Analisis pengaruh lokasi dan pelayanan Pegadaian Syariah terhadap minat nasabah: studi kasus Pegadaian Syariah Cab. Depok

ANALISIS PENGARUH LOKASI DAN PELAYANAN
PEGADAIAN SYARIAH TERHADAPMINAT NASABAH
(Studi Kasus Pegadaian Syariah Cab. Depok)

Disusun Oleh :
NANDANG SUNANDAR SAID
204046102955

KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1430 H/2010 M

LEMBAR PENGESAHAN
ANALISIS PENGARUH LOKASI DAN PELAYANAN PEGADAIAN
SYARIAH TERHADAP MINAT NASABAH
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Gelar
Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)


Oleh :

NANDANG SUNANDAR SAID
NIM: 204046102955

Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I

Pembimbing II

Dr.H.M Nurul Irfan M.Ag
NIP: 197308082003121001

Drs.Sirril Wafa, M.Ag
NIP: 196003181991031001

KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H/2010 M

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur panjatkan kehadirat Allah SWT atas ridha dan rahmat-Nya skripsi ini
dapat diselesaikan dalam rangka memenuhi persyaratan mencapai gelar Sarjana Ekonomi Islam
pada Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Salawat serta salam tak lupa sampaikan kepada junjungan umat Islam Nabi Muhammad
SAW, beserta segenap keluarga, sahabat, dan juga umatnya. Yang Insya Allah kita termasuk di
dalamnya.
Selama proses penyelesaian skripsi ini, penulis sangat menyadari bahwa dalam proses
tersebut tidaklah terlepas dari segala bantuan, bimbingan dan motivasi dari berbagai pihak, oleh
karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. H. Mujar Ibnu Syarif, M.Ag Pembantu Dekan Bidang Akademik, Drs Noryamin Aini,
MA Pembantu Dekan Bidang Keuangan dan Administrasi dan Dr. H. Yayan Sofyan M.Ag
Pembantu Dekan Bidang Kemahasiswaan.

3. Dr. Euis Amaliya, M.Ag. dan H. Ah. Azharudin Latif, M.Ag., MH. masing-masing sebagai
Ketua dan Sekretaris Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam) Fakultas Syariah dan
Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Dr. H. Nurul Irfan, MA. sebagai Dosen Pembimbing yang selalu membimbing dan
membantu dalam menyelesaikan skripsi dengan sebaik-baiknya yang telah meluangkan
waktunya, tenaga dan pikirannya untuk membimbing penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

5. Drs. Sirril Wafa,MA. sebagai Dosen Pembimbing yang selalu membimbing dan membantu
dalam menyelesaikan skripsi dengan sebaik-baiknya yang telah meluangkan waktunya,
tenaga dan pikirannya untuk membimbing penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Semoga
Allah SWT, mencatat sebagian amal baik disisi-Nya.
6. Kamarusdiana S.Ag., MH. sebagai Dosen Pembimbing Akademik yang selalu mengarahkan,
dan memberikan wejangan serta nasehat, selama masih dalam perkuliahan.
7. Drs. Djawahir Hejazziey, SH., MA. dan Drs. H. Ahmad Yani, M.Ag yang keduanya adalah
Koordinator Teknis Non Reguler Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
8. Drs.Irianto (Manajer Humas Pegadaian Pusat Cabang) yang telah mengijinkan untuk
melakukan penelitian dan Ibu Purwanti ( Bag Perpustakaan) Pegadaian Pusat yang telah
bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan banyak bantuan, masukan serta data-data
yang diperlukan.

9. Agus SE, (Kepala Cabang Pegadaian Depok) dan staff yang telah bersedia meluangkan
waktunya untuk memberikan banyak bantuan, masukan serta data-data yang diperlukan.
10. Kedua orang tua tercinta yang terhormat Ayanda Sujono dan Ibunda

Napsiah yang telah

mendidik, membesarkan, memberikan kasih sayang yang tidak ternilai harganya, semangat
serta doanya.
11. Ade-adeku tercinta Dian, Dina, dan Dita yang selalu mendoakan dan memberikan dorongan
semangat ketika mulai mengalami kejenuhan dalam penyelesaian skripsi ini
12. Keluarga Besar dari Ayanda dan Ibunda yang selalu mendoakan dan memberikan dorongan
semangat dan motivasi ketika mulai mengalami kejenuhan dalam penyelesaian skripsi ini.

13. Kepada seluruh staff pengajar Fakultas Syariah dan Hukum, yang telah banyak memberikan
banyak ilmu, wawasan, serta kesabarannya dalam mendidik selama dibangku perkulihan.
Semoga akan menjadi manfaat dan berkah untuk penulis.
14. Teman-teman UIN Banking Syari’a 04,Syafii, Puri, Rendra, Sahrul, Maya, Lesi , Kutmaja,
Mustopa ,Fahmi, Ina , semua teman-teman Banking Syari’a 2004 khususnya PS-B dan
umumnya PS-A, PS-D, PS-C, yang tidak dapat disebutkan satu persatu dan teman-teman
yang datang pergi silih berganti.

15. Serta rekan-rekan lain ka Tata , Didi ’Viit’dan kawan -kawan
mungkin tidak dapat disebutkan

dan semua pihak yang

satu-persatu dalam skripsi ini.

