Penilaian Dan Pengembangan Potensi Objek Dan Daya Tarik Wisata Alam Di Taman Wisata Alam (Twa) Sibolangit

PENILAIAN DAN PENGEMBANGAN POTENSI OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA ALAM DI TAMAN WISATA ALAM (TWA) SIBOLANGIT
SKRIPSI
IRENA ASTRIA GINTING 081201017
PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2012

PENILAIAN DAN PENGEMBANGAN POTENSI OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA ALAM DI TAMAN WISATA ALAM (TWA) SIBOLANGIT
SKRIPSI
Oleh: IRENA ASTRIA GINTING
081201017
PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2012

PENILAIAN DAN PENGEMBANGAN POTENSI OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA ALAM DI TAMAN WISATA ALAM (TWA) SIBOLANGIT
SKRIPSI
Oleh: IRENA ASTRIA GINTING 081201017/MANAJEMEN HUTAN Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2012

LEMBAR PENGESAHAN


Judul

: Penilaian dan Pengembangan Potensi Objek dan Daya Tarik Wisata Alam di Taman Wisata Alam (TWA) Sibolangit

Nama

: Irena Astria Ginting

NIM : 081201017

Program Studi : Kehutanan

Disetujui oleh Komisi Pembimbing

Pindi Patana, S.Hut., M.Sc. Ketua

Rahmawaty, S.Hut., M.Si., Ph.D. Anggota

Mengetahui


Siti Latifah, S.Hut., M.Si., Ph.D. Ketua Program Studi Kehutanan

ABSTRAK
IRENA ASTRIA GINTING: Penilaian dan Pengembangan Potensi Objek dan Daya Tarik Wisata Alam di Taman Wisata Alam (TWA) Sibolangit. Dibimbing oleh PINDI PATANA dan RAHMAWATY.
TWA Sibolangit merupakan salah satu daerah tujuan ekowisata, namun pada kenyataannya lokasi ini sangat jarang dikunjungi oleh wisatawan. Penelitian ini bertujuan untuk menilai potensi wisata yang ada didalamnya serta menemukan strategi yang bisa dilakukan terkait pengembangannya. Penilaian terhadap potensi wisata alam di lokasi ini menggunakan pedoman ADO-ODTWA Dirjen PHKA 2003 yang telah dimodifikasi. Strategi pengembangannya diperoleh melalui identifikasi kekuatan, kelemahan, peluang serta ancaman di lokasi wisata alam kemudian dianalisis dengan menggunakan matriks analisis SWOT.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa TWA Sibolangit memiliki potensi wisata alam yang layak untuk dikembangkan dan berada pada kuadran I analisis SWOT. Hal ini berarti bahwa TWA Sibolangit berada pada kondisi yang menguntungkan karena memiliki kekuatan dari segi internalnya dan peluang dari segi eksternalnya. Kata kunci: Wisata Alam, Penilaian, Potensi Wisata, ADO-ODTWA

ABSTRACT
IRENA ASTRIA GINTING: Estimation and Development of Object and Ecotourism Potency at Sibolangit Ecotourism Park. Supervised by PINDI PATANA and RAHMAWATY.
Sibolangit Ecotourism Park is an ecotourism destination, in spite of actually this location is rarely visited of tourist. The purpose of this research is to estimate tourism potency which there are over there and to find the strategy could be done related to its development. The estimation of ecotourism in this place use guidance of ADO-ODTWA by Dirjen PHKA 2003 that has been modified. Development strategy is got by identification of strength, weakness, opportunity, and threatment at ecotourism area and then analyze by using SWOT matriks.
Result of this research show that Sibolangit Ecotourism Park has ecotourism potency proper to develop and present in the first quadran SWOT analyze. It means that Sibolangit Ecotourism Park exist in favorable condition because of having internal strength and external opportunity. Keywords: Ecotourism, Estimatin, tourism potency, ADO-ODTWA

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kabanjahe pada tanggal 10 April 1990. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Amos Ginting dan Ibu Risda Purba.
Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDN 101842 Sibolangit pada tahun 2002 dan pendidikan menengah pertama di SMP Negeri 1 Sibolangit pada tahun 2005. Pendidikan lanjutan menengah atas di SMA Negeri 1 Kabanjahe diselesaikan pada tahun 2008. Dan pada tahun yang sama diterima sebagai mahasiswa Universitas Sumatera Utara melalui jalur ujian tertulis Ujian Masuk Bersama di jurusan Manajemen Hutan, Fakultas Pertanian.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota Himpunan Mahasiswa Sylva USU. Penulis juga aktif dalam organisasi ekstra kampus yaitu Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) sebagai Biro Kerohanian pada periode 2009-2010 dan Bendahara periode 2010-2011. Penulis juga pernah menjabat sebagai anggota komisi bidang dalam Majelis Permusyawaratan Mahasiswa Fakultas (MPMF) Pertanian USU. Selain itu, penulis juga pernah mengikuti berbagai kepanitiaan yaitu Perayaan Natal Departemen Kehutanan pada tahun 2010, Pelatihan dan Pengkaderan Rimbawan (PDPR) pada tahun 2011, Lomba Lintas Alam tahun 2011, dan Perayaan Natal Fakultas Pertanian pada tahun 2012.
Penulis melaksanakan kegiatan Praktik Kerja Lapang (PKL) di Taman Nasional Ujung Kulon, Banten dari tanggal 6 Februari sampai dengan 6 Maret 2012.

KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala kasih dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Penilaian dan Pengembangan Potensi Objek dan Daya Tarik Wisata Alam di Taman Wisata Alam (TWA) Sibolangit”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan pada Program Sarjana Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada kedua orang tua penulis yaitu Bapak Amos Ginting dan Ibu Risda Purba atas kasih sayang, dukungan, arahan, dan nasihat yang tiada hentihentinya diberikan kepada penulis. Penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada Pindi Patana, S.Hut., M.Sc., dan Rahmawaty, S.Hut., M.Si., Ph.D., selaku ketua dan anggota komisi pembimbing tugas akhir yang telah membimbing, mengarahkan dan memberikan masukan kepada penulis untuk menyelesaikan penelitian ini. Ucapan terima kasih juga tidak lupa disampaikan penulis kepada pihak Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Sumatera Utara yang telah memberi izin dan bantuan penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
Di samping itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua staf pengajar dan pegawai di Program Studi Kehutanan serta semua rekan mahasiswa yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian ini.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan penelitian ini, untuk itu penulis menerima saran dan kritik yang membangun untuk perbaikan penulisan tugas akhir ini selanjutnya.
Akhir kata, semoga penelitian ini bermanfaat bagi kita semua. Terima kasih.
Medan, Desember 2012
Penulis

DAFTAR ISI

Hal.

