PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PENERIMA BILYET GIRO KOSONG BERDASARKAN SKBI NO. 28/KEP/DIR/1995 TENTANG BILYET GIRO DAN PERATURAN NO. 8/29/PBI/2006 TENTANG DAFTAR HITAM NASIONAL PENERBIT CEK/GIRO BILYET KOSONG

(1)

ABSTRAK

PERLINDUNGAN HUKUM

TERHADAP PENERIMA BILYET GIRO KOSONG

BERDASARKAN SKBI NO. 28/KEP/DIR/1995 TENTANG BILYET GIRO DAN PERATURAN NO. 8/29/PBI/2006 TENTANG DAFTAR HITAM NASIONAL

PENERBIT CEK/GIRO BILYET KOSONG

Oleh

FILONI RIWIYANTI

Bilyet giro merupakan surat berharga yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat. Pengaturan tentang bilyet giro terdapat dalam SKBI No.28/KEP/ DIR/1995 tentang Bilyet Giro tanggal 4 Juli 1995 yang mulai berlaku tanggal 1 November 1995. Dalam praktiknya terdapat kemungkinan pada saat bilyet giro tersebut dimintakan pemindahbukuan, ternyata dananya tidak mencukupi atau kosong. Pada kondisi seperti ini mengakibatkan pihak penerima bilyet giro menjadi dirugikan dan membutuhkan suatu perlindungan hukum. Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimanakah perlindungan hukum terhadap penerima bilyet giro kosong berdasarkan SKBI No.28/KEP/DIR/1995 Tentang Bilyet Giro, dan perlindungan hukum terhadap penerima bilyet giro kosong berdasarkan Peraturan No.8/29/PBI/2006 Tentang Daftar Hitam Nasional Penerbit Cek/Giro Bilyet Kosong tertanggal 20 Desember 2006.

Penelitian ini adalah penelitian hukum normatif dengan tipe penelitian deskriptif, pendekatan masalah yang digunakan yaitu jenis normatif analistis teori hukum. Data yang digunakan adalah data skunder. Metode pengumpulan data dilakukan dengan studi pustaka dan studi dokumen. Analisis data dilakukan secara kulitatif.

Hasil penelitian dan pembahasan menjelaskan bahwa berdasarkan SKBI No.28/KEP /DIR/1995 Tentang Bilyet Giro, dilihat dari bentuk perlindungan hukum yang diberikan kepada penerima bilyet giro kosong, maka peraturan ini dikatakan belum lengkap dalam memberikan perlindungan hukum dan belum memberikan suatu kepastian hukum kepada penerima bilyet giro kosong. Hal itu dikarenakan di dalam SKBI No.28/KEP/DIR/1995 Tentang Bilyet Giro hanya mengatur perlindungan hukum berupa kewajiban untuk menyediakan dana oleh pihak penerbit, kewajiban membuat catatan keuangan oleh pihak penerbit, pihak penerbit tidak dapat membatalkan bilyet giro selama tenggang waktu penawaran, dan pemberian sanksi terhadap penerbit, sedangkan perihal ganti rugi tidak dijelaskan dalam peraturan ini. Oleh karena itu pihak penerima dapat menempuh jalan damai atau menggunakan perantaraan badan peradilan untuk menyelesaikan perkaranya. Berdasarkan Peraturan No.8/29/PBI/2006 Tentang Daftar Hitam Nasional Penerbit Cek/Giro Bilyet Kosong tertanggal 20 Desember 2006, bentuk perlindungan hukumnya adalah kewajiban untuk menyediakan dana oleh pihak penerbit, pencantuman dalam DHIB dan DHN, pembekuan hak penggunaan bilyet giro, dan penutupan rekening bagi pihak penerbit. Semua sanksi yang diberikan hanya sebatas sanksi yang bersifat administratif


(2)

saja.Sanksi-sanksi tersebut dirasakan kurang memberikan perlindungan hukum dan kepastian hukum bagi penerima bilyet giro kosong.


(3)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Berkembang pesatnya dunia perekonomian dan perdagangan pada masa sekarang ini menyebabkan sebagian besar masyarakat lebih cenderung mengambil langkah-langkah yang bersifat praktis. Begitu juga dalam sistem pembayaran yang dewasa ini tidak hanya dilakukan dengan uang kartal saja (uang logam dan uang kertas), bahkan juga dilakukan dengan menggunakan uang giral berupa surat berharga. Pertimbangan penggunaan surat berharga dalam lalu lintas pembayaran dinilai lebih efisien dan aman. Alasan itu dapat dimengerti mengingat kondisi keamanan pada saat sekarang sangat rawan dan riskan dari tindakan pencurian, perampokan dan segala macam tindak kriminal apabila membawa uang tunai dalam jumlah besar.

