Analisis Unsur Intrinsik dalam Kumpulan Puisi 6 Tirani dan B enteng" Karya Taufiqlsmail

ANALISIS UNSUR INTRINSIK DALAM KUMPULAN PUISI
TIRANI DAN BENTENG KARYA TAUFIQ ISMAIL

Oleh : SYAIFUL ANWAR
NIM 809018300082

LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi berjudul Analisis Unsur Intrinsik Dalam Kumpulan Puisi
Tirani dan Benteng Karya Taufiq Ismail disusunoleh SYAIFUL Afl"WAR

Nomor Induk MahasiswaS090183JT00821diajukan
kepada Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif HidayatullahJakartadan telah dinyatakan
lulus dalamUjian Munaqasahpadatanggal8 Juli 2012di hadapandewanpenguji.
Karena itu, penulis berhakmemperolehgelar Sarj.anaSl (S.Pd)dalam Program
PendidikanGuru MadrasahIbtidaivahDual Mode System.
Iakarta,S Juli20I2
PanitiaUjian Munaqasah
KetuaPanitia(KetuaJurusan/Program
Studi)

TandaTangan

NrP.19761
t07200701r013

Tanggal

Jakafia,8
Juli2012

PengujiI

r-\
\-- t

)%("6'-''*o*

/

/rs. E. Kusnadi


ffiozorrs6slolool

Jakarta,8juli20l2

8 Juli2012

MP: 19526052019813
1001

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Analisis Unsur Intrinsik dalam Kumpulan Puisi 6 Tirani dan
B enteng" Karya Taufiqlsmail
Skripsi
Diajukan kepadaFakultas Tarbiyah dan Keguruan SebagaiSalahSatu
Syarat untukMemperoleh Gelar Sarjana Pendidikan ( S.Pd)
Oleh
Syaiful Anwar
NrM 8090r$00082


NIP 197012152009122001

PGMI-DUAL MODE SYSTEM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAII
JAKARTA
2012

LEMBAR PER]TYATAAhI KARYA ILMIAII

Nama

Syaiful Anwar

NIM

809018300082

Jurusan


PGMI Dual Mode System

Alamat

Jl. KiaraVI Rt. 08/05No.7B

',.-.

Kel. JembatanLima Kec. Tambora

MEI\IYATAKAI\ DENGAN SESUNGGUIINYA
Bahwaskripsi ini berjudulAnalisis Unsur Intrinsik Dalam Kumpulan
Puisi Tirani dan BentengKarya Taufiq Ismail adalahbenarhasil karya sendiri
di bawahbimbingandosen:
1. NamaPembimbingI : Dra. Hindun, M.Pd
NIP
: 197012152009122001
Demikian surat pernyataanini sayabuat dengansesungguhnyadan saya
siap menerimasegalakonsekuensiapabilaterbulctibahwaskripsi ini bukan hasil

karya sendiri.

Jakarta,

Juli20l2

Yang menyatakan
^/lETTRAI
TEMPEL
at^taENilrcwD^rcil

,ry',,1

-

6se7AABF137o8/tt\r{-

6www
q4allg-r_u-_5,u_P"t4I!


ABSTRAK

ANALISIS UNSUR INTRINSIK KUMPULAN PUISI TIRANI DAN
BENTENG KARYA TAUFIQ ISMAIL

Kata kunci : Analisis Unsur Intrinsik Puisi Tirani dan Benteng

Berdasarkan masalah mengenai unsur intrinsik puisi Tirani dan Benteng
maka mendorong penulis untuk melakukan penelitian tentang bagaimana
menganalisis unsur intrinsik kumpulan puisi Tirani dan Benteng. Untuk mendapat
memahami karya sastra khususnya puisi diperlukan adanya kemampuan tentang
penguasaan unsur-unsur yang membangun puisi. Dalam memahami suatu karya
sastra khususnya puisi tidak hanya cukup dengan melakukan apresiasi terhadap
puisi tersebut, tetapi mengetahui unsur-unsur yang membangun puisi mengingat
betapa besarnya manfaat dan peranan puisi dalam kehidupan sehari-hari, maka
penelitian berupa apresiasi langsung dari sebuah karya sastra (puisi) yaitu dari
unsur intrinsik dari puisi tersebut harus digalakkan dan digiatkan. Maka peneliti
tertarik untuk mengadakan apresiasi langsung dari karya sastra (puisi) dari unsur
puisi tersebut.
Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif,

penelitian yang membahas masala-masalah atau fakta-fakta yang ada. Untuk
mendapatkan data-data yang diperlukan penulis melakukan penelitian yang
bersifat kajian pustaka, dengan langkah-langkah menelaah buku-buku yang ada
dalam perpustakaan, yang ada hubungannya dengan judul penelitian yang
dilakukan setelah data-data terkumpul kemudian dianalisis lalu di deskrpsikan.
Berdasarkan teori yang digunakan peneliti adalah kualitatif, yang akan
berkembang dalam proses penelitian dan diorientasikan kepada deskripsi dan

ii

pemahaman terhadap fenomena puisi, sehingga diperoleh temuan-temuan secara
langsung yang melibatkan sebagai instrument.
Berdasarkan hasil penelitian Puisi Tirani dan Benteng, peneliti
mengemukakan dalam penelitiannya yaitu dalam puisi Tirani ada 18 Puisi dan
Puisi Benteng ada 24 Puisi namun peneliti hanya sebagian puisi yang diteliti
Tirani menjadi 9 Puisi, dan Benteng 12 Puisi.
Kesimpulan yang diambil dari peneliti dalam kumpulan puisi Tirani dan
Benteng untuk menganalisis unsur intrinsik adalah Diksi, Gaya Bahasa, Aliterasi,
Asonasi, Ritme, Rima.


iii

KATA PENGANTAR

Asslamu’alaikum wr. wb.
Alhamdulillah, segala puji serta syukur saya limpahkan kepada Allah Swt.
Atas rahmat dan hidayah-Nya, serta segala nikmat yang diberikan sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam selalu tercurahkan
kepada Nabi Muhammad Saw beserta istri, keluarga, sahabat dan umatnya yang
selalu mengikuti risalah serta ajarannya Saw.
Skripsi sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan Pendidikan S1,
(Strata Satu), dipandang sebagai salah satu proses pendidikan dalam hal
kemampuan meneliti puisi atau obyek yang dipandang bermanfaat dari aspek
keilmuan dan penerapannya kelak, pada proses skripsi juga merupakan salah satu
hal yang mendorong dan melatih penulis untuk berpikir secara kritis dalam bidang
unsur intrinsik dalam kumpulan puisi, yang selama ini penulis dalami, dengan
dukungan teoretis yang telah penulis dapatkan selama waktu pekuliahan yang
akhirnya penulis rasakan sangat bermanfaat.
Dalam penulisan skripsi ini terkadang penulis mendapat hambatan yang
memang menjadi bagian dari sebuah perjuangan untuk mencapai sebuah tujuan.

