PERBEDAAN PENGETAHUAN GIZI TENTANG ANEMIA DAN ANGKA KESAKITAN ANTARA SISWI ANEMIA DAN Perbedaan Pengetahuan Gizi Tentang Anemia dan Angka Kesakitan Antara Siswi Anemia dan Non Anemia di SMK Penerbangan Bina Dhirgantara Karanganyar.

(1)

PERBEDAAN PENGETAHUAN GIZI TENTANG ANEMIA

DAN ANGKA KESAKITAN ANTARA SISWI ANEMIA DAN

NON ANEMIA DI SMK PENERBANGAN BINA

DHIRGANTARA KARANGANYAR

PUBLIKASI ILMIAH

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I Ilmu Gizi

Fakultas Ilmu Kesehatan

Oleh:

SANTI HARYANTI

J 310 090 028

PROGRAM STUDI ILMU GIZI FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2016


(2)

i

HALAMAN PERSETUJUAN

PERBEDAAN PENGETAHUAN GIZI TENTANG ANEMIA

DAN ANGKA KESAKITAN ANTARA SISWI ANEMIA DAN

NON ANEMIA DI SMK PENERBANGAN BINA

DHIRGANTARA KARANGANYAR

PUBLIKASI ILMIAH

oleh:

SANTI HARYANTI J 310 090 028

Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh:

Dosen Pembimbing

Dwi Sarbini, SST, M.Kes NIK/NIDN. 747/06-1406-7204


(3)

ii

HALAMAN PENGESAHAN

PERBEDAAN PENGETAHUAN GIZI TENTANG ANEMIA

DAN ANGKA KESAKITAN ANTARA SISWI ANEMIA DAN

NON ANEMIA DI SMK PENERBANGAN BINA

DHIRGANTARA KARANGANYAR

OLEH SANTI HARYANTI

J 310 010 028

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Surakarta Pada hari Selasa, 2 Februari 2016 dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Dewan Penguji:

1.Dwi Sarbini, SST, M.Kes (……..……..)

(Ketua Dewan Penguji)

2.Siti Zulaekah A, M.Si (………)

(Anggota I Dewan Penguji)

3.Luluk Ria Rakhma S.Gz, M.Gizi (……….) (Anggota II Dewan Penguji)

Dekan,

Dr. Suwaji, M.Kes NIP. 195311231983031002


(4)

iii

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam naskah publikasi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya di atas, maka akan saya pertanggungjawabkan sepenuhnya.

.

Surakarta, Februari 2016 Penulis

SANTI HARYANTI J 310 090 028


(5)

1

PERBEDAAN PENGETAHUAN GIZI TENTANG ANEMIA DAN ANGKA KESAKITAN ANTARA SISWI ANEMIA DAN NON ANEMIA DI SMK

PENERBANGAN BINA DHIRGANTARA KARANGANYAR

Abstrak

Prevalensi anemia di SMK Penerbangan Bina Dhirgantara Karanganyar cukup tinggi yaitu 56,8%. Anemia merupakan keadaan dimana kadar hemoglobin kurang dari nilai normal. Salah satu penyebab anemia adalah kurangnya pengetahuan pada masyarakat tentang anemia. Anemia yang sering terjadi di masyarakat adalah anemia gizi besi, dimana kecukupan besi sangat mempengaruhi respon imun untuk mengatasi infeksi. Hasil uji statistik diperoleh ada perbedaan pengetahuan gizi tentang anemia antara siswi anemia dan non anemia dan ada perbedaan angka kesakitan antara siswi anemia dan non anemia. Ada perbedaan pengetahuan gizi tentang anemia dan angka kesakitan antara siswi anemia dan non anemia di SMK Penerbangan Bina Dhirgantara Karanganyar.

Kata Kunci: anemia dan non anemia, angka kesakitan, pengetahuan gizi tentang anemia

Abstract

The prevalence of anemia at SMK Penerbangan Bina Dhirgantara Karanganyar is high, it is 56.8%. Anemia is a condition in which the hemoglobin level is less than the normal value. One cause of anemia is the lack of knowledge in the community about anemia. Anemia which is often the case in the community is iron deficiency anemia, which the iron sufficiency greatly affect the immune response to fight infection. Statistical test results that there are differences in nutritional knowledge about anemia between anemia and non anemia students, and there is no difference in morbidity between anemia and non anemia students. There are differences in nutritional knowledge about anemia and morbidity between anemia and non anemia for students at SMK Penerbangan Bina Dhirgantara Karanganyar.