Salah satu jenis surat berharga yang biasa digunakan sebagai alat transaksi pembayaran adalah bilyet giro. Istilah bilyet giro berasal dari kata bilyet (bahasa Belanda) yang artinya surat, dan giro berasal dari bahasa Italia yang artinya simpanan nasabah pada bank yang pengambilannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek atau dengan pemindahbukuan (Abdulkadir Muhammad,


(4)

2

2003: 224).

Bilyet giro adalah surat perintah nasabah yang telah distandarisir bentuknya. Dalam melaksanakan pembayaran dengan pemindahbukuan, penerbit dan penerima bilyet giro, masing-masing harus mempunyai rekening pada suatu bank, baik itu dalam rekening bank yang sama atau bank yang berlainan. Dengan demikian, bilyet giro merupakan surat perintah pemindahbukuan (booking transfer) sejumlah dana yang berfungsi sebagai pembayaran.

Secara yuridis formal, bilyet giro tidak diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD). Pengaturan mengenai bilyet giro terdapat dalam Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 28/KEP/DIR/1995 Tentang Bilyet Giro tanggal 4 Juli 1995 yang mulai berlaku tanggal 1 November 1995, selanjutnya disingkat SKBI No.28/KEP/DIR/1995 Tentang Bilyet Giro. Penjelasan atas surat keputusan ini dituangkan dalam Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 28/32/UPG Tanggal 4 Juli 1995 tentang Bilyet Giro.

Penggunaan bilyet giro banyak menimbulkan permasalahan di dalam prakteknya, yaitu berupa adanya penggunaan bilyet giro kosong yang dananya tidak tersedia atau tidak mencukupi dalam transaksi pembayaran. Berdasarkan data statistik sistem pembayaran Bank Indonesia yang diperoleh melalui website Bank Indonesia (www.bi.go.id), penarikan bilyet giro kosong pada bulan Februari 2009 mencapai 37.432 transaksi. Adapun nilai transaksinya Rp 998,74 miliar. Perinciannya, volume transaksi penarikan cek kosong sebesar 8.674 transaksi dengan nominal Rp 314,52


(5)

3

miliar. Sementara nominal transaksi giro kosong mencapai Rp 684,22 miliar dengan volume transaksi mencapai 28.758 kali. Kasus cek dan bilyet giro kosong ini paling banyak terjadi di Jakarta. Jumlah volume transaksi cek kosong di daerah ini sebanyak 1.801 buah dengan nilai sebesar Rp 93,44 miliar, sedangkan volume transaksi bilyet giro mencapai 9.149 buah, dengan nominal hingga Rp 263,12 miliar. (www.bi.go.id)

Pada kasus bilyet giro kosong tentunya pihak yang sangat dirugikan adalah pihak penerima (pemegang) bilyet giro. Oleh karena itu, perlu adanya suatu perlindungan hukum agar pihak penerima bilyet giro mendapatkan jaminan kepastian hukum dalam kasus bilyet giro kosong. Perlindungan hukum secara signifikan sangat diperlukan untuk mendapatkan kepastian hukum, artinya dirasakan adanya perlindungan hukum jika ada kepastian tentang norma hukumnya ditempatkan. Perlindungan hukum dapat diartikan sebagai suatu cara, proses perbuatan melindungi berdasarkan hukum, atau dapat pula diartikan sebagai suatu perlindungan yang diberikan melalui sarana hukum tersebut.

Agar mengantisipasi terjadinya peningkatan terhadap kasus bilyet giro dan cek kosong, maka Bank Indonesia mengeluarkan daftar hitam nasional yang berisi nama-nama nasabah yang mengeluarkan bilyet giro dan cek kosong. Ketentuan tentang daftar hitam nasional itu tertuang di dalam Peraturan No.8/29/PBI/2006 Tentang Daftar Hitam Nasional Penerbit Cek/Giro Bilyet Kosong tertanggal 20 Desember 2006 yang telah dikeluarkan dan diberlakukan secara resmi oleh Bank Indonesia


(6)

4

pada 1 Agustus 2008.

