FEASIBILITY ANALYSIS OF BUSINESS DEVELOPMENT MANGOSTEEN FARM IN PEKON MENGGALA SUB IN EAST DISTRICT KOTAAGUNG TANGGAMUS

(1)

ABSTRACT

FEASIBILITY ANALYSIS OF BUSINESS DEVELOPMENT MANGOSTEEN FARM IN PEKON MENGGALA SUB IN EAST DISTRICT KOTAAGUNG TANGGAMUS

By:

DjokoPrabowo1, Wan Abbas Zakaria2, dan Adia Nugraha2

The research was aimed: (1) To analyze the financial feasibility of mangosteen business farm in Pekon Menggala Sub In East District Kotaagung Tanggamus, (2) To analyze the sensitivity effect of the changes in fertilizer prices, price and production of mangosteen business farm feasibility in Pekon Menggala Sub In East District Kotaagung Tanggamus, (3) Mangosteen business farm in Pekon Menggala Sub In East District Kotaagung Tanggamus.

The study shows that mangosteen cultivation system has been implemented by the farmers properly. Data used consist of primary and secondary data. Primary data were collected by questionnaire and direct interviews to mangosteen farmers. Secondary data were obtained from various literatures, printed media and some agencies such as the Central Bureau Statistic and the Department of Agriculture. The data acquisition was conducted in March until September 2009. Analysis of feasibility was conducted by calculating the Net B / C Ratio, Gross B / C Ratio, NPV, IRR, payback period, and sensitivity, as well as breakeven analysis to determine the position of the break event point of mangosteen business farm. The results showed that: (1) the mangosteen business farm in in Pekon Menggala Sub In East District Kotaagung Tanggamus was financially profitable and feasibly developed at the current interest rate (i.e. 14%), (2) The business of mangosteen was found as a stable business unit even at an increase of fertilizer prices up to 9.17%, or a decline in selling prices and production by 18,18% and 15%

respectively, (3) The business farm of mangosteen would be very prospectively developed and expanded in Pekon Menggala Sub In East District Kotaagung Tanggamus, considering the aspect of market, technical, organizational and management, social and environmental, as well as financial aspects.

Keywords: Financial Feasibility, mangosteen, Prospect Development,

1

Magister of Economic Department/Agribusiness, the University of Lampung

2


(2)

ABSTRAK

ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHATANI MANGGIS DI PEKON MENGGALA KECAMATAN KOTAAGUNG TIMUR

KABUPATEN TANGGAMUS

Oleh

DjokoPrabowo1, Wan Abbas Zakaria2, dan Adia Nugraha2

Penelitian ini bertujuan untuk: (1). Mengetahui tingkat kelayakan finansial usahatani manggis di Pekon Menggala, Kecamatan Kotaagung Timur, Kabupaten Tanggamus, (2) Menganalisis sensitivitas pengaruh perubahan harga pupuk, harga jual, dan produksi manggis di Pekon Menggala, Kecamatan Kotaagung Timur, Kabupaten Tanggamus, (3). Menyusun strategi pengembangan usahatani manggis di Pekon Menggala, Kecamatan Kotaagung Timur, Kabupaten Tanggamus. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja dengan menggunakan metode studi kasus pada sebuah usahatani manggis yang terletak di Pekon Menggala Kecamatan Kotaagung Timur Kabupaten Tanggamus. Data yang digunakan meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari kuisioner dan wawancara langsung kepada petani manggis. Data sekunder diperoleh dari berbagai literatur, media cetak dan beberapa instansi yang terkait dengan

penelitian ini. Pengambilan data dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan September 2009. Analisis yang dilakukan meliputi kelayakan usaha dari

perhitungan Net B/C Ratio, Gross B/C Ratio, NPV, IRR, Payback Period, dan analisis titik impas untuk mengetahui posisi break event point usahatani manggis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) Usahatani manggis di Pekon Menggala, Kecamatan Kotaagung Timur, Kabupaten Tanggamus secara finansial

