangannya berakhir, ia akan sulit mendapatkan hubungan lain. Hal ini juga ditambahkan oleh Guerrero dan Andersen (1998) yang menyatakan bahwa kecemburuan cenderung terjadi ketika orang menduga bahwa mereka memiliki resiko kehilangan makna dalam suatu hubungan.

Menurut Miller (dalam Wisnuwardani, 2002) tinggi rendahnya kecemburuan individu terkait beberapa hal yang berhubungan dengan ketergantungan (dependency) dalam hubungan dengan pasangan. Salah satu bentuk ketergantungan itu adalah gaya attachment dimana individu yang membutuhkan perhatian akan lebih mudah cemburu dibandingkan dengan individu yang mandiri.

Bowlby (dalam Wigman, Archer & Kevan, 2008) mengatakan bahwa kelekatan adalah ikatan kedekatan emosional antara anak dan pengasuhnya. Adapun kelekatan ini berkaitan atau berkelanjutan hingga individu memiliki hubungan di masa dewasa dengan orang lain. Secara umum kualitas dalam


(29)

hubungan pada masa dewasa sangat dipengaruhi oleh apa yang terjadi selama masa kanak-kanak, khususnya dalam hubungan anak-pengasuh (Collins & Read, 1990). Hal ini juga didukung dengan pernyataan Hazan dan Shaver (dalam Collins & Read, 1990) yang menyatakan bahwa penggunaan teori kelekatan bayi digunakan sebagai kerangka kerja untuk meneliti bagaimana hubungan cinta dewasa terkait dengan interaksi orang tua-anak pada masa awal. Kelekatan ini terdiri dari dua tipe yaitu kelekatan yang aman dan tidak aman.

Hazan dan Shaver mulai menerjemahkan tipologi yang dikembangkan oleh Ainsworth et al. (dalam Collins & Read, 1990) bahwa terdapat tiga jenis kelekatan pada hubungan orang dewasa. Dalam penelitiannya tersebut terdapat kategori yang mencirikan diri responden yaitu kelekatan aman (secure), kelekatan cemas (anxiety) dan kelekatan menghindar (avoidant). Individu yang memiliki kelekatan aman memiliki hubungan yang ditandai dengan kebahagiaan, kepercayaan, dan persahabatan, sedangkan individu yang memiliki kelekatan tidak aman memiliki hubungan yang ditandai oleh emosi tinggi dan rendah, kecemburuan, dan obsesif terhadap pasangan mereka. Orang dewasa dengan kelekatan cemas memiliki keragu-raguan yang berlebihan pada dirinya dan merasa disalahpahami oleh orang lain, sedangkan orang dewasa aman merasa disukai dan percaya bahwa orang lain secara umum memiliki tujuan dan niat yang baik.

Seseorang yang memiliki gaya kelekatan yang aman memiliki harga diri yang tinggi sehingga ia merasa aman untuk berhubungan dengan orang


(30)

lain sehingga ia akan lebih menghargai komitmen dan akan membentuk hubungan yang lama serta menghindari permusuhan atau konflik. Hal ini menunjukkan bahwa kelekatan aman memiliki kecemburuan yang kecil dikarenakan individu merasa nyaman dalam hubungan interpersonal (Baron & Bryne, 2005).

Seseorang yang memiliki gaya kelekatan tidak aman akan cenderung memiliki perasaan yang kurang nyaman dalam menjalani hubungan dengan pasangannya sehingga mereka tidak memiliki kepercayaan yang besar terhadap pasangannya serta tidak memiliki ketergantungan yang besar terhadap pasangannya yang menyebabkan mereka tidak terlalu menginginkan hubungan yang terlalu dekat atau intim terhadap pasangannya(Baron & Bryne, 2005).

Seseorang yang memiliki gaya kelekatan kecemasan cenderung memberikan segalanya bagi pasangan yang ia cintai. Mereka memiliki kadar kecemasan yang tinggi yang karena mereka tidak dapat hidup sendiri tanpa adanya orang lain yang mencintai dirinya dan meninggalkannya. Mereka khawatir pasangannya tidak mencintai dirinya seperti ia mencintai pasangannya yang menyebabkan ia merasa cemas, takut akan kehilangan orang yang ia sayangi sehingga timbullah rasa cemburu yang berlebihan terhadap pasangannya (Baron & Bryne, 2005).

Penelitian Bringle dan Evenbeck (dalam Mathes, Phillips, Skowran & Dick III, 1982) menunjukkan bahwa skala self-report Jealousy berkorelasi


(31)

positif dan signifikan dengan indikasi harga diri yang rendah, kecemasan, ketidakpuasan dalam hidup.

Menurut Rydell dan Bringle (2007) kecemburuan terdiri dari dua jenis yaitu kecemburuan reaktif dan kecemburuan dengan curiga. Kecemburuan reaktif harus lebih erat berkaitan dengan faktor eksternal (misalnya, ketergantungan, situasi sosial, hubungan kepercayaan), sedangkan kecemburuan dengan curiga berkaitan erat dengan faktor internal (misalnya, ketidakamanan, harga diri). Hal ini juga ditambahkan Mathes dan Savera (1981) bahwa salah satu bentuk spesifik dari ketidakamanan dan kesepian di masa lalu mengakibatkan peningkatan pada kecemburuan.

Buunk, Guerrero, Sharpsteen dan Kirkpatrick (dalam Knobloch, Solomon & Cruz, 2001) menyatakan bahwa kecemasan dalam suatu hubungan secara khusus meningkatkan kecemburuan yang dialami. Secara konsisten penelitian menunjukkan bahwa orang-orang yang memiliki gaya kelekatan cemas lebih cemburu dibandingkan dengan orang-orang yang memiliki gaya kelekatan yang aman. Penelitian menyatakan bahwa wanita lebih banyak memiliki kelekatan yang cemas dibandingkan dengan pria yang identik dengan kelekatan menghindar (Mikulincer&Goodman, 2006).

Dari berbagai penelitian, peneliti menarik kesimpulan bahwa gaya kelekatan tidak aman merupakan salah satu penyebab adanya kecemburuan pada individu yang mempengaruhi kualitas hubungan dengan pasangannya.


(32)

Dengan demikian, peneliti ingin meneliti apakah ada hubungan antara kecemburuan yang terjadi pada wanita yang menjalin hubungan berpacaran dengan gaya kelekatan yang dialami oleh pasangan tersebut.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada hubungan antara tipe kelekatan tidak aman dengan kecemburuan pada wanita dewasa awal.

C. TUJUAN PENELITIAN

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui korelasi kelekatan tidak aman dengan kecemburuan pada wanita dewasa awal yang menjalin hubungan berpacaran

D. MANFAAT PENELITIAN 1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dalam ilmu psikologi khususnya dalam bidang psikologi sosial serta hubungan dengan relasi sesama.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan khususnya bagi wanita yang berpacaran untuk dapat melihat dampak-dampak yang ditimbulkan akibat rasa cemburu yang dimiliki sehingga dapat mengembangkan hubungan relasi yang lebih sehat.


(33)

11 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Dewasa Awal 1. Pengertian

Masa dewasa awal merupakan suatu masa dimana individu mencari kemantapan dan masa yang reproduktif. Makna dari masa ini adalah masa yang penuh dengan masalah, ketegangan emosi, periode komitmen, masa ketergantungan dan penyesuaian diri terhadap pola hidup yang baru (Hurlock dalam Jahja 2011). Rentang usia dewasa awal adalah (18-30 tahun).

1.1. Ciri Dewasa Awal

Masa dewasa dapat dikatakan sebagai masa yang sulit karena pada masa ini individu dituntut untuk dapat hidup mandiri dan melepaskan ketergantungannya dengan orang tua.