Berdasarkan uraian permasalahan dan merujuk pada ketentuan tentang bilyet giro yaitu SKBI No.28/KEP/DIR/1995 Tentang Bilyet Giro dan ketentuan khusus mengenai daftar hitam nasional yaitu Peraturan No.8/29/PBI/2006 Tentang Daftar Hitam Nasional Penerbit Cek/Giro Bilyet Kosong tertanggal 20 Desember 2006, maka akan dilakukan penelitian mengenai bentuk perlindungan hukum terhadap penerima bilyet giro kosong. Hasil penelitian akan dituangkan dalam bentuk skripsi dengan judul “ Perlindungan Hukum Terhadap Penerima Bilyet Giro Kosong Berdasarkan SKBI No.28/KEP/DIR/1995 Tentang Bilyet Giro dan Peraturan No.8/29/PBI/2006 Tentang Daftar Hitam Nasional Penerbit Cek/Giro Bilyet Kosong ”

B. Permasalahan dan Ruang Lingkup

1. Permasalahan

Berdasarkan uraian yang tercantum dalam latar belakang, maka permasalahan yang akan dibahas dalam skripsi ini adalah bagaimanakah perlindungan hukum terhadap penerima bilyet giro kosong berdasarkan SKBI No.28/KEP/DIR/1995 Tentang Bilyet Giro dan berdasarkan Peraturan No.8/29/PBI/2006 Tentang Daftar Hitam Nasional Penerbit Cek/Giro Bilyet Kosong ?


(7)

5

2. Ruang Lingkup

a. Bidang Ilmu

Ruang lingkup bidang ilmu dalam penelitian ini adalah bidang hukum ekonomi, khususnya dalam bidang hukum surat berharga.

b. Bidang Kajian

Ruang lingkup kajian yang diteliti adalah mengenai perlindungan hukum terhadap penerima bilyet giro kosong menurut ketentuan bilyet giro yang diatur dalam SKBI No.28/KEP/DIR/1995 Tentang Bilyet Giro, dan perlindungan hukum terhadap penerima bilyet giro kosong menurut ketentuan secara khusus mengenai bilyet giro kosong yang diatur dalam Peraturan No.8/29/PBI/2006 Tentang Daftar Hitam Nasional Penerbit Cek/Giro Bilyet Kosong tertanggal 20 Desember 2006.

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan ruang lingkup dan permasalahan, maka pelaksanaan penelitian ini bertujuan untuk memahami secara jelas dan rinci mengenai bentuk-bentuk perlindungan hukum terhadap pihak penerima bilyet giro kosong berdasarkan SKBI No.28/KEP/DIR/1995 Tentang Bilyet Giro dan berdasarkan Peraturan No.8/29/


(8)

6

PBI/2006 Tentang Daftar Hitam Nasional Penerbit Cek/Giro Bilyet Kosong tertanggal 20 Desember 2006.

2. Kegunaan Penelitian

a. Kegunaan Teoritis

Secara teoritis, penelitian ini berguna sebagai upaya pengembangan dalam pemahaman bidang ilmu pengetahuan hukum ekonomi secara umum dan secara khusus mengenai hukum tentang surat berharga.

b. Kegunaan Praktis

1) Untuk menambah wawasan mengenai hukum surat berharga dan bentuk perlindungannya.

2) Untuk refrensi bacaan bagi rekan-rekan mahasiswa Fakultas Hukum.

3) Untuk memenuhi syarat dalam menyelesaikan studi di Fakultas Hukum Universitas Lampung dalam meraih gelar Sarjana Hukum.


(9)

52

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Ketentuan hukum yang digunakan untuk mengkaji mengenai bentuk perlindungan hukum yang diberikan kepada penerima bilyet giro kosong dalam penelitian ini adalah SKBI No. 28/KEP/DIR/1995 Tentang Bilyet Giro tertanggal 4 Juli 1995, dan Peraturan No.8/29/PBI/2006 Tentang Daftar Hitam Nasional Penerbit Cek/Giro Bilyet Kosong tertanggal 20 Desember 2006.