Besar harapan skripsi ini dapat memberikan konstribusi yang positif bagi pihak-pihak
yang memberikan bantuan kepada penulis terutama bagi rekan-rekan mahasiswa Fakultas
Syariah dan Hukum Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam) Konsentrasi Perbankan Syariah.
Penulis sangat sadar bahwa masih banyak kekurangan dalam skripsi ini, karena manusia
bukanlah makhluk yang sempurna. Demikian sedikit pengantar dan ucapan terima kasih. Atas
semua perhatian yang diberikan, Penulis sampaikan ucapan terima kasih.

Jakarta,

Juni 2010 M
Jumadil akir 1431 H

Penulis


DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING
PENGESAHAN PANITIA UJIAN MUNAQASAH
LEMBAR PERNYATAAN
KATA PENGANTAR

i

DAFTAR ISI

vi

DAFTAR TABEL

ix

DAFTAR GAMBAR


xii

DAFTAR LAMPIRAN

xiii

BAB I

BAB II

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah

1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian


7

D. Kajian Kepustakaan (Studi Review Terdahulu)

8

E. Sistematika Penulisan

10

LANDASAN TEORI
A. Lokasi

12

B. Pelayanan

15


C. Minat

19

D. Gadai Syariah

21

BAB III

BAB IV

BAB V

PROFIL PEGADAIAN SYARIAH CABANG DEPOK
A. Awal Mula Pegadaian Syariah

30

B. Sejarah Singkat


31

C. Produk dan Jasa

34

D. Seputar Permasalahan Pegadaian Syariah

37

E. Mekanisme Operasional

43

F. Metodelogi Penelitian

50

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Profil Responden

66

B. Hasil Kuisioner dan Analisis

69

1. Lokasi

69

2. Pelayanan

73

3. Minat

83

4. Analisis Regresi Berganda

86

C. Analisis Lokasi

90

D. Analisis Pelayanan

91

E. Analisis Minat

91

F. Analisis Strategi Pegadaian Syariah

92

PENUTUP
A. Kesimpulan

94

B. Saran

95

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

96

DAFTAR TABEL

Nomor

Keterangan

Halaman

Tabel 3.1

Skala likert

54

Tabel 3.2

Hasil Pengujian Validitas dan Reabilitas

57

Tabel 3.3

Hasil uji multikolinearitas

59

Tabel 3.4

Hasil uji Durbin – Watson

63

Tabel 4.1

Jenis kelamin

66

Tabel 4.2

Responden berdasarkan pendidikan

67

Tabel 4.3

Responden Berdasarkan Status Perkawinan

67

Tabel 4.4

Responden Berdasarkan pekerjaan

68

Tabel 4.5

Responden Berdasarkan penghasilan

69

Tabel 4.6

Lokasi Pegadaian Syariah Depok dari tempat tinggal nasabah

69

Tabel 4.7

Lokasi Pegadaian dari jalan raya

70

Tabel 4.8

Lokasi pegadaian dari jalur transportasi

71

Tabel 4.9

Lokasi pegadaian dari jangkauan angkutan umum

71

Tabel 4.10

Jarak pemberhentian angkutan umum dengan pegadaian syariah

72

Tabel 4.11

Penggunaan angkutan umum

73

Tabel 4.12

Interior dan penataan ruang

73

Tabel 4.13

Kebersihan

74

Tabel 4.14

Susana tempat

75

Tabel 4.15

Lokasi parkir

75

Tabel 4.16

Memberikan informasi dan pelayanan yang dibutuhkan

76

Tabel 4.17

Pegawai mengetahui produk yang ditawarkan

77

Tabel 4.18

Penyediaan layanan yang tepat waktu

77

Tabel 4.19

Kecepatan melayani

78

Tabel 4.20

Responsif terhadap keinginan nasabah

78

Tabel 4.21

Penyampaian informasi layanan

79

Tabel 4.22

kemampuan pegawai atas produk

79

Tabel 4.23

Kerapihan dan kesopanan dalam melayani

80

Tabel 4.24

Keamanan saat bertransaksi

81

Tabel 4.25

Kepercayaan nasabah

81

Tabel 4.26

Penanganan keluhan

82

Tabel 4.27

Menyambut kedatangan nasabah

82

Tabel 4.28

Penaksiran harga

83

Tabel 4.29

Keamanan barang

83

Tabel 4.30

Biaya penyimpanan

84

Tabel 4.31

Pencairan dana

85

Tabel 4.32

Menyarankan orang lain

85

Tabel 4.33

kepuasan atas pelayanan

86

Tabel 4.34

Hasil analisis regresi berganda

86

Tabel 4.35

Hasil Uji f

87

Tabel 4.36

Hasil uji t

88

Tabel 4.37

Persamaan regresi

90

DAFTAR GAMBAR

Nomor

Keterangan

Halaman

Gambar 3.1

Seatterplot Uji Heteroskedastisitas

60

Gambar 3.2

Normal P-P Plot of Regresi Standarized Residual

62

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor

Keterangan

Lampiran 1

Surat Pengesahan Dosen Pembimbing Akademik

Lampiran 2

Surat Pembimbing Skripsi

Lampiran 3

Mohon Data/Wawancara Pegadaian Syariah

Lampiran 4

Surat Keterangan Pegadaian Syariah Pusat

Lampiran 6

Kuesioner

Lampiran 7

Pembantu Perhitungan Analisis

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Islam datang dengan membawa pemahaman tentang kehidupan yang
membentuk pandangan hidup tertentu dan dalam bentuk garis hukum yang global.