Hurlock (dalam Jahja, 2011) menguraikan ciri-ciri masa dewasa awal yaitu:

a. Masa Pengaturan

Individu pada masa ini akan “mencoba-coba” sebelum pada akhirnya menentukan pilihan mana yang sesuai dan cocok yang dapat memberikan kepuasan yang permanen. Saat


(34)

individu sudah menemukan pola hidup yang sesuai dengan kebutuhannya, maka ia akan mengembangkan pola perilaku, sikap dan nilai yang akan menjadi sesuatu yang khas selama hidupnya.

b. Masa Usia Produktif

Masa-masa ini adalah masa yang cocok untuk menentukan pasangan hidup, menikah dan bereproduksi karena organ reproduksi ini sudah sangat produktif untuk menghasilkan keturunan.

c. Masa Bermasalah

Masa ini dikatakan masa yang sulit dan bermasalah dikarenakan individu harus menyesuaikan dirinya untuk penyeseuaian dengan peran barunya yaitu pekerjaan dan perkawinan. Apabila individu tidak dapat menyesuaikan dengan peran barunya tersebut maka hal ini akan menimbulkan masalah karena adanya faktor-faktor seperti kurang siap dan tidak dapat menyesuaikan diri dengan peran yang baru yang menyebabkan individu kaget dengan peran yang dikerjakan secara bersamaan dan tidak adanya bantuan dari orang tua atau orang lain untuk menyelesaikan masalah tersebut.

d. Masa Ketegangan Emosional

Individu yang berusia 20-an tahun memilii emosi yang tidak terkendali sehingga akan labil, resah dan memberontak.


(35)

Emosi individu pada masa ini cenderung bergelora dan mudah tegang. Namun pada saat memasuki usia 30-an, individu cenderung tenang dan stabil dalam emosi.

e. Masa Komitmen

Individu akan mulai menyadari mengenai pentingnya arti komitmen sehingga akan membentuk tanggung jawab, komitmen yang baru dan pola hidup yang berbeda pula.

f. Masa Ketergantungan

Pada masa ini individu masih memiliki ketergantungan dengan orang tua atau organisasi yang mengikatnya hingga di akhir usia 20 tahun.

g. Masa Perubahan Nilai

Perubahan nilai yang terjadi pada masa dewasa dikarenakan adanya pengalaman dan hubungan sosial yang semakin luas. Nilai-nilai yang dimaksud disini adalah nilai-nilai yang meningkatkan kesadaran yang positif.

h. Masa Penyesuaian Diri dengan Hidup Baru

Saat individu memasuki masa dewasa maka individu tersebut memiliki rasa tanggung jawab yang lebih karena akan memiliki peran ganda sebagai orang tua dan pekerja.

i. Masa Kreatif

Pada masa ini seseorang bebas untuk berbuat apa yang diinginkannya namun tergantung pada apa yang menjadi


(36)

minat, kemampuan dan kesempatan yang dimiliki individu tersebut.

2. Tugas Perkembangan Dewasa Awal

Hurlock menyebutkan bahwa ada dua hal yang menunjukkan tugas perkembangan dewasa awal. Hal tersebut adalah kemandirian ekonomi dan kemandirian membuat keputusan. Sedangkan, menurut Erikson (dalam Santrock, 1994), masa dewasa awal adalah masa keintiman versus isolasi. Erikson menambahkan bahwa dalam masa ini, sebelum individu menjalin relasi dengan orang lain, individu tersebut harus terlebih dahulu mengerti siapa dirinya dan bagaimana caranya untuk menjadi mandiri.

Tahap dewasa muda individu mulai karier dan pada tahap ini individu memulai kariernya dan mencari pasangan intim untuk membangun hubungan berpacaran yang lebih serius atau bahkan hingga membangun sebuah rumah tangga (Santrock, 2008)

Masa dewasa awal merupakan masa terpanjang setelah masa kanak-kanak dan remaja. Dalam masa ini individu dituntut untuk tidak bergantung dengan orang tua dan mulai belajar hidup mandiri dikarenakan adanya peran dan tugas yang baru.

Dalam perkembangan kognitif, orang dewasa lebih sistematis dalam mengahadapi masalah dan dapat memecahkan masalah dari satu masalah ke masalah lain. kemampuan kognitif pada orang dewasa sangat


(37)

baik dan dapat beradaptasi dengan aspek pragmatis kehidupannya. Pada masa dewasa, individu akan menyadari akan adanya perbedaan pendapat dan perspektif orang lain (Santrock, 1995).

3. Ciri-ciri Sosio Emosi

Hasil penelitian menujukkan bahwa 20 tahun pertama dalam kehidupan bisa memprediksi kehidupan sosioemosi pada usia dewasa. (Mc Adams & Olsen; Sroufe, Coffino, & Carlson, dalam Santrock,2012) 3.1 Temperamen

Tempramen merupakan suatu gaya perilaku dan karakteristik respons emosional yang sifatnya individual. Pada masa dewasa awal, sebagian besar individu memperlihatkan adanya perubahan suasana hati dibandingkan ketika masa remaja; dalam masa dewasa ini mereka lebih bertanggung jawab dan lebih jarang berperilaku yang mengandung resiko (Caspi dalam Santrock, 2012).

3.2 Cinta yang romantis

Cinta yang romantis adalah hal yang sangat penting khususnya bagi mahasiswa perguruan tinggi. Hal ini diakibatkan oleh karena dalam penelitian Berscheid, Synder, dan Omoto (dalam Santrock, 1995) ditemukan bahwa lebih dari separuh responden mengatakan bahwa kekasih memiliki hubungan dekat dengan mereka dibandingkan dengan orang tua.


(38)

B. Kecemburuan (Jealousy) 1. Pengertian

Cemburu merupakan suatu tanda yang memberitahukan bahwa ada sesuatu yang salah yang terjadi dalam hubungan yang dirasakan oleh salah seorang dalaam konteks hubungan tersebut (Duck, dalam Rahardjo, Rachmatan & Lee, 2011).

Cemburu (jealousy) merupakan respons terhadap ketidaksetiaan partner baik yang bersifat nyata maupun imajinasi. Rasa cemburu muncul ketika seseorang merasa terancam akan kehilangan hubungan yang penting yang disebabkan oleh rival dan yang memiliki hubungan dengan perasaan takut, curiga, tidak percaya, cemas, marah, merasa dikhianati, merasa ditolak, terancam dan merasa kesepian (Brehm, 1992).

Menurut Davis (dalam Buunk, Angletner, Oubaid&Buss, 1996) memjelaskan bahwa cemburu merupakan suatu reaksi ketakutan dan kemarahan untuk melindungi, memelihara dan menjaga hubungan dalam berelasi. Hal ini juga ditambahkan oleh Hansen bahwa kecemburuan merupakan suatu reaksi untuk melindungi dari perasaan terancam pada nilai suatu hubungan yang dari situasi dimana pasangan terlibat dengan orang lain atau beraktifitas dengan orang lain (Bevan&Hale, 2006) .

Cemburu didefinisikan sebagai suatu tanda yang memberitahukan bahwa sesuatu yang salah telah terjadi dalam suatu hubungan yang dirasakan oleh salah satu orang dalam konteks hubungan tersebut (Clanton & Kosins dalam Duck, 2000).


(39)

Gurnee (dalam East & Walts, 1999) mendefinisikan cemburu sebagai suatu perasaan yang terjadi dan timbul dalam diri individu karena seseorang yang dipersepsikan milik dia ternyata mendapat perhatian dari orang lain.

Dari pengertian cemburu diatas dapat disimpulkan bahwa cemburu merupakan respons terhadap adanya perasaan atau ancaman nyata yang muncul akibat adanya rasa takut kehilangan pasangan dan bentuk dari rasa tidak percaya, cemas, marah dan merasa terancam serta kehilangan nilai dari hubungan tersebut..

