Analisis pendapatan usaha peternakan sapi perah di kawasan peternakan sapi perah cibungbulang kabupaten bogor

~"1,
4-

ANALTSlS PENDAPATAN USAHA PETERNAKAN SAPI PERAH
DI KAWASAN PETERNAKAN SAPI PERAH CIBUNGBULANG
KABUPATENBOGOR

SKRIPSI
AZIS KAMILUDIN

PROGRAM STUD1 SOSlAL EKONOMI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009

RTNGKASAN
AZIS KAMILUDIN. D34104059. 2009. Analisis Pendapatan Usaha Peternakan
Sapi Perah di Kawasan Peternakan Sapi Perah Cibungbulang Kabupaten
Bogor. Skripsi. Program Studi Sosial Ekonomi Petemakan, Fakultas Petemakan,
Institut Pertanian Bogor.
Pembimbing Utama : Ir. Lucia Cyrilla ENSD, MSi.

Pembimbing Anggota : Dr. Ir. Sri Mulatsih, MSc.Agr.
Usahaternak sapi perah di Indonesia pada umumnya dilakukan dalam dua
bentuk yaitu petemakan sapi perah rakyat dan perusahaan peternakan sapi perall.
Kedua jenis usahatemak ini sangat potensial untuk dikembangkan dan umumnya
berada di daerah dataran tinggi yang beriklim sejuk serta sesuai dengan kondisi yang
diperlukan untuk betemak sapi perah. Kawasan Petemakan Sapi Perah Cibungbulang
merupakan salah satu kawasan atau daerah yang dijadikan tempat khusus untuk
betemak sapi perah di Kabupaten Bogor. Sebagian besar peternak di Kawasan
Petemakan ini masuk kedalam usahaternak sapi perah rakyat. Petemak di kawasali
tersebut lebih banyak bukan asli orang Kabupaten Bogor, mereka bertujuan untuk
memenuhi kebutuhan hidup dengan usahatemak sapi perah. Pen&tungan
penerimaan dan biaya usahatemak dapat membantu para petemak agar dapat lebih
mengoptimalkan usahanya. Tujuan dari penelitian ini adalah : (1) Menganalisis
struktur biaya dan struktur penerimaan petemakan sapi perah di kawasan peternakan
sapi perah dan (2) Menganalisis besarnya pendapatan yang diperoleh oleh petemakan
sapi perah di kawasan petemakan sapi perah yaitu dengan menhtung rasio
penerimaan terhadap total biaya usahatemak.
Penelitian ini dilakukan di Kawasan Petemakan Sapi Perah Kabupaten Bogor
yang beralokasi di Desa Situ Udik Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor.
Desain penelitian adalah studi kasus. Data yang digunakan adalah data primer dan

data sekunder. Data primer diperoleh dengan pengamatan langsung di lokasi
penelitian, pencacatan dan wawancara langsung dengan pertanyaan yang telah
disusun, sedangkan data sekunder diperoleh dari kantor kepala Desa Situ Udik dan
koperasi, literatur serta hasil penelitian lainnya. Pengumpulan data dilaksanakan pada
bulan Agustus 2008. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
analisis pendapatan dan R/C rasio.
Komponen biaya usahatemak terdiri dari biaya variabel dan biaya tetap
selama periode penelitian (Agustus 2007-Juli 2008). Komponen dan nilai biaya
variabel adalah pakan Rp 1.942.029.686; Inseminasi Buatan dan obat-obatan
Rp 16.380.000; perlengkapan Rp 21.437.500; air Rp 10.800.000; dan listrik
Rp 28.150.200. Sedangkan biaya tetap terdiri dari transportasi Rp 258.750.000;
penyusutan bangunan Rp 160.500.000; penyusutan peralatan Rp 25.905.333;
penyusutan temak Rp 129.375.000; penyusutan kendaraan Rp 154.000.000; tenaga
dalam keluarga Rp 420.000.000 dan tenaga kerja luar keluarga Rp 1.176.387.500.
Total biaya variabel dan biaya tetap masing-masing adalah Rp 2.018.797.386 dan
Rp 2.324.917.833.
Penerimaan dibagi atas penerimaan tunai dan penerimaan tidak tut~ai.
Penerimaan tunai terdiri dari penjualan susu dan penjualan temak, sedangkan
penerimaan tidak tunai meliputi susu yang dikonsumsi oleh pemilik dan tenaga kerja,
serta perubahan nilai temak. Total penerimaan dari petemak yang diamati dalam satu

tahun pengamatan sebesar Rp 6.003.415.050.

Pendapatan merupakan selisih penerimaan dengan biaya usahatemak yang
telah dikeluarkan. Total pendapatan dari pentemak yang dianati dalam satu tahun
pengamatan sebesar Rp 1.659.699.831. Rata-rata pendapatan per bulan adalah
Rp 138.308.319,3.
Nilai WC dari petemak yang diamati di Kawasan Peternakan Sapi Perah
Kabupaten Bogor sebesar 1,38. Nilai tersebut dapat diartikan setiap satu rupiah yang
digunakan dalam kegiatan usahatemak akan memberikan penerimaan sebesar
Rp 1,38. Batas besaran WC terkecil adalah satu. Jadi secara umum usahatemak sapi
perah di kawasan petemakan ini sudah dikatakan menguntungkan. Nilai WC untuk
penerimaan hanya dari susu (kecuali yang dikonsurnsi) adalah 1,10. Hal ini
menunjukan bahwa petemak akan mendapat keuntungan walau penerimaan hanya
dari penjualan susu.

Kata-hzta kunci : sapi perah, pendapatan, RIC

ABSTRACT
Analysis of Dairy Farm Net Income at Kawasan Peternakan Sapi Perah,
Cibungbulang Subdistrict, Bogor Regency

Kamiludin, A,, L. Cyrilla and S. Mulatsih
Dairy cattle is one of potential animal that can be developed because of its
products. Kawasan Peternakan Sapi Perah (KUNAK) is one of the area that focus in
dairy cow. To be succeed, farmer has to know the total revenue and cost. The
objective of the study were: (1) to analyze net income of dairy cow in KUNAK, (2)
to analyze return cost ratio (RIC) of dairy cow in KUNAK. The data were collected
on Augustus 2008 at dairy cow KUNAK, Situ Udik Village, Cibungbulang
Subdistrict, Bogor Regency. Primary and secondary data were used in this study,
primary data was taking through the interview with owner and labourer. Secondary
data was taking fioin relevant institutions sources which related with the topic of the
study. The data used case study as the design, and used income analysis and WC
analysis for analizing data. The result of the study were: (1) net income of dairy cow
in KUNAK (Augustus 2007-July 2008) was Rp 1.659.699.831, net income is the
result of total revenue minus total cost, and the amount of them are Rp 6.003.415.050
and Rp 4.343.715.219; (2) the return cost ratio of dairy cow in KUNAK showed
1,38, it means dairy cow in KUNAK is profitable.
Keywords : dairy cow, net income, WC

ANALZSIS PENDAPATAN USAHA PETERNAKAN SAPI PERAH
DI KAWASAN PETERNAKAN SAPI PERAJil CIBUNGBULANG

KABUPATEN BOGOR

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada
Fakultas Peternakan
Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUD1 SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009

