TeknikA 31
1. Pendahuluan
Fraktur atau patah tulang dapat disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya kecelakaan lalulintas, bencana alam, dan osteoporosis. Jumlah korban kecelakaan lalulintas di Indonesia yang mengalami luka berat termasuk di
dalamnya patah tulang tercatat mengalami peningkatan dari tahun 2010 sebanyak 26.196 orang hingga tahun 2012 menjadi 39.704 orang [1]. Gempa bumi yang melanda Tanah Air juga turut menimbulkan korban patah tulang,
diantaranya yang terjadi di Yogyakarta dan Sumatera Barat yang mengakibatkan korban patah tulang sebanyak 400 orang dan 788 orang [2]. Osteoporosis yang umumnya dialami oleh pria dan wanita usia lanjut di Indonesia
mengalami tren penigkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2007 terdapat 22.815 insiden patah tulang akibat osteoporosis, tahun 2008 menjadi 36.947 insiden, tahun 2009 sebanyak 42.280 insiden, dan pada tahun 2010
terjadi 43.003 insiden [3]. Untuk mengobati patah tulang diperlukan sebuah komponen implan. Kasus-kasus patah tulang yang terjadi di
Indonesia menyebabkan tingginya kebutuhan implan. Pada umumnya implan masih diimpor dari luar negeri seharga 800 ribu hingga 1 juta rupiah per gram [4]. Biaya pengobatan patah tulang di Indonesia pada tahun 2000
sebesar 21 triliun rupiah dan akan meningkat sebesar 31 triliun rupiah pada tahun 2020 [5]. Selain mahal, produk implan impor belum tentu cocok untuk orang Indonesia, baik dari sisi ukuran maupun
komposisi kimia. Sejumlah data dari rumah sakit di Yogyakarta menunjukkan setiap bulannya terdapat sekitar 16 pasien yang memasang implan hip prosthesis dengan ukuran bola hip bervariasi antara 36-46 mm, sementara
kebutuhan dalam negeri masih dipenuhi produk impor dengan karateristik postur tulang yang berbeda dengan orang Indonesia. Hasil kajian material dan pengalaman dokter bedah tulang di Rumah Sakit Sardjito juga
memperlihatkan bahwa implan hip prosthesis yang dibuat dari baja stainless 316L belum sepenuhnya biokompatibel [6]. Sehubungan dengan ini maka perlu dikembangkam implan buatan dalam negeri yang sesuai
dengan karakteristik tulang rang Indonesia dengan biaya terjangkau. Untuk membuat implan yang sesuai dengan karakteristik tulang, maka terlebih dahulu perlu diketahui bagaimana karakteristik tulang melalui serangkaian
pengujian. Hasil pengujian inilah yang akan digunakan sebagai referensi disain material implan yang sesuai karakteristik tulang. Pada tulisan ini disampaikan kekuatan tarik tulang femur dan tibia sapi jenis Simmental serta
korelasinya dengan strukturmikro tulang.
2. Bahan dan Metodologi