Kajian atas kitab Hasyiah Al-Sawi Ala Tafsir AL-Jalalain

KAJIAN ATA
AS KITAB
B

HÂSYIAH
H}
H AL-S}ÂWÎ
W ‘ALÂ
 TAFSÎR AL-JALÂ
A
ÂLAIN

Skripssi
Diajukan kepada
k
Faku
ultas Ushulluddin
unntuk Memeenuhi Persyaaratan Mem
mperoleh
Gelar Sarjana Ushu
uluddin (S.U

Ud)

Oleh
h
I
Imam
Zak
ki Fuad
NIM
M: 107034
4001600

PR
ROGRAM
M STUDI TAFSIR-HADIS
FAKUL
LTAS USHULUDD
DIN
UNIV
VERSITAS ISLAM

M NEGERII SYARIF
F HIDAYA
ATULLAH
H
JAKAR
RTA
1
1432
H./20
011 M.

LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1.

2.

3.

Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 02 Juni 2011

Imam Zaki Fuad

KAJIAN ATAS KITAB

H}ÂSYIAH AL-S}ÂWÎ ‘ALÂ TAFSÎR AL-JALÂLAIN

Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin
untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Ushuluddin (S.Ud)

Oleh
Imam Zaki Fuad
NIM: 107034001600

Pembimbing

Moh. Anwar Syarifuddin, MA.
NIP: 197205181998031003

PROGRAM STUDI TAFSIR-HADIS
FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432 H./2011 M.

PERSETUJUAN PARA PENGUJI
Skripsi berjudul KAJIAN ATAS KITAB H}ÂSYIAH AL-S}ÂWÎ ‘ALÂ TAFSÎR


AL-JALÂLAIN telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ushuluddin
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, pada 21 Juni 2011. Skripsi ini telah diterima
sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ushuluddin (S.Ud) pada
Program Studi Tafsir-Hadis.
Jakarta, 21 Juni 2011

Sidang Munâqasyah
Ketua Merangkap Anggota,

Sekretaris Merangkap Anggota,

Dr. M. Suryadinata, M.Ag.

Dr. Lilik Ummi Kultsum, MA

NIP. 19600908 1989031 005

NIP. 19711003 1999032 001
Anggota,


Penguji I

Penguji II

Dr. M. Suryadinata, M.Ag.

Eva Nugraha, MA

NIP. 19580301 199203 1 001

NIP. 19710217 1998031 002

Pembimbing,

Moh. Anwar Syarifuddin, MA.
NIP: 19720518 1998031 003

MOTTO

ª2j°Oˆm ¨C›X+ØSˆm  ª2ԁ¯

 §ª¨ ¯nÔ§\ÈÙXT
§«¨ #nՃÅ\ r¦V ]C›_60_ ‰D¯
§¬¨ ¯n׃¡¯ ×S_™XSV"XT ©F\UÙ¯ ×S_™XSV"XT °0›\U¯ ›ƒ¡ SÉ °-WÃXT SÄ=W%XÄ WÛϰŠ €Y¯




Adalah sulit mengatakan “sekarang”
Dengan mengatakanya, maka sekarang menjadi masa silam
Namun masa silam adalah menjadi apa adanya sekarang
Dan apa adanya sekarang akan menjadi masa depan
Tak perlu katakan hari esok tak kan datang
Karena ia pasti kan datang
Sungguh beruntung jika tahu bagaimana hari depan
Berawal dari bagaimana sekarang
(I’m zafu: 2011)

LEMBAR PERSEMBAHAN

Untuk


Had}ratus Syaikh, Murabbi Rûh}î
KH. Maimun Zubair
Wâlidî
Ayahanda Abdullah Malik (Allah yarham) dan Umminda Latifah
Kakanda Tercinta
Malih Laila Najihah, M.Ag
Adinda Tersayang
Mufarrihah Nur Jamilah dan Tsuroyya Shofwah

ABSTRAK
Imam Zaki Fuad
Kajian atas Kitab H}âsyiah al-S}âwî ‘alâ Tafsîr al-Jalâlain
Skripsi ini mengkaji tentang apresiasi ulama terhadap Tafsîr al-Jalâlain. Begitu
tingginya nilai Tafsîr al-Jalâlain di mata para pembaca. Dapat dikatakan bahwa tafsîr
inilah yang banyak berkembang dalam masyarakat dan para ulama, dari dulu hingga
sekarang. Dalam pencarian data, saya menemukan 16 syarah atau h}âsyiah dari kitab
Tafsîr al-Jalâlain yang masyhur di dunia dan empat kitab yang secara jelas menyatakan
sebagai terjemah dari Tafsîr al-Jalâlain di Nusantara. Selanjutnya, skripsi ini mengulas
secara singkat beberapa syarah} dan h}âsyiah yang berhasil ditemukan dengan

menggolongkan masing-masing berdasarkan madzhab fikihnya. Karena ternyata, Tafsîr
al-Jalâlain yang dikarang oleh dua orang bermadzhab al-Syâfi’î tetapi telah diapresiasi
oleh ulama sesudahnya yang berbeda madzhab.
Penelitian ini secara khusus membahas kitab H}âsyiah al-S}}âwî, salah satu h}âsyiah
dari Tafsîr al-Jalâlain. Yang menjadi catatan dalam biografi al-S}}âwî adalah; madzhab
fikih al-Mâlikî, faham theologi al-Asy‘ari dan t}ariqah sufi aliran Khalwatiyah. Penelitian
ini juga menyebutkan deskripsi seputar naskah H}âsyiah al-S}}âwî, proses penulisan, latar
belakang penulisan, sejarah penulisan, metode, dan corak Penafsirannya. Pada akhir
pembahasan, penilitan ini menyebutkan beberapa keistimewaan al-S}}âwî. karena, ia
mampu membuat H}âsyiahnya berbeda dengan syarah atau hâsyiah dari Tafsîr al-Jalâlain
yang lain. Al-S}}âwî tidak hanya memberi penjelasan dari redaksi Tafsîr al-Jalâlain saja,
tetapi ia juga menaqsy (mengkoreksi) dan membandingkan Tafsîr al-Jalâlain dengan
penafsir-penafsir lain. Yang lebih unik lagi, al-S}}âwî menghadirkan kelihaiannya dalam
ilmu bahasa. Mulai dari saraf, nahwu, sampai perbedaan qirâ’at dan konsekwensinya.
H}asyiah al-S}â} wî adalah satu-satunya kitab h}asyiah yang dicetak oleh penerbit lokal.



vii


KATA PENGANTAR

ϢϴΣήϟ΍ ϦϤΣήϟ΍ Ϳ΍ ϢδΑ
Alhamdulillah, syukur tiada tara saya ucapkan ke hadirat Allah swt. Atas
segala nikmat-Nya sehingga penulisan skripsi ini selesai meski penuh liku.
Sungguh peneletian ini tidak akan berhasil kecuali karena anugerah dan
petunjuk-Nya. S}a} lawat serta salam semoga tetap pada baginda Nabi Muh}ammad
saw. yang dengannyalah sehingga al-Qur’ân dapat menjadi pedoman hingga kini.
Penelitian yang akhirnya menjadi skripsi ini bermula dari diskusi yang
saya lakukan dengan bapak Ervan Nurtawab, M.Ag. yang mana kami sering
mengadakan pertemuan setiap hari minggu di rumah beliau. Beliau melihat
bahwa Tafsîr al-Jalâlain yang banyak dikaji oleh kalangan pesantren Nusantara,
ternyata masih tergolong sedikit karya ilmiyah yang menulis tentangnya. Sampai
pada akhirnya saya tertarik untuk meneliti h}asyiahnya, yaitu kitab H}âsyiah al-

S}âwî. Mengingat kitab tersebut adalah kitab yang paling akrab bagi para santri.
Sudah semestinya, ungkapan terima kasih tak terhingga saya haturkan
kepada banyak pihak yang telah berpartisipasi dalam penulisan skripsi ini. Baik
secara langsung atau pun tidak langsung. Dari proses awal penelitian sampai
akhir penulisan skripsi ini sebagaimana mestinya. Maka, selayaknya saya

mengabadikan budi baik para pihak yang telah membantu dengan ungkapan
terima kasih tak terhingga.