ANALISIS PENDAPATAN USAHA PETERNAKAN SAPI PERAT3
DI KAWASAN PETERNAKAN SAPI PERM CIBUNGBULANG
KABUPATEN BOGOR

Oleh
AZIS KAMILUDIN
D34104059


Skripsi ini telah disidangkan di hadapan
Komisi Ujian Lisan pada tanggal 30 Juti 2009

Pembimbing Utama

Pembimbing Anggota

NIP. 19630705 198803 2 001

Dr. Ir. Sri Mulatsih, MScAgr.
NIP.196405291989032001

Pertanian Bogor

Penulis dilahirkan pada tanggal 1 Agustus 1985 di Sukabumi, Jawa Barat.
Penulis adalah anak ketiga dari empat bersaudara dari pasangan Baesta dan Nining.
Pendidikan dasar diselesaikan tahun 1998 di SDN Anggamdin Kecamatan
Nagrak Kabupaten Sukabumi, pendidikan menengah lanjutan pertarna diselesaikan
pada tahun 2001 di SLTPN 2 Nagrak Kabupaten Sukabumi dan pada tahun 2004
menyelesaikan pendidikan menengah atas di SMUN 1 Cibadak Kabupaten

Sukabumi. Penulis diterima sebagai mahasiswa pada program studi Sosial Ekonomi
Industri Petemakan, Fakultas Petemakan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur
Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun 2004.
Selama mengikuti pendidikan di Institut Pertanian Bogor, penulis pernah
aktif sebagi staf infokom di HIMASEIP 2006-2007, sebagai ketua umum di
FORSITA 2005-2007, ketua Departemen PPSDM BKIM 2005-2006, Direktur
BKIMedia tahun 2007, ketua penyambutan mahasiswa baru BKIM IPB 2006,
koordinator lapangan diskusi nasional pendidikan BKIM IPB 2007 dan sejak tahun
2007 sampai saat ini aktif sebagai pengajar di salah satu Sekolah Menengah
Kejuruan Bidang Bisnis dan Manajemen di Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor.

KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis persembahkan kepada Allah SWT atas
limpahan nikmat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan
skripsi. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Peternakan pada Fakultas Pete~llakan,Institut Pertanian Bogor. Sholawat serta salam
penulis sampaikan kepada Rasulullah SAW, keluarga, sahabat, dan segenap
ummatnya.
Skripsi ini merupakan hasil studi mengenai Analisis Pendapatan Usahaternak
Sapi Perah di Desa Situ Udik Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor. Skripsi

ini bertujuan untuk membeiikan infomasi mengenai pendapatan petemak agar dapat
mengoptimalkan keuntungan. Semoga karya kecil ini dapat memberikan manfaat
bagi para pembaca.

Bogor, Agustus 2009

Penulis

DAFTAR IS1

ABSTRACT .................................................................................
RIWAYAT HIDUP ..........................................................................
KATA PENGANTAR......................................................................
DAFTAR IS1 .................................................................................
DAFTAR TABEL .............................................................................

viii

DAFTAR GAMBAR ........................................................................


ix

DAFTAR LAMPIRAN .....................................................................
Latar Belakang ......................................................................
Perumusan Masalah ..............................................................
Tujuan Penelitian ..................................................................
Kegunaan Penelitian .............................................................
KERANGKA BERPIKIR ............................................................

TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................
Karakteristik Usaha Peternakan Sapi Perah ..........................
Produksi Susu .....................................................................
Aspek Teknis dalam Pemeliharaan Sapi Perah .....................
Pakan Sapi .................................................................
Penyakit Sapi Perah ..................................................
Kandang ....................................................................
Pemerahan .................................................................
Analisis Biaya dan Pendapatan .............................................
Rasio Penerimaan dan Biaya ................................................
METODE PENELITIAN .................................................................

Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................
Populasi dan Sampel .............................................................
Desain Penelitian ..................................................................
Data dan Instrumentasi .........................................................
Pengumpulan Data ................................................................
..
Analisis Data .........................................................................
..
. .
Anahsis Desknftlf ....................................................
Analisis penerimaan dan biaya (RIG Rasio) .............
Analisis Pendapatan ..................................................
Batasan Istilah .......................................................................

HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................
Bangsa dan Populasi Sapi Perah ...........................................
Pemasaran dan Produksi Susu ..............................................
Tatalaksana Pemeliharaan Temak Sapi Perah ......................
Perkandangan ............................................................
Perkawinan ................................................................

Tenaga Kerja .............................................................
Pencacatan (Recording) ............................................
Penanganan Limbah ..................................................
Kesehatan Temak ......................................................
Pakan dan Air Minum ...............................................
Biaya Usahatemak ................................................................
Penerimaan ............................................................................
Pendapatan ............................................................................
KESIMF'ULAN DAN SARAN ........................................................
Kesimpulan ..........................................................................
Saran ................................................................................
UCAPAN TERIMAKASIH .............................................................
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................

DAFTAR TABEL
Nomor

Halarnan

1. Populasi Tenlak Sapi Perah 45 Petemak di KUNAK ................

17

2 . Jenis Kegiatan dan Waktu Tenaga Kerja ...................................

20

3. Penggunaan Pakan di KUNAK Agustus 2007 - Juli 2008 ........

23

4 . Komponen Biaya Usahatenlak Petemak di KUNAK ................

24

.................................................

26

5. Jenis dan Penyusutan Peralatan

6 . Komponen Penerimaan Usahaternak Agustus 2007-Juli 2008.. .

28

7. Perubahan Nilai Temak Agustus 2007-Juli 2008 .......................

28

8. Perincian Penggunaan Susu Agustus 2007-Juli 2008 .................

29

9. Tingkat Pendapatan Peternak KUNAK Agush~s2007-Juli 2008

30

DAFTAR GAMBAR
Nomor

Halaman

..

1. Kerangka Pemiluran .................................

.................................

6

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pembangunan petemakan yang merupakan bagian integral dari pembangunan
pertanian memiliki peranan yang penting dalam kegiatan ekonomi Indonesia. Salah
satu tujuan dari pembangunan petemakan adalah untuk memenuhi kebutuhan gizi
masyarakat yang bersumber dari protein hewani belupa daging, telur dan susu yang
sangat diperlukan untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia.
Sapi adalah salah satu tenlak ruminansia yang populasinya tersebar luas
diseluruh dunia, terutama pada daerah yang produksi pertaniannya memun&nkan.
Penyebaran temak ini lebih merata dibandingkan domba dan kambing. Narnun
demikian, temak sapi jarang ditemukan pada lingkungan yang ekstrim tidak
bersahabat.
Agribisnis sapi di Indonesia mempunyai prospek yang sangat besar, karena
permintaan produk daging, susu maupun kulit terus meningkat, seiring dengan
pertambahan penduduk dan perkembangan perekonomian nasional. Namun sangat
disayangkan karena dalam beberapa dasawarsa terakhir ini impor ketiga produk
tersebut cenderung terus meningkat, walaupun terjadi fluktuasi sebagai akibat adanya
perubahan global maupun dinamika nasional. Kebutuhan atau permintaan yang
cukup besar daripada ketersediaan susu yang ada. Berdasarkan kondisi tersebut,
usaha sapi perah untuk menghasilkan susu segar sangat prospektif (Sudono, 1999).
Sudono (1999) menambahkan bahwa kebutuhan susu olahan di Indonesia sebesar 5
kgkapitaltahun, tetapi baru dipenulli dari dalam negeri sekitar 32%, sisanya (68%)
harus diimpor dari l u x negeri.
Indonesia memiliki prospek pengembangan industri sapi perah yang relatif
besar yang dapat menjadikan Indonesia sebagai negeri penghasil utama susu.
Pertarna dilihat dari permintaan potensial susu oleh 259 juta penduduk Indonesia.
Selain itu, kedua dilihat dari sisi produksi, Indonesia memiliki padang pengembalaan
dan produksi hijauan yang sangat melimpah saat ini, dan sebagian besar tidak
digunakan setiap tahunnya. ICetiga dari sisi kemampuan finansial baik untuk
perusahaan maupun usaha rakyat relatif tersedia, hanya saja masih kekurangan dalam
ha1 informasi sehingga kurang tersosialisasikan. Salah satu kelemahan kita adalah
belum mengetahui manajemen dan teknologi sapi perah, yang selama ini selalu

