PERAN DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA DALAM PENGELOLAAN KAWASAN PARIWISATA DI KABUPATEN TANGGAMUS

(1)

ABSTRACK

THE ROLE OF THE DEPARTMENT OF CULTURE AND TOURISM

MANAGEMENT IN TOURIST AREA DISTRICT TANGGAMUS

In accordance with District Regulation No. 06 of 2008 Tanggamus About the

Organization and Administration of the Office - District Tanggamus hereinafter

set to the decree No. 34 of 2008 Tanggamus On Duty and Duty Position

Description Structural Department of Culture and Tourism Tanggamus District.

The Role of Culture and Tourism in protected area management and tourism in

the District Tanggamus are the bottlenecks in the development of Tourism by the

Department of Culture and Tourism in the District Tanggamus. Approaches the

problem in this research by using two ways, namely: Normative Approaches and

empirical approach. Normative approach is the approach taken by way of studying

the library materials that are closely related to the District government's role in

managing tourism Tanggamus, by reviewing the literature and legislation relating

to the issues discussed, while the empirical approach is performed by conducting

interviews with relevant officials working in the Department of Culture and

Tourism in the District and the guard spot Tanggamus Way Lalaan attractions, as

well as direct observation spaciousness to the fact that there is about the

management of the tourist attractions Tanggamus District Government through

the Department of Culture and Tourism.

Based on the results of research and discussion, the researchers conclude that the

role of Culture and Tourism Office in carrying out the duties in Article 9 of

Regulation Tanggamus District No.32 of 2008 on On the Organization and

Administration of the District Tanggamus Bureaus, namely: 1. Formulating

technical policy in the field of culture and tourism; 2. The provision of

government affairs and public services in the field of culture and tourism; 3.

Development and execution of tasks in the field of cultural tourism

Implementation of affairs in the field of potential options in the regions in the

field of tourism which aims to improve the welfare of the community in

accordance with the conditions, uniqueness, and potential of the regions in

question does not seem up to be implemented by local government to see the

development of tourism in the area today. Kemajuaan not be separated from the

field of tourism development planning and management of local government to

promote the welfare of the surrounding community. Based on the description

above and the importance of tourism development to support the livelihoods of

the area and see permasalahn in the development of tourism of today.


(2)

ABSTRAK

PERAN DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA DALAM

PENGELOLAAN KAWASAN PARIWISATA DI KABUPATEN

TANGGAMUS

Oleh

ROMA ROMANDA

Sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten Tanggamus Nomor 06 Tahun 2008

Tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas

Dinas Kabupaten Tanggamus yang

selanjutnya diatur ke dalam Peraturan Bupati Tanggamus Nomor 34 Tahun 2008

Tentang Tugas Pokok dan Uraian Tugas Jabatan Struktural Dinas Kebudayaan

dan Pariwisata Kabupaten Tanggamus.

Peran Dinas Kebudayaan dan Pariwisata dalam pengelolaan kawasan Pariwisata

di Kabupaten Tanggamus dan yang menjadi hambatan dalam pengembangan

Pariwisata oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata di Kabupaten Tanggamus.

Pendekatan masalah yang dilakukan dalam penelitian ini dengan menggunakan

dua cara, yaitu: Pendekatan Normatif dan Pendekatan Empris.Pendekatan

Normatif adalah pendekatan yang dilakukan dengan cara mempelajari bahan

pustaka yang erat hubungannya dengan peran pemerintah Kabupaten Tanggamus

dalam mengelola pariwisata, dengan mengkaji literatur dan peraturan

perundang-undangan yang berhubungan

dengan masalah yang dibahas, sedangkan

Pendekatan Empiris dilakukan dengan cara melakukan wawancara dengan

Pegawai terkait yang bekerja di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata di Kabupaten

Tanggamus dan penjaga tempat Objek wisata Way Lalaan, serta melakukan

pengamatan langsung kelapangan untuk melihat kenyataan yang ada mengenai

pengelolaan tempat wisata oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Tanggamus

melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata.

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka peneliti memberikan

kesimpulan bahwa Peran Dinas Kebudayaan dan Pariwisata dalam melaksanakan

tugas dalam Pasal 9 Peraturan Daerah Kabupaten Tanggamus No.32 tahun 2008

tentang Tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas-Dinas Kabupaten Tanggamus

yaitu:1. Perumusan kebijakan teknis di bidang kebudayaan dan pariwisata; 2.

Penyelengaraan urusan permintahdan pelayanan umum dibidang kebudayaan dan

pariwisata; 3. Pembinaan dan pelaksanaan tugas dibidang kebudayaan pariwisata.

Pelaksanaan urusan pilihan dibidang potensi unggulan daerah di bidang pariwisata

yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahtraan masyarakat sesuai dengan

kondisi, kekhasan, dan potensi unggulan daerah yang bersangkutan spertinya

tidak maksimal dilaksanakan oleh pemerintahan daerah dengan melihat

perkembangan pariwisata di daerah sekarang ini. Kemajuaan bidang pariwisata

tidak terlepas dari perencanaan pengembangan dan pengelolaan dari pemerintahan

daerah untuk memajukan kesejahtraan masyarakat sekitarnya.


(3)

Berdasarkan uraian diatas dan pentingnya pengembangan pariwisata guna

menunjang kesejahtraan daerah serta melihat permasalahn dalam pengembangan

pariwisata yang ada sekarang


(4)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Negara Indonesia merupakan negara yang kaya akan hasil alamnya mulai dari hasil laut maupun darat. Kekayaan inilah yang pada akhirnya membuat negara Indonesia diperhitungkan oleh negara-negara lain. Hasil dari alam ini juga yang pada akhirnya membuat Indonesia memiliki aset yang sangat berharga. Aset inilah yang oleh negara indonesia dijadikan sebagai sumber pendapat negara. Melihat begitu besarnya hasil pendapat yang didapat oleh negara dari hasil alam. Maka negara Indonesia melalui Pemerintah dituntut agar bisa mengelola hasil alam ini dengan baik, agar tetap mampu menyumbang untuk pendapat penerimaan negara.