viii

Penghargaan terbesar saya haturkan kepada Bapak Dr. Muhammad Anwar
Syarifuddin, MA. selaku pembimbing dan pengarah atas penulisan ini. Sungguh
dengan sabar beliau telah memberi pengarahan, koreksi dan motivasi dari sejak
sebelum penelitian ini dilakukan hingga selesai. Kepada bapak Ervan Nurtawab,
M.Ag. yang dengan kerendah-hatiannya menganggap murid sebagai teman, yang
karena beliaulah muncul judul skripsi ini. Entah berapa ilmu dan buku yang telah
diberikan dan dipinjamkan kepada saya. Kepada para penguji, khususnya bapak
Eva Nugraha, MA. yang telah memberikan ujian dan koreksi tanpa henti meski
sidang munaqasyah telah usai.
Kepada pihak Dekanat dan jajarannya, juga kepada pihak Jurusan Tafsir
Hadits dan jajarannya. Kepada para pengurus PU (perpustakaan Utama) UIN
Syarif Hidayatullah, yang telah membantu saya untuk mendapatkan sumbersumber rujukan penting, kepada Direktur dan para staf PSQ (pusat stadi alQur’an) yang telah memberi fasilitas ruang baca. Kepada para pengurus
Perpustakaan Umum Islam (Iman Jama). Kepada semua Dosen Tafsir-Hadis yang
telah menularkan ilmunya. Kepada Sahabat-sahabat DAUN, (Aqsho, Adin, Asep,
Bombom, Dian, Hasyim, Ilham, Uchil, Tia, Sophie, Ristie, Lubna, Lala, Suci,
Risda, Ati, V3, Febri, dan Yulita) sahabat-sahabat MASTHA ‘07 (Mahasiswa
Tafsir Hadits-A) khususnya, Zahrul Athriyah dan Sofia Rosdanilla, tidak lupa,
Hasyim yang dengan sedianya selalu memberi informasi, dan kawan-kawan lain,
di kampus, di tempat kerja, dan di manapun mereka berada. Dengan tanpa
mengurangi rasa terimakasih sebesar-besarnya meski tanpa sebutkan nama, atas
dukungannya demi selesainya skripsi ini.



ix

Kepada Ibu Hj. Neni Fauziah, M.Ag. sekeluarga yang tak lelah memberi
semangat, baik moril atau meteriil. Kepada saudaraku, Nely dan keluarga yang
telah berkenan memberi bantuan. Kepada bulek Izah dan bulek cicik, sebagai
cermin orang tua. Kepada KH. Adnan Idris Kaisan, yang senang mengajak
diskusi dan memberi obat hati. Kepada Guru penyejuk hatiku, Ust. Ahmad
Muzakki, Lc. Kepada Mas Bangun dan keluarga yang telah memberi fasilitas
untuk bermeditasi selama penulisan skripsi ini hingga selesai.
Kepada, kakak dan adik-adikku, yang dengan sabar menemani dan
memberi motivasi. kepada kakak iparku, Muhammad Heri Fuad Hasyim, SHi.
yang dengan kegigihannya dalam belajar dan bekerja memberikan semangat bagi
saya untuk terus berkarya.
Syukur dan baktiku kepada kedua orang tua, Ummi, Latifah dan Abah,
Abdullah Malik, (allah yarham) yang tak henti-hentinya memberikan dorongan
dan motivasi serta doa yang tulus bagi keberhasilan saya dalam mengukir
kehidupan yang berguna. Kasih sayang, nasehat, dan bimbingan mereka selama
ini telah membentuk niat dan tekad saya untuk terus maju dan berguna bagi
keluarga. agama, dan tanah air. Saya berharap bahwa skripsi dengan landasan
penelitian ini dapat memberikan kontribusi yang baik bagi perkembangan
keilmuan yang dimaksud amîn.

Jakarta, 02 Juni 2011
Penulis;
Imam Zaki Fuad



x

DAFTAR ISI

ABSTRAK

vii

KATA PENGANTAR

viii

DAFTAR ISI

xi

PEDOMAN TRANSLITERASI

xiv

DAFTAR ISTILAH

xvi

BAB I
PENDAHULUAN

1

A.

Latar Belakang Masalah

1

B.

Pembatasan dan Perumusan Masalah

7

C.

Tinjauan Kepustakaan

8

D.

Tujuan Penelitian

11

E.

Metode Penelitian

11

F.

Sistematika Penelitian

13

BAB II

TAFSÎR AL-JALÂLAIN DAN SYARAH-SYARAHNYA
A.

Sekilas Tentang Tafsîr al-Jalâlain

15

Penulis Tafsîr al-Jalâlain

15

a.

Al-Mah}allî

15

b.

Al-Suyût}î

18

1.

B.



15

2.

Proses Penulisan Tafsîr al-Jalâlain

25

3.

Metode Penafsiran Tafsîr al-Jalâlain

27

Apresiasi Ulama Terhadap Tafsîr al-Jalâlain

29

xi

C.

1.

Ulama madzhab al-Syâfi’î

32

2.

Ulama Madzhab al-Mâlikî

33

3.

Ulama Madzhab al-H}anbalî

34

4.

Ulama Madzhab al-H}anafî

34

5.

Ulama Madzhab Zaidî

34

Apresiasi Ulama Nusantara terhadap Tafsîr al-Jalâlain

36

BAB III
BIOGRAFI MUH}AMMAD AL-S}}ÂWÎ

39

A.

Sekilas Latar Belakang Keluarga, Pendidikan, dan Karir

39

B.

Sanad al-S}}âwî dari al-Jamal Sampai al-Mah}allî dan al-S}}uyût}î

42

1.

Al-Jamal

46

2.

Al-Dardîr

47

3.

Al-Amîr

47

4.

Muhammad bin Salim al-H}afnawî

48

5.

‘Ali al-S}}a’idî al-‘Adawî

49

6.

Muhammad al-Badiri (Ibnul Mayyit)

49

7.

Nuruddin ‘Ali Syibromalisi

50

8.

Al-H}alabi

50

9.

‘Ali al-Ajhurî

51

C.

10. Syamsuddin Muhammad al-‘Alqamî

51

11. Al-Zayyâdî

52

12. Al-Ramlî

52

13. Zakariya al-Ans}a} rî

53

Karya-Karya al-Sâwî

53

BAB IV
MENGENAL H}ÂSYIAH AL-S}}ÂWÎ LEBIH DEKAT

56

A.

Deskripsi Seputar Naskah H}âsyiah al-S}}âwî

56

B.

Proses Penulisan H}âsyiah al-S}}âwî

60



1.

Latar belakang penulisan H}âsyiah al-S}â} wî

60

2.

Sejarah Penulisan H}âsyiah al-S}â} wî

61

xii

C.

D.

Metode Penafsiran H}âsyiah al-S}}âwî

62

1.

Metode Tafsîr

62

2.

Corak tafsîr

66

3.

Rujukan Penafsiran Hâsyiah al-S}â} wî

67

Keistimewaan Hâsyiah al-S}}âwî

70

1.

70

Al-S}â} wî seorang syârih}

2. Al-S}â} wî seorang Mufassir

71

3.

Al-S}â} wî yang kritis

72

4.

Al-S}â} wî seorang faqîh

74

5.

I’rabnya yang unik

75

6.

Al-Sowi yang ahli s}a} raf

76

7.

Ragam Qirâ’at

77

8.

Muqârin

78

9.

Sikap al-S}}âwî terhadap Isrâiliyyât

79

10. Sufistik

81

11. Tawad}u’

82

12. Paling banyak diminati oleh pesantren Nusantara

83

BAB V
PENUTUP

85

A.

Kesimpulan

85

B.

Saran-saran

85

Daftar Pustaka

87

Lampiran-lampiran

92



xiii

PEDOMAN TRANSLITERASI

A.

B.

Konsonan

=

Tidak dilambangkan

=

z

=

q

=

b

=

s

=

k

=

t

=

sy

=

l

=

ts

=

s}

=

m

=

j

=

d}

=

n

=

h}

=

t}

=

w

=

kh

=

z}

=

h

=

d

=



=

a

=

dz

=

gh

=

y

=

r

=

f

Vokal
Vokal Tunggal

:

= a
= i
= u

Vokal Panjang

:

= â
= î
= û

Vokal Rangkap :

= ai
= au



xiv

C.