Karenanya , guna menjawab setiap permasalahan yang timbul, maka peran hukum
Islam dalam konteks kekinian sangat diperlukan. Kompoleksitas permasalahan umat
seiring dengan berkembangnya zaman , membuat hukum Islam harus menampakan
sifat elastisitas dan fleksibilitas guna memberikan hasil dan manfaat sesuatu yang
terbaik, serta dapat memberikan kemaslahatan (kepentingan) kepada umat Islam
khususnya dan manusia pada umumnya tanpa harus meninggalkan prinsip-prinsip
yang telah ditetapkan oleh syariat Islam.
Mendasarkan kepada kemaslahatan tersebut , maka Islam mengajarkan kepada
umatnya untuk hidup saling membantu , yang kaya harus membantu yang mniskin.
Bentuk saling membantu ini , dapat berupa pemberian tanpa ada pengembalian dari
yang diberi (berfungsi sosial), seperti zakat infaq, dan shadaqah (ZIS) ataupun berupa
pinjaman , yang harus dikembalikan kepada yang memberi pinjaman minimal
mengembalikan pokok pinjamannya.
Berbicara mengenai pinjam-meminjam ini, Islam membolehkan baik melalui
individu maupun lembaga keuangan. Salah satu lembaga keuangan itu, berupa
lembaga keuangan syariah (LKS). Salah satu produk LKS adalah ‘pembiayaan’ ,

1

2

yang dalam hukum Islam kepentingan kreditur itu sangat diperhatikan dan dijaga
sekali, jangan sampai ia dirugikan. Oleh sebab itu , ia dibolehkan meminta ‘barang’
dari debitur sebagai jaminan utangnya. Dalam dunia finansial, barang jaminan ini
biasa dikenal dengan objek jaminan (collateral) atau barang gadai (marhun) dalam
gadai syariah.
Bisnis gadai melembaga pertama kali di Indonesia sejak Gubernur Jenderal
VOC Van Imhoff mendirikan Bank Van Leening. Meskipun demikian, diyakini
bahwa praktik gadai telah mengakar dalam keseharian masyarakat Indonesia.
Pemerintah sendiri baru mendirikan lembaga gadai pertama kali di Sukabumi Jawa
Barat, dengan nama Pegadaian, pada tanggal 1 April 1901 dengan Wolf von
Westerode sebagai Kepala Pegadaian Negeri Pertama, dengan misi membantu
masyarakat dari jeratan para lintah darat melalui pemberian uang pinjaman dengan
hukum gadai. Seiring dengan perkembangan zaman, pegadaian telah beberapa kali
berubah status mulai sebagai Perusahaan Jawatan (1901), perusahaan dibawah IBW
(1928), Perusahaan Negara (1960), dan kembali ke Perjan di tahun 1969. Baru di
tahun 1990 dengan lahirnya Peraturan pemerintah10/1990 tanggal 10 April 1990,1
sampai dengan terbitnya Peraturan pemerintah 103 tahun 2000, Pegadaian berstatus
sebagai Perusahaan Umum (PERUM) dan merupakan salah satu BUMN dalam
lingkungan Departemen Keuangan RI hingga sekarang.

1

Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, (Yoyakara;Adipura,2003), Cet Ke1, hal 157.

3

Terbitnya Peraturan pemerintah/10 tanggal 10April 1990 dapat dikatakan
menjadi tonggak awal kebangkitan Pegadaian, satu hal yang perlu dicermati bahwa
Peraturan pemerintah 10 menegaskan misi yang harus diemban oleh Pegadaian untuk
mencegah praktik riba, misi ini tidak berubah hingga terbitnya Peraturan
pemerintah103/2000

yang dijadikan sebagai landasan kegiatan usaha Perum

Pegadaian sampai sekarang. Banyak pihak berpendapat bahwa operasionalisasi
Pegadaian pra Fatwa MUI tanggal 16 Desember 2003 tentang Bunga Bank, telah
sesuai dengan konsep syariah meskipun harus diakui belakangan bahwa terdapat
beberapa aspek yang menepis anggapan itu. Berkat Rahmat Allah SWT dan setelah
melalui kajian panjang, akhirnya disusunlah suatu konsep pendirian unit Layanan
Gadai Syariah sebagai langkah awal pembentukan divisi khusus yang menangani
kegiatan usaha syariah..
Konsep operasi Pegadaian syariah mengacu pada sistem administrasi modern
yaitu azas rasionalitas, efisiensi dan efektifitas yang diselaraskan dengan nilai Islam.
Fungsi operasi Pegadaian Syariah itu sendiri dijalankan oleh kantor-kantor Cabang
Pegadaian Syariah/ Unit Layanan Gadai Syariah (ULGS) sebagai satu unit organisasi
di bawah binaan Divisi Usaha Lain Perum Pegadaian. ULGS ini merupakan unit
bisnis mandiri yang secara struktural terpisah pengelolaannya dari usaha gadai
konvensional. Pegadaian Syariah pertama kali berdiri di Jakarta dengan nama Unit
Layanan Gadai Syariah ( ULGS) Cabang Dewi Sartika di bulan Januari tahun 2003.
Menyusul kemudian pendirian ULGS di Surabaya, Makasar, Semarang, Surakarta,
dan Yogyakarta di tahun yang sama hingga September 2003. Masih di tahun yang

