TAP.COM - PENGARUH SUPLEMENTASI MULTIVITAMIN MINERAL ...

PENGARUH SUPLEMENTASI MULTIVITAMIN MINERAL
TERHADAP STATUS GIZI DAN KADAR SENG (Zn) SERUM
PADA WANITA PEKERJA USIA SUBUR

Alia Latifah Hanum

PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBER DAYA KELUARGA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009

RINGKASAN
ALIA LATIFAH HANUM. Pengaruh Suplementasi Multivitamin Mineral Terhadap
Status Gizi dan Kadar Seng (Zn) Serum pada Wanita Pekerja Usia Subur.
(Dibawah bimbingan CESILIA METI DWIRIANI dan RIMBAWAN).
Penelitian ini bertujuan untuk 1) Mempelajari karakteristik sosio demografi
(pendapatan, pendidikan, usia, besar keluarga) contoh 2) Mempelajari tingkat
kecukupan intake energi, protein, dan seng contoh dari makanan 3) Menganalisis
pengaruh suplementasi multivitamin dan multimineral terhadap perubahan status
gizi contoh (IMT dan LILA), dan 4) Menganalisis pengaruh suplementasi
multivitamin dan multimineral terhadap perubahan kadar seng serum contoh.

Desain penelitian ini adalah eksperimental murni teracak buta ganda
(double blind randomized controlled trial). Penelitian lapang dilaksanakan selama
4 bulan, yaitu mulai bulan Februari hingga Mei 2008 di PT Ricky Putra
Globalindo, Citeurep, Kabupaten Bogor. Kegiatan analisa kadar seng (Zn) serum
dilakukan di Laboratorium Seng Pusat Penelitian dan Pengembangan
(Puslitbang) Gizi dan Makanan, Departemen Kesehatan, Bogor.
Populasi adalah adalah wanita usia subur usia 15-45 tahun (Depkes
2003), sedangkan contoh adalah kelompok populasi yang memenuhi kriteria
inklusi yang dipilih secara acak, dengan kriteria Inklusi tertentu. Selanjutnya
dilakukan penentuan besar contoh menggunakan analogi penelitian Raqib et al.
(2001). Pada awal penelitian masing-masing kelompok perlakuan terdiri atas 35
orang contoh, dalam proses intervensi terjadi drop out sehingga pada akhirnya
diperoleh besar contoh masing-masing 27 orang untuk kelompok perlakuan
plasebo, dan 31 orang untuk kelompok perlakuan multivitamin. Sebelum
perlakuan, kadar seng serum, pola konsumsi, dan status gizi contoh diperiksa
sebagai dasar (baseline). Perlakuan diberikan setiap hari kepada contoh selama
sepuluh minggu. Kemudian setelah 10 minggu dilakukan kembali pemeriksaan
(endline). Suplemen multivitamin mineral yang digunakan dalam penelitian ini
berupa kaplet yang berisi 1000 mg vitamin C, 45 mg vitamin E, 700 g vitamin A,
6.5 mg vitamin B6, 400 g asam folat, 9.6 g vitamin B12, 10 g vitamin D, 10 mg

Zn, 110 g Se, 0.9 mg Cu, dan 5 mg Fe.
Karakteristik contoh yang diamati pada penelitian ini terdiri atas
pendapatan, tingkat pendidikan, usia, dan jumlah anggota keluarga contoh.
Contoh pada kelompok plasebo memiliki rata-rata pendapatan per kapita per hari
sebesar Rp. 1853.80 Sedangkan contoh pada kelompok perlakuan multivitamin
memiliki rata-rata pendapatan sebesar Rp. 18319.53 per kapita per hari. Uji
statistik menujukkan bahwa tingkat pendapatan perkapita per hari antar
kelompok perlakuan tidak berbeda nyata (P=0.916). Berdasarkan kategori,
seluruh responden dari kedua kelompok perlakuan tergolong dalam kategori
sejahtera. Hal ini diduga karena pihak perusahaan memberikan bayaran pada
pekerjanya sesuai UMR, sehingga pendapatan per kapita per hari contoh dapat
melebihi batas kemiskinan kabupaten Bogor, yakni Rp.6102.233 per kapita per
hari. Usia contoh dibedakan menurut kelompok usia 40 tahun. Sedangkan pada kelompok multivitamin, lebih
dari separuh contoh (67.74%) berada dalam rentang usia 30-39 tahun dan
terdapat 3.23% contoh yang berusia > 40 tahun. Uji statistik menunjukkan bahwa
tidak terdapat perbedaan yang nyata pada usia contoh antar pelakuan plasebo
dan multivitamin (P=0.225).

