PERAN DINAS PARIWISATA DALAM PENGELOLAAN KAWASAN PARIWISATA DAERAH PESISIR DI KABUPATEN PESISIR BARAT

(1)

ABSTRAK

PERAN DINAS PARIWISATA DALAM PENGELOLAAN KAWASAN PARIWISATA DAERAH PESISIR DI KABUPATEN

PESISIR BARAT Oleh

Ario Budi Prasetyo

Kabupaten Pesisir Barat memiliki luas laut yang sangat berpotensi sebagai destinasi pariwisata. Untuk mengelolah kawasan tersebut maka dibentuknya dinas pariwisata kabupaten Pesisir Barat. Mengingat kabupaten Pesisir Barat merupakan Daerah Otonomi Baru (DOB), maka ketentuan pada pasal 10 Undang-Undang nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menyebutkan bahwa pemerintah daerah menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangannya, kewenangan yang dimaksud merupakan kewenangan dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah. Dalam menjalankan tugasnya, pemerintah daerah memiliki otonomi yang luas untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan. Belum adanya Perda tetap yang mengatur tentang Kepariwisataan, maka kabupaten Pesisir Barat masih menggunakan Perda Provinsi Lampung nomor 6 tahun 2011 tentang Kepariwisataan.

Permasalahan yang diteliti dalam penelitian ini adalah :(1). Bagaimana peran dinas pariwisata dalam pengelolaan kawasan pariwisata daerah pesisir di Kabupaten Pesisir Barat ?(2). Apakah yang menjadi faktor penghambat dalam pengelolaan kawasan pariwisata daerah pesisir di kabupaten Pesisir Barat?

Dalam penelitian, penulis menggunakan pendekatan yuridis empiris. Data yang digunakan dalam penelitian adalah data primer dan data sekunder. Pengumpulan data yang dilakukan peneliti adalah dengan cara studi kepustakaan dan studi lapangan.

Hasil penelitian yang diperoleh dalam penelitian peran dinas pariwisata dalam pengelolaan kawasan pariwisata daerah pesisir adalah :(1). Kepala dinas pariwisata bertugas membimbing menyusun rencana kerja Dinas Pariwisata, mengkoordinir kerja bawahan, membina bawahannya, dan mengevaluasi kerja bawahannya.(2). Kepala dinas pariwisata didukung perangkat pemerintahan dibidang pariwisata untuk menjalankan program kerja dinas pariwisata.

Faktor yang menjadi penghambat dalam pengelolaan kawasan pariwisata adalah : (1) Belum adanya peraturan daerah tentang kepariwisataan yang terbentuk mengakibatkan pelaksaannya masih banyak terdapat kendala.(2). Masih kurangnya fasilitas penunjang seperti: listrik dan air bersih.


(2)

Dengan demikian disarankan :(1). Diharapkan agar segera memperbaiki dan menambah semua fasilitas yang mendukung agar memberikan kenyamanan dan keamanan bagi wisatawan.(2). Hendaknya segera dibentuk Peraturan Daerah Tentang Kepariwisataan agar program kerja dinas pariwisata dapat berjalan dengan baik. Sehingga dapat diminimalisir kendala-kendala yang ada di lapangan. Kata Kunci : Pariwisata, Pesisir, Pesisir Barat


(3)

ABSTRACT

DEPARTMENT OF TOURISM MANAGEMENT ROLE IN COASTAL AREAS OF TOURISM IN

PESISIR BARAT by

Ario Budi Prasetyo

Pesisir Barat District has an area of sea that is very potential as a tourism destination. To manage these areas, the establishment of the department of tourism district of the Pesisir Barat. Given the Pesisir Barat district is a New Autonomous Region (NAR), the provisions of Article 10 of Law No. 32 of 2004 on Regional Government states that the local government held government affairs under its authority, the authority in question is the authority of the central government to local governments. In performing its duties , local governments have broad autonomy to organize and manage their own affairs based on the principle of autonomy and assistance. The absence of permanent legislation governing on Tourism, the Pesisir Barat districts still use Lampung Provincial Laws No. 6 of 2011 on Tourism.

Problems studied in this research are :(1). How is the role of the tourism department in the management of the coastal areas of tourism region in the District of Pesisir Barat ?(2). What is the limiting factor in the management of the coastal areas of tourism region in the district of the Pesisir Barat ?

In the study, the authors used an empirical juridical approach. The data used in this study are primary data and secondary data. Data collection was conducted by researchers is to study literature and field studies.

The results obtained in the research department of tourism 's role in managing the coastal areas of tourism are :(1). Head of the tourism department in charge of guiding plans and Tourism Department, coordinating the work of subordinates, subordinates develop, and evaluate the work of subordinates.(2). Head of tourism department supported the government to run the program in the field of tourism department of tourism employment.

Inhibiting factor in the management of tourism areas are :(1)The absence of local regulations on tourism are formed resulting implementation is still many obstacles.(2). There is still a lack of supporting facilities such as electricity and clean water.


(4)

This suggested :(1). It is expected to immediately improve and add all the facilities that support in order to provide comfort and safety for tourists.(2). The area should be immediately established Regulations About Tourism in order to work programs tourism department can run well. So as to minimize the constraints that exist in the field.


(5)

(6)

(7)

(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung, 08 Februari 1993, Yang merupakan anak kedua dari tiga bersaudara pasangan Bapak Budi Daruslan dan Ibu Pipin Sopina Wati.

Penulis menyelesaikan pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) Kartika II-31 Bandar Lampung pada tahun 1998, Sekolah Dasar Kartika II-5 yang diselesaikan pada tahun 2004, kemudian melanjutkan studinya di Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 9 Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2007 dan Sekolah Menengah Atas Yayasan Pembina Unila Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2010. Dengan mengikuti Seleksi Penerimaan Mahasiswa akhirnya penulis diterima di Fakultas Hukum Universitas Lampung pada Tahun 2010 dan mengambil minat Hukum Administrasi Negara.

Selama mengikuti perkuliahan penulis aktif mengikuti kegiatan. Selain itu, pada tahun 2013 penulis mengikuti kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) pada tanggal 19 Januari samapai 24 Februari 2015 yang dilaksanakan di Kabupaten Tanggamus, Kecamatan Kota Agung Timur, Pekon Tanjung Jati. Penulis juga Aktif dalam kegiatan mahasiswa di lingkup fakultas sebagai Kepala Bidang Minat dan Bakat Himpunan Mahasiswa Hukum Administrasi Negara (HIMA HAN)


(9)

PERSEMBAHAN

Dengan mengucap puji syukur kepada Allah SWT, atas rahmat dan hidayahnya maka dengan selesailah karya sederhanaku. Dengan ketulusan dan kerendahan hati serta setiap perjuangan dan jerih payahku, aku persembahkan sebuah karya ilmiah ini kepada:

Ayah Budi Daruslan dan Ibunda Pipin Sopina Wati yang kusayangi, ku hormati, dan juga kucintai. Terima kasih untuk setiap pengorbanan, kesabaran, kasih sayang yang tulus serta do’a yang tidak pernah putus demi keberhasilanku.

Kakakku Titan Prabowo yang selalu memberikan dukungan dan tidak pernah lupa memberi nasehat-nasehat untuk selalu menyemangatiku.

Adikku Radina Ajeng Prameswari yang senantiasa memberikan keceriaan , mendukung, dan menemani dalam setiap langkah perjuanganku

Untuk seluruh keluarga besarku yang selalu mendukung dan menanti keberhasilanku

Guru-guruku, Semoga ilmu yang telah kalian berikan dapat berguna bagiku dan menjadi ladang amal bagimu

Sahabat-sahabar terbaiku yang selalu hadir menemaniku dalam suka maupun duka, terima kasih atas persahabatan yang indah dan waktu-waktu yang telah kita lalui bersama.


(10)

(11)

MOTO

Jangan jauh-jauh dari pilihan Tuhan. Mengandalkan diri sendiri itu percuma. Pilihlah yang Tuhan pilih untuk kamu, jangan menyuruh Tuhan memilih

pilihan kamu (Zarry Hendrik)

Kepuasan terletak pada usaha, bukan pada hasil. Berusaha dengan keras adalah kemenangan hakiki.

