Pengaruh Suplementasi Vitamin C Dibandingkan Dengan Multivitamin Mineral Terhadap Status Gizi Antioksidan pada Wanita Pekerja

VOLUME 32, NO.l
Maret, 2009

ISSN 0436-0265
Terakreditasi : B
No.661AKRED-LIPIIP2MBlll2/2006)

GIZI
INDONESIA
journal of the indonesian nutrition association

PERSATUAN AHLI GIZl ISDONESIA
indonesian nutrition association

Gizi lndon 2009,32(1):10-21

P e n g a ~ suplementasi
h
vitamin C

Fitrah Emawati, dkk.


PENGARUH SUPLEMANTASI VITAMIN c DIBANDINGKAN DENGAN MULTIVITAMIN.
MINERAL TERHADAP STATUS ZAT G K l ANTlOKSlDAN PADA WANITA PEKERJA
Fitrah Emawatil; Rimbawanz; Hadi Riyadiz; I.Wayan T.Wibawan2 dan Muhila13
Program Studi llmu Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, IPB
2 Pengajar Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, IPB
3 Mantan Anggota Dewan Riset Nasional

1 Mahasiswa S3

ABSTRACT
EFFECT OF THE VITAMIN C SUPLEMENTATION TOWARD MULTl VITAMIN-MINERAL ON
THE STATUS OF NUTRITIONAL ANTIOXIDANT IN WOMAN WORKERS
Micronutrients, both vitamins and minerals are needed by the body in limited quantities, but their role
Is essential to the body. To fulfill vitamin and mineral requirements, consumption of variant and
balanced diet is needed because most vitamins and minerals are not produced by our body. Food
supplements can be a good alternative in providing sufficient amount of micronutrient if intake from
dietary sources are not enough. This research was intended to analyse the effect of multi vitaminmineral (MW) supplementation compared to a single nutrient supplementation (Vii C 1000 mg) on
dietary antioxidant status. It was conducted on Februari 2008 and the design of this research was a
double blind randomized controlled trial. There were 92 samples aged 20-45 years old, healthy

(physically and clinically), did not consume alcohol, did not smoke and were willing to partipate in the
research. Multi vitamin-mineral supplementation increased serum concentration of vitamin E and
superoxide dismutase (SOD) significantly(p 3
u!wel!A wruas Jepey el!q 3 u!wel!A !sua!syap
ueyqeAu!a ' 3 1 d ~apolaw ueyeun66uaw
wruas luelep 3 u!wel!~~epeyueesyuawad
eJe3 ue6uap ueynlual!p 3 u!urel!A srqels
'illowri ~ ' 1 1> 3 u!wel!h ewseld Jepey el!q
3 u!wely ue6ue~nyay.,,uosq!~) ueyesepJaa
~~a~awoloqdo~pads
ueyeun66uaw ewseld
welep 3 u!we)!A Jepey ueesy!~awadwe3
ue6uap ueynlual!p 3 u!wel!~snlels
q e a ue(ndrun6uad eJe3
'ue!l!lauad welePleq!kJalyePg
qa10 !nqelay!p eAueq
snsnqy se6nlad
uenyelJad undnew ladues ueye3e6uad
'6uedel se6nlad 4alo ~ N h l e l u !l!~auad
4alo y!eq !nqelay!P yep!] ue!l!lauad ladues