ABSTRAK ....................................................................................................... i

ABSTRACT....................................................................................................... ii

RIWAYAT HIDUP.......................................................................................... iii

KATA PENGANTAR ..................................................................................... iv


DAFTAR ISI.................................................................................................... vi

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... viii

DAFTAR TABEL............................................................................................ ix

DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... x

PENDAHULUAN ........................................................................................... Latar Belakang ................................................................................................. Tujuan Penelitian ............................................................................................. Manfaat Penelitian ...........................................................................................

1 1 2 2

TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................. Objek dan Daya Tarik Wisata .......................................................................... Wisata Alam dan Ekowisata ............................................................................ Perencanaan Pengembangan Objek dan Daya Tarik Wisata Alam ................. Pengembangan Ekowisata dalam Kawasan Konservasi .................................. Kondisi Taman Wisata Alam Sibolangit..........................................................

3 3 5 7 11 13

METODE PENELITIAN................................................................................. Waktu dan Tempat ........................................................................................... Alat dan Bahan................................................................................................. Metode Penelitian.............................................................................................
Pengumpulan Data .................................................................................... Metode Pelaksanaan..................................................................................
Data Primer .......................................................................................... Data Sekunder ...................................................................................... Analisis Data ............................................................................................. Analisis Potensi Objek ......................................................................... Analisis Strategi Pengembangan dengan matriks SWOT.................... Pembuatan Peta Potensi Wisata ...........................................................


16 16 16 16 16 18 18 20 20 20 21 25

HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................................ 26 Karakteristik Pengunjung Lokasi Wisata TWA Sibolangit ............................. 27

Penilaian Potensi Objek dan Daya Tarik Wisata Alam di TWA Sibolangit.... Daya Tarik ................................................................................................ Aksesibilitas .............................................................................................. Akomodasi ................................................................................................ Sarana dan Prasarana Penunjang...............................................................
Strategi Pengembangan TWA Sibolangit ........................................................ Analisis Faktor Internal dan Eksternal...................................................... Pendekatan Kuantitatif Analisis SWOT ................................................... Pendekatan Kualitatif Matriks Analisis SWOT........................................

29 31 41 42 43 44 44 45 50

KESIMPULAN DAN SARAN........................................................................ Kesimpulan ...................................................................................................... Saran ..............................................................................................................

58 58 58

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 60

LAMPIRAN..................................................................................................... 63

DAFTAR GAMBAR
No. Hal. 1. Peta lokasi penelitian ................................................................................ 17 2. Bagan analisis SWOT ............................................................................... 23 3. Tahapan pembuatan peta potensi wisata alam .......................................... 25 4. Papan interpretasi yang menunjukkan jalur track..................................... 27 5. Bagan menunjukkan tujuan kunjungan wisatawan................................... 28 6. Hal yang perlu diperbaiki dan dikembangkan menurut pengunjung TWA
Sibolangit ................................................................................................. 29 7. Peta potensi wisata di sepanjang jalur TWA Sibolangit .......................... 34 8. a. Shelter ................................................................................................... 35

b. Pemandangan desa Sembahe ................................................................ 35 c. Pemandangan bentang alam hutan Sibolangit....................................... 35 9. Camping ground di TWA Sibolangit........................................................ 37 10. a. Pusat informasi dan aula ...................................................................... 41 b. Kantor atau guest house ........................................................................ 41 c. Salah satu papan interpretasi di jalur track .......................................... 41 d. Tempat duduk di jalur track ................................................................. 41 e. Shelter yang bisa ditemukan di jalur track ........................................... 41 11. Posisi TWA Sibolangit pada kuadran analisis SWOT.............................. 48

DAFTAR TABEL
No. Hal. 1. Data-data yang dikumpulkan .................................................................... 18 2. Kriteria penerimaan analisis SWOT ......................................................... 22 3. Skoring dan pembobotan faktor internal................................................... 22 4. Skoring dan pembobotan faktor eksternal ................................................ 23 5. Perumusan strategi dengan matriks SWOT .............................................. 24 6. Hasil penilaian objek dan daya tarik wisata alam di TWA Sibolangit ..... 30 7. Hasil penilaian terhadap komponen daya tarik di TWA Sibolangit ......... 31 8. Hasil penilaian terhadap aksesibilitas menuju kawasan TWA Sibolangit 41 9. Hasil penilaian akomodasi sekitar TWA Sibolangit ................................. 43 10. Hasil penilaian terhadap sarana dan prasaran penunjang.......................... 43 11. Faktor internal dan eksternal kawasan TWA Sibolangit .......................... 45 12. Bobot dan rating faktor internal ................................................................ 45 13. Bobot dan rating faktor eksternal ............................................................. 47 14. Perumusan strategi dalam analisis SWOT................................................ 51

DAFTAR LAMPIRAN
No. Hal. 1. Karakteristik pengunjung lokasi wisata TWA Sibolangit ........................ 64 2. Pedoman analisis daerah operasi objek dan daya tarik wisata alam ......... 67 3. Hasil Penilaian Objek dan Daya Tarik Wisata Alam TWA Sibolangit ... 69 4. Potensi flora yang ada di kawasan TWA Sibolangit................................. 71 5. Daftar sarana dan prasarana yang ada di jalur tracking TWA Sibolangit 74 6. Daftar fauna yang ditemukan di jalur tracking ......................................... 75 7. Kuesioner untuk analisis SWOT............................................................... 77 8. Rekapitulasi faktor kekuatan..................................................................... 78 9. Rekapitulasi faktor kelemahan.................................................................. 81 10. Rekapitulasi faktor peluang ...................................................................... 84 11. Rekapitulasi faktor ancaman..................................................................... 87