menguntungkan dan layak dikembangkan pada tingkat suku bunga yang berlaku, yaitu 14%, (2) Usahatani manggis ini merupakan unit usaha yang stabil meski terjadi kenaikan harga pupuk sampai dengan 9,17%, penurunan harga jual 18,18% dan penurunan produksi sampai 15%, (2) Usahatani manggis sangat prospektif untuk dikembangkan dan diperluas di Pekon Menggala, Kecamatan Kotaagung Timur, Kabupaten Tanggamus ditinjau dari aspek pasar, teknis, organisasi dan manajemen, sosial dan lingkungan, serta aspek finansial.

Kata kunci : Kelayakan finansial, manggis, prospek pengembangan Keterangan :

1

(Magister Program Studi Ekonomi Pertanian/Agribisnis)

2


(3)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan Pertanian tanaman pangan dan hortikultura merupakan bagian penting dari pembangunan nasional dengan tujuan untuk meningkatkan

pendapatan bagi keluarga petani., menciptakan lapangan kerja dan kesempatan berusaha di pedesaan (Abdurrahman et al, 1999). Hampir sebagian besar penduduk Indonesia masih mengantungkan hidupnya pada sektor pertanian dalam arti sebagai sumber pendapatan (Sumaryanto, 2002).

Disamping itu sektor pertanian juga memberi imbas dalam peningkatan Produk Domestik Bruto (PDB) terbesar dibandingkan dengan sektor-sektor non migas yang lain yaitu sebesar 7,3% yang berarti sektor pertanian mampu memberikan sumbangsih terhadap pendapatan nasional(BPS, 2009). Berbasis agroindustri ini merupakan strategi yang dapat membantu optimalisasi potensi yang ada di wilayah sasaran,terutama wilayah-wilayah yang masih

mengandalkan sumberdaya alam atau pertanian untuk mendorong pertumbuhan ekonomi (Hidayat, 2005).


(4)

Pembangunan pertanian pada hakikatnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan petani, menciptakan lapangan pekerjaan di sektor pertanian, dan meningkatkan hasil produksi pertanian, sehingga dapat mengurangi impor hasil pertanian yang selama ini dilakukan, selain itu juga dapat mendukung pembangunan industri yang sedang berjalan. Sektor pertanian merupakan sektor yang paling berperan dalam mengembangkan pembangunan Indonesia yaitu sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lain.

Salah satu komoditas yang dapat dikembangkan dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan pangan dan gizi masyarakat adalah komoditas

hortikultura. Komoditas hortikultura merupakan komoditas potensial untuk dikembangkan dalam sektor pertanian di Provinsi Lampung. Selain itu komoditas hortikultura diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan para petani karena mampu memberikan nilai tambah bagi kemajuan sektor pertanian di Indonesia, dan juga mampu menunjang ketersediaan bahan pangan dalam negeri dan memperbaiki kualitas gizi masyarakat. Salah satu komoditas hortikultura yang potensial dikembangkan dan memiliki nilai ekonomi tinggi adalah buah-buahan.

Salah satu komoditas buah yang eksotik adalah buah manggis. Manggis mempunyai nilai ekonomi yang tinggi, karena merupakan primadona ekspor yang sangat potensial untuk dikembangkan. Manggis dijuluki Ratu Buah

Tropik, karena memiliki cita rasa yang eksotik dan keindahan kulit buah dan

daging buah yang berwarna merah keputihan dan bersih, yang tidak dimiliki oleh buah-buahan eksotik lainnya (Dirjen Hortikultura DEPTAN, 2007).


(5)

Sebagian besar produksi manggis Indonesia dipasarkan untuk tujuan ekspor. Sebenarnya permintaan akan manggis dari luar negeri cukup besar, terutama China, Taiwan, Hongkong, Malaysia, Singapura,China, Eropa,Amerika Serikat dan Amerika Latin. Berikut ini adalah perkembangan volume dan ekspor manggis dan negara tujuan dalam Tabel 1.