6u!sew-6u!sew epeday uey!laq!P
uawa~dnss!uar 'ewes 6ueA lalqel ueseway
weleP lenq!P u ~ a l d n se6!lay ueJnyn uep
ynluaO
I%u G uep In3 6w 6'0 laS 01 1
:uZ 6~ 01 :a u!wel!A
01 IzL9u!welP Eirl
9'6 : l e ~ owese
~ 6rl OOP 39 u!Uel!A 6.u G'9 !V
u!wel!A 6d OOL 13 u!wel!~fhGp 13 u!wel!A
6w 0001 uep !J!plal (yy~yy)le~au!yy-u!wel!~
glnyy uawaldns !s!sodwoy .I g '1.d 4alo
lejluas e m a s !synpo~d!poqaseld uep I%u
OOOL 3 u!wel!A uawaldns '(e~au!w-u!wel!~
!~lnwuawaldns !uyeA !sua~alu!ueqeg
!sualualul ueqea
.ladues
EE ladues lelol e66u!qas ~ a s ~ aOEd qeqwel
!p p o dwp !sed!s!lue ynlun uep (adwes GZ
qelepe 1.0 =Q ' ZZ'O=6'le la 6uoy ue!l!(auad

ue!l!lauad uep !se!Aap Jepuels '%06 = p a l
do lamod '%G = (D)ueqelesay ley6u!l ue6uap
fioqsawal uep yodwolay enp ele~-ele~
epaq snwru ue6uap 6unl!q!p ladwes lew!u!w
qelwny .ue!l!lauad uedeqel !lny!6uau
e!pasraq epas yoyo~awuep loqoyle wnu!w
yep!] 's!u!ly uep y!sy eJe3as leqas !snlyu!
eualuy ue6uap '(unqel ~p - OZ) e!~ayad
el!ueM qelepe ue!l!lauad ladues
ue!l!lauad ladrues
'~0609
ualednqey da~nal!3 !p ~ ) d dl d uauueE)

'YW ' ! ~ ~ e u4w31!j

yuqed !P ueynyel!~U ~ P8001 ~aquasaa
-800z peruqaj !elnu
ueyeuesyel!p
6ueA @
PallWuQ

!J
Paz!uoPue8
l
PU!18
a l q n ~ )epue6 elnq !ses!woPueJal !unw
leluawuadsya llelePe ue!l!lauad u!esaa
ledrual uep n l y e 'u!esaa
~
VHV3 NVa NVHVB
.!J!pJaq !s!sod
WeIeP e!Jayaq Jesaq ue!6eqas !u! ue!l!lauad
UeleP 6ueA e!Jayad el!ueM e ~ e dueP!sYoRue
!z!6 lez snlels d e P W l leJau!w-u!wel!A
glnw ue6uap uey6u!pueq!p 3 u!wel!A
~ e 6 u a d!!n6ua~ uen!npaq !u! ue!l!~auad
nl! euaJey qal0 ',j!lep!syo saJls !urele6uaw
oy!suaq 6ueA S ~ !Jep
M ue!6eq ueyedruaw
u!pJaq !s!sod ue6uap ebayad el!ueM . ,!z!6
;elesew depeq~al ueluaJ 6ueA yoduolay

riles q e p ueyedruaw (snM) Jnqns
e!sn el!ueM .zyNa ynsewlal qnqnl wepp
!p Inyalowo!q !sep!syo6uaw nele yesruaw
ledep e66u!qas s!lew!zua-uou u n d n e ~
s!lew!zua uep!syo!lue y!eq uep!syo!lue
Jepey eped uep !66u!l q!qal ueplsyo Jepey
epq !pe!Jal ,!lep!syo ssaJlS .ZeAeqeq.laqyep!)
!pe!uaw seqaq ley!peJ e~eAuas qeqruaw
ndwew e66u!qas ~ouop uoJlyala !e6eqas
3 u!wel!A uendweway euaJey uep!syo!lue
!e6eqas leuay!p 3 u!wel!A '9unqel OE
uep q!qal !l!lal!p srual uep leye~eAsewqalo
sen1 leuay!p qepns 6ueA uep!syo!lue lej!sJaq
6ueA o q w !z!6 lez nps qeles ueyedruaw
3 u!wel!~
uep 3u!z 'n3 !padas !z!6
p z ueynpawalu eAusely!lye ynlun euew!p
'aseleley uep '(aos) aselnws!p ep!syo~adns
'(xd-HSE)) asep!syo~ad uo!lelnl6 u!el
elelue s!lew!zua uep!syo!lue nl! e q u a u a s

