FACEBOOK SEBAGAI PENGUNGKAPAN DIRI SISWASISWI MA NURUL ULUM MADURA

FACEBOOK SEBAGAI PENGUNGKAPAN DIRI SISWASISWI MA NURUL ULUM MADURA

SKRIPSI

Disusun Oleh:

RAHMA KURNIYANTI
03810173

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2011

1

FACEBOOK SEBAGAI PENGUNGKAPAN DIRI
SISWA – SISWI MA NURUL ULUM
AROSBAYA – KABUPATEN BANGKALAN

SKRIPSI


Diajukan Kepada Universitas Muhammadiyah Malang
Sebagai salah satu persyaratan untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Psikologi

Oleh :
Rahma Kurniyanti
03810173

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2011

i

ii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi rabbil Alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT yang
selalu


melimpahkan

rahmat

dan

hidayahnya

sehingga

penulis

dapat

menyelesaikan sebuah karya ilniah yang berjudul “ FACEBOOK SEBAGAI
PENGUNGKAPAN DIRI SISWA-SISWI MA NURUL ULUM LAJING
AROSBAYA BANGKALAN“ sebagai tugas akhir yang diajukan untuk
memenuhi salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana Psikologi di
Universitas Muhammadiyah Malang.

Dengan berakhirnya penulisan tugas akhir ini, merupakan salah satu
langkah awal untuk menapak ketahap selanjutnya. Dalam penulisan karya ilmiah
ini, penulis dengan senang hati siap menerima saran dan kritik demi
kesempurnaan penulisan. Dan mengingat masih ada tugas lain yang harus di
hadapi dengan lapang dada sehingga memohon ridho dan karunia Allah SWT,
karena Allah merupakan penguasa tunggal jagad raya.
Selama proses dan hingga terselesaikannya skripsi ini, sangat disadari
banyak melibatkan bantuan dari berbagai pihak, baik berupa masukan
pengetahuan , motivasi, ataupun diskusi dan lain sebagainya. Dalam kesempatan
ini dengan tulius peneliti mengucapkan terima kasih kepada :
1.

Drs. Tulus Winarsunu, M.Si selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas
Muhammadiyah Malang.

2.

Ibu Dra. Siti suminarti F, M.Si. selaku dosen pembimbing I yang telah
meluangkan


waktunya untuk membimbing dan mengarahkan hingga

selesainya penulisan tugas akhir ini
3.

Ibu Dra. Nida Hasanati, M.Si selaku dosen wali Psikologi 2003 D.

4.

Drs.Jausi,MA selaku Kepala Madrasah MA Nurul Ulum Arosbaya Bangkalan

5. Abdushomad Turiyadi,S.Pd.i selaku pembimbing Lapangan yang telah
membanyak membantu dalam proses magang disekolah MA Nurul Ulum
Arosbaya
6.

Orang tuaku tercinta yang telah memberikan dorongan semangat, bantuan
moril maupun materiil, serta doa restunya dalam menyelesaikan penulisan

v


skripsi ini.
7. Adikku tercinta Mohammad Taufiq Januwardi di Gontor yang telah
memberikan doanya atas terselesainya skripsi ini.
8.

Pendamping Setiaku Andre Musliyanto yang slalu memberikan senyum
manis, waktu, tenaga untuk menemaniku menyelesaikan semua tugas
skripsiku.

9.

Seluruh staff TU dan staff Pengajar Fakultas Psikologi UMM atas segala ilmu
yang telah diberikan serta seluruh karyawan dalam membantu administrasi

10. Sahabat terbaikku, Din Aviyanti Rizkiyah, Lailatul, Ita,Sakroni yang dengan
setia telah mendampingi , memberi spirit dan memberikan doa hingga skripsi
ini selesai.
11. Teman-teman Kostku yang senang tiasa menemaniku, ochie, vita, virda,
ratna, dita, endah, eno dan semua pihak yang telah memberikan motivasi dan

bantuan sehingga terselesaikan penulisan skripsi ini yang tidak dapat
disebutkan satu-persatu.

Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak , khususnya
segenap pembaca, Amin

Malang, 29 April 2011
Penulis

vi

INTISARI
Rahma Kurniyanti, 2011, Facebook sebagai Pengungkapan Diri SiswaSiswi MA Nurul Ulum Madura.
Skiripsi.Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang
Pembimbing:1. Dra. Siti Suminarti F. M.Si

Kata kunci : Pengungkapan diri, siswa-siswi pengguna Facebook
Self disclosure merupakan salah satu faktor yang dibutuhkan dalam
hubungan interpersonal, karena dengan adanya pengungkapan diri seseorang
dapat mengungkapkan pendapatnya, perasaannya, cita-citanya dan sebagainya,

sehingga memunculkan hubungan keterbukaan. Seiring dengan adanya
kemajuan teknologi khususnya semakin berkembangkan komunitas jejaring
sosial di internet seperti facebook menjadikan media pengungkapan diri
tidak hanya dapat dilakukan secara langsung tetapi juga dapat dilakukan
dengan melewati media facebook . Sehingga membuat para remaja pada
umumnya lebih terbuka di facebook untuk mencurahkan curhatnya dari pada
di keluarga.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apa alasan siswa-siswi
lebih nyaman menggunakkan facebook untuk mengungkapkan diri. Dalam
penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan penelitian deskriptif
Kualitatif.subyek dalam penelitian ini adalah siswa-sisiwi kelas 2 SMA yang
menggunakan facebook selama 1 tahun ,berjumlah 3 subyek. Dalam
penelitian ini menggunakan teknik wawancara. Wawancara yang digunakan
dalam penelitian ini adalah pendekatan melalui petunjuk umum wawancara.
Uji keabsahan data menggunakan triangulasi sumber yaitu menanyakan data
yang telah diperoleh kepada teman subyek.
Hasil penelitin menunjukkan bahwa alasan mereka menggunakan
facebook adalah nyamannya mereka menggunakan facebook karena tidak harus
bertatap muka secara langsung dalam melakukan self disclosure sehingga mereka
mampu mengekspresikan marah tanpa harus malu atau takut diejek oleh temantemannya. Bisa digunakan kapan saja membuat mereka mudah untuk berbagi

cerita dan pengalaman sehingga meringankan permasalahan yang dihadapi oleh
mereka.dengan komentar yang diterima dari teman-tema difacebook membuat
mereka marasa banyak yang peduli dan memperhatikan mereka.

vii

ABSTRACT
Rahma Kurniayanti. 2011. Facebook as is self-disclosure of student of MA Nurul
Ulum of Madura.
Thesis. Faculty of psychology of is university of Muhammadiyah Malang.
Counselor: Dra. Siti Suminarti F. M.Si
Keywords: self disclosure, student of user of facebook
Self-disclosure representing one of the factor which is required in relation of
interpersonal, because with existence of self disclosure people can lay open its
opinion, feeling, aspiration etcetera. So that peeps out openness relation. Along
with existence of progress of technology especially progressively expanding
community of social link in Internet like facebook make self-disclosure media do
not can only be conducted directly but also can be done by passing media of
facebook. Hence making all adolescent in general barer in facebook to disgorge its
feeling than at with family.