(Mahatma Gandhi)

Lakukan apa yang dapat kamu lakukan dengan apa yang kamu miliki, dimana kamu berada


(12)

KATA PENGANTAR

Alhamdulilahirobbil’alamien. Segala puji syukur hanya milik Allah SWT, Rabb seluruh Alam yang telah memberikan rahmat dan juga hidayah - Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Hukum Universitas Lampung dengan judul “Peran Dinas Pariwisata Dalam Pengelolaan Kawasan Pariwisata Daerah Pesisir Di

Kabupaten Pesisir Barat”

Penulis menyadari selesainya skripsi tidak terlepas dari partisispasi, bimbingan serta bantuan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Maka kesempatan ini penulis inggin menyampaikan ucapan terima kasih yang setulus- tulusnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Heryandi, S.H., M.S. selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Lampung.

2. Bapak Dr. Yuswanto, S.H., M.H. selaku Pembantu Dekan I Fakultas Hukum Universitas Lampung.

3. Ibu Upik Hamidah, S.H., M.H. selaku Ketua Bagian Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum Universitas Lampung yang telah banyak meluangkan waktunya untuk membimbing saya dengan penuh kesabaran dalam menyelesaikan skripsi ini.


(13)

4. Bapak Elman Eddy Patra, S.H., M.H. selaku Pembimbing I saya yang telah banyak meluangkan waktunya dan membimbing saya dengan penuh kesabaran dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Ibu Eka Deviani, S.H., M.H. selaku Pembimbing II saya yang telah banyak meluangkan waktunya dan membimbing saya dengan penuh kesabaran dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Ibu Sri Sulastuti, S.H., M.H. selaku Pembahas I yang telah memberikan masukan, arahan, dan bantuan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Bapak Satria Prayoga, S.H., M.H. selaku Pembahas II yang telah memberikan masukan, arahan, dan bantuan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Hukum Universitas Lampung yang telah mendidik, membimbing serta memberikan ilmu pengetahuannya kepada penulis terimakasih atas bantuannya.

9. Terima kasih kepada Staf Akademik Fakultas Hukum yang telah memberikan informasi-informasi kepada saya sehingga saya sampai menyelesaikan skripsi ini

10.Bapak Drs. H. Romli, M.M, selaku sekretaris Dinas Pariwisata Kabupaten Pesisir Barat yang telah memberikan data dan informasinya sehingga sangat membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.

11.Bapak Kiagus Amran selaku staf Destinasi di Dinas Pariwisata Pesisir Barat atas informasi, data dan jamuannya sehingga membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.


(14)

12.Bapak Drs. Guntur Panjaitan selaku Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Pesisir Barat yang sangat membantu menyelesaikan skripsi ini.

13.Orang tua ku tercinta ayahanda Budi Daruslan, Ibunda Pipin Sopina Wati, kakakku tercinta Titan Prabowo dan adikku tercinta Radina Ajeng Prameswari yang selalu mendukung, mendoakan, memberi motivasi dan semangat, serta selalu mamberi kasih sayang dan ketenangan bagi penulis . perhatian kalian tak terbalas dengan apapun dan sampai kapanpun. Kalian adalah alasan utama penulis untuk gigih menyelesaikan skripsi.

14.Sahabat-sahabat seperjuanganku dalam mengarungi kerasnya kehidupan kampus, meskipun kalian telah lebih dulu meninggalkan kampus dan beberapa yang masih senantiasa berjuang bersama di kampus kita tercinta, Ivo, Yoga, Apriansyah, Agam, Andrew Carlos, Agung, Aldi, Sueng, Terry, Fikram, Aldo, Danji, Wan Abud, Sanggam, Zevina dan kawan-kawan yang lain terima kasih atas segala canda tawa kalian.

15.Teman–temanku yang selalu menemaniku dan mewarnai perjalanan hidupku di dunia kampus dari semester I sampai akhir. Sahabat terbaik seperti keluarga Alip, Aji, David, Obaw, Febby, Dwi PW, Frederica, Desi, Inggit, dan (alm) Rojali yang telah berbagi suka, duka dan selalu tetap menjaga kemurniannya. Sukses untuk kita semua.

16.Terima kasih juga kepada adik-adik tingkat Fakultas Hukum Tahun 2011, 2012, 2013, Iis, Cunong, Amilya alis, Dewi, Eka, Fran, Ebol. Terima kasih telah memberi dukungan selama ini.

17.Sahabat-sahabatku yang luar biasa yang sudah seperti keluargaku sendiri, Feisal Hafid S.Ei, Andika Mahardika S.E, Yudha Maulana S.P, M.


(15)

Ramdhani Amd, Rad., Sofyan Saputra S.Si, Bripda M. Shofi Hilman, Suranggana Juliandri, Budi Laksono S.Kom, Begiyama Fahmi Zaki S.H, Sendy Okyanto Amd. Kep., Qodi Sengaji S.H. Kuat kita bersinar,

18.Seseorang yang tak pernah berhenti memberikan semangat, canda, tawa, suka, duka, seseorang yang sangat spesial untuk penulis, Fika Ratnasari S.Pd, terima kasih untuk waktu dan pengorbanan yang telah kamu berikan. 19.Kawan-kawan komunitas Musang Lovers Lampung dan Association

Falconer Lampung, terima kasih dukungan serta doa kalian.

20.Seluruh pihak yang telah memberikan bantuan, semangat, dan dukungan dalam penyusunan skripsi ini, yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

Semoga Allah SWT memberikan balasan yang terbaik atas segala bantuan yang telah diberikan dan tetap menanamkan semangat untuk berbuat baik dalam diri kita, semoga hasil skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan. Akhirnya penulis meminta maaf jika ada kesalahan dan kepada Allah SWT penulis mohon ampun.

Bandar Lampung, 04 Februari 2015 Penulis,


(16)

DAFTAR ISI Halaman ABSTRAK ABSTRACT HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN RIWAYAT HIDUP MOTTO PERSEMBAHAN KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah dan Ruang Lingkup ... 8

1.2.1 Rumusan Masalah ... 8

1.2.2 Ruang Lingkup Penelitian ... 8

1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 8

1.3.1 Tujuan Penelitian ... 8

1.3.2 Kegunaan Penelitian ... 9

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Peran... 10

2.2 Pengertian Pariwisata ... 11

2.3 Kabupaten dan Dinas – Dinas di Kabupaten Pesisir Barat ... 12

2.3.1 Kabupaten Pesisir Barat ... 12

2.3.2 Dinas – Dinas di Propinsi Lampung ... 14

2.4 Tugas dan Fungsi Dinas Pariwisata ... 15

2.4.1 Tugas Dinas Pariwisata ... 15

2.4.2 Fungsi Dinas Pariwisata ... 15

2.5 Jenis – Jenis Pariwisata ... 16

2.6 Pengertian Daerah Pesisir ... 18

2.7 Macam – Macam Bentuk Pesisir ... 19

2.8 Batas – Batas Wilayah Pesisir ... 20

III. METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Masalah ... 22

3.2 Sumber Data ... 22


(17)

3.3.1 Metode Pengumpulan Data ... 24 3.3.2 Metode Pengolahan Data ... 24 3.4 Analisis Data ... 25 IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 26 4.2 Peran Dinas Pariwisata Dalam Pengelolaan Kawasan Pariwisata

Daerah Pesisir di Kabupaten Pesisir Barat ... 28 4.3 Faktor Penghambat dalam Pengelolaan Kawasan Pariwisata

Daerah Pesisir di Kabupaten Pesisir Barat ... 35 V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ... 38 5.2 Saran ... 39 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN DAFTAR TABEL

Tabel 1. Peta Administrasi Kabupaten Pesisir Barat

Tabel 2. Luas Wilayah Masing-Masing Kecamatan Kabupaten Pesisir Barat Tabel 3. Data Objek Wisata Kabupaten Pesisir Barat

Tabel 4. Data Wisatawan Asing di Kabupaten Pesisir Barat per Agustus 2014

Tabel 5. Usaha Cinderamata di Kabupaten Pesisir Barat tahun 2014 Tabel 6. Data Hotel atau Losmen


(18)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia memiliki potensi sumber daya alam yang sangat kaya terlebih lagi wilayah lautnya. Dengan wilayah laut Indonesia yang seluas 3.257.357 km2, potensi sumber daya alam kita yang sangat besar ini tentu perlu dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk menunjang kesejahteraan masyarakat, untuk pemanfaatannya maka haruslah dibentuk peraturan hukum yang kuat. Pada tanggal 13 Desember 1957 keluar Deklarasi Juanda, yang isinya tentang wilayah laut teritorial 12 mil laut atau 22 km dari pantai terluar. Perairan tersebut menjadi kedaulatan Indonesia.

