Pengaruh Panjang Tulang Tibia dan Berat Badan terhadap Kecepatan Berlari.

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Peranan

olahraga

di

Indonesia

dalam

perkembangan

dan

pertumbuhannya diberikan pada sekolah-sekolah mulai taman kanak-kanak,
sekolah dasar, sekolah menengah pertama, sekolah menengah atas bahkan
sampai perguruan tinggi serta masyarakat pada umumnya. Setiap tingkatan

pendidikan pelajaran olahraga selalu diberikan, hal itu agar setiap siswa
mempunyai kesegaran jasmani (Sajoto, 1988).
Prestasi olahraga Indonesia dari tahun ke tahun banyak mengalami
kemunduran apabila dibandingkan dengan negara lain. Kemunduran prestasi ini
dapat dilihat dari hasil pada ajang multi event taraf Asia Tenggara maupun Asia
seperti Sea Games dan Asean Games (Wicaksono, 2010). Apabila tidak segera
dilakukan usaha-usaha yang profesional dalam menanganinya, maka prestasi
olahraga yang ada di Indonesia akan semakin tertinggal dari prestasi olahraga
di negara-negara lain. Salah satu strategi yang paling mendasar dalam upaya
mewujudkan peningkatan sumber daya manusia Indonesia, khususnya di bidang
olahraga adalah dengan memusatkan perhatian dan orientasi pembangunan
olahraga

sedini

mungkin

yaitu

dengan


melakukan pembinaan dan

pengembangan olahraga bagi generasi muda sejak usia dini (KONI, 2000).
Program pengidentifikasian bakat anak usia dini diperlukan sebelum melakukan
suatu proses latihan yang berorientasi untuk mencapai prestasi yang tinggi.

1

2

Proses pengidentifikasian bakat dilakukan untuk menentukan anak berpotensi
pada salah salu cabang olahraga, sesuai dengan talent yang dimiliki. Kenyataan
yang ada, banyak anak menekuni salah satu cabang olahraga tidak berdasarkan
pengidentifikasian bakat. Mereka menekuni salah satu cabang olahraga hanya
berdasarkan pengaruh dari lingkungan sekitar, pengaruh teman bermain, dan
dorongan orang tua (Wicaksono, 2010).
Atletik adalah gabungan dari beberapa jenis olahraga. Secara garis
besar jenis olahraga dalam atletik dapat dikelompokkan menjadi lari, lempar,
dan lompat (Baharudin & Wahyuni, 2010). Atletik merupakan cabang olahraga

yang diperlombakan pada olimpiade pertama tahun 776 SM (Munasifah, 2008).
Atletik merupakan salah satu mata pelajaran Pendidikan Jasmani yang wajib
diberikan kepada para siswa mulai dari tingkat Sekolah Dasar sampai tingkat
Sekolah Lanjutan Tingkat Atas, sesuai dengan SK Mendikbud No. 0413/U/87
(Bahagia, 2010). Lari merupakan hal yang sangat penting karena bagian dari
pembinaan olahraga dini dalam pendidikan jasmani di sekolah. Dalam atletik
nomor lari dibagi kedalam lari jarak pendek (sprint) dan lari jarak menengah
(Johan, 2010), lari jarak jauh disebut juga long distance, lari estafet dan lari
rintangan. Hampir sebagian besar dari nomor-nomor atletik tersebut
diprogramkan di dalam kurikulum penjas dari SD hingga tingkat SLTA
(Heryana, 2010).
Dalam cabang olahraga atletik pada nomor lari cepat 100 meter, ketika
sprinter berlari dengan kecepatan yang tinggi dimana pelari tersebut berusaha

untuk mendapat panjang tungkai yang maksimal, maka pelari tersebut akan

3

berusaha melontarkan tubuhnya sejauh mungkin agar dapat menghasilkan
panjang langkah yang maksimal. Sebagaimana yang telah dikemukakan, salah

