Kesimpulan Saran Banjir Rancang Bangun Sistem Peringatan Dini Banjir Jarak Jauh Berbasis Mikrokontroler AT89S52 Dengan Sensor Ultrasonik

BAB V KESIMPULA N

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil keseluruhan yang diperoleh dan analisa yang telah dilakukan pada rancang bangun sistem peringatan dini banjir jarak jauh berbasis mikrokontroler AT89S52 dengan sensor ultrasonik dapat diketahui: 1. Pada uji alat yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan sebagai berikut: Apabila air telah mencapai jarak ≥ 8 cm dari sensor, maka status LCD masih dalam keadaan AMAN. Setelah air semakin naik dan mendekati sensor dengan jarak 7 cm, maka keadaan akan berubah menjadi WASPADA. Dengan waktu yang bersamaan air yang ada di dalam wadah akan terus naik sampai ketinggian air mencapai jarak 6 cm dari sensor yang digunakan, status LCD berganti menjadi SIAGA. Setelah ketinggian air telah mencapai puncak dengan jarak ≤ 5 cm dari sensor, maka status yang ditampilakan LCD berubah menjadi BAHAYA dan Buzzer akan mengeluarkan bunyi alarm terus menerus. Pada saat Buzzer mengeluarkan bunyi alarm, modem GSM akan mengirim pesan “BAHAYA” kepada pengguna. 2. Setelah dilakukan pengujuian sensor dengan membandingkannya terhadap mistar pada jarak yang telah ditentukan dapat diperoleh ralat rata-rata sensor ultrasonik adalah 3,8635.

5.2 Saran

Dari hasil penelitian yang dilakukan untuk pembuatan Rancang Bangun Sistem Peringatan Dini Banjir Jarak Jauh Berbasis Mikrokontroler AT89S52 Dengan Sensor Ultrasonik ini, penulis memberikan beberapa saran kepada peneliti selanjutnya untuk kemajuan sistem kerja dari alat ini ke depannya yaitu: 1. Pengujian dilakukan di air yang bergerak sungai 2. Agar memperhatikan kecepatan air Universitas Sumatera Utara