Namun penulis menyadari bahwa ini merupakan proses yang harus dijalani. Oleh
karena itu, banyak pihak yang terlibat memberikan bantuan dalam menyelesaikan
skripsi ini. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Kedua orang tua, Bapak/Ibu tercinta yaitu Achmad Baung dan Arsawati
yang telah melahirkan saya, merawat, dan mendidik saya dengan kasih
sayangnya sehingga menjadi seperti sekarang. Terima kasih kami ucapkan
atas bantuan, pengorbanan, dan kerja keras kalian. Tanpa do’a dan usaha
kalian anakmu bukanlah apa-apa.

iv

2. Dra. Hindun, M.Pd selaku dosen pembimbing yang senantiasa
meluangkan waktu untuk memberikan arahan dan masukan yang sangat
berarti untuk mentelesaikan skripsi ini.
3. Istri dan anak-anak saya yang selalu memberikan semangat dalam
menyelesaikan skripsi ini.
4. Kementrian Agama yang telah memberikan beasiswa kepada saya yang
Alhamdulillah tanpa bantuannya kami tidak akan menyelesaikan studi
kami yang akan mendapatkan gelar Sarjana.
5. Bapak/Ibu Dosen yang selalu memberikan pengetahuan kepada saya

hingga pada akhirnya dapat menyelesaikan skripsi ini.
6. Teman-teman yang selalu membantu saya supaya menyelesaikan skripsi
ini.
7. Saudara-saudara saya yang selalu memberikan semangat kepada saya
untuk menyelesaikan skripsi ini.
Semoga mereka selalu mendapat rahmat Allah Swt. Penulis menyadari
bahwa masih banyak kekurangan dan ketidak sempurnaan dalam penulisan
skripsi ini. Oleh kerena itu saran dan kritik yang membangun penulis
harapkan untuk membuat perubahan yang lebih baik. Walaupun masih
jauh dari kata yang sempurna penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat
baik bagi penulis, maupun bagi pihak-pihak lain.
Wassalamu’alaikum wr. wb.

Jakarta, Juli 2012

Penulis

v

vi


DAFTAR ISI

Halaman
LEMBAR PENGESAHAN
LEMBAR PERNYATAAN………………………………………………...

i

ABSTRAK……………………………………………………………….....

ii

KATA PENGANTAR………………………………………………………

iv

DAFTAR ISI………………………………………………………………..

vi

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah………………………………………………….

1

B. Identifikasi Masalah………………………………………………………

4

C. Pembatasan Masalah……………………………………………………...

4

D. Rumusan Masalah………………………………………………………...

4

E. Tujuan Penelitian.…………………………………………………………

5

F. Manfaat Penelitian………………………………………………………...

5

BAB II LANDASAN TEORETIS
A. Pengertian Analisis……………………………………………………......

8

B. Pengertian Unsur Intrinsik…………………………………………….......

9

C. Pengertian Puisi……………………………………………………………

12

D. Jenis-jenis Puisi………………………………………………………..…..

26

E. Metode dalam Puisi……………………………………………………….. 28
F. Tujuan Pengajaran Puisi……………………………………………….......

32

BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Disain Penelitian…………………………………………………………... 34
B. Populasi dan Sampel……………………………………………………….

35

C. Variabel dan Indikator……………………………………………………..

37

D. Instrumen Penelitian……………………………………………………….

37

E. Alat Pengumpulan Data……………………………………………………

38

F. Teknik Analisis Data…………………………………………………….....

39

vi

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Analisis dan Pembahasan Puisi Kelompok Tirani…………………………. 40
B. Analisis dan Pembahasan Puisi Kelompok Benteng………………………. 54
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan………………………………………………………………… 74
B. Saran……………………………………………………………………….. 74
DAFTAR PUSTAKA
Lampiran

vii

1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bahasa Indonesia merupakan salah satu dari hasil kebudayaan. Bahasa
Indonesia tidak terlepas dari kesusastraan. karena bahasa Indonesia merupakan
wujud dari kesusastraan atau karya sastra itu sendiri. Oleh karena itu, bahasa
Indonesia mempunyai hubungan yang sangat erat dengan kesusastraan atau
karya sastra.
Kesusastraan mempunyai peranan dan manfaat yang besar dalam
memperjuangkan kemerdekaan bangsa Indonesia. Kesusastraan merupakan
salah satu dari hasil budaya manusia yang perlu mendapatkan perhatian dari
kita semua. Kesusastraan merupakan refleksi dari kejadian-kejadian atau
peristiwa-peristiwa yang terjadi di tengah-tengah masyarakat. Realita yang terjadi
di tengah masyarakat tersebut kemudian dituangkan oleh pengarang atau
penyair berdasarkan pada imajinasi dalam bentuk karya sastra. Dengan
demikian karya sastra dapat memberikan solusi atau alternatif pemecahan
masalah yang terjadi di masyarakat. Dengan membaca karya sastra
tersebut, pembaca akan mendapatkan manfaat dari karya sastra tersebut. Sangat sulit
untuk membedakan bahasa sastra dan bahasa sehari-hari yang digunakan oleh
masyarakat.
Puisi sebagai karya seni sastra yang dapat dikaji bermacam-macam
aspeknya. Puisi juga dapat dikaji dari struktur dan unsur-unsurnya,
mengingat bahwa puisi itu adalah struktur yang tersusun dari bermacam macam unsur dan sarana-sarana kepuitisan.
Puisi dapat pula dikaji jenis-jenis atau ragam-ragamnya, mengingat
bahwa ada beragam-ragam puisi. Begitu juga, puisi dapat dikaji dari sudut
kesejarahannya, mengingat bahwa sepanjang sejarahnya, dari waktu kewaktu
puisi selalu ditulis dan selalu dibaca orang. Sepanjang zaman puisi selalu
mengalami perubahan dan perkembangan. Hal ini mengingat hakikatnya
sebagai karya seni yang selalu terjadi ketegangan antara konvensi dan

2

pembaharuan. Puisi selalu berubah-ubah sesuai dengan evolusi selera dan
perubahan konsep estetiknya .
“Karya sastra adalah fenomena unik. Ia juga fenomena organik di
dalamnya penuhnya serangkaian makna dan fungsi makna dan fungsi ini
sering kabur dan tak jelas. Oleh karena, karya sastra memang syarat
dengan imajinasi itulah sebabnya, peneliti sastra memiliki tugas untuk
mengungkap kekaburan itu menjadi jelas. Peneliti sastra akan
mengungkap elemen-elemen dasar pembentuk sastra dan menafsirkan
sesuai paradigma dan atau teori yang digunakan, Tugas demikian, akan
menjadi bagus apabila peneliti memulai kerjanya atas dasar masalah.
Tanpa masalah yang jelas dari karya sastra yang dihadapi, tentu kerja
penelitian juga akan kabur. manakala penelitian kabur dan karya satra
itu sendiri sebagai fenomena yang kabur, tentu hasilnya tidak akan
optimal. Itulah sebabnya kepekaan peneliti sastra untuk mengangkat
sebuah persoalan menjadi penting.”1
Tujuan karya sastra yaitu untuk membantu manusia menyingkap rahasia
keadaannya, untuk memberi makna pada eksistensinya, serta untuk membuka
jalan kebenaran. Adapun yang membedakan antara karya sastra dengan seni
lainnya adalah dari segi bahasa.
Sastra merupakan institusi sosial yang memakai bahasa sebagai
mediumnya. Teknik-teknik sastra tradisional seperti simbolisme dan matra
bersifat sosial karena merupakan konvensi dan norma masyarakat. Lagi pula sastra
menyajikan kehidupan dan kehidupan yang sebagian besar terdiri dari kenyataan
sosial, walaupun karya sastra juga "meniru" alam dan dunia subjektif
manusia.
Penyair merupakan warga masyarakat yang memiliki status khusus.
Penyair mendapat pengakuan dan penghargaan masyarakat dan mempunyai masa,
walaupun hanya secara teoretis. Sastra sering memiliki kaitan dengan institusi
sosial tertentu. Sastra mempunyai fungsi sosial atau manfaat yang tidak
sepenuhnya bersifat pribadi. Jadi, permasalahan studi sastra menyiratkan atau
merupakan masalah sosial; masalah tradisi, konvensi, norma, jenis sastra, symbol,
dan mitos.
1

Suwardi Endraswara, Metodologi Penelitian Sastra, (Yogyakarta: CAPS, cet. ke-1, 2011),
hlm. 7.