Hal ini tercantum dalam Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi bahwa bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Disini tertulis jelas bahwa negara harus bertanggungjawab untuk mengurus dan mengelola kekayaan alam yang dimiliki bangsa ini. Namun negara sendiri tak mampu mengurus ini sendiri, dibutuhkan kerjasama pemerintah daerah untuk ikut ambil bagian mengurus kekayaan alam ini. Kerjasama disini adalah bahwa pemerintah pusat memberikan kewenangan kepada pemerintah daerah untuk mengurus kekayaan alam yang dimiliki.


(5)

2 Dalam penyelenggaraan pemerintahan, baik di pusat maupun di daerah UUD 1945 telah memuat ataupun menggariskan tentang pembagian kekuasaan baik kekuasaan vertikal maupun secara horisontal. Pada pemisahan kekuasaan secara horizontal (ke samping) melahirkan lembaga – lembaga negara di tingkat pusat yang berkedudukan sejajar yaitu legislatif, eksekutif dan yudikatif yang diatur dengan mekanisme chek and balance. Menunjuk pada pembagian fungsi – fungsi antara organ kenegaraan. Sedangkan pembagian kekuasaan secara vertikal lazim dikenal dengan pembagian kekuasaan secara teritoril, menunjuk pada pembagian kekuasaan antara beberapa tingkat pemerintahan. Hal ini selanjutnya memunculkan konsep pemerintah pusat dan pemerintah daerah.

Pembagian kewenangan antara daerah dan pusat terlihat jelas ketika undang-undang No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah disahkan. Dalam undang-undang pemerintahan daerah ditegaskan mana yang menjadi tugas dan kewenangan pusat dan mana yang merupakan tugas dan kewenangan daerah. Pasal 10 ayat (1) Undang-Undang No 32 Tahun 2004 menegaskan bahwa pemerintahan daerah menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangannya, kecuali urusan yang oleh Undang-Undang ini ditentukan menjadi urusan pemerintah. Urusan pemerintahan yang menjadi urusan pemerintah pusat sebagaimana yang termuat dalam Pasal 10 ayat (3) yaitu : politik luar negri, pertahanan, keamanan, yustisi, moneter dan fiscal nasional serta agama.

Pembagian penyelenggaraan urusan pemerintahan didasarkan kepada eksternalitas, akuntabilitas, dan efisiensi dengan memperhatikan keserasian hubungan antara susunan pemerintahan. Penyelenggaraan urusan pemerintahan


(6)

3 tersebut merupakan pelaksanan hubungan kewenangan antar pemerintah dan Pemerintah daerah. Urusan pemerintahan yang diserahkan kepada daerah diselenggaraan berdasarkan keriteria pembagian pembagaian penyelenggaraan urusan pemerintahan diatas. Urusan pemerintahan yang diserahkan kepada daerah terdiri dari urusan wajib dan urusan pilihan. Sebagaimana yang termuat dalam Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 yang selanjutnya diatur dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota memiliki urusan wajib yaitu meliputi:pendidikan,kesehatan, lingkungan hidup, pekerjaan umum, penataan ruang, perencanaan pembangunan, perumahan, kepemudaan dan olahraga, penanaman modal, koperasi dan usaha kecil dan menengah, kependudukan dan catatan sipil, ketenagakerjaan, ketahanan pangan, ketahanan pangan, pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak, keluarga berencana dan keluarga sejahtera, perhubungan, komunikasi dan informatika, pertanahan, kesatuan bangsa dan politik dalam negeri, otonomi daerah, pemerintahan umum, administrasi keuangan daerah, perangkat daerah, kepegawaian,dan persandian, pemberdayaan masyarakat dan desa, sosial, kebudayaan, statistik, kearsipan dan perpustakaan.

Selain urusan wajib juga ada urusan pilihan yang ditetapkan dalam PP NO 38 Tahun 2007, urusan pilihan termuat dalam Pasal 7 ayat (3) yang meliputi : kelautan dan perikanan, pertanian, kehutanan, energi dan sumber daya mineral, pariwisata, industri, perdagangan dan ketransmigrasian. Urusan-urusan pilihan daerah yang ditetapkan oleh ketentuan perundang-undangan ini adalah urusan


(7)

4 yang berpotensi meningkatkan kesejahtraan masyarakat yang salah satunya adalah potensi unggulan yang dimiliki oleh daerah.

Potensi unggulan di daerah dapat berupa Sumber Daya Alam seperti tambang, selain itu Potensi Wisata adalah salah satu daari potensi unggulan yang dimiliki oleh daerah. Pengelolaan atas potensi unggulan tersebut ada pada daerah dan dilaksanakan oleh daerah sesuai dengan ketentuan undang-undang yang mengatur tentang pengelolaannya serta ketentuan undang-undang yang mengatur tentang pembagian urusan pemerintahan.

Pengelolaan dan pengembangan potensi unggulan yang dimiliki oleh daerah mencakup pengelolaan dan bagi hasil. Pengelolan dan pengembangan potensi unggulan daerah melibatkan pihak ketiga sebagai pengembang dari pengelolaan potensi unggulan seperti potensi wisata yang dimiliki oleh daerah. Pengembangan dan pengelolaan potensi unggalan tersebut jika melihat kilas balik pelaksanaan otonomi daerah maka banyak potensi unggulan dibidang pariwisata yang pengembangan dan pengelolaannya tidak maksimal sehingga kurang berkembang.

Daerah-daerah pariwisata yang berkembang kebanyakan adalah daerah-daerah yang dekat dengan ibukota propinsi atau kabupaten/kota. Sedangkan potensi unggulan di bidang pariwisata yang terdapat di daerah-daerah yang jauh dari jangkauan pusat pemerintahan pengembangan dan pengelolaannya tidak sebanding dengan yang dekat dengan pusat pemerintahan. Pengembangan dan pengelolaan potensi unggulan dibidang pariwisata yang dilakukan terhadap potensi-potensi untuk pariwisata tersebut dapat mengakibatkan tidak


(8)

5 berkembangnya dan dimanfaatkanya potensi unggulan yang dimiliki oleh daerah untuk kemakmuran serta kesejahtran masyarakat.

