HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN PENDERITA TUBERCULOSIS DAN DUKUNGAN KELUARGA Hubungan Antara Pengetahuan Penderita Tuberculosis Dan Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Minum Obat Di Wilayah Kerja Puskesmas Jekulo Kabupaten Kudus.

Hubungan Antara Pengetahuan Penderita Tuberculosis Dan Dukungan Keluarga Dengan
Kepatuhan Minum Obat Di Wilayah Kerja Puskesmas Jekulo Kabupaten Kudus (Septian
Adi Nugroho)

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN PENDERITA
TUBERCULOSIS DAN DUKUNGAN KELUARGA
DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS JEKULO
KABUPATEN KUDUS

NASKAH PUBLIKASI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat
Untuk Meraih Gelar Sarjana Keperawatan

Disusun Oleh :

SEPTIAN ADI NUGROHO
J210110026

FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2016

0

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI SI KEPERAWATAN
INTERNASIONAL
Jl.AYaniTramolPosl-PahelDn,Katu$ETelp(0171);l74l7.Frx:7151448Surakann57l02

Surrt Persetuirrn Artikel Publikasi

Ihiah

Yang bertanda tangan dibawah ini pembimbing Skripsi/Tugas

Penbimbing

Nama
Pembimbing


Nama

Athir:

I
:

H.M Abi Muhlisin, SKM., M. Kep

II
:

Vinami Yutian, S.Kep, Ns, M.Sc

dan mencermati naskah artikel publikasi ilrnia[ yang merupakan

Telah membaca

rilgkasan skipsi/tugas akhir dari mabasiswa:

Nama

Septian Adi Nugroho

NIM

J

2t0tt0026

Prcgam Studi SI Keperawatan
Judul Skdpsi

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN PENDERITA TIIBERCULOSIS DAN

D1'Kt'NGAN KELUARGA DENGAN KEPATT,'HAN MINTIM OBAT DI
MLAYAH KERIA PUSKESMAS JEKI,'LO KABUPATEN KUDUS
Naskah artikel tersebut, layak dan dapat disetujui untuk dipublikasikan. Demikian
persetujuan dibua! semoga dapat dipergunakan seperhmya.


Sumkarta 23 Februari 2015
Pembimbing

II

\
Vinami Y

:v

.Kep, Ns, M.Sc

IIAI,AMAN PENGESAIIAN
HUBI]NGAN AIYTARA PENGETAEUAN PENDERITA TUBERCI]LOSN
DAII DUKUNGAN KELUARGA DENGAI\ KEPATT'EAN MII\ruM OBAT

DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS JtrKtJLO
KABUPATEN KUDUS

Diajukan oleh:


SEPTIAN ADI l\ruCROEO
.r 210.110.026

Telah dipertahankan di depan dewan penguji
pada tanggal 23 Februati 2016 dan dinyatakan lelah memenuhi syarat

Susunan Dewan Penguji:

Kep

l.

H.M Abi Muhtisin, SKM, M.

2.

vinami Yuliaq S.Kep, Ns. M.Sc

3.


Dr. faizah Betty R, A" S,KoP., M.Kes

Surakart4

(......-....

Februari 2016
Fakultas llmu Kosehatan
Unive.sitas Muhammadiyah Surakarta
Dekan,

ll

PERNYATA.A.N KXASLIAN SKRIPSI

Saya yang benanda tcngan

di bawah ini


:

Nama

Septiar Adi Nugroho

Nim

J210.110.0t/t

Pro$am Studi

S1

Judul Skipsi

HUBLINGAN ANTARA PENGETAHUAN PENDERITA

Keperawatan


TUBERCULOSIS

DAN DUKUNGAN

KELUARGA

DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS JEKULO I'4.BUPATEN KUDI]S
Dengan

ini

saya menyatakan bahwa

dalam skripsi ini tidak ada karya

yang

pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesadanaan di suatu perguruan tinggi
dan sepanjang pengetahuan penulis juga tldak terdapat karya aiau pendapat yang

pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tedulis diacu

dalanr naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila temyata kelak

terbukti ada ketidakbenaran dalam pemyataan saya diatas, maka saya

akan

brnarlggunp jawdb sepenuhya.

Surakarta, 17 Februari 2016

Yang Membuat Pernl,ataan

,tll^

,/-)l\t).t
.-=yT
Septian Acli Nutroho


lr

Hubungan Antara Pengetahuan Penderita Tuberculosis Dan Dukungan Keluarga Dengan
Kepatuhan Minum Obat Di Wilayah Kerja Puskesmas Jekulo Kabupaten Kudus (Septian
Adi Nugroho)

1

PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN PENDERITA TUBERCULOSIS
DAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS JEKULO KABUPATEN KUDUS
Septian Adi Nugroho*
H.M Abi Muhlisin, SKM., M. Kep **
Vinami Yulian, S.Kep, NS, Msc **
Abstrak

Tuberculosis adalah penyakit infeksi yang disebabkan bakteri berbentuk
batang (basil) yang dikenal dengan nama Mycobacterium Tuberculosis.

Penularan Tuberculosis melalui ludah atau dahak penderita yang mengandung
basil tuberculosis. Kasus TB Paru dapat
diobati apabila penderita TB
mempunyai pengetahuan yang baik untuk patuh dalam berobat selama kurang
lebih 6 bulan dan ditunjang dengan mutu pelayanan kesehatan yang baik dalam
menanggani penderita TB Paru. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
hubungan antara pengetahuan penderita tuberculosis dan dukungan keluarga
dengan kepatuhan minum obat tuberculosis di wilayah kerja Puskesmas Jekulo.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif korelatif dengan pendekatan cross
sectional. Sampel penelitian adalah 39 pasien TB di wilayah kerja Puskesmas
Jekulo Kabupaten Kudus dengan teknik sampling jenuh. Pengumpulan data
menggunakan kuesioner yang dianalisis menggunakan uji Fisher Exact Test.
Kesimpulan penelitian adalah (1) pengetahuan penderita tuberculosis tentang
dengan kepatuhan minum obat tuberculosis sebagian besar adalah cukup (54%),
(2) dukungan keluarga terhadap kepatuhan minum obat tuberculosis sebagian
besar adalah cukup (59%), (3) kepatuhan minum obat tuberculosis sebagian
besar adalah tidak patuh (59%), (4) terdapat hubungan pengetahuan penderita
tuberculosis dengan kepatuhan minum obat tuberculosis di wilayah kerja
Puskesmas Jekulo Kudus (p-value 0,003), dan (5) terdapat hubungan dukungan
keluarga dengan kepatuhan minum obat tuberculosis di wilayah kerja Puskesmas
Jekulo Kudus (p-value 0,039).
Kata kunci: pengetahuan tuberkulosis, dukungan keluarga, kepatuhan minum
obat