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Banjir

Untuk daerah pengaliran sungai dengan kepadatan penduduk tinggi air permukaan dan air tanah telah mencapai titik kritis maksimum. Hal ini tampak jelas di kota-kota besar. Pada awal musim penghujan Bulan November tahun 2000 dan bulan-bulan awal tahun 2001, bencana banjir terjadi dibeberapa provinsi di Indonesia. Dalam kurun waktu satu tahun, kerugian akibat bencana alam di Indonesia tercatat Rp 1,5 trilyun. Bencana alam itu berupa 33 kali banjir, 25 kali tanah longsor, 14 kali gempa bumi, 12 kali kebakaran dan 6 kali angin topan. Segala aktivitas manusia di daerah dataran tersebut untuk memenuhi kebutuhan dan kemakmuran. Selarasdengan perkembangan daerah tersebut, juga diimbangi dengan potensi kerugian akibat banjir yang terus meningkat dan hal ini telah lama diidentifikasikan atau dikenali serta merupakan pengalaman yang berharga. Sedangkan secara umum permasalahan yang timbul merupakan kombinasi permasalahan fisik dan sosial. Sejalan dengan permasalahan dan kerugian akibat banjir tersebut, telah banyak dikeluarkan dana untuk pengendalian banjir. Namun dana pengendalian banjir yang dikeluarkan dan kerugian akibat banjir tahunan, secara perlahan selalu meningkat terus, sesuai dengan perkembangannya aktivitas manusia di dataran banjir dan populasi jumlah penduduk. Pengendalian banjir pada kenyataannya tak dapat melindungi dengan sempurna, akibat potensi permasalahan dan kerugian yang timbul meningkat dan berkembang terus. Dengan demikian potensi permasalahan dan kerugian akibat banjir terus akan merupakan permasalahan yang selalu akan mengancam di daerah dataran banjir, selama manusia menempati dan melaksanakan kegiatan di daerah tersebut. Kerugian akibat banjir pada umumnya relatif dan sulit diidentifikasi secara jelas, dimana terdiri dari kerugian banjir akibat banjir langsung dan tak langsung. Kerugian akibat banjir langsung, merupakan kerugian fisik akibat banjir yang terjadi berupa robohnya gedung sekolah, industri, rusaknya sarana transportasi dan sebagainya. Sedangkan kerugian banjir tak langsung berupa kerugian kesulitanyang timbul secara tak langsung diakibatkan oleh banjir, seperti komunikasi, pendidikan, kesehatan, kegiatan bisnis terganggu dan Universitas Sumatera Utara sebagainya. Analisis kerugianpotensi maupun alokasi dana untuk pengendalian banjir perlu hati-hati dan peninjauan secara keseluruhan. Pengendalian banjir pada suatu daerah perlu dibuat sistem pengendalian yang baik dan efisien, dengan memperhatikan kondisiyang ada dan pengembangan pemanfaatan sumber air mendatang.pada penyusunan sistem pengendalian banjir perlu adanya evaluasi dan analisis atau memperhatikan hal-hal yangmeliputi antara lain:  Analisis cara pengendalian banjir yang ada pada daerah tersebut yang sedang berjalan.  Evaluasi dan analisis daerah genangan banjir, termasuk data kerugian akibat banjir.  Evaluasi dan analisis tata guna tanah di daerah studi, terutamadi daerah bawahdataran banjir.  Evaluasi dan analisis daerah pemukiman yang ada maupun perkembangan yang akan datang.  Memperhatikan potensi dan pengembangan sumber daya air yang ada termasuk bangunan yangada. Dengan memperhatikan hal-hal tersebut di atas dapat merencanakan sistem pengendalian dengan menyesuaikan kondisi yang ada, dengan berbagai cara mulai dari hulu sampai hilir yang mungkin dapat dilaksanakan, seperti tersebut di atas dan dituangkan pada rencana pengendalian banjir. Masing-masing cara pengendalian yang dapat dilakukan dalam sistem pengendalian banjir meliputi:  Normalisasi alur sungai  Floodway  Retarding basin  Sudetan  Waduk pengendali banjir, dan sebagainya. Rencana pengendalian banjir tersebut dibuat dalam beberapa alternatif dengan berbagai kombinasi. Dari beberapa alternatif sistem pengendalian yang ada, dipilih yang paling optimal, dengan pemberian angka nilai atau score untuk berbagai aspek peninjauan, sehingga salah satu sistem yang mempunyai total nilai yang tertinggi merupakan sistem terpilih. Aspek peninjauan pada penilaian tersebut meliputi aspek teknis, ekonomi, sosial dan politik. Universitas Sumatera Utara

2.1.1 NORMALISASI ALUR SUNGAI

Normalisasi alur sungai dilakukan terutama berkaitan erat dengan pengendalian banjir, yang merupakan usahauntuk memperbesar kapasitas pengaliran sungai. Hal ini dimaksudkan untuk menampung debit banjir yang terjadi untuk dialirkan ke hilit atau laut, sehingga tidak terjadi limpasan. Pekerjaan normalisasi pada dasarnya dapat meliputi kegiatan antara lain:  Normalisasi bentuk penampang melintang.  Mengatur penampang memanjang sungai.  Menurunkan angka kekasaran dinding alur sungai.  Melakukan sudetan padaalur sungai meander.  Melakukan rekonstruksi bangunan di sepanjang sungai yang tidak sesuai dan mengganggu pengaliran sungai.  Menstabilkan alur sungai.  Pembuatan tanggul banjir

