HUBUNGAN DIPLOMATIK INDONESIA-BELANDA PASCA TUNTUTAN PELANGGARAN HAM RI OLEH REPUBLIK MALUKU SELATAN (RMS) DI PENGADILAN HAM BELANDA

(1)

1 HUBUNGAN DIPLOMATIK INDONESIA-BELANDA PASCA

TUNTUTAN PELANGGARAN HAM RI OLEH REPUBLIK MALUKU

SELATAN (RMS) DI PENGADILAN HAM BELANDA

SKRIPSI

Di susun dan diajukan untuk memenuhi salah satu salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ilmu Politik (S.IP) Strata-1

Jurusan Ilmu Hubungan Internasional

Disusun Oleh :

MOKSEN ASSAGAF

08260080

JURUSAN HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG


(2)

2

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI

Nama : Moksen Assagaf

NIM : 08260080

Jurusan : Hubungan Internasional Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Judul Skripsi : HUBUNGAN DIPLOMATIK INDONESIA-BELANDA

PASCA TUNTUTAN PELANGGARAN HAM RI OLEH

REPUBLIK MALUKU SELATAN (RMS) DI

PENGADILAN HAM BELANDA.

Disetujui

DOSEN PEMBIMBING

Pembimbing I Pembimbing II

Ruli Inayah Ramadhan., M.Si Nurudin., M.Si

Mengetahui,

Dekan Ketua Jurusan

FISIP UMM Hubungan Internasional

Dr. Wahyudi., M.Si Tonny Dian Effendi., M.Si


(3)

3 LEMBAR PENGESAHAN

Nama : Moksen Assagaf

Nim : 08260080

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan : Ilmu Hubungan Internasional

Judul Skripsi : Hubungan Diplomatik Indonesia-Belanda Pasca Tuntutan Pelanggaran HAM RI Oleh Republik Maluku Selatan (RMS) Di Pengadilan HAM Belanda.

Telah dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Jurusan Ilmu Hubungan Internasional Dan dinyatakan LULUS

Pada hari : Senin Tanggal : 24 Desember 2012

Tempat : Ruang Lab Hubungan Internasional

Mengesahkan Dekan FISIP – UMM

Dr. Wahyudi, M.Si

Dewan Penguji :

1. Ruli Inayah Ramadhoan., M.Si ( )

2. Ayusia Sabhita Kusuma., M.Soc.Sc ( )

3. Tonny Dian Effendi., M.Si ( )

4. Nurudin., M.Si ( )


(4)

4 PERNYATAAN ORISINALITAS

Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Moksen Assagaf

NIM : 08260080

Jurusan : Hubungan Internasional Fakultas : Ilmu sosial dan Ilmu Politik

Menyatakan bahwa karya ilmiah (skripsi) dengan judul :

HUBUNGAN DIPLOMATIK INDONESIA-BELANDA PASCA TUNTUTAN PELANGGARAN HAM RI OLEH REPUBLIK MALUKU SELATAN (RMS) DI PENGADILAN HAM BELANDA

Adalah bukan karya tulis Ilmiah (skripsi) orang lain, baik sebagian ataupun seluruhnya, kecuali dalam bentuk kutipan yang telah saya sebutkan sumbernya dengan benar.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila pernyataan ini tidak benar, saya bersedia mendapat sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Malang, 24 Desember 2012 Yang menyatakan

Moksen Assagaf


(5)

5

BERITA ACARA BIMBINGAN SKRIPSI

Nama : Moksen Assagaf NIM : 08260080

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan : Ilmu Hubungan Internasional

Judul Skripsi : Hubungan Diplomatik Indonesia – Belanda Pasca Tuntutan Pelanggaran HAM RI Oleh Republik Maluku Selatan (RMS) di Pengadilan HAM Belanda

Pembimbing : 1. Ruli Inayah Ramadhoan, M.Si 2. Nurudin, M.Si

Tanggal Paraf

Pembimbing 1

Tanggal Paraf

Pembimbing 2 Keterangan 12 Desember 2011 12 Desember 2011 Pengajuan Judul

26 Juni 212 26 Juni 2012 Seminar

Proposal

26 Juli 2012 26 Juli 2012 ACC BAB I

09 Agustus 2012

09 Agustus 2012

ACC BAB II

19 September 2012 19 September 2012 ACC BAB III 19 September 2012 19 September 2012 ACC BAB IV 24 Desember 2012 24 Desember 2012 ACC ujian skripsi v


(6)

6 UNGKAPAN PRIBADI

Tiada Hadiah Yang Termulia

Kecuali Hadiah Berupa Cinta Kasih Orang Tua Tiada Karunia Yang Paling Diidam-Idamkan Kecuali Karunia Ilahi Berupa Islam dan Iman

Motto :

Hidup Bermanfaat Untuk Orang Lain !!


(7)

7 KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas limpahan rahmat dan hidayahnya beserta junjungan besar Nabi MUHAMMAD SAW atas pencerahan kepada seluruh umatnya. Alhamdulillah telah diselesaikannya skripsi dengan judul HUBUNGAN DIPLOMATIK INDOENSIA-BELANDA PASCA TUNTUTAN PELANGGARAN HAM RI OLEH REPUBLIK MALUKU SELATAN (RMS) DI PENGADILAN HAM BELANDA. Sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana strata 1 jurusan Hubungan Internasional.

Skripsi ini berusaha untuk menganalisa sesuai data yang diperoleh penulis untuk mendapat jawaban dari rumusan masalah mengenai bagaimana hubungan diplomatik Indonesia-Belanda pasca pelanggaran HAM RI oleh RMS di Pengadilan Belanda.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan berjalan baik tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu saya mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini, yaitu kepada : 1. Kepada ALLAH SWT Alhamdulillah yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya. 2. Kepada bapak Ruli Inayah Ramadhoan, M.Si selaku Dosen Pembimbing 1 terima

kasih atas bimbingannya selama penyusunan skripsi ini.

3. Kepada Bapak Nurudin, M.Si selaku Dosen pembimbing 2 terima kasih atas waktu dan bimbingannya selama ini.

4. Kepada keluarga besar Jurusan Hubungan Internasional (HI) mulai ketua jurusan sampai dengan staff pengajar.

5. Kepada orang tua yang selama ini telah memberikan doa serta motivasi serta dukungan kepada saya sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini.

6. Tidak lupa juga saya ucapkan kepada teman saya yaitu Dimas, Pandu, Kartika, Kimpet, Mamat, Rizki, Rafi, raid, Haidar, Sarif, Fitri dan teman-teman angkatan ’08 -09 serta teman-teman seperjuangan kelas HI B dan semua teman yang namanya tidak bisa saya sebutkan satu per satu yang telah membantu serta memberikan motivasi kepada saya selama dalam penyusunan skripsi ini.


(8)

8 Mengingat keterbatasan kemampuan pengetahuan dan pengalaman yang penulis miliki, maka penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan sehingga diharapkan saran dan kritik yang dapat membangun guna kesempurnaan skripsi ini nantinya agar berguna bagi seluruh pembacanya. Terima kasih.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Malang. 24 Desember

Moksen Assegaf


(9)

9

ABSTRAKSI

Name : Moksen Assegaf NIM : 08260080

Judul : Hubungan Diplomatik Indonesia-Belanda Pasca Tuntutan Pelanggaran HAM RI Oleh RMS di Pengadilan HAM Belanda Indonesia Belanda mula memperbaiki hubungan antara negaranya terutama dalam hal kerjasama bilateral lewat jalur diplomasi. Hubungan antara kedua negara psikologis masyarakat Indonesia yang pernah mendapatkan penjajahan di negara Belanda di masa kolonialisme. Selain itu timbulnya gerakan separatis Republik Maluku Selatan menjadi sebuah ancaman pemutusan hubungan diplomatik kedua negara yang disebabkan dengan adanya tuntutan pelanggaran HAM yang diajukan ke pengadilan HAM Den Haag oleh RMS. Sehingga dengan adanya tuntutan tersebut yang bertetapan dengan jadwal agenda Presiden SBY, untuk berkunjung ke Belanda, terkait dengan kasus pelanggaran HAM yang dilakukan aparat keamanan Indonesia Densus 88 kepada aktivitas RMS di Indonesia yang ditangkap dengan tuduhan mengibarkan bendera RMS dan menarikan tarian Caklele di saat upacara Harganas (Hari Keluarga Nasional) yang dihadiri oleh Prisedin SBY dan tamu asing di Ambon.

Penelitian ini berusaha untuk mendeskripsikan hubungan diplomatik Indonesia-Belanda pasca tuntutan pelanggaran HAM RI yang diajukan RMS ke pengadilan Den Haag, Belanda Penelitian ini akan dijabarkan dalam bentuk deskriptif analitis dengan periode waktu 2006-2011 yang mana hubungan kerjasama bilateral dan diplomasi kedua negara mulai terjalin. Metode yang kemudian adalah studi literatur yaitu dengan mengumpulkan data – data untuk kemudian di analisa dan literatur dalam penelitian. Dalam analisis data tersebut peneliti menemukan bahwa hubungan diplomatik Indonesia-Belanda pasca tuntutan pelanggaran HAM RI yang diajukan oleh RMS mengalami intensitas kerjasama yang meningkat. Hal tersebut dikarenakan adanya upaya dari kedua negara untuk serius memperbaiki hubungan diplomasi yang dapat saling menguntungkan, serta memperkuat kemitraan kerjasama demi kepentingan nasional masing – masing negara. Hal ini tidak terlepas dari kinerja para aktor diplomat dalam usaha meningkatkan hubungan bilateral kerjasama segala bidang melalui diplomasi.