Hal ini disebut yuridiksi yang meliputi pemanfaatan SDA, penelitian ilmiah, pelestarian lingkungan dan kawasan pariwisata. Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan pemerintah daerah.

Berlakunya undang-undang yang berkaitan dengan Otonomi Daerah yaitu Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah yang kini telah direvisi menjadi Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Otonomi Daerah dan Undang-Undang Nomor 25 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pusat dan Daerah menjanjikan sebuah harapan dan tantangan bagi pemerintah daerah. Secara teoritis, perluasan wewenang dapat menciptakan local


(19)

2

accountability, yakni meningkatnya kemampuan keuangan daerah dalam memperhatikan hak-hak masyarakatnya. Akan tetapi di lain pihak daerah otonom harus mampu untuk menggali sumber-sumber keuangan sendiri.1

Ketentuan pada Pasal 10 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menyebutkan bahwa pemerintah daerah menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangannya, kewenangan yang dimaksud merupakan kewenangan dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah. Dalam menjalankan tugas nya, pemerintah daerah memiliki otonomi yang luas untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan.2

Kondisi yang demikian harus diikuti dengan kemampuan untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Kontribusi pendapatan asli daerah sektor pariwisata adalah sebagai salah satu sektor yang sangat potensial yang dapat memberi alternatif lain sebagai salah satu sumber pendapatan asli daerah, dengan potensi ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang besar untuk menciptakan peluang dan kesempatan kerja baru dalam kegiatan ekonomi.

Indonesia sendiri, pariwisata memegang peranan penting dalam hal sektor ekonomi. Dari hasil devisa sektor pariwisata ini telah menjadi sumber pendapatan nomer tiga setelah komoditi minyak dan gas bumi serta kelapa sawit. Setiap tahunnya terjadi peningkatan jumlah wisatawan asing yang datang ke Indonesia.

1

Syarif Hidayat, Refleksi Realitas Otonomi Daerah dan Tantangan ke Depan, Gramedia, Jakarta, 2000.

2


(20)

3

Hal ini terjadi karena memang Indonesia dikenal dengan potensi alam dan budayanya yang menjadi faktor penarik dari kepariwisataan di Indonesia.

Kekayaan alam yang ada di Indonesia memang benar-benar unik dan khas yang tidak dapat dijumpai di negara manapun di belahan bumi ini. Sebagai negara yang dilalui oleh garis katulistiwa, Indonesia memiliki iklim tropis. Sebagai negara kepulauan, Indonesia juga memiliki beribu-ribu pulau dan masih banyak pulau yang belum dihuni. Semua potensi alam yang sangat menarik untuk dikunjungi. Pantai, taman laut, taman nasional, gunung dan pegunungan merupakan contoh dari wisata alam yang dapat dikunjungi oleh para wisatawan yang datang.

Pelaksanaan pariwisata baik dalam arti sempit yaitu dalam arti perjalanan dan kunjungan ke tempat-tempat tertentu sebagai motivasinya, maupun dalam arti luas yang mencangkup segala motivasi itu mempunyai pengaruh (effect) pada segi-segi kehidupan orang dan masyarakat, baik pada segi sosio-ekonomi yang bisa dinyatakan dalam kuantitatif (quantifiable) maupun segi-segi sosio-budaya, politik, lingkungan hidup yang pada dasarnya dinyatakan bukan sebagai kuantitatif (non-quantifiable). Pengaruh-pengaruh itu bisa jadi menguntungkan sehingga perlu dilipatgandakan dan bisa pula merugikan yang sedapat mungkin dihindari atau dibatasi.3

Penyelenggaraan pariwisata yang mempunyai arti strategis dalam pengembangan ekonomi, sosial dan budaya, yang dapat mendorong peningkatan lapangan kerja dan pengembangan indonesia. Maka dalam hal ini pemerintah Indonesia

3


(21)

4

mengeluarkan Undang–undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan dengan tujuan untuk mengatur pariwisata yang ada di Indonesia agar pariwisata dapat menjadi lebih baik dalam meningkatkan pelayanannya kepada wisatawan domestik maupun wisatawan asing.

Kepariwisataan diselenggarakan berdasarkan asas4: a. Manfaat

b. Kekeluargaan c. Adil dan merata d. Keseimbangan e. Kemandirian f. Kelestarian g. Partisipatif h. Berkelanjutan i. Demokratis

j. Kesetaraan, dan Kesatuan

Pembangunan kepariwisataan dilakukan berdasarkan asas yang dimaksud di atas yang diwujudkan melalui pelaksanan rencana pembangunan kepariwisataan dengan memperhatikan keanekaragaman, keunikan, dan kekhasan budaya dan alam, serta kebutuhan manusia untuk berwisata. Setiap negara berupaya meningkatkan pendapatan domestiknya sebagai upaya pembangunan perekonomian. Salah satu alternatif peningkatan pendapatan adalah melalui industri kreatif dan kepariwisataan. Kedua sumber daya tersebut sangat potensial di Indonesia dan tersebar di seluruh wilayah dengan karakteristik yang unik dan berbeda-beda. Sektor pariwisata sangat berpotensi karena masih banyak objek-objek wisata yang belum optimal pengelolaannya dan terpublikasikan dengan baik, objek-objek wisata tersebut jika dikelola dengan optimal akan dapat

4


(22)

5

meningkatkan pendapatan negara dan memperluas kesempatan kerja serta kesempatan berusaha.

Efek dominannya adalah mampu mendorong kegiatan ekonomi lainnya, seperti perhotelan/akomodasi, angkutan, dan industri kecil/rumah tangga (industri kreatif), Pemerintah bekerjasama dengan pihak-pihak terkait terus berupaya meningkatkan peranan sektor pariwisata dengan mengeluarkan berbagai kebijakan di bidang pariwisataan. Pertumbuhan yang begitu cepat serta keterbatasan lapangan pekerjaan yang dialami di Propinsi Lampung, yang mengakibatkan banyaknya sumber daya manusia yang tidak mendapatkan pekerjaan dan kehidupan yang kurang layak sedangkan wilayah Lampung sendiri memiliki potensi yang cukup baik, terlebih lagi dibidang pariwisata.

Dilihat dari banyaknya potensi yang dimiliki wilayah Lampung maka pembangunan usaha kepariwisataan merupakan bagian integral dari pembangunan daerah Lampung yang dilakukan melalui perencanaan menyeluruh dan kerangka kerja sistematis, terencana, terpadu, berkelanjutan, dan bertanggungjawab untuk memberikan manfaat bagi masyarakat, baik dari segi ekonomi, sosial dan kultural sebagaimana yang dimaksud pada Peraturan Daerah Propinsi Lampung Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Kepariwisataan.5

Meningkatnya petumbuhan penduduk di Kabupaten Lampung Barat yang sangat pesat sehingga tidak dimungkinkannya urusan pemerintah daerah mampu ditangani secara tepat dan cepat di wilayah tersebut maka dengan usulan dari

5


(23)

6

berbagai pihak untuk segera dibentuknya kawasan Pesisir Barat untuk menjadi sebuah kabupaten baru. Pada bulan April 2013 telah diresmikannya Daerah Otomoni Baru (DOB) yang berasal dari pemekaran Kabupaten Lampung Barat menjadi Kabupaten Pesisir Barat dengan Krui sebagai Ibukota Kabupaten. Ada sebelas kecamatan di wilayah Kabupaten Pesisir Barat, yaitu Kecamatan Bengkunat Belimbing, Bengkunat, Ngambur, Pesisir Selatan, Krui Selatan, Pesisir Tengah, Way Krui, Karya Penggawa, Pesisir Utara, Lemong dan Pulau Pisang6.