This research is aim to know what the reason of student more pleasant to use
facebook to lay open oneself. In this research of is researcher use approach of
descriptive qualitative research. Subject in this research is class student 2 of SMA
using facebook during 1 year, amounting to 3 subjects. In this research is use
technique of interview. Interview, which is used in this research, is approach
through common guide of interview. Test authenticity of data use triangulation of
is source of that is asking data, which have been processed to friend of subject.
Result of research indicate that the reason of them use facebook is
comfortable of their use facebook, because do not have to look in the face directly
in conducting self disclosure so that they can express to angry without having to
shy or fear to be jeered by its friends. Can be used any time make them easy to
share story and experience so that lighten problems faced by them. With accepted
comment of friends of facebook make they feel a lot care and pay attention them.

viii

DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL............................................................................................

i


LEMBAR PERSETUJUAN.............................................................................

ii

LEMBAR PENGESAHAN..............................................................................
SURAT PERNYATAAN.................................................................................

iii
iv

KATA PENGANTAR .....................................................................................

v

INTISARI

.....................................................................................................

vii


ABSTRAKSI ...................................................................................................

viii

DAFTAR ISI ...................................................................................................

ix

DAFTAR TABEL ...........................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................

xi
xii

BAB I

BAB II

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...........................................................................

1

B. Rumusan Masalah ......................................................................

16

C. Tujuan Penelitian .......................................................................

17

D. Manfaat Penelitian .....................................................................

17

E. Rancangan Penelitian .................................................................

17

1. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................

17

2. Subjek Penelitian ...................................................................

18

3. Metode Pengumpulan Data ...................................................
4. Teknik Analisa Data ...............................................................

18
19

5. Keabsahan Data .....................................................................

20

PENGUMPULAN DATA
A. Prosedur Pengumpulan Data ......................................................

21

1. Tahap pralapangan ...............................................................

21

2. Tahap lapangan ......................................................................

21

B. Gambaran Lokasi Penelitian.......................................................

22

C. Deskripsi Data .............................................................................

22

1. Deskriptif data Penelitian.......................................................

23

2. Deskripsi hasil Penelitian.......................................................
3. Analisa Data ...........................................................................

23
33

ix

4. Pembahasan ............................................................................

33

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................
A. Kesimpulan ................................................................................

37

B. Saran ...........................................................................................

37

Daftar Pustaka

...........................................................................................

x

39

DAFTAR TABEL
Tabel 1 Keadaan Siswa MA Nurul Ulum tahun Pelajaran 2010-2011 .............. 23
Tabel 2 Identitas Subjek Penelitian .................................................................... 24
Tabel 3 Alasan Subyek Menggunakan Facebook sebagai Pengungkapan
Diri ......................................................................................................... 32

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I

Guide Interview

Lampiran II

Hasil Interview

Lampiran III Jurnal Magang
Lampiran IV Surat Penelitian

xii

DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek . PT
Rineka Cipta: Jakarta.
Darajat, Zakiah. 1986. Kesehatan Mental. Jakarta: Gunung Agung.
Desmita, 2010. Psikologi Perkembangan Peserta Didik, Panduan bagi Orang Tua
dan Guru dalam memahai psikologi Anak Usia SD, SMP, dan SMA,
Penerbit. PT. Remaja Rosdakaryabanung.
Hurlock. (2002). Psikologi perkembangan_suatu pendekatan sepanjang rentang
kehidupan. Jakarta: Erlangga.
Isrofiani. 2006. Hubungan Pengungkapan Diri (Self disclosure) dan Tipe
Perkembangan Persahabatan Pada Remaja Awal. Skripsi. Tidak
diterbitkan. Malang: Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang.
Liliweri Alo, 1997. Komunikasi Antarpribadi. Penerbit Citra Aditya Bakti,
Bandung.
Lexy J. Moloeng, 2007. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Penerbit PT. Remaja Rosda
Karya Bandung.
Mutmainnah, Nina dan Budiyatna M. 2004. Komunikasi Antarpribadi, Pusat
Penerbitan Universitas Terbuka.
Poerwanti, E. (1998). Dimensi-dimensi riset alamiah . Malang: Universitas
Muhammadiyah Malang Press.
Shelley E. Taylor, Letitia Anne Peplau, David O. Sears, Dialihbahasakan Oleh Tri
Wibowo, B.S, 2009. Psikologi Sosial, Edisi Kedua Belas, Penerbit
Kenca na Prenada Media Group. Jakarta.
Soesilowindradini. Tanpa Tahun. Psikologi Perkembangan (Masa Remaja).
Jakarta: Usaha Nasional.
Sulaeman, Dadang. 1995. Psikologi Remaja Dimensi-Dimensi Perkembangan.
Bandung: Mandar Maju.
Zulkifli. 2001. Psikologi Perkembangan . Bandung: Remaja Rosdakarya.
http://www.e-psikologi.com/epsi/sosial_detail.asp?id=271
http://id.wikipedia. org/wiki/Facebook
http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2009/12/dimensi-self disclosure/

39

LAMPIRAN I
GUIDE INTERVIEW

LAMPIRAN II
HASIL INTERVIEW

LAMPIRAN III
JURNAL MAGANG DAN
SURAT PENELITIAN

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Self disclosure merupakan salah satu faktor yang dibutuhkan dalam
hubungan interpersonal, karena dengan adanya pengungkapan diri seseorang dapat
mengungkapkan pendapatnya, perasaannya, cita-citanya dan sebagainya, sehingga
memunculkan

hubungan

keterbukaan.