Hubungan Antara Pengetahuan Penderita Tuberculosis Dan Dukungan Keluarga Dengan
Kepatuhan Minum Obat Di Wilayah Kerja Puskesmas Jekulo Kabupaten Kudus (Septian
Adi Nugroho)

2

CORRELATION BETWEEN THE KNOWLEDGE OF TB PATIENTS AND
FAMILY SUPPORT AND MEDICINE CONSUMPTION IN THE AREA OF
JEKULO PUBLIC HEALTH CENTER KUDUS DISTRICT

By:
Septian Adi Nugroho

Tuberculosis is an infectious disease caused by a rod-shaped bacterium
(bacillus) known as Mycobacterium tuberculosis. The tuberculosis transmission
through saliva or sputum containing bacillus tuberculosis sufferers. Pulmonary
tuberculosis cases tuberculosis can be cured if the patient has a good knowledge
of submissive in treatment for about 6 months and is supported with a good
quality of health services in the handle with pulmonary tuberculosis. This study
aims to determine the relationship between knowledge of tuberculosis patients
and family support with medication adherence tuberculosis in public health
service of Jekulo Kudus. This research descriptived correlative with cross
sectional approach. Samples were 39 patients with tuberculosis in public health
service of Jekulo Kudus with saturated sampling technique. The collecting data
using questionnaires were analyzed using Fisher's Exact Test test. The
conclusion of the study are (1) the knowledge of tuberculosis patients on the
medication adherence tuberculosis majority was sufficient (54%), (2) the family
support for medication adherence tuberculosis majority was sufficient (59%), (3)
the adherence tuberculosis mostly non-compliance (59%), (4) there was a
relationship of knowledge tuberculosis patients with medication adherence
tuberculosis in public health service of Jekulo Kudus (p-value 0.003), and (5)
there was a relationship of family support with medication adherence tuberculosis
in public health service of Jekulo Kudus (p-value 0.039).
Keywords: tuberculosis knowledge, family support, medication adherence

Hubungan Antara Pengetahuan Penderita Tuberculosis Dan Dukungan Keluarga Dengan
Kepatuhan Minum Obat Di Wilayah Kerja Puskesmas Jekulo Kabupaten Kudus (Septian
Adi Nugroho)

PENDAHULUAN
Tuberculosis paru (TB paru)
merupakan salah satu penyakit
infeksi yang prevalensinya paling
tinggi di dunia. Berdasarkan laporan
World Health Organitation (WHO,
2012) sepertiga populasi dunia yaitu
sekitar
dua
milyar
penduduk
terinfeksi
Mycobacterium
Tuberculosis. Lebih dari 8 juta
populasi terkena TB aktif setiap
tahunnya dan sekitar 2 juta
meninggal. Lebih dari 90% kasus TB
dan kematian berasal dari negara
berkembang
salah
satunya
Indonesia (Depkes RI, 2012)
Menurut
World
Health
Organization sejak tahun 2010
hingga Maret 2011, di Indonesia
tercatat 430.000 penderita TB paru
dengan korban meninggal sejumlah
61.000. Jumlah ini lebih kecil
dibandingkan kejadian tahun 2009
yang mencapai 528.063 penderita
TB paru dengan 91.369 orang
meninggal
(WHO
Tuberculosis
Profile, 2012).
Di Indonesia, tuberculosis
merupakan
masalah
utama
kesehatan
masyarakat
dengan
jumlah menempati urutan ke-3
terbanyak di dunia setelah Cina dan
India, dengan jumlah sekitar 10%
dari total jumlah pasien tuberculosis
di dunia. Diperkirakan terdapat
539.000 kasus baru dan kematian
101.000 orang setiap tahunnya.
Jumlah kejadian TB paru di
Indonesia yang ditandai dengan
adanya Basil Tahan Asam (BTA)
positif pada pasien adalah 110 per
100.000
penduduk
(Riskesdas,
2013).
Di Jawa Tengah angka
penemuan penderita TB paru
dengan BTA positif tahun 2005
sebanyak 14.227 penderita, dengan
rata-rata kasus atau case detection
rate
(CDR)
sebesar
40,09%

3

meningkat menjadi 17.318 penderita
dengan CDR 49,82% tahun 2006.
Berdasarkan data terbaru di provinsi
Jawa Tengah sebesar 107/100.000
penduduk yang terdeteksi atau case
detection rate (CDR) per kabupaten
capainnya
dibawah
rata-rata
sebanyak 18 Kabupaten dengan
angka
terendah
berada
di
Kabupaten Boyolali (Riskesdas,
2013).
Data
Dinas
Kesehatan
Kabupaten Kudus menyebutkan
terjadi peningkatan kasus TB paru di
Kabupaten Kudus pada tahun 2013.
Angka kejadian TB paru pada tahun
2013
sebesar
130/100.000
penduduk, dengan tambahan kasus
baru
sebesar
53,72%
dan
persentase kasus tuberculosis yang
dapat disembuhkan sebesar 89,3%.
Puskesmas Jekulo adalah salah
satu puskesmas di Kabupaten
Kudus
mengalami
peningkatan
penderita TB paru pada tahun 2012
angka CDR
sebesar 55,1%,
menjadi 60,9% pada tahun 2013
dan tahun 2014 meningkat menjadi
72,94% (Dinkes Kudus, 2013).
Tuberculosis
adalah
penyakit infeksi yang disebabkan
bakteri berbentuk batang (basil)
yang
dikenal
dengan
nama
Mycobacterium
tuberculosis
(Hiswani, 2004). Penularan melalui
perantara
ludah
atau
dahak
penderita yang mengandung basil
tuberculosis paru (Depkes RI,
2012). Pengobatan TB paru dapat
dilaksanakan secara tuntas dengan
kerjasama
yang
baik
antara
penderita TB Paru dan tenaga
kesehatan
atau
lembaga
kesehatan, sehingga penyembuhan
pasien dapat dilakukan secara
maksimal (Aditama, 2006)
Penanganan TB paru oleh
tenaga dan lembaga kesehatan
dilakukan menggunakan metode
Direct
Observe
Treatment

Hubungan Antara Pengetahuan Penderita Tuberculosis Dan Dukungan Keluarga Dengan
Kepatuhan Minum Obat Di Wilayah Kerja Puskesmas Jekulo Kabupaten Kudus (Septian
Adi Nugroho)