4

sama pula, 4 Kantor Cabang Pegadaian di Aceh dikonversi menjadi Pegadaian
Syariah.
Disamping pencairan dana yang mudah erbilang cepat, pegadaian juga tidak
meminta pesyaratan yang menyulitjkan dalam meminta dana, cukup dengan mmbawa
barang jaminan yan bernilai ekonomis, masyarakat sudah bisa mendapatkan dana
untuk memenuhi kebutuhannyabaik produktif maupun konsumtif. Pemberian gadai
pda dasarnya adalah suatu jaminan dalam hal pelaksanaan suatu prestasi yang akan
diberiakan nasabah untuk masa yang akan dating.2
Sebagaimana halnya instritusi yang berlabel syariah, maka landasan konsep
pegadaian Syariah juga mengacu kepada syariah Islam yang bersumber dari Al Quran
dan Hadist Nabi SAW. Adapun landasan yang dipakai adalah : Quran Surat Al Baqarah
: 283

            

            
‫ ) اﻟﺒﻘﺮة‬          
( 283/2

Artinya: Jika kamu dalam perjalanan (dan bermu'amalah tidak secara tunai)
sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada
barang tanggungan yang dipegang (oleh yang berpiutang). Akan tetapi
jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, maka hendaklah
yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (hutangnya) dan hendaklah
2

Bank Muamalat institute, Perbankan Syariah Perspektif Praktisi.(Jakarta;1999)hal.126.

5

ia bertakwa kepada Allah Tuhannya; dan janganlah kamu (para saksi)
menyembunyikan
persaksian.
Dan
barangsiapa
yang
menyembunyikannya, maka sesungguhnya ia adalah orang yang berdosa
hatinya; dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.(QS. AlBaqqoroh :2 : 283)

Pegadaian syariah tidak menekankan pada pemberian bunga dari barang yang
digadaikan. Meski tanpa bunga pegadaian syaria’ah tetap mendapatkan keuntungan
seperti yang sudah diatur oleh Dewan Syariah Nasional, yaitu memberlakukan biaya
pemeliharaan dari barang yang di gadaikan. Barang dihitung dari nilai barang yang
bukan dari jumlah pinjaman. sedangkan pada pegadaian konvensional, biaya yang
harus dibayar adalah sejumlah dari yang dipinjamkan.3
Aspek syariah tidak hanya menyentuh bagian operasionalnya saja, pembiayaan
kegiatan dan pendanaan bagi nasabah, harus diperoleh dari sumber yang benar-benar terbebas
dari unsur riba. Dalam hal ini, seluruh kegiatan Pegadaian syariah termasuk dana yang
kemudian disalurkan kepada nasabah, murni berasal dari modal sendiri ditambah dana pihak
ketiga dari sumber yang dapat dipertanggungjawabkan. Pegadaian telah melakukan kerja
sama dengan Bank Muamalat sebagai fundernya, ke depan Pegadaian juga akan melakukan
kerjasama dengan lembaga keuangan syariah lain untuk memback up modal kerja.

Pegadaian syariah Depok berdiri pada tanggal 3 september 2004 Keberadaan
pegadaian syariah Depok merupakan tempat pegadaian yang strategis, mudah
dijangkau karena alat trasnpormasi mudah ditemui, dan letaknya yang berada di jalan
margonda raya yang merupakan pusat keramaian kota dan sebagai penghubung jalan
ke jakarta, Pegadaian syariah depok sangat dikenal masyarakat luas.Pegadaian
3

http::// www.EraMuslim.com di akses pada tanggal 20 Desember 2009

6

memiliki ahli taksir yang dengan cepat menaksir, beberapa nilai riil barang jaminan
tersebut. Biasanya nilai taksiran lebih rendah dari nilai pasar hal ini dimaksudkan
apabila terjadi kemacetan terhadap pembayaran pinjaman, maka dengan mudah pihak
Pegadaian melelang jaminan yang diberikan nasabah dibawah harga pasar.4
Di samping itu, pegadaian juga memiliki timbangan , serta alat ukur tertentu,
misalnya untuk mengukur karat emas atau gram emas. Tujuan akhir dari taksiran itu
adalah untuk menentukan besarnya jumlah pinjaman yang dapat diberikan. Besarnya
pinjaman yang di peroleh dari 80%-90% dari nilai taksiran. Semakin besart nilai
taksiran maka semakin besar pula pinjaman yang diperoleh.5

Selain lokasi dan

pelayanannya juga sangat dominan dalam menentukan minat nasabah dalam
menggadaikan barangnya

, dari sini penulis ingin mengangkat tentang pengaruh

lokasi dan pelayanan pegadaian syariah maka skripsi ini diberi judul “Analisis
Pengaruh Lokasi Dan Pelayanan Pegadaian Syariah Terhadap Minat Nasabah”
(Studi Kasus Pegadaian Syariah Cab. Depok )

4

. Sasli Rais, Pegadaian Syariah: Konsep dan Sistem Operasional Cet pertama, UI-Press, Jakarta 2005
hal 135
5
Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Edisi 6, Cet 6. Pt RajaGrafindo Persada, Jakarta:
2002, hal.246.

7

B. Rumusan dan Pembatasan Masalah
Melihat latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka perlu kiranya penulis
membatasi objek yang di kaji dalam skripsi ini. Adapun pembatasan masalah dan
dalam skripsi ini dengan rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:
1. Rumusan Masalah
a. Bagaimana pengaruh lokasi terhadap minat nasabah?
b. Bagaimana pengaruh pelayanan pegadaian syariah terhadap minat
nasabah?
c. Bagaimana cara pegadaian syariah dalam memperkenalkan produknya
kepada nasabah?
2. Pembatasan Masalah
a. Pada penelitian ini dibahas tentang pengaruh lokasi dan pelayanan
pegadaian syaraih terhadap minat nasabah.
b. Responden pada penelitian ini adalah nasabah pegadaian di

Perum

Lembaga Pegadaian Syariah Depok.
c. Objek yang di teliti pada penelitian ini Lembaga PerumPegadaian Syariah
Depok.