2. Komponen Cemburu

Dalam Knobloch, Solomon & Cruz (2001), komponen cemburu dibagi menjadi dua jenis yaitu :

a. Cognitive Jealousy

Kecemburuan ini terjadi bila seseorang merasa ragu-ragu dan khawatir dengan kesetiaan pasangannya. Kecemburuan ini menunjukkan adanya ketidakpercayaan terhadap kesetiaan pasangan dalam hubungan (Pfeiffer & Wong dalam Knobloch, Solomon & Cruz, 2001)

b. Emotional Jealousy

Kecemburuan emosional ini merupakan respon dari apa yang dirasakan individu terhadap ancaman dalam hubungannya. Kecemburuan ini meliputi perasaan-perasaan yang berbeda-beda seperti kecemasan, ketidaknyamanan, kemarahan, ketakutan, ketidak


(40)

amanan dan kekecewaan (Sharpsteen & Kirkpatrick dalam Knobloch, Solomon & Cruz, 2001

3. Proses Terjadinya Cemburu

Menurut White dan Mullen (Panke dan Asendorpf, 2001) proses terjadinya cemburu terdiri dari lima proses, yaitu :

a. Primary Appraisal (penilaian awal)

Proses ini merupakan awal terjadinya kecemburuan pada individu. Primary appraisal dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu : 1) faktor hubungan yang meliputi kwalitas dan tipe hubungan, 2) faktor karakteristik ancaman yang meliputi tipe dan beratnya ancaman. b. Secondary Appraisal (penilaian kedua)

Pada tahap ini individu mencoba memahami dengan lebih baik situasi yang terjadi dan mulai memikirkan cara untuk mengatasinya. Secondary appraisal merupakan proses yang rasional dan konstruktif serta terkadang melibatkan catastrophic thinking, yaitu apabila individu terburu-buru mengambil kesimpulan yang jauh dari bukti-bukti yang ada sehingga kesimpulan yang ia dapat akan menjadi tidak rasional. Akan tetapi individu yang mengalami cemburu tidak menyadari bahwa pikirannya tidak rasional, sehingga ia menganggap pikiran merupakan bagian dari realitas yang menyebabkan reaksi emosional yang ekstrim.


(41)

c. Emotional Reaction (reaksi emosional)

Keadaan emosional dan intensitas respon individu ketika cemburu sangat beragam dan bermacam-macam. Ketika cemburu seseorang dapat mengalami emosi yang negatif, seperti kemarahan pada pasangan atau pihak ketiga, kecemasan akan kehilangan hubungan dengan pasangan, distress emosional dan fisik, depresi dan sedih. Terkadang individu juga mengalami emosi yang positif, dimana akan muncul perasaan gembira, cinta dan lebih hidup. 4. Faktor Penyebab

Brehm (2002) menyatakann terdapat dua aspek yang dapat menyebabkan seseorang cemburu yaitu :

a. Faktor Personal

Pada dasarnya antara pria dan wanita Baik pria maupun wanita pada dasarnya tidak berbeda kecenderungan dalam hal cemburu. Namun, terdapat perbedaan-perbedaan individual yang dapat menyebabkan seseorang lebih mudah merasakan cemburu yaitu : 1. Dependence

Berscheid (dalam Brehm,1992) menyatakan bahwa individu yang sangat tergantung terhadap pasangannya meyakini bahwa hanya pasangannya saja yang dapat membuat dirinya bahagia dan tidak ada orang lain yang dapat menggantikannya maka akan semakin besar pula rasa kecemburuan yang dialami individu tersebut. Sikap ini menjelaskan alasan mengapa


(42)

beberapa orang masih tetap mempertahankan hubungan yang mereka jalin meskipun menyakitkan bagi mereka karena individu tersebut berfikir bahwa mereka tidak memiliki alternatif lain di luar hubungan yang mereka jalin (Choice & Lamke dalam Miller, 2002). Sikap dependence juga erat kaitannya dengan sikap posesif yang hadir, dimana seseorang yang bergantung dengan pacarnya akan berusaha sekuat mungkin untuk menjaga dan mengawasi setiap gerak-gerik dari pasangannya (Caroll, 2005 dan Pinto & Hollandsworth dalam Brehm, 1992)

2. Mate Value

Dalam hal ini seseorang lebih mudah merasakan kecemasan apabila ia menganggap bahwa pasangannya adalah individu yang menarik dan disenangi banyak orang baik dalam segi penampilan fisik, bakat atau hal-hal lain yang merupakan kelebihan dari pasangan dibandingkan dengan dirinya dan merasa cemas apabila ada orang lain yang lebih baik darinya dapat mendampingi pasangannya tersebut. Mate value ini ketika seseorang menganggap bahwa dalam diri pasangannya terdapat kriteria-kriteria yang ia sukai dan sangat cocok dengan dirinya, maka hal ini dapat membuat individu tersebut semakin takut kehilangan pasangannya. Hal ini juga dapat menjadi ancaman ketika individu menyadari bahwa pacarnya tersebut dapat


(43)

melakukan atau mendapatkan orang lain yang lebih baik dari mereka.

3. Sexual Exclusivity

Individu yang memiliki nilai sexual exclusivity menginginkan dan mengharapkan pasangannya tetap setia hanya kepada dirinya saja dan tidak mengizinkan pasangannya untuk melakukan hubungan seksual dengan orang lain atau aktivitas intim lainnya. Hal ini menyebabkan semakin besar orang yang memiliki nilai ini akan mengalami kecemburuan.

4. Past Experience

Pengalaman berpacaran seseorang dapat mempengaruhi munculnya kecemburuan pada hubungan yang akan dan sedang dijalin. Individu yang dulunya memiliki pasangan yang tidak setia dan mengalami kekecewaan pada hubungan sebelumnya, dapat menurunkan kepercayaan individu tersebut kepada pasangannya yang sekarang. Hal ini akan menyebabkan individu tersebut lebih mudah untuk merasa cemburu dan curiga karena semakin rendah kepercayaan individu terhadap pasangannya,maka akan semakin mudah individu tersebut untuk merasakan kecemburuan. (Knox, 1984)


(44)

b. Berdasarkan Sifat Stimulus Terjadinya Kecemburuan

Buss (dalam Brehm 2002) menyatakan bahwa yang dapat menimbulkan kecemburuan diakibatkan oleh adanya ketidaksetiaan (infidelity) yang dilakukan oleh pasangan. Buss membagi stimulus tersebut dalam dua bentuk, yaitu :

1. Kecemburuan Seksual

Kecemburuan seksual adalah kecemburuan yang terjadi dikarenakan adanya ketidaksetiaan seksual yang dilakukan pasangan. Ketidaksetiaan seksual adalah ketidaksetiaan yang dilakukan pasangan bersama pihak ketiga yang melibatkan hubungan fisik, seperti pelukan, ciuman dan hubungan seksual. 2. Kecemburuan Emosional

Kecemburuan emosional adalah kecemburuan yang timbul dikarenakan adanya ketidaksetiaan emosional yang dilakukan pasangan. Ketidaksetiaan emosional adalah ketidaksetiaan yang dilakukan pasangan terhadap pihak ketiga tanpa melibatkan hubungan fisik, melainkan lebih menekankan kepada keakraban suatu hubungan, seperti rindu atau ingin selalu berbicara dengan pihak ketiga tersebut.


(45)

C. Kelekatan Tidak Aman (Insecure Attachment) 1. Pengertian

Istilah Kelekatan (attachment) untuk pertama kalinya dikemukakan oleh seorang psikolog dari Inggris pada tahun 1958 bernama John Bowlby yang kemudian dilengkapi oleh Mary Ainsworth pada tahun 1969 (Mc Cartney dan Dearing, 2002). Kelekatan merupakan suatu ikatan emosional yang kuat yang dikembangkan anak melalui interaksinya dengan orang yang mempunyai arti khusus dalam kehidupannya, biasanya orang tua (Mc Cartney dan Dearing, 2002).

Bowlby (1973) menyatakan bahwa kelekatan merupakan perilaku yang berbeda antara satu orang dengan yang lain yang mengakibatkan seseorang mencapai atau mempertahankan orang untuk dekat dengan dirinya (Feeney & Noller, 1996). Bowlby (dalam Haditono dkk,1994) menyatakan bahwa hubungan ini akan bertahan lama dalam rentang kehidupan manusia yang diawali dengan kelekatan anak pada ibu atau figur lain pengganti ibu. Pengertian ini sejalan dengan apa yang dikemukakan Ainsworth mengenai kelekatan. Ainsworth (dalam Hetherington dan Parke,2001) mengatakan bahwa kelekatan adalah ikatan emosional yang dibentuk seorang individu dengan orang lain yang bersifat spesifik, mengikat mereka dalan suatu kedekatan yang bersifat kekal sepanjang waktu. Kelekatan merupakan suatu hubungan yang didukung oleh tingkah laku lekat (attachment behavior) yang dirancang untuk memelihara hubungan tersebut ( Durkin, 1995).