Bentuk-bentuk perlindungan hukum terhadap penerima bilyet giro kosong adalah sebagai berikut:

a. Berdasarkan SKBI No.28/KEP/DIR/1995 Tentang Bilyet Giro, maka dapat disimpulkan bahwa peraturan ini belum lengkap dalam memberikan suatu perlindungan hukum dan belum memberikan suatu kepastian hukum kepada penerima bilyet giro kosong. Hal itu dikarenakan di dalam SKBI No.28/KEP/ DIR/1995 Tentang Bilyet Giro hanya mengatur perlindungan hukum berupa kewajiban untuk menyediakan dana oleh pihak penerbit, kewajiban membuat catatan keuangan oleh pihak penerbit, pihak penerbit tidak dapat membatalkan


(10)

53

bilyet giro selama tenggang waktu penawaran, dan pemberian sanksi terhadap penerbit.

SKBI No.28/KEP/DIR/1995 Tentang Bilyet Giro dipandang belum memberikan kepastian hukum kepada pihak penerima dikarenakan belum adanya isi pasal dalam peraturan ini yang membahas mengenai bentuk perlindungan hukum yang ditujukan secara langsung kepada penerima bilyet giro, yaitu khususnya mengenai perihal ganti kerugian yang diberikan kepada pihak penerima bilyet giro kosong yang dirugikan. Oleh karena itu dalam hal ganti kerugian pihak penerima dapat menempuh jalan damai atau menggunakaan Pasal 1365 KUHPdt sebagai dasar tuntutan untuk mengajukan gugatan perdata.

b. Berdasarkan Peraturan No.8/29/PBI/2006 Tentang Daftar Hitam Nasional Penerbit Cek/Giro Bilyet Kosong tertanggal 20 Desember 2006, maka dapat disimpulkan bahwa bentuk perlindungan hukum yang diberikan oleh peraturan itu adalah kewajiban untuk menyediakan dana oleh rekening penerbit, serta runtutan pemberian sanksi administratif yang diberikan mulai dari pencantuman dalam DHIB dan DHN, pembekuan hak penggunaan bilyet giro, dan penutupan rekening bagi pihak penerbit tersebut hanya sebatas sanksi yang bersifat administratif saja.

Sanksi-sanksi administratif itu dirasakan kurang memberikan perlindungan hukum dan kepastian hukum bagi penerima bilyet giro kosong, hal itu


(11)

54

dikarenakan penerbit bilyet giro kosong dapat melakukan upaya rehabilitasi atau pemulihan kembali, sehingga tidak menutup kemungkinan pihak penerbit dapat mengulangi kembali perbuatannya.

B. Saran

1) Perlu kiranya penetapan sanksi oleh Bank Indonesia terhadap penerbit bilyet giro kosong tidak hanya bersifat administratif saja melainkan dapat pula dengan menjatuhkan sanksi lainnya yang lebih berat atau bersifat pemidanaan atau ganti rugi secara langsung kepada penerima bilyet giro kosong yang dirugikan agar dapat memberikan kepastian hukum bagi penerima bilyet giro kosong dan memberikan efek jera bagi penerbit bilyet giro kosong.

2) Bank Indonesia sebaiknya dapat mempertimbangkan serta memberikan batasan-batasan lebih ketat mengenai upaya rehabilitasi yang diberikan terhadap penerbit bilyet giro kosong, agar penerbit bilyet giro kosong tidak mudah mendapatkan rehabilitasi dan kemudian dapat kembali mengulangi perbuatannya.


(1)

pada 1 Agustus 2008.

Berdasarkan uraian permasalahan dan merujuk pada ketentuan tentang bilyet giro yaitu SKBI No.28/KEP/DIR/1995 Tentang Bilyet Giro dan ketentuan khusus mengenai daftar hitam nasional yaitu Peraturan No.8/29/PBI/2006 Tentang Daftar Hitam Nasional Penerbit Cek/Giro Bilyet Kosong tertanggal 20 Desember 2006, maka akan dilakukan penelitian mengenai bentuk perlindungan hukum terhadap penerima bilyet giro kosong. Hasil penelitian akan dituangkan dalam bentuk skripsi dengan judul “ Perlindungan Hukum Terhadap Penerima Bilyet Giro Kosong Berdasarkan SKBI No.28/KEP/DIR/1995 Tentang Bilyet Giro dan Peraturan No.8/29/PBI/2006 Tentang Daftar Hitam Nasional Penerbit Cek/Giro Bilyet

Kosong ”

B. Permasalahan dan Ruang Lingkup

1. Permasalahan

Berdasarkan uraian yang tercantum dalam latar belakang, maka permasalahan yang akan dibahas dalam skripsi ini adalah bagaimanakah perlindungan hukum terhadap penerima bilyet giro kosong berdasarkan SKBI No.28/KEP/DIR/1995 Tentang Bilyet Giro dan berdasarkan Peraturan No.8/29/PBI/2006 Tentang Daftar Hitam Nasional Penerbit Cek/Giro Bilyet Kosong ?