diatasi dengan impor. Dari sini dapat diketahui bahwa Indonesia sebenanlya
memiliki prospek pengembangan sapi perah yang relatif besar.
Usahatemak sapi perah merupakan salah satu usaha petemakan yang
mempunyai potensi yang cukup tinggi untuk terus dikembangkan. Susu yang
dihasilkan dari sapi perah dapat bermanfaat, baik sebagai sumber pendapatan untuk
dijual. Berbeda dengan produk lainnya, produk susu akan tetap dibutuhkan seiring
dengan peningkatan dan kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu, usaha
petemakan sapi perah saat ini masih tetap menjanjikan karena permintaan pasar
terhadap susu akan selalu ada.
Disamping itu, usaha sapi perah memiliki beberapa keuntungan jika
dibandingkan usahatenlak lainnya. Menurut Sudono (1999) beberapa keuntungan
betemak sapi perah dibanding usahatemak lain yaitu : (1) Usahatemak sapi perah
adalah suatu usaha yang tetap; (2) Jaminan pendapatan yang tetap; (3) Penggunaan
tenaga kerja yang tetap; (4) Dapat inenggunakan berbagai macan hijauan yang
tersedia atau sisa-sisa hasil pertanian; dan (5) Kesuburan tanah dapat dipertahankan.
Dengan pengelolaan manajemen yang baik serta terencana untuk dapat
memanfaatkan keuntungan-keuntungan tersebut, dapat dipastikan usahateinak sapi
perah merupakan usaha yang memiliki prospek yang sangat baik dan akan
memberikan laba yang besar kepada pemiliknya.
Usahatemak sapi perah rakyat di Indonesia sudah mulai berorientasi
ekonomi, namun produktivitasnya masih rendah. Rendahnya tingkat produktivitas
temak

tersebut

lebih

disebabkan

oleh

kurangnya

modal,

serta

pengetahuadceterampilan petani yang mencakup aspek reproduksi, pemberian
pakan, pengelolaan llasil pascapanen, penerapan sistem recording, pemerahan,
sanitasi dan pencegahan penyakit. Selain itu pengetahuan petani mengenai aspek
tataniaga harus ditingkatkan sehingga keuntungan yang diperoleh sebanding dengan
pemeliharaan.
Perurnusan Masalal~
Kawasan petemakan sapi perah yang beralokasi di Desa Situ Udik
Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor adalah sebuah kawasan petemakan sapi
perah yang kondusif dan memiliki kelompok-kelompok tani yang terorganisir.
Melihat kondisi yang demikian, sangat memungkinkan apabila Kabupaten Bogor
2

pada masa yang akan datang menjadi sentra produksi susu sapi dan menjadi
penyumbang susu sapi tertinggi di Propinsi Jawa Barat. Peteinakan ini meiniliki
prospek yang sangat baik terutama jika dilihat dari keadaan lokasi yang berada
didaerah dataran tinggi yang beriklim sejuk sesuai dengan kondisi yang diperlukan
untuk beternak sapi perah. Akan tetapi, majunya usaha peteinakan sapi perah tidak
hanya dipengaruhi oleh lokasi usaha tetapi juga oleh beberapa aspek antara lain
aspek teknis, aspek finansial dan aspek komersial.
Permodalan memiliki peranan penting dalam usaha ini terutama apabila
dilakukan daliun skala besar. Modal tersebut digunakan untuk biaya investasi
(pembuatan kandang, pengadaan bibit sapi perah, dan pembelian peralatan) dan
biaya operasional terutama dalam penyediaan pakan. Hal ini menimbulkan
permasalahan terutama bagi peternak dan investor yang membutuhkan banyak
pertimbangan untuk masuk dalam usaha ini misalnyi;' berapa keuntungan yang akan
diperoleh. Masih rendahnya pendapatan yang diperoleh peternak selaina ini dinilai
belum mampu menutup biaya yang dikeluarkan.
Berdasarkan uraian tersebut dapat dirumuskan beberapa masalah yang
melatar belakangi dilakukamya penelitian ini, yaitu:
1. Bagaimana struktur biaya dan penerimaan dari petemakan sapi perah di kawasan
peternakan sapi perah di Desa Situ Udik Kecamatan Cibungbulang Kabupaten
Bogor dalam satu tahun?
2. Berapa besar pendapatan dan tingkat pendapatan yang diperoleh peternakan sapi
perah di kawasan peternakan sapi perah Desa Situ Udik Kecamatan
Cibungbulang Kabupaten Bogor dalam satu tahun?
Tujuan Penelitian

Penelitian tentang analisis finasial usaha peternakan sapi perah di kawasan
peternakan sapi perah Desa Situ Udik Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor
ini bertujuan untuk:
1. Menganalisis stmktur biaya dan struktur penenmaan petemakan sapi perah di
kawasan petemakan sapi perah Desa Situ Udik Kecamatan Cibungbulang
Kabupaten Bogor dalam satu tahun.

2. Menganalisis besarnya pendapatan yang diperoleh oleh petemakan sapi perah di

kawasan petemakan sapi perah Desa Situ Udik Kecamatan Cibungbulang
Kabupaten Bogor dalam satu tahun.
Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian tentang analisis finansial usaha petemakan sapi perah di
kawasan petemakan Desa Situ Udik Kecematan Cibungbulang Kabupaten Bogor ini
adalah:
1. Sebagai bahan evaluasi terhadap petemakan sapi perah di kawasan petemakan

sapi perah Desa Situ Udik Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor.
2. Sebagai bahan pertimbangan dalam upaya pengembangan petemakan sapi perah

di kawasan petemakan sapi perah Desa Situ Udik Kecamatan Cibungbulang
Kabupaten Bogor.
3. Sebagai rujukan bagi peneliti selanjutnya.