Lain-lain
-

Transliterasi syaddah atau tasyd d (_) dilakukan dengan menggandakan huruf
yang sama

-

Transliterasi ta’ marbuthah ( ) adalah "h", termasuk ketika ia diikuti oleh kata
sandang "al" (

-

), kecuali transliterasi ayat al-Qur’ân.

Kata sandang " " ditransliterasikan dengan "al" diikuti dengan kata
penghubung "-", baik ketika bertemu dengan huruf qamariyah maupun huruf

syamsiyyah, kecuali dalam transliterasi ayat al-Qur’ân.
-

Transliterasi ayat al-Qur’ân dilakukan sesuai dengan bacaan aslinya dengan
mengabaikan pemisahan antar kata.
Contoh:
dibaca ihdinas}-s}irât}al-mustaqîm, bukan

Ihdinâ al-s}irât} al-mustaqîm
-

Transliterasi kata "

" dilakukan sesuai dengan bacaan aslinya dengan

mengabaikan pemisahan antar kata.
Contoh:
dibaca kit bull h, bukan

kit b All h
-

Nama-nama dan kata-kata yang telah ada versi populernya dalam tulisan latin,
secara umum dituliskan berdasarkan versi populernya, kecuali tidak ada
keseragamannya, seperti macam-macam bacaan dalam tajwid tetap ditulis
berdasarkan transliterasi, contoh mad, iz}hâr, dan lainnya.

-

Terjemahan al-Qur’ân saya mengutip dari al-Qur’ân dan terjemahnya,
Departemen Agama, sedangkan penulisan al-Qur’ân di atas terjemahan
menggunaakan Qirâ’at 'Âs}im.



xv

DAFTAR ISTILAH

Adib
‘Âlim
Apresiasi

Ma’rifat
Bil ra’yi.
Filologi

Faqîh
H}âsyiah

Ijmalî
Imla’
Isrâiliyyât
I’râb
al-Khalwatî/Khalwatiyah
Metode tah}lîlî
Madzhab
Mufassir
Muhaddits

Mu’jam
Muqaran/Muqârin
Naqsy
Qirâ’at
Rawi
Retorika
Sanad
Syarah}
S}araf
Takhrij hadits
Theologi

Tawad}u’
T}arîqah
Tas}awuf/S}ufi/Sufistik
Us}ulî

‘Uzlah
Wara’
Zuhud



Seorang sasterawan
Seorang ahli dalam beberapa disiplin ilmu
Penilaian dan penghargaan (hasil karya)
Ilmu kebatinan/pengetahuan tingkat tinggi
Tafsîr berdasarkan analisia.
Studi tentang budaya dan kerohanian suatu
bangsa dengan menelaah karya-karya sasteranya.
Ahli dalam ilmu fikih
Catatan (keterangan) di tepi kitab
Metode tafsir dengan penjelasan ringkas
Dikte
Cerita-cerita yang berasal dari Yahudi dan
Nasrani
Perubahan bentuk kata
Pengasingan spiritual
Menjelaskan tafsir secara luas dan mendalam
Kelompok keyakinan
Seorang penafsir
Ahli hadits
Ensiklopedi/kamus besar
Perbandingan
Koreksi
Pembacaan (al-Qur’ân)
Periwayat/pembawa berita
Metode berpidato
Perhubungan riwayat
Menjelaskan, (syârih}, pelaku syarah)}
Mengembalikan kalimat-kalimat kepada asalnya
Ilmu analisa kesah}ih}an hadits
Ilmu tentang ketuhanan
Rendah hati.
Jalan untuk mencapai kesempurnaan jiwa
Ilmu tentang kerohanian
Ahli dalam ilmu us}ul fiqh
Menyendiri
Menghindarkan diri dari perbuatan buruk
Meninggalkan ketergantungan duniawi
xvi

BAB I
PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah

Al-Qur’ân al-Karîm adalah mukjizat Islam yang kekal dan mukjizatnya
selalu diperkuat oleh kemajuan ilmu pengetahuan. Ia diturunkan Allah kepada
Rasûlullâh, Muh}ammad saw. untuk mengeluarkan manusia dari suasana yang
gelap menuju yang terang, serta membimbing mereka ke jalan yang lurus.
Rasûlullâh saw. menyampaikan al-Qur’ân itu kepada para sahabatnya, -orangorang arab asli- sehingga mereka dapat memahaminya berdasarkan naluri
mereka. Apabila mereka mengalami ketidak jelasan dalam memahami suatu ayat,
mereka menanyakannya kepada Rasûlullâh saw.1
Al-Qur’ân berfungsi sebagai kitab yang dapat menyelesaikan perselisihan
dan menemukan jalan keluar dari berbagai problem yang dihadapi manusia.2 AlQur’ân berfungsi sebagai petunjuk bagi manusia ke jalan yang dirid}ai Allah swt.
(hudan linnâs) dan berfungsi pula sebagai pencari jalan keluar dari kegelapan
menuju alam terang benderang.3
Menurut M. Quraish Shihab ada tiga tujuan pokok diturunkannya alQur’ân, yaitu:
1.

Petunjuk aqidah dan kepercayaan yang harus dianut oleh manusia yang
tersimpul dari adanya iman kepada Allah dan hari akhir.


1

Mana’ Khalîl al-Qat}tâ} n, Mabâh}is fi ‘Ulûm al-Qur’ân (Riyad}: Mansyûrat al-‘As}r alH}adîts, t.t.), h. 9.
2

QS. al-Baqarah [2] : 213.

3

QS. al-Baqarah [2]:185. dan QS. Ibrâhîm [14]:1.

1

2


2.

Petunjuk mengenai akhlak yang murni yang harus diikuti.

3.

Petunjuk mengenai syariat dan hukum, baik kaitannya dengan Allah
maupun dengan sesama manusia.4
Fungsi ideal al-Qur’ân itu dalam realitasnya tidak begitu saja dapat

diterapkan, akan tetapi membutuhkan pemikiran dan analisis yang mendalam.
Harus diakui ternyata tidak semua ayat al-Qur’ân yang tertentu hukumnya sudah
siap pakai. Banyak ayat-ayat yang masih global dan musytarak yang tentunya
memerlukan pemikiran dan analisis khusus untuk menerapkannya.
Banyaknya ayat-ayat yang global ini bukanlah melemahkan peran alQur’ân sebagai sumber utama hukum Islam, akan tetapi malah menjadikannya
bersifat universal. Keadaan ini menempatkan hukum islam sebagai aturan yang
bersifat takammul (sempurna) dalam artian dapat menempatkan diri dan
mencakup segenap aspek kehidupan, bersifat wasat}iyah (seimbang dan serasi)
antara dimensi duniawi dan ukhrâwî, antara individu dan masyarakat: dan juga
bersifat h}arakah (dinamis) yakni mampu berkembang dan dapat diaplikasikan di
sepanjang zaman.5
Tafsîr adalah suatu upaya mencurahkan pemikiran untuk memahami,
memikirkan dan mengeluarkan hukum yang terkandung dalam al-Qur’ân agar
dapat diaplikasikan sebagai dasar utama penetapan hukum. Atas dasar itulah
maka diakui bahwa peranan tafsîr sangat besar dalam menjelaskan makna


4

M. Quraish Shihab, Membumikan al-Qur’ân: Fungsi dan Peran Wahyu dalam
Kehidupan Masyarakat (Bandung: Mizan, 1995), h. 71-73.
5

Abd. Lathif, dalam M. Alfatih Suryadilaga, dkk. Metodologi Ilmu Tafsîr (Yogyakarta:
Teras, 2005), h. 26.




3


kandungan al-Qur’ân yang sebagian besar masih bersifat global dan punya makna
yang samar sehingga muncul kesulitan untuk menerapkannya.6
Oleh karena begitu pentingnya memahami al-Qur’ân dan tiada jalan lain
untuk memahami al-Qur’ân kecuali dengan menafsirkannya. Ada banyak para
mufassir mengakui besarnya peranan tafsîr, antara lain:
1.

Ah}mad al-Syirbas}î dalam bukunya, Sejarah Tafsir al-Qur’ân menegaskan
bahwa kedudukan tafsîr sangat tergantung pada materi atau masalah yang
ditafsirkannya, karena materi tafsîr adalah kitab suci al-Qur’ân yang
punya kedudukan mulia, maka kedudukan tafsîr pun amatlah mulia.7

2.