'3 u!wel!A '3 u!wel!A 'ualo~ey-d !padas
uep!syo!lue !z!6 lez qelepe s!lew!zueuou
uep!syoguy 's!lew!zueuou uep s!lew!zua
uep!syo!lue nl!eA z !pefuaw ueyyodwolay!p
Jnqns e!sn el!ueM uep 'le~ruep !s!puoy
welep epelaq 6ueA ynpnpuad '!s6unbuad
'Jeluepal 6ue~o 'qepuaJ !wouoya le!sos
ue6uap yoduolay 'e!suel 'yeue-yeue uep
!Aeq qadas 'ueueyew !nlelau !z!6 lez ueye
eAuueqnlnqay !qnuawaw ledep yepg 6ueA
(dnw6 alqe~aulnn) ueMeJ yoduolay ynlun

3 y u e !sewaua~dns
~
4~eljuad

CZ-OL:(L)ZE
'6ooz UOPUI !z!9

Gizi Indm 2009,32(1):10-21


Pengamhsuplementasi vitamin C

serum vitamin A < 0.7 pmollL berdasarkan
Gibsonlo.
Pengolahan dan Analisis Data
Data dianalisis secara deskriptif dan
inferensia. Uji ANOVA dan BNT (beda nyata
terkecil) digunakan untuk mengetahui
variabel yang mempenga~hiperlakuan.

Dan 99 sampel pada awal penelitian,
setelah akhir penelitian sebanyak 92 sampel
yang mengikuti sampai penelitian berakhir
terdiri dari 29 sampel pada perlakuan
placebo, perlakuan vitamin C sebanyak 31
sampel
dan
multi
vitamin-mineral

(MVM)sebanyak 32 sampel. Pengurangan
sampel terjadi karena dilarang suami, sakit,
hamil, berhenti bekerja, dan tidak mau
diambil darah.
Pada Tabel 1, terlihat bahwa sebaran
sampel
berdasarkan
pengategorian
pendidikan be~ariasimulai dari tidak tamat
SD sam~aidenrlan Tamat SLTA. Persentase
sampel 'yang tidak tamat SD relatif sedikit,

Fitrah Emawati, dl&.

yaitu 8.7 persen. Persentase terbesar
wndidikan samwl ~ a d a~enelitianini adalah
kmat Sekolah' Linjuta" Tingkat Pertama
(SCTP) yaitu sebesar 35.9 persen, diikuti
dengan tamat Sekolah Lanjutan
dan sekibr 26

(SLTA) sebesar 2g.3
tamat Sekolah Dasar
Berdasarkan hasil penelitian ini, tingkat
pendidikan sampel tergolong cukup baik dan
sudah memenuhi wajib belajar 9 tahun yang
diprogramkan oleh Pemerintah.
Pada Tabel 1 diperlihatkan pula
sebaran
usia
responden
yang
dikelompokkan berdasarkan Saidin dkk. yaitu
antara usia 20-29 tahun, 30-39 tahun, dan 1
40 tahuntl. Berdasarkan kategori usia,
sebagian besar sampel berusia antara 30-39
tahun sebanyak 42.4 persen dan berikutnya
sebanyak 50 persen berusia antara 20-29
tahun, sisanya hanya 7.6 persen berusia 4045 tahun. Menurut Atmarita dan Fallah, usia
sampel penelitian ini termasuk kedalam
kategori kisaran usia produktif yakni antara

usia 2045 tahun12.