Sektor pariwisata merupakan potensi andalan Kabupaten Pesisir Barat, setiap tahun ratusan bahkan ribuan turis datang ke krui, untuk berlibur, berselancar dan menikmati keindahan pantainya. Selain pantai krui memiliki dua pulau eksotis yaitu Pulau Pisang dan Pulau Betuah, yang alami dan keindahannya tidak kalah dengan pulau-pulau destinasi wisata di dunia, hanya memang potensi itu belum tereksplorasi. Akses perhubungan dari dan menuju Krui, bisa ditempuh melalui darat, laut, dan udara. Di Krui terdapat Bandara Serai, Pelabuhan Kuala Stabas, dan Jalan nasional lintas Barat yang melewati seluruh wilayah Krui yang berada digaris pantai sepanjang 200 kilometer lebih.

Dengan perencanaan pembangunan serta pengelolaan yang benar dan terukur, berbagai potensi yang ada di Krui, diharapkan Kabupaten Pesisir Barat akan cepat berkembang dan maju. Sampai saat ini masyarakat di wilayah Kabupaten Pesisir Barat masih mengalami kesulitan ekonomi dan belum memiliki mata pencaharian yang jelas, padahal banyak masyarakat yang memiliki tanah untuk dibangun sebuah fasilitas/akomodasi yang bermanfaat untuk menunjang perekonomian

6


(24)

7

mereka. Hal ini perlu dicermati mengingat tanah masyarakat berdekatan dengan pesisir pantai.

Potensi pantai di Kabupaten Pesisir Barat merupakan kawasan yang paling sering dikunjungi para wisatawan asing maupun domestik, kawasan pesisir memiliki daya tarik yang tinggi sebab hampir rata-rata setiap orang yang tinggal di kota lebih cenderung menginginkan liburan dengan nuansa pantai yang memiliki panorama-panorama yang indah apalagi ketika matahari tenggelam, hanya untuk sekedar melepas lelah setelah seminggu atau sebulan bekerja. Di sana para wisatawan domestik maupun wisatawan asing dapat menikmati waktu liburannya seperti memancing, berselancar, snorkling, berkemah, menikmati sunset, dan lain-lainnya.

Kawasan pesisir pantai dinilai baik dalam hal menunjang pendapatan daerah, tetapi tidak lepas dilihat dari bagaimana cara pemerintah daerah setempat (dalam hal ini dinas pariwisata) mengelola, memelihara, merawat serta memfasilitasi area-area pariwisata yang ada di daerahnya, bukan tidak mungkin jika suatu kawasan pariwisata bisa menjadi identitas tersendiri untuk daerah tersebut.

Berdasarkan uraian singkat latar belakang di atas, maka penulis ingin mengetahui sejauh mana Peran Dinas Pariwisata dalam Pengelolaan kawasan Pariwisata Daerah Pesisir di Kabupaten Pesisir Barat yang dilakukan oleh Dinas Pariwisata Kabupaten Pesisir Barat yang akan penulis tuang dalam bentuk skripsi dengan judul: “Peran Dinas Pariwisata dalam pengelolaan kawasan pariwisata daerah pesisir di Kabupaten Pesisir Barat”


(25)

8

1.2 Rumusan Masalah dan Ruang Lingkup 1.2.1 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, rumusan masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini mencoba menggambarkan peran dinas pariwisata dalam pengelolaan kawasan pariwisata daerah pesisir di Kabupaten Pesisir Barat. Maka yang akan diangkat dalam penelitian kali ini dapat dirumuskan sebagai berikut: a. Bagaimana Peran Dinas Pariwisata dalam Pengelolaan kawasan Pariwisata

Daerah Pesisir di Kabupaten Pesisir Barat ?

b. Apakah yang menjadi faktor penghambat dalam Pengelolaan kawasan Pariwisata Daerah Pesisir di Kabupaten Pesisir Barat ?

1.2.2 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah hukum administrasi negara dengan kajian mengenai “Peran Dinas Pariwisata dalam pengelolaan kawasan pariwisata daerah pesisir di Kabupaten Pesisir Barat”

Ruang lingkup lokasi penelitian ini adalah pada dinas pariwisata Kabupaten Pesisir Barat serta pihak yang dianggap bisa membantu penelitian ini. Berdasarkan fungsi dinas pariwisatamenurut ketentuan Pasal 20 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Provinsi Lampung.

1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan disiplin ilmu peneliti maka penelitian yang akan dilaksanakan berdasarkan atas bidang ilmu hukum administrasi negara dan terkhusus membahas


(26)

9

Peran Dinas Pariwisata dalam Pengelolaan kawasan Pariwisata Daerah Pesisir di Pesisir Barat. Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui peran dinas pariwisata dalam pengelolaan kawasan pariwisata daerah pesisir di Kabupaten Pesisir Barat.

b. Untuk mengetahui faktor penghambat dalam pengelolaan kawasan pariwisata daerah pesisir di Kabupaten Pesisir Barat.

1.3.2 Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapakan memberi manfaat sebagai berikut:

a. Kegunaan akademis, hasil kajian nantinya diharapkan dapat menjadi bahan kajian ilmu pengetahuan khususnya dalam pengembangan Ilmu Hukum Administrasi Negara

b. Kegunaan praktis, hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan masukan bagi yang menangani langsung tentang Peran Dinas Pariwisata dalam Pengelolaan kawasan Pariwisata Daerah Pesisir di Kabupaten Pesisir Barat.

c. Kegunaan metodologis, hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan acuan bagi penelitian berikutnya.


(27)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Peran

Secara sosiologis, pengertian peran adalah dinamisasi dari status dan penggunaan hak-hak dan kewajiban. Atau bisa disebut sebagai status subjektif. Tangkilisan mengatakan bahwa status adalah kedudukan peran yang terlepas dari individunya. Jadi, status adalah kedudukan subjektif yang memberikan hak dan kewajiban kepada orang yang mempunyai kedudukan tersebut.1

Menurut Soerjono Soekanto peran adalah suatu konsep prihal apa yang dapat dilakukan individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat, peranan meliputi norma-norma yang dikembangkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat, peranan dalam arti ini merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan kemasyarakatan2.

Terdapat dua kriteria pembagian urusan pemerintahan yakni, urusan wajib dan urusan pilihan. Urusan wajib adalah urusan pemerintahan yang wajib diselenggarakan oleh pemerintahan daerah provinsi dan pemerintahan daerah kabupaten/kota, berkaitan dengan pelayanan dasar. Urusan pilihan adalah yang

1

Hessel Tangkilisan & Nogi S., Manajemen Publik: Penerbit PT. Grasindo, Jakarta, 2005, hlm. 43 2


(28)

11

secara nyata ada dan berpotensi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan kondisi, kekhasan, dan potensi unggulan daerah.3

Dalam hal ini pengertian peran difokuskan dari Pemerintah Pusat Provinsi Lampung ke Pemerintah Daerah Kabupaten, sebagai apa yang telah dilakukan Dinas Pariwisata dalam Pengelolaan kawasan Pariwisata.

2.2 Pengertian Pariwisata

Pariwisata adalah salah satu jenis industri baru yang mampu mempercepat pertumbuhan ekonomi dan penyediaan lapangan kerja, peningkatan penghasilan, standar hidup serta menstimulasi sektor-sektor produktif lainnya. Selanjutnya, sebagai sektor yang komplek, pariwisata juga merealisasi industri-industri klasik seperti industri kerajinan tangan dan cinderamata, penginapan dan transportasi.

Pariwisata adalah dimana seseorang dapat melakukan perjalanan dengan berbagai cara karena alasan yang berbeda-beda pula. Suatu perjalanan yang dianggap sebagai perjalanan wisata bila memenuhi persyaratan sebagai berikut4:

a. Harus bersifat sementara

b. Harus bersifat sukarela (voluntary) dalam arti ketika terjadi tidak dipaksakan c. Tidak bekerja yang bersifat menghasilkan upah atau bayaran.