Imâm al-Zarkasyî dalam muqaddimah kitab al-Burhân fî ‘Ulûm al-Qur’ân
menyebutkan bahwa perbuatan terbaik yang dilakukan oleh akal manusia
serta

kemampuan

berfikirnya

yang

tinggi

adalah

kegiatan

mengungkapkan rahasia yang terkandung dalam wahyu Ilahi dan
menyingkapkan pentakwilannya yang benar berdasarkan pengertianpengertian yang kokoh dan tepat.8
3.

M. Quraish Shihab menegaskan bahwa pemahaman terhadap ayat-ayat alQur’ân melalui penafsiran-penafsirannya mempunyai peranan yang sangat
besar bagi maju-mundurnya umat. Sekaligus penafsiran-penafsiran itu
dapat mencerminkan perkembangan serta corak pemikiran mereka.9


6

Abdul Mu’in, dalam M. Alfatih Suryadilaga, dkk. Metodologi Ilmu Tafsîr, h. 35.

7

Ahmad al-Syirbas}i, Sejarah Tafsîr al-Qur’ân. Penerjemah Tim Pustaka Firdaus.
(Jakarta: Pustaka Firdaus, 1994), h. 11.
8

Al-Imâm Abdullah al-Zarkasyî, al-Burhân fî ‘Ulûm al-Qur'ân (Mesir: Dâr al-Ih}ya' alKutub al-‘Arabî, 1957), h. 2-3.
9

Quraish Shihab, Membumikan al-Qur’ân, h. 83.




4


Oleh karena itu, dengan menyimak penegasan al-Qur’ân, surat S}âd
[38]:29 dan surat al-Zumar [39]:27 serta pendapat-pendapat para mufassir, maka
Ahmad al-Syirbashi menyimpulkan bahwa setiap orang wajib berusaha
mengetahui tafsîr atau ta’wîl ayat-ayat al-Qur’ân agar tidak sebuah ayat pun
yang tidak diketahui tafsirannya.10
Dari sekian banyak ayat al-Qur’ân dapat ditemukan bahwa dalam konteks
kitab suci, Nabi Muh}ammad saw. di samping berfungsi sebagai penerima wahyu,
beliau juga bertugas memeliharanya. Beberapa hal yang dilakukan oleh Nabi
Muhammad saw. antara lain adalah beliau memerintahkan untuk menulis setiap
ayat yang turun, memahami dan menjelaskan makna dan pesan-pesannya. Di
samping itu, Nabi Muh}ammad saw. memberi contoh penerapannya.11
Ada beberapa sahabat tertentu yang dikenal sebagai penulis-penulis
wahyu yang disampaikan secara langsung dan ditulis di hadapan Nabi
Muh}ammad saw. Tetapi, pada saat yang sama puluhan sahabat lain menulisnya
atas inisiatif sendiri tanpa diperintahkan oleh Nabi Muh}ammad saw. namun
beliau tidak melarangnya sebagaimana pada suatu ketika melarang penulisan
H}adîts.12 Di satu sisi, hal ini menunjukkan betapa antusias para sahabat ketika
itu untuk menulis al-Qur’ân dan H}adîts. Di sisi lain, ini menunjukkan betapa
Nabi Muhammad saw. mengharap dari mereka agar mereka memberikan
perhatian yang besar terhadap al-Qur’ân dan bahwa pelarangan itu disebabkan
karena kekhawatiran bercampurnya al-Qur’ân dan H}adîts dan juga karena

10

Al-Syirbas}î, Sejarah Tafsîr al-Qur’ân, h. 17.

11

Quraish Shihab, Menabur Pesan Ilahi al-Qur’ân dan Dinamika Kehidupan Masyarakat
(Jakarta: Lentera Hati, 2006), h. 300.
12

Muhammad Mustafa Azami, Hadis Nabawi dan Sejarah Kodifikasinya. Penerjemah
Ali Mustafa Yaqub (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2009), h. 106 – 122.




5


kelangkaan alat-alat tulis dan para penulis. Perlu dicatat bahwa para sahabat
yang menulis al-Qur’ân itu tidak jarang menyisipkan dalam tulisan mereka itu
makna yang dimaksud oleh ayat yang mereka tulis. Dari sini, lahir apa yang
kemudian diistilahkan dengan mudraj.
Apa yang dikemukakan ini menunjukkan bahwa para sahabat Nabi
Muhammad saw. meskipun dalam situasi kelangkaan dan kesulitan alat-alat tulis,
mereka tetap berusaha bukan saja memahami pesan-pesan al-Qur’ân, tetapi juga
menulis penjelasan makna/tafsirnya sesuai situasi yang mereka hadapi ketika itu.
Kendatipun ketika itu hafalan sangat diandalkan, bahkan penyampaian sesuatu
bedasar hafalan dinilai lebih akurat dibanding dengan tulisan.13
Budaya Menafsirkan al-Qur’ân merupakan bagian dari peradaban Islam.
Kegiatan menafsirkan al-Qur’ân tidak berhenti pada masa sahabat saja, akan
tetapi kegiatan ini dilanjutkan terus menerus oleh para ulama hingga saat ini.
Budaya inilah yang menjadikan intelektual Islam menjadi terangkat dalam
kancah internasional. Salah satu tafsîr yang populer di dunia adalah Tafsîr al-

Jalâlain. kepopuleran itu terbukti dengan dijadikannya Tafsîr al-Jalâlain sebagai
rujukan dari beberapa kitab tafsîr. Hal tersebut dapat diketahui dalam penjelasan
para penafsir ketika menyebutkan rujukan penulisannya.
Pembaca Tafsîr al-Jalâlain di Indonesia, bisa dikatakan sebagai pembaca
terbanyak. Tafsîr ini begitu populernya, sehingga rasanya ada sebuah kesan
bahwa mengkaji Tafsîr ini hukumnya “wajib” di kalangan pesantren. Sebut saja
di antaranya pesantren Tebuireng, pesantren Lirboyo, pesantren Sarang dan
pesantren-pesantren yang lain. Bahkan, pesantren modern atau salafî semi
13

Quraish Shihab, Menabur Pesan Ilahi al-Qur’ân, h. 301 – 306.




6


modern juga mengkombinasikan beberapa pelajaran yang ada di pesantrennya
dengan membahas kitab Tafsîr al-Jalâlain. 14
Memang cukup logis ketika Tafsîr al-Jalâlain ini menjadi kitab pilihan
yang dikaji untuk tingkat elementary pada pesantren-pesantren. Tafsîr al-Jalâlain
lebih ringkas, bahkan cenderung sepintas lalu. Ada sebuah kesan bahwa
pengarang Tafsîr al-Jalâlain tidak mau terjebak dalam pembicaraan yang berteletele, cukup hanya dengan menunjukkan adanya perbedaan qirâ’at. Sebagaimana
yang disampaikan oleh salah satu pengarangnya, Jalâluddin al-Suyût}i dalam
muqaddimahnya. Dari sini dapat dilihat bahwa karakteristik Tafsîr al-Jalâlain
jika dibandingkan dengan tafsîr lain adalah ungkapannya yang simpel dan padat
dengan gaya bahasa yang mudah. Tujuannya adalah agar dapat dicerna dengan
mudah oleh para pembaca tafsîr. Hingga pantaslah jika ada yang mengatakan
bahwa antara al-Qur’ân dengan tafsîrannya hampir sama. Bahkan, menurut
pengarang kitab Kasyf al-Z}unûn, ada sebagian ulama Yaman yang mengatakan
bahwa hitungan huruf al-Qur’ân dengan tafsîrannya sampai surat al-Muzzammil
adalah sama. Baru pada surat al-Muddatstsir dan seterusnya tafsîr ini melebihi alQur’ân.15
Kepopuleran Tafsîr al-Jalâlain ini ternyata justru menstimulus para ulama
generasi selanjutnya untuk

membuat syarah dari Tafsîr al-Jalâlain ini.