Hubungan

keterbukaan

ini

akan

memunculkan hubungan timbal balik positif yang menghasilkan rasa aman,
adanya penerimaan diri, dan secara lebih mendalam dapat melihat diri sendiri serta
mampu menyelesaikan berbagai masalah hidup (www.e-psikologi.com).
Self disclosure

adalah suatu perilaku komunikasi di mana individu

menyampaikan informasi tentang dirinya kepada orang lain secara sengaja dan
sukarela. Biasanya yang diungkapkan adalah informasi yang bersifat pribadi. Self
disclosure memiliki berbagai dimensi : 1) ukuran self disclosure 2) valensi
(kualitas positif dan negatif) self disclosure 3) kecermatan dan kejujura 4) tujuan
self disclosure 5) keintiman. Adapu faktor yang mempengaruhi self disclosure
adalah 1) efek diadik 2) ukuran audience 3) topik yang dibahas 4) valesi 5) jenis
kelamin 6) ras, kebangsaan dan usia 7) mitra self disclosure. Sedangkan faktor
peghambat sel disclosure adalah 1) societal bias 2) kekhawatiran akan hukuman 3)
kekhawatiran akan self knowledge (Budyatna dan Mutmainnah, 2004: 21).
Menurut Pappu (2002:1) Dalam kehidupan sosial di masyarakat, individu
seringkali dirundung rasa curiga dan tidak percaya diri yang kuat sehingga tidak
berani menyampaikan berbagai gejolak atau pun emosi yang ada di dalam dirinya
kepada orang lain, apalagi jika menyangkut hal- hal yang dianggapnya tidak baik
untuk diketahui orang lain. Akibatnya individu tersebut lebih banyak memendam
berbagai persoalan hidup yang akhirnya seringkali terlalu berat untuk ditanggung
sendiri sehingga menimbulkan berbagai masalah psikologis maupun fisiologis.
Dalam ruang konseling, banyak yang mengatakan bahwa mereka sulit sekali
mengungkapkan diri (mengatakan pendapat, perasaan, cita-cita, rasa marah,
jengkel, dan sebagainya) kepada orang lain, bahkan tidak pernah berbagi informasi

1

2

jika tidak diminta atau ditanya. Hal yang menarik adalah mereka mengakui bahwa
kondisi tersebut sangat tidak nyaman dan cenderung membuat mereka dijauhi oleh
rekan ataupun anggota keluarganya sendiri. Meskipun di satu sisi mereka merasa
ragu dan takut untuk mengungkapkan diri, namun di sisi lain mereka merasa
bahwa hal tersebut sangat diperlukan untuk meringankan beban diri sendiri.
(http://www.e-psikologi. com/epsi/ sosial_detail.asp?id=271)
Seiring

dengan

adanya

kemajuan

teknologi khususnya semakin

berkembangnya komunitas jejaring sosial di internet seperti facebook
menjadikan media pengungkapan diri tidak hanya dapat dilakukan secara
langsung tetapi juga dapat dilakukan dengan melewati media facebook.
Beberapa kepedulian terhadap internet tidak berkenaan dengan kecanduannya
sendiri tetapi dengan berbagai kemungkinan efek psikologis yang berbahaya,
misalnya pemakaian internet yang berlebihan dapat menghabiskan banyak
waktu yang semestinya diluangkan bersama anggota keluarga atau teman.
Penarikan diri dari sosial ini kemudian dapat mengurangi berbagai dukungan
sosial yang penting menyebabkan depresi.
Para

remaja

pada

umumnya

lebih

terbuka

di facebook

untuk

mencurahkan isi hatinya dari pada di keluarga. Ketika mereka menghadapi
permasalahan ia langsung mencurahkannya ke facebook agar mendapat
perhatian dan ada yang memberikan komentar dalam menyelesaikan
permasalahan yang ia hadapi. Hal ini kemungkinan kalau dalam keluarga
atau di sekolah mereka merasa malu atau takut untuk terbuka dengan
permasalahan yang mereka hadapi namun kalau dipaparkan di facebook ia
merasa lebih lega karena akan banyak yang memberikan komentar untuk
menyelesaikan permasalahannya tadi. Hal tersebut mereka lakukan sebab
cukup mudah dan sangat membantu dalam bertukar pikiran tanpa harus
bertatap muka langsung dengan orang yang bersangkutan. Mereka juga
merasa memperoleh lebih banyak nasehat dan support yang diberikan oleh
teman facebook nya terhadap keadaannya itu. Cara tersebut bagi mereka lebih
efektif untuk mengungkapkan dirinya daripada becerita secara langsung
kepada orang- orang tertentu seperti orang tua dan guru.

3

Meskipun tidak semua permasalahan yang ia hadapi ia harus terbuka di
facebook

namun

mereka

lebih

merasa

senang

dan

enjoy

ketika

mengungkapkan dirinya lewat facebook. Segala permasalahan bisa mereka
ungkapkan lewat facebook seperti misalnya ketika lagi jengkel atau malas
mereka bisa mengungkapkannya lewat facebook, hal ini mereka lakukan
karena kalau mengungkapkan permasalahan di sekolah atau di rumah
terkadang tanggapannya kurang serius atau kurang mendukung dan malah
membuat mereka semakin malas dan tidak bergairah, tai kalau lewat
facebook terkadang tanggapan yang lucu itu yang mampu menghiburnya saat
itu.
Penggunaan media facebook sebagai salah satu sarana pengungkapan diri
menjadi hal yang wajar di kalangan remaja karena saat ini penggunaan facebook
disukai kalangan remaja khususnya pelajar yang memiliki akses ke internet. Masa
remaja merupakan masa transisi dari periode kanak-kanak menuju dewasa. Remaja
disebut juga sebagai adolescence yaitu suatu masa persiapan ke dewasa. Masa
dimana tingkah laku dan sikap-sikap kekanak-kanakan digantikan oleh sikap-sikap
dan tingkah laku yang berlaku bagi orang dewasa. Pada masa ini remaja tidak
dianggap sebagai anak kecil lagi, karena sudah mampu untuk mengadakan
reproduksi. Hal ini ditandai dengan adanya kematangan organ-organ seksual,
dimana alat-alat kelamin dan bentuk tubuh sudah memperoleh bentuk dan fungsi
secara sempurna. Dalam tahap ini status remaja masih tumpang tindih, sebab
remaja sudah tidak dapat dianggap anak kecil lagi namun juga belum bisa disebut
dewasa. Oleh karena itu mereka sangat memerlukan keteladanan dan komunikasi
yang tulus, simpatik dan empatik dari orang dewasa, terutama orang tua.
Pihak sekolah menerapkan beberapa peraturan dan tata tertib yag harus
dijalankan oleh siswa-siswinya di mana sekolah menerapkan nilai- nilai Islam yang
antara lain adalah melarang siswa-siswi berkomunikasi dengan leluasa di
lingkungan sekolah sebagaimana di sekolah-sekolah negeri lainnya, diterapkannya
penilaian sikap dan perilaku terhadap anak didik baik di lingkungan sekolah
maupun di luar sekolah. Dengan diterapkannya peraturan-peraturan tersebut, maka
jika salah satu siswa-siswi ada yang berperilaku menyimpang, maka beberapa