3

Salah satu bentuk dari karya sastra adalah puisi. Puisi merupakan salah
bentuk karya sastra yang paling tua. Banyak karya sastra di dunia ini yang ditulis
dalam bentuk puisi. Di dalam puisi tersebut penyair sering menuangkan ide dan
gagasannya tentang peristiwa atau kejadian yang terjadi di tengah kehidupan
masyarakat. Dengan demikian puisi mempunyai hubungan yang erat dengan
kehidupan dalam masyarakat.
Puisi merupakan rangkaian kata-kata yang perlu dan enak dibaca, yang di
dalamnya terkandung makna, tema dan sebagainya. Pengetahuan dan pengalaman
tentang unsur dari bentuk dan isi yang membangun puisi tersebut sangat
diperlukan untuk meningkatkan perkembangan puisi. Bentuk dan isi puisi
mempunyai perkembangan yang berbeda antara masa sekarang dengan masa
sebelumnya. Hal tersebut disebabkan perbedaan latar belakang sosial, filsafat,
agama, pandangan hidup dan juga latar belakang pemikiran, ilmu pengetahuan
dan teknologi dari masa atau saat puisi tersebut diciptakan.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa untuk dapat
memahami karya sastra khususnya puisi diperlukan adanya kemampuan tentang
penguasaan tentang unsur-unsur yang membangun puisi tersebut dan unsur yang
berhubungan dengan puisi tersebut. Selama ini penelitian yang banyak dilakukan
oleh para mahasiswa dalam menyelesaikan studinya dalam bentuk mengapresiasi
karya sastra. Adapun penelitian yang langsung meneliti unsur-unsur yang
membangun karya sastra itu sendiri masih jarang dilakukan. Padahal dalam
memahami suatu karya sastra khususnya puisi tidak hanya cukup dengan
melakukan apresiasi terhadap puisi tersebut tetapi juga mengetahui unsur-unsur
yang membangun puisi tersebut.
Mengingat betapa besarnya manfaat dan peranan karya sastra khususnya
puisi dalam kehidupan masyarakat sehari-hari, maka penelitian berupa apresiasi
langsung dari sebuah karya sastra (puisi), yaitu dari unsur instrinsik dari puisi
tersebut perlu digalakkan dan digiatkan. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis
tertarik untuk mengadakan apresiasi langsung dari karya sastra (puisi) dari unsur
instrinsik puisi tersebut. Adapun judul penelitian tersebut adalah: Analisis Unsur
Intrinsik dalam Kumpulan Puisi Tirani dan Benteng Karya Taufiq Ismail.

4

B. Identifikasi Masalah
“Identifikasi masalah memuat faktor-faktor penyebab terjadinya suatu
masalah. Identifikasi menjelaskan hal-hal dominan apa yang menjadi
penyebab terjadinya suatu masalah. Penelitian pada dasarnya bertujuan
untuk mengungkapkan keterkaitan antara fenomena. Sekali fenomena terjadi
dan kita selidiki maka pasti ada fenomena lain yang terkait atau menjadi
penyebabnya. Dengan demikian jika terjadi suatu masalah maka pasti ada
penyebabnya. Tentu saja masalah yang menjadi tema atau fokus penelitian
penyebabnya tidak tunggal tetapi terdiri dari beberapa faktor yang terkait."2
Berdasarkan uraian dan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
identifikasi masalah merupakan salah satu elemen dalam suatu penelitian. dengan
demikian identifikasi masalah merupakan suatu hal yang sangat penting dalam
menentukan keberhasilan penelitian, seperti juga halnya dengan elemen penelitian
lainnya. Ketajaman atau ketepatan seorang penelitian dalam mengidentifikasi
masaalah sangat memegang peranan yang penting. Berdasarkan hal tersebut, maka
dalam identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah: Analisis unsur intrinsik
dalam kumpulan puisi “Tirani dan Benteng” karya Taufiq Ismail.
C. Pembatasan Masalah
Memuat penjelasan dan argumentasi mengenai berbagai faktor atau variabel
yang berkaitan dengan masalah peneliti yang tidak mungkin semua dapat diteliti
dalam kurung waktu tertentu. Oleh karena itu, menetapkan atau membatasi
variabel atau faktor yang akan dijadikan fokus kajian. Pembatasan masalah dalam
suatu penelitian juga akan lebih memudahkan peneliti dalam melakukan
penyelidikan. Selain itu juga akan lebih menghemat tenaga, waktu dan biaya yang
diperlukan

dalam

menyelesaikan

penyelidikan

atau

penelitian

tersebut.

penyelidikan atau penelitian tersebut.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis merumuskan masalah
skripsi ini sebagai berikut. Bagaimana menganalisis unsur intrinsik dalam
kumpulan puisi “Tirani dan Benteng” karya Taufiq Ismail.

2

Mahmudah, dkk, Pedoman Penulisan Skripsi, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,
(Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011), hlm. 44.

5

E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian untuk member jawaban atas permasalahan penelitian
yang telah dibuat dalam bentuk rumusan masalah. Tujuan penelitian
dinyatakan dalam kalimat yang sifatnya menggali atau mendalami unsur
intrinsik puisi. Kata-kata yang dapat digunakan antara lain: untuk
mempelajari, mengeksplorasi, mengkaji, menemukan, atau mengungkapkan.
Untuk mengetahui Analisis Unsur Intrinsik Dalam Kumpulan Puisi
Tirani dan Benteng Karya Taufiq Ismail yaitu:
1. Diksi
2. Gaya Bahasa
3. Aliterasi
4. Asonasi
5. Ritme
6. Rima
F. Manfaat Penelitian
Setiap penelitian harus mempunyai berorientasi kepada manfaat atau
kegunaan yang hendak diinginkan berdasarkan hasil penelitian tersebut.
Manfaat atau kegunaan dari hasil suatu penelitian diharapkan tidak hanya
bermanfaat bagi peneliti itu sendiri, tetapi juga kepada lembaga tempat kajian
atau organisasi profesi dan ilmu pengetahuan.
Manfaat penelitian mencakup dua dimensi, yaitu keilmuan dan praktis.
Manfaat keilmuan terkait dengan dimensi pembenaran, yakni bahwa bahwa teori
struktur yang menekankan studi sastra secara otonom terlepas dari faktor ekstrinsik
dan intrinsik tetap masih relevan masih dipergunakan sebagai pendekatan atau
perspektif yang signifikan untuk menganalisis dan member penilaian terhadap karya
sastra. Lewat analisis yang dipandu oleh teori atau konsep. Selain itu manfaat
pembenaran terkait dengan persyaratan penguasaan literary competence, yaitu
kemampuan menguasai kaidah-kaidah penciptaan karya sastra, bagi peneliti yang
menerapkan pendekatan structural. Tanpa literary competence tidak akan pernah
ada penelitian sastra, apalagi memberikan penilaian. Benar tidaknya suatu
penelitian puisi dari perspektif structural berhubungan dengan literary competence