Sayangnya, hanya segelintir orang saja yang mengetahui betapa banyaknya
syarah-syarah kitab ini. Belum lagi ditambah oleh tafsîr-tafsir Nusantara, yang

14

Sebagaimana juga yang dilakukan oleh para kiai di beberapa pesantren ketika
menyebutkan sebuah kitab tafsir sebagai bagian dari kurikulum yang umum dipakai. Lihat,
Martin Van Bruinessen, Kitab Kuning Pesantren dan Tarekat, Tradisi-Tradisi Islam di Indonesia
(Bandung: Mizan, 1999), h. 158 – 160.
15

Haji Khalifah, Kasyf al-Z}unûn, vol. 1 (Bairut: Mauqî’ al-Muhaddits al-Majanî, t.t.), h.

445.




7


hampir 100% kitab tafsîr Nusantara adalah menjelaskan Tafsîr al-Jalâlain,
setidaknya gaya penafsir Nusantara meniru kitab Tafsîr al-Jalâlain atau al-

Jalâlain adalah kitab rujukan utama para penafsir Nusantara.
Oleh karenanya, ada beberapa alasan saya melakukan penelitian ini.
Antara lain:
1.

‘Adil Nuwaih}id menyatakan bahwa al-Jamal adalah kitab syarah dari

Tafsîr al-Jalâlain yang paling masyhur di dunia.16 Tetapi kenapa banyak
kalangan yang tidak mengenal akan syarah tersebut?.
2.

Dari sekian kitab syarah atau hâsyiah dari Tafsîr al-Jalâlain yang saya
ketahui, mengapa kitab H}âsyiah al-S}âwî yang paling banyak dikaji oleh
pesantren salaf di Indonesia, khususnya wilayah pesantren Jawa.17

3.

Beberapa penulis pendahulu saya, banyak yang menulis tentang
permasalahan tafsir atau metode tafsir. Akan tetapi jarang di antara
mereka yang menyinggung tentang syarah atau H}âsyiah al-S}âwî ini.

B.

Pembatasan dan Perumusan Masalah
Sesuai dengan judul penulisan ini, yaitu “Kajian atas kitab H}âsyiah al-

S}âwî ‘alâ Tafsîr al-Jalâlain,” permasalahan yang akan dikembangkan dalam
skripsi ini adalah kitab-kitab syarah atau h}âsyiah dari Tafsîr al-Jalâlain. Baik

16

‘Adil Nuwaih}id, Mu'jamu al-Mufassirin min S}adr al-Islâm H}attâ al-‘As}ri al-H}âdir
vol. 1 (Lebanon: Muassasah Nuwaihid al-Tsaqâfiyyah li al-Ta'lif wa al-Tarmah wa al-Nasyr, Cet.
II, 1986 M./1406 H.), h. 218.
17

Sebagimana yang telah saya pelajari di tujuh pesantren di kawasan Sarang, Rembang,
Jawa Tengah selama enam tahun. Begitu juga ketika saya melakukan wawancara dengan Rizky
Munggaran selaku ketua pondok pesantren KH. Zaenal Musthafa, Sukahideng, Sukarapih,
Sukarame, Tasikmalaya, Jawa Barat, pada tanggal 02 Maret 2011 di kampus UIN. Ia mengatakan
bahwa di pesantrennya, kitab hasyiah yang digunakan bahan bacaan oleh para santri adalah
Hasyiah al-Sawi. Begitu juga pesantren-pesantren di daerahnya yang lain.




8


yang terdapat di Timur Tengah atau pun di Nusantara. Dari sekian banyak
hasyiah dan syarah dari Tafsîr al-Jalâlain, mengapa H}âsyiah al-S}âwî yang
menjadi pilihan kalangan beberapa pesantren di Jawa? Kenapa hanya H}âsyiah al-

S}âwî yang tercetak di Indonesia?
Saya membatasi pembahasan ini khusus pada kitab H}âsyiah al-S}âwî ‘alâ

Tafsîr al-Jalâlain. Dari pembatasan tersebut, maka masalah pokok dalam skripsi
ini adalah: metode dan sistematika seperti apa yang digunakan oleh al-S}âwî
dalam kitab Hâsyiahnya sehingga kitab tersebut menjadi pilihan bagi banyak
pesantren di Nusantara? Apa keistimewaanya?.

C.

Tinjauan Kepustakaan
Dalam beberapa literatur telah disebutkan bahwa al-Suyût}i merupakan

seorang ulama yang mempunyai andil besar dalam pengembangan keilmuan.
Bahkan, karya-karya al-Suyût}i telah banyak beredar dan bisa dibaca hingga kini.
Mani’ Abdul H}alîm Mah}mûd dalam bukunya, Metodologi Tafsîr, Kajian

Komprehensif Metode Para Ahli Tafsîr menyebutkan bahwa Kitab-kitab karya
al-Suyût}i mencapai 500 kitab. Sebagian kitab tersebut adalah karangan asli,
sebagian rangkuman dari kitab-kitab lain sebelumnya, sebagian lagi adalah
kumpulan tulisan dan susunan. Karekteristik penulisannya terdapat di semua
kitabnya, dia memperhatikan karakteristik penulisan yang mudah, maka dalam
karya-karyanya tidak ditemukan komentar, baik yang karangan, himpunan atau
susunannya.18

18

Mani’ ‘Abd H}alîm Mah}mûd, Metodologi Tafsîr, Kajian Kommperehensif Metode Para
Ahli Tafsîr. Penerjemah Faisal Saleh dan Syahdianor (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006),
h. 127.




9


Di kesempatan lain, ahli sejarah, Philip K. Hitti dalam bukunya Histori of

The Arab juga menyinggung tentang tokoh al-Suyût}î. Ia menuliskan:
... Hanya beberapa judul dari sekitar 560 karyanya yang sampai pada kita.
Salah satu karyanya membicarakan tentang apakah Nabi memakai celana,
atau apakah sorbannya memiliki ujung, dan apakah orangtuanya masuk
surga atau neraka. Ia juga merupakan seorang kaligrafer handal dan gemar
mengaku-aku sebagai penulis beberapa naskah yang sebenarnya hanya ia
salin…19
Martin Van Bruinessen dalam karyanya, Kitab Kuning, Pesantren dan

tarekat: Tradisi-Tradisi Islam di Indonesia menyebutkan bahwa Tafsîr al-Jalâlain
adalah sebuah kitab tafsir yang dapat ditemukan di mana-mana. Dalam tabelnya,
ia menempatkan Tafsîr al-Jalâlain pada urutan pertama sebagai kitab tafsîr
terbanyak yang dikaji oleh pesantren-pesantren di penjuru Nusantara.20
Memang jarang yang menuliskan secara langsung tentang al-S}âwî dan

manhajnya. Juga jarang ditemukan beberapa cendekiawan yang menyinggung
atau membahas secara detail tentang al-S}âwî. Namun demikian, ada di antara
para peneliti yang membahas tentang al-S}âwî. Hal tersebut bisa ditemukan dalam

Mu’jam Muallifîn karya ‘Umar Rid}a Kah}h}âlah.
Dalam kitab Mu’jam tersebut dituliskan bahwa Ahmad al-S}âwî (1175 –
1241 H/ 1761 – 1825 M) bernama asli Ahmad bin Muhammad al-S}âwî, al Mis}ri,
al-Khalwatî, al-Mâlikî yang menguasai banyak bidang ilmu. Ia dilahirkan di S}ai’
al-H}ajar di atas pinggiran sungai Nil di Mesir dan wafat di Madinah. Di antara

19

Philip K. Hitti, History of the Arabs: From the Earliest Times to the Present.
Penerjemah R. Cecep Lukman Yasin dan Dedi Slamet Riyadi (Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta,
2008), h. 881-882. Tetapi sayang, Philip tidak menghadirkan bukti tentang pernyataanya bahwa
al-Suyût}î gemar mengaku-ngaku sebagai penulis. Berbeda sekali dengan komentar para ulama
yang menulis tentang keistimewaan al-Suyût}î.
20

Martin Van Bruinessen, Kitab Kuning Pesantren dan Tarekat, Tradisi-Tradisi Islam di
Indonesia (Bandung: Mizan, 1999), h. 158 – 160.