(2)

2. Ruang Lingkup

a. Bidang Ilmu

Ruang lingkup bidang ilmu dalam penelitian ini adalah bidang hukum ekonomi, khususnya dalam bidang hukum surat berharga.

b. Bidang Kajian

Ruang lingkup kajian yang diteliti adalah mengenai perlindungan hukum terhadap penerima bilyet giro kosong menurut ketentuan bilyet giro yang diatur dalam SKBI No.28/KEP/DIR/1995 Tentang Bilyet Giro, dan perlindungan hukum terhadap penerima bilyet giro kosong menurut ketentuan secara khusus mengenai bilyet giro kosong yang diatur dalam Peraturan No.8/29/PBI/2006 Tentang Daftar Hitam Nasional Penerbit Cek/Giro Bilyet Kosong tertanggal 20 Desember 2006.

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan ruang lingkup dan permasalahan, maka pelaksanaan penelitian ini bertujuan untuk memahami secara jelas dan rinci mengenai bentuk-bentuk perlindungan hukum terhadap pihak penerima bilyet giro kosong berdasarkan SKBI No.28/KEP/DIR/1995 Tentang Bilyet Giro dan berdasarkan Peraturan No.8/29/


(3)

PBI/2006 Tentang Daftar Hitam Nasional Penerbit Cek/Giro Bilyet Kosong tertanggal 20 Desember 2006.

2. Kegunaan Penelitian

a. Kegunaan Teoritis

Secara teoritis, penelitian ini berguna sebagai upaya pengembangan dalam pemahaman bidang ilmu pengetahuan hukum ekonomi secara umum dan secara khusus mengenai hukum tentang surat berharga.

b. Kegunaan Praktis

1) Untuk menambah wawasan mengenai hukum surat berharga dan bentuk perlindungannya.

2) Untuk refrensi bacaan bagi rekan-rekan mahasiswa Fakultas Hukum.

3) Untuk memenuhi syarat dalam menyelesaikan studi di Fakultas Hukum Universitas Lampung dalam meraih gelar Sarjana Hukum.


(4)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Ketentuan hukum yang digunakan untuk mengkaji mengenai bentuk perlindungan hukum yang diberikan kepada penerima bilyet giro kosong dalam penelitian ini adalah SKBI No. 28/KEP/DIR/1995 Tentang Bilyet Giro tertanggal 4 Juli 1995, dan Peraturan No.8/29/PBI/2006 Tentang Daftar Hitam Nasional Penerbit Cek/Giro Bilyet Kosong tertanggal 20 Desember 2006.

Bentuk-bentuk perlindungan hukum terhadap penerima bilyet giro kosong adalah sebagai berikut:

a. Berdasarkan SKBI No.28/KEP/DIR/1995 Tentang Bilyet Giro, maka dapat disimpulkan bahwa peraturan ini belum lengkap dalam memberikan suatu perlindungan hukum dan belum memberikan suatu kepastian hukum kepada penerima bilyet giro kosong. Hal itu dikarenakan di dalam SKBI No.28/KEP/ DIR/1995 Tentang Bilyet Giro hanya mengatur perlindungan hukum berupa kewajiban untuk menyediakan dana oleh pihak penerbit, kewajiban membuat catatan keuangan oleh pihak penerbit, pihak penerbit tidak dapat membatalkan


(5)

bilyet giro selama tenggang waktu penawaran, dan pemberian sanksi terhadap penerbit.

SKBI No.28/KEP/DIR/1995 Tentang Bilyet Giro dipandang belum memberikan kepastian hukum kepada pihak penerima dikarenakan belum adanya isi pasal dalam peraturan ini yang membahas mengenai bentuk perlindungan hukum yang ditujukan secara langsung kepada penerima bilyet giro, yaitu khususnya mengenai perihal ganti kerugian yang diberikan kepada pihak penerima bilyet giro kosong yang dirugikan. Oleh karena itu dalam hal ganti kerugian pihak penerima dapat menempuh jalan damai atau menggunakaan Pasal 1365 KUHPdt sebagai dasar tuntutan untuk mengajukan gugatan perdata.

b. Berdasarkan Peraturan No.8/29/PBI/2006 Tentang Daftar Hitam Nasional Penerbit Cek/Giro Bilyet Kosong tertanggal 20 Desember 2006, maka dapat disimpulkan bahwa bentuk perlindungan hukum yang diberikan oleh peraturan itu adalah kewajiban untuk menyediakan dana oleh rekening penerbit, serta runtutan pemberian sanksi administratif yang diberikan mulai dari pencantuman dalam DHIB dan DHN, pembekuan hak penggunaan bilyet giro, dan penutupan rekening bagi pihak penerbit tersebut hanya sebatas sanksi yang bersifat administratif saja.