Tabel 1 PerkembanganVolume dan ekspor Manggis 2001-2008 No. Tahun Produksi

(ton)

Ekspor (ton)

Dollar

1. 2001 60412 4868 $3.953.234

2. 2002 62055 6512 $6.956.915

3. 2003 62100 9305 $9.306.042

4. 2004 62117 3045 $3.291.855

5. 2005 62711 8472 $6.386.091

6. 2006 63305 13899 $9.480.327

7. 2007 63889 19326 $12.574.563

8. 2008 64483 24753 $15.668.799

Sumber:Data BPS,2008

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Tanggamus, produksi dan produktivitas Manggis dari tahun 2001 – 2008 mengalami peningkatan dari luas tanaman belum

menghasilkan (TBM) maupun dari luas tanaman menghasilkan (TM) dapat dilihat di Daftar Tabel Lampiran.


(6)

Tabel 2 Ekspor Manggis Indonesia Menurut Negara Tujuan

No. Negara

Tahun 2003 Tahun 2004 Tahun 2005

Vol

(ton) US$

Vol

(ton) US$

Vol

(ton) US$

1 Taiwan 1.127,74 844,87 - - 44,4 26,28

2 Hongkong 7.143,50 7654,5 2314,4 2631,96 4241,78 3581,7

3 Malaysia 420,88 169,33 241,442 98,022 18,86 5,088

4 Singapura 138,53 1127,5 17,148 10,51 77,7 55,5

5 UEA 260,79 254,2 187,22 171,87 360,4 289,12

6 Saudi

Arabia

50,32 53,17 60,235 44,49 100,72 81,76

7 Belanda 35,32 39,077 9,643 10,34 28,97 58,82

8 China 53,79 27,2 362,82 296,3 3462,57 2185,64

9 Jerman - - - - -

10 Perancis 4,82 5,98 14,524 13,76 26,7 17,29

11 Italia 0,504 0,5 - - - -

12 Argentina 1,008 1,008 - - - -

13 Kep.

Faroe

1,378 2,067 - - - -

14 Qatar 0,224 0,112 2,561 1,34 7,46 4,872

15 Samoa 1,07 1,07 - - -

16 Amerika

Serikat

36,7 130,73 7,84 6,86 - -

17 Mexico 8 2,8 - - - -

18 India 19,6 6,86 - - - --

19 Inggris `

0,36

0,72 0,26 0,26 - -

20 Lainnya - - 7,3 6,16 103,29 80

Jumlah 9304,511 9306,042 3045,37 3291,86 8472,,77 6386,09

Sumber data : BPS,2007

B. Identifikasi Masalah

Manggis setidaknya menjadi alternative komoditas unggulan usahatani di masa mendatang. Namun kenyataannya hanya sedikit petani yang mau menanam manggis secara Standar Operasional Prosedure (SOP). Produsen manggis yang mau membeli mangis sangat sedikit, hal ini menjadi penyebab utama kurangnya minat petani untuk menanam manggis secara SOP karena petani tidak tahu manfaat menanam manggis secara SOP, sebagian petani


(7)

masih menganggap tidak memiliki keuntungan apabila menanam manggis secara SOP.

Selain petani, pengusaha usahatani manggis juga menghadapi masalah. Masalah yang dihadapi para pengusaha manggis adalah para pemasok manggis masih mengandalkan peningkatan produksi, belum mengutamakan kualitas produk. Hal tersebut merupakan salah satu penyebab harga manggis di pasaran tidak pernah stabil.

Pemeliharaan dan penanganan panen dan pasca panen tanaman manggis yang masih menggunakan cara tradisonal juga menjadi kendala pengusaha

usahatani manggis, karena dengan mengandalkan alam dan alat panen dan pasca panen yang masih manual, dapat menyebabkan manggis mengalami penurunan kualitas. Sementara pasar membutuhkan dan hanya mengakui buah manggis yang masuk Great Super dengan harga lebih tinggi dan kualitas baik.