Pada kelompok plasebo, 40.74% contoh berpendidikan tamat SLTA dan
terdapat 7.40% contoh yang tidak tamat SD. Sedangkan pada kelompok

perlakuan multivitamin mayoritas contoh berpendidikan tamat SD, yakni sebesar
38.70%. Terdapat 3.23% contoh yang tidak tamat SD, serta 3.23% contoh yang
berpendidikan tamat D1/D3. Pada kelompok perlakuan plasebo sebagian besar
contoh (88.89%) memiliki jumlah anggota keluarga < 4 orang dan hanya 11.11%
contoh yang memiliki jumlah anggota keluarga 5-7 orang. Demikian pula pada
kelompok perlakuan multivitamin, dimana sebagian besar contoh (90.32%)
memiliki jumlah anggota keluarga < 4 orang dan hanya 9.67% contoh yang
memiliki jumlah anggota keluarga 5-7 orang. Uji statistik tidak menunjukkan
perbedaan yang nyata pada jumlah anggota keluarga antara kelompok perlakuan
plasebo dan multivitamin (P=0.861).
Pada kelompok perlakuan plasebo rata-rata IMT pada pemeriksaan awal
adalah 24.31 kg/m2, sedangkan pada kelompok multivitamin rata-rata IMT contoh
adalah 23.99 kg/m2 . Uji statistik menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan
yang nyata pada status gizi antar kelompok perlakuan (P=0.726). Demikian pula
halnya dengan nilai LLA contoh, dimana tidak terdapat perbedaan yang nyata
antar kelompok perlakuan (P=0.810). Nilai rataan LILA pada kelompok perlakuan
plasebo adalah 28.01 cm sedangkan nilai rataan pada kelompok perlakuan
multivitamin adalah 27.92 cm.
Setelah intervensi, lebih dari separuh contoh baik pada kelompok plasebo
(81.5%) maupun kelompok perlakuan multivitamin (96.8%) berada dalam status

gizi normal menurut LLA. Hanya terdapat 18.5% contoh pada kelompok plasebo,
dan 3.2% contoh pada kelompok perlakuan multivitamin yang menderita KEK.
Berdasarkan hasil uji T berpasangan terdapat perubahan LLA antara data
baseline dan endline untuk kelompok perlakuan plasebo (P=0.04). Sedangkan
untuk kelompok perlakuan multivitamin tidak terdapat perbedaan (P=0.80).
Walaupun hasil uji T berpasangan menunjukkan adanya perubahan yang terjadi
terhadap LLA contoh pada kelompok perlakuan plasebo, namun demikian
berdasarkan hasil analisis ragam terlihat bahwa perlakuan suplementasi tidak
berpengaruh terhadap LLA (P=0.47).
Pada pemeriksaan baseline, kadar seng serum responden adalah
homogen. Hal ini dapat terlihat dari hasil uji statistik yang tidak menunjukkan
adanya perbedaan yang nyata pada kadar serum seng contoh kelompok
perlakuan plasebo maupun multivitamin (P=0.395). Pada kelompok perlakuan
plasebo, nilai rataan serum seng nya adalah 0.78 mol/L sedangkan pada
kelompok perlakuan multivitamin nilai rataan serum seng nya adalah 0.77
mol/L. Pada pemeriksaan baseline sebagian besar contoh pada kelompok
plasebo (85.2%) maupun kelompok perlakuan multivitamin (80.6%) berada
dalam status seng normal. Setelah intervensi selama 10 minggu, terdapat
peningkatan jumlah contoh yang status seng nya normal, yakni menjadi 100%
pada kelompok plasebo dan 87.1%

Uji T berpasangan antar perlakuan terhadap kadar seng serum contoh
dilakukan untuk mengetahui adakah perbedaan kadar seng serum contoh pada
kedua kelompok perlakuan sebelum dan sesudah suplementasi. Berdasarkan
hasil uji T berpasangan terdapat perubahan kadar seng serum contoh antara
data baseline dan endline baik untuk kelompok perlakuan plasebo maupun
kelompok perlakuan multivitamin (P (2-arah)