Keywords: anemia and non anemia, morbidity, nutrition knowledge of anemia

1.PENDAHULUAN

Remaja putri merupakan kelompok usia yang menunjukkan pertumbuhan yang sangat cepat, mulai dari perkembangan seks, perubahan sikap mental dan emosional. Kebutuhan energi, protein, lemak, dan zat-zat gizi penting lainnya harus cukup untuk menunjang pertumbuhan masa remaja. Remaja putri sering


(6)

2

mengurangi konsumsi makan, bahkan sampai mengabaikan makan karena ingin mempunyai bentuk tubuh yang bagus. Pembatasan makan yang ketat ini sering berbahaya dan dapat menyebabkan malnutrisi, salah satunya adalah anemia (Almatsier, dkk, 2011).

Salah satu faktor yang menyebabkan timbulnya masalah anemia adalah masyarakat kurang memiliki pengetahuan dan adanya kebiasaan yang salah terhadap konsumsi makanan (Wirakusumah, 1999). Tingkat pendidikan dan pengetahuan gizi sangat berpengaruh pada zat-zat gizi yang dikonsumsi. Kesalahan pemilihan bahan makanan dan pola makan yang salah akan menyebabkan terjadinya anemia (Budiman, 1999).

Anemia merupakan masalah gizi paling utama yang disebabkan karena kekurangan zat besi. Anemia yang paling banyak diderita masyarakat Indonesia adalah anemia gizi besi (Wirakusumah, 1999). Kekurangan kadar hemoglobin dalam darah atau anemia akan menimbulkan pusing, lemah, letih, lelah, dan lesu sehingga akan mempengaruhi daya tahan tubuh yang mengakibatkan mudah terkena penyakit infeksi (Moehji, 2003). Subowo (1999) menyatakan bahwa besi dibutuhkan tubuh untuk respon imun yang efektif. Seseorang yang menderita defisiensi besi lebih mudah terserang penyakit infeksi, karena kekurangan besi berhubungan erat dengan kerusakan kemampuan fungsional dari mekanisme kekebalan tubuh yang sangat penting untuk mencegah masuknya kuman penyakit atau infeksi. Hal ini akan mempengaruhi tingkat angka kesakitan seseorang (Ray, 1997).

Setiap tahun, 36% remaja di negara berkembang mengalami anemia dan sebagian besar remaja mengalami anemia pada saat menstruasi. Anemia sering terjadi pada remaja antara umur 15-19 tahun (Martadisoebrata, dkk, 2005). Laporan hasil Riset Dasar Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2013, prevalensi anemia pada remaja usia 15-24 tahun di Indonesia adalah sebesar 18,4% sedangkan prevalensi anemia pada perempuan sebesar 23,9%.

Berdasarkan hasil penelitian Yana (2014) pada 44 siswi bulan Oktober 2014 di SMK Penerbangan Bina Dhirgantara Karanganyar, sebanyak 56,8% menderita anemia. Data presensi kehadiran siswi selama semester gasal tahun 2014


(7)

3

menunjukkan bahwa 31,11% siswi tidak masuk sekolah karena sakit. Hasil survey pendahuluan pengetahuan gizi tentang anemia pada 30 siswi didapatkan hasil 43,3% memiliki pengetahuan gizi tentang anemia yang buruk. Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian di SMK Penerbangan Bina Dhirgantara Karanganyar.

2.METODE

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasional dengan pendekatan crossectional yaitu peneliti melakukan pengukuran terhadap kelompok penelitian yang dibagi dua yaitu anemia dan non anemia. Lokasi penelitian dilakukan di SMK Penerbangan Bina Dhirgantara Karanganyar. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Februari – Maret 2015. Sampel dalam penelitian ini adalah siswi SMK Penerbangan Bina Dhirgantara Karanganyar yaitu 43 siswi.

Data yang diambil meliputi gambaran umum sekolah dan jumlah siswi yang diperolah dengan wawancara langsung kepada pihak sekolah. Data identitas siswi diperoleh dengan wawancara langsung dengan siswi, data kadar Hb diukur dengan cara pemeriksaan Hb metode cyanmethemoglobin, pengujian kadar Hb oleh petugas laboratorium kimia Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta. Data pengetahuan gizi tentang anemia diperoleh dengan mengisi kuesioner pengetahuan gizi tentang anemia. Pengukuran angka kesakitan diperoleh dengan cara pengisian kuesioner oleh responden. Jenis penyakit yang diteliti adalah batuk, pilek, dan diare.