Peraturan Daerah Kabupaten Tanggamus Nomor 06 Tahun 2008 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas-Dinas Kabupaten Tanggamus BAB IV Dinas Kebudayaan dan Pariwisata. Dalam Pasal 7 Dinas Kebudayaan dan Pariwisata merupakan unsur pelaksana tugas bup[ati yang dipimpin Kepala Dinas yang Berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Bupati melelui Sekretaris Daerah. Tugas pokok Dinas Kebudayaan dan Pariwisata melaksanakan urusan pemerinyah kabupaten dibidang kebudayaan dan pariwisataberdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan.

Fungsi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata dalam melaksanakan tugas dalam Pasal 9 Peraturan Daerah Kabupaten Tanggamus No.32 tahun 2008 tentang Tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas-Dinas Kabupaten Tanggamus yaitu:

1. Perumusan kebijakan teknis di bidang kebudayaan dan pariwisata;

2. penyelengaraan urusan permintahdan pelayanan umum dibidang kebudayaan dan pariwisata;

3. pembinaan dan pelaksanaan tugas dibidang kebudayaan pariwisata.

Pelaksanaan urusan pilihan dibidang potensi unggulan daerah di bidang pariwisata yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahtraan masyarakat sesuai dengan kondisi, kekhasan, dan potensi unggulan daerah yang bersangkutan spertinya tidak maksimal dilaksanakan oleh pemerintahan daerah dengan melihat perkembangan pariwisata di daerah sekarang ini. Kemajuaan bidang pariwisata


(9)

6 tidak terlepas dari perencanaan pengembangan dan pengelolaan dari pemerintahan daerah untuk memajukan kesejahtraan masyarakat sekitarnya.

Berdasarkan uraian diatas dan pentingnya pengembangan pariwisata guna menunjang kesejahtraan daerah serta melihat permasalahn dalam pengembangan pariwisata yang ada sekarang maka penulis tertarik untuk mengangkat judul “Peran Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata Dalam Pengelolaan Kawasan Pariwisata Di Kabupaten Tanggamus”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka permasalahan yang diangkat dalam sekripsi ini adalah:

1. Bagaimana Peran Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata Dalam Pengelolaan Kawasan Pariwisata di Kabupaten Tanggamus?

2. Apa saja yang menjadi hambatan dalam pengembangan pariwisata oleh Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata di Kabupaten Tanggamus?

C. Ruang Lingkup

Ruang lingkup penulisan sekripsi ini dikususkan pada bidang Ilmu Hukum bagian Administrasi Negara karena mengkaji mengenai pelaksanaan pengembangan pariwisata oleh Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata Kabupaten Tanggamus yang merupakan penyelenggaraan urusan pilihan pemerintahaan oleh pemerintah daerah.


(10)

7 D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian adalah sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan pengembangan pariwisata di Kabupaten Tanggamus.

b. Untuk mengetahui apa yang menjadi hambatan dalam pengembangan pariwisata di Kabupaten Tanggamus.

2. Kegunaan Penelitian

Secara garis besar dan sesuai dengan tujuan penelitian maka kegunaan penelitian ini dibagi menjadi 2 (dua) yaitu :

a. Kegunaan Teoritis

Kegunaan teoritis dalam penelitian ini adalah sebagai sumbangan pemikiran dan pengembangan cakrawala ilmu Hukum Administrasi Negara dalam bidang Pemerintahan Daerah khususnya tentang pengembangan dan pengelolaan potensi daerah bidang pariwisata untuk urusan pilihan daerah. b. Kegunaan Praktis

Kegunaan praktis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1) sebagai informasi kepada pihak-pihak yang memerlukan untuk kepentingan pengelolaan dan pengembangan pariwisata bidang urusan pilihan pemerintahan oleh pemerintah daerah.

2) sebagai usaha perluasan wawasan keilmuan dan keterampilan bagi penulis.


(11)

8

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Peran, Pemerintah Dan Pemerintahan Daerah

Menurut Soerjono Soekanto,’’peranan lebih banyak menunjukkan suatu fungsi, penyesuaian diri dan sebagai suatu proses, jadi tepatnya adalah seseorang menduduki suatu posisi atau tempat dalam masyarakat serta menjalankan suatu peranan.’’(soekanto, 1987:221)

Kutipan dalam buku yang sama, lebih lanjut Soejono soekanto mengemukakan aspek –aspek peranan sebagai berikut :

1. Peranan meliputi norma –norma yang di hubungkan dengan posisi seseorang dalam masyarakat.

2. Peranan adalah suatu konsep prihal apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi.

3. Peranan juga dapat dilakukan sebagai prilaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat.

Secara konseptual dan empirik di berbagai negara, kata local dalam kaitannya dengan local government dan local autonomy tidak dicerna sebagai daerah, tetapi merupakan masyarakat setempat. Urusan dan kepentingan yang menjadi perhatian local government dan tercakup dalam local autonomy bersifat locality. Basis


(12)

9 politiknya adalah lokalitas dan bukan bangsa. Pemerintahan lokal adalah representasi dari eksistensi lokalitas, sekaligus sebagai agen negara (pemerintah pusat).

Seperti yang tampak pada pengertian lokal government yang diberikan oleh United Nation bahwa daerah otonom mengelola local affairs sebagaimana dikemukakan oleh Hampton bahwa : local authority are elected bodies and expected to develop policies appropriate to their localities whitin the framework of national legislation. juga ditegaskan bahwa daerah otonom harus diberikan hak untuk mengatur urusan-urusan yang bersifat lokal.