ABSTRAK
IRENA ASTRIA GINTING: Penilaian dan Pengembangan Potensi Objek dan Daya Tarik Wisata Alam di Taman Wisata Alam (TWA) Sibolangit. Dibimbing oleh PINDI PATANA dan RAHMAWATY.
TWA Sibolangit merupakan salah satu daerah tujuan ekowisata, namun pada kenyataannya lokasi ini sangat jarang dikunjungi oleh wisatawan. Penelitian ini bertujuan untuk menilai potensi wisata yang ada didalamnya serta menemukan strategi yang bisa dilakukan terkait pengembangannya. Penilaian terhadap potensi wisata alam di lokasi ini menggunakan pedoman ADO-ODTWA Dirjen PHKA 2003 yang telah dimodifikasi. Strategi pengembangannya diperoleh melalui identifikasi kekuatan, kelemahan, peluang serta ancaman di lokasi wisata alam kemudian dianalisis dengan menggunakan matriks analisis SWOT.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa TWA Sibolangit memiliki potensi wisata alam yang layak untuk dikembangkan dan berada pada kuadran I analisis SWOT. Hal ini berarti bahwa TWA Sibolangit berada pada kondisi yang menguntungkan karena memiliki kekuatan dari segi internalnya dan peluang dari segi eksternalnya. Kata kunci: Wisata Alam, Penilaian, Potensi Wisata, ADO-ODTWA

ABSTRACT
IRENA ASTRIA GINTING: Estimation and Development of Object and Ecotourism Potency at Sibolangit Ecotourism Park. Supervised by PINDI PATANA and RAHMAWATY.
Sibolangit Ecotourism Park is an ecotourism destination, in spite of actually this location is rarely visited of tourist. The purpose of this research is to estimate tourism potency which there are over there and to find the strategy could be done related to its development. The estimation of ecotourism in this place use guidance of ADO-ODTWA by Dirjen PHKA 2003 that has been modified. Development strategy is got by identification of strength, weakness, opportunity, and threatment at ecotourism area and then analyze by using SWOT matriks.
Result of this research show that Sibolangit Ecotourism Park has ecotourism potency proper to develop and present in the first quadran SWOT analyze. It means that Sibolangit Ecotourism Park exist in favorable condition because of having internal strength and external opportunity. Keywords: Ecotourism, Estimatin, tourism potency, ADO-ODTWA

PENDAHULUAN
Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara megabiodiversity yang memiliki

begitu banyak keanekaragaman hayati, keunikan dan keaslian budaya tradisional, keindahan bentang alam, gejala alam serta peninggalan sejarah/budaya. Keanekaragaman hayati ini sangat berpotensi dijadikan sebagai obyek dan daya tarik wisata alam (ODTWA).
Pariwisata sebagai green industry akan dapat menekan laju pengrusakan sumberdaya alam dan lingkungan. Green industry sangat sesuai dengan pariwisata yang berbasis alam terutama ekowisata. Ekowisata yang menciptakan pariwisata berkualitas memungkinkan akan dapat mempertahankan kualitas obyek dan daya tarik alam dan dapat meningkatkan pendapatan serta kesejahteraan dan kehidupan sosial masyarakat lokal. Namun demikian apabila tidak direncanakan dengan konsep pembangunan pariwisata berwawasan lingkungan kerusakan lingkungan akan terjadi (Fandeli dan Nurdin, 2005).
ODTW adalah segala sesuatu baik berupa bentukan dan/atau aktivitas dan fasilitas yang saling berhubungan dan memiliki daya tarik tersendiri sehingga dapat menarik minat wisatawan atau pengunjung untuk mengunjungi suatu daerah/tempat tertentu. Sebagai produk yang dijual di pasar wisata, ODTW harus memiliki tiga komponen utama yaitu atraksi dari destinasi, fasilitas di destinasi dan juga aksesibilitas dari destinasi (Hadinoto, 1996).
Taman Wisata Alam (TWA) Sibolangit merupakan salah satu kawasan pelestarian alam yang memiliki potensi dan daya tarik sebagai salah satu objek wisata. TWA Sibolangit mempunyai keterwakilan ekosistem yang masih alami

dan mempunyai komunitas alam yang unik, langka, dan indah serta bentang alam dan potensi alam yang dapat dijadikan sebagai ODTWA. Selain itu, komponen utama ODTW yaitu fasilitas dan juga potensi aksesibilitas yang baik sudah dimiliki oleh TWA Sibolangit yang menjadikan TWA Sibolangit memiliki nilai jual di pasar wisata. Namun pada kenyataannya, fungsi TWA Sibolangit sebagai salah satu DTW sudah terlupakan oleh banyak kalangan sehingga lokasi tersebut sepi pengunjung. Untuk itu, perlu dilakukan penelitian untuk menilai potensipotensi yang tersedia di TWA Sibolangit untuk mengetahui kelayakannya sebagai salah satu DTW dan juga strategi-strategi yang dapat dibuat terkait dengan perencanaan pengembangannya.
Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Menilai potensi obyek dan daya tarik wisata alam yang ada di kawasan TWA Sibolangit.
2. Menganalisis permasalahan dan strategi pengembangan wisata alam di kawasan TWA Sibolangit.
Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai masukan bagi
pengelola dalam menyusun rencana pengembangan wisata alam di kawasan TWA Sibolangit.

TINJAUAN PUSTAKA
Obyek dan Daya Tarik Wisata Obyek dan daya tarik wisata adalah suatu bentukan dan/atau aktivitas dan
fasilitas yang berhubungan serta dapat menarik minat wisatawan atau pengunjung untuk datang ke suatu daerah/tempat tertentu. Daya tarik yang tidak atau belum dikembangkan semata - mata hanya merupakan sumberdaya potensial dan belum dapat disebut sebagai daya tarik wisata sampai adanya suatu jenis pengembangan tertentu (Marpaung, 2002). Sedangkan Hamid (1996) mendefenisikan obyek wisata sebagai segala sesuatu yang menarik dan telah dikunjungi wisatawan sedangkan daya tarik adalah segala sesuatu yang menarik namun belum tentu dikunjungi. Daya tarik tersebut masih memerlukan pengelolaan dan pengembangan sehingga menjadi obyek wisata yang mampu menarik kunjungan.
Menurut Undang-Undang No. 9 tahun 1990 tentang Kepariwisataan, objek dan daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang menjadi sasaran wisata. Objek dan daya tarik wisata terdiri atas : 1. Objek dan daya tarik wisata ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, yang berwujud
keadaan alam, serta flora dan fauna; 2. Objek dan daya tarik wisata hasil karya manusia yang berwujud museum,
peninggalan purbakala, peninggalan sejarah, seni budaya, wisata agro, wisata tirta, wisata buru, wisata petualangan alam, taman rekreasi dan tempat hiburan.
Selanjutnya dijelaskan bahwa pembangunan objek dan daya tarik wisata dilakukan dengan cara mengusahakan, mengelola, dan membuat objek-objek baru sebagai objek dan daya tarik wisata.