6

sebagai persyaratan utama.”3
Hal di atas sesuai dengan pendapat ahli berikut yang mengatakan
sebagai berikut:
"Sebenarnya penjelasan tentang kegunaan hasil penelitian ini tidak mutlak harus
ada. Rumusan tentang kegunaan hasil penelitian adalah kelanjutan dari tujuan
penelitian. Apabila peneliti telah selesai mengadakan penelitian dan memperoleh
hasil, ia diharapkan dapat menyumbangkan hasil itu kepada Negara, atau
khususnya kepada bidang yang sedang diteliti. Pembicaraan tentang kegunaan
hasil penelitian ini menjadi penting setelah beberapa peneliti tidak dapat
mengadakan sebenarnya hasil bapa yang diharapkan, dan sejauh mana
sumbangannya terhadap kemajuan ilmu pengetahuan."4.
Berdasarkan pendapat di atas, maka manfaat yang diharapkan dari
penelitian ini adalah:
1. Dapat

memperkaya

khasanah

perkembangan

ilmu

kesusastraan

khususnya hasil karya sastra yang berbentuk puisi;
2. Dapat meningkatkan kecintaan masyarakat akan karya sastra
Indonesia khususnya puisi;
3. Dapat memberikan bahan acuan kepada guru bidang studi bahasa
dan sastra Indonesia tentang apresiasi puisi;
4. Dapat memperkaya wawasan atau pengetahuan penulis tentang karya
puisi yang dihasilkan oleh penyair bangsa sendiri;

3

Siswantoro, Metode Penelitian Sastra Analisis Struktur Puisi,( Yogyakarta: Penerbit Pustaka
Pelajar, cet. ke-1, 2010), hlm. 92
4
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta: PT Rineka Cipta, cet. ke-14 2010),
hlm. 99

7

BAB II
LANDASAN TEORETIS

Dalam melakukan analisis atau penelitian tentang suatu karya sastra, salah
satu yang dapat dilakukan peneliti adalah menggunakan berbagai buku
tentang karya sastra atau kesusastraan yang terdapat di dalam perpustakaan. Hal
ini sesuai dengan pendapat ahli yang mengatakan.
"Seorang ahli ilmu pengetahuan tidak hanya bertujuan menemukan fakta,
tetapi menemukan prnsip-prinsip yang terletak dibalik fakta prinsip utama
yang dicari ialah dalil, yakni generalisasi atau kesimpulan yang berlaku
umum. Dengan dalil ini ahli tersebut melanjutkan penyelidikanya untuk
meramalkan rangkaian peristiwa berikutnya. Tentu saja diperlukan
sejumlah data untuk dipakai sebagai pertimbangan penyimpulan sebuah
dalil."1
Adapun pendapat ahli mengatakan bahwa : “Perkataan kesusastraan itu
berasal dari bahasa sansekerta susastra. Su berarti baik atau bagus, sastra berarti :
buku, tulisan atau huruf. Jadi kesusastraan adalah himpunan buku-buku yang
mempunyai bahasa yang indah serta isi yang baik pula. Dalam kesusastraan
khusus, karangan itu harus meliputi :
 Bahasa yang terpelihara baik.
 Isinya yang baik, indah, yaitu yang benar-benar menggambarkan
kebenarandalam hehidupan manusia.
 Cara menyajikannya menarik, sehingga berkesan dihati pembaca.”2
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa mempalajari
buku-buku yang berhubungan dengan karya sastra di perpustakaan akan sangat
membantu peneliti dalam membuat tinjauan pustaka. Dengan begitu keberhasilan
penelitian akan sangat ditentukan oleh kemampuan penulis dalam membuat tinjauan
pustaka.

1

Winarno Surakmad, Pengantar Penelitian Ilmiah, dan Dasar Metode Teknik, (Bandung :
Tarsito, cet. ke-7, 1985), hlm. 63.
2
Abdullah Ambary, Intisari Sastra Indonesia, (Bandung : CV. Djatnika, cet. ke-1, 1983), hlm.
7.

7

8

A. Pengertian Analisis
Kata analisis berasal dari bahasa Yunani yaitu analyein yang berarti
menyelesaikan, menguraikan, adapun menurut Derrida:
“Analisis merupakan bagian yang tak terpisahkan dari penelitian, sebab kegiatan
menguraikan ini, yaitu memisah-misahkan sesuatu menjadi bagian-bagian yang
lebih kecil didalam suatu entitas dengan cara mengidentifikasi, membandingbandingkan, menemukan hubungan berdasarkan parameter tertentu adalah suatu
upaya menguji atau membuktikan kebenaran.”3
“Krikitik dan kajian sastra memiliki hubungan sangat erat karena keduanya
merupakan tanggapan terhadap karya sastra. Pengkajian (sastra) adalah kegiatan
mempelajari unsur-unsur dan hubungan antar unsur dalam karya sastra dengan
bertolak dari pendekatan, teori, dan cara kerja tertentu kegiatan mempelajari dlam
pemahaman awalnya adalah menganalisis. Inti dari kegiatan mengkaji adalah
menganalisis. Sementara itu, kritik dalam pemahaman awalnya adalah penilaian
atau pertimbangan baik atau buruk sesuatu hasil kesusastraan dengan memberikan
alas an-alasan mengenai isi dan bentuk hasil kesusastraan.”4
Adapun pendapat lain ,menegaskan istilah bahasa sastra adalah :
 “Bahasa sastra dan uraian falsafah bersifat simbolik, puitik, dan konseptual.
 Dalam bahasa sastra pasangan rasa dan kesadaran menghasilkan objek
estetikyang terikat pada dirinya.
 Bahasa sastra berpeluang menerbitkan pengalaman fiksional dan pada
hakikatnya lebih kuat dalam menggambarkan ekspresi kehidupan.”5
Kebenaran di dalam ilmu pengetahuan termasuk ilmu sastra, baru dapat diakui
kalau ada bukti atau tanda-tanda kebenaran. Bukti itu adalah adanya kesesuaian antara
pengetahuan dengan objeknya. Kebenaran itu disebut objektivitas. Akan tetapi, sebab
suatu objek, katakanlah sebuah puisi, memiliki beragam fenomena, dengan sendirinya
kebenaran menghadapi kesulitan untuk menjangkau seluruh aspek atau fenomena.
Kegiatan untuk menguak kebenaran itu dilakukan dengan cara melakukan analisis, yaitu
memilah-memilih, atau membuat segmentasi sebuah puisi. Dengan kata lain sebuah puisi
yang untuk dipotong-potong kedalam segmen atau bagian yang kecil-kecil berdasarkan
3

Siswantoro, Metodologi Penelitian Sastra Analisis Struktur Puisi, ( Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, cet. ke-1, 2010 ), hlm. 10.
4
Sumiyadi, Pengkajian Puisi Analisis Romantik, Fenomenologis, Stilistik, dan semiotik,
(Bandung: Pusat Studi Literasi, cet. ke-1, 2005), hlm. 1.
5
M. Rafiek, Teori Sastra Kajian Teori dan Praktik , (Malang: PT. Refika Aditama, cet. ke-1,
2010), hlm. 13.