Analisis data menggunakan program SPSS 17.0. Analisis data meliputi analisis univariat dan analisis bivariat. Analisis univariat diperoleh dengan menggunakan distribusi frekuensi dari setiap variabel penelitian, variabel-variabel yang diteliti yaitu pengetahuan gizi tentang anemia, status anemia dan angka kesakitan. Analisis bivariat dilakukan untuk menguji perbedaan pengetahuan gizi tentang anemia dan angka kesakitan antara siswi anemia dan non anemia. Jika data normal dilakukan uji Independent t-test yaitu pada pengetahuan gizi tentang anemia pada siswi anemia dan non anemia, sedangkan data tidak normal pada


(8)

4

angka kesakitan pada siswi anemia dan non anemia menggunakan uji Mann Whitney.

3.HASILDANPEMBAHASAN

3.1Karakteristik Subjek

Subjek penelitian ini adalah siswi kelas XI dan XII di SMK Penerbangan Bina Dhirgantara Karanganyar. Usia subjek pada penelitian ini adalah usia 16-18 tahun.

Berdasarkan distribusi usia subjek sebagian besar berusia ≥17 tahun.

3.2Gambaran Umum Subjek

3.2.1 Gambaran status anemia

3.2.2

Berdasarkan Tabel 1, diketahui bahwa siswi yang anemia sebanyak 53,5%. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar siswi di SMK Penerbangan Bina Dhirgantara Karanganyar mengalami anemia. Remaja putri memiliki resiko terkena anemia lebih tinggi daripada remaja putra. Sebagian besar remaja putri pada umumnya lebih sering melakukan diet pengurangan makan dengan menu makan yang kurang seimbang, sehingga asupan zat-zat gizi penting seperti zat besi kurang. Dampak dari anemia pada remaja putri antara lain dapat menurunkan daya tahan tubuh sehingga menyebabkan seseorang mudah terkena penyakit, menurunkan konsentrasi yang mengakibatkan turunnya produktivitas kerja atau prestasi belajar, dan mengganggu pertumbuhan remaja (Tarwoto, 2010).

3.2.2 Pengetahuan gizi tentang anemia

Tabel 1. Distribusi Status Anemia Responden

Status Anemia Jumlah (n) Prosentase (%)

Anemia 23 53,5

Non anemia 20 46,5

Total 43 100

Tabel 2. Distribusi Pengetahuan Gizi Tentang Anemia Antara Siswi Anemia dan Non Anemia

Pengetahuan Gizi Status Anemia Total

Anemia Non anemia

n % n % n %

Baik 2 33,3 4 66,7 6 100

Cukup 6 35,3 10 62,5 16 100


(9)

5

Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat bahwa siswi dengan pengetahuan gizi yang baik sebesar 71,4% tidak mengalami anemia, sebaliknya siswi dengan pengetahuan gizi yang buruk 3 kali lebih beresiko terkena anemia. Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan gizi tentang anemia dapat mempengaruhi status anemia seseorang. Kurangnya informasi yang diperoleh remaja menyebabkan kurangnya pengetahuan akan pentingnya pemilihan bahan makanan secara tepat. Pengetahuan gizi yang kurang akan berpengaruh pada pemilihan bahan makanan dengan kandungan sumber zat besi yang tinggi. Pemilihan bahan makanan ini akan menjadi penghambat atau pemacu penyerapan zat besi dalam tubuh (Majid, 2008).

3.2.3 Angka kesakitan

Tabel 3 menunjukkan bahwa ada kecenderungan siswi yang sering sakit mengalami anemia yaitu sebesar 66,7%, sedangkan siswi tidak pernah sakit dan tidak mengalami anemia sebesar 87,5%. Hal ini disebabkan karena besi diperlukan oleh tubuh pada sistem imun untuk mengatasi infeksi. seseorang yang mengalami defisiensi besi maka sistem imunitasnya akan menurun sehingga penyakit akan mudah masuk ke dalam tubuh.

3.2.4 Perbedaan nilai pengetahuan gizi tentang anemia berdasarkan status anemia

Berdasarkan Tabel 4 diketahui bahwa rata-rata nilai pengetahuan gizi tentang anemia pada siswi yang anemia adalah sebesar 58,37 sedangkan rata-rata nilai

Tabel 3. Distribusi Angka Kesakitan Antara Siswi Anemia dan Non Anemia

Angka Kesakitan Status Anemia Total

Anemia Non anemia

n % n % n %

Tidak pernah 1 12,5 7 87,5 8 100

Jarang 10 58,8 7 41,2 17 100

Sering 12 66,7 6 33,3 18 100

Tabel 4. Perbedaan Nilai Pengetahuan Gizi Tentang Anemia Berdasarkan Status Anemia