Shortcourse (DOTS) atau observasi
langsung untuk penanganan jangka
pendek. DOTS terdiri dari lima hal,
yaitu komitmen politik, pemeriksaan
dahak di laboratorium, pengobatan
berkesinambungan
yang
harus
disediakan
oleh
negara,
pengawasan minum obat dan
pencatatan
laporan
(Resmiyati,
2011).
Pasien tuberculosis yang
menjalani tahap pengobatan di
Puskesmas Jekulo pada bulan
Agustus 2015 sebanyak 39 orang.
Selama pengobatan terdapat pasien
yang gagal sebanyak 16,6% yang
artinya dari 39 orang penderita TB
paru,
lima
diantara
penderita
tersebut, kembali berobat setelah
lost to follow up atau berhenti
berobat paling sedikit 2 bulan
dengan pengobatan kategori 2
(kasus kambuh atau gagal dengan
BTA positif) serta hasil pemeriksaan
dahak menunjukkan BTA positif.
Keberhasilan
pengobatan tuberculosis tergantung
pada pengetahuan pasien dan
dukungan dari keluarga. Tidak ada
upaya dari diri sendiri atau motivasi
dari
keluarga
yang
kurang
memberikan
dukungan
untuk
berobat
secara
tuntas
akan
mempengaruhi kepatuhan pasien
untuk mengkonsumsi obat. Apabila
ini dibiarkan, dampak yang akan
muncul jika penderita berhenti
minum obat adalah munculnya
kuman tuberculosis yang resisten
terhadap obat, jika ini terus terjadi
dan kuman tersebut terus menyebar
pengendalian obat tuberculosis
akan semakin sulit dilaksanakan
dan meningkatnya angka kematian
terus bertambah akibat penyakit
tuberculosis (Amin dan Bahar,
2007).
Dari survei dengan cara
observasi dan wawancara dengan
lima orang penderita TB paru yang

4

gagal di wilayah kerja Puskesmas
Jekulo, empat dari lima orang
penderita
mengatakan
bahwa
mereka tidak tahu tentang penyakit
TB paru yang dideritanya, penderita
hanya
mengatakan
bahwa
penyakitnya hanya batuk biasa dan
biasanya langsung sembuh sendiri.
Selain
itu
penderita
juga
mengatakan
tidak
mengetahui
tentang apa itu TB paru, apa
gejalanya, bagaimana penularanya
dan
bagaimana
cara
pengobatannya. Penderita TB paru
mengatakan tidak tahu upaya apa
yang
harus
dilakukan
untuk
menyembuhkan
penyakitnya.
Mereka juga tidak tahu jangka waktu
pengobatanya oleh karena itu
mereka tidak disiplin dalam minum
obat. Hal ini menunjukkan bahwa
pengetahuan tentang kepatuhan
pengobatan penyakit TB paru masih
sangat kurang. Hasil observasi
menunjukan bahwa masalah utama
para penderita adalah kurangnya
perilaku hidup bersih antara lain
rumah yang lembab, kurangnya
pencahayaan pada siang hari dan
lingkungan rumah yang kotor.
Berdasarkan
hasil
wawancara
dengan
keluarga
penderita TB paru di wilayah kerja
Puskesmas Jekulo, tiga dari lima
keluarga penderita mengatakan
bahwa mereka tidak tahu tentang
penyakit TB paru, dan bahaya
penularan untuk orang disekitarnya.
Mereka
kurang
memperdulikan
penyakit TB paru sehingga sering
bergantian peralatan makan dan
minum dengan penderita TB paru
tanpa
dicuci
terlebih
dahulu.
Keluarga juga mengatakan bahwa
dukungan
keluarga
sangatlah
kurang karena alasan kesibukan
masing-masing. Karena kurangnya
perhatian dan dukungan keluarga,
penderita terkadang lupa minum
obat
secara
rutin.
Hal
ini

5

Hubungan Antara Pengetahuan Penderita Tuberculosis Dan Dukungan Keluarga Dengan
Kepatuhan Minum Obat Di Wilayah Kerja Puskesmas Jekulo Kabupaten Kudus (Septian
Adi Nugroho)

menunjukkan bahwa dukungan dan
perhatian
keluarga
terhadap
kepatuhan minum obat penderita
TB paru masih sangat kurang.
Dari survey pendahuluan di
Puskesmas Jekulo didapatkan hasil
banyaknya masalah ketidakpatuhan
minum obat. Hal itu dapat dibuktikan
dengan banyaknya penderita yang
tidak cepat sembuh dan sakitnya
semakin lama karena mereka tidak
minum obat secara teratur, malas
berobat dan kurangnya dukungan
keluarga.
Berdasarkan
permasalahan tersebut diatas, maka
peneliti terdorong untuk melakukan
penelitian
tentang
“Hubungan
pengetahuan
tuberculosis
dan
dukungan
keluarga
terhadap
kepatuhan minum obat tuberculosis
di wilayah kerja Puskesmas Jekulo
Kabupaten Kudus”

METODELOGI PENELITIAN
Pendekatan Penelitian
Penelitian ini merupakan
penelitian
kuantitatif
dengan
rancangan deskriptif korelalif dengan
menggunakan pendekatan cross
sectional yaitu menggambarkan dan
menganalisis suatu fenomena yang
disebabkan oleh fenomena lainnya
pada waktu yang sama (Arikunto,
2010). Penelitian ini bertujuan untuk
menggambarkan hubungan antara
pengetahuan penderita TB dan
dukungan
keluarga
dengan
kepatuhan minum obat di wilayah
kerja Puskesmas Jekulo Kabupaten
Kudus.
Populasi dan Sampel
Populasi yang digunakan dalam
penelitian ini adalah pasien TB di
wilayah kerja Puskesmas Jekulo
Kabupaten Kudus, yang berjumlah
sekitar 39 orang pasien. Sampel
penelitian adalah 39 pasien TB di

wilayah kerja Puskesmas Jekulo
Kabupaten Kudus dengan teknik
sampling jenuh.
Adapun
kriteria
sample
dalam penelitian ini adalah:
1) Kriteria Inklusi
a) Pasien TB yang tercatat
menjalani pengobatan di
Puskesmas
Jekulo
Kabupaten Kudus.
b) Pasien telah mendapatkan
pengobatan TB yaitu OAT.
c) Bisa membaca, menulis, dan
berkomunikasi dengan baik.
2) Kriteria Ekslusi
a) Pasien
yang
mengalami
kekambuhan, sehingga tidak
dapat memberikan informasi
kepada peneliti.
b) Pasien anak yang berusia
dibawah 15 tahun.
Instrumen Penelitian
Penelitian ini menggunakan alat
ukur berupa kuesioner.
Analisis Data
Analisa data pada penelitian ini
adalah bivariat. Untuk dapat menguji
dan menganalisa data digunakan
tehnik Fisher Exact Test.

HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
Analisis Univariate
Deskripsi Pengetahuan
Tabel 1. Distribusi Frekuensi
Pengetahuan
Pengetahuan
Kurang
Cukup
Baik
Total

Frek
13
21
5
39

%
33%
54%
13%
100

Hubungan Antara Pengetahuan Penderita Tuberculosis Dan Dukungan Keluarga Dengan
Kepatuhan Minum Obat Di Wilayah Kerja Puskesmas Jekulo Kabupaten Kudus (Septian
Adi Nugroho)

Deskripsi Dukungan Keluarga
Tabel 2. Distribusi Frekuensi
Dukungan Keluarga
Dukungan Keluarga
Buruk
Cukup
Baik
Total

Frek
7
23
9
39

%
18%
59%
23%
100

Deskripsi Kepatuhan Minum Obat
Tabel 3. Distribusi Frekuensi
Kepatuhan Minum Obat
Kepatuhan Minum
Obat
Tidak patuh
Patuh
Total

Frek

%

23
16
39

59%
41%
100

Analisis Bivariat
Hubungan Pengetahuan dengan
Kepatuhan Minum Obat
Tabel 4. Hubungan Pengetahuan
dengan Kepatuhan Minum
Obat
Pengetah
uan

Kurang
Cukup
Baik
Total

Kepatuhan Minum
Obat
Tidak
Patuh
patuh
F
%
F
%
12
92 1
8
11
52 10
48
0
0
5
100
23
59 16
41

Total
F
13
21
5
39

%
100
100
100
100

Data
tabulasi
silang
pengetahuan dengan kepatuhan
minum obat menunjukkan bahwa
pada pengetahuan kurang sebagian
besar tidak patuh yaitu sebanyak 12
responden (92%) dan 1 responden
(8%) patuh. Selanjutnya pada
pengetahuan cukup sebagian besar
patuh yaitu 11 responden (52%) dan
patuh sebanyak 10 responden
(48%),
sedangkan
pada
pengetahuan baik semua responden
yaitu 5 responden (100%) patuh.
Berdasarkan
distribusi
tersebut
nampak bahwa semakin baik
pengetahuan
responden
maka
semakin patuh minum obat.
Hasil analisis uji Chi
Square diperoleh nilai χ2hitung

6

sebesar 13,535 dengan tingkat
signifikansi (p-value) 0,001. Nilai
signifikansi uji (p-value) lebih
kecil dari 0,05 (0,001 < 0,05)
maka keputusan uji adalah H0
ditolak sehingga disimpulkan
terdapat
hubungan
antara
pengetahuan dengan kepatuhan
minum obat pasien tuberculosis
di Wilayah Kerja Puskesmas
Jekulo Kudus.
Hasil
uji
Chi
Square
menunjukkan terdapat syarat-syarat
uji Chi Square yang tidak terpenuhi
yaitu terdapat 2 sel yang memiliki
nilai expected cound (fh) kurang dari
5. Selanjutnya perlu dilakukan
analisis
lanjutan
menggunakan
asumsi
Yates,
yaitu
dengan
menggabungkan kategori salah satu
variable penelitian. Variabel yang
digambung
kategorinya
adalah
variable pengetahuan karena terdiri
dari 3 kategori. Penggabungan
kategori pengetahuan yang semula
terdiri dari kategori kurang, cukup
dan baik selanjutnya diubah menjadi
kategori kurang dan baik dengan
kriteria baik jika skor lebih atau sama
dengan rata-rata (mean) dan kurang
jika skor kurang dari rata-rata
(mean). Uji Chi Square lanjutan
ternyata merupakan uji Chi Square
2x2 table sehingga disebut dengan
uji Fisher Exact Test.
Hasil uji Fisher Exact Test
hubungan pengetahuan dengan
kepatuhan minum obat diperoleh
nilai χ2hitung continuity correction
sebesar 7,235 dengan tingkat
signifikansi (p-value) 0,007 dan lebih
rendah
dari
0,05
sehingga
keputusan uji adalah H0 ditolak.
Berdasarkan keputusan uji tersebut
maka kesimpulan penelitian adalah
terdapat
hubungan
antara
pengetahuan dengan kepatuhan
minum obat pasien tuberculosis di
Wilayah Kerja Puskesmas Jekulo
Kudus, dimana semakin baik tingkat

Hubungan Antara Pengetahuan Penderita Tuberculosis Dan Dukungan Keluarga Dengan
Kepatuhan Minum Obat Di Wilayah Kerja Puskesmas Jekulo Kabupaten Kudus (Septian
Adi Nugroho)

pengetahuan maka semakin patuh
mengkonsumsi obat.
Hubungan Dukungan Keluarga
dengan Kepatuhan Minum Obat
Tabel 5. Hubungan Dukungan
Keluarga dengan
Kepatuhan Minum Obat
Dukungan
keluarga
Buruk
Cukup
Baik
Total

Kepatuhan Minum
Obat
Tidak
Patuh
patuh
Frek % Frek
%
7
100
0
0
15
65
8
35
1
11
8
89
23
59
16
41

Total
Frek
7
23
9
39

%
100
100
100
100

Data
tabulasi
silang
dukungan
keluarga
dengan
kepatuhan minum obat menunjukkan
bahwa pada dukungan keluarga
buruk semuanya tidak patuh yaitu
sebanyak 7 responden (100%).
Selanjutnya
pada
dukungan
keluarga cukup sebagian besar tidak
patuh yaitu 15 responden (65%) dan
patuh sebanyak 8 responden (35%),
sedangkan pada dukungan keluarga
baik sebagian besar responden
patuh yaitu 8 responden (89%) dan
tidak patuh sebanyak 1 responden
(11%).
Berdasarkan
distribusi
tersebut nampak bahwa semakin
baik
dukungan
keluargamaka
semakin patuh minum obat.
Hasil analisis uji Chi Square
diperoleh nilai χ2hitung sebesar 13,762
dengan tingkat signifikansi (p-value)
0,001. Nilai signifikansi uji (p-value)
lebih kecil dari 0,05 (0,001 < 0,05)
maka keputusan uji adalah H0
ditolak
sehingga
disimpulkan
terdapat hubungan antara dukungan
keluarga dengan kepatuhan minum
obat pasien tuberculosis di Wilayah
Kerja Puskesmas Jekulo Kudus.
Hasil
uji
Chi
Square
menunjukkan terdapat syarat-syarat
uji Chi Square yang tidak terpenuhi
yaitu terdapat 2 sel yang memiliki
nilai frekuens harapan (fh) kurang
dari 5 dan satu sel yang memiliki