Suwantoro (1997) menyatakan bahwa objek wisata alam adalah sumber daya alam yang berpotensi dan berdaya tarik bagi wisatawan serta ditujukan untuk pembinaan cinta alam, baik dalam kegiatan alam maupun setelah pembudidayaan. Selanjutnya juga dijelaskan bahwa daya tarik wisata yang juga disebut objek wisata merupakan potensi yang menjadi pendorong kehadiran wisatawan ke suatu daerah tujuan wisata.
Menurut Wiwoho (1990) daya tarik tersebut antara lain dapat berupa : 1. Sumber-sumber daya tarik yang bersifat alamiah seperti iklim, pemandangan
alam, lingkungan hidup, fauna, flora, kawah, danau, sungai, karang dan ikan di bawah laut, gua-gua, tebing, lembah dan gunung. 2. Sumber-sumber buatan manusia berupa sisa-sisa peradaban masa lampau, monumen bersejarah, rumah peribadatan, museum, peralatan musik, tempat pemakaman dan lain-lain. 3. Sumber-sumber daya tarik yang bersifat manusiawi. Sumber manusiawi melekat pada penduduk dalam bentuk warisan budaya misalnya tarian, sandiwara, drama, upacara adat, upacara penguburan mayat, upacara keagamaan, upacara perkawinan dan lain-lain.
Menurut MacKinnon et al. (1990), faktor-faktor yang membuat suatu kawasan menarik bagi pengunjung adalah : 1. Letaknya dekat, cukup dekat atau jauh dengan bandar udara internasional atau
pusat wisata utama. 2. Perjalanan ke kawasan tersebut mudah dan nyaman, perlu sedikit usaha, sulit
atau berbahaya.

3. Kawasan tersebut memiliki atraksi yang menonjol misalnya satwa liar yang menarik dan representatif untuk tempat tertentu.
4. Keberhasilan untuk melihat satwa terjamin. 5. Kawasan tersebut memiliki beberapa keistimewaan yang berbeda. 6. Memiliki tambahan budaya yang sangat menarik serta beberapa atraksi
wisata. 7. Unik dalam penampilannya. 8. Memiliki fasilitas rekreasi pantai atau tepian danau, sungai, air terjun, kolam
renang atau tempat rekreasi lainnya. 9. Kawasan cukup dekat dengan lokasi lain yang menarik wisatawan sehingga
menjadi bagian kegiatan wisatawan. 10. Sekitar kawasan tersebut memiliki pemandangan indah. 11. Keadaan makanan dan akomodasi tersedia.
Wisata Alam dan Ekowisata Kata wisata (tourism) pertama kali muncul dalam Oxford English
Dictionary tahun 1811, yang mendeskripsikan atau menerangkan tentang perjalanan untuk mengisi waktu luang. Namun, konsepnya mungkin dapat dilacak balik dari budaya nenek moyang Yunani dan Romawi yang sering melakukan perjalanan menuju negeri-negeri tertentu untuk mencari tempat-tempat indah di Eropa atau Mediterania (Hakim, 2004).
Wisata alam atau pariwisata ekologis adalah perjalanan ke tempat-tempat alami yang relatif masih belum terganggu atau terkontaminasi (tercemari) dengan tujuan untuk mempelajari, mengagumi dan menikmati pemandangan, tumbuh-

tumbuhan dan satwa liar, serta bentuk-bentuk menifestasi budaya masyarakat yang ada, baik dari masa lampau maupun masa kini (Handayawati et al., 2010).
Wisata alam adalah bentuk kegiatan wisata yang memanfaatkan potensi sumberdaya alam dan tata lingkungan. Kegiatan wisata alam merupakan kegiatan rekreasi dan pariwisata pendidikan, penelitian, kebudayaan dan cinta alam yang dilakukan di dalam obyek wisata (Suwantoro, 1997). Menurut PHPA (1996) kegiatan wisata alam di dalam kawasan konservasi diarahkan pada upaya pendayagunaan potensi obyek wisata alam dengan tetap memperhatikan prinsip keseimbangan antara kepentingan pemanfaatan dan pelestarian alam.
Ekowisata merupakan salah satu bentuk kegiatan wisata khusus. Bentuknya yang khusus itu menjadikan ekowisata sering diposisikan sebagai lawan dari wisata massal. Sebenarnya yang lebih membedakannya dari wisata massal adalah karakteristik produk dan pasar. Perbedaan ini tentu berimplikasi pada kebutuhan perencanaan dan pengelolaan yang tipikal (Damanik dan Weber, 2006).
Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia (2003) menyatakan bahwa secara konseptual ekowisata dapat didefinisikan sebagai suatu konsep pengembangan pariwisata berkelanjutan yang bertujuan untuk mendukung upaya-upaya pelestarian lingkungan (alam dan budaya) dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sehingga memberikan manfaat ekonomi kepada masyarakat dan pemerintah setempat. Berdasarkan segi pengelolaannya ekowisata dapat didefinisikan sebagai penyelenggaraan kegiatan wisata yang bertanggung jawab di tempat-tempat alami dan atau daerah-daerah yang dibuat berdasarkan kaidah alam yang secara ekonomi berkelanjutan dan mendukung


upaya-upaya pelestarian lingkungan (alam dan budaya) serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat.
Ekowisata merupakan suatu bentuk wisata yang sangat erat dengan prinsip konservasi. Bahkan dalam strategi pengembangan ekowisata juga menggunakan strategi konservasi. Dengan demikian ekowisata sangat tepat dan berdayaguna dalam mempertahankan keutuhan dan keaslian ekosistem di areal yang masih alami. Bahkan dengan ekowisata pelestarian alam dapat ditingkatkan kualitasnya karena desakan dan tuntutan dari padar eco-traveler (Fandeli, 2000). Handayati (2010) menyatakan bahwa ekowisata merupakan upaya untuk memaksimalkan dan sekaligus melestarikan potensi sumber-sumber alam dan budaya untuk dijadikan sebagai sumber pendapatan yang berkesinambungan. Dengan kata lain ekowisata adalah kegiatan wisata alam plus plus.
Di dalam pemanfaatan areal hutan alam untuk ekowisata mempergunakan pendekatan pelestarian dan pemanfaatan. Kedua pendekatan ini dilaksanakan dengan menitikberatkan “pelestarian” dibanding pemanfaatan. Kemudian pendekatan lainnya adalah pendekatan pada keberpihakan kepada masyarakat setempat agar mampu mempertahankan budaya lokal dan sekaligus meningkatkan kesejahteraannya. Salah satu yang dapat dilakukan adalah dengan mengatur conservation tax untuk membiayai secara langsung kebutuhan kawasan dan masyarakat lokal (Lindberg, 1991).
Perencanaan Pengembangan Objek dan Daya Tarik Wisata Alam Dewasa ini, ekowisata merupakan salah satu pendekatan untuk
mewujudkan pembangunan wilayah pesisir yang berkelanjutan. Ekowisata didefenisikan oleh International Ecotourism Society sebagai : a responsible travel