2.1.2 BANTARAN SUNGAI

Pengertian bantaran sungai menurut Bianpoen 2007 adalah jalur tanah terletak dikiri- kanan sungai, antara sungai dan tanggul. Tidak ada ukuran yang pasti tentang lebarnya bentaran sungai karena pada umumnya ditentukan oleh masing-masing Pemerintah Daerah. Bantaran sungai yang alami berfungsi sebagai pengendali pengaliran air, pengaliran nutrisi kualitas air, banjir, erosi dan sedimentasi. Juga sebagai habitatnya flora dan fauna. Merujuk pada pengertian bantaran sungai di atas dikaitkan dengan struktur bentangan alam topografi bantaran sungai dan aliran-aliran dewasa mature stream sungai, maka sebenarnya pengertian bantaran sungai atau bantaran banjir tidak selalu terjadi pada kedua sisi tepi sungai. Bisa jadi sisi yang satunya bantaran sungai atau bantaran banjir dan sisi lainnya tanggul atau tebing yang tidak tergenangi air saat banjir flood plain. Dari berbagai hasil penelitian terdahulu dan refrensi yang terbaca mengenai bantaran banjir, maka dibedakan bantaran sungai yang tua, dewasa, muda. Perbedaan ketiga tingkatan tersebutsangat ditentukan oleh faktor iklim, tanah topografi, tanah, geologi dan geomorfologi, pergeseran aliran sungai mature stream yang berupa alamiah, terkikis oleh siklus waktu. Berdasarkan fakta, pertumbuhan penduduk alami dan peningkatan jumlah urban ke Jakarta potensial mengubah pola penggunaan lahan ilegal menjadi pemukiman kumuh, Universitas Sumatera Utara padat dan tidak manusiawi dengan kualitas rendahburuk, termasuk diantaranyapenggunaan lahan bantaran sungai mulai dari hulu sampai ke hilir contoh bantaran sungai Ciliwung Manggarai mulai Pintu Air Manggarai sampai ke Ujung Jembatan Slamet Riyadi. Dampaknya terjadi penurunan kualitas lingkungan fisik, sosial dan ekonomi. Dikaitkan dengan konsep penataan bantaran yang terjadi dan berkembang selama ini menyatu dengan konsep pengelolaan lingkungan sungai, namun lebih terarah pada aspek fisik kualitas air sungai yang melebihi baku mutu air akibat pencemaran. Baik pencemaran karena limbah industri, pertanian maupun karena limbah domestik terutan limbah rumah tangga mulai dari hulu sampai ke hilir. Sebagai contoh pengelolaan lingkungan sungai program kali bersih. Program pengerukan sedimentasi dan program ruang terbuka hijau. Namun hasilnya belum optimal. Sedangkan kekuatan sosial yang dimiliki komunitas belum pernah digerakkan dan terkesan lumpuh, seperti kondisi yang terjadi pada komunitas bantaran sungai ciliwung manggarai perlu digerakkan agar termotivasi meningkatkan kualitas hidupnya dari mereka dan untuk mereka.

2.1.3 Aliran Sungai

Sungai merupakan perairan darat sebagai saluran alami yang berfungsi mengalirkan air hujan, air tanah, maupun air salju yang mencair ke danau dan ke laut. Air sungai dapat dimanfaatkan antara lain, sebagai berikut: a Irigasiat atau pengairan khususnya di daerah kering orang membutuhkan air untuk mengairi sawah. Dalam sistem pertanian intensif sekarang ini, di daerah basah pun perlu pengairan agar diperoleh hasil yang lebih menguntungkan. b Sumber tenaga sebagai penggerak turbin yang dihubungkan dengan generator sehingga menghasilkan pembangkit tenaga listrik PLTA. c Keperluan domestik, yaitu kebutuhan primer rumah tangga seperti air minum, memasak, mencuci, dan mandi. Bahkan bagi masyarakat kota air juga dipergunakan untuk menyiram tanaman dan rumput hias di halaman d Sumber penghasil bahan makanan mentah, seperti ikan, dan udang e Industri sebagai penyuci bahan dasar dan pencair atau pelarut bahan f Transportasi atau sarana perhubungan. 2.1.3.1 Profil Sungai Pada prinsipnya, profil memanjang sungai dapat dibedakan menjadi berikut ini:

a. Sungai hulu