Kata Kunci : Bilateral, Diplomasi, HAM

Malang, 27 November 2012 Disetujui

Pembimbing I Pembimbing II

Ruli Inayah Ramadhan, M.Si Nurudin,M.Si


(10)

10

ABSTRACT

Name : Moksen Assegaf NIM : 08260080

Judul : Diplomatic Relations between Indonesia and Netherlands post-RMS demands about human right violent to the Netherlands Court of Human Right

Indonesia-Nethehrlands begin to improve their relations, particularly in terms of bilateral cooperation through diplomatic channels. Relations between the two countries is not easy to do, dealing with Indonesian burden of history and psychological wound caused by Netherlands occupation in Indonesia. In addition, the emergence of separatist movement Republic of South Maluku (RMS) became a threat to discontinue the diplomatic relations between the two countries due to the demand of human right violent diplomatic relations between the two countries due to the demand of human right violent proposed by RMS to the Netherlnads Court of Human Right. Indonesian President agenda to pay visit to Netherlands was abruptly canceled because of the demand. One of the RMS demand regarding their Human Right issue is to arrest and prosecute the President in his visit to Netherlands. The demand is associated with human right violent by the Indonesian security force (Densus 88) to RMS activist who were arrested on suspicion of flying the RMS flag and dance Cakalele at the National Family Day attended by President Susilo Bambang Yudhoyo9no and foreign guest in Ambon.

This study try to describe the diplomatic relations between Indonesia and Netherlands after the demand of human right violence proposed by RMS to the Hague Court of Human Right, Netherlands. This study will be outlined in the form of descriptive analysis in the period of 2006 – 2011 where bilateral and diplomatic relations between the two countries began to tied. This is a literature study, collect data then analysis it and literature in research. In the analysis, researcher found that the diplomatic relations between Indonesia and Netherlands post the demand shown that their cooperation increased intensively. This is due to the effort of the two countries to seriously improve their diplomatic relations and to strengthen partnership for the sake of their national interest. It related to diplomats role in the effort to improve bilateral cooperation in all sectors through diplomacy.

Keywords : Bilateral, Diplomasi, HAM

Malang, 27 November 2012 Approve by,

Advisor I Advisor II

Ruli Inayah Ramadhan, M.Si Nurudin, M.Si


(11)

11 DAFATA ISI

LEMBAR PERSETUJUAN... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

PERNYATAAN ORISINALITAS ... iv

BERITA ACARA BIMBINGN SKRIPSI ... v

UNGKAPAN PRIBADI ... vi

KATA PENGATAR ... vii

ABSTRAKSI ... ix

ABSTRAC ... x

DAFTAR ISI ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

1.4.1 Manfaat Akademis... 6

1.4.2 Manfaat Praktis ... 6

1.5 Penelitian Terdahulu ... 7

1.6 Landasan Konsep ... 10

1.6.1 Konsep Hubungan Bilateral ... 10

1.6.2 Konsep Hubungan Diplomatik ... 13

1.6.3 Konsep Hukum HAM Internasional ... 15

1.7 Metode Penelitian ... 21

1.7.1 Batasan Waktu ... 21

1.7.2 Batasan Materi ... 21

1.7.3 Jenis Penelitian ... 22

1.7.4 Variabel Penelitian dan Variabel Analisis ... 22

1.7.5 Metode Pengumpulan Data ... 23

1.8 Argumen Pokok ... 23

1.9 Sistematik Penulisan ... 23


(12)

12 BAB II Hubungan Diplomatik Indonesia-Belanda dan Tuntutan RMS

terhadap Indonesia di Pengadilan HAM Belanda ... 26

2.1 Hubungan Diplomatik Indonesia-Belanda Sebelum (Pra) Tuntutan Pelanggaran HAM ... 26

2.2 Tuntutan Pelanggaran HAM oleh RMS Terhadap Indonesia di Pengadilan ham Belanda ... 39

2.2.1 Pengajuan dan Isi Pengajuan Tuntutan Oleh RMS ... 39

2.2.2 Respon Pengendalian HAM Belanda atas Tuntutan Pelanggaran Ham ... 42

BAB III DAMPAK TUNTUTAN PELANGGARAN HAM OLEH RMS TERHADAP HUBUNGAN DIPLOMATIK INDONESIA-BELANDA ... 46

3.1 Hambatan Hubungan Diplomasi Indonesia Belanda ... 48

3.1.1 Pembatalan Kunjungan Pemerintah Indonesia je Belanda ... 48

3.1.2 Upaya Internasionalisasi RMS Melalui Isu HAM... 57

3.2 Pasang Surut Hubungan Indonesia-Belanda ... 61

3.2.1 Kontroversi Batalnya kunjungan presiden SBY ke Belanda .... 64

3.2.2 Kegagalan Diplomat Indonesia atas kasus RMS ... 69

3.3 Intensifitas Hubungan Diplomasi dan Kerjasama Indonesia-Belanda Pasca Tuntutan HAM ... 73

3.4 Pembelaan Negara Indonesia Terkait Tuntutan HAM ... 79

BAB IV PENUTUP ... 83

4.1 Kesimpulan ... 83

4.2 Saran ... 86

4.2.1 Akademis ... 86

4.2.2 Praktis ... 86

DAFTAR PUSTAKA ... 88


(13)

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Irsan. 2010. Peluang dan Tantangan Diplomasi Indonesia. Jakarta : Grafindo Khazna Ilmu.

Binsar Gultom. 2010. Pelanggaran HAM dalam Hukum Keadaan darurat di Indonesia. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Hassan Suryono. 2009. Implementasi dan Sinkronisasi HAM Intenasional dan Nasional. dalam Muladi (Ed.) Hak Asasi manusia: Hakekat, Konsep dan Implikasinya dalam Perspektif Hukum dan Masyarakat. Bandung: PT. Refika Aditama

Mark, R Amustuzt.1995. Internasional Conflict and Cooperation an Introduction to World Politics. Amerika : W.M.C. Brown Communication

Mohammad Shoelihin. 2011. Diplomasi Praktek Komunikasi Internasional. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Mohtar Mas’ode. 1987 .Ilmu Hubungan Internasional Disiplin dan Metodologi. Jakarta : LP3ES

Muladi. 2004. Hak Asasi manusia: Hakekat, Konsep dan Implikasinya dalam Perspektif Hukum dan Masyarakat. Bandung: PT. Refika Aditama.

Perwita Anak agung Banyu dan Yanyan Mochammad yani. 2006. Pengantar Ilmu Hubungan Internasional. Bandung : PT Remaja Rosodakarya. Samuel Waliruny. 2010. Membongkar Kositurasi di Balik Konflik Maluku.

Jakarta :Yayasan Pustaka Obor Indonesia.

Starke. J. G.1988. Pengantar Hukum Internasional. Sinar grafika: Jakarta

Teuku Rizasyah. 2008. Politik Luar Negeri Indonesia Antara Idelisme dan Praktek. Bandung : Humaniora.

Diakses melalui internet :

Edy Prasetyono. Perkembangan Internasional dan Kepentingan nasional Indonesia. Diakses dari internet dalam bentuk pdf tanggal 2 Desember 2011.

KBRI Den Haag,“Hubungan Indonesia-Belanda Semakin Menguat”. http://www.rakyatmerdekaonline.com/news.php?id=9952. 2 Desember 2011


(14)

Admin,”PeresidenSBY batal berkunjung keBelanda”

http://www.qumindo.com/post-presiden-sby-batal-berkunjung-ke-belanda.html. 2 desember 2011

AnwarKhumaini,”SBY Batalke Belanda”

http://dunia.vivanews.com/news/read/208840-dubes-belanda--tentang-sby-dan-irfan-bachdim. di akses dari internet 4 2011

Dian,“Kerjasama Bilateral Kedutaan Besar Belanda-Indonesia pada bidang

Pembangunan, Pendidikan dan Masalah Air”

http://galz25.wordpress.com/2010/04/21/kerjasama-bilateral-kedutaan- besar-belanda-indonesia-pada-bidang-pembangunan-pendidikan-dan-masalah-air/.Diakses dari internet tanggal 2 Desember 2011.

Deden Gunawan,”Ganguan Suharto, Ganjalan SBY”

http://sudarjanto.multiply.com/journal/item/18152?&show_interstitial=1& u=%2Fjournal%2Fitem. Diakses internet tanggal 4 Desember 2011.