(46)

Bowlby berpendapat bahwa seorang bayi dengan kelekatan aman akan merasa bahwa pengasuh adalah sumber kenyamanan dan perlindungan ketika kebutuhan mereka muncul. Sedangkan bayi dengan kelekatan tidak aman tidak mengalami kenyamanan dan perlindungan secara konsisten dari pengasuhnya ketika suatu ancaman muncul (Cassidy & Shaver, 2008). Hal ini juga sejalan dengan Ainsworth (1978) dimana dalam penelitiannya menunjukkan bahwa tipe kelekatan didasarkan pada reaksi bayi ketika berpisah dari pengasuhnya dan ketika bertemu kembali dengan pengasuhnya (Feeney & Noller, 1996). Dengan adanya perbedaan kualitas kelekatan hubungan individu, Aisnworth membagi kelekatan menjadi dua kategori dasar yaitu kelekatan aman dan kelekatan tidak aman. Dalam kategori kelekatan tersebut tidak hanya menggambarkan bagaimana perilaku seseorang dengan pengasuh atau figur lekatnya melainkan bagaimana persepsi seorang bayi adanya pengasuh atau respon bayi terhadap pengasuh. Seseorang yang memiliki kelekatan tidak aman dengan pengasuh utama mereka sejak kecil, akan menemui kesulitan ketika mereka membangun suatu hubungan dengan orang lain di masa depan (Cassidy & Shaver, 2008).

Hasan dan Shaver (1987) menyatakan bahwa seseorang dengan kelekatan aman akan mudah dalam menjalin hubungan dekat dengan orang lain dan merasa nyaman bergantung pada orang lain. sedangkan seseorang dengan tipe kelekatan tidak aman, baik avoidant attachment


(47)

maupun anxiety attachment akan merasa tidak nyaman dengan hubungan yang mereka jalin.

Bartholomew (1991) menyatakan bahwa kelekatan dewasa memiliki dimensi yang mendasar yaitu perspektif individu terhadap orang lain (positif maupun negatif) dan perspektif individu terhadap dirinya sendiri (positif dan negatif). Kelekatan tidak aman merupakan model kerja negatif dari diri individu yang layak menerima cinta dan perhatian dari orang lain (Anxiety) atau orang lain sebagai orang yang memberi cinta dan perhatian (avoidant) yang dikembangkan dari pola pengasuhan yang didapatkan. Menurut Collins dan Read, model kerja atau working model membentuk respons secara kognitif, emosi dan perilaku individu terhadap orang lain (Fenney & Noller, 1996).

Kelekatan tidak aman merupakan suatu persepsi dimana figure lekatnya tidak sensitive, tidak merespon dan tidak berada disekitar individu yang menyebabkan dirinya mengalami distress ketika dihadapkan pada suatu ancaman. Individu yang memiliki kelekatan tidak aman adalah individu yang memiliki pengalaman yang mengancam rasa amannya (Mikulincer & Shaver, 2005). Hal ini menyebabkan individu dengan kelekatan tidak aman memiliki representasi negative terhadap figure lekatnya sehingga menyebabkan timbulnya masalah dalam suatu hubungan.

Dari pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa kelekatan tidak aman merupakan suatu persepsi dan working model negatif


(48)

terhadap orang lain atau diri sendiri yang mempengaruhi respons pikiran, emosional dan perilaku individu terhadap pasangannya.

2. Tipe-tipe Kelekatan

Menurut Hazan dan Shaver (1987) terdapat tiga tipe kelekatan yaitu :

2.1. Tipe kelekatan aman.

Mereka yang memiliki tipe aman memiliki kepercayaan penuh terhadap orang yang dicintai. Kelekatan ini mendorong individu untuk dekat dengan orang yang dicintai tetapi tetap menjadi dirinya sendiri. Mereka yakin bahwa pasangannya adalah orang yang layak diperhatikan dan sangat memperhatikan dirinya. Mereka merasa nyaman bila bergantung pada yang dicintai. Sebaliknya mereka juga merasa nyaman bila yang dicintai bergantung pada mereka. Mereka tidak merasa khawatir ditinggalkan oleh yang mereka cintai.

Dalam sebuah penelitian oleh Fricker & Moore menemukan sebuah fakta bahwa orang yang memiliki tipe kelekatan aman mengalami kepuasan hubungan yang tinggi dengan pasangannya. Hal ini menunjukkan bahwa mereka adalah orang-orang yang memiliki kebahagiaan dalam menjalin hubungan dengan seseorang baik dalam pacaran maupun pernikahan serta dapat membuat hati mereka nyaman dan tentram.


(49)

2.2 Tipe kelekatan menghindar

Tipe kelekatan menghindar ditandai dengan perasaan kurang nyaman mengalami suatu keintiman atau kedekatan dengan orang lain. Mereka enggan untuk percaya dan bergantung pada orang yang dicintai. Mereka akan berusaha menjaga hubungan agar tidak terlalu dekat dan intim dengan pasangannya. Penelitian yang dilakukan Fricker & Moore (2002) menunjukkan bahwa orang yang memiliki tipe kelekatan menghindar mengalami kepuasan hubungan yang rendah. Karena mereka sulit percaya dan intim kepada orang lain, akibatnya mereka sulit menikmati hubungan cinta dengan pasangan. 2.3 Tipe kelekatan cemas

Mereka yang memiliki tipe cemas mempunyai dorongan untuk mem sepenuhnberikan atau menyerahkan dirinya sepenuhnya dengan orang yang dicintai. Hal ini dilakukan karena mereka merasa tidak sanggup untuk hidup sendiri tanpa adanya orang yang dicintai yang mengakibatkan mereka mengalami kecemasan tinggi apabila ditinggalkan oleh pasangannya. Selain itu, mereka juga sangat takut apabila diabaikan dan munculnya kekhawatiran bahwa mereka tidak sungguh-sungguh dicintai oleh pasangan mereka.

Penelitian Fricker & Moore (2002) memperlihatkan bahwa orang yang memiliki tipe kelekatan cemas adalah orang yang paling rendah kepuasan hubungannya. Hal ini ditunjukkan dengan adanya kecemasan mereka apabila tidak lagi dicintai, selalu khawatir bila


(50)

ditinggalkan, dan selalu gundah apabila tidak diterima oleh pasangan. Dalam kondisi ini orang dengan tipe kelekatan ini akan sulit untuk bisa merasa berbahagia dalam jalinan cinta dan cenderung memiliki kecemburuan terhadap pasangannya.

3. Dampak Kelekatan a. Harga diri

Individu yang memiliki harga diri yang tinggi sehingga ia merasa aman untuk berhubungan dengan orang lain sehingga ia akan lebih menghargai komitmen dan akan membentuk hubungan yang lama serta menghindari permusuhan atau konflik (Baron & Bryne, 2005). Individu yang memiliki kelekatan tidak aman menyebabkan ia memiliki harga diri yang rendah dan memiliki pemikiran negatif terhadap dirinya sendiri. Dengan demikian harga diri memiliki pengaruh terhadap kecemburuan yang dimiliki seseorang.

b. Kenyamanan dengan pasangan

Individu dengan kelekatan tidak aman akan merasa tidak nyaman untuk terlalu dekat dengan pasangan. Namun sebaliknya kelekatan aman merasa sangat nyaman untuk dapat dekat dengan orang lain (Hazan & Shaver dalam Fraley dan Shaver, 2000)

c. Kepercayaan

Individu yang memiliki kelekatan tidak aman cenderung memiliki kepercayaan yang rendah terhadap orang lain khususnya pada orang yang memiliki kelekatan menghindar. Sebaliknya


(51)

seseorang dengan kelekatan aman memiliki kepercayaan yang tinggi terhadap orang lain(Hazan & Shaver dalam Fraley dan Shaver, 2000). d. Kepuasan dalam hubungan

Individu dengan kelekatan yang tidak aman memiliki kepuasan hubungan yang rendah. Namun sebaliknya individu dengan kelekatan aman akan memiliki kepuasan hubungan yang tinggi ( Levy dan Davis dalam Feeney dan Noller, 1990).

e. Ketergantungan dengan pasangan

Individu dengan kelekatan tidak aman memiliki ketergantungan yang rendah terhadap pasangan secara khusus adalah tipe kelekatan menghindar yang memiliki hubungan yang tidak dekat dengan orang lain (Hazan & Shaver dalam Feeney & Noller, 1990 ). Sebaliknya individu dengan kelekatan aman mudah untuk bergantung pada orang lain.

f. Keintiman

Inidividu yang memiliki kelekatan tidak aman tidak memiliki keintiman yang rendah dan stress. Sebaliknynya individu yang memiliki kelekatan aman memiliki keintiman dalam hubungan dan memiliki kepuasan dalam hubungan tidak mengalami stress secara psikis (Pielage, Luteijn, & Arrindell,2005).