Tabel 1
KarakteristikSampel
Karakteristik sampel
Pendidikan:
Tidak tamat SD
Tamat SD
Tamat SLTP
Tamat SLTA
Usia
20 - 29 Tahun
30 - 39 Tahun
> 40 Tahun
Ukuran Keluarga
< 4 Orang
5-7 Orang
Status Gizi
Sangat Kurus
Kurus
Normal
Overweight
Obesitas

n

%

8
24
33
27

8.7
26.1
35.9
29.3

46
39
7

50.00
42.39
7.61

7

7.61

Gizi lndon 2009,32(1):10-21

P e n g a ~ suplementasi
h
vitamin C

Sebaran jumlah anggota keluarga
sampel juga dapat dilihat pada Tabel 1.
Besamya jurnlah
anggota keluarga
mempengaruhi jumlah dan jenis makanan
yang dikonsumsi anggota keluarga dan
selanjutnya akan berpengaruh terhadap
status gizi seseorang. Menurut BKKBN13,
jumlah
anggota
keluarga
dapat
dikelompokkan menjadi keluarga kecil
dengan jumlah anggota keluarga kurang dari
atau sama dengan 4 orang, keluarga sedang
dengan jumlah anggota keluarga 5-7 orang,
dan keluarga besar dengan jumlah anggota
keluarga lebih dari 7 orang. Sebagian besar
sampel penelitian ini terrnasuk dalam
kategori keluarga kecil dengan jumlah
anggota keluarga kurang dari atau sama
dengan 4 orang (92.4 persen) yang berarti
keluarga tersebut mempunyai anak antara 12 orang, sisanya 7.6 persen termasuk dalam
kategori keluarga sedang.
Status gizi sampel penelitian ini diukur
menggunakan indikator lndeks Massa Tubuh
(IMT). Sebagian besar sampel tergolong
dalam status gizi baik yakni sebanyak 63.0
persen, tetapi terdapat 6.4 persen sampel

Fitrah Emawati, dkk.

termasuk dalam kategori kurus dan sangat
kurus, sebaliknya sekitar 30 persen sampel
termasuk dalam kategori gizi lebih
(overnight) dan obesitas14.
Ditemukannya sampel dengan gizi
kurang dan lebih dalam penelitian ini
menunjukan bahwa pada populasi ini
terdapat rnasalah gizi ganda. Adanya
kejadian gizi lebih pada sampel penelitian
yang
relatif
besar
persentasenya
menunjukkan bahwa masalah gizi lebih tidak
hanya terjadi pada kelompok masyarakat
dengan tingkat sosial ekonomi tinggi tetapi
juga sudah banyak dijumpai pada kelompok
masyarakat tingkat sosial ekonomi
menengah kebawah seperti pada kelompok
sampel penelitian ini. Salah satu penyebab
timbulnya masalah gizi lebih pada usia
dewasa adalah status gizi yang kurang atau
buruk pada usia dinils.
Tabel
2
menunjukkan
bahwa
keseluruhan karakteristik sampel yang
meliputi usia, pendidikan, jumlah anggota
keluarga, status gizi sebelum penelitian tidak
ada perbedaan antara ketiga perlakuan
(p>0.05).

Tabel 2
Sebaran Karakteristik Sampel Menurut Perlakuan

Jumlah Anggota Keluarga
lndeks Massa Tubuh
Pengaruh suplementasi terhadap kadar

elektronnya
tereksitasi.
P-karoten
melepaskan electron pada ikatan rangkap
duanya kepada radikal bebas, misalnya '02
+ P-karoten menghasilkan 3
02 + Pkaroten
yang tereksitasi. Kekuatan p-karoten di
dalam menginaktifkan radikal bebas
dibandingkan dengan antioksidan lainnya
dapat diurutkan sebagai berikut : lycopen >
vitamin E > a- karoten > bryptosantin > Pkaroten > lutein. Kekuatan sebagai
antioksidan akan lebih besar bila lycopen

p karoten sebagai prekursor vitamin A
merupakan antioksidan larut lemak yang
berperan di dalam mempertahankan
kesehatan mata dan integritas membran sel
menjadikan senyawa ini bersifat vital bagi
manusia. Pkaroten sebagai pro-vitamin A
sangat berperan di dalam 'quenching" yaitu
proses menginaktifkan rnolekul yang
13