Daerah otonom adalah daerah di dalam suatu negara yang memiliki kekuasaan otonom, atau kebebasan dari pemerintah di luar daerah tersebut. Biasanya suatu daerah diberi sistem ini karena keadaan geografinya yang unik atau penduduknya merupakan minoritas negara tersebut, sehingga diperlukan hukum-hukum yang khusus, yang hanya cocok diterapkan untuk daerah tersebut. Menurut jenisnya, daerah otonom dapat berupa otonomi teritorial, otonomi kebudayaan, dan otonomi lokal.

Pengertian "otonom" secara etimologis adalah "berdiri sendiri" atau "dengan pemerintahan sendiri"( Poerwadarminta,1999:542). Sedangkan daerah otonom adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia (Pasal 1 ayat (6), UU No.32 tahun 2004 Pemerintahan Daerah). Dari pengertian diatas, dapat diketahui bahwa otonomi daerah adalah wewenang/kekuasaan pada suatu wilayah/daerah yang


(13)

10 mengatur dan mengelola untuk kepentingan wilayah/daerah masyarakat itu sendiri mulai dari ekonomi, politik, dan pengaturan perimbangan keuangan termasuk pengaturan sosial, budaya, dan ideologi yang sesuai dengan tradisi adat istiadat daerah lingkungannya. Dengan kata lain, otonomi daerah memberikan keleluasan kepada daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangga sendiri yang disesuaikan dengan kondisi dalam daerah tersebut.

Pemerintah daerah menurut UU Nomor 32 Tahun 2004 adalah Gubernur, Bupati, atau Walikota, dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah. Sedangkan Pemerintahan daerah menurut UU Nomor 32 Tahun 2004 adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

B. Pembagian Urusan Daerah

Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 18 ayat (2) menyatakan bahwa :

“Pemerintah daerah provinsi, daerah kabupaten, dan kota mengatur, mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan”.

Pemerintah daerah dapat mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan. Pemerintah daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali urusan pemerintahan yang menjadi urusan pemerintah dengan tujuan meningkatkan kesejahtraan masyarakat, pelayanan


(14)

11 umum, dan daya saing daerah. pemerintahan daerah dalam UU 32/2004 yaitu : (1) Pemerintahan daerah provinsi yang terdiri dari pemerintah daerah provinsi dan DPRD Provinsi; (2) Pemerintah daerah kabupaten/kota yang terdiri atas pemerintah daerah kabupaten/kota dan DPRD Kabupaten, sedangkan yang dimaksud pemerintah daerah adalah kepala daerah dan perangkat daerah.

Penyelenggara urusan pemerintahan berdasarkan UU 32/2004 dibagi berdasarkan criteria eksternalitas, akuntabilitas, dan efisiensi dengan memperhatikan keserasian hubungan antar susunan pemerintahan. Penyelenggaraan urusan pemerintah yang dimaksud merupakan pelaksanaan hubungan kewenangan antara pemerintah dan pemerintahan daerah provinsi, kabupaten dan kota atau antar pemerintahan daerah yang saling terkait, tergantung dan sinergis sebagai satu sistem.

Urusan pemerintah yang menjadi kewenangan pemerintah daerah terbagai dalam urusan wajib dan urusan pilihan. Penyelenggaraan urusan pemerintahan yang bersifat wajib yang berpedoman pada standar pelayanan minimum dilaksanakan secara bertahap dan ditetapkan oleh pemerintah.

Sebagai peraturan pelaksana dari UU No 32 Tahun 2004, dibuatlah Peraturan Pemerintah No 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota. Pasal 6 ayat (2) berbunyi bahwa Urusan pemerintahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas urusan wajib dan urusan pilihan. Urusan wajib Daerah sebagaimana dalam Pasal 7 ayat (2) meliputi:


(15)

12 b. kesehatan;

c. lingkungan hidup; d. pekerjaan umum; e. penataan ruang;

f. perencanaan pembangunan; g. perumahan;

h. kepemudaan dan olahraga; i. penanaman modal;

j. koperasi dan usaha kecil dan menengah; k. kependudukan dan catatan sipil;

l. ketenagakerjaan; m. ketahanan pangan;

n. pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak; o. keluarga berencana dan keluarga sejahtera; p. perhubungan;

q. komunikasi dan informatika; r. pertanahan;

s. kesatuan bangsa dan politik dalam negeri;

t. otonomi daerah, pemerintahan umum, administrasi keuangan daerah, perangkat daerah, kepegawaian, dan persandian;

u. pemberdayaan masyarakat dan desa; v. sosial;


(16)

13 x. statistik;

y. kearsipan; dan z. perpustakaan.

Sedangkan yang menjadi urusan pilihan sebagaimana dimaksud pasal 7 ayat (4) meliputi:

a. kelautan dan perikanan; b. pertanian;

c. kehutanan;

d. energi dan sumber daya mineral; e. pariwisata;

f. industri;

g. perdagangan; dan h. ketransmigrasian.

C. Sumber Pendapatan Pemerintahan Daerah

Pendapatan daerah adalah semua hak daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan. Pembentukan undang-undang tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah dimaksudkan untuk mendukung pendanaan atas penyerahan urusan kepada pemerintahan daerah. Pendanaan tersebut menganut prinsip money follows function, yang mengandung makna bahwa pendanaan mengikuti fungsi pemerintahan yang menjadi kewajiban dan tanggung jawab masing masing tingkat pemerintahan.

Kadjatmiko (Halim, 2007: 194) mengatakan, dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan kepada masyarakat yang didasarkan pada azas


(17)

14 desentralisasi, daerah diberikan kewenangan untuk memungut pajak dan retribusi (tax assignment) serta bantuan keuangan (grant transfer) atau dikenal dengan dana perimbangan. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah, Pasal 5 ayat 2 menjelaskan, Pendapatan daerah bersumber dari: 1) Pendapatan Asli Daerah; 2) Dana Perimbangan; dan 3) Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah.

