Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

termin kredit n30, sedangkan bagi yang bukan pelanggan, maka pembayaran harus tunai dan tidak berlaku termin kredit. Produk-produk yang dihasilkan Konveksi Kumala Jaya telah dipasarkan ke seluruh pelosok Indonesia, diantaranya di Pulau Jawa, Kalimantan, Sumatera, Bali, dll. Selain pemasaran yang dilakukan dari mulut ke mulut, produk ini dipromosikan pula melalui beberapa agen yang telah bekerja sama dengan Konveksi Kumala Jaya dan juga lewat fasilitas internet, yaitu melalui sistem belanja online oleh salah satu distributor resmi Kumala Jaya.

B. Latar Belakang Masalah

Dewasa ini perkembangan dunia industri sangatlah pesat, baik industri di bidang manufaktur, dagang ataupun jasa. Dampak dari perkembangan dunia industri tersebut membuat para pengusaha melakukan segala cara untuk bersaing mendapatkan konsumen sebanyak-banyaknya guna memperoleh laba perusahaan. Salah satu cara yang dapat ditempuh adalah persaingan harga jual produk yang dihasilkannya bagi perusahaan manufaktur. Perusahaan manufaktur mempunyai kegiatan pokok mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual Mulyadi 2009:11. Oleh karena itu ketepatan harga pokok produksi sangatlah penting untuk menetapkan harga jual per unit barang yang dihasilkannya. Harga pokok adalah jumlah yang dapat diukur dalam satuan uang dalam rangka pemilikan barang dan jasa yang diperlukan perusahaan, baik pada masa lalu maupun pada masa yang akan datang Supriyono 2007 : 16. Menurut Mulyadi 2009 : 9 pengertian harga pokok produksi adalah pengorbanan sumber ekonomi untuk pengolahan bahan baku menjadi produk. Harga pokok produksi yang ditetapkan terlalu rendah menyebabkan rendahnya laba yang diperoleh, sedangkan jika ditetapkan terlalu tinggi perusahaan akan kalah bersaing dengan perusahaan sejenis lainnya. Sistem pengumpulan biaya produksi dalam perusahaan manufaktur dibedakan menjadi dua, yaitu process costing dan job order costing . Metode process costing sesuai digunakan untuk perusahaan memproduksi barang atau jasa yang memiliki karakteristik serupa, sedangkan job order costing sesuai untuk perusahaan yang memproduksi barang atau jasa yang memiliki spesifikasi berbeda Vanderbeck dalam Sri Hanggana, 2008:80. Untuk perusahaan yang menggunakan metode job order costing , penentuan harga pokok produksi yang tepat menjadi lebih penting karena perusahaan tersebut harus dapat menentukan harga jualnya kepada pemesan setelah pesanan selesai dikerjakan. Untuk dapat menentukan harga jual yang tepat, perusahaan harus dapat menentukan harga pokok produksi per unitnya. Hal ini dilakukan untuk dapat menentukan tingkat laba yang diinginkan perusahaan dalam setiap produk yang dihasilkannya. Konveksi Kumala Jaya adalah salah satu home industry yang mengolah bahan baku kain katun menjadi beberapa jenis pakaian bayi, pakaian dalam anak-anak dan pakaian dalam dewasa. Perusahaan ini telah berkembang cukup pesat dengan rata-rata pembelian kain tiap bulannya sebesar Rp 250.000.000,00 untuk penjualan senilai kurang lebih Rp 500.000.000,00 sehingga menghasilkan laba tiap bulannya berkisar antara 5 juta sampai dengan 10 juta. Konveksi Kumala Jaya melakukan proses produksinya setelah menerima pesanan dari pelanggan. Berlatar belakang dari hal tersebut, maka Konveksi Kumala Jaya lebih cocok menggunakan sistem pengumpulan biaya produksi dengan metode job order costing sehingga Konveksi Kumala Jaya harus mampu menentukan harga pokok produksi yang tepat ketika menerima pesanan dari pihak lain. Produksi yang dilakukan Konveksi Kumala Jaya sangatlah beragam jenis dan ukurannya. Permasalahan yang timbul dalam penentuan harga pokok produksi untuk tiap-tiap pesanan yang berbeda ukurannya adalah sulitnya menghitung jumlah kain yang digunakan untuk masing-masing ukuran, kesalahan dalam pembebanan biaya tenaga kerja langsung dan penetapan biaya overhead pabrik yang tidak tepat. Untuk mempermudah penghitungan tersebut maka Konveksi Kumala Jaya menetapkan harga pokok produksi rata-rata per dosinnya. Setiap pesanan yang sejenis tetapi berbeda ukuran ditetapkan harga pokok produksi yang sama setiap ukurannya. Penghitungan ini digunakan karena perusahaan ini berasumsi bahwa setiap jenis pakaian tersebut walaupun berbeda ukurannya tetapi menggunakan jenis kain yang sama untuk dipotong. Penetapan harga pokok produksi yang dilakukan perusahaan ini dilakukan dengan cara mengumpulkan data mengenai penggunaan bahan baku kain katun yang telah dipesan pelanggan, akumulasi biaya tenaga kerja langsung setiap pesanan, biaya bahan pembantu yang digunakannya dan biaya overhead pabrik yang ditetapkan dimuka sebesar Rp 5.000,00 per dosinnya. Penentuan harga pokok produksi yang digunakan perusahaan kurang tepat karena tidak ditentukannya tarif penghitungan biaya overhead pabrik yang dibebankan di muka setiap dosin pesanan yang diterima. Selain itu penetapan biaya bahan baku yang disama ratakan setiap ukuran dan penghitungan biaya tenaga kerja langsung yang tidak tepat memungkinkan adanya penghitungan harga pokok produksi yang tidak tepat. Berdasarkan hal tersebut, maka penelitian ini menjadikan ketepatan penentuan harga pokok produksi per satuan untuk pesanan Singlet 1101 dengan nomor pesanan SPK 617 pada Konveksi Kumala Jaya sebagai fokus masalah yang akan diteliti karena disamping sesuai dengan permasalahan yang diuraikan di atas, Singlet 1101 menghasilkan omset terbanyak yaitu kurang lebih Rp 250,.000.000,00 per bulannya , dengan judul “EVALUASI KETEPATAN PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI DENGAN METODE JOB ORDER COSTING PADA KONVEKSI KUMALA JAYA DI SUKOHARJO”

C. Rumusan Masalah