8

9

unsur-unsur intrinsiknya dalam perspektif strukturalisme. Selain memotong-motong,
kegiatan analisis juga memberi tafsir terhadap segmen-segmen puisi tersebut atas dasar
fungsi dan hubungan antar segmen atau unsur-unsur instrinsik tersebut untuk sampai
kepada efek. Adapun “Analisis adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa untuk
mengetahui keadaan sebenarnya atau penjabaran sesudah dikaji sebaik-baiknya,
pemecahan persoalan yang dimulai dengan dugaan akan kebenaranya.”6
B. Pengertian Unsur Intrinsik
Unsur-unsur intrinsik adalah khas puisi, yang mencakup: diksi, gaya bahasa,
pencitraan, nada suara, ritme, rima, bentuk puisi, aliterasi, asonasi, konsonansi, hubungan
makna dan bunyi. Abram mengatakan bahwa:
“masih ada lagi studi lain yaitu studi objektif, yang pada dasarnya memandang
karya sastra adalah karya yang mencukupi diri sendiri, terbebaskan dari faktorfaktor eksternal sebagai rujukan. Karya sastra dibangun dari bagian-bagiannya
dan relasi internalnya, sehingga member penilaian terhadap karya sastra adalah
berdasar kriteria intrinsiknya sebagai unsur-unsur pembentukan struktur.”7
Secara singkat kompetensi sastra dapat dipahami sebagai pengetahuan
tentang konvensi sastra, yang dalam konteks ini adalah puisi, yang telah
disepakati oleh masyarakat sastra. Konvensi itu antara lain meliputi fungsi yang
tergantung pada jenis-jenis puisi, unsur-unsur internal dan hukum rasional antara
unsur-unsur internal tersebut sehingga makna atau nilai sebuah unsur tergantung
pada unsur lain. Dengan pengetahuan sastra yang demikian itu analisis tersebut
mampu memberi makna, serta mampu memberi tafsir sebuah karya atau lebih.
Dengan sifat puisi yang demikian itu sudah barang tentu unsur intrinsik yang
membentuknya pun berbeda dengan unsur intrinsik yang berbentuk karya sastra
prosa. Unsur intrinsik tersebut adalah tema, amanat, musikalitas, korespondensi,
diksi, simbolisasi, tipografi, dan gaya bahasa.

6

Qonita Alya, Kamus Bahasa Indonesia Untuk Pendidikan Dasar, (Jakarta: PT. Indah Jaya
Adipratama, cet, edisi April, 2011 ), hlm. 27.
7
Siswantoro, Metodologi Penelitian Sastra Analisis Struktur Puisi, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, cet. ke-1, 2010), hlm. 64.

9

10

a) Tema
“Tema adalah pokok persoalan atau pokok pikiran yang mendasari
terbentuknya sebuah puisi. Pokok persoalan itulah yang hendak disampaikan
kepada pembaca. Pokok persoalan ini bisa bermacam-macam bisa masalah
ketuhanan, cinta, keadaan, kebencian, rindu, keadilan, kemanusiaan dan
lain-lain. Tidaklah mudah untuk mengetahui tema sebuah puisi, karena tema
puisi terselubung dalam kata-kata perlambangan. Berbeda dengan tema
karangan prosa yang serba terurai. Itulah sebabnya untuk dapat menangkap
tema suatu puisi paling tidak kita harus tahu tentang diksi, makna konotasi,
dan perlambangan atau simbolisasi.”8
b) Amanat
“Amanat adalah sesuatu yang hendak disampaikan oleh penyair kepada
pembaca lewat puisinya. Bedanya dengan tema, kalau tema adalah persoalan
yang dikemukakan sedangkan amanat adalah sesuatu yang disampaikan
lewat persoalan itu. Dengan pengertian diatas jelas bahwa amanat biasanya
berada dibalik tema atau tersirat dibalik rangkaian kata puisi itu. Oleh karena
itu tafsiran terhadap amanat ini bisa bermacam-macam, sangat subjektif.
Namun kesubjektivan itu dapat diperkecil dengan mengetahui hal-hal yang
berhubungan dengan pribadi penyairnya.”9
Dengen pengertian di atas jelas bahwa amanat biasanya berada dibalik tema
atau tersirat dibalik rangkaian kata puisi itu. Oleh karena itu, tafsiran terhadap
amanat ini bisa bermacam-macam, sangat subjektif.
c) Simbolisasi
“Pengertian simbolisasi atau perlambangan dalam puisi tidak mengacu pada
gambar atau benda yang menggantikan pengertian tertentu akan tetapi
mengacu pada kata atau lambang kebahasaan lain yang digunakan untuk
menggantikan suatu pengertian atau hal lain. Simbolisasi diperlukan oleh
penyair untuk lebih mengkonkretkan hal-hal yang akan disampaikan. Katakata penjelas dirasakanya kurang mewakili sesuatu yang akan
diungkapkannya, karena itu ia mempergunakan lambang-lambang. Menurut
Herman J. Waluyo: “macam-macam lambang ditentukan oleh keadaan atau
peristiwa apa yang digunakan oleh penyair untuk menggantikan keadaan
atau peristiwa itu. Ada lambang warna, lambang benda, lambang bunyi,
lambang suasana dan sebagainya.”10
8

Suroto, Teori dan Bimbingan Apresiasi Sastra Indonesia, (Jakarta: Erlangga, cet. ke-6, 1989),
hlm. 99.
9
Ibid. hlm. 101.
10
Ibid. hlm. 103.

10

11

d) Musikalitas
“Yang dimaksud dengan musikalitas adalah hal-hal yang berbubungan
dengan pengucapan bunyi. Unsur musikalitas sangat penting dalam puisi.
Tanpa memperhatikan unsur ini efek puitisnya akan berkurang, bahkan
mungkin sekali puisi itu menjadi hambar. Unsur ini meliputi rima dan bunyi.
Rima adalah persamaan bunyi yang terdapat pada kata-kata dalam puisi.
Sedangkan bunyi disini dimaksudkan adalah bunyi bahasa yang terdapat
dalam kata-kata pada puis.”11
e) Korespondensi
“Korespondensi adalah perhubungan yang terdapat dalam puisi.
Perhubungan tersebut bisa bermacam-macam, meliputi perhubungan antara
kata dengan kata, frase dengan frase, kalimat dengan kalimat, bait dengan
bait, atau campuran diantara unsur-unsur tersebut. Untuk dapat memahami
sebuah puisi secara lebih baik dengan pengertian yang benar kita dapat
mengabaikan unsur ini. Karangan bentuk puisi merupakan karangan yang
pekat dan padu hubungan antar katanya. Itulah sebabnya mengetahui
hubungan tersebut menjadi sangat penting.”12
f) Diksi
“Diksi menurut Kamus Istilah Sastra kata diksi berarti pemilihan kata untuk
mengungkapkan gagasan. Diksi yang baik berhubungan dengan pemilihan
kata yang bermakna tepat dan selaras, yang penggunaannya cocok dengan
pokok pembicaraan, peristiwa, dan khalayak pembaca atau pendengar. Dari
keterangan itu jelas bahwa diksi adalah ketetapan pemilihan dan penggunaan
kata. Tentu saja itu bisa bersifat lisan maupun tulisan. Dalam puisi, diksi
memegang peranan yang sangat penting.”13
g) Tipografi
Tipografi disebut juga ukuran bentuk. Dalam sebuah puisi diartikan sebagai
tatanan larik, bait, kalimat, frase, kata, dan bunyi untuk menghasilkan suatu
bentuk fisik yang mampu mendukung isi, rasa, dan suasana.
h) Gaya bahasa
Gaya bahasa termasuk unsur intrinsik yang cukup penting dalam puisi.
Boleh dikatakan hampir tak ada puisi yang hadir tanpa sebuah gaya sastra.
11