Mardiasmo (2004: 97) mengatakan, pemberian otonomi hendaknya jangan sekedar jargon politik semata sebagaimana pada masa-masa sebelumnya. Ketidak seriusan pemerintah dalam memberikan otonomi dapat menimbulkan efek negatif yang lebih parah lagi karena masyarakat sudah terlalu lama menunggu. Tim Asistensin Menteri Keuangan Bidang Desentralisasi Fiskal (2008: 60) menegaskan, desentralisasi sendiri tidak boleh dianggap selesai, bahkan apabila urusan pembagian kewenangan dan keuangan antar daerah sudah dianggap beres. Keberhasilan desentralisasi harus diukur dari kemampuan pemerintah daerah yang lebih mandiri dalam mensejahterakan masyarakat lokal sekaligus menjamin hak-hak politiknya.

D. Pengelolaan dan Pengembangan Pariwisata

Istilah pariwisata berasal dari dua suku kata, yaitu pari dan wisata. Pari berarti banyak, berkali-kali, atau berputar-putar. Wisata berarti perjalanan atau bepergian. Jadi pariwisata adalah perjalanan yang dilakukan berkali-kali atau berputar-putar dari suatu tempat ke tempat yang lain. Wisata berdasarkan jenis-jenisnya dapat dibagi ke dalam dua kategori, wisata alam dan wisata sosial budaya. Di dalam pariwisata terdapat komponen-komponen wisata. Komponen-komponen tersebut


(18)

15 saling berinteraksi satu sama lain. Komponen-komponen wisata tersebut dapat dikelompokkan sebagai berikut : atraksi dan kegiatan-kegiatan wisata, akomodasi, fasilitas dan pelayanan wisata, fasilitas dan pelayanan transportasi, infrastruktur, elemen kelembagaan.

Dalam upaya meningkatkan pertumbuhan pariwisata dan mencapai tujuan pengembangan pariwisata, diperlukan pengelolaan dan pengembangan suatu objek wisata. Pengelolaan pariwisata yaitu upaya perencanaan, pelaksanaan, dan pemantauan potensi alam dan budaya dengan memperhatikan aspek-aspek pelestarian. Kepariwisataan memerlukan konsep-konsep pengelolaan atau manajemen dan pemasaran ilmiah modern. Manajemen meliputi lima unsur pokok yaitu, pengorganisasian, perencanaan, motivasi, penempatan personal dan penggeraknya, koordinasi dan pengawasannya (Wahab, 2003). Sedangkan pengembangan suatu kawasan objek wisata perlu diarahkan melalui perencanaan untuk mencapai suatu keserasian dan keseimbangan dalam pemanfaatan potensi wisata, apabila tidak dilakukan suatu rencana yang tepat maka akan menyebabkan kurang optimalnya pengelolaan potensi objek wisata tersebut. Pengembangan pariwisata adalah upaya peningkatan pemanfaatan potensi alam dan budaya, dengan memperhatikan aspek-aspek pelestarian. Maksud dari pengembangan suatu daerah tujuan wisata adalah untuk menawarkan produk wisatanya dan pelayanan yang diberikan oleh pihak pengelola, maka jelas bahwa pengembangan fisik dan non fisik dari daerah tujuan wisata harus mendukung dan memberikan kesempatan untuk membentuk produk-produk serta pelayanan sesuai dengan kebutuhan dan keinginan pelanggan serta pelayanan pasar wisata. Hal ini disebabkan produk pariwisata tidak dapat dibawa ke tempat kediaman wisatawan,


(19)

16 tetapi harus dinikmati di tempat dimana produk itu tersedia. Wujud produk wisata ditentukan oleh konsumen sendiri, yaitu wisatawan dan konsumen memperoleh pengalaman dari perjalanan wisata.

Daerah pariwisata adalah lokasi atau tempat yang menjadi objek wisata. Pariwisata itu sendiri merupakan suatu kegiatan dalam mengisi waktu selang dikegiatan rutin. Untuk menarik wijatawan datang ke suatu objek wisata maka objek wisata tersebut harus menarik sehingga perlu dilakukan untuk pengembangannya. Basis pengembangan pariwisata adalah potensi sumber daya keragaman budaya, seni, dan alam (pesona alam). Pengembangan sumber daya tersebut dikelola melalui pendekatan peningkatan nilai tambah sumber daya secara terpadu antara pengembangan produk pariwisata dan pengembangan pemasaran pariwisata melalui pendekatan pemberdayaan masyarakat lokal dalam rangka pengembangan pariwisata.

Tujuan program ini adalah mengembangkan dan memperluas diversifikasi produk dan kualitas pariwisata nasional yang berbasis pada pemberdayaan masyarakat, kesenian, dan kebudayaan, dan sumber daya alam (pesona alam) local dengan tetap memperhatikan kelestarian seni dan budaya tradisional serta kelestarian lingkungan hidup setempat, mengembangkan dan memperluas pasar pariwisata terutama pasar luar negeri.

Berdasarkan hal diatas maka pembangunan kepariwisataan memiliki 3 fungsi atau tri-fungsi, yaitu :


(20)

17 2. Memelihara kepribadian bangsa dan kelestarian fungsi lingkungan hidup,

dan

3. Memupuk rasa cinta tanah air dan bangsa, serta menanamkan jiwa semangat, dan nilai-nilai luhur bangsa dalam memperkokoh persatuan dan kesatuan nasional.