Gizi lndon 2009,32(1):10-21

Pengaruh suplementasi vitamin C

dan lutein bergabung dibandingkan bekerja
sendiri- sendirile.
Vitamin A yang terdapat di dalam
makanan sebagian besar terdapat dalam
bentuk ester retinil, bersama karotenoid
bercampur dengan lipida lain di dalam
larnbung. Di dalam sel-sel mukosa usus
halus, ester retinil dihidrolisis oleh enzimenzim pankreas esterase menjadi retinol
yang lebih efisien diabsorpsi daripada ester
retinil. Sebagian dari karotenoid, terutama &
karoten di dalam sitoplasma set mukosa
usus halus dipecah menjadi retinol17.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa
sebelum suplernentasi, rata-rata kadar

Fitrah Emawati, dkk,

*

vitamin A pada perlakuan plasebo 1.00
0.31pmoVI, V i m i n C 0.96* 0.27 pmolll, dan
MVM 1.11 2 0.38 pmoln. Hasil uji statistik
rnenunjukkan rata-rata kadar vitamin A pada
ketiga perlakuan tidak berbeda makna
(p>0.05). (Tabel 3).
Setelah 10 minggu suplementasi terjadi
perubahan kadar vitamin A, yakni kadar
vitamin A pada perlakuan plasebo rnenjadi
0.95 2 0.32 pmoVI, Vitamin C 0.98 2 0.26
pmolil, dan MVM 1.13 + 0.42 pmolll. Hasil uji
statistik menunjukkan rata-rata perubahan
kadar vitamin A tidak berbeda nyata antara
ketiga perlakuan (p>0.05).

Tabel 3
Rata-rata Kadar Vitamin A Selama Suplementasi Menurut Perlakuan
Kadar Serum Vitamin A (umoVI)
Suplementasi

P

MVM;

Placeboa

Vit. Ca

Sesudah

0.95 + 0.32~

0.98 2 0.26~

1.13 2 0.42~

0.108

Selisihb

4.05 + 0.27~

0.02 2 0.23~

0.02 2 0 . 3 6 ~

0.576

Sebelum

Keterangan:
Grup Perlakuan
Selisih sesudah dengan sebelum suplernentasi
Rataan _+StandardDeviation: (-) = menurun dari data sebelumnya.
Tidak adanya perubahan kadar vitamin
A pada ketiga perlakuan, kemungkinan
karena status vitamin A sampel sebelum
suplementasi dalam keadaan normal (> 0.7
pmoln), sehingga pemberian Multi vitaminmineral (MVM) atau vitamin C tidak banyak
berpengaruh. Temuan ini sejalan dengan
hasil penelitian Kay et al. dan Wolters et al.
dimana suplementasi multi vitamin-mineral
tidak memperbaiki status vitamin A sampel
karena status vitamin A pada saat baseline
dalam keadaan normallaa19.

Vitamin E
Vitamin E atau a-tokoferol merupakan
antioksidan yang larut dalam lemak. Vitamin
ini banyak terdapat dalam membran eritrosit
dan lipoprotein plasma. Vitamin E terutama
cincin fenolnya mampu memberikan ion
hidrogennya kepada radikal bebas. Diantara
beberapa bentuk vitamin E, bentuk atocoferol lebih efektif dibandingkan dengan
beta, gama dan delta tocoferol. Ion hidrogen
dari a-tocoferol sangat efektif dan cepat
bereaksi dengan beberapa radikal bebas dan
menghentikannya sebelum menghancurkan
membran sel dan komponen-komponen sel
lainnya.