KERANGKA PEMIKIRAN
Petemakan sapi perah di kawasan peternakan sapi perah Desa Situ Udik
Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor merupakan salah satu petemakan yang
sedang mengembangkan usahanya dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan
yang maksimal. Untuk mencapai tujuan tersebut petemakan hams menghadapi suatu
kondisi yaitu rendahnya pendapatan, sementara biaya yang dikeluarkan cukup tinggi,
sehingga upaya petemakan ini untuk memperoleh keuntungan yang maksimal sedikit
mengalami hambatan.
Penelitial ini bertujuan untuk menganalisis beberapa aspek finansial dari
peternakan sapi perall di kawasan petemakan sapi perah Desa Situ Udik Kecamatan
Cibungbulang Kabupaten Bogor. Untuk melakukan analisis finansial, terlebih dahulu
hams diketahui besamya biaya total serta jumlah penerimaan yang didapat dari
peternakan sapi perah ini. Biaya total merupakan penjumlahan dari biaya tetap dan
biaya variabel. Sementara itu, penerimaan usaha berasal dari penjualan susu,
penjualan temak, susu yang dikonsumsi peternak dan perubahan nilai temak.
Analisis yang dilakukan meliputi analisis rasio penenmaan dan biaya untuk
mengetahui perbandingan besarnya penerimaan yang didapat dengan biaya yang
dikeluarkan. Analisis pendapatan untuk men&tung besamya tingkat pendapatan
yang diperoleh usahaternak sapi perah ini.
Dari analisis yang telah dijabarkan tersebut akan diperoleh suatu kesimpulan
mengenai tingkat pendapatan usaha dari peternakan sapi perah di kawasan
petemakan sapi perah Desa Situ Udik Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor.
Kesimpulan tersebut akan direkomendasikan untuk membantu pengembangan usaha
petemakan sapi perah ini. Secara konseptual kerangka pemikiran penelitian ini
disajikan dalam Gambar 1.

Peternakan Sapi Perah

I

Struktur Biaya dan Struktur
Penenmaan

I

1

Penenmaan Usaha
Penjualan Susu
Penjualan Sapi dan
Pedet
Konsumsi Susu Oleh
peternak
Perubahan nilai
kepemilikan temak

Biaya Total
Biaya Variabel
BiayaTetap

1

I

Analisis Pendapatan
Analisis RfC rasio

v

Kesimpulan

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian

TINJAUAN PUSTAKA
Karakteristik Usaha Peternakan Sapi Perah
Menurut Sudono (1999) usaha petemakan sapi perah di Indonesia
diklasifikasikan berdasarkan skala usahanya, yaitu perusahaan petemakan sapi perah
dan petemakan sapi perah rakyat. Berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian
Republik Indonesia No : 362/KPTS/TN. 1201511990, usaha pertemakan sapi perah
rakyat adalah usaha pertemakan yang memiliki total sapi perah di bawah 20 ekor dan
perusahaan pertemakan sapi perah adalal~usalla pertemakan yang memiliki lebih
dari 20 ekor sapi perah. Petemakan rakyat merupakan usaha yang dilakukan oleh
rakyat disanping usaha taninya sehingga sifat pemeliharaanya masih ixadisional.
Pemsahaan pertemakan mempakan petemakan yang diselenggarakan dalam suatu
pemsahaan komersial dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan sebesarbesarnya dan mempunyai izin usaha serta dalam proses produksinya telah
menggunakan teknologi baru. Selain itu pada perusahaan petemakan biasanya telah
menerapkan hasil penelitian terbaru atau inovasi.
Pengembangan usaha petemakan sapi perah mempunyai dampak positif
terhadap pembangunan petemakan di Indonesia karena dapat : (1) menghemat devisa
negara; (2) menciptakan lapangan pekerjaan ; (3) meningkatkan pendapatan petani,
dan (4) perbaikan gizi nasional. Hal ini didukung pula oleh Sudono (1999) yang
menyatakan bahwa usaha petemakan memiliki prospek yang cerah karena berbagai
faktor, yaitu;
1. Petemakan sapi perah adalah usaha yang paling tetap, fluktuasi harga,
produksi dan konsumsi tidak begitu tajam;
2. Sapi perah mempakan temak yang paling efisien dalam merubah pakan
menjadi protein dan kalori;
3. Memberikan jaminan dan pendapatan ( income);
4. Penggunaan tenaga kerja yang tetapltidak musiman sebagaimana pertanian;

5. Sapi perah dapat menggunakan berbagai jenis hijauan atau sisa-sisa hasil
pertanian;

6. Kesuburan tanah dapat dipertahankan dengan memanfaatkan kotoran sapi
perah sebagai pupuk

Ternak sapi perah yang telah banyak dipelihara adalah bangsa sapi perah
Fries Hollaizd (FH). Bangsa sapi merupakan salah satu faktor penting yang

mempengaruhi kualitas dan kuantitas produksi susu. Suhu kritis untuk sapi FH
adalah.27'~. Hal ini dikarenakan apabila suhu udara naik diatas suhu kritis akan
menyebabkau makannya berkurang karena sapi akan kesulitan dalam melepaskan
kelebihan panasnya. Sehingga akan berdampak terhadap menurunnya produksi susu
(Sudono, 1999).
Produksi Susu

Menurut Sudono dan Setiawan (2003) kemampuan sapi perah dalam
memproduksi susu dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu :bangsa atau nunpun sapi,
lama bunting, masa laktasi, besar sapi, estrus atau birahi, umur sapi, selang beranak,
masa kering, kandang, frekuensi pemerahan, tatalaksana pemberian pakan. Oleh
karena itu, untuk mendapatkan produksi susu yang tinggi perlu keterampilan dan
pengetahuan yang baik tentang tatalaksana petemakan sapi perah.
Sudono (1999) mengatakan bahwa produksi susu sapi perah di Indonesia
umumnya masih rendah, yaitu hasil susu rata-rata per ekor per hari adalah 10 liter
dengan bangsa sapi Fries Holland (FH). Hasil penelitian Nurhayati (2000),
menunjukan bahwa produksi susu yang dihasilkan di Kecamatan Ciwidey Kabupaten
Bandung adalah 8 liter/ekor/hari untuk skala pemilikan temak sebanyak satu sampai
tiga ekor betina dewasa.
Aspek Teknis dalam Pemeliharaan Sapi Perah

Pemeliharaan sapi perah dalam rangka pengembangan usaha harus
memperhatikan hal-ha1 teknis seperti pemilihan bibit, pemberian pakan, penyakit,
perkandangan dan pemerahan susu (Sudono dan Setiawan, 2003).
Bibit

Salah satu penentu dari keberhasilan sebuah usaha petemakan sapi perah
adalah dari kualitas bibit sapi perah yang dipelihara. Menumt Sudono dan Setiawan
(2003) ada beberapa ha1 yang harus diperhatikan dalam mempersiapkan bibit sapi
perah, yaitu sebagai berikut : (1) Genetik atau ketu~unan.Sifat unggul yang dimiliki
oleh tetua baik induk maupun pejantan akan menuiun kepada anaknya. Oleh karena
itu, bibit sapi perah yang baik hams berasal dari induk yang memiliki produktivitas

tinggi dan dari pejantan yang unggul, ha1 ini dapat diketahui dengan menelusuri
keterangan kedua tetua dan nenek moyangnya, (2) Bentuk ambing. Bentuk ambing
sapi perah dapat menentukan kualitas dan kuantitas susu yang dihasilkan. Bentuk
ambing yang baik adalah ambing yang besar, pertautan antar otot h a t dan
memanjang sedikit kedepan, serta puting tidak lebih dari empat, (3) Penampilan.
Secara keseluruhan bibit sapi harus proporsional, tidak kurus dan tidak terlalu
gemuk, kaki berdiri tegak dan jarak kaki kanan dengan kaki kiri cukup lebar serta
memiliki bulu yang menglulat, (4) Umur bibit. Umur bibit sapi perah betina yang
ideal adalah 1,5 tahun dengan bobot badan sekitar 300 kg, sementara itu umur
pejantan dua tahun dengan bobot badan sekitar 350 kg.