Depdabri,”Profile Bilateral” dalam httP://akln. Setjen. Depdabri. go. Id/ index. Php. 7 Desember 2011

Harianto,”Sejarah singkat kelompok rms di

belanda,” http://kabarnet.wordpress.com/2010/10/08/sejarah-singkat-kelompok-rms-di-belanda/ Diakses internet tanggal 4 Desember.

Peresiden rms mengajukan penangkapan sby di denhaag melalui pengadilan ham,”http://Desteasyseo.com/john wattilete-presiden-rms-mengajukan-penangkapan-sby-di-denhaag-melalui-pengadlan-ham/1454. Diakses internet tanggal 4 Desember 2011

Kompas,”SBY Jadi Berita Hangat di Belanda”

http://nasional.kompas.com/read/2010/10/05/20471425/SBY.Jadi.Berita.Hangat.d i.Belanda. di akses dari internet 4 desember 2011

Jakartapress,”Presiden RMS: Ini Kemenangan Kami”

http://dunia.vivanews.com/news/read/208840-dubes-belanda--tentang-sby-dan-irfan-bachdim. di akses dari internet 4 desember 2011

Johanis, “politik hamkam Terkait RMS, Polisi Pantau Situasi Malukudalam http://www.berita2.com/nasional/68-politik--hankam.html?start=102, internet tanggal 2 Desember 2011

Maria Benedicta Nusmese,”Dampak Gerakan Separatis Republik Maluku Selatan (RMS) Terhadap Hubungan Luar Negeri Indonesia-Belanda http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/535/jbptunikompp-gdl-mariabened-26717-7-unikom_m-v.pdf, internet tanggal 4 Desember 2011


(15)

News.detik, “Australia Diminta Urus Pelanggaran HAM di Negeri Sendiri,” http://news.detik.com/read/2010/09/14/020610/1439943/10/australia-diminta-urus-pelanggaran-ham-di-negeri-sendiri.detikNews, internet tanggal 2 Desember 2011

Srinilam Iwarezki Astha.” Intervensi Amerika Serikat (AS) Terhadap pelanggaran

Hak Asasi Manusia (HAM) di China,

http://repository.unhas.ac.id/handle/123456789/1266 Diakses dari internet tanggal 20 desember 2011.

Sumarjo.”taman bacaan” http://sumarjo.com.taman baca//co.id-ham/1454. Diakses dari internet tanggal 4 Desember 2011.

Sudarjanto.multiplyihttp://sudarjanto.multiply.com/journal/item/18152?&show_in terstitial=1&u=%2Fjournal%2Fitem. Diakses internet tanggal 4 Desember 2011.


(16)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Setiap Negara memiliki sasaran dan tujuan kepentingan nasionalnya. Dalam hubungan Internasional, suatu Negara berkepentingan untuk menjelaskan dan memahamkan kekayaan potensinya kepada Negara dan Bangsa lain demi kemajuan hubungan kerja sama dan pembangunan Internasional. Saat ini tidak ada Negara yang mampu berdiri sendiri untuk memenuhi kepentingan Nasional mereka. Dalam waktu yang sama tingkat kerapuhan yaitu tingkat sensitifitas terhadap perkembangan Internasional makin tinggi akibat makin terbukanya sistem Internasional di bidang komunikasi dan teknologi, arus manusia dan kapital. Di satu sisi hal ini membuka peluang bagi Negara untuk melakukan kerjasama untuk mencapai kepentingan mereka.1

Perkembangan arus globalisasi dalam politik Internasional juga memiliki pengaruh terhadap survival suatu Negara termasuk Bangsa Indonesia dalam melindungi kepentingan Nasional. Khususnya menghadapi sikap politik dan diplomasi Negara lain yang mempunyai kepentingan yang justru bertentangan dengan kepentingan Nasional Indonesia.2Diplomasi dan jalinan kerjasama yang

1Edy Prasetyo o, Perkembangan Internasional dan Kepentingan nasional Indonesia,

http://www.propatria.or.id/download/Paper%20Diskusi/perkembangan_internasional_dan_ken nas_indo_ep.pdf Diakses dari internet tanggal 2 Desember 2011.

2

Abdul Irsan.2010. Peluang dan Tantangan Diplomasi Indonesia. Kelompok Penerbit Grafindo Khazanah Ilmu, Jakarta. hal. 19-20


(17)

2

baik dan sustainable menjamin pencapain politik luar negeri untuk memenuhi kepentingan Nasional.

Politik luar negeri dan diplomasi mempunyai tujuan yang selaras untuk melindungi dan memajukan kepentingan Nasional dalam hubungan luar negeri. Fungsi utama politik luar negeri adalah mengambil keputusan mengenai hubungan luar negeri, sedangkan, diplomasi memiliki tugas utama melaksanakan politik luar negeri dengan baik, efektif dan berhasil.3Dengan demikian dalam hubungan luar negeri yaitu antara Negara satu dengan Negara lain yang lebih ditekankan yaitu serangkaian atau seperangkat kebijaksanaan dari suatu Negara dalam interaksinya dengan Negara lain yang kesemua itu didasarkan untuk memenuhi kepentingan Nasional. Politik luar negeri ditujukan untuk memajukan dan melindungi kepentingan Negara, sedangkan fungsi utama Diplomasi adalah melindungi dan memajukan kepentingan Nasional. Untuk itu, setiap Negara harus menetukan sendiri sikapnya terhadap Bangsa lain, dan juga harus menentukan arah tindakan yang akan diambil serta dicapai dalam urusan justifikasi tindakan politik tersebut. Kegagalan dalam memanfaatkan proses Diplomasi akan menyebabkan Negara kehilangan keuntungan yang semestinya bisa diraih.4

Hubungan Diplomasi dan kerjasama luar negeri suatu Negara juga dapat mengalami pasang surut dan bisa saja berakhir pada pemutusan kerjasama

3

Mohammad Shoelhi. 2011. DIPLOMASI: Praktik Komunikasi Internasional .Remaja Rosdakarya, Bandung. hal. 129

4


(18)

3

tersebut. Hal ini bisa disebabkan atas beberapa faktor seperti terjadinya konflik diantaranya konflik geo politik, perbedaan suku, dan sebagainya. Sebagaimana kita ketahui, masih ada persoalan bilateral apabila tidak ditangani dengan bijaksana oleh kedua-belah pihak yang diperkirakan akan mengganggu keberlangsungan hubungan kerjasama antar dua Negara.5 Selain itu, apabila hubungan diplomatik sudah terjalin, namun, hubungan kerjasama mengalami perkembangan memburuk, maka akan terjadi kegiatan spionase atau mencampuri urusan dalam Negeri oleh Negara penerima,6sehingga hubungan diplomatik antar Negara akan tertunda pelaksanaannya.

Suatu fenomena seperti diatas terjadi pada hubungan luar negeri Indonesia-Belanda, dimana mengalami pasang surut hubungan kerjasama dan diplomasi-nya. Pasalnya pada tahun 2010, hubungan kerjasama dan diplomasi Indonesia-Belanda mengalami ketergangguan dari permasalahan tuntutan pelanggaran HAM (Hak Asasi Manusia) oleh RMS (Republik Maluku Selatan) dipengadilan Den Haag, Belanda. Sehingga, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sebagai aktor diplomat secara langsung (untuk negara Indonesia) menunda pemberangkatan kunjungan ke Belanda dalam rangka memenuhi undangan Ratu Beatrix untuk melakukan pembicaraan kongkret terkait kerjasama bilateral Indonesia-Belanda mengenai ekonomi, invetasi,pengolaan air, perdagangan,

5Abdul Irsan. Op. Cit hal., 20 6


(19)

4

lingkungan hidup, serta pertanian yang dilakukan mulai tahun 2006.7Selain itu, Rencana kunjungan Presiden RI Oktober 2010 mempunyai agenda salah satunya untuk melakukan penandatanganan dokumen tentang pengakuan secara de facto yang disampaikan pada tanggal 17 Agustus 2005 dengan kedatangan Menteri Luar Negeri Belanda, Bernard Bord.

Kalau di lihat dari permasalahan tersebut dampak atau efek dari laporan RMS di pengadilan HAM Belanda mengakibatkan hubungan kerjasama Indonesia-Belanda mengalami penundaan. Tentu saja ini merupakan suatu dampak yang sangat merugikan dari kedua belah pihak yang mana baru saja menjalin hubungan kerjasama politik dan diplomasi. Penundaan pemberangkatan SBY merupakan tindakan yang di ambil karena hilangnya kepercayaan pihak pemerintah Indonesia terhadap pemerintah Belanda. Walaupun, pemerintah Belanda menjamin keamanan SBY untuk tidak di proses dan di adili oleh pengadilan HAM Belanda.

Ada beberapa indikasi masalah dasar yang menyebabkan RMS mengangkat isu HAM dan mengajukan keadilan hukum kepada mahkamah pengadilan Internasional di Belanda. Saat ini, ada 93 orang aktivis dan simpatisan RMS yang ditahan karena mendukung gerakan RMS di Indonesia. RMS meminta Indonesia untuk memberhentikan penahanan dan dugaan penyiksaan para

7

Dari, KBRI Den Haag: Hubungan Indonesia-Belanda Semakin Menguat.

http://www.rakyatmerdekaonline.com/news.php?id=9952 Diakses internet tanggal 2 Desember 2011.