and improves the welfare of local people. Sementara itu, menurut Hadinoto, ekowisata adalah suatu bentuk kegiatan pariwisata yang memanfaatkan keaslian lingkungan alam, dimana terjadi interaksi antara lingkungan alam dan aktivitas rekreasi, konservasi dan pengembangan, serta antara penduduk dan wisatawan. Dari defenisi tersebut dapat disimpulkan bahwa kegiatan ekowisata mengintegrasikan kegiatan pariwisata, konservasi dan pemberdayaan masyarakat lokal, sehingga masyarakat setempat dapat ikut serta menikmati keuntungan dari kegiatan wisata tersebut melalui pengembangan potensi-potensi lokal yang dimiliki (Mukaryanti et al., 2005).
Perencanaan merupakan proses pembuatan keputusan tentang apa yang harus dikerjakan dimasa depan dan bagaimana melakukannya. Perencanaan harus memperhatikan keadaan sekarang secara realistis dan faktor potensial yang dapat dikembangkan. Perencanaan usaha harus dimulai dengan survei terperinci mengenai sifat dan bentuk pengembangan yang direncanakan terutama dalam hal sumberdaya yang dimiliki (Kusmayadi, 2004).
Page dan Ross (2002) dalam Romani (2006) mendefinisikan perencanaan sebagai sebuah proses dengan tujuan tertentu yang akan dicapai, menanggulangi dan memonitor perubahan yang akan terjadi untuk dapat menjaga/memelihara kelangsungan kawasan serta dapat meningkatkan pengalaman wisatawan terhadap kawasan atau lokasi tersebut. Menurut Fandeli dan Nurdin (2005) suatu hal penting dalam membuat perencanaan adalah perlu mempertimbangkan faktor kemudahan untuk diikuti dan bersifat praktis sehingga cepat dapat ditindaklanjuti dan mempunyai standar yang memudahkan penilaian keberhasilan perencanaan.

Aspek-aspek yang perlu diketahui dalam perencanaan pariwisata menurut Dimjati (1999) adalah : 1. Wisatawan (tourist) dengan melakukan penelitian tentang wisatawan
sehingga dapat diketahui karakteristik wisatawan yang diharapkan datang. 2. Pengangkutan (transportasi) adalah bagaimana fasilitas transportasi yang
tersedia baik dari negara asal atau angkutan ke obyek wisata. 3. Atraksi/obyek wisata (attraction) mengenai apa yang dilihat, dilakukan dan
dibeli di daerah tujuan wisata (DTW) yang dikunjungi. 4. Fasilitas pelayanan (service facilities). 5. Informasi dan promosi (information) yaitu cara-cara promosi yang akan
dilakukan baik melalui iklan atau paket yang tersedia. Pembangunan obyek dan daya tarik wisata menurut UU No. 9 Tahun 1990
dilakukan dengan memperhatikan : 1. Kemampuan untuk mendorong peningkatan perkembangan kehidupan
ekonomi dan sosial budaya. 2. Nilai-nilai agama, adat istiadat serta cara pandangan dan nilai-nilai yang
hidup dalam masyarakat. 3. Kelestarian budaya dan mutu lingkungan hidup. 4. Kelangsungan usaha pariwisata itu sendiri.
Menurut Suwantoro (1997), unsur pokok yang harus mendapat perhatian guna menunjang pengembangan pariwisata di daerah tujuan wisata yang menyangkut perencanaan, pelaksanaan pembangunan dan pengembangannya meliputi 5 unsur : 1. Objek dan daya tarik wisata.


Daya tarik wisata yang juga disebut objek wisata merupakan potensi yang menjadi pendorong kehadiran wisatawan ke suatu daerah tujuan wisata. 2. Prasarana wisata. Prasarana wisata adalah sumberdaya alam dan sumberdaya buatan manusia yang mutlak dibutuhkan oleh wisatawan dalam perjalanannya di daerah tujuan wisata. 3. Sarana wisata. Sarana wisata merupakan kelengkapan daerah tujuan wisata yang diperlukan untuk melayani kebutuhan wisatawan dalam menikmati perjalanan wisatanya. 4. Tata laksana/infrastruktur. Infrastruktur adalah situasi yang mendukung fungsi sarana dan prasarana wisata, baik yang berupa sistem pengaturan maupun bangunan fisik di atas permukaan tanah dan dibawah tanah. 5. Masyarakat/lingkungan. Daerah tujuan wisata yang memiliki berbagai objek dan daya tarik wisata akan mengundang kehadiran wisatawan. Masyarakat di sekitar objek wisatalah yang akan menyambut kehadiran wisatawan tersebut dan sekaligus akan memberikan layanan yang diperlukan oleh para wisatawan.
Pembentukan kriteria untuk pengembangan pariwisata menurut Khodyat (1997) dalam Romani (2006) adalah : 1. Pembuatan keputusan tentang bentuk wisata di beberapa tempat harusnya
dibuat dalam perundingan dengan masyarakat lokal dan dapat diterima bagi mereka.

2. Bagian yang layak mendapatkan keuntungan wisata harusnya kembali ke masyarakat.
3. Wisata harus berdasarkan prinsip ekologi dan lingkungan, menjadi sensitif bagi budaya lokal dan tradisi agama dan seharusnya tidak menempatkan masyarakat pada posisi yang rendah.
4. Jumlah kunjungan wisatawan di beberapa tempat seharusnya termasuk jumlah penduduk lokal dan menyangkal kemungkinan bertemu masyarakat asli.
Pengembangan Ekowisata dalam Kawasan Konservasi Kawasan konservasi didefenisikan sebagai kawasan yang dilindungi
karena ciri-ciri yang dimiliki kawasan tersebut. Ciri-ciri tersebut antara lain (Mac Kinnon et al., 1993 dalam Sulthoni, 2000) adalah: 1. Keunikan ekosistemnya, misalnya terdapat sumberdaya faunistik yang khas
di Pulau Sulawesi antara garis abstrak Wallace dan Weber. 2. Adanya sumberdaya fauna yang telah terancam kepunahan, misalnya badak
jawa bercula satu di Taman Nasional Ujung Kulon, banteng di Baluran dan jalak di Bali Barat. 3. Keanekaragaman jenis baik flora maupun faunanya, misalnya kawasan Gunung Gede Pangrango. 4. Panorama atau ciri geofisik yang memiliki nilai estetik, misalnya Gunung Bromo Tengger. 5. Karena fungsi hidro-orologi kawasan untuk pengaturan air, erosi dan kesuburan tanah, misalnya kawasan hutan lindung Plawangan Turgo Kaliurang.