4

masyarakat akan melaporkan ke sekolah, karena sekolah MA ini termasuk salah
satu sekolah yang memiliki kedisiplinan yang bagus.
Kondisi

yang

demikian

menyebabkan

beberapa

remaja

yang

mempergunakan facebook sebagai sarana untuk pengungkapan dirinya. Hal ini
dikarenakan walaupun pengungkapan diri penting bagi perkembangan individu
tetapi tidak semuanya mampu melakukannya ada keengganan atau kesulitan
individu dalam mengungkapkan diri. Dengan adanya facebook sebagai media
pengungkapan diri memudahkan remaja untuk mencurahkan pengungkapan
dirinya lewat facebook. Berdasarkan beberapa peraturan yang mengikat tersebut
juga bisa dikatakan bahwa penyebab dari para siswa menggunakan HP untuk
berfacebookan di sekolah, beberapa siswa dengan asyik bermain HP di kelas,
jarang berkomunikasi dengan teman sebangkunya, kurang memperhatikan
pelajaran, suka bolos, lupa mengerjakan tugas dan telat mengumpulkan tugas, dan
terkadang tertidur di kelas.
Hingga Juli 2007, facebook memiliki jumlah pengguna terdaftar paling
besar di antara situs-situs yang berfokus pada sekolah dengan lebih dari 34 juta
anggota aktif yang dimilikinya dari seluruh dunia. Dari September 2006 hingga
September 2007, peringkatnya naik dari posisi ke-60 ke posisi ke-7 situs paling
banyak dikunjungi, dan merupakan situs nomor satu untuk foto di Amerika
Serikat, mengungguli situs publik lain seperti Flickr, dengan 8,5 juta foto dimuat
setiap harinya. Fitur hiburan dalam Facebook disebut aplikasi. Contohnya antara
lain

permainan

video,

kuis,

dan

lain

sebagainya.

(http://id.wikipedia.

org/wiki/Facebook).
Menurut Aris pesatnya kemajuan teknologi harus dipelajari dengan baik
untuk mengantisipasi kejahatan lewat internet, di situ orang tua punya peraan
penting untuk mengantisipasi. Orang tua harus mengubah pendekatan dari disiplin
otoriter menjadi pendekatan personal kekeluargaan. Menurutnya ada beberapa
benteng yang menangkal bahaya facebook, keluarga, lingkungan sosial, dan
terakhir negara. Dalam keluarga seorang ibu memegang peranan penting. Kalau
anak tak mau lagi curhat ke keluarga dan memilih curhat ke facebook, itu artinya
kita dalam baha ya.

5

Menurut Taylor ada beberapa alasan pengungakapan diri yakni (1)
penerimaan sosial, (2) pengembangan hubungan (3) ekspresi diri (4) Klarifikasi
diri, dan (5) kontrol sosial. Berdasarkan pendapat ini dapat dijelaskan bahwa para
siswa siswi menggunakan facebook sebagai pengungkapan diri adalah yang
pertama agar ia disukai oleh orang lain yang membaca akunnya, untuk
mengembangkan hubungannya mereka memberikan informasi tentang didinya,
sebagai ekspresi dirinya yang merasakan bahwa ada beban dalam pikirannya,
maka mereka mencurahkannya lewat facebook, untuk berbagi pengalaman kepada
orang lain dan menambah wawasan yang lebih luas sebagai klarifikasi diri mereka,
kemudian dalam mengungkapkan tentang diri mereka sebagai kontrol sosial. Hal
tersebut juga terjadi di Madrasah Aliyah (MA) Nurul Ulum
Pengungkapan diri remaja Madrasah Aliyah (MA) Nurul Ulum ini juga
dilakukan lewat facebook. Dari pengamatan peneliti siswa siswi merasa senang
kalau apa yang diungkapkan di facebook mendapat komentar atau ditanggapi oleh
sesama pengguna facebook. Kondisi ini juga berdampak pada siswa siswi yang
tetap menggunakan facebook pada saat jam-jam pelajaran atau memanfaatkan
facebook untuk hal- hal yang negatif seperti halnya pornografi.
Pengungkapan diri lewat facebook juga memiliki risiko berupa bocornya
informasi yang telah diberikan pada seseorang kepada pihak ketiga padahal
informasi tersebut dianggap sangat pribadi oleh si pemberi informasi, atau bisa
juga informasi yang disampaikan justru menyinggung perasaan orang lain
sehingga dapat mengganggu hubungan interpersonal yang sebelumnya sudah
terjalin dengan baik. (http://www.e-psikologi. com/epsi/ sosial_ detail. asp?
id=271)
Berdasarkan survey pendahuluan peneliti, seringkali para siswa-siswi
bermain HP dengan facebook di saat pelajaran, sehingga menimbulkan kekacauan
di dalam kelas. Melihat kondisi demikian pihak Madrasah Aliyah (MA) Nurul
Ulum bertindak tegas dengan melakukan perampasan atau penyitaan sementara
terhadap Handphone yang digunakan. Tindakan ini diambil menurut pihak
Madrasah Aliyah (MA) Nurul Ulum untuk mencegah jangan sampai terjadi hal-hal
negatif lebih lanjut terutama dapat menganggu konsentrasi belajar siswa siswi.

6

Mengacu pada hasil survey tersebut dapat diketahui bahwa para siswa-siswi
dalam menggunakan facebook tersebut adalah tidak mengenal waktu, artinya
siswa-siswi belum bisa mengatur waktu kapan ia harus berfacebook-an dan kapan
ia harus belajar. Ketika sedang belajar di sekolah mereka tetap menggunakan
facebook. Hal ini pernah terjadi pada salah satu subjek ketika sedang
berfacebookan di kelas dan ketahuan sama guru, maka Hpnya langsung disita
karena dianggap mengganggu jalannya elajaran. Dari sini dapat dilihat bahwa
ketika ia menemukan permasalahan di kelas yang berhubungan dengan
permasalahan di sekolah ia langsung buka HP dan meminta saran dari temannya
lewat facebook, dengan ditanggapi langsung ia merasa lega karena menemukan
jawaban.
Berdasarkan latar belakang di atas peneliti tertarik untuk meneliti tentang
Facebook Sebagai Pengungkapan Diri Para Siswa Siswi Madrasah Aliyah (MA)
Nurul Ulum Madura.
1. Pengertian Pengungkapan Diri (Self Disclosure)
Menurut johnson,1981 (dalam buku komunikasi antar pribadi) self
disclosure adalah mengungkapkan reaksi atau tanggapan kita terhadap situasi
yang sedang kita hadapi serta memberikan informasi tentang masa lalu yang
relevan atau yang berguna untuk memahami tanggapan kita dimasa kini
tersebut. Membuka diri berarti membagikan kepada orang lain perasaan kita
terhadap sesuatu yang telah dikatakan atau dilakukannya, perasaan kita
terhadap kejadian-kejadian yang baru saja kita saksikan.
Menurut Devito (Edisi Kelima : 64-65) yang dimaksud dengan
pengungkapan

diri

adalah

suatu

bentuk

komunikasi

di

mana

kita

mengungkapkan informasi tentang diri kita sendiri yang biasanya kita
sembunyikan,dikomunikasikan kepada orang lain. Jadi pengungkapan diri
adalah informasi tentang diri sendiri, tentang pikiran, perasaan, dan perilaku
seseorang atau tentang orang lain yang sangat dekat yang sangat dipikirkannya.
Menurut Taylor, dkk, (2009:334) pengungkapan diri (self disclosure)
adalah tipe khusus dari percakapan mana kita berbagi informasi dan perasaan
pribadi dengan orang lain.