(20)

5

pendukung RMS dan menanyakan keberadaan Presiden pertama mereka yang ditahan oleh pemerintah Indonesia.

Memang pelanggaran HAM yang dilakukan densus 88 telah melanggar HAM yang telah tercantum dalam perjanjian HAM Internasional. Akan tetapi, dari pemerintah Indonesia pun secara tegas menganggap RMS sebagai suatu gerakan separatis, sehingga setiap upaya yang dilakukan oleh pribadi atau kelompok masyarakat untuk mengungkapkan kebenaran status RMS dan untuk memperoleh pengakuan terhadap status RMS, selalu ditanggapi dengan tindakan penghukuman yang berat dan bahkan dengan cara pelanggaran hukum dan hak-hak asasi manusia bahkan dieksekusi mati.8Pemerintah Indonesia dapat memiliki alasan atas tindakan pelanggaran HAM yang telah dilakukan kepada para pendukung dan aktivis RMS merupakan suatu pemberlakuan praktik state of emergency. Pelanggaran HAM dimungkinkan terjadi pada saat Negara dalam keadaan darurat (state of emergency),9 dengan syarat status hukum keadaan itu harus terlebih dahulu dideklarasikan oleh seorang penguasa atau Kepala Negara. Di Negara yang menganut sistem pemerintahan Presidensial, kewenangan tersebut berada di tangan Presiden.10

Sungguh sangat disayangkan adanya masalah domestik Negara Indonesia-RMS dan Intervensi Belanda terhadap masalah tersebut menyebabkan

8

Semuel Waileruny. 2010. Membongkar Konspirasi di Balik Konflik Maluku. Yayasan Pustaka obor Indonesia, hal. 202

9

State of emergency/exception ialah keadaan dimana suatu Negara dihadapkan pada ancaman yang membahayakan jiwa yang memerlukan tindakan responsif/segera dan demi mempertahankan integritas Negara dan melindungi warga Negaranya.

10Binsar Gultom, 2010. Pelanggaran HAM dalam Hukum Keadaan Darurat di Indonesia. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta hal. 3


(21)

6

memburuknya hubungan kerjasama dan diplomasi Indonesia-Belanda yang baru-baru saja dijalin. Akankah pelaporan pelanggaran HAM oleh RMS di pengadilan Belanda menjadi penghambat hubungan kerjasama dan diplomasi Indonesia-Belanda?

Dengan adanya permasalahan tuntutan pelanggaran HAM yang dilakukan pemerintah di Indonesia yang belum mendapatkan penyelesaian kesepakatan bersama. Karena itu, penulis ingin mengangkat masalah ini menjadi skripsis yang bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh RMS terhadap hubungan diplomatik Indonesia-Belanda dengan judul Hubu ga Diplo atik

Indonesia-Belanda Pasca Tuntutan Pelanggaran HAM RI Oleh RMS di Penggadilan HAM Bela da

1.2. Rumusan Masalah

Bagaimana Hubungan Diplomatik Indonesia-Belanda Pasca Tuntutan Pelanggaran HAM RI Oleh RMS di Penggadilan HAM Belanda ?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mendeskripsikan Hubungan Diplomatik Indonesia-Belanda Pasca Tuntutan Pelanggaran HAM RI Oleh RMS di Pengadilan HAM Belanda.

1.4. Manfaat Penelitian


(22)

7

a) Dengan adanya penelitian ini maka akan memperluas kajian ilmu hubungaan Internasional yang fokus pada faktor aktor dan peran mereka jalankan dalam interaksi internasional.

b) Menambah kajian ilmu tentang diplomasi 1.4.2 Manfaat Praktis

Dengan adanya penelitian ini peneliti mengharapkan hasil dari penelitian ini dapat menjadi rekomendasi dan bahan pertimbangan pemerintahan Indonesia dalam kebijakannya yang berkaitan dalam hubungan diplomasi dengan Negara lain.

1.5. Penelitian Terdahulu

Ada beberapa rujukan penelitian yang memiliki model bahasan tentang dampak pelanggaran HAM terhadap hubungan luar negri dan diplomatik antarnegara yang melakukan hubungan kerjasama, serta membahas gerekan sparatisnya.

Gerakan separatis sutu Negara tersebut dapat pempengaruhi hubungan luarnegri antar Negara yang melakukan hubungan kerjasama. Sama halnya Gerakan separatis RMS yang ada di Indonesia, gerakan tersebut membut hubungan diplomatik menjadi tergaggu. Seperti kerjasama atau hubungan diplomatik Indonesia Belanda, yang tertuang dalam sebuah skripsi yang berjudul

Dampak Gerakan Separatis Republik Maluku Selatan terhadap Hubungan luarnegri Indonesia Belanda, yang di teliti oleh (Maria Benedicta Nurmes) 2007-2010.


(23)

8

Penelitian ini berisikan tentang Republik Maluku Selatan sebagai sebuah gerakan separatis yang memprok lamirkan kemerdekaan pada tahun 1950 dan hingga sekarang masih terbukti eksistensinya, merupakan sebuah permasalahan yang akan berdampak bagi hubungan luar negeri Indonesia-Belanda kedepannya. Mengingat kurangnya kebijakan serta perhatian khusus baik dari pemerintah Indonesia maupun pemerintah Belanda untuk menyelesaikan permasalahan Republik Maluku Selatan tersebut yang kini masih aktif dan bebas di Negeri Belanda dalam mengadakan pemerintahan serta aksi penentangan terhadap pemerintah Indonesia. Selain itu salah satu faktor yang mempengaruhi terbentuknya gerakan separatis Republik Maluku Selatan, adalah pemerintahan Indonesia yang sentralistik dimana pembangunan yang tidak merata serta ketimpangan kesejahteraan merupakan dampak dari tumbuhnya gerakan separatis RMS tersebut. Disini Maria meneliti mengenai dampak gerakan sparatis Dari RMS (Republik Maluku Selatan) dimana pada penelitian ini dijelaskan mengenai kendala-kendala yang terjadi, hal-hal fundamental sehingga lahirnya gerakan sparatis Republik Maluku Selatan. 11

Penelitian terdahulu yang kedua ini berjudul Intervensi Amerika Serikat (AS) Terhadap Pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) di China (Srinilam Iwarezki Astha) 2004-2008. Skripsi penelitian terdahulu ini mengkaji dampak yang ditimbulkan dari Intervensi AS Terhadap Hubungan Bilateral AS-China

11Maria Be edi ta Nus ese,

Dampak Gerakan Separatis Republik Maluku Selatan (RMS) Terhadap Hubungan Luar Negeri Indonesia-Belanda,”.

http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/535/jbptunikompp-gdl-mariabened-26717-7-unikom_m-v.pdf Diakses dari internet tanggal 20 Desember 2011.


(24)

9

dalam kasus Pelanggaran HAM di Tibet, Khususnya dalam bidang politik dan ekonomi. Selain itu juga membahas strategi China yang diterapkan dalam mengatasi Intervensi AS terhadap kasus pelanggaran HAM di Tibet, baik bilateral maupun multilateral, serta untuk mengetahui prospek Hubungan AS-China dalam perspektif HAM.12

Dalam segi politik, hubungan AS dan China tetap diupayakan untuk berjalan sesuai kesepakatan yang telah mereka putuskan. Terbukti dengan tetap ada inisiasi dan respon positif kedua Negara untuk terus melanjutkan pertemuan dan kongres khusus yang membahas hubungan kedua negara secara bilateral dengan lebih terbuka. Sementara dalam segi ekonomi, terus dibahas dalam Strategic Economic Dialogue (SED) dan mengalami peningkatan dalam penerapan dan hasil perdagangan antar kedua negara, meskipun terjadi defisit di tahun 2008. China memiliki strategi untuk menanggapi intervensi tersebut. Secara bilateral, China telah mengadakan dialog dan kongres tahunan dengan AS sebagai forum pertemuan kenegaraan. Secara multilateral, China telah aktif dalam program HAM PBB, China juga aktif menyelenggarakan kerja sama dengan negara tetangganya untuk mencari dukungan internasional. Adapun prospek hubungan antara AS dan China dalam perspektif HAM, memiliki peluang untuk lebih baik. Pemerintahan Komunis China perlahan mengadopsi hukum internasional, khusunya HAM ke dalam konstitusi negara. AS pun lebih intensif

12“ri ila Iwarezki Astha, Intervensi Amerika Serikat (AS) Terhadap pelanggaran Hak Asasi

Manusia HAM di China,” http://repository.unhas.ac.id/handle/123456789/1266Diakses dari


(25)

10

melakukan kunjungan dan pengamatan terhadap HAM di China. Namun, tantangan yang dihadapi ada kepentingan nasional yang masih sering berbenturan satu sama lain. Terlebih pada pencapaian politik luar negeri dari dua jenis pemerintahan yang berbeda ideologi.

