PRARANCANGAN PABRIK ASAM LAKTAT DARI MOLASSES KAPASITAS 30.000 TON/TAHUN (Perancangan Reaktor Fermentor (RE-201))

X. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis ekonomi

yang telah dilakukan terhadap

Prarancangan Pabrik Asam Laktat dari Molasses dengan kapasitas 30.000
ton/tahun dapat ditarik simpulan sebagai berikut :
1. Percent Return on Investment (ROI) sesudah pajak adalah 47,13 %.
2. Pay Out Time (POT) sesudah pajak adalah 1,52 tahun
3. Break Even Point (BEP) sebesar 46,16 % dimana syarat umum pabrik di
Indonesia adalah 30 – 60 % kapasitas produksi. Shut Down Point (SDP)
sebesar 34,99 %, yakni batasan kapasitas produksi sehingga pabrik
harus berhenti berproduksi karena merugi.
4. Discounted Cash Flow Rate of Return (DCFRR) sebesar 36,13%, lebih
besar dari suku bunga bank sekarang sehingga investor akan lebih
memilih untuk berinvestasi ke pabrik ini dari pada ke bank.

B. SARAN
Pabrik asam laktat dari molasses dengan kapasitas tiga puluh ribu ton per

tahun sebaiknya dikaji lebih lanjut baik dari segi proses maupun ekonominya.

ABSTRAK

PRARANCANGAN PABRIK ASAM LAKTAT DARI MOLASSES
KAPASITAS 30.000 TON/TAHUN
(Perancangan Reaktor Fermentor (RE-201))

Oleh
Ruhendi Tirta Aditama

Asam Laktat merupakan bahan kimia yang digunakan sebagai bahan
tambahan pada industri makanan, bahan baku pada industri kimia.
Asam Laktat diproduksi dengan cara memfermentasikan molasses pada
suhu 45oC dan tekanan 1 atm dengan konversi 90%. Hasil keluaran reaktor
direaksikan dengan asam sulfat untuk mendapatkan asam laktat. Asam laktat yang
terbentuk diuapkan hingga mencapai kemurnian 80% sisanya air.
Kapasitas produksi pabrik direncanakan 30.000 ton/tahun dengan 330 hari
kerja dalam 1 tahun. Lokasi pabrik direncanakan didirikan di daerah kawasan
industri Lampung Tengah yang terletak di km 90 terbanggi besar gunung batin

udik Lampung Tengah.
Penyediaan kebutuhan utilitas pabrik berupa sistem pengolahan dan
penyediaan air, sistem penyediaan steam, sistem penyediaan udara instrumen, dan
sistem pembangkit tenaga listrik.
Dari analisis ekonomi diperoleh:
Break Even Point
(BEP)
Shut Down Point
(SDP)
Pay Out Time after taxes
(POT)a
Return on Investment after taxes
(ROI)a
Discounted cash flow
(DCF)

=
=
=
=

=

46,16 %
34,99 %
1,52 tahun
47,13 %
36,13 %

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kemajuan pembangunan suatu negara dapat diindikasikan dengan pesatnya
industrialisasi pada negara tersebut. Salah satu hal dasar yang mendorong
berdirinya suatu industri adalah adanya kesempatan pasar yang besar, dan
kemudahan dalam pemanfaatan dan pemasokan bahan baku.
Asam Laktat merupakan senyawa yang cukup banyak dibutuhkan di Indonesia,
dan pada saat ini Indonesia masih mengimpor asam laktat dalam jumlah yang
cukup besar. Indonesia tidak memiliki pabrik yang memproduksi asam laktat,
walaupun sebagian besar bahan bakunya terdapat di dalam negeri. Beberapa

keuntungan pendirian suatu pabrik, diantaranya : mendapatkan keuntungan secara
finansial, meningkatkan devisa negara, mengurangi pengangguran, mengurangi
ketergantungan dari impor. Dengan adanya pendirian pabrik asam laktat
diharapkan akan menimbulkan dampak yang positif bagi pertumbuhan
perindustrian, khususnya industri kimia Indonesia. Pabrik yang akan didirikan
merupakan pabrik pertama di Indonesia, dengan demikian dapat terjadi
perkembangan teknologi yaitu teknologi dalam pembuatan asam laktat.

2

B. Kegunaan Produk

Banyaknya industri yang memerlukan asam laktat membuktikan bahwa adanya
kesempatan pasar yang cukup besar dalam produksi asam laktat (Monteguado
1996).
Asam laktat digunakan sebagai bahan tambahan dalam produk pangan, yaitu
sebagai bahan pengasam pada produk kembang gula, jus, sirup, meningkatkan
aroma dan rasa pada saus dan bumbu, mengurangi resiko bakteri pathogen pada
produk daging, sebagai dyes pada industri tekstil dan digunakan dalam industri
pengolahan logam (Ullmann, 2007), Selain itu asam laktat juga digunakan

sebagai bahan baku pada industri yang memproduksi turunan senyawa laktat,
bahan baku pada industri farmasi, bahan baku untuk membuat plastik
biodegradable (polylactic acid) (Y. tokiwa dan Calabia 2006).
Pemanfaatan asam laktat dalam dunia industri antara lain :
- Sebagai Complexing agent
- Sebagai bahan pelarut
- Sebagai bahan pembersih
- Sebagai bahan baku berbagai sintesa kimia
- Sebagai pengontrol pH
- Sebagai bahan pencampur termoplastik
- Sebagai bahan perasa, zat anti mikroba dan pengatur pH pada berbagai
industri makanan
- Sebagai sodium carier, suplemen mineral dan bahan baku sintesa obat pada
industri farmasi
- Sebagai bahan campuran dalam industri kosmetik