Sanksi-sanksi administratif itu dirasakan kurang memberikan perlindungan hukum dan kepastian hukum bagi penerima bilyet giro kosong, hal itu


(6)

dikarenakan penerbit bilyet giro kosong dapat melakukan upaya rehabilitasi atau pemulihan kembali, sehingga tidak menutup kemungkinan pihak penerbit dapat mengulangi kembali perbuatannya.

B. Saran

1) Perlu kiranya penetapan sanksi oleh Bank Indonesia terhadap penerbit bilyet giro kosong tidak hanya bersifat administratif saja melainkan dapat pula dengan menjatuhkan sanksi lainnya yang lebih berat atau bersifat pemidanaan atau ganti rugi secara langsung kepada penerima bilyet giro kosong yang dirugikan agar dapat memberikan kepastian hukum bagi penerima bilyet giro kosong dan memberikan efek jera bagi penerbit bilyet giro kosong.

2) Bank Indonesia sebaiknya dapat mempertimbangkan serta memberikan batasan-batasan lebih ketat mengenai upaya rehabilitasi yang diberikan terhadap penerbit bilyet giro kosong, agar penerbit bilyet giro kosong tidak mudah mendapatkan rehabilitasi dan kemudian dapat kembali mengulangi perbuatannya.


Dokumen yang terkait

AKIBAT HUKUM PENERBITAN BILYET GIRO DALAM LALU LINTAS PEMBAYARAN PADA BANK INDONESIA CABANG JEMBER

0 5 91

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PENERIMA BILYET GIRO KOSONG BERDASARKAN SKBI NO. 28/KEP/DIR/1995 TENTANG BILYET GIRO DAN PERATURAN NO. 8/29/PBI/2006 TENTANG DAFTAR HITAM NASIONAL PENERBIT CEK/GIRO BILYET KOSONG

0 6 13

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PENERIMA BILYET GIRO KOSONG BERDASARKAN SKBI NO. 28/KEP/DIR/1995 TENTANG BILYET GIRO DAN PERATURAN NO. 8/29/PBI/2006 TENTANG DAFTAR HITAM NASIONAL PENERBIT CEK/GIRO BILYET KOSONG

1 18 11

ANALISIS YURIDIS PENOLAKAN BILYET GIRO BERDASARKAN SKBI NO.28/32/KEP/DIR TAHUN 1995 TENTANG BILYET GIRO DAN SEBI NO.28/32/UPG TAHUN 1995 TENTANG BILYET GIRO

0 6 21

WARALABA BERDASARKAN PERATURAN PEMERINTAH NO. 42 TAHUN 2007 TENTANG WARALABA (STUDI PADA LEMBAGA PRIMAGAMA KOTA METRO PROVINSI LAMPUNG)

0 6 45

ANALISIS HUKUM PUTUSAN KPPU NO. 21/KPPU-L/20087DAN PUTUSAN KPPU NO. 05/KPPU-L/2008 TENTANG PERSEKONGKOLAN TENDER SEBAGAI BENTUK PELANGGARAN DALAM HUKUM PERSAINGAN USAHA

0 3 2

PERLINDUNGAN HUKUMTERHADAP PENERIMA BILYET GIRO

9 91 61

KEDUDUKAN HUKUM PASIEN EUTHANASIA DITINJAU DALAM PERSPEKTIF UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN

0 2 12

PENGELOLAAN PENDIDIKAN MADRASAH ALIYAH: TELAAH TERHADAP PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NO. 19 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENGELOLAAN PENDIDIKAN

0 0 17

ANALISIS YURIDIS UNDANG-UNDANG NO. 16 TAHUN 2011 TENTANG BANTUAN HUKUM DAN UNDANG-UNDANG NO. 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK DALAM PEMBERIAN BANTUAN HUKUM TERHADAP ANAK SEBAGAI PELAKU TINDAK PIDANA

0 0 10