Kendala dan resiko yang dihadapi dalam memproduksi manggis cukup banyak, namun prospek dan potensi manggis di Provinsi Lampung khususnya dan Indonesia umumnya cukup cerah di pasaran dunia. Hal ini dikarenakan manggis salah satu jenis buah yang kulitnya mengandung Xanthone yang mempunyai sifat antioksidan yang bisa menyembuhkan beberapa penyakit yaitu: kanker payudara, wasir, kanker paru-paru, leukemia dan 30 jenis penyakit lainnya.


(8)

Perkembangan produksi manggis secara nasional mengalami peningkatan, dari 62.055 ton pada tahun 2002, menjadi 62.117 ton pada tahun 2004 dan

meningkat lagi menjadi 62.711 ton pada tahun 2005. Peningkatan produksi manggis ternyata tidak diikuti dengan peningkatan ekspor (buah bermutu), dari 6.512 ton pada tahun 2002 menurun menjadi 3.045 ton pada tahun 2004 dan meningkat menjadi 8.163 ton pada tahun 2005 (Ditjen Hortikultura, DEPTAN Tahun 2007).

Pemasaran ekspor manggis melalui perantara pengusaha atau eksportir nasional yang jumlahnya puluhan. Manggis yang di ekspor sebagian besar berasal dari kebun rakyat yang ditanam nenek moyang petani pada lahan-lahan pekarangan tegalan dan merupakan tanaman hutan seperti yang terdapat di Kabupaten Tapanuli Selatan, Lima Puluh Koto, Lahat, Bogor, Tasikmalaya, Purwakarta, Trenggalek, Purworejo dan termasuk salah satunya adalah

Kabupaten Tanggamus di Provinsi Lampung.

Dari total luas panen dan produksi tanaman buah-buahan di Kabupaten Tanggamus tahun 2006 sebesar 187.738 ton/tahun diperoleh data, luas produksi buah-buahan tertinggi adalah Salak seluas 46,93%, kemudian, Manggis 14,11%, Durian 11,56%, Pisang 9,51% dan nangka 9,26%, diikuti Mangga, duku dan buah-buahan yang lain( Dinas Pertanian TPH Kabupaten Tanggamus,2007 ).

Tanggamus merupakan satu-satunya kabupaten pemasok buah manggis terbesar di Provinsi Lampung. Angka tetap Direktorat Jendral Hortikultura


(9)

Tahun 2001-2005, menunjukkan bahwa Kabupaten Tanggamus merupakan daerah penghasil Manggis terbesar dan pusat Pengembangan Tanaman Manggis terluas di Provinsi Lampung(Ditjen Hortikultura, DEPTAN Tahun 2007).

Tabel 3. Luas Panen dan Produksi Tanaman Buah-buahan Di Kabupaten Tanggamus Tahun 2007

No. Jenis Buah Luas panen

(Ha)

Produksi (Ton)

1. Alpukat 218 1463

2. Mangga 337 6512

3. Rambutan 1462 1183

4. Duku 395 3563

5. Jeruk 55 365

6. Durian 1527 21696

7. Jambu Biji 149 154

8. Jambu Bol 129 55

9. Sawo 39 17

10. Pepaya 635 2620

11. Pisang 5355 17862

12. Nenas 30 21

13. Salak 357 88114

14. Belimbing 103 30

15. Manggis 1593 26502

16. Nangka 257 17401

17. Sirsak 67 20

18. Sukun 121 160

Jumlah 12829 187738

Sumber: Data BPS Kabupaten Tanggamus, 2008

Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat bahwa manggis merupakan potensi dalam pengembangan sentra produksi dan memperluas pemasaran ekspor ke luar negeri karena dilihat dari jumlah produksi manggis masih sedikit tetapi jumlah ekspornya cukup besar. Untuk itu, perlu terus dilakukan pembenahan dalam teknologi budidaya dan penanganan panen dan pasca panen dalam rangka memenuhi kuantitas, kualitas dan kontinuitasnya(Ditjen Hortikultura, DEPTAN Tahun 2007).