3

Food Industry
- Acidulants

- Preservatives
- Flavours
- pH regulator
- improving microba
quality
- mineral Forification
Chemical Industry

Chemical Feedstock

- Descaling agent

- Propilene oxide

- Neutralizer

- Acetaldehyde

- Chiral intermediate
- pH regulator


Asam Laktat
CH3CHOHCOOH

- Acrylic acid
- Propanoic acid

- Green solvent

- 2,3-pentanedione

- Cleaming agent

- Ethyl lactate

- Slow acid release agent

- Dilactide

- Metal complexing agent


- Poly Lactic Acid
Comestic Industry
- Moisturizer
- Skin-ligthening agent
- Skin-rejuvenating agent
- pH regulator
- anti-acne agent
- humectants
- anti-tatar agen

Gambar 1. 1. Penggunaan asam laktat secara komersil (Young-jung wee 2005).

4

C. Ketersediaan Bahan Baku
Dari berbagai macam bahan baku yang dapat memproduksi asam laktat, tetes tebu
(molasses) dapat digunakan sebagai bahan baku proses produksi asam laktat.
Pemilihan ini didasarkan bahwa ketersediaan tetes tebu sebagai bahan baku
sangat besar di Indonesia dan mudah didapat (Anonymous 2005). Pemanfaatan

molasses sebagai bahan baku produksi asam laktat merupakan salah satu cara
mengurangi improt asam laktat sehingga dapat meningkatkan devisa negara.
Produksi tetes tebu pada tahun 2001-2005 rata-rata mencapai 967.072.985 Kg
(BPS, 2005).
Molasses sebagian besar berasal dari pabrik Gula Gunung Madu Plantations yang
tiap harinya menghasilkan molasses sebanyak 629,31 metrik ton/hari sehingga
persediaannya melimpah (Lusiningtyas, 2007). Bahan-bahan seperti Ca(OH)2
dapat diperoleh dari PT. Kurnia Mineral Industries, H2SO4 didapatkan dari PT.
Sulfindo Pratama Cilegon

D. Kapasitas Rancangan
Fermentasi merupakan metode yang paling banyak digunakan oleh industri untuk
menghasilkan asam laktat. Menurut Hofvendhal (2000), dari 80.000 ton dari asam
laktat yang dihasilkan diseluruh dunia setiap tahunnya sekitar 90% dibuat
berdasarkan proses fermentasi mikroba asam laktat. Averous (2008) juga
menjelaskan hal yang senada dengan perkiraan 200.000 ton/tahun. Untuk
mencukupi kebutuhan di dalam negeri, asam laktat masih diimpor dari berbagai

5


negara, karena hingga saat ini di Indonesia belum terdapat pabrik asam laktat.
Impor asam laktat didatangkan dari berbagai Negara, antara lain : Cina, Belgia,
Brazil, Jepang, Spanyol, India, Jerman, Prancis (BPS, 2007). Kapasitas produksi
pabrik asam laktat yang sudah berdiri berkisar 1.500 ton pertahun (Belgia) –
100.000 ton pertahun (Thailand) (Anonymous 2005). Dengan komposisi 80% dari
kapasitas produksi dipasarkan di dalam negeri dan sisanya akan di ekspor ke
negara-negara Asia atau ke negara Amerika Serikat.

Tabel. 1.1 Data Import Asam Laktat Indonesia
No

Tahun

Import (Kg/tahun)

1

2002

9.919.475


2

2003

11.240.507

3

2004

14.383.290

4

2005

16.153.811

5

2006

17.045.150

6

2007

18.893.160

7

2008

21.101.899

Sumber : Departemen Perindustrian

Mengingat bahwa kebutuhan asam laktat mengalami peningkatan setiap tahunnya
yang masih dipenuhi dengan cara impor, dan sebagian besar bahan baku
pembuatan asam laktat (molasses) berada di Indonesia, maka pabrik yang akan
didirikan mempunyai prospek pasar. Karena pendirian pabrik asam laktat salah
satunya bertujuan untuk mengurangi ketergantungan import.

6

kebutuhan Kg/tahun

25000000
y = 2E+06x - 4E+09
20000000
15000000
10000000
5000000
0
2000

2002

2004

2006

2008

2010

tahun

Gambar 1. 2. Grafik kebutuhan (import) Asam Laktat Indonesia
Untuk menghitung kebutuhan impor asam laktat tahun berikutnya maka
menggunakan persamaan garis lurus :
y = ax + b
Keterangan : y = kebutuhan impor asam laktat, ton/tahun
x = tahun keb = intercept
a = gradien garis miring
Diperoleh persamaan garis lurus: y =2E+06x - 4E+09 (ton/tahun)
Dari persamaan di atas diketahui bahwa kebutuhan impor asam laktat di
Indonesia pada tahun 2015 adalah :
y = 2E+06x - 4E+09
y = 30.000 ton/tahun