(52)

D. Dinamika Hubungan Kelekatan Tidak Aman dan Kecemburuan Individu masing-masing memiliki gaya kelekatan sendiri dan berbeda-beda. Hazan dan Shaver (dalam Collins & Read, 1990) menyatakan bahwa penggunaan teori kelekatan bayi digunakan sebagai kerangka kerja untuk meneliti bagaimana hubungan cinta dewasa terkait dengan interaksi orang tua-anak pada masa awal.

Dalam hubungan relasi yang menjadi salah satu masalah adalah mengenai kecemburuan. Salah satu faktor penyebab kecemburuan adalah dependence. Kelekatan merupakan salah satu bentuk dependency. Kelekatan terdiri dari dua bentuk yaitu kelekatan aman dan kelekatan tidak aman. Kelekatan tidak aman terdiri dari kelekatan cemas (anxiety) dan kelekatan menghindar (avoidant). Kelekatan ini dibentuk saat individu memiliki hubungan dengan pengasuhnya sejak kecil. Kelekatan inilah yang akan berkelanjutan hingga individu tersebut dewasa dan menjadikan orang lain sebagai figur lekatnya.

Individu yang memiliki kelekatan tidak aman memiliki harga diri yang rendah. Berbeda dengan individu dengan kelekatan anxiety yang memandang negatif dirinya dan memandang positif orang lain, individu dengan kelekatan avoidant memandang negatif orang lain dan positif terhadap dirinya sendiri. Namun kedua kelekatan insecure ini memiliki kecemburuan yang tinggi dibandingkan dengan individu dengan kelekatan secure. Hal ini diakibatkan adanya harga diri yang rendah yang menyebabkan individu kurang nyaman apabila memiliki hubungan dekat


(53)

dengan orang lain sehingga individu memiliki kepercayaan yang rendah dan memiliki ketergantungan yang rendah dengan orang lain. Adanya rasa khawatir dan cemas ditinggalkan dengan pasangan menyebabkan individu dengan gaya kelekatan ini sulit untuk berbahagia, rasa percaya diri yang rendah sehingga mengakibatkan kepuasan dalam hubungan sangat rendah. Hal-hal seperti ini yang memicu adanya kecemburuan pada individu tersebut (Baron & Bryne, 2005). Sebaliknya seseorang yang memiliki kelekatan aman memiliki harga diri yang tinggi, percaya diri, merasa nyaman bergantung dengan orang lain yang menyebabkan individu tidak memiliki rasa khawatir ditinggalkan atau sendirian sehingga individu tersebut memiliki kepuasan dalam hubungan yang tinggi ( Levy&Davis dalam Feeney&Noller, 1990)

Individu yang memiliki kelekatan tidak aman kepuasan hubungan yang rendah (Fricker & Moore, 2002). Individu dengan kelekatan cemas menunjukkan bahwa mereka akan merasa cemas apabila tidak lagi dicintai, selalu khawatir bila ditinggalkan, dan selalu gundah apabila tidak diterima oleh pasangan. Dalam kondisi ini orang dengan tipe kelekatan ini akan sulit untuk bisa merasa berbahagia dalam jalinan cinta. Berbeda dengan individu yang memiliki kelekatan menghindar bahwa mereka tidak nyaman memiliki kedekatan atau intim dengan pasangannya yang menyebabkan individu ini tidak memiliki kepuasan dalam menjalin hubungan. Kedua kelekatan ini memiliki kecemburuan terhadap pasangannya dengan respon yang berbeda. Sebaliknya individu


(54)

dengan kelekatan aman akan memiliki kepuasan dalam menjalin relasi dengan pasangan.

Individu yang memiliki kelekatan tidak aman memiliki keintiman yang rendah dan stress. Pada individu avoidant dengan adanya karakteristik menghindar untuk terlalu dekat dengan pasangan menyebabkan individu ini memiliki keintiman yang rendah. Keintiman yang rendah merupakan salah satu hal yang menyebabkan adanya kecemburuan. Pada individu anxiety dengan adanya kecemasan dan memandang negatif terhadap diri sendiri mengakibatkan individu ini memiliki keintiman yang rendah. Keintiman inilah yang berdampak pada kecemburuan. Sebaliknya individu dengan kelekatan aman memiliki keintiman dengan pasangan sehingga tidak mengalami cemburu yang berdampak negatif.

Individu yang memiliki kelekatan tidak aman yakni kelekatan cemas dan kelekatan menghindar memiliki kepercayaan yang rendah terhadap pasangan. Namun sebaliknya individu dengan kelekatan aman memiliki kepercayaan dengan pasangannya. Kecemburuan secara kognitif disebabkan oleh adanya ketidakpercayaan individu terhadap pasangannya (Pfeiffer&Wong dalam Knobloch&Solomon, 2001)


(55)

BAGAN HUBUNGAN KELEKATAN TIDAK AMAN DAN KECEMBURUAN

Harga diri tinggi

Nyaman dengan pasangan

Memiliki kepercayaan dengan pasangan dan diri Puas dalam hubungan

Nyaman bergantung pada pasangan

Memiliki keintiman yang tinggi dengan pasangan

Harga diri rendah

Kurang nyaman dengan pasangan

Kepercayaan yang rendah dengan pasangan dan diri Kurang puas dalam hubungan

Tidak nyaman bergantung pada pasangan


(56)

E. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah semakin tinggi kelekatan tidak aman seseorang maka akan semakin tinggi pula kecemburuan yang dialami wanita dewasa awal yang berpacaran.


(57)

35

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian kuantitatif korelasional. Penelitian kuantitatif ini menggunakan dua jenis variabel yaitu variabel bebas (independent variable) yakni kelekatan tidak

aman dan variabel terikat (dependent variable) yakni kecemburuan.

Penelitian korelasional bertujuan untuk menyelidiki sejauhmana variasi pada satu variabel berkaitan dengan variasi pada satu atau lebih variabel lain berdasarkan koefisien korelasi (Azwar,2009)

B. Variabel Penelitian

Variabel merupakan konsep yang mengalami variasi nilai (Purwanto dan Sulistyastuti, 2007). Variabel ada dua macam yaitu variabel bebas (independent variable) dan variabel terikat (dependent variable). Variabel merupakan Dalam penelitian ini kedua variabel tersebut adalah sebagai berikut :

1. Variabel Bebas : Kelekatan Tidak Aman

2. Variabel Tergantung : Kecemburuan

C. Definisi Operasional

1. Kecemburuan

Cemburu merupakan respons terhadap ketidaksetiaan partner baik yang bersifat nyata maupun imajinasi. Rasa cemburu muncul ketika seseorang merasa terancam akan kehilangan hubungan yang penting


(58)

yang disebabkan oleh rival dan yang memiliki hubungan dengan perasaan takut, curiga, tidak percaya, cemas, marah, merasa dikhianati, merasa ditolak, terancam dan merasa kesepian. Variabel ini diukur

dengan menggunakan skala Jealousy-evoking Partner Behaviors. Dalam

skala ini semakin tinggi skor menunjukkan bahwa subjek memiliki kecemburuan yang tinggi pula, begitu juga sebaliknya.

2. Kelekatan Tidak Aman (Insecure Attachment )

Kelekatan tidak aman merupakan suatu persepsi dan working

model negatif terhadap orang lain atau diri sendiri yang mempengaruhi respons pikiran, emosional dan perilaku individu terhadap pasangannya..