7

frekuensi observasi (fo) = 0.
Selanjutnya perlu dilakukan analisis
lanjutan
menggunakan
asumsi
Yates,
yaitu
dengan
menggabungkan kategori salah satu
variable penelitian. Variabel yang
digambung
kategorinya
adalah
variable dukungan keluarga karena
terdiri
dari
3
kategori.
Penggabungan kategori dukungan
keluarga yang semula terdiri dari
kategori buruk, cukup dan baik
selanjutnya diubah menjadi kategori
kurang dan baik dengan kriteria baik
jika skor lebih atau sama dengan
rata-rata (mean) dan kurang jika
skor kurang dari rata-rata (mean). Uji
Chi
Square
lanjutan
ternyata
merupakan uji Chi Square 2x2 table
sehingga disebut dengan uji Fisher
Exact Test.
Hasil uji Fisher Exact Test
hubungan
dukungan
keluarga
dengan kepatuhan minum obat
diperoleh nilai χ2hitung continuity
correction sebesar 4,234 dengan
tingkat signifikansi (p-value) 0,035
dan lebih rendah dari 0,05 sehingga
keputusan uji adalah H0 ditolak.
Berdasarkan keputusan uji tersebut
maka kesimpulan penelitian adalah
terdapat hubungan antara dukungan
keluarga dengan kepatuhan minum
obat pasien tuberculosis di Wilayah
Kerja Puskesmas Jekulo Kudus,
dimana semakin baik dukungan
keluarga maka semakin patuh
mengkonsumsi obat.
Pembahasan
Deskripsi Pengetahuan
Distribusi
frekuensi
pengetahuan
responden
menunjukkan distribusi tertinggi
adalah
cukup
sebanyak
21
responden (46%). Pengetahuan
responden
tentang
pengobatan
tuberculosis
paru
diperoleh
merupakan hasil upaya mencari tahu

Hubungan Antara Pengetahuan Penderita Tuberculosis Dan Dukungan Keluarga Dengan
Kepatuhan Minum Obat Di Wilayah Kerja Puskesmas Jekulo Kabupaten Kudus (Septian
Adi Nugroho)

yang terjadi setelah individu tersebut
melakukan
penginderaan.
Pengetahuan
atau
kognitif
merupakan domain yang sangat
penting untuk terbentuknya tindakan
seseorang atau over behavior
(Notoatmojo, 2007).
Beberapa
faktor
yang
berhubungan
dengan
tingkat
pengetahuan responden yang cukup
adalah faktor pendidikan. Distribusi
tingkat
pendidikan
responden
menunjukkan
sebagian
besar
responden berpendidikan SMP dan
SMA. Tingkat pendidikan responden
yang cukup baik menyebabkan
responden memiliki kemampuan
untuk menyerap informasi-informasi
tentang penyakit TBC dan cara
pencegahannya. Informasi-informasi
tentang penyakit TBC tersebut
diperoleh
dari
media
massa,
informasi orang yang dipercaya
(keluarga, saudara dan lain-lain)
serta petugas kesehatan selama
responden melakukan pemeriksaan.
Faktor
lain
yang
berhubungan dengan pengetahuan
responden
tentang
pengobatan
tuberkulosis
adalah
adanya
penyuluhan dari petugas kesehatan.
Ketika pasien datang ke puskesmas
untuk memeriksakan perkembangan
kesehatannya dan mengambil obat,
maka seringkali petugas kesehatan
memberikan penyuluhan tentang
cara-cara
mengkonsumsi
obat
tuberkulosis dan dampaknya bagi
kesehatan
pasien.
Penyuluhan
kesehatan yang diberikan oleh
petugas kesehatan, walaupun tidak
diberikan secara khusus, namun
karena
berulang-ulang
menyebabkan pengetahuan pasien
tuberkulosis tentang pengobatan
tuberkulosis
meningkat
(Notoatmodjo, 2007).

8

Deskripsi Dukungan Keluarga
Deskripsi
dukungan
keluarga menunjukkan distribusi
tertinggi adalah cukup (59%).
Keluarga memiliki fungsi afektif
untuk
mengajarkan
segala
sesuatu untuk mempersiapkan
anggota keluarga berhubungan
dengan orang lain yaitu fungsi
sosialisasi
sebelum
meninggalkan
rumah
serta
fungsi pemeliharaan kesehatan
yaitu fungsi mempertahankan
keadaan kesehatan anggota
keluarga agar tetap memiliki
produktivitas
yang
tinggi
(Friedman, 2010).
Dukungan
keluarga
dalam penelitian ini adalah
cukup, sedangkan faktor-faktor
yang
berhubungan
dengan
dukungan keluarga antara lain
hubungan
pasien
dengan
keluarga. Distribusi hubungan
responden
dengan
pasien
menunjukkan sebagian besar
responden adalah sebagai orang
suami istri, hubungan responden
dengan pasien adalah keluarga
inti. Salah satu fungsi keluarga
adalah melaksanakan praktek
asuhan keperawatan, yaitu untuk
mencegah terjadinya gangguan
jiwa atau merawat anggota
keluarga
yang
mengalami
gangguan jiwa. Kemampuan
keluarga dalam memberikan
asuhan
keperawatan
mempengaruhi status kesehatan
keluarga. Kesanggupan keluarga
melaksanakan
pemeliharaan
kesehatan dapat dilihat dari
tugas kesehatan keluarga yang
dilaksanakan. Keluarga yang
dapat
melaksanakan
tugas
kesehatan
berarti
sanggup
menyelesaikan
masalah
kesehatan (Friedman, 2010).