(10)

Kabupaten Tanggamus merupakan salah satu daerah sentra produksi

hortikultura buah-buahan di Provinsi Lampung. Sebagian besar masyarakat pedesaan di Kabupaten Tanggamus menggantungkan nafkahnya di sektor pertanian. Sebagai daerah persawahan dan perkebunan, lahan merupakan salah satu asset penting dalam usaha tani di sektor pertanian.

Menurut Badan Pusat Statistik (2007), di Kabupaten Tanggamus terdapat luas panen tanaman buah-buahan 11.829 ha/tahun dengan produksi 187.738 ton/ha, dengan salah satunya pemasok terbesar adalah komoditas Manggis (Garcinnia

mangostana Linn). Total produksi buah-buahan di Kabupaten Tanggamus

sebesar 187.738 ton ha/tahun komoditas pemasok terbesar adalah salak 46,93%, manggis 14,11 %, durian 11,56% , pisang 9,51 % dan berturut-turut adalah nangka 9,26%, mangga 3,4% duku 1, 89% serta papaya 1,39%.

Produksi manggis Kabupaten Tanggamus pada tahun 2007 mengalami penurunan, akibat turunnya produktivitas tanaman manggis. Walaupun kabupaten Tanggamus merupakan sentra produksi manggis di provinsi Lampung, namun produktivitasnya masih rendah dibandingkan dengan

produksi potensial yang seharusnya 670 ton/ha (Dirjen Hortikultura DEPTAN, 2007). Hal ini menunjukkan usaha tani manggis di Kabupaten Tanggamus masih belum efisien.

Produktivitas manggis yang rendah di Kabupaten Tanggamus disebabkan oleh produksi yang belum maksimal. Rendahnya produkstivitas manggis ini


(11)

disebabkan oleh teknik budidaya yang belum diterapkan dengan baik , misalnya saja penggunaan faktor-faktor produksi seperti pupuk yang belum dialokasikan secara tepat (baik jumlah,jenis waktu,dosis maupun sasaran). Apabila faktor-faktor produksi sudah optimum tentunya peningkatan hasil produksi dapat dicapai oleh petani (Syaifudin, 2005).

Resiko dalam produksi pertanian diakibatkan oleh adanya ketergantungan aktivitas pertanian pada alam, dimana pengaruh buruk alam telah banyak mempengaruhi hasil pertanian (Soekartawi,dkk.1985). Petani manggis tanggamus terkadang buahnya tidak bisa terkirim keluar (ekspor maupun lokal), karena tanaman tidak bisa berbuah tepat waktu, karena keadaan cuaca pada saat pembungaan, apabila cuaca panas atau tidak turun hujan, maka proses pembungaan akan berlangsung dengan baik, sehingga tanaman bisa berbuah tepat waktu. Dengan demikian apabila iklim dan keadaan cuaca yang sesuai dengan musim tepat waktu (Oktober-Maret/April-September), maka hasil produksi yang maksimal akan tercapai.

Usahatani manggis menghadapi resiko yang cukup besar, selain karena faktor cuaca, faktor harga juga menjadi resiko yang sangat mempengaruhi

pendapatan yang pada akhirnya akan mempengaruhi keuntungan yang diterima petani. Harga manggis di tingkat petani di Kabupaten Tanggamus pada tahun 2001-2008 bisa dilihat pada Tabel 4.