“eda gka , pe elitia i i ya g erjudul Hu u ga Diplo atik I do esia-Bela da Pas a Tu tuta HAM ‘I oleh ‘M“ di Pe gadila HAM esia-Bela da , telah memiliki perbedaan dari kedua penelitian terdahulu diatas. Walaupun, masalah yang diangkat adalah isu pelanggran HAM secara garis besar sama, akan tetapi penelitian ini berfokus pada pendekatan studi hubungan diplomatik yang mengarah kepada peran aktor diplomat Indonesia-Belanda dan bagaimana kinerjanya. Selain itu, penelitian ini juga membahas tentang dampak dari tuntutan HAM serta hubungan kerjasama Indonesia-Belanda pasca tuntutan HAM tersebut. Berbeda dengan penelitian terdahulu milik Maria yang penelitiannya lebih fokus pada hubungan politik luar negeri Indonesia-Belanda dengan munculnya kembali eksistensi RMS dan penelitian Srinilam yang mengkaji tentang bagaimana hubungan bilateral AS-China setelah adanya intervensi dari negara AS sendiri terhadap permasalahan pelanggaran HAM yang dilakukan China di Tibet. Sehingga, dengan adanya penelitian ini akan menambah luas kajian ilmu hubungan internasional khususnya hubungan diplomatik antar negara dengan adanya permasalahan isu HAM.


(26)

11 1.6. Landasan Konsep

Sebagai dasar untuk memahami bagaimana kerjasama Indonesia-Belanda dalam hubungan bilateral, maka disajikan landasan konsep yang berkaitan dengan masalah yang dihadapi yaitu sebagai berikut ;

1.6.1 Konsep Hubungan Bilateral

Hubungan bilateral adalah hubungan yang terjadi antara dua Negara yang memiliki manfaat timbal balik. Secara konseptual, tujuan utama dari hubungan bilateral antara Negara adalah membangun kemitraan yang kuat dengan lingkungan eksternalnya, menciptakan suatu persahabatan.13 Kerja sama adalah salah satu elemen dalam politik internasional. Sehingga, kerjasama ialah bentuk-bentuk interaksi dari politik Internasional berdasarkan pihak yang melakukan hubungan antara lain: dibedakan menjadi hubungan bilateral, trilateral, regional multirateral atau internasional.14

Hubungan bilateral terjadi karena adanya faktor kepentingan yang saling menguntungkan. Kerjasama Internasional dalam hubungan Internasional merupakan cara untuk mencapai kepentingan Nasional dari berbagai Negara dan Bangsa yang tidak dapat dipenuhi dalam Negerinya karena kerja sama Internasional ini didasarkan atas keuntungan bersama dari adanya kerja sama tersebut.15

13Dari, Depda ri, Profile Bilateral”

dalam hht://akln. Setjen. Depdabri. go. Id/ index. Php. diakses pada 7 Desember 2011.

14

Teuku Rizasyah, 2008, Politik Luar Negeri: Indonesia antara Idealisme dan praktik. Bandung: Humaniora, hal 42.

15


(27)

12

Joseph Grieco mendefenisikan kerja sama internasional sebagai penyesuaian suatu Negara dengan Negara lain dari kebijakan mereka sedemikian sehingga mereka mengatur perbedaan mereka dan menjangkau beberapa kebijakan yang satu sama lain ada hasil yang diuntungkan dalam suatu kerja sama Internasional pada akhirnya bermuara kepada upaya pemenuhan kepentingan Nasional. Selain itu bidang–bidang kerja sama Internasional menurut Joseph Grieco yaitu kerja sama Internasional dapat terbentuk karena kehidupan Internasional meliputi berbagai bidang-bidang seperti idiologi, politik, ekonomi, sosial, lingkungan, kebudayaan, pertahanan dan keamanan.16

Kerja sama terjadi sebagai hasil penyelesaian dalam perilaku aktor sebagai jawaban untuk mengantisipasi pilihan lain para aktor. Kerjasama merupakan hasil dari satu hubungan antara seorang actor yang lebih kuat dengan suatu pihak yang mana dalam hal ini terlihat bahwa aktor yang kuat dalam persaingan global antara dua Negara ini adalah Belanda.17

Kesepakatan kerjasama antara Indonesia dan Belanda di berbagai bidang di wakili oleh para menteri kedua negara seperti Belanda menjalankan proses ini dengan nota kebijakan I do esia terta ggal Ju i da Perja jia Ke itraa Ko prehe sif ya g diparaf oleh Me teri Verhage da Me teri Wirajuda (Kementrian Luar Negeri Belanda dan Indonesia) pada 14 Januari 2009. Dan Kedutaan Besar Belanda telah menyusun sebuah Rencana Strategis Jangka

16

Mark, R Amstutz, 1995. International Conflict and Cooperation An Introduction to WorldPolitics. America: W. M. C. Brown Communication. Inc, hal 74

17


(28)

13

Panjang (RSJP) untuk periode 2008- 2011. Tujuan adalah memperkuat dan memperluas hubungan bilateral yang luas antara kedua Negara kedepannya sehingga terjalin dengan baik. Serta kedutaan Besar Belanda meminta partisipasi aktif departemen-departemen di Belanda dan mitra baru untuk memperkuat kerja sama. Yang sudah lama berupaya mempererat hubungan antara kedua negara, Diantaranya kerjasama dibidang pembangunan, perdagangan, pendidikan, Hukum dan HAM, sector pengelolaan air minum, pertanian dan sanitasi, lingkungan hidup (focus pada tanah-tanah tandus) serta energy yang berkelanjutan.18 Hal ini di lakukan untuk memperkuat kemitraan antara kedua negara serta saling menguntungkan antara kedua negara untuk memenuhi kepentingan nasionalnya tersebut.

Perjanjian Kerjasama antara Indonesia-Belanda ini merupakan cara untuk mencapai kepentingan nasional masing-masing negara yang tidak dapat dipenuhi dalam negerinya sendiri. Atas dasar keuntungan bersama dari adanya kerjasama tersebut, maka kedua belah pihak negara mengutus perwakilan aktor diplomatnya untuk merumuskan dan menjalankan praktek-praktek kerjasama bilateralnya.

1.6.2. Konsep Hubungan Diplomatik

Diplomasi merupakan salah satu instrumen penting dalam pelaksanaan politik luar negeri sebuah Negara. Diplomasi bagaikan alat utama dalam politik

18

Dari, KBRI Den Haag: Hubungan Indonesia-Belanda Semakin Menguat.

http://www.rakyatmerdekaonline.com/news.php?id=9952. Diakses internet tanggal 2 Desember 2011.


(29)

14

pencapaian kepentingan nasional yang berkaitan dengan negara lain atau organisasi internasional. Melalui diplomasi inilah sebuah negara dapat membangun citra tentang dirinya dalam rangka membangun nilai tawar atau state branding seperti hubungan diplomatik antara Indonesia-Belanda. Dalam hubungan antar negara, pada umumnya diplomasi dilancarkan sejak tingkat paling awal sebuah negara hendak melakukan hubungan selanjutnya. Oleh karena itu membahas komonikasi internasional dalam prespektif diplomatik tidak bisa dilepaskan dengan pembahasan mengenai hubungan diplomatik antara satu negara dengan negara lain. 19

Diplomasi berarti urusan dalam penyelenggaraan perhubungan resmi antara satu Negara dengan Negara lain atau urusan kepentingan sebuah Negara dengan perantara wakil-wakilnya di Negara lain. Seperti yang terlihat pada Hubungan diplomasi Indonesia Belanda yang berjalan pada 17 agustus 2005, pertama kalinya seorang pejabat menteri luar negeri Boner Bort sebagai aktor diplomasi yang berkunjung ke Indonesia dalam menghadiri perayaan kemerdekaan Indonesia. Hubungan ini pun berkelanjutan pada momen kepentingan lainnya adalah kunjungan perdana mentri Belanda ke Indonesia pada bulan april 2006 dan berhubungan dengan pertemuan tersebut presiden Susilo Bambang Yudoyono dan perdana mentri Bal Kennedy mengeluarkan sebuah pernyataan kerjasama tentang kerjasama bilateral yang lebih intensif antara kedua negara. Prioritas diberikan pada kerjasama politik perdagangan

19


(30)

15

investasi, pendidikan, kebudayaan, ilmu pengetahuan, stabilitas dan keamanan, keanekaragaman hayati, pembangunan yang berkelanjutan, pengelolaan air dan urusan konsuler, namun pada tahun 2010 presiden Indonesia mengalami kegagalan ke belanda untuk memenuhi undangan Ratu Betriks sekaligus membicarakan secara konkrit terkait kerjasama bilateral yang telah berjalan dari tahun 2006, dan momentum penting lainnya yaitu agenda presiden salah satunya untuk melakukan penandatanganan pengakuan kemerdekaan Indonesia secara de facto yang disampaikan pada tanggal 17 agustus 2005 yang disampaikan menteri luar negeri Belanda.20

Terkait dengan penundaan tersebut Duta besar Indonesia menyatakan ia sudah menghubungi Menteri Kehakiman Hirsh Balin dan Pemerintah Belanda. Menteri Kehakiman Belanda menyatakan tidak ada ancaman apapun terhadap Presiden SBY. Dan menteri luar negeri Belanda Maxime Verhagen sudah memanggil Duta Besar Indonesia untuk Belanda JE Habibie guna menegaskan bahwa Presiden Sosilo Bambang Yudhoyono mendapat kekebalan hukum penuh da ost wel o e di Bela da seta e ja i kea a a terhadap Pereside Indonesia.21 Dan Habibie yakin Presiden tidak akan ditangkap, terkait menanggapi pernyataan John Wattilete yang menyebut dirinya sebagai Presiden RMS, Pemerintah Belanda juga telah menegaskan kepada Pemerintah Indonesia,

20

Dari, KBRI Den Haag: Hubungan Indonesia-Belanda Semakin Menguat.

http://www.rakyatmerdekaonline.com/news.php?id=9952 Diakses internet tanggal 2 Desember 2011.