10


karya-karyanya adalah Balaghatu al-Sâlik li Aqrabi al-Masâlik fî Furû’ al-Fiqh

al-Mâlikî, H}âsyiah ‘alâ Jauharat al-Tauh}îd li al-Qânî, H}âsyiah ‘alâ Syarh}i alDardîr ‘alâ Risâlatihi fî ‘Ilm al-Bayân al-Musammât Tukhfat al-Ikhwân, al-Asrâr
al-Rabbâniyyah wa al-Fuyûd}ât al-Rahmâniyyah, ia adalah syarah dari al-S}alawât
al-Dardîriyyah, dan H}âsyiah ‘alâ Tafsîr al-Jalâlain.21
Mani’ ‘Abdul H}alim Mahmud juga menulis tentang al-S}âwî. Ia
mengatakan:
Syaikh al-S}âwî adalah imam di antara imam ulama Azhar, dan seorang
sufi dari pembesar sufi. Gurunya di bidang tarikat adalah Syaikh Dardîr
yang mendapat gelar, Abu al-Barakât. Sementara itu Syaikh Dardîr
adalah imam al-akbar Syaikh Hefni yang mendapat julukan Abi al-Anwâr.
Syaikh al-S}âwî adalah penganut madzhab Mâlikî, penganut tarekat dari
daerah barat desa Son al-H}ijr di mesir. Ia dilahirkan tahun 1175 H/1761
M. ia wafat di Madinah al-Munawwarah tahun 1241 H/1825 M.22
Di antara beberapa penulis tantang al-S}âwî yang saya temukan, ‘Aly Iyazi
lah yang paling detail menulis tentang al-S}âwî dan Hasyiahnya. Pertama, ia
menulis biografi singkat dan beberapa karya al-S}âwî, selanjutnya ‘Aly
menjelaskan dengan singkat pula tentang gambaran umum Hasyiah al-S}âwî yang
diakhiri dengan penjelasan metodenya.23
Tentang syarah atau h}âsyiah dari Tafsîr al-Jalâlain yang lain, dapat dilihat
dalam Mu’jam al-Mufassirîn Min S}adr al-Islâm H}attâ al-‘Ashr al-H}âd}ir yang
ditulis oleh ‘Adil Nuwaihid.


21

Umar Rid}â Kah}hâ} lah, Mu’jam al-Muallifîn, vol. 2 (Bairut: Dâr Ihya’ Turats al-‘Arabi,
t.t.), h.111.
22

Mani’ Abd H}alim Mahmûd, Metodologi Tafsîr, h. 218.

23

Lihat, Sayyid Muh}ammad ‘Alî ‘Iyyazi, al-Mufassirûn, Hayâtuhum wa Manhajuhum
(Teheran: Muassasah al-T}ibâ’ah wa al-Nasyr wa Zarar al-Tsaqâfah al-Irsyâd al-Islamî, 1212 H.),
h. 443 – 447.




11


Penelitian ini ingin menyatakan bahwa metode yang digunakan oleh alS}âwî sebenarnya sama dengan metode dari syarah-syarah Tafsîr al-Jalâlain yang
lain, meski dengan wajah yang baru.

D.

Tujuan dan Signifikansi Penelitian
Terdapat beberapa tujuan penelitian ini dilakukan:

1.

Untuk mengetahui metode apa yang digunakan oleh al-S}âwî dalam

H}âsyiahnya.
2.

Untuk mengetahui apa keistimewaanya sehingga ia menjadi hasyiah
faforit.

3.

Sebagai upaya untuk memasyarakatkan dan melestarikan kitab tafsîr,
khususnya

untuk

referensi

dalam

pembelajaran

di

UIN

Syarif

Hidayatullah.
Adapun signifikansi dari penelitian ini antara lain:
1.

Dapat mengetahui berapa banyak syarah atau h}âsyiah dari Tafsîr al-

Jalâlain, baik di Indonesia atau di belahan dunia lainnya.
2.

Dapat mengetahui metodologi dan corak dari H}âsyiah al-S}âwî serta
keistimewaanya.

E.

Metodologi Penelitian
Untuk mendapatkan data yang akurat dalam penulisan ini, saya

menggunakan penelitian library research: yaitu mencari rujukan tertulis – primer
ataupun sekunder- di berbagai perpustakaan Universitas, pemerintah, dan
koleksi-koleksi masyarakat.



12


Karena studi ini menyangkut kitab H}âsyiah al-S}âwî secara langsung,
maka sumber data primernya (pokoknya) adalah kitab Tafsîr al-Jalâlain yang
dicetak oleh penerbit Dâr al-Fikr, Bairut, 1991 M. dan kitab H}âsyiah al-S}âwî
yang dicetak oleh penerbit al-Hidayah, Surabaya.
Adapun sumber data sekundernya (pendukungnya) adalah:
1.

Buku-buku pakar tafsîr yang terkait

2.

Karya-karya yang berupa Tesis dan disertasi yang terkait

3.

Kitab-kitab tafsîr yang dianggap representatif yang terkait dengan
masalah.

4.

Kitab-kitab mu’jam (ensiklopedi) tentang pengarang dan kitab-kitab
tafsîr.
Jadi, sumber yang digunakan dalam penulisan ini ada dua, yaitu sumber

primer dan sekunder. Sumber primer yaitu sumber yang ditulis langsung oleh alJalâlain dan al-S}âwî, sedangkan sumber sekunder yaitu sumber yang ditulis oleh
orang lain yang berkaitan dengan penulisan ini.
Setelah permasalahan dirumuskan, maka saya melakukan beberapa
langkah selanjutnya, yaitu:
a.

Pertama, saya mengumpulkan data kitab-kitab tafsîr dalam kitab Mu’jam

al-Muallifîn dan kitab Mu’jam al-Mufassirîn.
b.

Kemudian untuk mengetahui yang ada pada kitab Mu’jam al-Muallifîn,
saya merujuk pada buku-buku yang membahas tafsîr tersebut.

c.

Untuk mengetahui perbedaan penafsiran antara pensyarah dengan
pensyarah lain, saya membandingkan antara

metodologi penulisan

mereka dalam kitab tafsîrnya.



13


d.

Untuk mengetahui latar belakang keluarga, pendidikan, karier dan karya
intelektual al-Mah}allî dan al-Suyût}i, saya merujuk melalui kitab dan
karya-karya beliau yang lain. diantaranya, al-Itqân fî Ulûm al-Qur’ân,

H}âsyiah al-Qulyubî, dan membaca tulisan orang lain yang menulis
tentang riwayat hidup al-Mah}allî dan al-Suyût}î. Begitu juga ketika
mencari riwayat tentang al-S}âwî.
e.

Untuk mengetahui pemikiran yang murni dari al-Mah}allî dan al-Suyût}î
dan pemikiran yang hanya menukil atau membandingkan antara para
mufasir, saya membandingkan sedemikian rupa antara al-Mah}allî dan alSuyût}î dengan tafsîr-tafsîr yang lain.

f.

Langkah terakhir adalah mengambil kesimpulan (natîjah) yang berkaitan
dengan rumusan masalah atau jawaban dari rumusan masalah.
Analisis ini saya lakukan secara deskriptif. Setiap kitab yang akan

dianalisis, saya lakukan pemeriksaan terlebih dahulu. Setelah membaca kitab
tersebut, kemudian saya bandingkan dengan kitab-kitab lain. Beberapa langkah
perbandingan antara isi kandungan kitab H}âsyiah al-S}âwî dan kitab Tafsîr

Jalâlain juga dilakukan untuk memberi penguatan terhadap deskripsi tentang
sejauh mana al-S}âwî melakukan langkah-langkah penafsirannya berdasarkan teks
asli Tafsîr Jalâlain.

F.