Variabel ini diukur dengan menggunakan skala adptasi ECR

(Experiences in Close Relationship). Skala ini dapat menunjukkan tipe kelekatan yang dimiliki oleh subjek. Semakin tinggi skor yang diperoleh subjek maka akan semakin tidak aman kelekatan yang dimiliki subjek. Sebaliknya, semakin rendah skor yang dimiliki subjek maka kelekatan yang dimiliki subjek akan semakin aman.

D. Subjek Penelitian

Kriteria sampel adalah sebagai berikut :

1. Wanita

2. Umur 18 hingga 30 Tahun


(59)

E. Metode Pengambilan Sample

Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah incidental sampling dan penyebaran kuesioner melalui media internet (email). Pada penelitian ini, pemilihan subjek didasarkan pada beberapa kriteria yang sudah diketahui sebelumnya.

F. Metode dan Alat Pengumpulan Data 1. Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini terdapat 2 variabel penelitan yaitu Gaya Kelekatan

Dewasa (Adult Attachment) dan Cemburu (Jealousy). Untuk

mendapatkan data dari kedua variabel tersebut maka peneliti menggunakan kuesioner dan skala Likert.

Sebelum melakukan penelitian yang sebenarnya peneliti melakukan uji coba skala terlebih dahulu terhadap 55 subjek. Setelah dilakukan uji coba peneliti melakukan pengolahan data dan menganalisis reliabilitas dan korelasi item totalnya. Dalam pengolahan terdapat item-item yang gugur dengan korelasi item-item total yang kurang baik (≤ 0.3) sedangkan item-item yang memiliki korelasi item total yang baik (≥ 0.3) digunakan untuk pengambilan data pada penelitian yang sesungguhnya.

Pada skala kelekatan dewasa terdapat item yang bersifat favorable dan unfavorable. Sedangkan pada skala kecemburuan tidak terdapat item yang bersifat favorable dan unfavorable.


(60)

2. Alat Pengumpulan Data

Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan skala

adaptasi yaitu ECR (Experiences in Close Relationship) untuk mengukur

kelekatan tidak aman yang secara khusus mengukur tipe kelekatan avoidant dan anxiety serta Jealousy-Evoking Partner Behavior untuk mengukur kecemburuan terhadap pasangan.

2.1 ECR (Experiences in Close Relationship)

Skala ECR (Experiences in Close Relationship) ini diadaptasi dan menggunakan terjemahan bolak balik oleh Bapak Siswo. Pada Experiences in Close Relationship terdapat 7 alternatif pilihan dalam jawaban skala yaitu yaitu STS (Sangat Tidak Setuju), TS (Tidak Setuju), ATS (Agak Tidak Setuju), N (Netral), AS (Agak Setuju), S (Setuju), dan SS (Sangat Setuju). Item favorable diberi penilaian dari angka terkecil, yaitu 1 (STS), sampai angka terbesar, yaitu 7 (SS).

Penilaian untuk item unfavorable dilakukan mulai dari angka


(61)

Tabel 3.1

Cetak Biru Kelekatan Tidak Aman Sebelum Uji Coba

Indikator

Item

Jumlah

Favorable Unfavorable

Avoidant 2, 6, 10, 12, 14, 28

4, 8, 16, 18, 20, 22, 24, 26, 30, 32, 34, 36

18 (50%)

Anxiety 1, 3, 5, 7, 9, 11, 13, 15, 19, 23, 25, 27, 29, 31, 33, 35

17, 21 18 (50%)

2.2 Jealousy-Evoking Partner Behavior

Skala kecemburuan yang digunakan merupakan skala adaptasi dengan metode Likert. Jawaban subjek dinyatakan dalam 5 kategori dalam bentuk angka yaitu 1 (Semakin Tidak Cemburu), 2, 3, 4, 5 (Semakin Cemburu) dimana tiap-tiap pilihan adalah pencerminan dari tingkat kecemburuan yang di rasakan atau diungkapkan oleh subjek. Dalam skala yang diadaptasi Dijkstra dkk,2010 tidak terdapat item favorable dan unfavorable. Sikap yang ditunjukkan subjek mudah untuk diinterpretasikan dengan melihat jumlah skor total subjek. Semakin besar jumlah total keseluruhan menunjukkan sikap cemburu subjek yang tinggi. Sedangkan semakin


(62)

kecil besar jumlah total keseluruhan menunjukkan sikap cemburu subjek yang rendah.

Tabel 3.2

Cetak Biru Kecemburuan Sebelum Uji Coba

Indikator No. Item Jumlah

Suspicious behavior 5, 7, 9, 10,14, 18, 28, 32 8 Unfaithful behavior 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25,

26, 27, 29, 30, 31, 36, 37, 42

16

Pornography 1, 2, 3, 4, 33, 34, 35 7

Technological invesment 6, 8, 11, 12, 15, 16, 17, 38, 39,40, 41

11

G. Kredibilitas Alat Ukur 1. Validitas

Validitas mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya (Azwar,2011).

Validitas isi merupakan validitas yang digunakan dalam penelitian ini. Validitas isi pada penelitian ini didapatkan dengan mengkonsultasikan skala dengan orang ahli yaitu dosen pembimbing dan orang profesional yang merupakan lulusan pendidikan Bahasa Inggris. Apabila penampilan tes dapat meyakinkan dan memberi kesan mampu untuk mengungkapkan apa yang akan diukur maka validitas pada tes tersebut telah terpenuhi (Azwar, 2011).


(63)

2. Reliabilitas

Reliabilitas yang dimiliki oleh suatu pengukuran tinggi maka pengukuran tersebut dapat dikatakan sebagai pengukuran yang reliabel.

Realibilitas memiliki beberapa nama lain seperti keajegan,

keterpercayaan, kestabilan, konsistensi dan sebagainya namun konsep pada reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya (Azwar,2011). Reliabilitas pada penelitian ini untuk dapat melihat korelasi item total menggunakan pendekatan koefisien alpha cronbach. Reliabilitas yang tinggi dan baik adalah yang memiliki nilai mendekati 1.

Hasil realibilitas skala Adult Attachment dan Jealousy yang

dianalisis menggunakan program SPSS 16.0 for Windows menunjukkan

hasil koefisien reliabilitas pada skala ECR sebesar 0.870 dan koefisien reliabilitas jealousy-evoking behavior scale sebesar 0.952. Koefisien reliabilitas pada kedua variabel tersebut merupakan koefisien dengan nilai mendekati 1. Hal ini menunjukkan bahwa kedua skala ini memiliki reliabilitas yang baik.

3. Seleksi Item

3.1 Cetak Biru Kelekatan Tidak Aman Setelah Di Uji Coba I

Item-item penelitian ini diujicobakan terhadap 55 orang dan

dianalisis dengan menggunakan program SPSS 16.0 for windows

untuk melihat Korelasi Item Total (Rit). Suatu item memiliki daya deskriminasi yang baik apabila memiliki Rit ≥0.3. dalam skala ini


(64)

item-item yang memiliki daya deskriminasi yang kurang baik berjumlah 10 item yaitu 1, 3, 9, 16, 17, 27, 31, 33, 34.

Tabel 3.3

Cetak Biru kelekatan Tidak Aman Setelah Uji Coba

Indikator

Item

Jumlah

Favorable Unfavorable

Avoidant 2, 6, 10, 12, 14, 28

4, 8, 18, 20, 22, 24, 26, 30, 32, 36

16

Anxiety 5, 7, 11, 13, 15, 19, 23, 25, 29, 35

10

3.2 Cetak Biru Kelekatan Dewasa Setelah Diuji Coba II

Item-item dianalisis kembali agar mendapatkan daya deskriminasi yang baik yaitu Rit ≥0.3 dan terdapat 1 item yang gugur yaitu item nomor 7.

Tabel 3.4

Cetak Biru Kelekatan Dewasa Setelah Diuji Coba II

Indikator

Item

Jumlah

Favorable Unfavorable

Avoidant 2, 6, 10, 12, 14, 28

4, 8, 18, 20, 22, 24, 26, 30, 32, 36

16

Anxiety 5, 11, 13, 15, 19, 23, 25, 29, 35


(65)

3.3 Cetak Biru Kelekatan Dewasa Setelah Diuji Coba III

Item-item dianalisis kembali agar mendapatkan daya deskriminasi yang baik yaitu Rit ≥0.3 dan terdapat 1 item yang gugur yaitu item nomor 13.