21A war Khu ai i,

SBY Batal ke Belanda, http://dunia.vivanews.com/news/read/208840-dubes-belanda--tentang-sby-dan-irfan-bachdim. di akses dari internet 4 Desember 2011


(31)

16

melalui KBRI di Den Haag, bahwa mereka tidak mengenal RMS," kata staf khusus Presiden bidang luar negeri Teuku Faizasyah.22 namun vonis pengadilan secara psikologis tetap saja akan menggangu hubungan kedua negara23

Hubungan diplomatik antar Indonesia-Belanda telah tertata dengan baik dimulai dari kedatangan menteri luar negeri Belanda yang ditandai dengan pengakuan kemerdekaan Indonesia oleh Belanda secara de facto dan dilanjutkan dengan kerjasama bilateral. Hal tersebut memberikan peluang eratnya hubungan diplomatik yang baik dari kedua negara, dimana kita ketahui kedua negara tersebut sebelumnya masih sulit untuk saling percaya dalam menjalin kerjasama. Namun, Adanya isu tuntutan pelanggaran HAM Indonesia oleh RMS di pengadilan HAM Belanda telah menunda agenda hubungan diplomatik kedua belah pihak. Sehingga, permasalahan tersebut harus mendapatkan tindak lanjut dan solusi dari para aktor kedua negara yang berperan sebagai pembuat kebijakan yang nantinya dapat menyelesaikan segala bentuk kendala yang dapat merusak hubungan diplomatik.

1.6.3. Konsep Hukum HAM Internasional

Definisi Hak Asasi Manusia memberikan defenisi tentang hak asasi manusia pada hakekatnya adalah seperangkat ketentuan atau aturan untuk

22“ukarya a & A Mu arok,

RMS Manfaatkan SBY untuk Cari Popularitas”

http://www.rnw.nl/bahasa-indonesia/article/diskusi-hubungan-indonesia-belanda di akses dari internet 4 Desember 2011.

23‘e e ‘.A Kawilara g,

RMS 'Sabotase' Lawatan SBY ke Belanda

http://news.detik.com/read/2010/02/21/021505/1303538/10/program-kerjasama-indonesia-belanda-tersendat.


(32)

17

melindungi warga Negara dari kemungkinan penindasan, pemasungan atau pembatasan ruang gerak warga Negara oleh Negaranya. Artinya, ada pembatasan-pembatasan tertentu yang diberlakukan pada Negara agar hak warga Negara yang paling hakiki terlindungi dari kesewenang-wenagan kekuasaan. Menurut Mahfud MD. hak asasi manusia itu diartikan sebagai hak yang melekat pada martabat manusia sebagai mahluk ciptaan Tuhan, dan hak tersebut dibawa manusia sejak dilahirkan ke muka bumi sehingga hak tersebut bersifat fitri (kodrati), bukan merupakan pemberian manusia atau Negara. Dari dua pendapat tersebut di atas penulis mengambil kesimpulan bahwa hak asasi manusia adalah hak dasar yang melekat pada setiap individu sejak di lahirkanya di muka bumi dan bukan pemberian manusia atau Negara, yang wajib di lindungin oleh Negara. Bukanya Negara malah merampas hak-hak yang sudah paten terhadap diri Manusia tersebut. Seperti tindakan pelanggaran HAM yang melanggar terhadap nilai kemanusiaan tersebut.terdapat pada pasal 1 angka 1 UUD No. 39 tahun 1999 tentang pelanggaran HAM dan UU No. 26 tahun 2000 tentang pengadilan HAM.24

Hukum kemanusiaan Internasional merupakan cabang dari hukum Internasional yang dapat diartikan sebagai komponen HAM di dalam hukum pelanggaran HAM. Hukum itu sendiri dapat didefinisikan sebagai keseluruhan hukum untuk sebagian besar terdiri dari prinsip-prinsip dan kaidah-kaidah perilaku yang terhadapnya Negara-negara merasa dirinya terikat untuk menaati,

24Muladi.2004 Muladi (Ed.).Hak Asasi manusia: Hakekat, Konsep dan Implikasinya dalam Perspektif Hukum dan Masyarakat. Bandung; PT. Refika Aditama, hal. 39


(33)

18

dan karenanya, benar-benar ditaati secara umum dalam hubungan-hubungan mereka satu sama lain.25

Hukum HAM Internasional diturunkan melalui perjanjian Internasional dan dapat berbentuk apapun yang disepakati oleh Negara-negara yang terlibat dalam perjanjian tersebut.Perjanjian Internasional menciptakan hukum bagi pihak-pihak yang terlibat dalam kesepakatan. Nilai universal yang dimiliki HAM dikukuhkan dalam instrument Internasional, termasuk perjanjian Internasional dibidang HAM, seperti International Convenant on Civil and Political Rights (ICCPR); Inhuman or Degrading Treatment or Punishment; Convention against Torture and Other Cruel; dan Universal Declaration of Human Rights milik PBB. Berbagai instrument hak asasi manusia Internasional telah diadopsi oleh Negara Republik Indonesia ke dalam Tap MPR No. XVII/MPR 1998, UU No 39 tahun 1999, Perpu No 1 tahun 1999, dan UU No 26 tahun 2000.26

Tuntutan Republik Maluku Selatan (RMS) tentang pelanggaran HAM yang dilakukan pemerintah Indonesia melalui pengadilan hukum Belanda, merupakan bentuk dari pelanggaran HAM yang termasuk dalam kategori penangkapan dan penahanan sewenang-wenang (unlawful arrest and detention); penyiksaan (torture), penghilangan orang secara paksa (enforce or involuntary disappearance). Suatu kejadian pelanggaran HAM yang dilakukan pada 29 Juni 2007, dimana para pejuang RMS ditahan dan disiksa secara sewenang-wenang

25

Starke.J. G.Pengantar Hukum Internasional. Sinar grafika: Jakarta 26

Hassan Suryono. 2009. Implementasi dan Sinkronisasi HAM Intenasional dan Nasional. dalam Muladi (Ed.) Hak Asasi manusia: Hakekat, Konsep dan Implikasinya dalam Perspektif Hukum dan Masyarakat. Bandung; PT. Refika Aditama, hal. 86-89


(34)

19

oleh Densus 88 anti teror akibat dari tarian cakalele secara diam-diam yang dilakukan para pemuda tersebut di tengah upacara hari keluarga Nasional yang dihadiri oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, pejabat, dan tamu asing.27Sedangkan, penghilangan orang secara terpaksa terjadi pada saat masa pemerintahan Soekarno dimana pimpinan RMS yang bernama Soumakil tidak diketahui keberadaannya hingga sekarang.

Tuntutan pelanggaran HAM tersebut sejalan dengan ketentuan HAM yang diatur dalam Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (DUHAM) yang terdapat pada pasal 5 ya g e ye utka : Tidak seorang pun boleh disiksa atau diperlakukan secara kejam, diperlakukan atau dihukum secara tidak manusiawi atau dihina da pasal 6 ya g e ye utka : Setiap orang berhak atas pengakuan di depan hokum sebagai manusia pribadi di mana saja ia berada . Selain itu, dalam International Covenant on Civil and Political and Rights (ICCPR)

yang mengatur hak untuk hidup (right to life), terdapat pada pasal 6 ayat 1 yang er u yi: Setiap manusia berhak atas hak untuk hidup dan mendapat hak perlindungan hukum dan tiada yang dapat mencabut hak itu .28 Prinsip, peraturan dan ketentuan hukum HAM Internasional inilah yang menjadi dasar tuntutan diadilinya Presiden Susilo Bambang Yudhoyono oleh RMS ke pengadilan HAM Internasional di Belanda atas masalah pelanggaran HAM.