Pengetahuan gizi Status anemia p*

Anemia Non anemia

Minimum 40,62 40,62

Maximun 84,37 81,25

Mean 58,37 66,06 0,048

Median 56,25 68,75

Standar deviasi 12,23 12,42


(10)

6

pengetahuan gizi tentang anemia pada siswi yang tidak anemia lebih tinggi yaitu sebesar 66,06. Nilai p=0,048 (p<0,05), yang artinya ada perbedaan yang signifikan pada pengetahuan gizi tentang anemia antara siswi yang anemia dan non anemia. Hal ini dikarenakan pengetahuan gizi yang baik akan mempengaruhi perilaku sehingga dapat memilih bahan makanan yang bergizi dan menyusun menu seimbang sesuai kebutuhan serta dapat mengetahui akibat dari adanya keadaan kurang gizi (Depkes, 2003).

Rata-rata pengetahuan gizi tentang anemia pada siswi anemia lebih rendah dibandingkan dengan siswi yang tidak anemia. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Handayani (2007) yang menyatakan bahwa ada hubungan secara signifikan antara pengetahuan tentang anemia dengan kejadian anemia pada remaja putri yang ditunjukkan dengan prevalensi lebih dari setengah siswi yang anemia memiliki pengetahuan gizi yang kurang. Selain itu, penelitian Purbadewi dan Ulvie (2013) menyatakan bahwa 27 responden yang mengalami anemia 70,4% diantaranya memiliki pengetahuan gizi yang kurang sehingga ada hubungan antara tingkat pengetahuan gizi tentang anemia dengan kejadian anemia.

Penelitian ini sesuai dengan pendapat Suhardjo (2003) yang menyatakan bahwa gangguan gizi merupakan akibat dari kurangnya pengetahuan gizi atau kemampuan untuk menerapkan informasi pangan di kehidupan sehari-hari. Khomsan (2003) menyatakan bahwa seseorang yang memiliki pengetahuan gizi yang rendah akan memilih makanan yang menarik panca indra dan tidak memilih berdasarkan nilai gizi makanan tersebut. Sebaliknya, pengetahuan gizi yang tinggi akan lebih banyak menggunakan pertimbangan rasional pengetahuan tentang nilai gizi makanan tersebut.

3.2.5 Perbedaan angka kesakitan berdasarkan status anemia

Berdasarkan Tabel 5, diketahui bahwa rata-rata angka kesakitan pada siswi yang anemia lebih tinggi dari siswi yang tidak anemia yaitu 4,39. Hasil nilai p=0,022 (p<0,05) yang berarti ada perbedaan yang signifikan pada angka kesakitan antara siswi yang anemia dan non anemia. Adanya perbedaan ini dapat disebabkan arena defisiensi besi yang terjadi pada siswi yang anemia akan mengakibatkan

Tabel 4. Perbedaan Angka Kesakitan Berdasarkan Status Anemia

Angka kesakitan Status anemia p*

Anemia Non anemia

Minimum 0 0

Maximun 7,00 7,00

Mean 4,39 2,70 0,022

Median 5,00 3,00

Standar deviasi 1,90 2,47


(11)

7

peningkatan resiko tubuh terkena infeksi (Subowo, 1999). Hemoglobin dalam darah berfungsi sebagai pembawa oksigen yang dibutuhkan dalam metabolisme energi. Apabila ketersediaan oksigen dalam darah berkurang maka pembentukan sel-sel dalam tubuh termasuk sel-sel yang berada dalam sistem kekebalan tubuh akan terganggu. Tubuh dengan sistem kekebalan yang menurun akan mudah terserang penyakit infeksi seperti diare dan flu (Guyton, 2008).

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Farida (2007) yang menyatakan bahwa ada hubungan antara kejadian infeksi dengan kejadian anemia. Selain itu, Permaesih dan Herman (2005) menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara status kesehatan dengan kejadian anemia.

4.PENUTUP

Siswi dengan pengetahuan gizi tentang anemia yang buruk 3 kali lebih berisiko mengalami anemia dan siswi yang sering sakit 2 kali lebih berisiko mengalami anemia. Ada perbedaan pengetahuan gizi tentang anemia dan angka kesakitan antara siswi anemia dan non anemia di SMK Penerbangan Bina Dhirgantara Karanganyar.

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, S., Soetardjo, S., dan Soekarti, M. 2011. Gizi Seimbang Dalam Daur

Kehidupan. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Budiman. 1999. Hubungan Pengetahuan dengan Status Anemia pada Remaja Putri Murid SMU dan MAN di 6 Daerah Tingkat II di Jawa Barat Tahun 1997. Program Studi Kesehatan Masyarakat. Tesis. UI. Jakarta.