Di samping itu untuk tercapainya tri-fungsi tersebut diatas maka harus ditempuh 3 macam upaya atau tri-fungsinya, yaitu :

1. Pengembangan obyek dan daya tarik wisata

2. Meningkatkan dan mengembangkan promosi dan pemasaran, dan

3. Meningkatkan pendidikan dan pelatihan kepariwisataan. (Sunardi,2001 : 46)

Indonesia memiliki peluang yang besar dalam pengembangan pariwisata. Hal ini dapat dirinci sebagai berikut :

1. Meskipun pernah terjadi krisis minyak dan resesi ekonomi yang berkepanjangan ternyata wisatawan terus meningkat jumlahnya tidak banyak berpengaruh,

2. Seiring dengan meningkatnya kesejahteraan masyarakat, anggaran untuk berlibur cenderung meningkat,

3. Tersedianya waktu berlibur yang cukup panjang di negara-negara sumber wisatawan,


(21)

18 4. Kemajuan teknologi dibidang transportasi dan komunikasi mendorong

orang untuk bepergian jauh,

5. Meningkatnya kunjungan wisatawan ke Asia Pasifik memberikan peluang bagi Indonesia untuk dikunjungi,

6. Diversifikasi produk wisata akan memperluas lingkup pilihan untuk berlibur ke Indonesia,

7. Tingkat sadar wisata masyarakat semakin meningkat. Hal ini akan dapat memberikan dukungan yang lebih nyata bagi pengembangan pariwisata, 8. Aksesibilitas ke Indonesia semakin bertambah luas akan mendorong arus

kunjungan wisatawan mancanegara,

9. Semakin mantapnya pengaturan dan kelembagaan di bidang pariwisata akan mendukung pelaksanaan hal-hal yang berkaitan kerjasama lintas sektoral baik disektor pemerintah maupun swasta. (Wagito,2001 :8) Menurut Salah Wahab (2003 : 110) ada dua hal yang dapat ditawarkan kepada wisatawan sehingga menarik wisatawan untuk berkunjung ke suatu daerah tujuan wisata, dimana kedua hal tersebut dapat berupa alamiah atau buatan manusia, yaitu :

a. Sumber-sumber alam


(22)

19 2) Tata letak tanah dan pemandangan alam: dataran, pegunungan yang berpanorama indah, danau, sungai, pantai, bentuk-bentuk yang unik, pemandangan yang indah, air terjun, daerah gunung berapi, gua dan lain-lain.

3) Unsur rimba: hutan-hutan lebat, pohon-pohon langka, dan sebagainya. 4) Flora dan fauna: tumbuhan aneh, barang-barang beragam jenis dan warna,

kemungkinan memancing, berburu dan bersafari foto binatang buas, taman nasional dan taman suaka binatang buas dan sebagainya.

5) Pusat-pusat kesehatan: sumber air mineral alam, kolam lumpur berkhasiat untuk mandi, sumber air panas alam untuk penyembuhan penyakit dan sebagainya.

b. Hasil karya buatan manusia yang ditawarkan Ada 5 (lima) kategori utama yang ditawarkan, yaitu :

1) Yang berciri sejarah, budaya dan agama :

a) Monumen-monumen dan peninggalan-peninggalan bersejarah dari

peradaban masa lalu

b) Tempat-tempat budaya seperti museum, gedung kesenian, tugu peringatan, perpustakaan, pentas-pentas budaya rakyat, industri seni kerajinan tangan dan lain-lain.

c) Perayaan-perayaan tradisional, pameran-pameran, eksibisi, karnaval, upacaraupacara adat, ziarah-ziarah dan sebagainya.


(23)

20 d) Bangunan-bangunan raksasa dan biara-biara keagamaan.

2) Prasarana-prasarana

a) Prasarana umum yang meliputi : Sistem penyediaan air bersih, kelistrikan, jalur-jalur lalu lintas, sistem pembangunan limbah, sistem telekomunikasi dan lain-lain.

b) Kebutuhan pokok pola hidup modern misalnya Rumah sakit, apotik, bank, pusat-pusat pembelanjaan, rumah-rumah piñata rambut, toko-toko bahan makanan, kantor-kantor pemerintahan (polisi, penguasa setempat, pengadilan dan sebagainya), toko-toko rokok, kedai-kedai obat, toko-toko kacamata, warung-warung surat kabar, toko-toko buku, bengkel-bengkel kendaraan bermotor, pompa-pompa bensin dan lain-lain.

c) Prasarana wisata yang meliputi :

(1) Tempat-tempat penginapan wisatawan : hotel, motel, pension, rumah susun, kamar keluarga yang disewakan, bangunan-bangunan wisata sosial (desa wisata, tempat-tempat kemah, tempat-tempat karavan, pondok remaja dan sebagainya), rumah-rumah katering (restoran, kedai-kedai minuman, rumahrumah makan sederhana, warung-warung sate dan sebagainya)

(2) Tempat- tempat menemui wisatawan (a) Untuk pengurusan perjalanan


(24)

21 Agen-agen perjalanan, badan usaha perjalanan, usaha sewa- menyewa kendaraan serta agen-agen yang mengatur ekskursi dan jalan-jalan keliling kota.

(b) Untuk menyampaikan informasi dan propaganda

Kantor-kantor penerangan wisata di pintu-pintu masuk suatu negara, kota atau daerah tertentu

1. Organisasi- organisasi lokal atau sekitarnya yang mengurus Pariwisata

2. Komite-komite upacara perayaan-perayaan khusus

(3) Tempat-tempat rekreasi dan sport : fasilitas sport untuk musim dingin dan panas, fasilitas perlengkapan sport darat dan air dan lain-lain

3) Sarana pencapaian dan alat transportasi penunjang meliputi : pelabuhan udara, laut bagi negara-negara yang berbatasan dengan laut, sungai,atau danau multinasional, kereta api dan alat transportasi darat lainnya, kapal-kapal, sistem angkutan udara, angkutan di pegunungan dan lain-lain.

4) Sarana pelengkap : seperti halnya prasarana, ,maka sarana pelengkap ini berbeda menurut keadaan perkembangan suatu negara. Pada umumnya sarana ini meliputi gedung-gedung yang menjadi sumber produksi jasa-jasa yang cukup penting tetapi tidak mutlak diperlukan oleh wisatawan. Umumnya sarana pelengkap ini bersifat rekreasi dan hiburan seperti misalnya : gedung-gedung sandiwara, bioskop, kasino, nightclub, kedai-kedai minum, warung-warung kopi, klub-klub dan lain-lain


(25)

22 5) Pola hidup masyarakat yang sudah menjadi salah satu khasanah wisata yang

sangat penting.