Tekhnik dan Sistematika Penulisan
Tekhnik penulisan skripsi ini mengikuti pedoman penulisan ilmiah yang

dikeluarkan oleh CeQDA (Center for Quality Development and Assurance) UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2007. Untuk kutipan ayat al-Qur’ân dan



14


terjemahnya saya mengambil dari Departemen Agama, al-Qur’ân dan

Terjemahnya (Semarang: CV. Toha Putra, 1989.)
Saya membagi sistematika penelitian dalam lima bab. Bab pertama
adalah pendahuluan yang memuat pembahasan latar belakang masalah,
identifikasi masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tinjauan kepustakaan,
tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, dan sistematika penelitian.
Bab kedua membahas kitab Tafsîr al-Jalâlain mulai dari penulis sampai
dengan sistematika penulisan Tafsîr al-Jalâlain secara ringkas. Juga membahas
tentang kitab-kitab syarah yang ditulis oleh para penafsir sebagai apresiasi
mereka terhadap Tafsîr al-Jalâlain.
Bab ketiga membahas riwayat hidup al-S}âwî yang memuat latar belakang
keluarga, pendidikan, dan karya-karyanya.
Bab Keempat terfokus kepada pembahasan H}âsyiah al-S}âwî sebagai
pembahasan utama dengan melihat bentuk fisik kitab H}âsyiah al-S}âwî yang saya
teliti sampai kepada metode dan kaidah yang dipakai oleh penulis H}âsyiah
tersebut. Pada bab tersebut saya hadirkan keistimewaan H}âsyiah al-S}âwî yang
karenanya H}âsyiah al-S}âwî banyak diminati di kalangan pesantren.
Bab kelima penutup. Memuat kesimpulan dari penelitian, jawaban atas
permasalahan yang diangkat, yaitu tentang metodologi al-S}âwî dalam penulisan
hasyiahnya yang disertai dengan keistimewaanya. Terakhir kali terdapat saransaran yang dianggap perlu.




BAB II

TAFSÎR AL-JALÂLAIN DAN SYARAH-SYARAHNYA

A.

Sekilas Tentang Tafsîr al-Jalâlain

1.

Penulis Tafsîr al-Jalâlain

Tafsîr al-Jalâlain adalah kitab tafsîr yang diselesaikan oleh dua orang yang
bernama al-Jalâl, yaitu Jalâluddin al-Mah}allî dan Jalâluddin al-Suyût}î. Saya akan
menjelaskan proses penulisan Tafsîr al-Jalâlain pada sub-bab berikutnya. Pada
pembahasan kali ini, saya menghadirkan biografî singkat kedua penulis Tafsîr al-

Jalâlain guna mengetahui latar belakang keduanya baik segi keluarga, sosialsampai pada keilmuannya.

a.

Al-Mah}allî
Al-Mah}allî1 mempunyai nama lengkap Muh}ammad bin Ah}mad bin Ibrâhim

bin Ah}mad bin Hasyîm al-Mah}allî al-Mis}rî al-Syâfi’î yang dikenal-dengan
sebutan Syaikh Jalâluddin al-Mah}allî. Ia lahir di Cairo, Mesir pada tahun 791
H./1389 M. dan wafat di tempat yang sama pada tahun 864 H./1462 M.2 dalam
usia 73 tahun.


1

Al-Mah}allî adalah sebuah nama kebangsaan yang diambil dari sebuah kota di sisi barat
Mesir. Diantara orang-orang besar yang menyertakan al-Mah}allî dalam namanya adalah: Ibrâhîm
bin ‘Umar bin ‘Ali al-Tâjir, Muh}ammad bin Ah}mad al-Kamâl (saudara kandung Jalâluddin alMahallî), Muh}ammad bin Muh}ammad bin Ah}mad al-Badr (anak kandung Jalâluddin al-Mah}allî),
al-Siraj ‘Umar bin Muh}ammad ‘Ali al-Wâ’iz}, dan lain-lain. Lihat dalam, Syamsuddîn Muh}ammad
bin Abdul Rah}mân. al-Sakhawî, al-D}au’ al-Lâmi’ fî A’yân Qarn al-Tâsi’ (Beirut: Dâr Maktabah
al-H}ayât, t.t.)
2

Umar Rid}â Kah}hâ} lah, Mu’jam al-Muallifîn, vol. 3 (Bairut: Dâr Ihya’ Turats al-‘Arabi,
t.t.), h. 311. Lihat juga dalam, Wayhudi Syakur, Biografî Ulama Pengarang Kitab Salaf
(Jombang: Dâr al-Hikmah, 2008), h. 75.



15

16



Beliau banyak dikenal oleh kalangan ulama dan menguasai hampir semua
bidang ilmu pengetahuan, sampai-sampai ia mendapat beberapa gelar di
antaranya al-faqîh, al-mufassir, al-us}ûlî, al-nahwî, dan al-mant}îqî. Pandangan
pemikirannya sangat luas, karangan kitabnya juga banyak. Al-Mah}allî adalah
guru dari Imam al-Suyût}î.3
Selain seorang yang produktif mengarang kitab, al-Mah}allî juga termasuk
orang-orang terkemuka dari empat madzhab, sebagaimana diakui oleh pakar
sejarah muslim, al-Syaikh Muh}ammad Khud}ari BK. dalam bukunya, Târikh

Tasyrî’ ia mengatakan:
“Kembali sebelum runtuhnya Mamluk Mesir dan berpindahnya
kekhalifahan. Terdapat nama-nama para ilmuan. Seperti al-‘Iz bin Abdi alSalam, Ibn al-H}âjib, Ibnu Daqîq al-‘Îd, Ibnu Rif’ah, Ibnu Taimiyah, alSubkî dan anaknya, Ibnu al-Qayyim al-Bulqinî, al-Asnawî, al-Kamâl bin alHimâm, Jalâluddin al-Mah}allî, dan Jalâluddin al-Suyût}î. Mereka semua
adalah orang-orang terkemuka dari em pat madzhab. Setelah itu, saya tidak
menemukan seorang ulama besar, faqîh, atau pengarang yang handal.
Bahkan saya melihat beberapa tokoh ulama fikih yang hanya bersikap
Qanâ’ah. Bukan sebagai Penemu. Bahkan, beberapa tokoh setelah mereka
hanya tersibukkan oleh madzhab mereka sendiri. Ketika seseorang sibuk
dengan madzhabnya, maka bukunya akan semakin sedikit sampai-sampai
karena begitu ringkasnya, sepertinya mereka mengarang tetapi tidak
memberikan pemahaman. Sepertinya, runtuhnya pemerintahan berarti
runtuhnya sebuah keilmuan apalagi keagamaan sampai seperti jurang yang
dalam lagi jauh.”4
Al-Mah}allî sangat bersemangat untuk membela agama Allah. Kehidupanya
diwarnai dengan kesalehan, wara’, dan amar ma’rûf nahi munkar. Padahal banyak
para hakim dan pejabat yang datang kepadanya tetapi ia selalu menolaknya. Ia
melarang mereka untuk masuk ke tempatnya. Ia sungguh sangat tegas sampai

3

Muh}ammad bin Ah}mad bin ‘Utsmân al-Dzahabî, Tadzkîrât al-Huffâz}, vol. 1 (Beirut: Dâr
al-Kutub al-Ilmiyah, 1998), h. 223.
4

Muh}ammad Khud}ari BK, Târikh Tasyrî’ (Beirut: Dâr al-Kutub al-‘Ilmiyah, t.t.), h. 249.

17



para qad}i sangat takut dan segan kepadanya. Semua itu karena kewibawaanya.
Pernah ia dipinta untuk menjadi hakim agung, tetapi ia juga menolaknya.
Kendaraan dan pakaiannya pun sangat sederhana.
Al-Mah}allî memberi pelajaran fikih kepada murid-muridnya secara
langsung dengan tangannya sendiri. Banyak di antara para jamaah yang dengan
setia mendengarkannya dan mengambil pelajaran darinya. Ketika mengajar atau
menuliskan sebuah karangan, pembaca atau pendengar tidak mudah untuk
menjadi bosan. Semua itu karena al-Mah}allî dapat mengungkap dan menjelaskan
kata-kata yang kabur makna, ia dapat melepaskan ikatan-ikatan yang
membelenggu lafaz-lafaz, juga dapat meringkas dari sebuah ibarat yang panjang
dan bertele, dan semua itu al-Mah}allî hadirkan dengan bahasa yang mudah
dipahami.
Kesehariannya ia gunakan untuk mengarang kitab. Tulisannya begitu indah
dan mudah untuk dibaca semua kalangan. Kesibukan al-Mah}allî Mengarang kitab
tidak lantas meninggalkan kewajibannya untuk menghidupi keluarga. Selain
mengarang, al-Mah}allî juga berdagang.5
Beberapa karangan al-Mah}allî yang saya temukan antara lain:
1)

Kitab yang membahas fikih dan us}ul Fikih: Mukhtas}ar al-Tanbîh li al-

Syairâzi fî Furû' al-fikihî al-Syâfi’î, Syarh} ‘alâ al-Waraqât li imâm alH}aramain.6 al-Badrut} T}âli’ fî H}alli Jam’il Jawâmi’ li al-Subkî, dan Kanzu
al-Râghibîn, Syarh} Minhajut} T}âlibin li al-Nawawî.