7

Berdasarkan definisi self disclosure peneliti menyimpulkan self disclosure
adalah pengungkapan diri seseorang tentang perasaan, pengalaman dan
kejadian yang dialami saat ini kepada orang lain.
Untuk menjawab pertanyaan mengapa seseorang perlu memberitahu
orang lain tentang dirinya sendiri, maka hal tersebut harus dilihat sebagai suatu
siklus yang melibatkan 3 (tiga) hal yaitu pengungkapan diri, hubungan
persahabatan dan penerimaan terhadap diri sendiri. Adapun penjelasannya
adalah sebagai berikut:
a. Merupakan suatu hal yang sangat baik jika anda mengatakan kepada teman
atau orang lain yang berinteraksi dengan anda bagaimana mereka dapat
mempengaruhi anda. Dengan mengungkapkan perasaan dan berbagi
pengalaman maka akan dapat semakin mempererat hubungan persahabatan.
b. Penerimaan teman atau orang lain akan memudahkan anda untuk dapat
menerima kondisi diri anda sendiri.
c. Karena anda sudah dapat menerima diri sendiri dan merasa nyaman dengan
kondisi tersebut, maka anda lebih mudah untuk mengungkapkan diri
sehingga hubungan dengan teman anda terasa lebih menyenangkan.
d. Dengan adanya berbagai masukan dari orang lain, rasa aman yang tinggi,
dan penerimaan terhadap diri, maka anda akan dapat melihat diri sendiri
secara lebih mendalam dan mampu menyelesaikan berbagai masalah hidup.
2. Faktor-faktor Pengungkapan Diri (Self disclosure)
Menurut DeVito (tanpa tahun:65) pengungkapan diri terjadi lebih lancar
dalam situasi tertentu dari pada situasi yang lain, dan faktor- faktor yang
mempengaruhinya antara lain:
a. Besar kelompok
Pengungkapan diri lebih banyak terjadi dalam kelompok kecil dari
pada dalam kelompok besar. Diad (kelompok yang terdiri atas dua orang)
merupakan lingkungan yang paling cocok untuk pengungkapan diri. Dengan
satu pendengar, pihak yang melakukan pengungkapan diri dapat meresapi
tanggapan dengan cermat.

8

b. Perasaan menyukai
Yaitu membuka diri kepada orang-orang yang disukai atau cintai dan
tidak akan membuka diri kepada orang yang tidak disukai.
c. Efek Diadik
Merupakan pengungkapan diri bila orang yang bersama juga
melakukan pengungkapan diri. Efek diadik ini membuat kita merasa lebih
aman dan nyatanya memperkuat perilaku pengungkapan diri kita sendiri.
d. Kompetensi
Orang yag kompeten lebih banyak melakukan dalam pengungkapan
diri dari pada orang yang kurang kompeten. Mereka yang lebih kompeten
juga merasa diri mereka memang lebih kompeten dan karenanya menyukai
rasa percaya diri yang diperlukan untuk lebih memanfaatkan pengungkapan
diri.
e. Kepribadian
Orang-orang yang pandai bergaul (sociable) dan ekstrover melakukan
pengungkapan diri lebih banyak dari pada mereka yang kurang pandai
bergaul dan lebih introver.
f. Topik
Mereka lebih cenderung membuka diri tentang topik tertentu daripada
topik yang lain.
g. Jenis kelamin
Pada umumnya pria lebih kurang tebuka dari pada wanita.
3. Dimensi Pengungkapan Diri
Menurut

DeVito

dalam

Budiyatna

dan

Mutmainnah,

(2004:11)

mengungkapkan 5 dimensi pengungkapan diri (self disclosure)
a. Ukuran self disclosure
Ukuran self disclosure dapat dilihat dari frekuensi seseorang
melakukan self disclosure dan durasi pesan-pesan yang bersifat self
disclosure, yakni waktu yang diperlukan untuk menyatakan pengungkapan
diri tersebut.

9

b. Valensi self disclosure
Valensi self disclosure adalah kualitas positif dan negatif dari self
disclosure. Kita dapat mengungkapkan diri dengan baik dan menyenangkan
(self disclosure positif), atau dengan tidak baik dan tidak menyenangkan
(self disclosure negatif). Kualitas ini akan menimbulkan dampak yang
berbeda baik pada orang yang mengungkapkan diri maupun pada
pendengarnya
c. Kecermatan dan kejujuran
Kecermatan atau ketepatan dari self disclosure kita akan dibatasi oleh
sejauh mana kita tahu atau mengenal diri kita sendiri. Selanjutnya self
disclosure juga akan berbeda tergantung pada kejujuran. Kita dapat secara
total jujur atau tidak dapat melebih- lebihkan membuat detail-detail yang
penting atau berbohong
d. Tujuan atau maksud
Kita akan menyingkapkan apa yang kita tujuka untuk disingkapkan.
Dengan demikian kita akan sadar mengontrol self disclosure yang kita
lakukan
e. Keintiman
Kita dapat menyingkapkan hal- hal yang paling intim dalam hidup kita
atau hal yang kita anggap sebagai referensi atau impersonal, atau hal-hal
yang terletak antara kedua ekstrim ini.
Menurut Derlega et al (1993), terdapat dua dimensi dari pengungkapan diri:
a. Descriptive Self disclosure;pengungkapan diri yang berisi informasi dan
fakta- fakta tentang diri sendri yang bersifat kurang pribadi, seperti riwayat
keluarga, kebiasaan-kebiasaan, dan lain- lain.
b. Evaluative Self disclosure;pengungkapan diri yang berisi ekspresi mengenai
perasaan-perasaan, pikiran-pikiran, dan penilaian-penilaian pribadi seperti
perasaan cinta atau benci,peristiwa-peristiwa yanng memalukan.
4. Fungsi Self Disclosure
Miller dan Steinberg mengatakan bahwa self disclosure memiliki tiga
fungsi penting:

10

a. Sejumlah orang melakukan self disclosure untuk menjalankan tujuan katarsis;
untuk melegakan hati. Fungsi itu hanya dapat ditujukan pada pendengar yang
khusus, umumnya ketika individuingin mengetahui kesalahan yang telah
diperbuatnya.
b. Self disclosure berfungsi untuk membuat klarifikasi atas sesuatu persoalan
yang membingungkan atau mengganggu individu. Individu akan mencari
pendengar yang mampu membantunya untuk menangani tatau mengatasi
persoalan yang dihadapinya.
c. Self disclosure berguna bagi proses eskalasi suatu hubungan. Ketika individu
saling berbagi informasi yang bersifat pribadi satu sama lainya, mereka
cendrung akan merasa lebih intim dan dekat. Selain itu mereka cenderung
akan melihat hubungan mereka dalam pandangan antar pribadi.
Menurut