Cara hidup bangsa, sikap, makanan dan sikap pandangan hidup, kebiasaannya, tradisinya, adat istiadatnya, semua itu menjadi kekayaan budaya yang menarik wisatawan ke negara mereka. Hal ini berlaku khususnya bagi negara-negara sedang berkembang yang masyarakat tradisionalnya berbeda dari masyarakat tempat wisatawan itu berasal. Modal dasar yang penting lainnya yakni sikap bangsa dari negara tersebut terhadap wisatawan; keramah tamahan, keakraban, rasa suka menolong dan tidak bertindak mengeksploitasi dan lain-lain.


(26)

23 III. METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Masalah

Pendekatan masalah yang dilakukan dalam penelitian ini dengan menggunakan dua cara, yaitu : Pendekatan Normatif dan Pendekatan Empris.

1.Pendekatan Normatif adalah pendekatan yang dilakukan dengan cara mempelajari bahan pustaka yang erat hubungannya dengan pendapatan asli daerah (PAD) dan peran pemerintah Kabupaten Tanggamus dalam mengelola pariwisata, dalam hal ini penelitian mengkaji literatur dan peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan masalah yang dibahas.

2.Pendekatan Empiris adalah pendekatan masalah yang dilakukan dalam pengamatan langsung ke lapangan untuk melihat kenyataan yang ada mengenai pengelolaan tempat wisata oleh pemerintah daerah Kabupaten Tanggamus melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata.

B. Sumber Data

Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. 1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung sebagai hasil penelitian lapangan yang berupa keterangan-keterangan dan penjelasan-penjelasan dari pihak-pihak terkait dalam penelitian ini.


(27)

24 2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari penelitian pustaka melalui peraturan perundang-undangan, literatur, buku-buku dan dokumen-dokumen resmi.

Data sekunder terdiri dari :

a. Bahan Hukum Primer atau bahan hukum yang mengikat, meliputi :

1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,

2) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah,

3) Undang-Undang nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah

Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil,

4) Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian

Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota,

5) Peraturan Daerah Provinsi Lampung Nomor 3 Tahun 2009 Tentang

Urusan Pemerintah Daerah Provinsi Lampung.

6) Peraturan Daerah Kabupaten Tanggamus Nomor 32 Tahun 2008 Tentang Organisasi dan tata Kerja Dinas- Dinas Kabupaten Tanggamus.


(28)

25

b. Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer, meliputi buku-buku ilmu hukum, serta hasil karya dari kalangan hukum dan serta bahan lainnya yang berkaitan dengan pokok masalah.

c. Bahan Hukum Tersier

Bahan hukum yang memberikan pentujuk ataupun penjelasan terhadap bahan primer dan bahan sekunder meliputi kamus dan kamus besar Bahsa Indonesia.

C. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data

1. Prosedur Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan beberapa cara, yaitu :

a. Studi Kepustakaann

Dilakukan dengan membaca, mempelajari, dan mengutip buku-buku literatur dan peraturan perundang-undangan, dokumen-dokumen yang berkaitan dengan obyek penelitian.

b. Studi Lapangan

Dilakukan dengan pengamatan langsung di tempat yang dijadikan obyek penelitian, dengan melakukan wawancara langsung kepada informan secara terbuka dengan berpaduan pada daftar pertanyaan yang telah disusun sebelumnya.


(29)

26 2. Prosedur Pengolahan Data

Data data yang telah terkumpul diolah dengan pengolahan data melalui tahap-tahap sebagai berikut :

a. Editing

Data yang diperoleh diolah dengan cara pemilahan data dengan cermat dan selektif sehingga diperoleh data yang relevan dengan pokok masalah.

b. Klasifikasi

Menempatkan data-data dengan kelompok atau aturan yang ditetapkan dalam pokok bahasan sehingga diperoleh data yang benar-benar dibutuhkan dalam penelitian ini.

c. Sistematisasi

Menyusun data-data yang diperoleh menurut tata urutan yang telah ditetapkan sesuai dengan konsep, tujuan dan harapan kemudian disusun secara sistematis.

D. Analisis Data

Analisis data dilakukan secara deskriftif kualitatif, yaitu proses pengorganisasian dan mengurutkan data kedalam pola, kategori, dan satu uraian dasar sehingga dapat ditemukan dan dirumuskan sesuai dengan tujuan penelitian. Dengan kata lain analisis deskriftif kualitatif, yaitu menginterpretasikan atau mencari makna kualitas tanggapan, pendapat, komentar, atau sikap responden. Analisi kualitatif menghasilkan suatu temuan data termasuk dari hasil wawancara dan komentar penelitian berdasarkan konsep atau teori.


(30)

49 V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka peneliti memberikan kesimpulan sebagai berikut :

1. Berpedoman pada peran Dinas Kebudayaan dan Pariwisata dalam pengelolaan kawasan pariwisata di Kabupaten Tanggamus dilakukan dengan cara mengeluarkan kebijakan yang mengutamakan daerah melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata tentang Kebersihan, Keamanan, Pengembangan dan Pelestarian di bidang Kebudayaan dan Pariwisata.

2. Faktor penghambat dalam pengelolaan kawasan Pariwisata di Kabupaten Tanggamus antara lain : sarana prasarana yang ada masih belum memadai, masih rendahnya Sumber Daya Manusia (SDM) dan ketersediaan anggaran terutama yang dapat dialokasikan untuk sektor Kebudayaan dan Pariwisata masih sangat terbatas, melihat masih banyaknya faktor penghambat maka Dinas Kebudayaan dan Pariwisata harus meningkatkan kinerjanya dalam pengelolaan kawasan pariwisata di Kabupaten Tanggamus sesuai dengan tugas dan fungsi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata di Kabupaten Tanggamus.