Gizi lndon 2009,32(1):10-21

P e n g a ~ suplemenfasi
h
vitamin C

Fitrah €ma&,

dkk

Tabel 4
Rata-rata Kadar Vitamin E Selama Suplementasi Menurut Perlakuan
Viamin E (umoln)

Selisih sesudah dengan sebelum suplementasi
=Rataan_+StandardDeviation

Hasil penelitian menunjukkan bahwa
sebelum suplementasi, rata-rata kadar
vitamin E pada perlakuan plasebo yakni 8.9
k 2.2 pmollL, vitamin C 8.6 k2.6 pmoVL,
MVM 8.9k2.9 pmollL. Hasil uji statistik
menunjukkan bahwa rata-rata kadar vitamin
E pada ketiga perlakuan tidak berbeda nyata
(p>0.05). (Tabel 4).
Setelah 10 minggu suplementasi tejadi
peningkatan kadar vitamin E, yakni kadar
vitamin E pada perlakuan plasebo menjadi
9.5k2.3 pmollL, vitamin C 9.2k2.5 pmollL,
dan MVM 13.54k4.2 pmollL (Tabel 4). Hasil
uji statistik menunjukkan bahwa rata-rata
kadar vitamin E pada ketiga perlakuan
berbeda nyata (p0.05). (Tabel 5).
Setelah suplementasi selama sepuluh
minggu, tejadi perubahan kadar vitamin C
sampel yaitu pada plasebo 9.79 2 2.2 pmolll,
Vitamin C 15.13 2 3.12, MVM 10.85 2 3.01
prnolll. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa
rata-rata kadar vitamin C ketiga perlakuan
berbeda nyata (pc0.05). Hasil uji Anova dan
BNT menunjukkan suplementasi vitamin C
mempengaruhi kenaikan kadar vitamin C
secara signilikan pada sampel yang
mendapat suplemen vitamin C.

P e n g a ~ hsuplementasi vitamin C

G i i lndon 2009,32(1):10-21

SOD tidak berbeda nyata antara ketiga
perlakuan (p>0.05) (Tabel 6).
Setelah suplementasi selama sepuluh
minggu, tejadi perubahan kadar SOD
sampel yaitu pada plasebo 1280 2 409
uniffgr Hb, vitamin C 1222 2 405 uniffgr Hb,
MVM 1552 2 584 uniffgrHb. Hasil uji statistik
menunjukkan bahwa rata-rata kadar SOD
).
ketiga perlakuan berbeda nyata ( ~ ~ 0 . 0 5Uji
Anova dan BNT menunjukkan suplementasi
MVM mempengaruhi kenaikan kadar SOD
secara signifikan.

Fitrah Emawati, d k .

sampel yang
mendapat perlakuan
suplementasi plasebo hampir tidak
mengalami
perubahan
persentase
kekurangan zat gizi antioksidan. Pada
sampel yang mendapat suplementasi vitamin
C mengalami penurunan persentase
kekurangan vitamin C dari 60.9 persen
menjadi 8.7 persen, sedangkan sampel yang
mendapat suplementasi MVM mengalami
penurunan persentase kekurangan vitamin A
dari 13.3 persen menjadi 6.7 persen, vitamin
E dari 75 persen menjadi 40.6 persen,
penurunan vitamin C dari 62 persen menjadi
58 persen dan penurunan persentase
sampel yang mempunyai kadar SOD
dibawah normal dari 64.5 persen menjadi 16
persen (Tabel 7).

Perubahan status zat gizi antioksidan
selama suplementasi
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
sesudah suplementasi tejadi perubahan
status zat gizi antioksidan sampel. Pada

Tabel 7
Persentase Kekurangan Zat Gizi Antioksidan Sebelum dan Sesudah Penelitian
Plasebo