Sears

dalam

Hudaniah,

(2009:85),

ada

lima

fungsi

pengungkapan diri, yaitu:
a. Ekspresi diri (expression)
Dalam

kehidupan

ini

kadang-kadang

kita

mengalami

suatu

kekecewaan atau kesalahan, baik itu yang menyangkut pekerjaan ataupun
yang lainnya. Untuk membuang semua kekesalan itu biasanya kita akan
merasa senang bila bercerita pada seorang teman yang sudah kita percaya.
Dengan pengungkapan diri semacam ini kita mendapat kesempatan untuk
mengekspresikan perasaan kita.
b. Penjerbihan diri (self clarification)
Dengan saling berbagi rasa serta menceritakan perasaan dan masalah
yang sedang kita hadapi kepada orang lain, kita berharap agar dapat
memperoleh penjelasan dan pemahaman orang lain akan masalah yang kita
hadapi sehingga pikiran

kita akan menjadi lebih jernih dan kita dapat

melihat duduk persoalannya dengan lebih baik
c. Keabsahan sosial (social validation)
Setelah kita selesai membicarakan masalah yang sedang kita hadapi,
biasanya

pendengar

kita

akan

memberikan

tanggapan

mengenai

permasalahan tersebut. Sehingga dengan demikian kita akan mendapatkan

11

sesuatu informasi yang bermanfaat tentang kebenaran akn pandangan kita.
Kita dapat memperoleh dukungan dan sebaliknya.
d. Kendali sosial (social control)
Seseorang dapat menemukan atau menyembunyikan informasi tentang
kontrol sosial, misalnya orang akan mengatakan sesuatu yang dapat
menimbulkan kesan baik tentang dirinya
e. Perkembangan hubungan (relationship development)
Saling berbagi rasa dan informasi tentang diri kita kepada orang lain
serta saling mempercayai merupakan saran yang paling penting dalam usaha
merintis suatu hubungan sehingga akan semakin meningkatkan derajat
keakraban.

5. Hal-hal yang Menghambat Sel Disclosure
Budiyatna dan Mutmainnah (2004:7.14) mengungkapkan sejumlah
faktor yang menghambat individu untuk melakukan self disclosure, antara lain
sebagai berikut:
a. Societal bias (bias masyarakat)
Yang menyebabkan untuk melakukan self disclosure adalah kita
memiliki societal bias yang telah terinternalisasi, kita telah dikondisikan
untuk menolah self disclosure oleh masyarakat di mana kita tinggal. Societal
bias ini tercermin pada evaluasi kita terhadap perilaku penyingkapan diri
yang dilakukan pria dan wanita. Misalnya wanita yang mengingkapkan diri
umumnya dinilai positif, sedangkan sebaliknya pria mendapat penilaian
negatif.
b. Kekhawatiran akan hukuman
Banyak orang enggan melakukan self disclosure karena khawatir akan
mendapatkan hubungan, umumnya dalam bentuk penolakan. Kita khawatir
orang lain akan menertawakan atau berbisik-bisik tentang kita jika kita
menyingkapkan diri bahkan kekha watiran ini bisa berbentuk kekuatan akan
kehilangan pekerjaan atau teman.

12

c. Kekhawatiran akan self-knowledge (Pengetahuan tentang diri)
Alasan lain yang mungkin menghambat self disclosure adalah apa
yang disebut Egan dengan kekhawatiran akan self disknoeledge. Kita telah
membangun gambaran yang indah dan rasional tentang diri kita, yang
menekankan aspek positif dan meminimalkan aspek negatif. Self disclosure
sering memaksa kita untuk melihat yang indah dan rasional tentang diri kita,
yang menentukan aspek positif dan negatif yang sebelumnya tersembunyi.
Self disclosure akan memberikan perspektif baru tentang diri kita sendiri.
6. Teori Self disclosure
Menurut Liliweri (1997:48) menjelaskan berbagai teori yang berkenaan
dengan hubungan antar manusia adalah Teori Self disclosure yaitu teori ini
sering disebut teori Johari Window. Para pakar beranggapan bahwa kepribadian
menganggap bahwa model teoritis yang dia ciptakan merupakan dasar untuk
menjelaskan dan memahami interaksi antar pribadi secara manusiawi. Asumsi
Johari bahwa kalau setiap individu bisa memahami diri sendiri maka dia bisa
mengendalikan sikap dan tingkah lakunya di saat berhubungan dengan orang
lain. Garis besar model teoritis Jendela Johari dapat dilihat dalam gambar
berikut:
Saya tahu

Saya tidak tahu

Orang lain tahu

1. Terbuka

2. Buta

Orang lain tidak tahu

3. Tersembunyi

4. Tidak dikenal

Berdasarkan gambar di atas dapat diasumsikan sebagai berikut:
a. Bingkai 1, menunjukkan orang yang terbuka terhadap orang lain,
keterbukaan itu di sebabkan dua pihak (saya dan orang lain) sama-sama
mengetahui informasi, perilaku, sikap, perasaan, keinginan, motivasi,
gagasan dan lain- lain. Johari menyebutnya “bidang terbuka”, suatu bingkai
yang paling ideal dalam hubungan dan komunikasi antarpribadi.
b. Bingkai 2, adalah bidang buta, orang tua merupakan orang yang tidak
mengetahui banyak hal tentang dirinya sendiri namun orang lain mengetahui
banyak hal tentang dia.

13

c. Bingkai 3, Disebut bidang tersembunyi yang menunjukkan keadaan bahwa
pelbagai hal diketahui diri sendiri namun tidak diketahui orang lain
d. Bingkai 4, disebut bidang tidak dikenal yang menunjukkan bahwa pelbagai
hal tidak diketahui diri sendiri dan orang lain.
Model jendela Johari dibangun berdasarkan delapan asumsi yang
berhubungan dengan prilaku manusia. Asumsi-asumsi itu menjadi landasan
berpikir para kaum humanistik, di mana asumsi-asumsi tersebut dapat
dijelaskan sebagai berikut:
a. Asumsi 1, pendekatan terhadap perilaku manusia harus dilakukan secara
holistik, artinya kalau kita hendak menganalisis perilaku manusia maka
analisis itu harus menyeluruh sesuai konteks dan jangan terpenggal-penggal.
b. Asumsi 2, Apa yang dialami seseorang atau sekelompok orang hendaklah
dipahami melalui persepsi dan perasaan tertentu, meskipun pandangan itu
subjektif.
c. Asumsi 3, Perilaku manusia lebih sering emosional bukan rasional.
Pendekatan humanistik terhadap perilaku sangat menekankan betapa
pentingnya hubungan antara faktor emosi dengan perilaku
d. Asumsi 4, setiap individu atau sekelompok orang sering tidak menyadari
bahwa tindakan-tindakanna dapat menggambarkan perilaku individu atau
kelompok tersebut. Oleh karena itu, para pakar aliran humanistik sering
mengemukakan pendapat mereka bahwa sering individu atau kelompok
perlu meningkatkan kesadaran sehingga mereka dapat mempengaruhi dan
dipengaruhi orang lain.
e. Asumsi 5, faktor- faktor yang bersifat kualitatif misalna derajat penerimaan
antar pribadi, konflik, kepercayaan antarpribadi merupakan faktor penting
yang mempengaruhi perilaku manusia.
f. Asumsi 6, aspek yang terpenting dari perilaku ditentukan oleh proses
perubahan perilaku bukan oleh struktur perilaku. Berdasarkan asumsi ini
maka teori-teori yang dikembangkan oleh kaum humanistik selalu
mengutamakan tema-tema perubahan dan pertumbuhan perilaku manusia.