(12)

Tabel 4. Perkembangan harga manggis di tingkat petani di KabupatenTanggamus 2001 – 2008

No. Tahun Harga manggis

(Rp/Kg)

1. 2001 4500

2. 2002 4500

3. 2003 4500

4. 2004 4500

5. 2005 4500

6. 2006 5000

7. 2007 5500

8. 2008 4500

9. 2009 5000

Sumber: Petani Manggis Pekon Mulang Maya,2009

Berdasarkan Tabel 4. dapat diketahui bahwa harga manggis di tingkat petani pada tahun 2007 mengalami peningkatan, sedangkan pada tahun yang lainnya tidak menunjukkan peningkatan yang berarti. Bila dibandingkan dengan harga di tingkat konsumen yaitu antara Rp.6000- Rp. 8000/kg, dapat diketahui bahwa harga yang diterima petani termasuk rendah. Rendahnya harga

manggis di tingkat petani disebabkan oleh karakteristik buah yang mudah rusak, memaksa petani untuk tetap menjual hasil produksinya walaupun dengan harga yang rendah. Jika harga manggis tinggi, maka keuntungan yang didapatkan petani akan besar, dan sebaliknya jika harga manggis rendah, maka keuntungan yang diperoleh petani kecil.

Naik turunnya keuntungan yang diterima petani akan mempengaruhi sikap petani dalam berusaha tani manggis. Jika keuntungan yang diterima petani besar, maka petani akan berusaha meningkatkan penggunaan faktor-faktor produksi, dan mereka akan mengolah usahataninya seefisien mungkin, dengan harapan produksinya akan meningkat. Jika keuntungan yang diterima petani


(13)

kecil, maka hal ini akan mempengaruhi modal yang dimiliki petanipun turun. Hal ini berakibat pada pengurangan faktor-faktor produksi yang digunakan petani. Uraian tersebut menunjukkan bahwa perilaku petani dalam

menghadapi resiko dan ketidakpastian akan mempengaruhi efisiensi produksi usahatani manggis.

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka permasalahan dapat dirumuskan sebagaiberikut:

1 Bagaimana tingkat kelayakan finansial usahatani manggis di Pekon Menggala Kecamatan Kotaagung Timur Kabupaten Tanggamus ? 2 Bagaimana tingkat sensitivitas usahatani manggis di Pekon Menggala

Kecamatan Kotaagung Timur Kabupaten Tanggamus terhadap perubahan harga pupuk, harga jual, dan produksi manggis?

3 Bagaimana prospek pengembangan usahatani manggis di Pekon Menggala Kecamatan Kotaagung Timur Kabupaten Tanggamus dimasa mendatang ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan tersebut diatas, maka tujuan penelitian adalah: 1 Mengetahui tingkat kelayakan finansial usahatani manggis di Pekon

Menggala Kecamatan Kotaagung Timur Kabupaten Tanggamus.

2 Menganalisis sensitivitas pengaruh perubahan harga pupuk, harga jual, dan produksi manggis di Pekon Menggala Kecamatan Kotaagung Timur Kabupaten Tanggamus.


(14)

3 Menganalisis prospek pengembangan usahatani manggis di Pekon Menggala Kecamatan Kotaagung Timur Kabupaten Tanggamus.

D. Kegunaan Penelitian

Hasil Penelitian ini diharapkan dapat digunakan:

1. Bahan pertimbangan bagi penentuan kebijakan pengembangan usahatani manggis sebagai komoditas ekspor.

2. Bahan pertimbangan dan informasi bagi pengusaha manggis untuk mengembangkan usahatani manggis.

3. Bahan tambahan kepustakaan bagi peneliti-peneliti selanjutnya tentang


(1)

Tahun 2001-2005, menunjukkan bahwa Kabupaten Tanggamus merupakan daerah penghasil Manggis terbesar dan pusat Pengembangan Tanaman Manggis terluas di Provinsi Lampung(Ditjen Hortikultura, DEPTAN Tahun 2007).