Pakan Sapi
Pakan sapi perah adalah nunput dan kosentrat sebagai penguat. Pakan
merupakan faktor utama yang mempengaruhi kesehatan dari sapi perah, oleh karena
itu peternak harus memperhatikan pemberian pakan terhadap sapi perah. Pemberian
pakan sapi perah hams sesuai dengan bobot badan, kadar lemak susu dan produksi
susunya terutama untuk sapi-sapi yang telah berproduksi. Kadar lemak sangat
ditentukan oleh kandungan serat kasar dalam pakan. Pakan yang banyak
mengandung hijauan aka11 menyebabkan kadar lemak susu tinggi dan pakan yang
banyak mengandung kosentrat akan menyebabkan kadar lemak susu rendah (Sudono
dan Setiawan, 2003).
Salah satu faktor yang menentukan berhasilnya peternakan sapi perah adalah
pemberian pakan. Sapi perah yang produksinya tinggi, bila tidak mendapatkan pakan
yang cukup baik kuantitas maupun kualitasnya tidak akan menghasilkan susu yang
sesuai dengan kemampuannya. Cara pemberian pakan yang salah dapat
mengakibatkan penurunan produksi, gangguan kesehatan balkan dapat juga
menyebabkan kematian. Selanjutnya dijelaskan untuk memenuhi kebutuhan seekor
sapi laktasi dengan bobot badan 450 kg dengan produksi susu rata-rata 13 kg/hari
dan lemak susu 3,5% dibutuhkan konsentrat 6,05 kg, rumput alam 20,75 kg dan
rumput gajah 7,60 kg (Sudono, 1999).
Penelitian Hidayat (2001) di Kecamatan Cepogo Kabupaten Boyolali, jumlah
rata-rata pakan hijauan temak yang diberikan oleh peternak adalah 19,92 kg/ST/hari.

Konsentrat sebesar 2,71 kg/ST/hari, ubi kayu sebesar 3,14 kg/ST/hari, bekatul
sebesar 0,84 kg kg/ST/hari dan ampas tahu sebesar 0,32 kg/ST/hari.

Penyakit Sapi Perah
Seifert (1992) menyatakan bahwa sapi lokal di daerah tropis memiliki
resistensi yang tinggi dengan bangsa produktif dari luar tidak saja terhadap infeksi
melainkan juga terhadap faktor penyakit dan keracunan turnbuhan. Seifert (1992)
menambahkan, untuk melawan wabah kontak dan wabah tanah bisa diproduksi
vaksin-vaksin ampuh. Vaksin dengan kekebalan yang dihasilkannya dipengaruhi
oleh gizi, pemeliharaan dan produksi tenlak masing-masing, dan tentu saja tidak
lepas dari pengaruh-pengaruh genetiknya. Sebaliknya pada wabah vektor resistensi
genotiplah yang memperkuat daya tahan temak atau pun bangsa di daerah tropis, jika
manajemen usaha tidak mampu lagi menjauhkan pengaruh penyakit melalui usahausaha yang memadai @emberantasanvektor).

Kandang
Kandang merupakan tempat berlindung bagi ternak. Jika dilihat dari
peruntukannya, kandang sapi perah bisa dibagi menjadi lima jenis kandang: (1)
Kandang pedet, umur 0-4 bulan; (2) Kandang sapi remaja atau pedet lepas sapih,
umur 4-8 bulan; (3) kandang sapi dara, umur 8 bulan-2 tahun; (4) Kandang sapi
dewasa atau masa produksi, umur lebih 2 tahun dan laktasi; dan (5) Kandang sapi
kering kandang (Sudono dan Setiawan, 2003). Dalam pembuatan kandang ada
beberapa ha1 yang hams diperhatikan, yaitu antara lain adanya ventilasi, sinar
matahari yang cukup, kekeringan, konstruksi kandang, keamanan hewan, ukuran
kandang dan bahan-bahan pembuat kandang seperti kerangka kandang, atap kandang
lantai dan dinding kandang (Girisonta, 1983).
Hasil penelitian Suhendar (2004) ba~lgunankandang sapi pada PT. Gurame
Anugerah Tani terdiri dari enam kandang untuk sapi dewasa, muda dan dara serta
satu kandang untuk pedet. Tipe kandang adalah tipe ganda dengan ukuran 6 x 24 m2
sebanyak tiga kandang dan 6 x 24 m2 satu kandang untuk kapsitas masing-masing
kandang sebanyak 48 ST dan 56 ST untuk sapi dewasa. Dua kandang lainnya untuk
sapi remaja dengan ukuran 4 x 18 m2 dan 4 x 10 m2 yang mempunyai kapasitas
sebanyak 24 ekor dan 12 ekor. Kandang untuk sapi pedet yang belum lepas sapih di

bangun di dekat kandang induknya yang dibuat per individu dengan ukuran 1,25 x 1
m2 sebanyak 50 boks.
Pemerahan
Pada uinumnya sebelum sapi diperah, kandang tempat sapi perah hams
dibersihkan dan dihilangkan dari bau-bauan, baik yang berasal dari kotoran maupun
dari makanan atau hijauan yang berbau, karena air susu itu mudah sekali inenyerap
bau-bauan yang dapat mempengruuhi kualitas air susu. Sapi yang akan diperah
hendaknya pada bagian badan sekitar lipat paha dan bagian belakang dicuci atau
dibersihkan untuk mencegah kotoran-kotoran yang menempel pada bagian-bagian
tersebut jatuh dalam susu pada saat sapi itu diperah, sebelum ambing akan diperah
hams dicuci terlebih dahulu dengan air hangat untuk inengurangi kontmninasi bakteri
pada susu, disamping itu untuk menggertak keluarnya atau memancarnya susu
sehingga memudahkan pemkrahan.
Sapi yang diperah dua kali sehari dengan jarak waktu antar pemerahan sama
akan sedikit sekali perubahan susunan susu tersebut dan jika sapi diperah empat kali
sehari, kadar lemak akan sedikit tinggi pada besok paginya, yakni pada saat
pemerahan pertama. Semakin sering sapi diperah, hasil susu akan naik dan
meningkatnya produksi susu ini tergantung dari kemampuan sapi untuk berproduksi,
pakan yang diberikan dan manajemen yang dilakukan oleh peternak. Umumnya sapi
diperah dua kali sehari, pada pagi hari dan sore hari. Pemerahan yang dilakukan lebih
dari dua kali sehari, biasanya dilakukan pada sapi-sapi yang berproduksi tinggi
(Sudono, 1999).
Analisis Biaya dan Pendapatan
Dalam usaha tani dikenal dua inacam biaya, yaitu biaya tunai atau biaya yang
dibayarkan dan biaya tidak tunai atau biaya yang tidak dibayarkan. Biaya yang
dibayarkan adalah biaya yang dikeluarkan untuk membayar upah tenaga kerja luar
keluarga, biaya untuk pembelian input produksi seperti bibit, pupuk, obat-obatan,
dan bawon panen. Kadang-kadang juga temasuk biaya untuk iuran pemakaian air
dan irigasi, pembayaran zakat, dan lain sebagainya. Dalam usaha petemakan antara
lain untuk biaya pengembalaan, biaya pernbelian pakan, biaya pembersihan kandang,
dan jenis upah kegiatan laimya (Daniel, 2002).