Menurut Amin Suyitno, pariwisata dapat didefinisikan sebagai berikut5 :

a. Bersifat sementara, bahwa dalam jangka waktu pendek pelaku wisata akan kembali ke tempat asalnya.

3

PP Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, Dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota

4

James J. Spillane, Ekonomi Pariwisata dan Prospeknya, Jakarta, hlm. 22 5


(29)

12

b. Melibatkan beberapa komponen wisata, misalnya sarana transportasi, akomodasi, restoran, obyek wisata, souvenir dan lain-lain.

c. Memiliki tujuan tertentu yang intinya untuk mendapatkan kesenangan.

d. Tidak untuk mencari nafkah di tempat tujuan, bahkan keberadaannya dapat memberikan kontribusi pendapatan bagi masyarakat atau daerah yang dikunjungi, karena uang yang di belanjakannya dibawa dari tempat asal.

2.3 Kabupaten dan Dinas-Dinas di Kabupaten Pesisir Barat

2.3.1 Kabupaten Pesisir Barat

Kawasan dengan luas wilayah 2.346,07 km2 yang terdiri dari luas darat 65.766 Ha dan 168.941 Ha wilayah laut, memiliki potensi terlengkap di wilayah Lampung. Kawasan yang baru mengalami pemekaran dari Kabupaten Lampung Barat pada bulan April 2013 lalu ini merupakan Daerah Otonomi Baru (DBO) yang mempunyai banyak sekali potensi sumber daya alam yang berlimpah, hanya tinggal bagaimana cara pengelolaan yang maksimal sehingga mampu mengangkat perekonomian masyarakatnya. Adanya campur tangan pihak pemerintah pusat maupun Propinsi diharapkan timbul dorongan agar dapat dikelola semaksimal mungkin demi mendongkrak perekonomian masyarakat dan kemajuan daerah Pesisir Barat.

Perlunya suatu Daerah Otonom bukan sekedar untuk mencapai efisiensi dan efektifitas pemerintahan. Karena dengan teknologi modern, efisiensi dan efektifitas dapat dicapai meskipun daerah mempunyai hak mengatur dan


(30)

13

mengurus rumah tangga sendiri6, Rakyat (bangsa) Indonesia, baik sosial, ekonomi, maupun budaya adalah masyarakat pruralistik yang mempunyai sifat dan kebutuhan yang berbeda-beda. Untuk mewujudkan keadilan, kesejahteraan dan keamanan tidak mungkin "memaksakan" keseragaman (uniformitas). Setiap keseragaman dapat meningkatkan gangguan terhadap rasa keadilan, kesejahteraan dan keamanan. Daerah Otonom merupakan sarana mewadahi perbedaan tersebut dengan prinsip "Bhineka Tunggal Ika".

Ada sebelas kecamatan yang terdapat di Kabupaten Pesisir Barat yaitu7 : a. Kecamatan Bengkunat Belimbing

b. Bengkunat c. Ngambur d. Pesisir Selatan e. Krui Selatan f. Pesisir Tengah g. Way Krui

h. Karya Penggawa i. Pesisir Utara j. Lemong k. Pulau Pisang

Krui sebagai Ibukota Kabupaten Pesisir Barat. Sebagai daerah pesisir, Krui memiliki potensi pariwisata terutama wilayah pantai. Potensi yang dimiliki ini sudah terkenal hingga mancanegara. Sehingga wilayah Krui adalah salah satu wilayah yang paling sering dikunjungi wisatawan domestik maupun wisatawan asing. Semakin gencarnya promosi yang dilakukan belakangan ini menimbulkan efek yang sangat berpengaruh pada arus kunjungan wisata ke wilayah ini. Mata pencaharian masyarakat Kabupaten Pesisir Barat sangat beragam, seperti bertani,

6

Bagir Manan, "Pemerintahan Daerah", Bahan penataran Administrative Organization And Planing, kerja sama Hukum Indonesia Belanda, Fakultas Hukum UGM, Yogyakarta, 1989, hlm. 1 7


(31)

14

berdagang, nelayan, pengusaha dan lain-lain. Tetapi banyak masyarakat yang berprofesi sebagai nelayan disebabkan karena sebelah barat Krui berhubungan lansung dengan Samudera Hindia, sehingga ikan yang didapat di kawasan perairan Krui sangat beragam.

2.3.2 Dinas-Dinas di Propinsi Lampung

Definisi dari kamus besar bahasa Indonesia dinas adalah bagian kantor pemerintah yang mengurus pekerjaan tertentu. Sebagaimana yang dimaksud dalam hirarki peraturan perundang-undangan bahwa Peraturan Daerah nomor 11 tahun 2007 tentang Pembentukan, Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Propinsi Lampung sebagai implementasi Peraturan Pemerintah nomor 38 tahun 2007 dan Peraturan Pemerintah nomor 41 tahun 2007, bahwa agar penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat di daerah dapat lebih berdayaguna dan berhasil guna, dipandang perlu menetapkan kembali Pembentukan, Organisasi dan Tata Kerja Dinas Propinsi Lampung dengan Peraturan Daerah.8

Menurut peraturan daerah propinsi lampung nomor 13 tahun 2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Propinsi Lampung, Dinas Propinsi Lampung terdiri dari:

a. Dinas Pendidikan b. Dinas Kebudayaan

c. Dinas Pemuda dan Olahraga d. Dinas Kesehatan

e. Dinas Sosial

8

Peraturan Daerah Propinsi Lampung Nomor 13 Tahun 2009 tentang Organisasian Tata Kerjadinas Daerah Provinsi Lampung


(32)

15

f. Dinas Transmigrasi g. Dinas Tenaga Kerja

h. Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil i. Dinas Komunikasi dan Informasi j. Dinas Perhubungan

k. Dinas Pekerjaan Umum l. Dinas Koperasi

m. Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif n. Dinas Pertanian

o. Dinas Kehutanan dan Perkebunan p. Dinas Kelautan dan Perikanan q. Dinas Peternakan

r. Dinas Pendapatan Daerah

2.4 Tugas dan Fungsi Pariwisata 2.4.1. Tugas Dinas Pariwisata

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata mempunyai tugas menyelenggarakan sebagian urusan pemerintahan Propinsi di bidang kebudayaan dan pariwisata berdasarkan asas otonomi yang menjadi kewenangan, tugas dekonsentrasi dan pembantuan serta tugas lain sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan oleh Gubernur berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2.4.2 Fungsi Dinas Pariwisata

Menurut Peraturan Daerah Propinsi Lampung nomor 13 tahun 2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Propinsi Lampung pasal 20 dinas pariwisata mempunyai fungsi :

a. Perumusan kebijakan teknis dihidang kebudayaan dan pariwisata;

b. Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum di bidang kebudayaan dan pariwisata;


(33)

16

d. Pelaksanaan pengembangan kebudayaan, nilai-nilai tradisi, pembinaan karakter dan pekerti bangsa, perfilman, kesenian, kesejarahan dan kepurbakalaan;

e. Penyelenggaraan perlindungan, pengembangan dan pemanfaatan kebudayaan; f. Pelaksanaan monitoring dan evaluasi kebudayaan;

g. Pelaksanaan kebijakan promosi dan standarisasi pariwisata;

h. Pelaksanaan rencana induk pengembangan sumber daya kebudayaan dan pariwisata;

i. Pelayanan administratif.9

2.5 Jenis-Jenis Pariwisata

Jenis-jenis pariwisata berdasarkan motif tujuan perjalanan dapat dibedakan menjadi beberapa jenis pariwisata khusus, yaitu10 :

2.5.1 Pariwisata untuk menikmati perjalanan (Pleasure Tourism)

Jenis pariwisata ini dilakukan oleh orang-orang yang meninggalkan tempat tinggalnya untuk berlibur, mencari udara segar, memenuhi kehendak ingin tahunya, mengendorkan ketegangan syaraf, melihat sesuatu yang baru, menikmati keindahan alam, mengetahui hikayat rakyat setempat untuk mendapatkan ketenangan.