14

g. Asumsi 7, kita dapat memahami prinsip-prinsip yang mengatur perilaku
melalui pengujian terhadap pengalaman yang dialami individu. Cara ini
relatif lebih baik daripada kita memahami perilaku melalui abstraksi secara
deduksi. Asumsi ini mengingatkan kita, bahwa empiris fenomenologis
terhadap perilaku melalui pengamatan empiris dari pelbagai pengalaman
masih kuat daripada suatu sekadar mengabstraksi perilaku manusia sematamata
h. Asumsi 8, perilaku manusia dapat dipahami seluruh kompleksitasnya bukan
dari sesuatu yang disederhanakan. Asumsi ini berkaitan erat dengan asumsi
pertama yang menganjurkan suatu pendekatan yang holistik terhadap
perilaku manusia.
Bingkai-bingkai dari jendela Johari tersebut dapat digeser sehingga
ruang-ruang

1,2,3

dan

4

dapat

dibesarkan

dan

dikecilkan

untuk

menggambarkan tingkat keterbukaan individu dan penerimaan orang lain
terhadap individu.
Facebook
Dalam situs facebook.com dinyatakan bahwa Facebook adalah sarana
sosial yang menghubungkan orang-orang dengan teman dan rekan mereka
lainnya yang bekerja, belajar, dan hidup di sekitar mereka.
Sedangkan dalam Wikipedia dijelaskan bahwa Facebook adalah sebuah
situs web jejaring sosial populer yang diluncurkan pada 4 Februari 2004.
Facebook didirikan oleh Mark Zuckerberg, seorang mahasiswa

Harvard

kelahiran 14 Mei 1984 dan mantan murid Ardsley High School. Pada awal
masa kuliahnya situs web jejaring sosial ini, keanggotaannya masih dibatasi
untuk mahasiswa dari Harvard College. Dalam dua bulan selanjutnya,
keanggotaannya diperluas ke sekolah lain di wilayah Boston (Boston College,
Universitas Boston, MIT, Tufts), Rochester, Stanford, NYU, Northwestern, dan
semua sekolah yang termasuk dalam Ivy League. Banyak perguruan tinggi lain
yang selanjutnya ditambahkan berturut-turut dalam kurun waktu satu tahun
setelah peluncurannya. Akhirnya, orang-orang yang memiliki alamat surat-e
suatu universitas (seperti: .edu, .ac, .uk, dll) dari seluruh dunia dapat juga

15

bergabung dengan situs jejaring sosial ini. Selanjutnya dikembangkan pula
jaringan untuk sekolah-sekolah tingkat atas dan beberapa perusahaan besar.
Sejak 11 September 2006, orang dengan alamat surat apa pun dapat mendaftar
di Facebook. Pengguna dapat memilih untuk bergabung dengan satu atau lebih
jaringan yang tersedia, seperti berdasarkan sekolah, tempat kerja, atau wilayah
geografis.
Situs social networking atau jejaring sosial ini begitu popoler buat
pengguna internet, hampir setiap orang yang dapat mengakses internet
mempunyai account di facebook. Berbagai fasilitas yang diberikan facebook
seperti berkomunikasi melalui chat, atau berbagi informasi dengan mengupdate
status, bersilaturahim dengan kawan dan kerabat, juag bisa menemukan teman
baru. Mengirim dan menerima email juga bisa dilakukan, selain berbagi /
sharing foto, video, informasi kegiatan, mengundang teman untuk acara atau
kegiatan lainnya, bahkan bisa dijadikan sarana promosi. Selain menawarkan
berbagai macam fasilitas, keamanan data pengguna facebook juga mempunyai
level yang baik, dimana hanya teman yang masuk dalam daftar list yang bisa
mengakses data kita.
Pengertian Remaja
Hurlock (1996:206) menjelaskan istilah remaja atau adolesence berasal
dari bahasa latin adolencrere (kata bendanya adolescentia yang berarti remaja)
yang berarti “tumbuh” atau “tumbuh menjadi dewasa”. Dalam pengertian yang
lebih luas mencakup kematangan mental sosial dan fisik.
Mappiare (tanpa tahun:25) mengemukakan sebelas masa rentang
kehidupan dan masa remaja dibagi dalam dua kategori yang termasuk rentang
ketujuh dan delapan, yaitu masa remaja awal; usia 13 tahun sampai 16 tahun
dan masa remja akhir; usia 17 tahun sampai 21 tahun.
Pendapat yang mengenai pembagian masa remaja dikemukakan oleh
Gilmer (dalam Sulaiman, 1995:3). Gilmer membagi masa remaja menjadi tiga
bagian, yaitu masa pra remaja (pre adolescence) berkisar antara usia 10 sampai
13 tahun, masa remaja awal berkisar antara usia 13 sampai 17 tahun, dan masa
remaja akhir berkisar antara usia 18 sampai 21 tahun. Hal ini berlaku bagi

16

remaja laki- laki yang biasa mencapai kematangan lebih lambat daripada remaja
wanita. Sedangkan untuk remaja wanita yang biasa matang lebih cepat,
pembagiannya adalah pra remaja (pre adolescence) datang pada usia 10 sampai
11 tahun, remaja awal antara usia 12 sampai 16 tahun, dan remaja akhir antara
usia 17 sampai 21 tahun.
Karakteristik Anak Usia Remaja
Menurut Desmita (2010:37) masa remaja merupakan masa peralihan
antara masa kehidupan anak-anak dan masa kehidupan orang dewasa. Masa
remaja sering disebut dengan masa pencarian jati diri. Masa remaja ditandai
dengan sejumlah karakteristik penting, yaitu:
a. Mencapai hubungan yang matang dengan teman sebaya
b. Dapat menerima dan belajar pesan sosial sebagai pria atau wanita dewasa
yang dijunjung tinggi oleh masayarakat
c. Menerima keadaan fisik dan mampu menggunakannya secara efektif
d. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan dewasa linnya
e. Memilih dan mempersiapkan karier di masa depan sesuai dengan minat dan
kemampuannya
f. Mengembangkan sikap positif terhadap pernikahan, hidup berkeluarga dan
memiliki anak
g. Mengembangkan

keterampilan

intelektual

dan

konsep-konsep

yang

diperlukan sebagai warga negara
h. Mencapai tingkah laku yang bertanggung jawab secara sosial
i. Memperoleh seperangkat nilai dan sistem etika sebagai pedoman dalam
bertingkah laku.
j. Mengembangkan wawasan keagamaan dan meningkatkan religiusitas.
B. Rumusan Masalah
Dari uraian dan penjelasan pada latar belakang di atas maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah : ”Bagaimana alasan siswa-siswi Madrasah
Aliyah (MA) Nurul Ulum Lajing Arosbaya Bangkalan Madura menggunakan
facebook sebagai pengungkapan diri (self disclosure)”?