Depkes RI. 2003. Program Penanggulangan Anemia Gizi pada Wanita Usia

Subur (WUS). Depkes RI. Jakarta.

Farida, I. 2007. Determinan Kejadian Anemia Pada Remaja Putri di Kecamatan

Gebog Kabupaten Kudus Tahun 2006. Tesis. Program Pascasarjana

Universitas Diponegoro. Semarang.

Guyton. 2008. Fisiologi Kedokteran. EGC. Jakarta.

Handayani, L, Yuliasih, R, Jamil, M. D. 2007. Hubungan Pengetahuan Tentang Anemia, Lama Menstruasi, Konsumsi Zat Besi, dan Anemia pada Remaja

Putri SMK Negeri 1 Metro Lampung. Fakultas Kesehatan Masyarakat.

Universitas Ahmad Dahlan. Yogyakarta.

Moehji, S. 2009. Ilmu Gizi 2 Penanggulangan Gizi Buruk. Bharata Niaga Media. Jakarta.

Permaesih, D., Herman, S. 2005. Faktor yang Mempengaruhi Anemia Pada Remaja. Buletin of Health Research. 33(04): 162-171.


(12)

8

Purbadewi, L., Ulvie, Y.N.S. 2013. Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Anemia dengan Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil. Jurnal Gizi Universita s

Muhammadiyah Semarang. 2(1): 31-39.

Ray, NK. 1997. Iron Deficiency in Indonesia. HKI. Jakarta.

Riskesdas. 2013. Laporan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2013. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.

Subowo. 1999. Imunologi Klinik. Angkasa. Bandung.

Suhardjo. 2003. Berbagai Cara Pendidikan Gizi. Bumi Aksara. Jakarta.

Tarwoto, N. 2010. Kesehatan Remaja Problem dan Solusinya. Salemba Medika. Jakarta.

Wirakusumah, E. S. 1999. Perencanaan Menu Anemia Gizi Besi. Trubus

Agriwijaya. Jakarta.

Yana, D. 2014. Pengaruh Jangka Panjang Status Anemia Terhadap Aktivitas Fisik dan Kesegaran Jasmani Pada Siswi SMK Penerbangan Bina Dhirgantara Karanganyar. Skripsi. Fakultas Ilmu Kesehatan. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta.


(1)

3

menunjukkan bahwa 31,11% siswi tidak masuk sekolah karena sakit. Hasil survey pendahuluan pengetahuan gizi tentang anemia pada 30 siswi didapatkan hasil 43,3% memiliki pengetahuan gizi tentang anemia yang buruk. Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian di SMK Penerbangan Bina Dhirgantara Karanganyar.

2.METODE

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasional dengan pendekatan crossectional yaitu peneliti melakukan pengukuran terhadap kelompok penelitian yang dibagi dua yaitu anemia dan non anemia. Lokasi penelitian dilakukan di SMK Penerbangan Bina Dhirgantara Karanganyar. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Februari – Maret 2015. Sampel dalam penelitian ini adalah siswi SMK Penerbangan Bina Dhirgantara Karanganyar yaitu 43 siswi.

Data yang diambil meliputi gambaran umum sekolah dan jumlah siswi yang diperolah dengan wawancara langsung kepada pihak sekolah. Data identitas siswi diperoleh dengan wawancara langsung dengan siswi, data kadar Hb diukur dengan cara pemeriksaan Hb metode cyanmethemoglobin, pengujian kadar Hb oleh petugas laboratorium kimia Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta. Data pengetahuan gizi tentang anemia diperoleh dengan mengisi kuesioner pengetahuan gizi tentang anemia. Pengukuran angka kesakitan diperoleh dengan cara pengisian kuesioner oleh responden. Jenis penyakit yang diteliti adalah batuk, pilek, dan diare.

Analisis data menggunakan program SPSS 17.0. Analisis data meliputi analisis univariat dan analisis bivariat. Analisis univariat diperoleh dengan menggunakan distribusi frekuensi dari setiap variabel penelitian, variabel-variabel yang diteliti yaitu pengetahuan gizi tentang anemia, status anemia dan angka kesakitan. Analisis bivariat dilakukan untuk menguji perbedaan pengetahuan gizi tentang anemia dan angka kesakitan antara siswi anemia dan non anemia. Jika data normal dilakukan uji Independent t-test yaitu pada pengetahuan gizi tentang anemia pada siswi anemia dan non anemia, sedangkan data tidak normal pada


(2)

4

angka kesakitan pada siswi anemia dan non anemia menggunakan uji Mann Whitney.