Hubungan Antara Pengetahuan Penderita Tuberculosis Dan Dukungan Keluarga Dengan
Kepatuhan Minum Obat Di Wilayah Kerja Puskesmas Jekulo Kabupaten Kudus (Septian
Adi Nugroho)

Deskripsi Kepatuhan Minum Obat
Distribusi
frekuensi
kepatuhan minum obat responden
menunjukkan distribusi tertinggi tidak
patuh (59%). Tingkat kepatuhan ini
disebabkan
adanya
motivasi
penderita
terhadap
proses
penyembuhan penyakit. Timbulnya
kejenuhan
dalam
proses
pengobatan menyebabkan motivasi
pasien untuk melaksanakan proses
pengobatan
berkurang.
Hasil
penelitiaan ini sesuai dengan
penelitian yang meneliti kepatuhan
penderita TB paru di Puskesmas
Bojong I Kabupaten Pekalongan,
penelitian ini menyimpulkan bahwa
53%
pasien
memiliki
tingkat
kepatuhan yang kurang terhadap
pengobatan TB paru (Rejeki, 2003).
Hubungan Pengetahuan dengan
Kepatuhan Minum Obat
Hasil uji Fisher Exact Test
hubungan pengetahuan dengan
kepatuhan minum obat disimpulkan
terdapat
hubungan
antara
pengetahuan dengan kepatuhan
minum obat pasien tuberculosis di
Wilayah Kerja Puskesmas Jekulo
Kudus, dimana semakin baik tingkat
pengetahuan maka semakin patuh
mengkonsumsi obat.
Pengetahuan
merupakan
seluruh hasil atau yang ada pada
seorang dari penginderaan terhadap
sesuatu objek yang dipengharuhi
oleh intensitas perhatian dan
persepsi
terhadap
objek
tersebut.Sumber
pengetahuan
sebagian besar di dapat dari
pengindraan mengunakan telingga
dan mata. Pengetahuan yang baik
merupakan dasar seseorang untuk
melakukan perilaku yang baik
(Notoatmodjo, 2010).
Pengetahuan
dipengaruhi
oleh pengalaman seseorang, faktorfaktor
luar
orang
tersebut
(lingkungan), baik fisik maupun non

9

fisik dan sosial budaya yang
kemudian pengalaman tersebut
diketahui, dipersepsikan, diyakini
sehingga menimbulkan motivasi, niat
untuk bertindak dan pada akhirnya
terjadi perwujudan niat berupa
perilaku. Dalam hal ini pengetahuan
yang
cukup
akan
juga
mempengaharui
seorang
untuk
melakukan sesuatu karena seorang
akan mencari tau informasi yang
yang ada disekitarnya. Semakin baik
pengetahuan seorang maka seorang
tersebut
akan
patuh
dalam
meminum obat anti tuberculosis
sedangkan apabila pengetahuan
seorang cukup maka maka seorang
tersebut
akan
mencari
tahu
informasi sehingga seorang yang
pengetahaun cukup akan juga patuh
minum obat anti tuberculosis dan
apabila
pengetahuan
kurang
seorang dan tidak tahu informasi
atau kurangnya informasi yang ada
pada penyakitnya maka kemungkin
besar seorang tersebut tidak akan
patuh dalam minum obat anti
tuberculosis (Nizar, 2010).
Hasil
penelitia
ini
menunjukkan
bahwa
terdapat
hubungan pengetahuan dengan
kepatuhan minum obat pada pasien
tuberculosis di Wilayah Kerja
Puskesmas Jukulo Kudus. Hasil ini
mendukung penelitian terdahulu
yang
menyimpulkan
terdapat
hubungan pengetahuan dengan
kepatuhan meminum obat anti
tuberculosis paru di Puskesmas
Kecamatan Jatinegara Jawa Barat
(Friska, 2012).
Hubungan Dukungan Keluarga
dengan Kepatuhan Minum Obat
Hasil uji Fisher Exact Test
hubungan
dukungan
keluarga
dengan kepatuhan minum obat
diperoleh
kesimpulan
terdapat
hubungan antara dukungan keluarga
dengan kepatuhan minum obat

Hubungan Antara Pengetahuan Penderita Tuberculosis Dan Dukungan Keluarga Dengan
Kepatuhan Minum Obat Di Wilayah Kerja Puskesmas Jekulo Kabupaten Kudus (Septian
Adi Nugroho)

pasien tuberculosis di Wilayah Kerja
Puskesmas Jekulo Kudus, dimana
semakin baik dukungan keluarga
maka semakin patuh mengkonsumsi
obat.
Penyakit TB paru adalah
penyakit menular kronis yang
disebabkan
oleh
bakteri
Mycobacterium
tuberculosis.
Penularan utama penyakit TB paru
adalah oleh bakteri yang terdapat
dalam droplet yang dikeluarkan
penderita sewaktu bersin bahkan
bicara (Muttaqin, 2008). Bakteri ini
juga mempunyai kandungan lemak
yang tinggi pada membrana selnya
sehingga menyebabkan bakteri ini
menjadi tahan terhadap asam dan
pertumbuhan
dari
kumannya
berlangsung
dengan
lambat
(Tabrani, 2010).
Waktu pengobatan yang
lama menyebabkan penderita sering
terancam putus berobat selama
masa
penyembuhan
dengan
berbagai alasan, antara lain merasa
sudah sehat atau faktor ekonomi.
Akibatnya adalah pola pengobatan
harus dimulai dari awal dengan
biaya yang bahkan menjadi lebih
besar serta menghabiskan waktu
berobat yang lebih lama (Riskesdas,
2013).
Dukungan keluarga memilki
hubungan dengan kepatuhan minum
obat pasien TB dimana dia
menyatakan PMO sebaiknya adalah
anggota keluarga sendiri yaitu anak
atau pasanganya dengan alasan
lebih bisa dipercaya. Selain itu
adanya
keeratan
hubungan
emosional sangat mempengaruhi
PMO selain sebagai pengawas
minum obat juga memberikan
dukungan
emosional
kepada
penderita TB (Gendhis, 2011).

10

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Pengetahuan
penderita
tuberculosis tentang dengan
kepatuhan
minum
obat
tuberculosis di wilayah kerja
Puskesmas
Jekulo
Kudus
sebagian besar adalah cukup
(54%).
2. Dukungan keluarga terhadap
kepatuhan
minum
obat
tuberculosis di wilayah kerja
Puskesmas
Jekulo
Kudus
sebagian besar adalah cukup
(59%).
3. Kepatuhan
minum
obat
tuberculosis di wilayah kerja
Puskesmas
Jekulo
Kudus
sebagian besar adalah tidak
patuh (59%).
4. Terdapat
hubungan
pengetahuan
penderita
tuberculosis dengan kepatuhan
minum obat tuberculosis di
wilayah kerja Puskesmas Jekulo
Kudus (p-value 0,003).
5. Terdapat hubungan dukungan
keluarga dengan kepatuhan
minum obat tuberculosis di
wilayah kerja Puskesmas Jekulo
Kudus (p-value 0,039).
Saran
1. Bagi Puskesmas
Petugas Puskesmas memiliki
peran
dalam
meningkatkan
pengetahuan
tentang
pengobatan
pada
pasien
tuberculosis paru. Peningkatan
pengetahuan tersebut dapat
dilakukan dengan melakukan
penyuluhan-penyuluhan kepada
masyarakat tentang pentingnya
mematuhi konsumsi obat pada
pasien
tuberculosis
paru,
sehingga
peningkatan
pengetahuan pasien tuberculosis
paru
berdampak
pada
peningkatan kepatuhan minum