Tabel 3. Luas Panen dan Produksi Tanaman Buah-buahan Di Kabupaten Tanggamus Tahun 2007

No. Jenis Buah Luas panen

(Ha)

Produksi (Ton)

1. Alpukat 218 1463

2. Mangga 337 6512

3. Rambutan 1462 1183

4. Duku 395 3563

5. Jeruk 55 365

6. Durian 1527 21696

7. Jambu Biji 149 154

8. Jambu Bol 129 55

9. Sawo 39 17

10. Pepaya 635 2620

11. Pisang 5355 17862

12. Nenas 30 21

13. Salak 357 88114

14. Belimbing 103 30

15. Manggis 1593 26502

16. Nangka 257 17401

17. Sirsak 67 20

18. Sukun 121 160

Jumlah 12829 187738

Sumber: Data BPS Kabupaten Tanggamus, 2008

Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat bahwa manggis merupakan potensi dalam pengembangan sentra produksi dan memperluas pemasaran ekspor ke luar negeri karena dilihat dari jumlah produksi manggis masih sedikit tetapi jumlah ekspornya cukup besar. Untuk itu, perlu terus dilakukan pembenahan dalam teknologi budidaya dan penanganan panen dan pasca panen dalam rangka memenuhi kuantitas, kualitas dan kontinuitasnya(Ditjen Hortikultura, DEPTAN Tahun 2007 ).


(2)

Kabupaten Tanggamus merupakan salah satu daerah sentra produksi

hortikultura buah-buahan di Provinsi Lampung. Sebagian besar masyarakat pedesaan di Kabupaten Tanggamus menggantungkan nafkahnya di sektor pertanian. Sebagai daerah persawahan dan perkebunan, lahan merupakan salah satu asset penting dalam usaha tani di sektor pertanian.

Menurut Badan Pusat Statistik (2007), di Kabupaten Tanggamus terdapat luas panen tanaman buah-buahan 11.829 ha/tahun dengan produksi 187.738 ton/ha, dengan salah satunya pemasok terbesar adalah komoditas Manggis (Garcinnia mangostana Linn). Total produksi buah-buahan di Kabupaten Tanggamus sebesar 187.738 ton ha/tahun komoditas pemasok terbesar adalah salak 46,93%, manggis 14,11 %, durian 11,56% , pisang 9,51 % dan berturut-turut adalah nangka 9,26%, mangga 3,4% duku 1, 89% serta papaya 1,39%.

Produksi manggis Kabupaten Tanggamus pada tahun 2007 mengalami penurunan, akibat turunnya produktivitas tanaman manggis. Walaupun kabupaten Tanggamus merupakan sentra produksi manggis di provinsi Lampung, namun produktivitasnya masih rendah dibandingkan dengan

produksi potensial yang seharusnya 670 ton/ha (Dirjen Hortikultura DEPTAN, 2007). Hal ini menunjukkan usaha tani manggis di Kabupaten Tanggamus masih belum efisien.

Produktivitas manggis yang rendah di Kabupaten Tanggamus disebabkan oleh produksi yang belum maksimal. Rendahnya produkstivitas manggis ini


(3)

disebabkan oleh teknik budidaya yang belum diterapkan dengan baik , misalnya saja penggunaan faktor-faktor produksi seperti pupuk yang belum dialokasikan secara tepat (baik jumlah,jenis waktu,dosis maupun sasaran). Apabila faktor-faktor produksi sudah optimum tentunya peningkatan hasil produksi dapat dicapai oleh petani (Syaifudin, 2005).

Resiko dalam produksi pertanian diakibatkan oleh adanya ketergantungan aktivitas pertanian pada alam, dimana pengaruh buruk alam telah banyak mempengaruhi hasil pertanian (Soekartawi,dkk.1985). Petani manggis tanggamus terkadang buahnya tidak bisa terkirim keluar (ekspor maupun lokal), karena tanaman tidak bisa berbuah tepat waktu, karena keadaan cuaca pada saat pembungaan, apabila cuaca panas atau tidak turun hujan, maka proses pembungaan akan berlangsung dengan baik, sehingga tanaman bisa berbuah tepat waktu. Dengan demikian apabila iklim dan keadaan cuaca yang sesuai dengan musim tepat waktu (Oktober-Maret/April-September), maka hasil produksi yang maksimal akan tercapai.