3.HASILDANPEMBAHASAN 3.1Karakteristik Subjek

Subjek penelitian ini adalah siswi kelas XI dan XII di SMK Penerbangan Bina Dhirgantara Karanganyar. Usia subjek pada penelitian ini adalah usia 16-18 tahun.

Berdasarkan distribusi usia subjek sebagian besar berusia ≥17 tahun. 3.2Gambaran Umum Subjek

3.2.1 Gambaran status anemia 3.2.2

Berdasarkan Tabel 1, diketahui bahwa siswi yang anemia sebanyak 53,5%. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar siswi di SMK Penerbangan Bina Dhirgantara Karanganyar mengalami anemia. Remaja putri memiliki resiko terkena anemia lebih tinggi daripada remaja putra. Sebagian besar remaja putri pada umumnya lebih sering melakukan diet pengurangan makan dengan menu makan yang kurang seimbang, sehingga asupan zat-zat gizi penting seperti zat besi kurang. Dampak dari anemia pada remaja putri antara lain dapat menurunkan daya tahan tubuh sehingga menyebabkan seseorang mudah terkena penyakit, menurunkan konsentrasi yang mengakibatkan turunnya produktivitas kerja atau prestasi belajar, dan mengganggu pertumbuhan remaja (Tarwoto, 2010).

3.2.2 Pengetahuan gizi tentang anemia

Tabel 1. Distribusi Status Anemia Responden Status Anemia Jumlah (n) Prosentase (%)

Anemia 23 53,5

Non anemia 20 46,5

Total 43 100

Tabel 2. Distribusi Pengetahuan Gizi Tentang Anemia Antara Siswi Anemia dan Non Anemia

Pengetahuan Gizi Status Anemia Total

Anemia Non anemia

n % n % n %

Baik 2 33,3 4 66,7 6 100

Cukup 6 35,3 10 62,5 16 100


(3)

5

Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat bahwa siswi dengan pengetahuan gizi yang baik sebesar 71,4% tidak mengalami anemia, sebaliknya siswi dengan pengetahuan gizi yang buruk 3 kali lebih beresiko terkena anemia. Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan gizi tentang anemia dapat mempengaruhi status anemia seseorang. Kurangnya informasi yang diperoleh remaja menyebabkan kurangnya pengetahuan akan pentingnya pemilihan bahan makanan secara tepat. Pengetahuan gizi yang kurang akan berpengaruh pada pemilihan bahan makanan dengan kandungan sumber zat besi yang tinggi. Pemilihan bahan makanan ini akan menjadi penghambat atau pemacu penyerapan zat besi dalam tubuh (Majid, 2008).

3.2.3 Angka kesakitan

Tabel 3 menunjukkan bahwa ada kecenderungan siswi yang sering sakit mengalami anemia yaitu sebesar 66,7%, sedangkan siswi tidak pernah sakit dan tidak mengalami anemia sebesar 87,5%. Hal ini disebabkan karena besi diperlukan oleh tubuh pada sistem imun untuk mengatasi infeksi. seseorang yang mengalami defisiensi besi maka sistem imunitasnya akan menurun sehingga penyakit akan mudah masuk ke dalam tubuh.

3.2.4 Perbedaan nilai pengetahuan gizi tentang anemia berdasarkan status anemia

Berdasarkan Tabel 4 diketahui bahwa rata-rata nilai pengetahuan gizi tentang anemia pada siswi yang anemia adalah sebesar 58,37 sedangkan rata-rata nilai

Tabel 3. Distribusi Angka Kesakitan Antara Siswi Anemia dan Non Anemia

Angka Kesakitan Status Anemia Total

Anemia Non anemia

n % n % n %

Tidak pernah 1 12,5 7 87,5 8 100

Jarang 10 58,8 7 41,2 17 100

Sering 12 66,7 6 33,3 18 100

Tabel 4. Perbedaan Nilai Pengetahuan Gizi Tentang Anemia Berdasarkan Status Anemia

Pengetahuan gizi Status anemia p*

Anemia Non anemia

Minimum 40,62 40,62

Maximun 84,37 81,25

Mean 58,37 66,06 0,048

Median 56,25 68,75

Standar deviasi 12,23 12,42


(4)

6

pengetahuan gizi tentang anemia pada siswi yang tidak anemia lebih tinggi yaitu sebesar 66,06. Nilai p=0,048 (p<0,05), yang artinya ada perbedaan yang signifikan pada pengetahuan gizi tentang anemia antara siswi yang anemia dan non anemia. Hal ini dikarenakan pengetahuan gizi yang baik akan mempengaruhi perilaku sehingga dapat memilih bahan makanan yang bergizi dan menyusun menu seimbang sesuai kebutuhan serta dapat mengetahui akibat dari adanya keadaan kurang gizi (Depkes, 2003).