Biaya total adalah pengeluaran yang ditanggung perusahaan untuk membeli
berbagai macam input atau faktor-faktor yang dibutuhkan untuk keperluan
produksinya (Mankiw, 2000). Menurut Hernanto (1996), biaya merupakan korbanan
yang dicurahkan dalam proses produksi, yang semula fisik kemudian diberikan nilai
rupiah. Selanjutnya dikatakan korbanan dan atau biaya ini hams digunakan seefisien
munglun agar membuahkan keuntungan yang optimal.
Lipsey et al., (1995) memaparkan bahwa biaya bagi perusahaan yang
kegiatannya memproduksi barang adalah nilai input yang digunakan untuk
memproduksi outputnya. Selanjutnya dikatakan biaya total adalah seluruh biaya yang
diperlukan untuk inenghasilkan sejumlah output tertentu.
Daniel (2002) mengatakan bahwa biaya produksi adalah sebagai konpensasi
yang diterima oleh para pernilik faktor-faktor produksi, atau biaya-biaya yang
dikeluarkan oleh petani dalam proses produksi, baik secara tunai inaupun tidak tunai.
Dalam analisis ekonomi, biaya diklasifikasikan kedalam beberapa golongan sesuai
dengan tujuan spesifik dari analisis yang dikerjakan, yaitu sebagai berikut. (1) Biaya
uang dan biaya in natura. Biaya-biaya yang berupa uang tunai, misalnya upall kerja
untuk biaya persiapan atau penggarapan tanah, termasuk upah untuk temak, biaya
untuk membeli pupuk dan pestisida, d m lain-lain. Sedangkan biaya-biaya panen,
bagi hasil, sumbangan, dan munglun pajak-pajak dibayarkan dalam bentuk natura.
(2) Biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap adalah biaya yang besar kecilnya
tidak tergantung pada besar kecilnya produksi, misalnya sewa atau bunga tanah yang
berupa uang. Sedangkan biaya variabel adalah biaya yang besar kecilnya
berhubungan langsung dengan besamya produksi, misalnya pengeluaran-pengeluaran
untuk bibit, pupuk, dan sebagainya. (3) Biaya rata-rata dan biaya marginal. Biaya
rata-rata adalah hasil bagi antara biaya total dengan jumlah produk yang dihasilkan.
Sedangkan

biaya

marginal

adalah

biaya

tambahan

yang

dikeluarkan

petanilpengusaha untuk mendapatkan tambahan satu satuan produk pada suatu
tingkat produksi tertentu.
Rasio Penerimaan dan Biaya
Rasio penerimaan dan biaya atau RJC me~upakanperbandingan antara
penerimaan dengan biaya (Soekartawi, 2002). Menurut Hemanto (1996) R/C rasio
ini menunjukan pendapatan kotor yang diterima untuk setiap rupiah yang

dikeluarkan untuk memproduksi misalnya nilai FUC rasio 2,02 berarti untuk setiap
rupiah yang diinvestasikan akan memberikan penerimaan sebesar Rp 2,02.
Vidiayanti (2004) dalam penelitiannya diperoleh nilai FUC rasio atas biaya
total sebesar 1,13. Hal ini berarti setiap rupiah yang dikeluarkan untuk biaya total
pada usahaternak sapi perah tersebut akan menghasilkan peneriinaan sebesar
Rp 1,13, demikian pula diperoleh nilai RJC rasio atas biaya tunai sebesar 1,56 yang
menggambarkan keadaan bahwa setiap rupiah yang dikeluarkan untuk biaya tunai
pada usahaternak sapi perah tersebut akan menghasilkan penerimaan sebesar
Rp 1,56.

METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada usahatemak sapi perah di kawasan
petemakan Kabupaten Bogor di Desa Situ Udik Kecamatan Cibungbulang
Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan kawasan peternakan sapi perah Kabupaten
Bogor sebagai sebagai lokasi penelitian dilakukan secara sengaja @urpossive)
dengan alasan bahwa kawasan petemakan tersebut merupakan daerah yang
mengembangkan petemakan sapi perah di Kabupaten Bogor dan tentunya memiliki
populasi sapi perah yang terbesar di Kecamatan Cibungbulang. Penelitian
dilaksanakan pada bulan Agustus 2008.

Populasi dan Sampel
Populasi penelitian adalah petemak sapi perah yang tergabung dalam suatu
kawasan petenlakan sapi perah Kabupaten Bogor di Desa Situ Udik yang berjumlah
102 petemak. Sampel pengamatan diambil dengan menggunakan teknik pengambilan
sampel equal probability. Pengamatan dilakukan pada 45 petemak yang merupakan
anggota dari enam kelompok tani di lokasi penelitian.

Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan studi kasus untuk mengkaji kondisi finansial usaha
petemakan sapi perah yang tergabung dalam suatu kawasan petemakan sapi perah
Kabupaten Bogor di Desa Situ Udik. Kondisi finansial yang diteliti meliputi
pendapatan, tingkat pendapatan dan rasio penerimaan dengan biaya.

Data dan Instrumentasi
Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data skunder. Data primer
dikumpulkan dengan cara wawancara langsung dan penyebaran kuisioner. Nazir
(1 999) menyebutkan definisi wawancara adalah proses memperoleh keterangan
untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sanbil bertatap muka dan
menggunakan alat yang dinamakan inelview guide (panduan wawancara). Data
sekunder akan dikumpulkan dari kantor kepala Desa Situ Udik, kantor koperasi
KUNAK, dan literatur yang relevan.