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui respon masyarakat terhadap pegadaian syariah yang
telah menjadi nasabah.

8

b. Untuk mengetahui dari mana nasabah mendapatkan informasi tentang
pegadaian syariah.
c. Untuk mengetahui pengaruh pelayanan lokasi dan pelayanan pegadaian
syariah terhadap minat nasabah.
2. Manfaat Penelitian
a. Bagi lembaga pegadaian syariah
Untuk meningkatkan pelayaan kepada nasabah pegadaian syariah yang
lebih baik.
b. Bagi masyarakat
Memberikan acuan yang lebih baik dan jelas kepada masyarakat
mengenai usaha gadai syariah sebagai alternatif dari pegadaian
konvensional
c. Bagi mahasiswa
Diharapkan dapat memberikan pemahaman kepada masyarakat yang lebih
baik terhadap peran dan tugas pegadaian syariah

D. Kajian Pustaka
Berdasarkan

telaah

yang

sudah

dilakukan

terhadap

beberapa

sumberkepustakaan. Penulis berpendapat bahwa apa yang merupakan masalah pokok
penelitian ini sangat penting, karena penelitian tentang urgensitas pegadaian syariah
di mata masyarakat Depok sangatlah penting agar dapat memberikan masukan
terhadap pegadaian serta masyarakat yang akan menjadi nasabah

9

Adapun kajian kepustakaan yang digunakan dari penulis ini adalah:
1. Pada tahun 2008 telah ditulis skripsi atas nama Syarifah dengan judul
Motivasi nasabah dalam menggunakan jasa pegadaian syariah, dalam hal
ini penulis hanya menjelaskan motivasi nasabah dalam menggunakan jasa
pegadaian syariah akan tetapi tidak membahas pengaruh lokasi, dan
pelayanan terhadap minat nasabah.
2. Pada tahun 2005 telah ditulis skripsi atas nama Rany Rahmaniah dengan
judul Respon masyarakat Cawang terhadap pegadaian syariah cabang
Dewi Sartika, dalam hal ini penulis hanya menjelaskan respon masyarakat
terhadap pegadaian syariah tetapi tidak membahas pengaruh lokasi dan
pelayanan terhadap pegadaian syariah.
3. Pada tahun 2009 telah di tulis skripsi atas nama kunthi ayu pratiwi dengan
judul analisis pengaruh pelayanan terhadap kepuasan nasabah pegadaian
syariah cabang Cinere. Pada skripsi ini penulis hanya menjelaskan tentang
pengaruh pelayanan terhadap kepuasan nasabah dan tidak membahas
tentang lokasi.
Namun dalam penelitian ini berbeda dengan kedua penelitian di atas yaitu
pada penelitian ini akan membahas tentang pentingnya peran lokasi dan pelayanan
pegadaian syariah terhadap minat nasabah di mata masyarakat Depok.

10

E. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN .
Bab ini terdiri dari latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan
masalah, Tujuan dan manfaat penelitian, kajian terdahulu dan sistematika
penulisan.

BAB II KAJIAN TEORI.
Bab ini menjelaskan tentang pengertian lokasi, pengertian pelayanan
serta pegadaian syariah, dalil-dalil tentang pegadaian syariah, mekanisme
operasional dalam pegadaian syariah dan ketentuan pelaksanaan gadai dalam
Islam.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Jenis Penelitian, Data Penelitian, Teknik dan Instrumen Pengumpulan
data, Subjek-Objek Penelitian, Lokasi dan Waktu Penelitian, Variabel dan
Operasional Variabel, Hipotesa, Metode Analisis Data.

BAB IV, HASIL PENELITIAN
meliputi Analisa hasil Penelitian; Uji Validitas dan Realibilitas,
Gambaran Umum Responden, Hasil Kuesioner, Uji Rank Spearman, Uji F.

11

Bab V , PENUTUP
merupakan akhir dari seluruh rangkaian pembahasan dalam skripsi ini.
Bab ini berisi: Kesimpulan dan Saran-saran dari penulis mengenai hal-hal
yang dibahas dalam skripsi ini.

BAB II
KAJIAN TEORI
A. Lokasi
1. Pengertian Lokasi
Pemilihan lokasi mempunyai fungsi yang strategis karena dapat ikut
menentukan tercapainya tujuan badan usaha. Lokasi dapat didefinisikan
sebagai "tempat, kedudukan secara fisik yang mempunyai fungsi strategis
karena dapat ikut menentukan tercapainya tujuan badan usaha".1 Lokasi atau
tempat atau letak adalah "tempat di mana perusahaan itu didirikan"2. Jadi,
lokasi di sini adalah tempat di mana suatu jenis usaha atau bidang usaha akan
dilaksanakan. Dalam penelitian ini yang dimaksud lokasi adalah letak
Pegadaian Syariah Depok.