Hubungan Antara Pengetahuan Penderita Tuberculosis Dan Dukungan Keluarga Dengan
Kepatuhan Minum Obat Di Wilayah Kerja Puskesmas Jekulo Kabupaten Kudus (Septian
Adi Nugroho)

obat pasien tuberculosis paru.
2. Bagi Pasien
Pasien
tuberculosis
paru
hendaknya menjaga motivasi
dan
semangatnya
dalam
melaksanakan
pengobatan.
Pasien hendaknya mendekatkan
diri kepada Tuhan sehingga
memiliki keyakinan terhadap
kesembuhan penyakitnya dan
berdampak pada peningkatan
semangatnya
dalam
proses
pengobatan.
3. Bagi Masyarakat
Masyarakat
yang
memiliki
anggota keluarga atau tetangga
pasien tuberculosis hendaknya
mendukung proses pengobatan
pasien
tuberculosis,
salah
satunya dengan mengingatkan
pasien
tuberculosis
tentang
masa pengotannya, misalnya
segera mengingatkan ketika obat
yang dikonsumsi sudah mulai
habis.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Peneliti selanjutnya yang ingin
meneliti dengan obyek yang
sama,
hendaknya
menambahkan faktor-faktor lain
yang
berhubungan
dengan
kepatuhan minum obat pasien
tuberculosis, misalnya faktor
motivasi, dukungan petugas
kesehatan dan lain-lain sehingga
diketahui faktor manakah yang
paling dominant berhubungan
dengan kepatuhan minum obat
pasien tuberculosis.

DAFTAR PUSTAKA
Aditama, T.Y. 2006. Tuberculosis
Diagnose
Terapi
dan
Masalahnya.
Edisi
IV.
Jakarta : Yayasan penerbit
ikatan Dokter Indonesia

Amin,

Z dan Bahar, A.
Pengobatan
TB
Jakarta: EGC.

11

2007.
Paru.

Arifin N. 2015. Penatalaksanaan TB
MDR danStrategi DOTS
Plus. Jakarta: Departemen
Pulmonologi
dan
Ilmu
Kedokteran
Respirasi
FKUI-RSUP Persahabatan.
Arikunto, 2010. Prosedur Penelitian
Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: Rineka Cipta.
Asmariani, S. 2012. Faktor-faktor
yang
Menyebabkan
Ketidakpatuhan Penderita
TB Paru Minum Obat Anti
Tuberkulosis
(OAT)
di
Wilayah Kerja Puskesmas
Gajah Mada Kecamatan
Temilahan Kota Kabupaten
Indragiri
Hilir.
Jurnal
Penelitian.
Riau.
PSIK
Universitas Riau.
Aziz, Alimul, Hidayat., 2007. Metode
Penelitian
Keperawatan
dan Teknik Analisa Data.
Jakarta: Salemba Merdeka.
Departemen Kesehatan Republic
Indonesia. 2008 Pedoman
Nasional Penanggulangan
Tuberculosis.
Jakarta:
Depkes RI
Depkes

RI,
2012.
Pedoman
Nasional Penanggulangan
Tuberculosis.
Jakarta:
Depkes RI

Dinas Kesehatan Kabupaten Kudus.
2013. Laporan Progam
Penanggulangan
Tuberculosis
Kabupaten

Hubungan Antara Pengetahuan Penderita Tuberculosis Dan Dukungan Keluarga Dengan
Kepatuhan Minum Obat Di Wilayah Kerja Puskesmas Jekulo Kabupaten Kudus (Septian
Adi Nugroho)

Kudus Tahun 2012-2014.
Kudus: Dkk Kudus
Dinkes Prov. Jateng. 2010.
Kesehatan Provinsi
Tengah
Tahun
Semarang:
Kesehatan Provinsi
Tengah

Profil
Jawa
2009.
Dinas
Jawa

Friedman M. 2010. Buku Ajar
Keperawatan
Keluarga:
Riset, Teori & Praktik. Alih
bahasa oleh Achir Yani S.
Jakarta: EGC.
Friska,

Gendhis

J.
2012.
Hubungan
Pengetahuan dan Sikap
dengan Kepatuhan Minum
Obat Anti Tuberculosis
pada Pasien Tuberculosis
Paru
di
Puskesmas
Kecamatan
Jatinegara.
Publikasi
Penelitian.
Bekasi: Program Studi
Kebidanan Sekolah Tinggi
Kesehatan
Medistra
Indonesia.
I.D. 2011. Hubungan
Antara Pengetahuan, Sikap
Pasien
dan
Dukungan
Keluarga
dengan
Kepatuhan Minum Obat
pada Pasien TB Paru di
BKPM
Pati.
Jurnal
Penelitian.
Semarang:
Progdi S1. Keperawatan
STIKES
Telogorejo
Semarang.

Hiswani. 2004. Pencegahan dan
Pemberantasan Penyakit
Menular dan Lingkungan
Pemukiman.
Jakarta:
Departemen Kesehatan RI.

12

Jhonson

R – Lenny R, 2010.
Keperawatan
Keluarga
Plus
Contoh
Askep
Keluarga. Yogyakarta :
Nuha Medika

Juwita.

R. H. 2010. Hubungan
Kinerja Pengawas Minum
Obat
(PMO)
dengan
Keteraturan
Berobat
Pasien TB Paru Strategi
DOTS
di
RSUD
Dr.
Moewardi
Surakarta.
Publikasi
Penelitian.
Surakarta:
Fakultas
Kedokteran
Universitas
Sebelas Maret.

Kemenkes RI. 2011. Strategi
Nasional Pengendalian TB
di Indonesia 2011-2014.
Jakarta: Direktorat Jendral
Pengendalian Penyakit dan
Lingkungan, Departemen
Kesehatan RI.
Luluk. F.S. 2012. Hubungan Antara
Tingkat Pengetahuan dan
Mutu Pelayanan Kesehatan
Terhadap
Kepatuhan
Minum Obat Penderita
Tuberculosis
Paru
di
Puskesmas.
Naskah
Publikasi.
Surakarta:
Program
Studi
S1
Keperawatan Fakultas Ilmu
Kesehatan Univeritas.
Mubarak. 2006. Ilmu Keperawatan
Komunitas. Jakarta: CV.
Sagung Seto.
Muttaqin, A. 2008. Buku Ajar:
Asuhan Keperawatan Klien
Dengan Gangguan System
Pernapasan.
Jakarta:
Salemba Medika.