Persyaratan pertama mintakat pemanfaatan adalah bentang alam yang stabil ekosistemnya dan resisten terhadap berbagai kegiatan manusia yang berlangsung di dalamnya. Syarat yang kedua adalah aksesibilitasnya, sehingga para pengunjung dengan mudah dapat menjangkau wilayah pemanfaatan untuk berwisata alam. Faktor aksesibilitas harus didukung oleh kemudahan untuk menjangkaunya, misalnya transportasi umum, kendaraan roda empat dengan tarif yang terjangkau oleh segala lapisan masyarakat. Faktor yang ketiga adalah kepuasan pengunjung selesai melakukan wisata di kawasan pelestarian tersebut (Sulthoni, 2000).
Berwisata secara lengkap memerlukan dua unsur pendukung yang membentuk minat untuk berwisata yaitu daya tarik budaya dan daya tarik alamnya. Oleh karena itu, wisata alam umumnya tidak dapat dilepaskan dari atraksi budaya masyarakat yang ada di sekitar kawasan. Oleh karena itu, pengembangan pariwisata alam perlu memperhitungkan adanya hubungan dengan objek wisata lain, baik objek seni budaya ataupun peninggalan sejarah masa lalu (Sulthoni, 2000).
Pariwisata alam di dalam kawasan konservasi bertujuan untuk melestarikan keanekaragaman hayati ekosistemnya dan memperoleh penghasilan untuk kepentingan kawasan, masyarakat lokal, pemerintah daerah dan pengelola. Undang-undang tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah khususnya dalam melakukan perencanaan kegiatan pembangunan secara mandiri, diharapkan mampu mengoptimalkan setiap sumber daya yang dimiliki bagi pembangunan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan. Berdasarkan hal tersebut dalam pengelolaan sumberdaya khususnya

sumberdaya alam yang berwawasan lingkungan berupa pengembangan wisata alam maupun ekowisata yang berbasis pada penguatan peran daerah dan masyarakat (Latupapua, 2008).
Kondisi Taman Wisata Alam Sibolangit Kelompok hutan Sibolangit merupakan hutan dengan ekosistem hutan
hujan tropis yang masih relatif utuh. Proses ekologi berjalan secara alami dan tidak banyak mendapat tekanan masyarakat di sekitarnya. Pada awalnya, kawasan Cagar Alam Sibolangit merupakan Kebun Raya (Botanical Garden) Sibolangit yang bangun oleh Tuan J.A. Lorzing sebagai cabang dari Kebun Raya Bogor. Selanjutnya pada tanggal 10 Maret 1938 dengan SK.Z.B. No.37/PK, Kebun Raya diubah statusnya menjadi Cagar Alam. Kelompok hutan Sibolangit ini merupakan daerah tangkapan air dan menjadi sumber air yang dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar dan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirtanadi yang mensuplai kebutuhan air bagi masyarakat kota Medan (BBKSDA, 2012).

Cagar Alam Sibolangit memiliki keindahan alam dengan keanekaragaman jenis flora dan fauna yang ada yang berpotensi untuk menjadi tempat rekreasi. Potensi ekosistem dari kawasan Sibolangit yaitu merupakan kawasan hutan hujan tropis dimana dari sejarah pembentukannya sebagai kawasan ekosistem buatan hasil dari penanaman pohon pada awal abad 20 (tahun 1914) sejak Kebun Raya Sibolangit ini dirintis (Siswanda, 2006).
Mengingat Cagar Alam ini kaya akan berbagai jenis tumbuh-tumbuhan (flora) yang bukan hanya sekedar untuk koleksi, melainkan juga memberikan juga memberikan kontribusi yang sangat penting bagi keperluan ilmu pengetahuan dan pendidikan (sebagai laboratorium alam) serta pengembangan pariwisata

(rekreasi), maka pada tahun 1980 berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 636/Kpts/Um/9/1980 sebagai Cagar Alam Sibolangit (seluas ± 24,85 Ha) dialih fungsikan menjadi kawasan Taman Wisata Alam Sibolangit (Adieska, 2008).
Taman Wisata Alam (TWA) Sibolangit secara administratif terletak di Desa Sibolangit, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Daerah Tingkat II Deli Serdang Propinsi Sumatera Utara. Taman Wisata ini merupakan bagian dari kawasan Cagar Alam Sibolangit yang beralih fungsi sebagai hutan wisata. Luas TWA Sibolangit adalah 24, 85 Ha, sedangkan luas Cagar Alam (CA) Sibolangit saat ini adalah 95,15 Ha. Menurut administratif kehutanan kawasan ini dikelola oleh Unit Konservasi Sumber Daya Alam (UKSDA) I Sumatera Utara. (Rahmawaty, 2004).
TWA Sibolangit terbentang antara 98º36’36”- 98º36’56”Bujur Timur dan 3º17’50”-3º18’39” Lintang Utara, yang secara administraif berada di Desa Sibolangit Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang. Berdasarkan peta geologi Sumatera Utara formasi geologi pada lahan TWA Sibolangit terbentuk dari andesit dan bahan batuan vulkanik. Jenis tanah podsolik dan tekstur hablur sehingga mudah meresap air serta hanyut terbawa air. Memiliki topografi bergelombang dengan faktor kemiringan 5 – 10% sedangkan ketinggian berada 558 m di atas permukaan laut. Menurut pembagian iklim Schmidt dan Ferguson TWA Sibolangit termasuk dalam iklim tipe B dengan curah hujan 2.500-30.000 mm/tahun dengan kelembaban antara 60-80% suhu rata-rata maksimum 35,6º C dan minimum 25,3ºC (BBKSDA, 2012).