satu anggota tubuh yang paling dominan dalam melakukan olahraga lari adalah
tungkai (kaki). Secara umum dengan semakin panjangnya tungkai dari
seseorang maka dapat diperkirakan makin panjangnya juga langkah daripada
orang tersebut, hal ini menyebabkan makin tinggi juga kecepatan yang
dihasilkan saat orang tersebut berlari (Akhmad, 2013). Disamping itu, menurut
Pradana (2013) berat badan yang sering dianggap memperlambat gerak
seseorang ternyata mempunyai hubungan yang positif dengan kekuatan otot,
khususnya otot tungkai menyebabkan seseorang dengan berat badan berlebih
cenderung memiliki gerak yang lamban. Dewasa ini penelitian tentang
pengaruh panjang tungkai terhadap kemampuan berlari ataupun penelitian
tentang pengaruh berat badan terhadap kemampuan berlari sudah sering
dilakukan, beberapa diantaranya adalah (1) Hubungan Kecepatan Lari 100
Meter Panjang Tungkai dan Kekuatan Otot Tungkai terhadap Prestasi Lompat
Jauh Gaya Jongkok pada Siswa Kelas VIII Putra SMP Islam Karangpucung
Kabupaten Cilacap oleh Marsip pada tahun 2007 dengan hasil ada hubungan

yang signifikan antara panjang tungkai dengan kecepataan lari 100 meter; (2)
Hubungan Panjang Tungkai dan Daya Ledak Otot Tungkai dengan Kecepatan
Lari 60 Meter pada Siswa SMK Nabil Husein Samarinda oleh Supriyadi, M. Pd


pada tahun 2014 dengan hasil ditemukan hubungan positif antara panjang
tungkai dengan kecepatan berlari dengan koefisien korelasi 0,411; (3)
Kontribusi Tinggi Badan, Berat Badan dan Panjang Tungkai terhadap

4

Kecepatan Lari Cepat (Sprint) 100 Meter Putra oleh Akhmad Aji Pradana pada

tahun 2013 dengan hasil besar kontribusi berat badan terhadap kecepatan lari
jarak 100 meter sebesar 1,93% dan besar kontribusi panjang tungkai terhadap
kecepatan lari jarak 100 meter sebesar 67,89%; (4) Pengaruh Tinggi Badan
serta Berat Badan terhadap Kecepatan Lari Jarak 80 Meter pada Siswa Putri
Kelas VII SMP Negeri 7 Kediri oleh Trianata Wahyu Setyawidi pada tahun 2015

dengan hasil besar koefisien korelasi berat badan terhadap kecepatan lari jarak
80 meter adalah sebesar 0,461.
Penelitian yang lebih terfokus terhadap panjang tulang tibia masih
jarang bahkan belum pernah dilakukan. Berdasarkan latar belakang di atas,
maka peneliti merumuskan masalah penelitian yaitu Pengaruh Panjang Tulang
Tibia dan Berat Badan terhadap Kecepatan Berlari.


B. Perumusan Masalah
Apakah terdapat pengaruh antara panjang tulang tibia dan berat badan terhadap
kecepatan berlari?
C. Tujuan Penelitian
1. Menganalisis pengaruh panjang tulang tibia terhadap kecepatan berlari.
2. Menganalisis pengaruh berat badan terhadap kecepatan berlari.
3. Menganalisis pengaruh panjang tulang tibia dan berat badan terhadap
kecepatan berlari.

5

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Peneliti dapat mengetahui pengaruh antara panjang tulang tibia dan berat
badan terhadap kecepatan berlari.
2. Bagi Objek Penelitian
Objek Peneliti dapat mengetahui kelebihan yang dimiliki jika mengikuti
perlombaan atletik.
3. Bagi Masyarakat

Masyarakat dapat mengetahui pengaruh antara panjang tulang tibia dan
berat badan terhadap kecepatan berlari. Selain itu, masyarakat akan lebih
memperhatikan tentang status tubuhnya.
4. Bagi Instansi
Instansi terkait dapat mengidentifikasi dan mempersiapkan bibit atlet sejak
dini.