27

Maria Benedicta Nusmese. Dampak Gerakan Separatis Republik Maluku Selatan (RMS) Terhadap Hubungan Luar Negeri Indonesia-Belanda.

http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/535/jbptunikompp-gdl-mariabened-26717-7-unikom_m-v.pdf

Diakses dari internet tanggal 20 Desember 2011. 28


(35)

20

Tindakan pelanggaran HAM yang dituduhkan oleh pihak RMS kepada pihak pemerintah Indonesia bisa disebut merupakan situasi Negara dalam keadaan tidak normal atau darurat (state of emergency). Alasannya, ialah pembentukan organisasi Republik Maluku Selatan (RMS) yang ingin memproklamirkan kemerdekaannya dan membuat Negara sendiri dianggap sebagai suatu bentuk propaganda dan pemberontakan (saparatis) terhadap keutuhan Negara Republik Indonesia yang perlu dilakukan tindakan secara cepat dan efektif guna penyelamatan integrasi Bangsa Indonesia. Pelanggaran HAM dimungkinkan terjadi pada saat Negara Indonesia melakukan keadaan darurat (state of emergency) yang dilakukan untuk mencegah gerakan RMS. Namun, ada syarat tertentu dimana status hukum keadaan darurat itu harus terlebih dahulu dideklarasikan oleh seorang penguasa atau kepala Negara. Dalam perspektif hukum ham Internasional, aparatur penguasa sipil dan penguasa militer harus tunduk pada prinsip-prinsip dan jaminan instrument Internasional, seperti Hukum Kemanusiaan Internasional (International Humanitarian law) yang harus dan wajib dihormati dan dijalankan dengan sebaik-baiknya, yaitu dengan tetap menjunjung tinggi dan menghormati hak asasi manusia (HAM). Sebab tujuan pemberlakuan keadaan darurat bukan untuk membunuh ataupun menyiksa, tetapi untuk melucuti dan melumpuhkan lawan sehingga keadaan menjadi normal kembali.29

29


(36)

21

Hal tersebut sudah jelas merupakan cara Indonesia untuk menghindari pertanggung jawaban hukum hak asasi manusia, walaupun Negara Indonesia telah meratifikasi berbagai perjanjian Internasional yang relevan. Dalam hal ini disebut dengan derogasi (pengecualian) yang membuat suatu Negara menghindari tanggung jawabnya secara hukum atas pelanggaran hak asasi manusia tertentu.Pada umumnya Negara Indonesia seharusnya mendaftarkan derogasinya kepada badan pusat, persyaratan-persyaratan yang membolehkan derogasi telah ditentukan dalam perjanjian Internasional. Hal ini merupakan syarat derogasi yang dimuat dalam Konvenan Internasional tentang Hak Sipil dan Politik pasal 4 ayat 1 ya g e yataka ahwa: Dalam keadaan darurat umum yang mengancam kehidupan bangsa dan terdapatnya keadaan darurat tersebut telah diumumkan secara resmi, Negara Pihak pada Kovenan ini dapat mengambil tindakan untuk mengurangi kewajiban mereka menurut Kovenan ini, sejauh yang sungguh-sungguh diperlukan oleh tuntutan situasi, dengan ketentuan bahwa tindakan tersebut tidak bertentangan dengan kewajiban lain Negara Pihak menurut hukum internasional dan tidak menyangkut diskriminasi yang semata-mata didasarkan atas ras, warna kulit, jenis kelamin, bahasa, agama atau asal-usul so ial .30

Dalam kasus pengadilan yang ditujukan kepada kepala Negara Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono dapat diterima dan dibenarkan oleh pengadilan HAM belanda dikarenakan praktik mengenai pemberlakuan state of emergency

30


(37)

22

terhadap pihak RMS secara de facto.31Penyiksaan yang dilakukan Densus 88 terhadap aktivis RMS merupakan pelanggaran HAM dan sejarah masa lalu pemeritahan Indonesia merupakan state of emergency yang tidak sesuai dengan syarat dan aturan hukum Internasional yang berlaku. Padahal Negara Indonesia merupakan Negara Hukum yang mengakui hak setiap warganegaranya. Dan Indonesi menganut sistem demokrasi, Indonesi juga merupakan negara yang bekerjasama dalam perlindungan HAM Internasional, seperti ICCPR dan organisasi internasional lainya.

1.7. Metode Penelitian

1.7.1 Batasan Waktu

Dalam penelitian ini,penulis akan membatasi rentang waktu penelitian penulis batasi pada tahun 2006-2011. Di pilih kurun waktu tersebut karena hubungan diplomatik antara Indonesia-belanda yang sudah berjalan dengan baik mengalami penundaan di tahun 2010.

1.7.2 Batasan Materi

Dalam penelitian ini,penulis akan membatasi materi penelitian terdapat hubungan kerjasama Indonesia-Belanda khsusnya di bidang diplomatik pada masa pemerintahan Sosilo Bambang Yudhoyono.

31

Emergency de facto terjadi pada saat aturan dan tindakan pemerintahan dilakukan

bertentangan dengan aturan dalam keadaan normal dengan alasan yang bersifat darurat, namun keadaan tersebut tidak diumumkan atau diproklamasikan.


(38)

23

persoalan ini menarik karena hubungan diplomatik antara Indonesia dan Belanda mengalami penundaan. Sehingga, peran para aktor diplomat, menlu, presiden, dan pejabat lainnya sangat dibutuhkan untuk membuat keputusan (discussion making process) yang nantinya dapat menyelesaikan permasalahan kedua belah pihak melalui praktek diplomasi.

1.7.3 Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan tipe penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang menjelaskan dan menggambarkan berdasarkan data-data yang ada secara objektif,apa adanya tanpa ada pengaruh subjektifitas penulis dan menjelaskan variabel-variabel yang dibangun dari data-data yang ada sehingga diperoleh hubungan satu sama lainnya untuk sampai pada suatu kesimpulan.

1.7.4 Variabel Penelitian dan Variabel Analisi

Variabel penelitian,dibagi menjadi dua,yuitu:variabel independen atau variabel bebas (X) adalah variabel yang menjadi sebab timbulnya atau berubahnya variabel Dependen atau variabel terikat.Variabel independen yaitu konsep yang dipakai untuk menjelaskan dan meramalkan konsep lain yang terjadi sebelum terjadinya variabel dependen.variabel independen dalam penelitian ini adalah. Pasca


(39)

24

Tuntutan Pelanggaran HAM RI Oleh RMS di Pengadilan HAM Belanda. Sedangkan vriabel dependen atau variabel (Y) adalah yang mempengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel independen atau variabel bebas.Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Terhadap Hubungan Diplomatik Indonesia-Belanda. Sedangkan tingkat analisis dalam penelitian ini mempunyai tipe penelitian reduksionis karna tingkat analisis lebih tinggi dibandingkan tingkat eksplanasinya. 32

1.7.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik ini dilakukan dengan cara memahami sumber tertulis sehingga diperoleh suatu penyelesaian suatu permasalahan.pengumpulan data dilakukan melalui penelitian kepustakaan. Sumber data diambil dari Buku-Buku,dokumen-dokumen skripsi dan jurnal-jurnal,serta dilengkapi dengan informasi yang didapat dari internaet,majalah dan surat kabar, serta tetap fokus dari penelitian ini adalah hubungan diplomasi indonesia-belanda.

1.7. Argumen pokok

Hubungan Indonesia-Belanda pada masa pemerintahan Sosilo Bambang Yudhoyono khususnya dalam bidang diplomatik yang terjalin telah mengalami ketidakstabilan dikarenakan ada faktor-faktor yang membuat hubungan kedua

32Mohtar Mas ode. .Ilmu Hubungan Internasional Disiplin dan Metodologi.Jakarta : LP3ES, hal. 39


(40)

25

negara ini tidak berjalan sesuai dengan perencanaannya, seperti gagalnya kunjungan Presiden Indonesia (Sosilo Babang Yudoyono) ke Belanda, karena tuntutan pelanggaran HAM oleh RMS, yang kemungkinan akan terjadi pemutusan hubungan diplomatik antara ke dua Negara. Hal ini di sebabkan Indonesia mengirim nota protes terhadap Pemerintahan Belanda, karena pemerinta Indonesia memiliki kekesalan terhadap pemerintahan Belanda.

1.8. Sistematika Penulisan

Dalam penelitian ini penulis akan menjabarkan beberapa bagian dalam bab skripsi. Pembagian ini akan disesuaikan berdasarkan kerangka pemikiran yang membentuk keseluruhan dari penelitian ini. Sistematika penulisan dalam penelitian ini digambarkan seagai berikut:

Bab I : Pendahuluan

Pada bagian pendahuluan, diuraikan tentang pokok atau gagasan-gagasan tentang utama mengenai penelitian ini. Yaitu latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,kerangka Penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab II : Hubungan Diplomasi Indonesia - Belanda tahun 2006-2011 dan Tuntutan pelanggaran HAM RMS Terhadap Indonesia di pengadilan HAM Belanda.