Flora yang tumbuh di kawasan ini sebagian merupakan jenis asli dan sebagian lagi berasal dari luar negeri sebagai hasil penanaman yang dilakukan oleh J.A. Lorzing. Tanaman dari luar pada umumnya terdiri dari pohon yang besar dengan diameter lebih dari 1 meter, diantaranya sono kembang (Dalbergia latifolia), angsana (Pterocarpus indicus), dan kelenjar (Samanea saman). Antara tahun 1914 dan 1924, J.A. Lorzing mencatat beberapa tanaman asli yang ada, seperti meranti (Shorea sp.), 30 jenis Ficus, 20 jenis kecing (Quercus sp.), kenanga, kulit manis, manggis dan Artocarpus sp.
Selain itu di kawasan ini juga terdapat tumbuhan semak seperti Philodendron sp. Tanaman ini merupakan anggota dari genus Arthurium (Famili Araceae). Adanya tumbuhan ini dikarenakan jumlah curah hujan yang cukup tinggi (diperkirakan 3.000 sampai 4.000 mm per tahun). Jenis tumbuhan bawah lainnya yang dapat dijumpai dalam kawasan TWA Sibolangit ini adalah jenis paku-pakuan, talas hutan, berbagai jenis rumput, serta berbagai jenis jamur. Di kawasan ini juga terdapat berbagai jenis anggrek hutan, palma dan pinang.
Jenis fauna yang sering terlihat di kawasan TWA Sibolangit yaitu monyet ekor panjang (Macaca fascicularis), lutung (Trachypithecus cristata), babi hutan (Sus scropa), napuh (Tragulus sp.) dan trenggiling (Manis javanica). Jenis burung yang hidup di kawasan ini diantaranya adalah rangkong (Famili Bucerotidae) dan srigunting (Dicrurus sp.) dan beberapa jenis lainnya. Jenis-jenis reptil yang hidup di kawasan ini diantaranya ular sanca (Phyto reticulates), kadal (Mabuya multifasciatus) dan biawak (Varanus salvator). Lokasi ini sangat dikenal karena banyak lintah dan pacet (Haemadipsa sp.) (Rahmawaty, 2004).

METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan pada bulan Juni sampai dengan Agustus 2012 di
TWA Sibolangit, Desa Sembahe dan Desa Sibolangit Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang. Lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.
Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah global positioning system
(GPS) sebagai alat bantu dalam menentukan koordinat di lapangan, alat tulismenulis, kamera digital, perangkat komputer dengan software Arcview 3.3 untuk mengolah koordinat yang sudah ditentukan.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah peta administrasi kawasan konservasi CA/TWA Sibolangit dan Pedoman Analisis Daerah Operasi Objek dan Daya Tarik Wisata Alam Dirjen PHKA tahun 2003, dan kuesioner untuk pengunjung, masyarakat sekitar kawasan serta daftar pertanyaan untuk instansi yang terkait dengan TWA Sibolangit yaitu BKSDA, Yayasan Ekosistem Lestari (YEL), Conservation International (CI), Dinas Pariwisata Kabupaten Deli Serdang dan pemerintah desa Sembahe dan Sibolangit.
Metode Penelitian Pengumpulan Data
Data-data yang dibutuhkan dalam pelaksanaan penelitian dapat dilihat pada Tabel 1.

Gambar 1. Peta lokasi penelitian

Tabel 1. Data-data yang dikumpulkan

No Data

Jenis Data

1. Nilai ODTW

Primer

2. Kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman TWA Sibolangit
3. Peta kawasan CA dan TWA Sibolangit
4. Manajemen Pengelolaan TWA
5. Citra Landsat

Primer
Sekunder Sekunder Sekunder

Sumber TWA Sibolangit
Masyarakat, pengunjung, dan instansi
terkait BPKH

Keterangan Diperoleh dengan menggunakan Pedoman ADOODTWA Dirjen PHKA 2003 Diperoleh dengan melakukan wawancara dan pembagian kuesioner

BKSDA

Metode Pelaksanaan 1. Data Primer
a. Nilai ODTW Metode yang dilakukan adalah observasi langsung di sepanjang jalur
tracking TWA Sibolangit. Objek yang dianggap berpotensi dan memiliki daya tarik akan dicatat dan diambil titik koordinatnya dengan menggunakan GPS, kemudian dinilai menggunakan Pedoman ADO-ODTWA Dirjen PHKA 2003.
Komponen yang dicatat dan dinilai adalah: 1. Jenis flora dan fauna yang dijumpai di sekitar objek wisata. 2. Daya tarik meliputi keunikan, kepekaan, variasi kegiatan, sumberdaya alam
yang menonjol, kebersihan lokasi, keamanan, kenyamanan. 3. Aksesibilitas meliputi kondisi jalan, jarak, tipe jalan dan waktu tempuh dari
kota. 4. Akomodasi meliputi jumlah akomodasi dan jumlah kamar. Yang diamati
adalah penginapan dalam radius 15 km dari objek wisata.

5. Sarana dan prasarana penunjang yang ada dalam radius 15 km dari lokasi wisata. Unsur yang dinilai meliputi kantor pos, jaringan telepon, puskesmas, jaringan listrik, jaringan air minum, rumah makan, pusat perbelanjaan/pasar, bank, toko cinderamata dan lain-lain.
b. Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman TWA Sibolangit Data ini diperoleh dengan cara membagikan kuesioner kepada
pengunjung kawasan TWA Sibolangit dan masyarakat sekitar kawasan TWA Sibolangit.
Teknik penarikan sampel terhadap pengunjung dilakukan dengan metode random sampling (sampel acak), dimana setiap pengunjung yang datang ke lokasi penelitian dijadikan sebagai dijadikan sebagai responden. Namun responden yang diwawancarai terbatas pada pengunjung yang berusia diatas tujuh belas tahun. Jumlah responden untuk pengunjung ditetapkan sebesar 20 responden. Demikian halnya untuk masyarakat, pengambilan sampel juga dilakukan secara acak (random sampling). Jumlah sampel yang diambil adalah sebesar 10% dari jumlah keseluruhan masyarakat. Hal ini sesuai dengan pernyataan Arikunto (2002) bahwa jumlah sampel ditetapkan sebanyak 10-15% dari jumlah keseluruhan populasi apabila jumlah populasinya lebih dari 100 orang. Di desa Sembahe ada sebanyak 381 KK maka diambil sampel sebanyak 38 KK dan di desa Sibolangit ada sebanyak 281 KK maka sampelnya sebesar 28 KK. Jumlah responden untuk masyarakat seluruhnya adalah 66 KK.
Kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman TWA Sibolangit juga diperoleh dengan melakukan wawancara kepada instansi yang terkait dengan TWA Sibolangit. Instansi-instansi tersebut adalah BKSDA, lembaga yang pernah