17

C. Tujuan Pene litian
Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
alasan siswa-siswi Madrasah Aliyah (MA) Nurul Ulum Lajing Arosbaya
Bangkalan Madura menggunakan facebook sebagai pengungkapan diri (self
disclosure)

D. Manfaat Penelitian
1. Secara Teoritis
Bahwa penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan
pemikiran yang dapat memperkaya ilmu pengetahuan bagi ilmu psikologi,
khususnya psikologi perkembangan.
2. Secara Praktis
a. Dapat digunakan oleh pihak yayasan untuk mengetahui permasalahan apa
yang dialami oleh siswa-siswi yang tidak dapat diungkapkan secara
langsung kepada guru ataupun pihak yayasan sendiri.Sehingga dapat
meminimalisir kenakalan remaja yang disebabkan oleh media elektronik
khususnya facebook.
b. Dapat membantu siswa-siswi untuk belajar terbuka secara langsung
sehingga ketika memiliki masalah mereka bisa bercerita pada keluarga
ataupun guru dan bisa mendapatkan jalan keluar.
c. Dapat membantu para orang tua dan guru bisa lebih terbuka dalam
berkomunikasi pada anak-anak dan murid agar ketika mereka dalam
menghadapi masalah bisa segera teratasi dengan adanya keterbukaan
tersebut.
E. Rancangan Penelitian
1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian ini adalah MA. Nurul Ulum yang berlokasi di Dusun
Pocogan I Desa Lajing Kecamatan Arosbaya Kabupaten Bangkalan. Sedangkan
waktu penelitian ini dilakukan pada 25 Oktober 2010 – 15 Februari 2011

18

2. Subjek Penelitian
Penelitian ini menekankan pada data yang lengkap dan mendalam, bukan
pada banyaknya subyek. Subyek yang diperlukan adalah subyek yang
menggunakan facebook selama 1 tahun. Subyek yang dijadikan penelitian
adalah siswa yang menggunakan facebook sebagai pengungkapan diri. Dalam
penelitian ini subjek berjumlah 3 orang.
3. Metode Pengumpulan Data
Adapun metode Pengumpulan Data yang Digunakan dalam Penelitian ini
adalah dengan cara :
a. Observasi
yaitu dengan cara melakukan pengamatan secara langsung terhadap subek
yang diteliti, yaitu siswa kelas XI MA Nurul Ulum Arosbaya-Bangkalan
b. Interview
metode wawancara yang digunakan adalah semi terstruktur untuk
memungkinkan diperolehnya data yang obyektif (Zuriah,2006).
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu
dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang
mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan
jawaban atas pertanyaan itu (Moleong, 2008 : 186).
Wawancara merupakan suatu proses interaksi dan komunikasi verbal
dengan tujuan untuk mendapatkan informasi penting yang diinginkan.
Dalam kegiatan wawancara terjadi hubungan antara dua orang atau lebih,
dimana keduanya berperilaku sesuai dengan status dan peranan mereka
masing – masing.
Dalam wawancara ini, pewawancara menggunakan guide interview
atau pedoman wawancara sebagai titik fokus pokok permasalahan atau
persoalan dan disajikan dalam bentuk pertanyaan – pertanyaan untuk
menggali masalah yang akan diungkap dalam penelitian yaitu pertanyaan
tentang

bagaimana

pengungkapan diri.

alasan

siswa

menggunakan

facebook

sebgai

19

c. Dokumentasi
mengumpulkan dan mempelajari dokumen-dokumen siswa yang ada
disekolah. Dokumen tersebut berupa arsip siswa bimbingan konseling,
presensi.
4. Teknik Analisa Data
Analisis data merupakan bagian dalam melakukan penelitian. Dalam
penelitian kwalitatif, analisis data yang telah ditemui sejak pertama peneliti
datang kelokasi penelitian, dimana dilaksanakan secara intensif sejak awal
pengumpulan data dilapanganan sampai akhir data terkumpul semua. Analisis
data dipakai untuk memberikan arti dari data-data yang telah dikumpulkan.
Analisis data merupakan proses mengatur urutan data, mengorganisasikan
dalam suatu pola dan ukuran untuk dijadikan suatu kesimpulan. Jadi analisis
dimulai dari data kemudian dibawa menuju kesimpulan. Kesimpulan
didasarkan pada data yang diperoleh dari penelitian, dimana sifatnya terbuka.
Analisis data merupakan proses mengatur urutan data, mengorganisasikan
dalam suatu pola dan ukuran untuk dijadikan suatu kesimpulan. Jadi analisis
dimulai dari data kemudian dibawa menuju kesimpulan. Kesimpulan
didasarkan pada data yang diperoleh dari penelitian, dimana sifatnya terbuka.
Menurut Patton (dalam Moleong 2007:103) analisis data merupakan proses
pengurutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan
satuan uraian dasar.
Pada penelitian kwalitatif data yang terkumpul sangat banyak dan dapat
terdiri dari berbagai jenis data, baik berupa catatan lapangan dan komentar
peneliti. Oleh karena itu, diperlukan adanya pekerjaan analisis data yang
meliputi

pekerjaan

mengatur,

mengelompokkan,

pemberian

kode

dan

mengkategorikannya (Moleong, 2007:103).
Dalam penelitian ini secara umum analisis bergerak secara induktif yakni
analisis yang dimulai dari data la lu mengarah menuju kesimpulan. Data yang
terkumpul dianalisis menjadi dua tahap yakni data dilapangan dan data setelah

20

lapangan, analisa dilapangan meliputi pengecekan, pengorganisasian, dan
penyederhanaan.
6. Keabsahan Data
Adapun teknik keabsahan data yang digunakan alam penelitian ini adalah
dengan cara triangulasi, yaitu memeriksa kebenaran data yang diperoleh kepada
pihak-pihak lain yang dapat dipercaya untuk keperluan pengecekan atau sebagai
pembanding, misalnya dari guru sekolah,teman subyek maupun guru BP.