2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pemilihan Lokasi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan lokasi usaha menurut
Manullang, antara lain :
a. Lingkungan masyarakat
b. Kedekatan dengan pasar atau konsumen
c. Tenaga kerja

1
2

Sriyadi, Bisnis Manajemen Perusahaan Modern Ikip Press , Semarang 1991 hal: 60
Manulang, Manajemen Personalia ,Ghalia Indonesia Medan 1991 hal: 41

12

13

Langkah-langkah Dalam Pemilihan Lokasi :
1) Memilih wilayah atau daerah secara umum.
Ada 5 faktor yang menjadi dasar antara lain:
a) Dekat dengan pasar
b) Dekat dengan bahan baku
c) Tersedianya fasilitas pengangkutan
d) Terjaminnya pelayanan umum
e) Kondisi iklim dan lingkungan yang menyenangkan
2) Memilih masyarakat tertentu di wilayah yang dipilih pada tingkat
pemilihan pertama.
Pilihan didasarkan atas 5 faktor yaitu:
a) Tersedianya tenaga kerja yang cukup dalam jumlah dan skill
yang diperlukan
b) Tingkat upah yang lebih murah
c) Adanya

perusahaan

yang

bersifat

suplementer

atau

komplementer
d) Adanya kerjasama yang baik antar sesama usaha yang ada
e) Peraturan daerah yang menunjang
3) Memilih lokasi tertentu.
Lokasi berarti berhubungan dengan di mana perusahaan harus bermarkas
dan melakukan operasi.
Dalam hal ini ada tiga jenis interaksi yang mempengaruhi lokasi, yaitu :

14

a) Konsumen mendatangi pemberi jasa (perusahaan): apabila keadaannya
seperti ini maka lokasi menjadi sangat penting. Perusahaan sebaiknya
memilih tempat dekat dengan konsumen sehingga mudah dijangkau,
dengan kata lain strategis.
b) Pemberi jasa (perusahaan) mendatangi perusahaan : dalam hal ini
lokasi tidak terlalu penting, tetapi yang harus diperhatikan adalah
penyampaian jasa harus tetap berkualitas.
c) Pemberi jasa dan konsumen tidak bertemu langsung : berarti service
provider dan konsumen berinteraksi melalui sarana tertentu seperti
telepon, komputer atau surat. Dalam hal ini lokasi menjadi sangat
tidak penting selama komunikasi antara kedua pihak dapat terlaksana3.
3. Pertimbangan-pertimbangan dalam penentuan lokasi.
Dalam

mendirikan

perusahaan,

pemilihan

lokasi

sangat

dipertimbangkan. Karena pemilihan lokasi merupakan faktor bersaing yang
penting dalam usaha menarik konsumen atau pelanggan.
Pertimbangan-pertimbangan yang cermat dalam menentukan lokasi
meliputi faktor-faktor :
a. Akses, misalnya lokasi yang dilalui atau mudah dijangkau sarana
transportasi umum.
b. Visibilitas, misalnya lokasi dapat dilihat dengan jelas dari tepi jalan.

3

. Rambat lupoiadi, Manajemen Pemasaran Jasa Teori Dan Praktek , Salemba Empat, Jakarta 2001
hal: 61-62

15

c. Lalu lintas (traffic) di mana ada 2 hal yang perlu dipertimbangkan, yaitu:
1) Banyaknya orang yang lalu lalang bisa memberi peluang terjadinya
impulse buying.
2) Kepadatan dan kemacetan lalu lintas bisa pula menjadi hambatan,
misalnya terhadap pelayanan kepolisian, pemadam kebakaran, atau
ambulan.
d. Tempat parkir yang luas dan aman.
e. Ekspansi, yaitu tersedia tempat yang luas untuk perluasan usaha di
kemudian hari.
f. Lingkungan, yaitu daerah sekitar yang mendukung jasa yang ditawarkan.
Misalnya warung makan yang berdekatan dengan daerah kost, asrama
mahasiswa, atau perkantoran.
g. Persaingan yaitu lokasi pesaing. Misalnya dalam menentukan lokasi
wartel perlu dipertimbangkan apakah di jalan atau daerah yang sama,
banyak pula terdapat wartel lain atau tidak.
h. Peraturan pemerintah, misalnya ketentuan yang melarang tempat reparasi
(bengkel) kendaraan bermotor berdekatan dengan pemukiman penduduk.4
B. Pelayanan
1. Pengertian pelayanan
Untuk

memberikan

pelayanan

yang

baik

dibutuhkan

kesungguhan yang mengandung unsur kecepatan, keramahan, kenyamanan
4

. Fandy Tjiptono, Strategi Pemasaran Andi Ofsert Yogyakarta 2000 hal: 41- 43

16

yang terintegrasi sehingga manfaat yang besar akan diperoleh, terutama
kepuasan dan loyalitas pelanggan yang besar.
Keberhasilan pemasaran produk sangat ditentukan pula oleh baik
tidaknya pelayanan yang diberikan oleh suatu perusahaan dalam memasarkan
produknya. Pelayanan yang diberikan dalam pemasaran suatu produk
mencakup pelayanan sewaktu penawaran produk, pembelian produk dan
pelayanan purna jual yang mencakup atas jaminan semua kerusakan produk
dalam jangka waktu tertentu.
Pelayanan adalah sarana untuk mengidentifikasi dan memenuhi
superior need. Dengan kata lain layanan konsumen dapat menjadi pusat
keuntungan perusahaan.
Pendapat lain menyatakan pelayanan adalah proses pemberian bantuan
yang diberikan kepada seseorang agar orang tersebut memperoleh sesuatu
yang diinginkannya.
Menurut Tim Pusat Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa, Pelayanan adalah "kemudahan yang diberikan
sehubungan dengan jual beli barang atau jasa".
Dari pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pelayanan
adalah proses pemberian bantuan yang diberikan seseorang kepada orang lain
dalam jual beli barang atau jasa.
2. Kualitas Pelayanan
Secara garis besar peranan pelayanan terdiri dari:

17

a. Menciptakan perhatian calon pembeli
b. Menggugah minat calon pembeli
c. Menanamkan keyakinan calon pembeli
d. Memperlakukan calon pembeli

sebagai raja yang harus dihormati,

dilayani dan dipuaskan.
Kualitas layanan yang baik sering dikatakan sebagai salah satu faktor
yang sangat penting dalam keberhasilan suatu bisnis maka tentu saja kualitas
layanan dapat memberikan beberapa manfaat di antaranya yaitu menciptakan
loyalitas konsumen dan kepuasan konsumen.
Menurut Parasuraman dan kawan-kawan (1988) di dalam salah studi
mengenai SERQUAL atau Dimensi Kualitas Pelayanan mengidentifikasikan
lima faktor utama yang dipergunakan konsumen dalam menilai atau
menentukan kualitas layanan.
Kelima faktor tersebut adalah sebagai berikut :
a. Keandalan (reliability)
Yakni kemampuan perusahaan untuk memberikan pelayanan yang
dijanjikan dengan segera, akurat dan memuaskan.
b. Berwujud (tangible)
Yakni bukti fisik dari layanan, bisa berupa fasilitas fisik, perlengkapan
dan peralatan yang dipergunakan dan sarana komunikasi.
c. Daya Tanggap (responsibility)

18

Yakni keinginan untuk membantu para konsumen dan memberikan
pelayanan dengan cepat, tepat dan informasi yang jelas.
d. Jaminan (assurance)
Mencakup pengetahuan, kemampuan, kesopanan dan sifat dapat
dipercaya, bebas dari resiko bahaya dan keragu-raguan.
e. Empati (empathy)
Meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan komunikasi yang baik,
perhatian pribadi dan memenuhi kebutuhan para konsumen.5
Menurut Stanton6 sebelum melakukan transaksi konsumen memiliki
superior need sebagai berikut :
a. Kebutuhan informasi produk
b. Kebutuhan informasi tehnik
c. Kebutuhan status dan citra
d. Kebutuhan kepercayaan
e. Kebutuhan kecocokan
f. Kebutuhan untuk menanyakan hal khusus
g. Kebutuhan informasi situasional

5
6

. Ibid hal 148 - 149
. Shanto, J.William , Prinsip – Prinsip Pemasaran Erlangga, Jakarta 1996 hal: 165

19

C.Minat Nasabah
Minat nasabah adalah keinginan nasabah dalam menggunakan jasa pegadaian
syariah , minat nasabah dalam menggadaikan atau dalam menggunakan jasa
pegadaian syariah dapat di kelompokkan dalam beberapa hal:
1.Mudah
Di mana prosedur yang diterapkan pegadaian syariah dalam pelaksanaanya
sangat mudah yaitu dengan hanya membawa harta (emas, berlian) yang mau di
gadaiakan dan tidak memerlukan banyak persyaratan dalam menggunakan jasa
pegadaian syariah.
2.Cepat
Hanya butuh waktu kurang lebih 15 menit dalam menggadaikan barang(emas,
berlian) dan nasabah akan langsung mendapatkan uang yang mana nasabah tersebut
telah menggadaiakan hartanya di pegadaian syariah.
3.Dekat
Lokasi yang dekat dan mudah dijangkau sangat mempengaruhi nasabah dalam
menentukan pegadaian syariah yang akan di datangi, semakin mudah dijangkau dan
dekat maka nasabah akan memilih pegadaian tersebut.
4.Pelayanan
Pelayanan yang ramah serta prima dalam melayani nasabah akan memberikan
nilai plus dalam pandangan nasabah, serta nasabah akan merasa nyaman dan akan
kembali untuk menggunakan jasa pegadaian syariah.

20

5.Bebas Bunga
Dalam pegadaian syariah untuk mengambil keuntungan tidak mengenakan
bunga melainkan dengan biaya simpanan, dengan bebas dari bunga maka nasabah
akan merasa lebih percaya dengan pegadaian syariah.

D. Gadai Syariah
a.

Pengertian
Dalam Istilah bahasa Arab, gadai diistilahkan dengan rahn dan dapat
juga dinamai al-habsu, menurut A.A Basyir, rahn adalah perjanjian menahan
sesuatu barang sebagai tanggungan utang, atau menjadikan suatu benda
bernilai menurut pandangan syara’ sebagai tanggungan marhun bih, sehingga
dengan adanya tanggungan utang itu seluruh atau sebagian utang dapat
diterimanya.
Adapun pengertian rahn menurut Imam Ibnu Qudamah dalam kitab alMughni adalah sesuatu benda yang dijadikan kepercayaan dari suatu hutang
untuk dipenuhi dari harganya, apabila yang berhutang tidak sanggup
membayarnya dari orang yang berpiutang. Sedangkan Imam Abu Zakaria alAnshary dalam kitabnya Fathul Wahab mendefinisikan rahn adalah
menjadikan benda yang bersifat harta benda sebagai kepercayaan dari suatu
yang dapat dibayarkan dari harta benda itu bila utang tidak dibayar. Dari
beberapa pengertian di atas dapat kita simpulkan bahwa pengertian rahn
adalah menahan harta salah satu milik si peminjam sebagai jaminan atas

21

pinjaman yang diterimanya. Secara sederhana dapat di jelaskan bahwa rahn
adalah semacam jaminan utang atau gadai.
Pengertian gadai yang ada dalam syariah agak berbeda dengan
pengertian gadai yang ada dalam hukum positif. Pengertian gadai dalam
hukum positif seperti yang tercantum dalam Burgerlijk Wetbook (Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata) adalah suatu hal yang diperoleh seseorang
berpiutang atas suatu barang bergerak, yang diserahkan kepadanya oleh
seseorang yang berhutang atau oleh orang lain atas namanya dan yang
memberikan kekuasaan kepada si berpiutang itu untuk mengambil pelunasan
dari barang tersebut secara didahulukan dari pada orang-orang yang
berpiutang lainnya, dengan pengecualian biaya untuk melelang barang
tersebut dan biaya-biaya mana yang harus didahulukan (Pasal 1150 KUH
Perdata).