(41)

26

2.1.1. Hubungan diplomatik Indonesia-belanda sebelum (pra) tuntutan pelanggaran HAM

2.2 Tuntutan pelanggaran HAM oleh RMS terhadap Indonesia di pengadilan HAM Belanda.

2.2.1 Pengajuan oleh RMS

2.2.2 Isi pengajuan tuntuan RMS

2.2.3 Respon pengadilan HAM Belanda atas tuntutan pelanggaran HAM.

Bab III : Dampak Tuntutan Pelanggaran HAM terhadap hubungan diplomatik Indonesia – Belanda

3.1 Hambatan Hubungan Diplomasi Indonesia Belanda

3.1.1 Pembatalan Kunjungan Pemerintah Indonesia je Belanda 3.1.2 Upaya Internasionalisasi RMS Melalui Isu HAM

3.2 Pasang Surut Hubungan Indonesia-Belanda

3.2.1 Kontroversi Batalnya kunjungan presiden SBY ke Belanda 3.2.2 Kegagalan Diplomat Indonesia atas kasus RMS

3.3 Intensifitas Hubungan Diplomasi dan Kerjasama Indonesia-Belanda Pasca Tuntutan HAM

3.4 Pembelaan Negara Indonesia Terkait Tuntutan HAM


(1)

21

Hal tersebut sudah jelas merupakan cara Indonesia untuk menghindari pertanggung jawaban hukum hak asasi manusia, walaupun Negara Indonesia telah meratifikasi berbagai perjanjian Internasional yang relevan. Dalam hal ini disebut dengan derogasi (pengecualian) yang membuat suatu Negara menghindari tanggung jawabnya secara hukum atas pelanggaran hak asasi manusia tertentu.Pada umumnya Negara Indonesia seharusnya mendaftarkan derogasinya kepada badan pusat, persyaratan-persyaratan yang membolehkan derogasi telah ditentukan dalam perjanjian Internasional. Hal ini merupakan syarat derogasi yang dimuat dalam Konvenan Internasional tentang Hak Sipil dan Politik pasal 4 ayat 1 ya g e yataka ahwa: Dalam keadaan darurat umum yang mengancam kehidupan bangsa dan terdapatnya keadaan darurat tersebut telah diumumkan secara resmi, Negara Pihak pada Kovenan ini dapat mengambil tindakan untuk mengurangi kewajiban mereka menurut Kovenan ini, sejauh yang sungguh-sungguh diperlukan oleh tuntutan situasi, dengan ketentuan bahwa tindakan tersebut tidak bertentangan dengan kewajiban lain Negara Pihak menurut hukum internasional dan tidak menyangkut diskriminasi yang semata-mata didasarkan atas ras, warna kulit, jenis kelamin, bahasa, agama atau asal-usul so ial .30

Dalam kasus pengadilan yang ditujukan kepada kepala Negara Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono dapat diterima dan dibenarkan oleh pengadilan HAM belanda dikarenakan praktik mengenai pemberlakuan state of emergency

30


(2)

22

terhadap pihak RMS secara de facto.31Penyiksaan yang dilakukan Densus 88 terhadap aktivis RMS merupakan pelanggaran HAM dan sejarah masa lalu pemeritahan Indonesia merupakan state of emergency yang tidak sesuai dengan syarat dan aturan hukum Internasional yang berlaku. Padahal Negara Indonesia merupakan Negara Hukum yang mengakui hak setiap warganegaranya. Dan Indonesi menganut sistem demokrasi, Indonesi juga merupakan negara yang bekerjasama dalam perlindungan HAM Internasional, seperti ICCPR dan organisasi internasional lainya.

1.7. Metode Penelitian

1.7.1 Batasan Waktu

Dalam penelitian ini,penulis akan membatasi rentang waktu penelitian penulis batasi pada tahun 2006-2011. Di pilih kurun waktu tersebut karena hubungan diplomatik antara Indonesia-belanda yang sudah berjalan dengan baik mengalami penundaan di tahun 2010.

1.7.2 Batasan Materi

Dalam penelitian ini,penulis akan membatasi materi penelitian terdapat hubungan kerjasama Indonesia-Belanda khsusnya di bidang diplomatik pada masa pemerintahan Sosilo Bambang Yudhoyono.

31

Emergency de facto terjadi pada saat aturan dan tindakan pemerintahan dilakukan

bertentangan dengan aturan dalam keadaan normal dengan alasan yang bersifat darurat, namun keadaan tersebut tidak diumumkan atau diproklamasikan.


(3)

23

persoalan ini menarik karena hubungan diplomatik antara Indonesia dan Belanda mengalami penundaan. Sehingga, peran para aktor diplomat, menlu, presiden, dan pejabat lainnya sangat dibutuhkan untuk membuat keputusan (discussion making process) yang nantinya dapat menyelesaikan permasalahan kedua belah pihak melalui praktek diplomasi.

1.7.3 Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan tipe penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang menjelaskan dan menggambarkan berdasarkan data-data yang ada secara objektif,apa adanya tanpa ada pengaruh subjektifitas penulis dan menjelaskan variabel-variabel yang dibangun dari data-data yang ada sehingga diperoleh hubungan satu sama lainnya untuk sampai pada suatu kesimpulan.

1.7.4 Variabel Penelitian dan Variabel Analisi

Variabel penelitian,dibagi menjadi dua,yuitu:variabel independen atau variabel bebas (X) adalah variabel yang menjadi sebab timbulnya atau berubahnya variabel Dependen atau variabel terikat.Variabel independen yaitu konsep yang dipakai untuk menjelaskan dan meramalkan konsep lain yang terjadi sebelum terjadinya variabel dependen.variabel independen dalam penelitian ini adalah. Pasca


(4)

24

Tuntutan Pelanggaran HAM RI Oleh RMS di Pengadilan HAM Belanda. Sedangkan vriabel dependen atau variabel (Y) adalah yang mempengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel independen atau variabel bebas.Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Terhadap Hubungan Diplomatik Indonesia-Belanda. Sedangkan tingkat analisis dalam penelitian ini mempunyai tipe penelitian reduksionis karna tingkat analisis lebih tinggi dibandingkan tingkat eksplanasinya. 32

1.7.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik ini dilakukan dengan cara memahami sumber tertulis sehingga diperoleh suatu penyelesaian suatu permasalahan.pengumpulan data dilakukan melalui penelitian kepustakaan. Sumber data diambil dari Buku-Buku,dokumen-dokumen skripsi dan jurnal-jurnal,serta dilengkapi dengan informasi yang didapat dari internaet,majalah dan surat kabar, serta tetap fokus dari penelitian ini adalah hubungan diplomasi indonesia-belanda.

1.7. Argumen pokok

Hubungan Indonesia-Belanda pada masa pemerintahan Sosilo Bambang Yudhoyono khususnya dalam bidang diplomatik yang terjalin telah mengalami ketidakstabilan dikarenakan ada faktor-faktor yang membuat hubungan kedua

32Mohtar Mas ode. .Ilmu Hubungan Internasional Disiplin dan Metodologi.Jakarta : LP3ES,


(5)

25

negara ini tidak berjalan sesuai dengan perencanaannya, seperti gagalnya kunjungan Presiden Indonesia (Sosilo Babang Yudoyono) ke Belanda, karena tuntutan pelanggaran HAM oleh RMS, yang kemungkinan akan terjadi pemutusan hubungan diplomatik antara ke dua Negara. Hal ini di sebabkan Indonesia mengirim nota protes terhadap Pemerintahan Belanda, karena pemerinta Indonesia memiliki kekesalan terhadap pemerintahan Belanda.

1.8. Sistematika Penulisan

Dalam penelitian ini penulis akan menjabarkan beberapa bagian dalam bab skripsi. Pembagian ini akan disesuaikan berdasarkan kerangka pemikiran yang membentuk keseluruhan dari penelitian ini. Sistematika penulisan dalam penelitian ini digambarkan seagai berikut:

Bab I : Pendahuluan

Pada bagian pendahuluan, diuraikan tentang pokok atau gagasan-gagasan tentang utama mengenai penelitian ini. Yaitu latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,kerangka Penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab II : Hubungan Diplomasi Indonesia - Belanda tahun 2006-2011 dan Tuntutan pelanggaran HAM RMS Terhadap Indonesia di pengadilan HAM Belanda.


(6)

26

2.1.1. Hubungan diplomatik Indonesia-belanda sebelum (pra) tuntutan pelanggaran HAM

2.2 Tuntutan pelanggaran HAM oleh RMS terhadap Indonesia di pengadilan HAM Belanda.

2.2.1 Pengajuan oleh RMS

2.2.2 Isi pengajuan tuntuan RMS

2.2.3 Respon pengadilan HAM Belanda atas tuntutan pelanggaran HAM.

Bab III : Dampak Tuntutan Pelanggaran HAM terhadap hubungan diplomatik Indonesia – Belanda

3.1 Hambatan Hubungan Diplomasi Indonesia Belanda

3.1.1 Pembatalan Kunjungan Pemerintah Indonesia je Belanda 3.1.2 Upaya Internasionalisasi RMS Melalui Isu HAM

3.2 Pasang Surut Hubungan Indonesia-Belanda

3.2.1 Kontroversi Batalnya kunjungan presiden SBY ke Belanda 3.2.2 Kegagalan Diplomat Indonesia atas kasus RMS

3.3 Intensifitas Hubungan Diplomasi dan Kerjasama Indonesia-Belanda Pasca Tuntutan HAM

3.4 Pembelaan Negara Indonesia Terkait Tuntutan HAM Bab IV : Kesimpulan dan Saran