9

Peraturan Daerah Propinsi Lampung Nomor 13 Tahun 2009 tentang Organisasian Tata Kerjadinas Daerah Provinsi Lampung

10


(34)

17

2.5.2 Pariwisata untuk rekreasi (Recreation Tourism)

Pariwisata ini dilakukan untuk pemanfaatan hari-hari libur untuk beristirahat, memulihkan kembali kesegaran jasmani dan rohaninya, dan menyegarkan diri dari keletihan dan kelelahannya. Dapat dilakukan pada tempat yang menjamin tujuan-tujuan rekreasi yang menawarkan kenikmatan yang diperlukan seperti tepi pantai, pegunungan, pusat peristirahatan dan pusat-pusat kesehatan.

2.5.3 Pariwisata untuk kebudayaan (Cultural Tourism)

Jenis ini ditandai oleh adanya rangkaian motivasi, seperti keinginan untuk belajar di pusat-pusat pengajaran dan riset, mempelajari adat-istiadat, kelembagaan, dan cara hidup masyarakat yang berbeda-beda, mengunjungi monumen bersejarah, peninggalan masa lalu, pusat-pusat kesenian dan keagamaan, festival seni musik, teater, tarian rakyat dan lain-lain.

2.5.4 Pariwisata untuk olahraga (Sports Tourism) Pariwisata ini dapat dibagi lagi menjadi dua kategori:

a. Big sports events, yaitu peristiwa-peristiwa olahraga besar seperti Olympiade Games, kejuaraan ski dunia, kejuaraan tinju dunia, dan lain-lain yang menarik perhatian bagi penonton atau penggemarnya.

b. Sporting tourism of the Practitioners, yaitu pariwisata olahraga bagi mereka yang ingin berlatih dan mempraktekkan sendiri seperti pendakian gunung, olahraga naik kuda, berburu, memancing dan lain-lain.


(35)

18

2.5.5 Pariwisata untuk urusan usaha dagang (Business Tourism)

Menurut para ahli teori, perjalanan pariwisata ini adalah bentuk profesional travel atau perjalanan karena ada kaitannya dengan pekerjaan atau jabatan yang tidak memberikan kepada seseorang untuk memilih tujuan maupun waktu perjalanan.

2.5.6 Pariwisata untuk berkonvensi (Convention Tourism)

Pariwisata ini banyak diminati oleh negara-negara karena ketika diadakan suatu konvensi atau pertemuan maka akan banyak peserta yang hadir untuk tinggal dalam jangka waktu tertentu dinegara yang mengadakan konvensi. Negara yang sering mengadakan konvensi akan mendirikan bangunan-bangunan yang menunjang diadakannya pariwisata konvensi.

2.6 Pengertian Daerah Pesisir

Pesisir adalah tanah atau daratan yang berbatasan dengan laut. Batas daratan yang dimaksud yaitu sampai dengan daratan yang tidak kena laut. Pesisir mencakup tebing pantai, bukit pasir, pantai bukit dan daratan pantai yang membentuk sebuah tepi pulau. Ketentuan umum diberikan pengertian tentang Daerah Pesisir yaitu laut yang berbatasan dengan daratan meliputi perairan sejauh 12 mil laut diukur dari garis pantai, perairan yang menghubungkan pantai dan pulau-pulau, estuary, teluk, perairan dangkal, rawa payau, dan laguna.11 Dari pengertian tersebut terlihat bahwa kawasan pesisir sangat erat kaitannya dengan keberadaan sumber daya ikan. Dalam ketentuan umum disebutkan bahwa wilayah pesisir adalah daerah

11

Marhaeni Ria Siombo, Hukum Perikanan Nasional dan Internasional, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2010.


(36)

19

peralihan antara ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi oleh perubahan di darat dan laut.

Menurut UU No. 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau-Pulau-Pulau Kecil dilaksanakan dengan tujuan untuk melindungi, mengkonservasi, merehabilitasi, memanfaatkan, dan memperkaya Sumber Daya Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil serta sistem ekologisnya secara berkelanjutan; menciptakan keharmonisan dan sinergi antara Pemerintah dan Pemerintah Daerah dalam pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil; memperkuat peran serta masyarakat dan lembaga pemerintah serta mendorong inisiatif masyarakat dalam pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil agar tercapai keadilan, keseimbangan, keberkelanjutan, meningkatkan nilai sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat melalui peran serta masyarakat dalam pemanfaatan Sumber Daya Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil12.

2.7 Macam - Macam Bentuk Pesisir

Daerah pesisir memiliki berbagai bentuk dan macam, dilihat dari bentuknya daerah pesisir ada yang dapat dijadikan sebagai tempat pariwisata namun ada juga yang tidak dapat dijadikan sebagai kawasan pariwisata. Berikut macam-macam bentuk pesisir:13

a. Estuaria, yaitu pesisir yang terjadi karena daerah dengan tanah yang tinggi yang berbatasan dengan pantai yang mengalami pemerosotan.

12

UU No. 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil 13


(37)

20

b. Fjord, yaitu pesisir yang berupa teluk sempit yang panjang dan dalam tebing yang curam.

c. Delta, yaitu pesisir yang berupa endapan lumpur, pasir dan kerikil di muara sungai.

d. Sand dune, yaitu pesisir yang berupa bukit pasir. e. Pesisir dan gunung berapi pantai

f. Pesisir berbentuk tebing g. Pesisir berbentuk karang

h. Pesisir dengan karang penghalang (barrier coast) i. Pesisir yang berupa tumbuhan mangrove

2.8 Batas-batas Wilayah Pesisir

Batas wilayah pesisir merupakan batas garis pantai yang ditarik dari daratan terdekat. Wilayah pesisir adalah daerah pertemuan antara darat dan laut, dengan batas kearah darat meliputi bagian daratan, baik kering maupun terendam air yang masih mendapat pengaruh sifat-sifat laut seperti angin laut, pasang surut, perembesan air laut yang dicirikan oleh jenis vegetasi yang khas. Wialayah pesisir juga merupakan suatu wilayah peralihan antara daratan dan lautan. (Henny, 2003).

Apabila ditinjau dari garis pantai (coastline), maka suatu wilayah pesisir memiliki dua macam batas (boundaries) yaitu batas yang sejajar garis pantai (longshore) dan batas yang tegak lurus terhadap garis pantai (crossshore). Belum ada ukuran baku mengenai batas ke arah darat dan ke arah laut dari wilayah pesisir. Namun, berdasarkan ukuran yang telah diimplementasikan dalam pengelolaan wilayah pesisir di beberapa negara, dapat dirangkum sebagai berikut:


(38)

21

a. Batas wilayah pesisir ke arah darat pada umumnya adalah jarak secara arbitrater dari rata-rata pasang tinggi (Mean Hight Tide), dan batas ke arah laut umumnya adalah sesuai dengan batas jurisdiksi propinsi

b. Untuk kepentingan pengelolan, batas ke arah darat dari suatu wilayah pesisir dapat ditetapkan sebanyak dua macam, yaitu batas untuk wilayah perencanaan (planning zone) dan batas untuk wilayah pengaturan (regulation zone) atau pengelolaan keseharian (day-to-day management). Wilayah perencanaan sebaiknya meliputi seluruh daerah daratan (hulu) apabila terdapat kegiatan manusia (pembangunan) yang dapat menimbulkan dampak secara nyata (significant) terhadap lingkungan dan sumberdaya pesisir. Oleh karena itu, batas wilayah pesisir ke arah darat utuk kepentingan perencanaan (planning zone) dapat sangat jauh ke arah hulu. Jika suatu program pegelolaan wilayah pesisir menetapkan dua batasan wilayah pengelolaannya (wilayah perencanaan dan wilayah pengaturan), maka wilayah perencanaan selalu lebih luas daripada wilayah pengaturan.Dalam pengelolaan wilayah sehari-hari, pemerintah (pihak pengelola) memilki kewenangan penuh untuk mengeluarkan atau menolak izin kegiatan pembangunan. Sementara itu, kewenangan semacam ini di luar batas wilayah pengaturan (regulation zone) sehingga menjadi tanggung jawab bersama antara instansi pengelolaan wilayah pesisir dalamregulation zone dengan instansi yang mengelola daerah hulu atau laut lepas.