(31)

50 B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan diatas maka saran – saran yang diberikan adalah sebagai berikut :

1. Melakukan kerjasama dengan pihak ketiga yang dapat menyediakan sarana prasarana untuk meningkatkan kinerja dibidang kebudayaan dan pariwisata di Kabupaten Tanggamus, antara lain :

a. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata melakukan kerjasama dengan pihak Kepolisian, Satuan Polisi Pamong Praja (SatPol PP), kerjasama ini khususnya dibidang Keamanan, baik itu keamanan di objek Kebudayaan dan Pariwisata, lingkungan, sarana prasarana pendukung seperti fasilitas umum yang ada di sekitar objek Pariwisata, kerjasama ini dilakukan untuk membuat calon wisatawan merasa aman dan nyaman ketika sedang menikmati objek kebudayaan maupun Pariwisata.

b. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata melakukan kerjasama dengan Dinas Kesehatan untuk ikut membantu dibidang kesehatan berupa bantuan di objek Pariwisata misalnya bantuan mobil kesehatan dan bantuan dalam menyehatkan Masyarakat dan objek Pariwisata.

c. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata melakukan kerjasama dengan Dinas Perhubungan terkait pemasangan rambu-rambu petunjuk objek Pariwisata. 2. Perlu dibuat desa binaan pariwisata di desa-desa yang memiliki potensi


(32)

51 a. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Tanggamus membuat desa binaan dengan potensi yang ada di desa-desa yang memiliki potensi pariwisata, dengan demikian keterlibatan masyarakat secara aktif akan melestarikan budaya lokal dan sumber daya alam sebagai komoditas pariwisata.

b. Adanya desa binaan pariwisata akan mempermudah kerja Dinas

Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Tanggamus dalam mengelola tempat pariwisata. Penghematan anggaran dengan tidak menambah jumlah pegawai.


(33)

PERAN DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA DALAM

PENGELOLAAN KAWASAN PARIWISATA DI KABUPATEN

TANGGAMUS

(Skripsi)

Oleh:

ROMA ROMANDA

0612011246

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS LAMPUNG


(34)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK

RIWAYAT HIDUP

DAFTAR TABEL... i

DAFTAR LAMPIRAN...

ii

1. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang... 1

B. Rumusan Masalah... 6

C. Ruang Lingkup... 6

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA...

9

A. Pengertian Peran, Pemerintah dan Pemerintahan Daerah...

9

B. Pembagian Urusan Daerah...

11

C. Sumber Pendapatan Pemerintah Daerah...

13

D. Pengelolaan dan Pengembangan Pariwisata...

14

III. METODE PENELITIAN...

23

A. Pendekatan Masalah...

23

B. Sumber Data...

24

1. Data Primer...

24

2. Data Sekunder...

24

C. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data...

25

1. Prosedur Pengumpulan Data...

25

a). Studi Kepustakaan...

25

b). Studi Lapangan...

25

2. Prosedur Pengolahan Data...

25

a). Editing...

26

b). Klasifikasi...

26

c). Sistematisasi...

26

D. Analisis Data...

26

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...

27

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian...

28

B. Peran Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata Dalam Pengelolaan Kawasan

Pariwisata di Kabupaten Tanggamus...

40


(35)

2. Rencana Kinerja Tahunan...

43

3. Tugas Pokok Dinas Kebudayaan dan Pariwisata...

44

C. Hambatan-Hambatan Dalam Pengembangan Pariwisata Oleh Dinas

Kebudayaan dan Pariwisata di Kabupaten Tanggamus...

49

V. KESIMPULAN DAN SARAN...

50

A. Kesimpulan...

50

B. Saran...

51

DAFTAR PUSTAKA


(36)

DAFTAR TABEL

Tabel

Halaman


(37)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Surat Izin Penelitian


(1)

51 a. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Tanggamus membuat desa binaan dengan potensi yang ada di desa-desa yang memiliki potensi pariwisata, dengan demikian keterlibatan masyarakat secara aktif akan melestarikan budaya lokal dan sumber daya alam sebagai komoditas pariwisata.

b. Adanya desa binaan pariwisata akan mempermudah kerja Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Tanggamus dalam mengelola tempat pariwisata. Penghematan anggaran dengan tidak menambah jumlah pegawai.


(2)

PERAN DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA DALAM

PENGELOLAAN KAWASAN PARIWISATA DI KABUPATEN

TANGGAMUS

(Skripsi)

Oleh:

ROMA ROMANDA

0612011246

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS LAMPUNG


(3)

DAFTAR ISI

Halaman ABSTRAK

RIWAYAT HIDUP

DAFTAR TABEL... i

DAFTAR LAMPIRAN... ii

1. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang... 1

B. Rumusan Masalah... 6

C. Ruang Lingkup... 6

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA... 9

A. Pengertian Peran, Pemerintah dan Pemerintahan Daerah... 9

B. Pembagian Urusan Daerah... 11

C. Sumber Pendapatan Pemerintah Daerah... 13

D. Pengelolaan dan Pengembangan Pariwisata... 14

III. METODE PENELITIAN... 23

A. Pendekatan Masalah... 23

B. Sumber Data... 24

1. Data Primer... 24

2. Data Sekunder... 24

C. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data... 25

1. Prosedur Pengumpulan Data... 25

a). Studi Kepustakaan... 25

b). Studi Lapangan... 25

2. Prosedur Pengolahan Data... 25

a). Editing... 26

b). Klasifikasi... 26

c). Sistematisasi... 26

D. Analisis Data... 26

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 27

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian... 28

B. Peran Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata Dalam Pengelolaan Kawasan Pariwisata di Kabupaten Tanggamus... 40


(4)

2. Rencana Kinerja Tahunan... 43

3. Tugas Pokok Dinas Kebudayaan dan Pariwisata... 44

C. Hambatan-Hambatan Dalam Pengembangan Pariwisata Oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata di Kabupaten Tanggamus... 49

V. KESIMPULAN DAN SARAN... 50

A. Kesimpulan... 50

B. Saran... 51 DAFTAR PUSTAKA


(5)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman


(6)

DAFTAR LAMPIRAN 1. Surat Izin Penelitian