Tabel 3.5

Cetak Biru Kelekatan Dewasa Setelah Diuji Coba III

Indikator

Item

Jumlah

Favorable Unfavorable

Avoidant 2, 6, 10, 12, 14, 28

4, 8, 18, 20, 22, 24, 26, 30, 32, 36

16

Anxiety 5, 11, 15, 19, 23, 25, 29, 35

8

3.4 Cetak Biru Kelekatan Dewasa Setelah Diuji Coba IV

Item-item dianalisis kembali agar mendapatkan daya

deskriminasi yang baik yaitu Rit ≥0.3 dan terdapat 1 item yang gugur yaitu item nomor 11. Secara keseluruhan item-item yang gugur berjumlah 13 iatem yang pada akhirnya digunakan untuk pengambulan data pada penelitian yang sebenarnya sebanyak 23 item.


(66)

Tabel 3.6

Cetak Biru Kelekatan Dewasa Setelah Diuji Coba IV

Indikator

Item

Jumlah

Favorable Unfavorable

Avoidant 2, 6, 10, 12, 14, 28

4, 8, 18, 20, 22, 24, 26, 30, 32, 36

16

Anxiety 5, 11, 15, 19, 23, 25, 29, 35

8

3.5 Tabel Cetak Biru Kecemburuan Setelah Diuji Coba

Item-item dianalisis kembali agar mendapatkan daya diskriminasi yang baik yaitu Rit ≥0.3 dan diketahui terdapat 4 item yang gugur yaitu nomor 1, 3, 28 dan 42. Secara keseluruhan item-item yang gugur berjumlah 4 item-item yang pada akhirnya digunakan untuk pengambilan data pada penelitian yang sebenarnya sebanyak 38 item.

Tabel 3.7

Cetak Biru Kecemburuan Setelah Uji Coba

Indikator No. Item Jumlah

Suspicious behavior 5, 7, 9, 10,13, 14, 18, 32 8 Unfaithful behavior 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25,

26, 27, 29, 30, 31, 36, 37,

14

Pornography 2, 4, 33, 34, 35 5

Technological invesment 6, 8, 11, 12, 15, 16, 17, 38, 39,40, 41


(67)

H. Metode Analisis data 1. Uji Asumsi

1.1 Uji Normalitas

Dalam penelitian ini, uji normalitas dilakukan untuk mengecek apakah data penelitan tersebut berasal dari populasi yang sebarannya normal (Santoso, 2010). Uji normalitas ini dilakukan

dengan menggunakan program SPSS 16.0 for Windows dengan

metode Kolmogorov-Smirnov. Data yang penyebarannya normal adalah data yang memiliki p > 0.05

1.2 Uji Linearitas

Uji linearitas ini digunakan untuk mengetahui apakah hubungan antarvariabel yang hendak dianalisi mengikuti garis lurus.

Uji linearitas ini dilakukan pula dengan menggunakan program SPSS

16.0 for Windows. 2. Uji Hipotesis

Uji korelasi pada penelitian ini menggunakan korelasi Pearson


(68)

46

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian

Penelitian di laksanakan pada tanggal 10 Juli hingga 29 Juli 2013 dengan menyebarkan 140 skala. Skala ini terbagi dalam dua bentuk penyebarannya yaitu dalam bentuk hardcopy dan softcopy. Skala yang berjumlah 140 disebarkan gugur sebanyak 20 buah skala. Hal ini diakibatkan adanya data subjek yang tidak lengkap, jawaban subjek pada skala yang tidak terisi secara lengkap sehingga peneliti hanya menganalisi skala berjumlah 120 buah skala.

B. Hasil Penelitian

1. Data Demografis

Subjek pada penelitian ini memiliki beberapa kriteria dan salah satunya yaitu umur. Subjek harus berumur 18 hingga 30 tahun yang merupakan usia masa dewasa awal. Berikut adalah tabel data demografi berdasarkan umur subjek.


(69)

Tabel 4.1

Data Usia Subjek Penelitian

Usia Jumlah Presentase

18 4 3 %

19 12 10 %

20 16 13 %

21 22 18 %

22 31 26 %

23 16 13 %

24 6 5 %

25 1 1 %

26 5 4 %

27 2 2 %

28 1 1 %

29 2 2 %

30 2 2 %


(70)

2. Uji Asumsi

2.1 Uji Normalitas

Uji Normalitas adalah uji yang dilakukan untuk mengecek apakah data penelitian yang diteliti berasal dari populasi yang sebarannya normal. Pada Uji Normalitas ini jika p > 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa data yang diteliti memiliki sebaran data yang normal, namun sebaliknya jika p < 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa data yang diteliti memiliki sebaran data yang tidak normal (Santoso, 2010).

Berikut adalah hasil perhitungan tiap variabel dalam perhitungan SPSS 16.0 yang menyatakan bahwa nilai p [ Asymp. Sig. (2-tailed) ] pada Variabel X ( Adult Attachment) adalah 0.393 sedangkan nilai p [ Asymp. Sig (2-tailed) ] pada Variabel Y (Jealousy) adalah 0.140 yang berarti bahwa kedua variabel tersebut memiliki sebaran data yang nomal karena nilai p masing-masing variabel lebih besar dari 0.05 ( p > 0.05)


(71)

Tabel 4.2

Normalitas Variabel Penelitian

Pengukuran P Keterangan

Xtotal 0.393

Ytotal 0.140 Sebaran data normal

Xanxiety 0.387

Xavoidant 0.740 2.2 Uji Linearitas

Uji asumsi linearitas digunakan untuk mengetahui apakah hubungan antarvariabel yang hendak dianalisis mengikuti garis lurus. Uji asumsi ini menunjukkan bahwa peningkatan atau penurunan kuantitas si suatu variable akan diikuti secara linear oleh peningkatan atau penurunan kuantitas di variabel lain (Santoso, 2010).


(72)

Berdasarkan hasil olah data pada scatterplot menunjukkan bahwa penelitian ini tidak memiliki korelasi yang ditunjukkan dengan sebaran data yang cenderung menurun kebawah. Hal ini menunjukkan bahwa kelekatan tidak aman pada wanita memiliki hubungan namun negatif dengan kecemburuan wanita terhadap pasangannya.

C. Hasil Penelitian

Teknik uji korelasi merupakan teknik analisis untuk melihat bagaimana kecenderungan pola dalam variabel berdasarkan kecenderungan pola variabel yang lain. Teknik yang sering digunakan untuk menghitung koefisien korelasi adalah teknik korelasi Product Momen Pearson (Santoso,2010). Analisa korelasi bertujuan untuk mengukur derajat hubungan atau kekuatan asosiasi linier antara dua variabel yang menunjukkan arah hubungan (positif dan negatif) antara variabel dependen dengan variabel independen (Purwanto & Sulistyastuti, 2007). Jika besarnya nilai koefisien korelasi antara dua variabel adalah nol berarti antara dua variabel tersebut tidak ada hubungan. Jika besarnya nilai koefisien korelasi antara dua variabel adalah +1 maka dua variabel tersebut memiliki hubungan yang sempurna. Nilai koefisien korelasi yang semakin besar (mendekati +1) maka derajat hubungan tersebut semakin tinggi begitu pula sebaliknya (Purwanto & Sulistyasuti,2007). Pada hasil penelitian ini analisis korelasi menggunakan SPSS 16.0 ditemukan bahwa korelasi pada variabel X dan Y adalah -0.234 yang menunjukkan bahwa variabel pada penelitian ini berkorelasi negatif.


(73)

D. Statistik Deskriptif (Hasil Tambahan)

1. Paired sample T-Test

Berdasarkan dari hasil perhitungan pada penelitian di atas dengan mengunakan SPSS 16.0 diperoleh hasil bahwa mean avoidant (44.39)

lebih besar dari mean anxiety (18.83). Hal ini dapat disimpulkan bahwa pada penelitian ini secara garis besar cenderung subjek memiliki kelekatan avoidant atau menghidar

2. One Sample T-Test

Teknik ini digunakan untuk melihat besar kecilnya nilai mean teoritis dan nilai besar mean empiris. Rumus untuk mencari mean teoritis adalah :

( (Skor rendah x jml soal) + (skor tinggi x jml soal)) : 2

Tabel 4.3

Hasil Pengukuran Statistik Deskriptif

Pengukuran Mean Empiris Mean Teoritis P

X 31.61 92 0.000

Xanxiety 18.83 28 0.000 Xavoidant 44.39 64 0.000 ( (skor rendah x jml soal) + (skor tinggi x jml soal)) : 2


(74)

Berdasarkan nilai p pada tabel diatas menunjukkan bahwa p < 0.05. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan mean yang signifikan diantara dua kelompok pembanding.