Ibid. hlm. 105.
Ibid. hlm. 109.
13
Ibid. hlm. 112.
12

11

12

Dengan gaya bahasa gagasan yang terungkap akan terasa lebih konkret dan penuh.
Dengan gaya bahasa, puisi akan lebih hidup. Gaya bahasa yang biasa
dipergunakan dalam puisi antara lain personifikasi, metafora, simile, asosiasi, dan
perulangan. Untuk itu uraian gaya bahasa akan didasarkan menurut Prof.Dr.H.G.
Tarigan:
“Gaya bahasa adalah cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara
khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis (pemakai bahasa).
Karena gaya bahasa berkaitan erat dengan bahasa maka dengan sendirinya
segala unsur kebahasaan akan terkait di dalamnya. Unsur kebahasaan itu
antara lain pilihan kata, frase, klausa, dan kalimat. Selain itu gaya bahasa
juga menyangkut warna pribadi penutur. Itulah sebabnya gaya bahasa juga
bersifat individual.”14
“Menurut Gorys Keraf gaya bahasa adalah penggunaan bahasa pada
hakikatnya kegiatan berbahasa juga. Kegiatan bahasa ini ada yang baik ada yang
kurang baik. Demikian juga penggunaan gaya bahasa. Sebuah gaya bahasa
dikatakan baik bila mengandung tiga dasar yakni: kejujuran, sopan santun, dan
menarik.”15
Jadi, unsur intrinsik yang akan penulis uraikan dalam definisi ini yaitu :
 Diksi
 Gaya bahasa
 Aliterasi
 Asonasi
 Ritme
 Rima
C. Pengertian Puisi
Kata puisi berasal dari bahasa Yunani poiesis yang berarti penciptaan.
Tetapi arti yang semula ini lama kelamaan semakin dipersempit ruang lingkupnya
menjadi “hasil seni sastra” yang kata-katanya disusun menurut syarat-syarat yang
tertentu dengan mengunakan irama, sajak, dan kadang-kadang kata-kata kiasan.
Dalam bahasa Inggris kata puisi adalah poetry yang erat berhubungan dengan kata
14

Suroto, Teori dan Bimbingan Apresiasi Sastra Indonesia, (Jakarta: Erlangga, cet. ke6, 1989), hlm.114.
15
Ibid. hlm. 114.

12

13

poet dan kata poem. Adapun mengenai kata poet ini Vencil C.Coulter memberi
penjelasan sebagai berikut:
“kata poet berasal dari kata yunani yang berarti membuat; mencipta.
Dalam bahasa inggris kata poet ini lama sekali disebut maker. Dalam
bahasa Yunani sendiri kata poet berarti orang yang mencipta melalui
imajinasinya, orang yang hampir-hampir menyerupai dewa atau yang amat
suka kepada dewa-dewa. Dia adalah orang yang berpengelihatan tajam,
orang suci; yang sekaligus merupakan seorang filusuf, negarawan, guru,
orang yang dapat menebak kebenaran yang tersembunyi.”16
Selanjutnya pendapat pengarang terkenal Edgar Allan Poe membatasi:
“Puisi kata sebagai kreasi keindahan yang berirama (the rhythmical
creation of beauty). Ukuran satu-satunya ialah rasa dengan intelek ataupun
dengan kesadaran, puisi itu hanyalah memiliki hubungan-hubungan
sekunder saja. Kalau tidaklah bersifat insindental, maka puisi itu tidaklah
mempunyai hubungan apa-apapun baik dengan kewajiban maupun dengan
kebenaran.”17
Beberapa pendapat yang mengatakan bahwa puisi adalah ekspresi dari
pengalaman manusia, antara lain pendapat Watts-Dutton dan Lascelles
Abercrombie. Adalah:
“Puisi adalah ekspresi yang kongkrit dan yang bersifat artistik dari pikiran
manusia dalam bahasa emosional dan berirama”, kata Watts-Dunton,
sedangkan Lescelles Abercrombie mengatakan bahwa “Puisi adalah
ekspresi dari pengalaman yang bersifat imajinatif, yang hanya bernilai
serta berlaku dalam ucapan atau pernyataan yang bersifat kemasyarakatan
yang diutarakan dengan bahasa, yang memanfaatkan setiap rencana
dengan matang dan tepat guna.”18
Adapun pendapat lain mengatakan bahwa: “puisi sebagai salah satu sebuah
karya seni sastra dapat dikaji dari bermacam-macam aspeknya. Puisi dapat
dikaji struktur dan unsur-unsurnya, mengingat bahwa puisi itu adalah
struktur yang tersusun dari bermacam macam unsur dan sarana-sarana
kepuitisan. Dapat pula puisi di kaji jenis-jenis atau ragam-ragamnya,
mengingat bahwa ada beragam-ragam puisi. Begitu juga, puisi dapat dikaji
dari sudut kesejarahannya, mengingat bahwa sepanjang sejarahnya, dari
waktu kewaktu puisi selalu ditulis dan selalu dibaca orang. Sepanjang
zaman puisi selalu mengalami perubahan, perkembangan. Hal ini
16

Henry Guntur Tarigan, Prinsip-prinsip Dasar Sastra, (Bandung: Angkasa Bandung, cet, ke10, 1993), hlm. 4.
17
Ibid. hlm. 4.
18
Ibid. hlm. 7.

13

14

mengingat hakikatnya sebagai karya seni yang selalu terjadi ketegangan
antara konvensi dan pembaharuan.”19
a) Beberapa Batasan Puisi
“Slamet Muljana menyatakan bahwa puisi merupakan bentuk kesusastraan
yang menggunakan pengulangan suara sebagai ciri khasnya. Pengulangan
kata itu menghasilkan rima, ritma, dan musikalitas. Batasan yang diberikan
Slamet Muljana tersebut berkaitan dengan struktur fisiknya saja. James
Reeves juga memberikan batasan yang berhubungan dengan struktur fisik
dengan menyatakan bahwa puisi adalah ekspresi bahasa yang kaya dan
penuh daya pikat. Bahasa puisi menurut Coleridge adalah bahasa pilihan,
yakni bahasa yang benar-benar diseleksi penentuannya secara ketat oleh
penyair. Karena bahasanya harus bahasa pilihan, maka gagasan yang harus
dicetuskan harus diseleksi dan dipilih yang terbagus pula. Clive Sansom
memberikan batasan puisi sebagai bentuk pengucapan bahasa yang ritmis,
yang mengungkapkan pengalaman intelektual yang bersifat imajinatif dan
emosional.”20
“Jika pengertian itu ditinjau dari segi bentuk batin puisi maka Herbert
Spencer menyatakan bahwa puisi merupakan bentuk pengucapan gagasan
yang bersifat emosional dengan mempertimbangkan efek keindahan.
Sedangkan Samuel Johnson menyatakan bahwa puisi adalah peluapan yang
sepontan dari perasaan yang penuh daya yang berpangkal pada emosi yang
berpadu kembali dalam kedamaian. Sementara itu P.B. Shelley menyatakan
bahwa puisi merupakan rekaman dari saat-saat yang paling baik dan paling
menyenangkan. Selanjutnya Thomas Carlyle menyatakan bahwa puisi
merupakan ungkapan pikiran yang bersifat musikal. Dan T.S. Eliot
menambahkan bahwa yang di ungkapkan dalam puisi adalah kebenaran.”21
Kedua pengertian yang diuraikan di atas berkenaan dengan bentuk fisik puisi
dan bentuk batin puisi. Bentuk fisik dan bentuk batin lazim disebut pula dengan
bahasa dan isi atau tema dan struktur atau bentuk dan isi. Marjorie Boulton
menyebut kedua unsur pembentuk puisi itu dengan bentuk fisik (physical form)
dan bentuk mental (mental form). Bentuk fisik dan bentuk mental itu bersatu padu
menyatu raga. Namun demikian keduanya dapat dianalisis karena bentuk fisik dan