Hubungan Antara Pengetahuan Penderita Tuberculosis Dan Dukungan Keluarga Dengan
Kepatuhan Minum Obat Di Wilayah Kerja Puskesmas Jekulo Kabupaten Kudus (Septian
Adi Nugroho)

Niven,

13

Penderita TB Paru di
Puskesmas
Bojong
I
Kabupaten
Pekalongan.
Jurnal
Penelitian.
Semarang:
STIKES
Telogorejo.

Neil.
2002.
Psokologi
Kesehatan:
Pengantar
untuk Perawat Profesional
Kesehatan Lain Edisi 2.
Alih
Bahasa:
Agung
Waluyo. Editor Monica
Ester.
Jakarta: EGC

Nizar, M. 2010. Pemberantasan dan
Penanggulangan
Tuberculosis.
Gosyan
Publishing: Yogyakarta.

Resmiyati. 2011. Beberapa masalah
klinis dan penyakit ISPA
pada bayi dan anak.
Kumpulan makalah pada
lokakarya nasional ke 1.
Cipanas 2011

Notoatmodjo, S. 2007. Pendidikan
dan Perilaku Kesehatan.
Jakarta : Rineka Cipta.

Riset

Nursalam. 2010. Konsep dan
Penerapan
Metodologi
Penelitian
Ilmu
Keperawatan
Jakarta
:
Salemba
Medika
Nursalam 2008. Konsep
dan Penerapan Metodologi
Penelitian
Ilmu
Keperawatan
Jakarta
: Salemba Medika
Pasek,

Price

Made Suadnyani. Dkk.
Hubungan Persepsi Dan
Tingkat
Pengetahuan
Penderita
Tuberkulosis
dengan
Kepatuhan
Pengobatan Di Wilayah
Kerja Puskesmas Buleleng
1.
Jurnal
Magister
Kedokteran Keluarga Vol.
1, No. 1, hal: 14-23.2013
S & Wilson L. 2005.
Patofisiologi: Konsep Klinik
Proses-proses
Penyakit.
Jakarta: EGC.

Rejeki, H. 2003. Hubungan antara
Peran Pengawas Menelan
Obat dengan
Tingkat
Kepatuhan Berobat pada

Kesehatan Dasar. 2013.
Badan
Penelitian
Dan
Pengembangan Kesehatan
Kementrian Kesehatan RI
Tahun 2010. Jakarta RI.

Sibuea

H. 2005. Ilmu Penyakit
Dalam. Jakarta: PT. Rineka
Cipta.

Sitepu,

M.Y. 2009. Karakteristik
Penderita TB Paru Relapse
yang Berobat di Balai
Pengobatan PenyakitParuparu (BP4) Medan. Jurnal
Penelitian.
Medan:
Fakultas Kedokteran USU.

Sugiyono, 2012. Statistika Untuk
Penelitian,
Alfabeta,
Bandung.
Tabrani. 2010. Ilmu Penyakit Paru.
Jakarta: TIM.
Taufiq. A. 2009. Tuberkulosis Paru.
Jakarta:
Universitas
Indonesia. Laporan Klinik
Kepaniteraan
Ilmu
Kesehatan Masyarakat.
Wawan, Dewi. 2011. Teori dan
Pengukuran Pengetahuan,

Hubungan Antara Pengetahuan Penderita Tuberculosis Dan Dukungan Keluarga Dengan
Kepatuhan Minum Obat Di Wilayah Kerja Puskesmas Jekulo Kabupaten Kudus (Septian
Adi Nugroho)

Sikap,
dan
Perilaku
Manusia.
Yogyakarta:
Nuha Medika
WHO. 2012. Tuberculosis Profile.
www.who.int/tb/data.
diakses
tanggal
5
Desember 2011.

*Septian Adi Nugroho: Mahasiswa
S1 Keperawatan FIK UMS. Jln A
Yani Tromol Post 1 Kartasura
** H.M Abi Muhlisin, SKM., M. Kep:
Dosen Keperawatan FIK UMS. Jln A
Yani Tromol Post 1 Kartasura.
** Vinami Yulian, S.Kep, NS, Msc:
Dosen Keperawatan FIK UMS. Jln A
Yani Tromol Post 1 Kartasura

14

Dokumen yang terkait

Hubungan antara Dukungan Keluarga dan Kepatuhan Minum Obat pada Penderita Tuberkulosis di Wilayah Ciputat Tahun 2014

4 15 121

HUBUNGAN ANTARA FUNGSI KELUARGA MENURUT NILAI APGAR DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT ANTI TUBERCULOSIS PADA PENDERITA TUBERCULOSIS PARU

8 39 67

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DAN MUTU PELAYANAN KESEHATAN TERHADAP KEPATUHAN MINUM OBAT PENDERITA TUBERCULOSIS PARU DI PUSKESMAS GATAK

0 4 7

Hubungan Kepatuhan Minum Obat Kusta Dan Dukungan Keluarga Dengan Kecacatan Pada Penderita Kusta Di Kabupaten Kudus

0 2 7

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN PENDERITA TUBERCULOSIS DAN DUKUNGAN KELUARGA Hubungan Antara Pengetahuan Penderita Tuberculosis Dan Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Minum Obat Di Wilayah Kerja Puskesmas Jekulo Kabupaten Kudus.

0 3 16

PENDAHULUAN Hubungan Antara Pengetahuan Penderita Tuberculosis Dan Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Minum Obat Di Wilayah Kerja Puskesmas Jekulo Kabupaten Kudus.

1 4 9

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEAKTIFAN KONTROL PADA PENDERITA Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan Dukungan Keluarga Dengan Keaktifan Kontrol Pada Penderita Hipertensi Di Wilayah Puskesmas Gatak Kabupaten Sukoharjo.

0 2 18

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DAN MUTU PELAYANAN KESEHATAN TERHADAP KEPATUHAN MINUM Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan dan Mutu Pelayanan Kesehatan Terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita Tuberculosis Paru di Puskesmas Gatak.

1 6 15

PENDAHULUAN Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan dan Mutu Pelayanan Kesehatan Terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita Tuberculosis Paru di Puskesmas Gatak.

0 0 5

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DAN MUTU PELAYANAN KESEHATAN TERHADAP Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan dan Mutu Pelayanan Kesehatan Terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita Tuberculosis Paru di Puskesmas Gatak.

0 0 12