Data primer yang dikumpulkan meliputi jumlah peternak sapi perah dan
populasi sapi perah di lapangan, modal investasi yang terdiri dari (biaya pembuatan
kandang, peralatan, pembelian bibit sapi perah, mesin pengolahan pakan, pompa air,
dan lahan yang digunakan), modal kerja (pakan, obat-obatan, air dan tenaga kerja),
produksi (susu dan daging dari sapi afkir), dan harga jual output. Sedangkan data
sekunder yang dikumpulkan adalah data tentang keadaan umum dan profil Desa Situ
Udik, populasi sapi perah dan produksi susunya, jumlah penduduk dan data
penunjang lainnya.
Analisis Data
Analisis Deskriptif

Analisis Deskriptif digunakan untuk menjelaskan gambaran tentang kondisi
umum daerah penelitian, karakteristik peternak, sistem pemeliharaan dan beberapa
ha1 yang dibutuhkan dalam usaha petemakan sapi perah di kawasan petemakan sapi
perah Kabupaten Bogor di Desa Situ Udik
Analisis Rasio Penerimaan dan Biaya (R/C Rasio)

Analisis ini dapat menunjukan besamya penerimaan yang diperoleh peternak
akibat per rupiah uang yang dikeluarkan untuk usahatemaknya. Adapun rumus RIC
Rasio sebagai berikut:

Keterangan:
TR = Total Penerimaan
TC =Total Biaya

Analisis Pendapatan

Analisis pendapatan ini dihitung berdasar selisih anatara penerimaan total
(Total Revenue) dengan biaya total (Total Cost). Rumus pecdapatan adalah sebagai
berikut:
iz

= TR-TC

Kriteria yang digunakan:

1. n > 0 maka untung
2. n < 0 maka rugi

3. z = 0 maka impas

Batasan Istilah
1. Kawasan petemakan

sapi perah Kabupaten Bogor meiupakan lokasi

dilaksanakannya penelitian.
2. Analisis finansial adalah analisis pendapatan usaha yang bertujuan untuk

mengetahui besamya pendapatan dan rasio penenmaan terhadap biaya di lokasi
penelitian.
3. Usaha petemakan sapi perah adalah semua kegiatan produksi usaha petemakan

sapi perah dengan tujuan untuk menghasilkan susu.
4. Produksi susu adalah jumlah susu yang dihasilkan oleh sapi-sapi laktasi yang ada

di petemakan sapi perah di lokasi penelitian.
5. Biaya produksi adalah sejumlah biaya yang dikeluarkan oleh petemakan di lokasi

penelitian untuk menghasilkan sejumlah output.
6. Penenmaan usaha adalah hasil produksi susu baik yang dijual ataupun yang

dikonsumsi sendin serta penjualan sapi induk, dara, pedet dan feses.
7. Pendapatan adalah selisih antara penerimaan usaha yang didapat dengan biaya

produksi yang dikeluarkan oleh petemakan sapi perah di lokasi penelitian.
8. RlC rasio adalah besarnya penenmaan yang diperoleh akibat satu rupiah biaya

yang dikeluarkan untuk usaha petemakan.

KEADAAN UMUM LOKASI
Desa Situ Udik
Kawasan petemakan sapi perah Kabupaten Bogor terletak di Desa Situ Udik
Kecamatan Cibungbulang. Desa Situ Udik seluas 370.150 Ha ini berbatasan dengan
Desa Situ Ilir Cibungbulang disebelah utara, Desa Pasarean Pamijahan di sebelah
selatan, Desa Cimayang Pamijahan disebelah barat dan disebelah timur berbatasan
dengan Desa Karacak Leuwiliang. Desa Situ Udik sebagian besar memiliki topografi
berupa dataran dan hanya 71 Ha yang merupakan perbukitanlpegunungan. Desa
yang memiliki curah hujan rata-rata per tahun sebesar 3009 mm dengan keadaan
suhu rata- rata 19' C serta berada pada ketinggian 460 meter diatas permukaan laut
ini sangat cocok untuk budidaya sapi perah.
Mata pencaharian warga Desa Situ Udik yang berjumlah 13.668 jiwa
(Monografi Desa Situ Udik, 2008) sebagian besar berada disektor pertanian tanaman
pangan (sawah, kebun dan ladang).
Kawasan Peternakan Sapi Perah (KUNAK)
Kawasan petemakan sapi perah selanjutnya disebut dengan KUNAK
merupakan suatu kawasan yang terletak di Desa Situ Udik dan merupakan lokasi
peternakan sapi perah yang dihuni oleh 102 peternak sapi perah. Peternak sapi perah
di KUNAK dibagi menjadi enam kelompok tani yaitu kelompok tani Tertib, Segar,
Bersih, Indah, Aman dan Mandiri. Jumlah peternak pada kelompok tani tersebut
dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Jumlah populasi petemak di KUNAK (Agustus 2007-Juli 2008)
Kelompok Tani

Jumlah Peternak

Sampel

TERTIB

18

7

SEGAR

21

7

BERSIH

19

9

INDAH

18

9

AMAN

14

7

MANDIRI

12

6

JUMLAH

102

45

Objek penelitian adalah 45 petenlak dari 102 petemak yang berada di
KUNAK. Sebagian besar petemak memiliki tenaga kerja luar keluarga dan tidak

mengikutsertakan pemilik temak dalam inemelihara temak sapi perah. Jumlah tenaga
kerja dari 45 peternak adalah 74 orang, 12 orang diantaranya adalah tenaga kerja
dalam keluarga yang tidak memiliki tenaga kerja luar keluarga dan 62 orang adalah
tenaga kerja luar keluarga. Setiap tenaga kerja akan menangani satu kandang dengan
jumlah temak 8-13 temak sapi perah.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Bangsa dan Populasi Sapi Perah
Sapi perah yang dipelihara di Kawasan Usaha Peternakan Desa Situ Udik
Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor (selanjutnya disebut KUNAK) adalah
sapi perah peranakan Fries Holland. Populasi sapi perah dari 45 peternak di KUNAK
pada pertengahan tahun 2007 sampai dengan pertengahan tahun 2008 ditunjukan
oleh Tabel 2.
Tabel 2. Populasi Ternak Sapi Perah 45 Peternak di KUNAK
Ternak Sapi
Laktasi
Kering Kandang
Dara
Pedet
Jantan Muda
Jantan Dewasa
Jurnlah

Agustus 2007
Ekor
ST
%
392 392.00
63.35
55
55.00
8.89
150
75.00
12.12
103
25.75
4.16
96
48.00
7.76
23
23.00
3.72
819 618.75 100.00

Juli 2008
Ekor
ST
%
458 458.00
71.81
87
87.00
13.64
94
47.00
7.37
55
13.75
2.16
26
13.00
2.04
19
19.00
2.98
739 637.75 100.00

Sapi laktasi merupakan jumlah ternak sapi terbanyak dari 45 peternak di
KUNAK. Persentase rata-rata sapi laktasi selama setahun dari bulan Agustus 2007
sampai dengan bulan Juli 2008 adalah 68,lO persen. Persentase sapi laktasi
merupakan faktor terpenting dan tidak dapat diabaikan dalam tatalaksana yang baik
dalam suatu menjamin pendapatan peternak (Sudono, 1999). Persentase sapi perah
yang baik adalah yang mempunyai sapi laktasi sebanyak lebih dari 60 persen.
Berdasarkan Tabel 2, kepemilikan awal ternak sapi perah pada bulan Agustus
2007 sebanyak 618,75 ST kemudian meningkat menjadi 637,75 ST pada bulan Juli
2008. Hal ini disebabkan adanya peningkatan ternak sapi laklasi yaitu dari 392 ST
menjadi 458 ST. Peningkatan jumlah ternak juga terjadi pada sapi kering kandang
yaitu dari 55 ST menjadi 87 ST. Sapi dara mengalami penurunan sebanyak 28 ST.
Hal ini karena sapi dara tersebut sudah bemmur lebih dari dua tahun sehingga masuk
kedalam golongan sapi induk. Sapi pedet mengalami penurunan sebanyak 12 ST dan
sapi jantan muda turun sebanyak 35 ST. Ada dua faktor yang menyebabkan
penurunan ini yaitu terjadi perubahan usia sapi sehingga tidak tergolong lagi dalam