19

Rachmat Djoko Pradopo, Pengkajian Puisi, ( Yogyakarta: Gadjah Mada University Press,
cet. ke-1, 1987), hlm. 3.
20
J. Herman Waluyo, Teori dan Apresiasi Puisi, (Bandung : Erlangga, cet. ke-1, 1987),
hlm. 23.
21
Ibid, hlm. 23.

14

15

bentuk batin itu juga didukung oleh unsur-unsur yang secara fungsional
membentuk puisi.
Jika dihubungkan dengan makna yang harus dikemukakan oleh penyair,
Mattew Arnold menyatakan bahwa puisi hendaknya mengemukakan kritik
terhadap kehidupan. McNaire menyatakan bahwa kritik itu merupakan reaksi
penyair terhadap dunia. Ekspresi imajinasi penyair itu baru bernilai sastra jika
penyair mampu mengungkapkannya dalam bentuk bahasa yang cermat dan tepat.
Ini berarti bahwa pilihan kata-kata ungkapan, bunyi, dan irama harus benar-benar
mendapat perhatian penyair.
Didalam puisi harus terjelmakan perasaan dan cita rasa penyair. Sedangkan
auden menyatakan bahwa yang diungkapkan penyair adalah perasaan yang kacau.
Pengalaman yang diungkapkan penyair disamping bersifat emosional juga harus
bersifat imajinatif.
Selanjutnya, dinyatakan pula bahwa “seorang seniman dapat menghasilkan
kretivitas jika sedang dalam “passion” yang berarti suasana jiwa yang luar biasa.
Pengalaman jiwa dalam “passion” betul-betul disertai emosi yang mendalam yang
menghasilkan semangat luar biasa dan mampu menghasilkan “ego integritas.”22
dengan “passion” puisi mampu mempengaruhi siapapun yang membacanya.
“passion” itu terjadi diatas tingkat kreativitas penyair, yakni pada saat seseorang
mengalami kedalaman emosi luar biasa melebihi “mood”. Tingkat perkembangan
psikologis seseorang berada pada tingkat psikedelik dan iluminasi. Seluruh
kesadaran penyair tertumpah pada kedalaman emosi yang ingin disampaikan itu.
Ada pula pendapat lain yang menyatakan bahwa: “menelaah puisi,
hendaknya diperhatikan tiga aspek utama, yakni: (1) aspek struktur luar karya
puisi (externe strukturrelation); (2) aspek struktur batin (interne strukturrelation);
(3) aspek dunia sekunder yang kompleks dan bersusun-susun.”23 S. Effendi
menyatakan bahwa dalam puisi terdapat bentuk permukaan yang berupa
larik,bait,dan pertalian makna larik dan bait. Kemudian penyair berusaha
mengkonkretkan pengertian-pengertian dan konsep-konsep abstrak dengan
22

Herman J. Waluyo, Teori dan Apresiasi Puisi, (Bandung: Erlangga, cet. ke-5, 1987), hlm.

24.
23

Ibid. hlm. 24.

15

16

menggunakan pengimajian pengiasan, dan pelambangan. Dalam mengungkapkan
pengalaman jiwanya,bertitik tolak pada “mood” atau “atmosfer” yang dijelmakan
oleh lingkungan fisik dan psikologis dalam puisi. Dalam memilih kata-kata,
diadakan perulangan bunyi yang mengakibatkan adanya kemerduan atau eufoni.
Jalinan kata-kata harus mampu memadukan kemanisan bunyi dengan makna.
Adapun menurut I.A Richards menyebutkan adanya hakekat puisi untuk
mengganti bentuk batin atau isi puisi dan metode puisi untuk mengganti bentuk
fisik puisi. Diperinci pula bentuk batin yang meliputi perasaan (feeling), tema
(sense), nada (tode),, dan amanat (intention). Sedangkan bentuk fisik atau metode
puisi terdiri atas diksi (diction) kata konkret (the concrete word), majas atau
bahasa figurative (figurative language) dan bunyi yang menghasilkan rima dan
ritma (rhyme and rhytm).
Dari batasan kedua tokoh tersebut, dapat dijelaskan bahwa unsur bahasa
yang diperbagus dan diperindah itu dapat diterangkan melalui kata konkret dan
majas (bahasa figurative). Secara terperinci majas dan kata konkret itu dijelaskan
oleh Effend menjadi: pengimajian, pelambangan, dan pengiasan. Uraian di atas
bermaksud menjelaskan bahwa bahasa yang digunakan dalam puisi adalah bahasa
konotatif yang “multiinterpretable”. Makna yang dilukiskan dalam puisi dapat
makna lugas, namun lebih banyak makna kias melalui lambang dan kiasan.
Makna itu diperinci lagi menjadi tema dan amanat yang didasarkan atas perasaan
dan nada (suasana batin) penyairnya. Tema berhubungan dengan arti karya satra,
sedangkan amanat berhubungan dengan makna karya. Tema bersifat lugas,
obyektif, dan khusus, sedangkan amanat bersifat kias, subyektif, dan umum.
Untuk memberikan pengertian puisi secara memuaskan cukup sulit. Namun
beberapa pengertian yang tidak dapat dirangkum dalam satu kalimat dapat
dipaparkan di sini. Beberapa pengertian di atas jika didata dapat disebutkan
sebagai berikut :


“Dalam puisi terjadi pengkonsentrasian atau pemadatan segala unsur
kekuatan bahasa;



Dalam penyusunannya, unsur-unsur bahasa itu dirapikan, diperbagus,
diatur sebaik-baiknya dengan memperhatikan irama dan bunyi;

16

17



Puisi adalah ungkapan pikiran dan perasaan penyair yang berdasarkan
mood atau pengalaman jiwa dan bersifat imajinatif;



Bahasa yang dipergunakan bersifat konotatif; hal ini ditandai dengan kata
konkret lewat pengimajian, pelambangan, dan pengiasan, atau dengan kata
lain dengan kata konkret dan bahsa figurative.bentuk fisik dan bentuk
batin puisi merupakan kesatuan yang bulat dan utuh menyatu raga tidak
dapat dipisahkan dan merupakan kesatuan yang padu. Bentuk fisik dan
bentuk batin itu dapat ditelaah unsur-unsurnya hanya dalam kaitannya
dengan keseluruhan. Unsur-unsur itu hanyalah berarti dalam totalitasnya
dengan keseluruhannya.”24
Adapun pendapat Suzanne Said and Monique Trede Translated by Trista