Rata-rata pengetahuan gizi tentang anemia pada siswi anemia lebih rendah dibandingkan dengan siswi yang tidak anemia. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Handayani (2007) yang menyatakan bahwa ada hubungan secara signifikan antara pengetahuan tentang anemia dengan kejadian anemia pada remaja putri yang ditunjukkan dengan prevalensi lebih dari setengah siswi yang anemia memiliki pengetahuan gizi yang kurang. Selain itu, penelitian Purbadewi dan Ulvie (2013) menyatakan bahwa 27 responden yang mengalami anemia 70,4% diantaranya memiliki pengetahuan gizi yang kurang sehingga ada hubungan antara tingkat pengetahuan gizi tentang anemia dengan kejadian anemia.

Penelitian ini sesuai dengan pendapat Suhardjo (2003) yang menyatakan bahwa gangguan gizi merupakan akibat dari kurangnya pengetahuan gizi atau kemampuan untuk menerapkan informasi pangan di kehidupan sehari-hari. Khomsan (2003) menyatakan bahwa seseorang yang memiliki pengetahuan gizi yang rendah akan memilih makanan yang menarik panca indra dan tidak memilih berdasarkan nilai gizi makanan tersebut. Sebaliknya, pengetahuan gizi yang tinggi akan lebih banyak menggunakan pertimbangan rasional pengetahuan tentang nilai gizi makanan tersebut.

3.2.5 Perbedaan angka kesakitan berdasarkan status anemia

Berdasarkan Tabel 5, diketahui bahwa rata-rata angka kesakitan pada siswi yang anemia lebih tinggi dari siswi yang tidak anemia yaitu 4,39. Hasil nilai p=0,022 (p<0,05) yang berarti ada perbedaan yang signifikan pada angka kesakitan antara siswi yang anemia dan non anemia. Adanya perbedaan ini dapat disebabkan arena defisiensi besi yang terjadi pada siswi yang anemia akan mengakibatkan

Tabel 4. Perbedaan Angka Kesakitan Berdasarkan Status Anemia

Angka kesakitan Status anemia p*

Anemia Non anemia

Minimum 0 0

Maximun 7,00 7,00

Mean 4,39 2,70 0,022

Median 5,00 3,00

Standar deviasi 1,90 2,47


(5)

7

peningkatan resiko tubuh terkena infeksi (Subowo, 1999). Hemoglobin dalam darah berfungsi sebagai pembawa oksigen yang dibutuhkan dalam metabolisme energi. Apabila ketersediaan oksigen dalam darah berkurang maka pembentukan sel-sel dalam tubuh termasuk sel-sel yang berada dalam sistem kekebalan tubuh akan terganggu. Tubuh dengan sistem kekebalan yang menurun akan mudah terserang penyakit infeksi seperti diare dan flu (Guyton, 2008).

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Farida (2007) yang menyatakan bahwa ada hubungan antara kejadian infeksi dengan kejadian anemia. Selain itu, Permaesih dan Herman (2005) menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara status kesehatan dengan kejadian anemia.

4.PENUTUP

Siswi dengan pengetahuan gizi tentang anemia yang buruk 3 kali lebih berisiko mengalami anemia dan siswi yang sering sakit 2 kali lebih berisiko mengalami anemia. Ada perbedaan pengetahuan gizi tentang anemia dan angka kesakitan antara siswi anemia dan non anemia di SMK Penerbangan Bina Dhirgantara Karanganyar.

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, S., Soetardjo, S., dan Soekarti, M. 2011. Gizi Seimbang Dalam Daur Kehidupan. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Budiman. 1999. Hubungan Pengetahuan dengan Status Anemia pada Remaja Putri Murid SMU dan MAN di 6 Daerah Tingkat II di Jawa Barat Tahun 1997. Program Studi Kesehatan Masyarakat. Tesis. UI. Jakarta.

Depkes RI. 2003. Program Penanggulangan Anemia Gizi pada Wanita Usia Subur (WUS). Depkes RI. Jakarta.

Farida, I. 2007. Determinan Kejadian Anemia Pada Remaja Putri di Kecamatan Gebog Kabupaten Kudus Tahun 2006. Tesis. Program Pascasarjana Universitas Diponegoro. Semarang.

Guyton. 2008. Fisiologi Kedokteran. EGC. Jakarta.