5

Abdul Hayyi bin Ah}mad bin Muh}ammad al-Akrî al-Hanbalî (1032 - 1089 H.), Syadzârat
al-Dzahab fî Akhbâri man Dzahab, vol. 7 (Damaskus: Dar ibn Katsîr, 1406 H.), h. 304 – 305.
6

kitab ini direspon oleh beberapa ulama diantaranya Ah}mad bin Ah}mad bin ‘Abdul Ghoni
al-Dimyât}i dalam karyanya H}âsyiah ‘alâ Syarhi al-Mah}allî ‘alâ al-Waraqat li Imâm al-Haramain
lihat, Khairuddin al-Ziriklî, al-A’lâm, vol. 1(Beirut: Dâr al-Kutub , 1927), h. 240.

18



2)

Kitab yang membahas al-Qur’ân, tafsîr dan ilmu tafsîr: Tafsîr al-Qur’ân al-

Karîm,7 dan Syarh} ‘alâ al-Tas}il li ‘Ulûm al-Tanzîl al-Qur'ân.
3)

Kitab yang membahas ilmu Nahwu, sastra dan Mant}iq: Syarh} Tas}ilu al-

Fawâid wa Takmîl al-Maqâs}id, li Ibni Mâlik, Syarh}u al-Syamsiyyah fî alMant}iq, tetapi belum sampai tuntas, Syarh} Burdat al-Mâdih} Mâlik, Syarh}
‘alâ al-I’râb ‘an Qawâid al-‘Arab li Ibn Hisyâm.
4)

Kitab yang membahas fikih dan us}ul fikih: H}âsyiah ‘alâ Syarh}i Jâmi’ al-

Mukhtasarât, dan H}âsyiah ‘alâ Jawâhir al-Isnawî

b.

Al-Suyût}î
Al-Suyût}î8, Ia bernama lengkap Jalâluddin Abu al-Fad}l Abd al-Rah}man bin

al-Kamâl-Abi Bakr bin Muh}ammad bin Sâbiq al-Din bin al-Fakhr ‘Utsmân bin
Naz}îruddin Muh}ammad bin Saifuddin Khid}r bin Najmuddin Abi S}alah Ayyûb bin
Nâs}iruddîn Muh}ammad bin al-Syaikh Himâmuddin al-Himâm al-Khud}airî alAsyût}î.9


7

Al-Mah}allî memulainya tetapi tidak sampai tuntas dan disempurnakan oleh muridnya,
Jalâluddin al-Suyût}î. Kitab inilah yang dikenal-dengan Tafsîr al-Jalâlain. Yaitu kitab yang
dikarang oleh Jalâluddin al-Mah}allî dan al-Suyût}î. Lihat, Al-S}âwi, H}âsyiah al-S}âwi 'alâ tafsir alJalâlain, vol. 1 (Beirut: Dâr al-Fikr, 1988), h. 2.
8

Al-Asyût}î dengan menggunakan hamzah, adalah julukan kebangsaan yang diambil dari
daerah Asyût}, sebuah kota di dataran tinggi Mesir. Diantara mereka yang mencantumkan alAsyût} dalam deretan namanya adalah: Muh}ammad ibn Muh}ammad bin Ah}mad al-Syaraf, alSalah Muh}ammad bin Abi Bakr bin ‘Ali, al-Kamâl-Abu Bakar bin Muh}ammad bin Abi Bakar,
Zaki Muslim, al-Walawî, dan masih banyak lagi yang lain. Dan banyak diantara mereka yang
membuang huruf hamzah sehingga dipanggil dengan al-Suyût}î. Lihat al-Sakhawî, dalam kitab alD}au’ al-Lâmi’fî A’yân Qarnu al-Tâsi’.
9

Sudah tidak diragukan dan diperdebatkan lagi bahwa ia berjuluk Abu al-Fad}l, bergelar
kehormatan Jalâluddin, bernama Abdul Rahman dari seorang ayah Abu Bakr, dan keturunan dari
seorang kakek bernama Muh}ammad. Akan tetapi, selain tersebut di atas, terdapat banyak
perdebatan. Lihat Jalâluddin al-Suyût}î, Syarh Sunan al-Nasa’i, vol. 1 (Beirut: Dâr al-Ma’rifat.
2001), h. 71-72. Lihat juga dalam Kah}h}alah, Mu’jam al-Muallifîn, vol. 5, h. 128.

19



Ia lahir setelah maghrib malam Ahad bertepatan pada bulan purnama bulan
Rajab pada tahun 849 H. di kota Assiyut, Mesir bagian atas. Kemudian ia
dijuluki dengan daerah tersebut. Adapun julukan al-Khud}airi yang ada padanya
adalah sebuah tempat yang ada di Baghdad, sebagaimana yang ia jelaskan sendiri
pada biografinya dengan judul, H}usnul Muhâd}arah. Ia berkata, “Adapun
bangsaku al-Khud}airi tidaklah aku ketahui melainkan nama tersebut adalah
sebuah nama tempat yang ada di Baghdad.”10
Keluarga al-Suyût}î adalah sebuah keluarga yang berilmu dan beradab.
Ayahnya adalah seorang ahli fikih dari madzhab Syâfi’î. Beliau menjadi seorang
qad}i di kota Assiyut. Setelah itu berpindah ke Mesir11 dan menjadi seorang muft}i
di sana.
Ayah al-Suyût}î wafat pada tahun 855 H. sedangkan Suyût}î kecil masih
berusia lima tahun empat bulan. Namun, pada umur tersebut, ia sudah hafal-alQur’ân sampai surat al-Tahrîm. Al-Suyût}î tumbuh besar sebagai seorang yatim,
tetapi Allah telah mempersiapkannya sebagai seorang yang mulia. Ia menjadi
salah satu ulama ahli fikih yang patut diperhitungkan. Ayahnya adalah al-Kamâl
bin al-Himâm al-H}anafî, pengarang kitab Fath} al-Qadîr. Kitab tersebut adalah
wasiat dari seorang ayah al-Suyût}î kepadanya sebagaimana diterangkannya
dalam kitab Bughyat al-Wi’ât.
Cita-cita al-Suyût}î adalah mendaki tinggi ke puncak kemuliaan. Ia
meminum air zam-zam dengan tujuan agar dapat sampai kepada derajat al-H}âfiz}

10
Jalâluddin al-Suyût}î, Tadrib al-Râwî fî Syarh}i Taqrîb al-Nawawî (Kairo: Darul Hadits,
2004),, h. 10.
11

Dalam penjelasan lain, ayahnya berpindah ke Cairo. Lihat dalam Mukaddimah Sunan al-

Nasa’î, h. 72.

20



ibn H}ajar al-Asqallânî dalam ahli haditsnya dan sebagai al-Syaikh Sirâjuddin alBulqinî dalam ilmu fikihnya. Ia mengamalkan hadis “

”, dan Allah

mewujudkan apa yang telah ia harapkan. Ia menjadi sukses sebagaimana al-H}âfiz}
ibn H}ajar al-Asqallânî yang telah meminum air zam-zam dan ingin meniru alH}âfiz} al-Dzahabî.
Al-Suyût}î mempunyai keistimewaan otak yang gemilang. Ia mempunyai
hafalan yang kuat. Kecerdasan yang gemilang, sehingga ia mampu khatam
menghafalkan al-Qur’ân di saat usianya masih delapan tahun. Setelah itu ia hafal
‘Umdatul Ah}kâm, sebuah kitab karya Ibn Daqîq al-‘Îd. Ia telah hafal-kitab al-

Minhâj karya al-Imam al-Nawawi, al-Minhâj fî al-Us}ul karya al-Baid}awi dan
Alfiyah Ibn al-Mâlik .12
Al-Suyût}î memulai belajar pada tahun 864 H. dan mendapat ijazah
pengajaran Bahasa arab pada dua tahun sesudahnya. Pada tahun 876 H. ia
menjadi p