E. Pembahasan

Dalam penelitian ini dengan menggunakan program SPSS 16.0

ditunjukkan hasil analisis korelasi Pearson koefisien korelasi sebesar -0.234 dengan p 0.000. Hasil ini menunjukkan bahwa adanya korelasi negatif kelekatan tidak aman dengan kecemburuanHal ini dapat diinterpretasikan bahwa apabila seseorang memiliki kelekatan yang tidak aman maka ia akan cenderung mengalami ketidakcemburuan. Namun hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Hipotesis yang berbunyi “Semakin tinggi kelekatan tidak aman yang dimiliki seseorang maka akan semakin tinggi

kecemburuan seseorang terhadap pasangan”ditolak.

Dalam perhitungan SPSS 16.0 yang menyatakan bahwa nilai p [ Asymp. Sig. (2-tailed) ] pada Variabel X ( Adult Attachment) adalah 0.393 sedangkan nilai p [ Asymp. Sig (2-tailed) ] pada Variabel Y (Jealousy) adalah 0.140 yang berarti bahwa kedua variabel tersebut memiliki sebaran data yang nomal karena nilai p masing-masing variabel lebih besar dari 0.05 ( p > 0.05). Selain itu dalam variabel kelekatan (attachment) memperoleh hasil bahwa

mean avoidant (44.39) lebih besar dari mean anxiety (18.83). Hal ini dapat disimpulkan bahwa pada penelitian ini secara garis besar cenderung subjek memiliki kelekatan avoidant atau menghindar.


(75)

Berdasarkan hasil penelitian ini terdapat ketidaksesuaian dengan penelitian-penelitian sebelumnya dan teori-teori yang membahas mengenai kedua variabel dalam penelitian ini. Salah satu asumsi adanya ketidaksesuaian hipotesis dan hasil penelitian ini adalah bahwa alat ukur dalam kedua variabel penelitian ini menggunakan skala adaptasi yang telah diterjemahkan. Adapun tujuan menggunakan skala adaptasi ini adalah untuk melihat apakah alat ukur ini mampu menyingkapkan hasil yang sama dengan hipotesis yang menggunakan subjek yang ada di Indonesia. Pada kenyataannya penelitian ini menunjukkan hasil bahwa kedua variabel memiliki hubungan yang negatif dan memiliki korelasi yang rendah.

Skala yang digunakan dalam penelitian ini merupkan skala adaptasi yang berasal dari negara lain. melihat dari perspektif budaya, Indonesia memiliki budaya yang berbeda dengan budaya di negara lain. dalam skala adaptasi terdapat aspek-aspek atau item-item yang mencerminkan suatu kebudayaan dimana skala berasal yang tidak dapat diterima oleh orang-orang di negaraatau bahkan asing bagi kita. Dengan adanya perbedaan persepsi budaya sangat mempengaruhi subjek dalam pengisian skala. Apabila item dalam skala adaptasi tidak sesuai dengan kebudayaan kita maka subjek akan cenderung menjadi faking sehingga subjek menjawab item-item dalam skala adaptasi tidak menggambarkan diri subjek yang sebenarnya dan cenderung

social desirable. Hal ini sangat mempengaruhi pengolahan data dalam suatu penelitian. Dalam penelitian ini khususnya Skala Jealousy-Evoking partner Behaviors merupakan skala yang diadaptasi dari negara Belanda oleh


(1)

UJI NORMALITAS CEMBURU

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

CTOTAL

N 120

Normal Parametersa Mean 143.23 Std. Deviation 28.514 Most Extreme Differences Absolute .105 Positive .067 Negative -.105 Kolmogorov-Smirnov Z 1.154 Asymp. Sig. (2-tailed) .140 a. Test distribution is Normal.

UJI NORMALITAS KELEKATAN

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

LTOTAL

N 120

Normal Parametersa Mean 63.22 Std. Deviation 18.248 Most Extreme Differences Absolute .082 Positive .082 Negative -.057 Kolmogorov-Smirnov Z .900 Asymp. Sig. (2-tailed) .393 a. Test distribution is Normal.


(2)

UJI NORMALITAS ANXIETY

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

ANXIETY

N 120

Normal Parametersa Mean 18.83 Std. Deviation 6.737 Most Extreme Differences Absolute .083 Positive .083 Negative -.048 Kolmogorov-Smirnov Z .904 Asymp. Sig. (2-tailed) .387 a. Test distribution is Normal.

UJI NORMALITAS AVOIDANT

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

AVOIDANT

N 120

Normal Parametersa Mean 44.39 Std. Deviation 13.555 Most Extreme Differences Absolute .062 Positive .060 Negative -.062 Kolmogorov-Smirnov Z .683 Asymp. Sig. (2-tailed) .740 a. Test distribution is Normal.


(3)

UJI LINEARITAS CEMBURU DAN KELEKATAN

ANOVA Table

Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig. CTOTAL *

LTOTAL

Between Groups

(Combined) 49460.650 54 915.938 1.259 .187

Linearity 5289.403 1 5289.403 7.270 .009 Deviation from

Linearity 44171.247 53 833.420 1.146 .299 Within Groups 47290.817 65 727.551

Total 96751.467 119

UJI KORELASI PEARSON CEMBURU DAN KELEKATAN

Correlations

CTOTAL LTOTAL CTOTAL Pearson Correlation 1 -.234*

Sig. (2-tailed) .010

N 120 120

LTOTAL Pearson Correlation -.234* 1 Sig. (2-tailed) .010

N 120 120


(4)

SCATTERPLOT

UJI T CEMBURU DAN KELEKATAN

One-Sample Statistics

N Mean Std. Deviation Std. Error Mean CTOTAL 120 143.23 28.514 2.603 LTOTAL 120 63.22 18.248 1.666

One-Sample Test

Test Value = 0

t df Sig. (2-tailed) Mean Difference

95% Confidence Interval of the Difference

Lower Upper CTOTAL 55.027 119 .000 143.233 138.08 148.39 LTOTAL 37.955 119 .000 63.225 59.93 66.52


(5)

UJI T ONE SAMPLE KELEKATAN

One-Sample Statistics

N Mean Std. Deviation Std. Error Mean ATTACHMENT 240 31.61 16.675 1.076

One-Sample Test

Test Value = 92

t df Sig. (2-tailed) Mean Difference

95% Confidence Interval of the Difference

Lower Upper ATTACHMENT -56.102 239 .000 -60.388 -62.51 -58.27

UJI T ONE SAMPLE ANXIETY

One-Sample Statistics

N Mean Std. Deviation Std. Error Mean ANXIETY 120 18.83 6.737 .615

One-Sample Test

Test Value = 28

t df Sig. (2-tailed) Mean Difference

95% Confidence Interval of the Difference

Lower Upper ANXIETY -14.906 119 .000 -9.167 -10.38 -7.95


(6)

UJI T ONE SAMPLE AVOIDANT

One-Sample Statistics

N Mean Std. Deviation Std. Error Mean AVOIDANT 120 44.39 13.555 1.237

One-Sample Test

Test Value = 64

t df Sig. (2-tailed) Mean Difference

95% Confidence Interval of the Difference

Lower Upper AVOIDANT -15.847 119 .000 -19.608 -22.06 -17.16

T-TEST DEPENDENT PAIR ANXIETY DAN AVOIDANT

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean Pair 1 ANXIETY 18.83 120 6.737 .615

AVOIDANT 44.39 120 13.555 1.237

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig. Pair 1 ANXIETY & AVOIDANT 120 .569 .000

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig. (2-tailed) Mean

Std. Deviation

Std. Error Mean

95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper Pair 1 ANXIETY -