Handayani, L, Yuliasih, R, Jamil, M. D. 2007. Hubungan Pengetahuan Tentang Anemia, Lama Menstruasi, Konsumsi Zat Besi, dan Anemia pada Remaja Putri SMK Negeri 1 Metro Lampung. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Ahmad Dahlan. Yogyakarta.

Moehji, S. 2009. Ilmu Gizi 2 Penanggulangan Gizi Buruk. Bharata Niaga Media. Jakarta.

Permaesih, D., Herman, S. 2005. Faktor yang Mempengaruhi Anemia Pada Remaja. Buletin of Health Research. 33(04): 162-171.


(6)

8

Purbadewi, L., Ulvie, Y.N.S. 2013. Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Anemia dengan Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil. Jurnal Gizi Universita s Muhammadiyah Semarang. 2(1): 31-39.

Ray, NK. 1997. Iron Deficiency in Indonesia. HKI. Jakarta.

Riskesdas. 2013. Laporan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2013. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.

Subowo. 1999. Imunologi Klinik. Angkasa. Bandung.

Suhardjo. 2003. Berbagai Cara Pendidikan Gizi. Bumi Aksara. Jakarta.

Tarwoto, N. 2010. Kesehatan Remaja Problem dan Solusinya. Salemba Medika. Jakarta.

Wirakusumah, E. S. 1999. Perencanaan Menu Anemia Gizi Besi. Trubus Agriwijaya. Jakarta.

Yana, D. 2014. Pengaruh Jangka Panjang Status Anemia Terhadap Aktivitas Fisik dan Kesegaran Jasmani Pada Siswi SMK Penerbangan Bina Dhirgantara Karanganyar. Skripsi. Fakultas Ilmu Kesehatan. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta.


Dokumen yang terkait

PERBEDAAN PENGETAHUAN GIZI TENTANG ANEMIA DAN ANGKA KESAKITAN ANTARA SISWI ANEMIA DAN Perbedaan Pengetahuan Gizi Tentang Anemia dan Angka Kesakitan Antara Siswi Anemia dan Non Anemia di SMK Penerbangan Bina Dhirgantara Karanganyar.

0 4 17

PENDAHULUAN Perbedaan Pengetahuan Gizi Tentang Anemia dan Angka Kesakitan Antara Siswi Anemia dan Non Anemia di SMK Penerbangan Bina Dhirgantara Karanganyar.

0 3 5

DAFTAR PUSTAKA Perbedaan Pengetahuan Gizi Tentang Anemia dan Angka Kesakitan Antara Siswi Anemia dan Non Anemia di SMK Penerbangan Bina Dhirgantara Karanganyar.

0 4 5

SKRIPSIPENINGKATAN PENGETAHUAN SISWI TENTANG ANEMIA Peningkatan Pengetahuan Siswi Tentang Anemia Setelah Mendapatkan Pendidikan Gizi Dengan Media Video Animasi.

0 3 16

PERBEDAAN PENGETAHUAN TENTANG ANEMIA DAN PRESTASI BELAJAR ANTARA ANAK SD ANEMIA DAN NON ANEMIA DI SD Perbedaan Pengetahuan Tentang Anemia Dan Prestasi Belajar Antara Anak SD Anemia Dan Non Anemia Di SD Negeri Banyuanyar III Kecamatan Banjarsari Kota Sura

0 0 17

PENDAHULUAN Perbedaan Pengetahuan Tentang Anemia Dan Prestasi Belajar Antara Anak SD Anemia Dan Non Anemia Di SD Negeri Banyuanyar III Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta.

0 3 5

PERBEDAAN PENGETAHUAN TENTANG ANEMIA DAN PRESTASI BELAJAR ANTARA ANAK SD ANEMIA DAN NON ANEMIA DI SD Perbedaan Pengetahuan Tentang Anemia Dan Prestasi Belajar Antara Anak SD Anemia Dan Non Anemia Di SD Negeri Banyuanyar III Kecamatan Banjarsari Kota Sura

0 1 10

PERBEDAANON Perbedaan Persepsi Tentang Anemia Antara Siswa Anemia Dan Non Anemia Di SD Negeri Banyuanyar III Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta.

0 1 18

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN ANEMIA, KESAKITAN DIARE, DAN KESAKITAN ISPA DENGAN KADAR HEMOGLOBIN PADA REMAJA PUTRI DI SMK MUHAMMADIYAH 4 SURAKARTA Hubungan Antara Pengetahuan Anemia, Kesakitan Diare, Dan Kesakitan Ispa dengan Kadar Hemoglobin Pada Remaja

1 1 16

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN ANEMIA GIZI

0 0 3