(39)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Masalah

Pendekatan masalah yang digunakan dalam penelitian skripsi ini adalah yuridis empiris. Yuridis empiris adalah proses studi yang dilakukan lansung ke dinas-dinas terkait atau ke lokasi penelitian atau juga biasa disebut pendekatan yang dilakukan dengan cara menggali informasi dan melakukan penelitian di lokasi guna mengetahui secara lebih jauh mengenai permasalahan yang akan dibahas. Yuridis Empiris dilakukan dengan cara meneliti secara langsung ke lokasi untuk melihat bagaimana kinerja dinas yang terkait dengan judul skripsi yang penulis teliti.

3.2 Sumber Data

Sumber data yang yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh dari studi lapangan yaitu hasil wawancara dengan responden yang berhubungan dengan pengelolaan kawasan pariwisata daerah pesisir. Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari bahan-bahan pustaka yang dianggap menunjang dalam penelitian ini yang terdiri dari:

1. Bahan Hukum Primer

Bahan hukum yang mempunyai kekuatan hukum mengikat seperti peraturan perundang-undangan dan peraturan-peraturan lainnya, seperti Undang-Undang


(40)

23

Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Pariwisata, UU No. 27 Tahun 2007 Tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, Peraturan Daerah Propinsi Lampung Nomor 13 Tahun 2009 Tentang Organisasian Tata Kerjadinas Daerah Provinsi Lampung, Perda Propinsi Lampung nomor 6 tahun 2011 tentang Kepariwisataan dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Otonomi Daerah.

2. Bahan Hukum Sekunder

Bahan-bahan yang erat kaitannya dengan bahan hukum primer, yang dapat memberikan penjelasan terhadap bahan-bahan hukm primer. Berupa peraturan pelaksanaan dan peraturan pelaksana teknis yang berkaitan dengan pokok bahasan, seperti literature dan norma-norma hukum yang berhubungan dengan masalah yang dibahas dalam penelitian ini.

3. Bahan Hukum Tersier

Bahan hukum yang mendukung bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder dengan memberikan pengertian dan pemahaman atas bahan hukum lainnya. Bahan hukum yang digunakan penulis dalam penulisan ini adalah Kamus Besar Bahasa Indonesia dan Kamus Hukum. Dalam hal ini buku-buku serta situs-situs yang ada di internet.

3.3 Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data 3.3.1 Prosedur Pengumpulan Data

Dalam hal ini, untuk mendapatkan hasil yang akurat dan terpercaya penulis menggunakan cara sebagai berikut:


(41)

24

a. Studi kepustakaan adalah mengumpulkan data dengan cara membaca, mengutip, mencatat dan memahami berbagai literatur yang ada hubungannya dengan materi penelitian.

b. Studi Lapangan

Studi Lapangan adalah mengumpulkan data penelitian dengan cara datang lansung ke dinas terkait atau objek penelitian.

1. Pihak responden dalam penelitian ini adalah Pihak dinas pariwisata Kabupaten Pesisir Barat yang terdiri dari :

- Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Pesisir Barat - Seksi Sarana

- Seksi Pemasaran

2. Pihak Informan dalam penelitian ini adalah masyarakat sekitar lokasi pengembangan area wisata

3.3.2 Prosedur Pengolahan Data

Data-data yang telah terkumpul akan diolah melalui tahap-tahap pengolahan data sebagimana berikut:

a. Identifikasi

Identifikasi adalah proses mencari atau menetapkan data yang berhubungan dengan Peran Dinas Pariwisata dalam Pengelolaan kawasan Pariwisata di Pesisir di Pesisir Barat.

b. Editing

Editing yaitu meneliti kembali data yang telah diperoleh dari keterangan para responden maupun dari kepustakaan, hal ini perlu untuk mengetahui apakah data tersebut sudah cukup dan dapa dilakukan untuk proses selanjutnya.


(42)

25

Semua data yang diperoleh kemudian disesuaikan dengan permasalahan yang ada dalam penulisan ini.

c. Klasifikasi Data

Klasifikasi data yaitu menyusun data yang diperoleh menurut kelompok yang telah ditentukan secara sistematis sehingga data tersebut siap untuk dianalisis. d. Sitematisasi Data

Sistematisasi data yaitu penyusunan data secara teratur sehingga dalam data tersebut dapat dianalisa menurut susunan yang benar dan tepat.

3.4 Analisis Data

Setelah tahap pengolahan data dilakukan, maka tahap selanjutnya adalah menganalisis data tersebut. Berdasarkan data yang diperoleh secara sistematis, kemudian dianalisis secara deskriptif kualitatif, yaitu analisis yang dilakukan dengan cara menggambarkan kenyataan-kenyataan atau keadaan-keadaan atas suatu obyek dalam bentuk uraian kalimat berdasarkan keterangan-keterangan dari pihak-pihak yang berhubungan langsung dengan penelitian tersebut. Hasil analisis tersebut kemudian diinterpretasikan guna memberikan gambaran yang jelaslas terhadap permasalahan.


(43)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan di atas dan hasil penelitian yang dilakukan penulis, maka dapat diambil kesimpulan bahwa peran dinas pariwisata dalam pengelolaan kawasan pariwisata daerah pesisir di Kabupaten Pesisir Barat yaitu:

Peran Dinas Pariwisata mempunyai tugas untuk menyelenggarakan dan mengembangkan obyek wisata, pemberdayaan usaha pariwisata serta pengelolaan data dan promosi pariwisata. Peranannya sebagai berikut :

a. Peran dinas pariwisata adalah penyusunan, pendataan, perencanaan dan pengkoordinasian kegiatan dan program kerja bidang pariwisata. Serta pelaksanaan pembinaan, pengembangan obyek wisata, pemberdayaan usaha pariwisata dan promosi pariwisata.

b. Pemberian rekomendasi/pertimbangan pemberian ijin dibidang obyek wisata dan usaha pariwisata. Pelaksanaan monitoring dan evaluasi obyek-obyek wisata, promosi wisata dan usaha pariwisata.

c. Pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas.

Timbulnya faktor-faktor penghambat yang terjadi dalam pengelolaan kawasan pariwisata yang sebagian besar meliputi seperti listrik, sumber air bersih, serta fasilitas penginapan sudah mulai diperbaiki. Semua dinas-dinas yang terkait saling


(44)

45

bekerja sama dalam memperbaiki kerusakan-kerusakan infrastruktur yang menjadi faktor penghambat sejauh ini.

5.2 Saran

Berdasakan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dijabarkan penulis, maka penulis memberikan beberapa saran sebagai berikut:

1. Hendaknya dinas pariwisata pesisir barat melakukan koordinasi yang lebih baik dengan dinas-dinas lainnya. Seperti dengan dinas Pembangunan Umum dalam hal perbaikan jalan serta infrastruktur penunjang lainnya. Hal ini diharapkan semua kinerja antar dinas dapat tercapai dengan baik. 2. Diharapkan agar segera memperbaiki dan menambah semua fasilitas yang

mendukung agar memberikan kenyamanan dan keamanan bagi wisatawan. 3. Hendaknya segera dibentuk Peraturan Daerah Tentang Kepariwisataan untuk Kabupaten Pesisir Barat, agar program kerja dinas pariwisata dapat berjalan dengan baik. Sehingga dapat diminimalisir kendala-kendala yang ada di lapangan. Mengingat saat ini dinas pariwisata Kabupaten Pesisir Barat masih menggunakan Perda Provinsi Lampung Nomor 6 Tahun 2011 tentang Kepariwisataan.


(45)

DAFTAR PUSTAKA

A. Literatur

Bagir Manan, "Pemerintahan Daerah", Bahan penataran Administrative Organization And Planing, kerja sama Hukum Indonesia Belanda, Fakultas Hukum UGM, Yogyakarta, 1989.

M.J. Prajogo, Pengantar Pariwisata Indonesia, Gramedia, Jakarta 1985.

Siombo Marhaeni Ria, Hukum Perikanan Nasional dan Internasional, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2010.