golongan pedet dan adanya barter yang dilakukan oleh para petemak dari pedet
menjadi induk. Barter yang dilakukan oleh para peternak adalah menukar tiga ekor
pedet betina dan atau dua ekor jantan muda menjadi satu ekor sapi induk.
Peternak mempunyai 23 ST sapi jantan dewasa diawal tahun penelitian dan
mengalami penunman menjadi 19 ST diakhir tahun penelitian. Sapi jantan tersebut
dipelihara untuk dijual pada hari besar Idul Fitri dan Idul Adha. Peternak
menggunakan teknik Inseminasi Buatan (IB) dalam perkawinan. Pemeliharaan jantan
muda akan menarnbah beban biaya pakan sehingga tidak efisien jika peternak di
KUNAK tetap memeliharanya.
Pemasaran dan Produksi Susu
Produksi susu mencakup susu yang dijual, diberikan ke pedet serta yang
diminum oleh peternak. Produksi susu yang dihasilkan oleh 45 peternak di KUNAK
selama setahun sebanyak 1.967.901,75 liter. Rata-rata produktivitas ternak sapi
adalah 12,69 literlekorihari. Berdasarkan penelitian Hertika (2008) di perusahaan X
Desa Cibeureum Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor, jumlah produksi susu di
perusahaan tersebut mencapai 14,99 liter/ekor/hari. Hal ini menunjukan produksi
susu di KUNAK masih lebih rendah dibandingkan perusahaan X.
Susu yang telah diperah dijual dengan harga Rp 2.600,OO per liter. Tenaga
kerja (supir) mengantar susu setiap pagi dan sore ke koperasi yang letaknya masih
berada di kawasan petemakan Cibungbulang. Selanjutnya akan disetorkan ole11
koperasi ke koperasi pusat yang masih berada di Kabupaten Bogor.
Tatalaksana Pemeliharaan Ternak Sapi Perah
Perkandangan
Sistem pemeliharaan yang dilakukan oleh 45 petemak di KUNAK adalah
sistem intensif. Sapi dikandangkan terus menerus setiap hari. Kandang yang
dibangun berfungsi untuk melindungi ternak sapi perah dari hujan, angin, terik
matahari, pengaruh buruk lingkungan dan berfungsi juga sebagai tempat istiral~at.
Kandang yang dibuat adalah kandang yang permanen dengan lantai yang terbuat dari
semen cor.
Ballan pembuatan lantai sangat berpengaruh terhadap kesehatan ternak,
terutama sapi perah. Jika lantai basah atau terlalu lembab maka akan terkena resiko

penyakit. Oleh karena itu, petemak di KUNAK membuat kandang dengan lantai
miring beberapa derajat agar feses, urine maupun sisa makanan langsung mengalir ke
parit-pariUsaluran pembuangan yang terdapat di pinggir kandang. Dinding kandang
terbuat dari tembok setinggi kurang lebih 250 cm. Peternak tidak membedakan
antara tinggi kandang untuk pedet, dara maupun induk sapi. Atap kandang
menggunakan asbes. Tipe kandang yang digunakan adalah tail to tail, tipe ini
memudahkan tenaga kerja dalam membersihkan kandang.
Perkawinan

Cara perkawinan yang dilakukan peternak di KUNAK adalah sistem
perkawinan inseminasi buatan (IB) atau kawin suntik. Cara tersebut digunakan
karena dianggap lebih praktis dan efisien jika dibandingkan dengan memelihara dan
menggunakan pejantan untuk kawin alarni. Rata-rata setvice per conception sapi
perah di KUNAK adalah kurang dari 2,OO. Menurut Sudono (1999), untuk di
Indonesia service per conception yang baik adalah kurang dari 2,OO. Sedangkan
untuk selang beranak sapi perah di KUNAK berkisar antara 12 sampai 15 bulan,
Sudono dan Setiawan (2003) menyatakan bahwa jika selang beranak diperpanjang
sanpai 450 hari (15 bulan), maka akan meningkatkan produksi susu sebesar 3,s
persen, tetapi jika dilihat dari segi ekonomi maka akan merugikan dibandingkan
dengan biaya makanan yang diberikan.
Tenaga Kerja

Pengunaan tenaga kerja di kawasan petemakan ini ada yang dikerjakan oleh
tenaga kerja luar keluarga dan dalam keluarga. Dalam satu kandang berkapasitas 813 ekor biasanya ditangani satu sampai dua orang tenaga kerja. Petemak sapi perah
di kawasan petemakan sapi perah ini lnempercayakan sepenuhnya kepada para
tenaga kerja yang bekerja padanya, tetapi ada juga petemak yang menangani
usahatemak sendiri.
Menurut Sudono (1999) untuk efisiensi penggunaan tenaga kerja, seorang
tenaga kerja dapat menangani enam sampai tujuh ekor sapi dewasa. Dari hasil
pengamatan di lapang terhadap 45 peternak, total pekeja ada sebanyak 74 orang,
terdiri dari 12 orang tenaga kerja dalam keluarga dan 62 orang tenaga kerja luar
keluarga yang menangani sapi perah atau satu orang pekerja dapat menangani 8,38

ST atau 10 sampai 11 ekor dengan komposisi umur ternak seperti pada tabel 2.
Selain menangani sapi perah, para tenaga keja ini sekaligus bertugas mengantar susu
ke koperasi, memesan konsentrat dan inelaporkan hasil usahatemaknya kepada
pemilik temak. Tugas tersebut ditrunbah dengan membersihkan kandang,
memandikan sapi, memerah susu, memberi pakan, memelihara pedet, mengamati
keadaan sapi birahi, mengelola dan mengambil nunput lapang serta rumput gajah
untuk kebutuhan sapi perah. Penggunaan waktu yang diperlukan tenaga kerja dalam
melakukan kegiatan usaha ternak dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Jenis Kegiatan dan Waktu Tenaga Keja
Jenis Kegiatan

Waktu ('janl)

Membersihkan kandsu~g

l,50

Mernandikan sapi

1.50

Meniberi makan dan niiilum sapi

2,25

Meinera11 susu

2,50

Mencari dan inemotong iumput

4,50

Jellis kegiatan yang menyita waktu paling banyak yaitu kegiatan mencari dan
memotong rumput. Rumput yang tersedia disekitar peternakan terkadang tidak
mencukupi sehingga hams mencari keluar peternakan. Waktu yang diperlukan untuk
kegiatan mencari dan memotong rumput yaitu 4,5 jam oleh seorang pekejalhai.
Kegiatan membersihkan kandang, membersihkan sapi daii membersihkan
peralatan susu dilakukan secara berturut-turut sebelum pemerahan, kegiatan ini
dilakukan dua kali sehari. Fungsinya untuk mencegah sapi dari penyakit juga
menghindari masuknya kotoran kedalam susu. Membersihkan kandang dan peralatan
susu meliputi membersihkan lantai