Selous and others dengan karangannya yang berjudul A Short History Of Greek
Literature mengemukakan puisi hesoid adalah:
The poetry of Hesiod. Hesiod
“Apart from the so-called `Homeric' poetry heroic narratives and the hymns
that introduced them - the other important poet of the period was Hesiod. The
Ancients always coupled and contrasted the two names. The Contest of Homer
and Hesiod (Certamen Homeri et Hesiodi), which has come down to us, opposed
the two poets, each reciting the finest passages from his work, and, in the fifth
century BC, the historian Herodotus considered them to be the founders of Greek
theology (11, 53). Hesiod's poetry uses the same m rre and language as that of
Homer; yet, despite these formal similarities, it is the differences between the two
poetic worlds that are most striking. Not for Hesiod the pleasure of relating
heroic adventures; instead he codifies traditions, both mythological and
agricuitural, describing the world of the farmers of Boeotia rather than that of
Ionia or the aristocratic courts. Nor is he an anonymous poet simply echoing the
words of the god. In the two works which have come down to us, Theogony and
Works and Days, he talks about himself.

24

J. Herman Waluyo, Teori dan Apresiasi Puisi, (Bandung : Erlangga, cet. ke-1, 1987),
hlm. 25.

17

18

At the start of the Theogony Hesiod tells how, when he was grazing his
lambs below Helicon, he received the rhapsodic staff and was consecrated as a
poet by the Muses. In Works and Days he relates his quarrel with his brother
Perses, refers to his father, who left the Aeolian city of Cyme for Ascra, a village
in Boeotia, where he worked hard to cultivate the poor soil, and mentions the
prize that he himself won for his song in Chalcis at Amphidamas' funeral games
(this event, which historians tend to place in the last third of the eighth century sc,
gives an approximate date for the poet's most active period). Hesiod is present in
his work, seemingly confident in the belief that his poems will be transmitted to
posterity under his name and in the form he has given them. This suggests that
their texts were fixed in writing.
Hesiod was the first author to introduce his work in this way, bringing a new
tone to poetry. Yet in other ways his work is surprising for its archaism. This is
particularly true of the Theogony. PuisiHesiod.”25
Dari tulisan di atas dapat diterjemahkan dalam bahasa Indonesia adalah:
Terlepas dari apa yang disebut puisi Homer kisah heroik dan himne yang
memperkenalkan mereka penyair penting pada zaman itu Hesiod. The Ancients
selalu ditambah dan kontras dua nama. Kontes dari Homer dan Hesiod (Certamen
Homeri et Hesiodi), yang telah sampai kepada kita, menentang dua penyair,
masing-masing membacakan ayat-ayat terbaik dari karyanya, dan, pada abad
kelima SM, Herodotus sejarawan menganggap mereka sebagai pendiri teologi
Yunani (11, 53). Puisi Hesiod yang menggunakan RRE m yang sama dan bahasa
seperti yang dilakukan Homer, namun, meskipun kesamaan formal, itu adalah
perbedaan antara dua dunia puitis yang paling mencolok. Bukan untuk Hesiod
kenikmatan berhubungan petualangan heroik, melainkan ia codifies tradisi, baik
mitologi dan agricuitural, menggambarkan dunia petani Boeotia bukan dari Ionia
atau pengadilan aristokrat. Juga tidak ia sebuah anony

penyair MoU hanya

menggemakan kata-kata dewa. Dalam dua karya yang telah sampai kepada kita,
Theogony dan Pekerjaan sehari-hari, ia Berbicara tentang dirinya sendiri.
25

Suzanne said, and Monique, A short History of greek Literature, (London: Routledge, cet.
ke-3, 1999), hlm. 15-16.

18

19

Pada awal dari Hesiod Theogony menceritakan bagaimana, ketika dia
merumput domba-nya di bawah Helicon, ia menerima staf kagum dan ditahbiskan
sebagai penyair oleh Muses. Dalam Pekerjaan dan Hari-hari ia berkaitan
pertengkaran dengan Perses saudaranya, mengacu pada ayahnya, yang
meninggalkan kota Aeolian dari Cyme untuk Ascra, sebuah desa di Boeotia, di
mana ia bekerja keras untuk mengolah tanah yang buruk, dan menyebutkan
hadiah yang dia sendiri menang untuk lagu di Chalcis di game pemakaman
Amphidamas '(ini acara, yang sejarawan cenderung untuk menempatkan pada
sepertiga terakhir abad kedelapan, memberikan tanggal perkiraan untuk periode
penyair yang paling aktif). Hesiod hadir dalam karyanya, tampaknya confi penyok
dengan keyakinan bahwa puisi-puisinya akan ditularkan ke anak cucu di bawah
nama dan dalam bentuk yang telah dia berikan kepada mereka. Hal ini
menunjukkan bahwa teks-teks mereka yang tetap secara tertulis.
Hesiod adalah penulis pertama yang memperkenalkan karyanya di pedoman
ini, membawa nada baru untuk puisi. Namun dengan cara lain karyanya adalah
mengejutkan bagi arkaismenya. Hal ini terutama berlaku dari theogony.
Adapun pendapat lain mengatakan bahwa: “pembagian kesusastraan
menurut zamannya memperlihatkan pula bentuk-bentuk tertentu puisi tiap zaman
itu.”26 Jadi puisi pun menurut zamannya dapat kita bedakan atas:
1. Puisi Lama
Puisi lama adalah puisi peningggalan sastra melayu. Ada yang asli dan ada
pula berasal dari puisi-puisi asing yaitu Arab, Parsi, dan India. Puisi baru ialah
bentuk puisi Indonesia, dipengaruhi puisi Barat, puisi baru banyak dipengaruhi
oleh puisi Belanda terutama angkatan 80-nya (De Tachtigers). Sedangkan puisi
modern (mulai dari angkatan ’45) dipengaruhi oleh puisi dunia (Inggris, Prancis,
Rusia, Italia, Spanyol, dan lain-lain) perbedaan utama puisi tiga zaman ini terletak
pada sifat keterikatan dan kebebasan dalam mencipta.”27
Adapun menurut Herman J. Waluyo puisi lama kita mengenal gurindam,
pantun, syair, dan talibun. Yaitu:
26

J.S.Badudu, Sari Kesusastraan Indonesia, ( Bandung: Pustaka Prima, cet. ke-40, 1986 ),
hlm. 5.
27
Ibid, hlm. 5.

19

20

 Gurindam
Gurindam adalah jenis puisi lama yang terdiri atas dua baris, semuanya
merupakan isi dan menunjukan hubungan sebab akibat.
 Pantun
Pantun adalah jenis puisi lama yang terdiri atas empat baris, memiliki rima,
dengan baris pertama dan kedua merupakan sampiran dan baris ketiga dan
keempat merupakan isi.
 Syair
Syair adalah puisi lama yang terdiri atas empat baris perbait, memiliki rima.
Semua baris merupakan isi dan biasanya tidak selesai dalam satu bait karena
digunakan untuk bercerita.”28
2. Puisi Baru
Puisi baru adalah puisi yang mengalami perkembangan yang sangat pesat
sekali. Perubahan-perubahan yang terjadi sangat bertentang