Usahatani manggis menghadapi resiko yang cukup besar, selain karena faktor cuaca, faktor harga juga menjadi resiko yang sangat mempengaruhi

pendapatan yang pada akhirnya akan mempengaruhi keuntungan yang diterima petani. Harga manggis di tingkat petani di Kabupaten Tanggamus pada tahun 2001-2008 bisa dilihat pada Tabel 4.


(4)

Tabel 4. Perkembangan harga manggis di tingkat petani di KabupatenTanggamus 2001 – 2008

No. Tahun Harga manggis

(Rp/Kg)

1. 2001 4500

2. 2002 4500

3. 2003 4500

4. 2004 4500

5. 2005 4500

6. 2006 5000

7. 2007 5500

8. 2008 4500

9. 2009 5000

Sumber: Petani Manggis Pekon Mulang Maya,2009

Berdasarkan Tabel 4. dapat diketahui bahwa harga manggis di tingkat petani pada tahun 2007 mengalami peningkatan, sedangkan pada tahun yang lainnya tidak menunjukkan peningkatan yang berarti. Bila dibandingkan dengan harga di tingkat konsumen yaitu antara Rp.6000- Rp. 8000/kg, dapat diketahui bahwa harga yang diterima petani termasuk rendah. Rendahnya harga

manggis di tingkat petani disebabkan oleh karakteristik buah yang mudah rusak, memaksa petani untuk tetap menjual hasil produksinya walaupun dengan harga yang rendah. Jika harga manggis tinggi, maka keuntungan yang didapatkan petani akan besar, dan sebaliknya jika harga manggis rendah, maka keuntungan yang diperoleh petani kecil.

Naik turunnya keuntungan yang diterima petani akan mempengaruhi sikap petani dalam berusaha tani manggis. Jika keuntungan yang diterima petani besar, maka petani akan berusaha meningkatkan penggunaan faktor-faktor produksi, dan mereka akan mengolah usahataninya seefisien mungkin, dengan harapan produksinya akan meningkat. Jika keuntungan yang diterima petani


(5)

kecil, maka hal ini akan mempengaruhi modal yang dimiliki petanipun turun. Hal ini berakibat pada pengurangan faktor-faktor produksi yang digunakan petani. Uraian tersebut menunjukkan bahwa perilaku petani dalam

menghadapi resiko dan ketidakpastian akan mempengaruhi efisiensi produksi usahatani manggis.

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka permasalahan dapat dirumuskan sebagaiberikut:

1 Bagaimana tingkat kelayakan finansial usahatani manggis di Pekon Menggala Kecamatan Kotaagung Timur Kabupaten Tanggamus ? 2 Bagaimana tingkat sensitivitas usahatani manggis di Pekon Menggala

Kecamatan Kotaagung Timur Kabupaten Tanggamus terhadap perubahan harga pupuk, harga jual, dan produksi manggis?

3 Bagaimana prospek pengembangan usahatani manggis di Pekon Menggala Kecamatan Kotaagung Timur Kabupaten Tanggamus dimasa mendatang ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan tersebut diatas, maka tujuan penelitian adalah: 1 Mengetahui tingkat kelayakan finansial usahatani manggis di Pekon

Menggala Kecamatan Kotaagung Timur Kabupaten Tanggamus.

2 Menganalisis sensitivitas pengaruh perubahan harga pupuk, harga jual, dan produksi manggis di Pekon Menggala Kecamatan Kotaagung Timur Kabupaten Tanggamus.


(6)

3 Menganalisis prospek pengembangan usahatani manggis di Pekon Menggala Kecamatan Kotaagung Timur Kabupaten Tanggamus.

D. Kegunaan Penelitian

Hasil Penelitian ini diharapkan dapat digunakan:

1. Bahan pertimbangan bagi penentuan kebijakan pengembangan usahatani manggis sebagai komoditas ekspor.

2. Bahan pertimbangan dan informasi bagi pengusaha manggis untuk mengembangkan usahatani manggis.

3. Bahan tambahan kepustakaan bagi peneliti-peneliti selanjutnya tentang usahatani manggis.