mengadakan kerjasama dengan TWA Sibolangit yaitu YEL dan juga CI, Dinas Pariwisata Kabupaten Deli Serdang, dan juga pemerintah Desa Sembahe dan juga Desa Sibolangit. Dari setiap instansi ditetapkan sebanyak satu orang responden yang bersifat sebagai informan kunci yang mengetahui faktor-faktor internal dan eksternal yang terkait dengan TWA Sibolangit.
2. Data Sekunder a. Peta Kawasan CA dan TWA Sibolangit Peta kawasan CA dan TWA Sibolangit diperoleh dari Badan Pemantapan
Kawasan Hutan (BPKH) Provinsi Sumatera Utara. Peta ini digunakan dalam pembuatan peta potensi wisata alam di TWA Sibolangit.
b. Manajemen Pengelolaan Data terkait manajemen pengelolaan wisata di TWA Sibolangit meliputi
kebijakan wisata, pengelolaan, fasilitas dan pelayanan, perencanaan wisata dan permasalahan yang dihadapi dalam upaya pengembangan wisata alam di TWA Sibolangit. Data ini diperoleh dengan melakukan wawancara terhadap pengelola TWA Sibolangit, yaitu Balai Konservasi Sumber Daya Alam Sumatera Utara (BKSDASU).
Analisis Data 1. Analisis Potensi Objek
Objek dan daya tarik (flora, fauna dan objek lainnya) yang telah diperoleh kemudian dianalisis sesuai dengan kriteria penskoringan pada Pedoman Analisis Daerah Operasi Objek dan Daya Tarik Wisata Alam Dirjen PHKA tahun 2003

sesuai dengan nilai yang telah ditentukan untuk masing-masing kriteria. Jumlah

nilai untuk satu kriteria penilaian ODTWA dapat dihitung dengan rumus:

S=NxB

Keterangan : S = skor/nilai suatu kriteria

N = jumlah nilai unsur-unsur pada kriteria

B = bobot nilai

Dalam Pedoman ADO-ODTWA Dirjen PHKA 2003, kriteria daya tarik

diberi 6 karena daya tarik merupakan faktor utama alasan seseorang melakukan

perjalanan wisata. Aksesibilitas diberi bobot 5 karena merupakan faktor penting

yang mendukung wisatawan dapat melakukan kegiatan wisata. Untuk akomodasi

serta sarana dan prasarana diberi bobot 3 karena hanya bersifat sebagai penunjang

dalam kegiatan wisata. Hasil pengolahan data tersebut kemudian diuraikan secara

deskriptif.

Skor yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan skor total suatu

kriteria apabila setiap sub kriteria memiliki nilai kuat yaitu 5. Karsudi dkk ( 2010)

menyatakan setelah dilakukan perbandingan, maka akan diperoleh indeks

kelayakan dalam persen. Indeks kelayakan suatu kawasan ekowisata adalah

sebagai berikut:

- Tingkat kelayakan > 66,6%

: layak dikembangkan

- Tingkat kelayakan 33,3% - 66,6% : belum layak dikembangkan

- Tingkat kelayakan < 33,3%

: tidak layak dikembangkan

2. Analisis Strategi Pengembangan dengan Matriks SWOT Responden akan diberi kuesioner untuk diisi (Lampiran 7). Jawaban
pertanyaan yang digunakan dalam analisis SWOT adalah skor 1 untuk jawaban ya

dan skor 0 untuk jawaban tidak. Kemudian setiap kriteria diseleksi dengan

penerimaan 60% untuk kemudian dianalisis dengan SWOT. Kriteria penerimaan

faktor dalam analisis SWOT dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Kriteria penerimaan analisis SWOT

Responden

Jumlah responden

Skor tertinggi

Pengunjung

20

20

Masyarakat

66

66

Ahli 6 6

Jumlah

92 92

Keterangan :

0-59% kriteria ditolak

60-100% kriteria diterima

Skor terendah 0 0 0 0

Kriteria yang diterima kemudian dianalisis dengan memberikan bobot dan

rating terhadap masing-masing kriteria. Bobot diberi nilai mulai dari 1 (sangat

penting) sampai dengan 0 (tidak penting). Bobot dari semua faktor strategis ini

harus berjumlah 1. Kemudian untuk menghitung rating, untuk masing-masing

faktor (peluang dan kekuatan) diberi skala mulai dari 4 (sangat baik), 3 (baik), 2

(tidak baik), dan 1 (sangat tidak baik) berdasarkan pengaruh faktor tersebut

terhadap organisasi. Sementara untuk rating ancaman dan kelemahan diberi nilai

-4 sampai dengan -1. Bentuk skoring dan pembobotan faktor internal dan

eksternal dapat dilihat pada Tabel 3 dan 4.

Tabel 3. Skoring dan pembobotan faktor internal No Kekuatan (strength) 1 2 dst
Total kekuatan No Kelemahan (weakness) 1 2 dst
Total kelemahan Total kekuatan – total kelemahan = S – W

Bobot Rating Skor

Tabel 4. Skoring dan pembobotan faktor eksternal No Peluang (oppotunity) 1 2 dst
Total Peluang No Ancaman (threat) 1 2 dst
Total ancaman Total peluang – total ancaman = O – T

Bobot Rating Skor

Penskoringan dan pembobotan ini dilakukan untuk mendapatkan posisi TWA Sibolangit dalam diagram analisis SWOT. Diagram SWOT dapat dilihat pada bagan yang ada di Gambar 2.
Peluang III I

Kelemahan Internal

Kekuatan internal

IV II

Ancaman Gambar 2. Bagan analisis SWOT

Keterangan gambar: 1. Kuadran I: Ini merupakan situasi yang sangat menguntungkan. Perusahaan
tersebut memiliki peluang dan kekuatan, sehingga dapat memanfaatkan

peluang yang ada. Strategi yang harus diterapkan dalam kondisi ini adalah

mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif (Growth oriented strategy).

2. Kuadran II: Meskipun menghadapi berbagai ancaman, perusahaan ini masih

memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus diterapkan adalah

menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang dengan

cara strategi diversifikasi usaha (produk/pasar).

3. Kuadran III: Perusahaan menghadapi peluang pasar yang sangat besar, akan

tetapi dilain pihak menghadapi beberapa kendala/kelemahan internal. Strategi

yang harus diterapkan adalah meminimalkan masalah internal perusahaan

sehingga dapat merebut peluang pasar yang lebih baik.

4. Kuadran IV: Ini merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan,

perusahaan tersebut menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan internal.

Analisis SWOT dapat menghasilkan 4 (empat) kemungkinan strategi

alternatif (Rangkuti, 1997) yang dapat kita