Multi v~taminmineral

Vitamin C

Sebelum

Sesudah

Sebelum

n

%

n

%

n

%

n

%

n

%

n

%

Vitamin A

5

199

7

25

5

17.5

4

14.3

4

13.3

2

6.7

Vitamin E

23

79 3

23

793

25

80 6

21

67.7

24

75

13

40.6

Vltamin C

17

81

16

762

14

60 9

2

8.7

15

62.5

14

583

12

40

13

43

13

481

11

40.7

20

64.5

5

16.1

tersebut menjadi askorbat kembali.
Dehydroaskorbat tidak stabil dalam larutan,
dan akan mengalami pemecahan gugus
cincinnya menjadi diketogulonic acid. Akan
tetapi, dehydroaskorbat biasanya direduksi
oleh NADPH atau glutathione dependent
reductase menjadi askorbatm. Viamin C juga
diperlukan dalam beberapa proses di dalam
tubuh seperti biisintesis, camitin yang
mentransfer lemak, hormon adrenalin,
cortison, transpor elektron dalam banyak
reaksi enzimatik, melindungi integritas dari
pembuluh darah, melindungi gusi dan
meningkatkan fungsi imunitas".
Kekurangan vitamin
C
dapat
menimbulkan tanda-tanda klinis seperti
pendarahan atau bengkak di gusi, nyeri

Vitamin C dikenal luas sebagai
antioksidan. Kekuatan vitamin C sebagai
antioksidan larut air disebabkan karena
kemampuan vitamin C dalam mereduksi.
Viamin C antara lain mereduksi superoxide
menjadi hidrogen peroksida, atau Fe3t
menjadi Fe2+, atau reduksi unsur logam
lainnya. Setelah perpindahan satu elektron,
C
menghasilkan
radikal
vitamin
monodehydroascorbate. Radikal ini akan
berubah
menjadi
askorbat
dan
dehydroaskorbat. Kebanyakan jaringan
tubuh mempunyai enzim glutathionedependent monodehydroascorbat reductase
dan NADPH yang akan mereduksi radikal
17

Gizi lndon 2009,32(1):10-21

P e n g a ~ suplementasi
h
vifamin C

Fitrah Emawati, dkk.

oksidatif , lebih banyak radikal oksigen
dihasilkan, melebihi antioksidan seluler, dan
akan menyebabkan peroksidasi asam lemak
tak jenuh-ganda pada struktur membran.
Peroksidasi lipd juga akan melepas radikal
bebas reaktif dan juga aldehid yang toksik,
yang akan menginaktivasi enzim dan
komponen
seluler
lainnya
secara
menyeluruh. Beberapa antioksidan enzimatik
dan nonenzimatik ada di dalam sel untuk
melindungi membran sel dan organ sel
lainnya dari efek reaksi radikal bebas yang
merusak*.
Salah satu kelompok rawan terpapar
stres oksidatif adalah para pekerja dengan
berdiri. Kelompok ini beresiko terkena
hipertensi vena tungkai bawah yang
merupakan pemicu terjadinya CVI (chronic
venous insdikiency). Kerusakan dinding
pembuluh darah ini diantaranya dimediasi
oleh SOR (spesies oksigen reakti
diantaranya radikal superoksida yang
berperan melalui dua mekanisme. Yang
pertama adalah melalui oksidasi membran
dan dilanjutkan dengan
kerusakan
endothelium yang akan berujung pada
meningkatnya permeabilitas
vaskuler.
Mekanisme yang kedua adalah melalui
kemotaksis dan aktivasi leukosit dan
trombosit. Kedua mekanisme ini teqadi
bersamaan dan akan meningkatkan
kerusakan sel dan mempehuruk cloting
pada vena7. Spesies oksigen reaktif dapat
terbentuk ketika metabolisme normal atau
dari luar tubuh seperti polutan dan radiasi
ultra violeP16. Untuk dapat menangkal SOR
diperlukan konsumsi zat gizi antioksidan
seperti vitamin E dan vitamin C yang cukup.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
pemberian multi vitamin-mineral pada wanita
pekerja dapat meningkatkan kadar vitamin E,
dan kadar SOD secara signifikan (p