Soekanto, Soerjono, Sosiologi Suatu Pengantar, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2006.

Spillane James J., Ekonomi Pariwisata dan Prospeknya, Gramedia, Jakarta, 1991. Suyitno, Amin, Perencanaan Wisata – Tour Planning, Kanisius, Yogyakarta, 2006.

Syarif. Hidayat, Refleksi Realitas Otonomi Daerah dan Tantangan ke Depan, Gramedia, Jakarta, 2000.

Tangkilisan, Hessel Nogi S., Manajemen Publik: Penerbit PT. Grasindo, Jakarta, 2005.

B. Perundang-Undangan

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Undang-Undang Pokok Agraria Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah

UU No. 27 Tahun 2007 Tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

Undang-Undang nomor 10 tahun 2009 tentang Pariwisata

Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, Dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota


(46)

47

Peraturan Daerah Propinsi Lampung Nomor 13 Tahun 2009 Tentang Organisasian Tata Kerjadinas Daerah Provinsi Lampung

Perda Propinsi Lampung Nomor 6 tahun 2011 Tentang Kepariwisataan C.Sumber Lain atau Internet

http://id.wikipedia.org/wiki/Krui,_Lampung_Barat tanggal 5 September 2014 http://winapedia.blogspot.com/2013/03/pengertian-pantai-dan-pesisir.html www.kbbi.web.id/dinas


(1)

a. Studi kepustakaan adalah mengumpulkan data dengan cara membaca, mengutip, mencatat dan memahami berbagai literatur yang ada hubungannya dengan materi penelitian.

b. Studi Lapangan

Studi Lapangan adalah mengumpulkan data penelitian dengan cara datang lansung ke dinas terkait atau objek penelitian.

1. Pihak responden dalam penelitian ini adalah Pihak dinas pariwisata Kabupaten Pesisir Barat yang terdiri dari :

- Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Pesisir Barat - Seksi Sarana

- Seksi Pemasaran

2. Pihak Informan dalam penelitian ini adalah masyarakat sekitar lokasi pengembangan area wisata

3.3.2 Prosedur Pengolahan Data

Data-data yang telah terkumpul akan diolah melalui tahap-tahap pengolahan data sebagimana berikut:

a. Identifikasi

Identifikasi adalah proses mencari atau menetapkan data yang berhubungan dengan Peran Dinas Pariwisata dalam Pengelolaan kawasan Pariwisata di Pesisir di Pesisir Barat.

b. Editing

Editing yaitu meneliti kembali data yang telah diperoleh dari keterangan para responden maupun dari kepustakaan, hal ini perlu untuk mengetahui apakah data tersebut sudah cukup dan dapa dilakukan untuk proses selanjutnya.


(2)

25

Semua data yang diperoleh kemudian disesuaikan dengan permasalahan yang ada dalam penulisan ini.

c. Klasifikasi Data

Klasifikasi data yaitu menyusun data yang diperoleh menurut kelompok yang telah ditentukan secara sistematis sehingga data tersebut siap untuk dianalisis. d. Sitematisasi Data

Sistematisasi data yaitu penyusunan data secara teratur sehingga dalam data tersebut dapat dianalisa menurut susunan yang benar dan tepat.

3.4 Analisis Data

Setelah tahap pengolahan data dilakukan, maka tahap selanjutnya adalah menganalisis data tersebut. Berdasarkan data yang diperoleh secara sistematis, kemudian dianalisis secara deskriptif kualitatif, yaitu analisis yang dilakukan dengan cara menggambarkan kenyataan-kenyataan atau keadaan-keadaan atas suatu obyek dalam bentuk uraian kalimat berdasarkan keterangan-keterangan dari pihak-pihak yang berhubungan langsung dengan penelitian tersebut. Hasil analisis tersebut kemudian diinterpretasikan guna memberikan gambaran yang jelaslas terhadap permasalahan.


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan di atas dan hasil penelitian yang dilakukan penulis, maka dapat diambil kesimpulan bahwa peran dinas pariwisata dalam pengelolaan kawasan pariwisata daerah pesisir di Kabupaten Pesisir Barat yaitu:

Peran Dinas Pariwisata mempunyai tugas untuk menyelenggarakan dan mengembangkan obyek wisata, pemberdayaan usaha pariwisata serta pengelolaan data dan promosi pariwisata. Peranannya sebagai berikut :

a. Peran dinas pariwisata adalah penyusunan, pendataan, perencanaan dan pengkoordinasian kegiatan dan program kerja bidang pariwisata. Serta pelaksanaan pembinaan, pengembangan obyek wisata, pemberdayaan usaha pariwisata dan promosi pariwisata.

b. Pemberian rekomendasi/pertimbangan pemberian ijin dibidang obyek wisata dan usaha pariwisata. Pelaksanaan monitoring dan evaluasi obyek-obyek wisata, promosi wisata dan usaha pariwisata.

c. Pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas.

Timbulnya faktor-faktor penghambat yang terjadi dalam pengelolaan kawasan pariwisata yang sebagian besar meliputi seperti listrik, sumber air bersih, serta fasilitas penginapan sudah mulai diperbaiki. Semua dinas-dinas yang terkait saling


(4)

45

bekerja sama dalam memperbaiki kerusakan-kerusakan infrastruktur yang menjadi faktor penghambat sejauh ini.

5.2 Saran

Berdasakan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dijabarkan penulis, maka penulis memberikan beberapa saran sebagai berikut:

1. Hendaknya dinas pariwisata pesisir barat melakukan koordinasi yang lebih baik dengan dinas-dinas lainnya. Seperti dengan dinas Pembangunan Umum dalam hal perbaikan jalan serta infrastruktur penunjang lainnya. Hal ini diharapkan semua kinerja antar dinas dapat tercapai dengan baik. 2. Diharapkan agar segera memperbaiki dan menambah semua fasilitas yang

mendukung agar memberikan kenyamanan dan keamanan bagi wisatawan. 3. Hendaknya segera dibentuk Peraturan Daerah Tentang Kepariwisataan untuk Kabupaten Pesisir Barat, agar program kerja dinas pariwisata dapat berjalan dengan baik. Sehingga dapat diminimalisir kendala-kendala yang ada di lapangan. Mengingat saat ini dinas pariwisata Kabupaten Pesisir Barat masih menggunakan Perda Provinsi Lampung Nomor 6 Tahun 2011 tentang Kepariwisataan.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

A. Literatur

Bagir Manan, "Pemerintahan Daerah", Bahan penataran Administrative Organization And Planing, kerja sama Hukum Indonesia Belanda, Fakultas Hukum UGM, Yogyakarta, 1989.

M.J. Prajogo, Pengantar Pariwisata Indonesia, Gramedia, Jakarta 1985.

Siombo Marhaeni Ria, Hukum Perikanan Nasional dan Internasional, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2010.

Soekanto, Soerjono, Sosiologi Suatu Pengantar, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2006.

Spillane James J., Ekonomi Pariwisata dan Prospeknya, Gramedia, Jakarta, 1991. Suyitno, Amin, Perencanaan Wisata – Tour Planning, Kanisius, Yogyakarta, 2006.

Syarif. Hidayat, Refleksi Realitas Otonomi Daerah dan Tantangan ke Depan, Gramedia, Jakarta, 2000.

Tangkilisan, Hessel Nogi S., Manajemen Publik: Penerbit PT. Grasindo, Jakarta, 2005.

B. Perundang-Undangan

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Undang-Undang Pokok Agraria Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah

UU No. 27 Tahun 2007 Tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

Undang-Undang nomor 10 tahun 2009 tentang Pariwisata

Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, Dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota


(6)

47

Peraturan Daerah Propinsi Lampung Nomor 13 Tahun 2009 Tentang Organisasian Tata Kerjadinas Daerah Provinsi Lampung

Perda Propinsi Lampung Nomor 6 tahun 2011 Tentang Kepariwisataan C.Sumber Lain atau Internet

http://id.wikipedia.org/wiki/Krui,_Lampung_Barat tanggal 5 September 2014

http://winapedia.blogspot.com/2013/03/pengertian-pantai-dan-pesisir.html www.kbbi.web.id/dinas