7

Jadi perbedaan pegadaian syariah dengan hukum positif adalah

dimana hukum positif ialah mendahulukan orang yang menggadaikan
barangnya dibandingkan dengan orang yang berpiutang lainnya.

7

Abdul Ghafur Anshori, Gadai Syariah Di Indonesia Konsep, Implementasi Dan
Institusionalisasi, Edisi Pertama, Cet Pertama Gadjah Mada University Press , Yogyakarta 2006 hal:
89

22

b.

Landasan Hukum
Pada dasarnya gadai menurut Islam, hukumnya adalah boleh (jaiz).
Seperti yang tercantum, baik dalam Al-Qur’an, As-Sunnah maupun ijma’.
i. Al- Qur’an
Pertama, dalil kebolehan gadai, seperti yang tercantum dalam
Surat Al-Qur’an Surah Al-Baqqoroh, ayat 283 yang berbunyi sebagai
berikut:

            
            
‫ ) اﻟﺒﻘﺮة‬          
( 283/2
Artinya:
“Jika kamu dalam perjalanan (dan bermuamalah tidak secara tunai)
sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada
barang tanggungan yang dipegang (oleh yang berpiutang). Akan tetapi
jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, maka hendaklah
yang percaya itu menunaikan amanatnya (hutangnya) dan hendaklah
ia bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan janganlah kamu (para saksi)
menyembunyikanpersaksian.
Dan
barangsiapa
yang
menyembunyikannya, maka sesungguhnya ia adalah orang yang
berdosa hatinya, dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan.” (QS. Al-Baqqoroh :2 : 283)
ii.

As-Sunnah
Landasan hukum lainnya adalah hadits Rasul Saw yang
diriwayatkan oleh Muslim dari Aisyah ra.

23

‫ﺎ‬‫ﺎﻣ‬‫ ﻃﹶﻌ‬‫ﻱ‬‫ﻮﺩ‬‫ﻬ‬‫ ﻳ‬‫ﻦ‬‫ ﻣ‬‫ﻠﱠﻢ‬‫ﺳ‬‫ ﻭ‬‫ﻪ‬‫ﻠﹶﻴ‬‫ ﻋ‬‫ﻠﱠﻰ ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ ﺻ‬‫ﻮﻝﹸ ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ﺳ‬‫ﻯ ﺭ‬‫ﺮ‬‫ﺷﺘ‬ ‫ﺖ ﺍ‬
 ‫ﺔﹶ ﻗﹶﺎﻟﹶ‬‫ﺸ‬‫ﺎﺋ‬‫ﻦ ﻋ‬ ‫ﻋ‬
( ‫ )ﺭﻭﺍﻩ ﻣﺴﻠﻢ‬.‫ﻳﺪ‬‫ﺪ‬‫ﻦ ﺣ‬ ‫ﺎ ﻣ‬‫ﺭﻋ‬ ‫ ﺩ‬‫ﻪ‬‫ﻨ‬‫ﻫ‬‫ﺭ‬‫ﻭ‬
“Dari Aisyah berkata: Rasulullah Saw membeli makanan dari seorang
Yahudi dan menggadaikannya dengan besi”. (HR.Muslim)8

Dan hadits dari Anas ra.

‫ﺔ‬ ‫ﺨ‬
 ‫ﻨﹺ‬‫ ﺳ‬‫ﺎﻟﹶﺔ‬‫ﺇﹺﻫ‬‫ﲑﹴ ﻭ‬‫ﻌ‬‫ﺰﹺ ﺷ‬‫ﺒ‬‫ ﺑﹺﺨ‬‫ﻠﱠﻢ‬‫ﻭﺳ‬ ‫ﻪ‬‫ﻠﹶﻴ‬‫ ﻋ‬‫ﻠﱠﻰ ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ ﺻ‬‫ﺒﹺﻲ‬‫ﻰ ﺇﹺﻟﹶﻰ ﺍﻟﻨ‬‫ﺸ‬‫ ﻣ‬‫ﻪ‬‫ﺄﹶﻧ‬‫ﻨﻬ‬‫ ﻋ‬‫ ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ﻲ‬‫ﺿ‬‫ﺲﹴ ﺭ‬‫ﻦ ﺃﹶﻧ‬ ‫ﻋ‬
‫ﻪ‬‫ﻠ‬‫ﺄﹶﻫ‬‫ﺍ ﻟ‬‫ﲑ‬‫ﻌ‬‫ ﺷ‬‫ﻪ‬‫ﻨ‬‫ﺬﹶ ﻣ‬‫ﺃﹶﺧ‬‫ ﻭ‬‫ﻱ‬‫ﻮﺩ‬‫ﻬ‬‫ ﻳ‬‫ﺪ‬‫ﻨ‬‫ ﻋ‬‫ﺔ‬‫ﻳﻨ‬‫ﺪ‬‫ ﺑﹺﺎﻟﹾﻤ‬‫ﺎ ﻟﹶﻪ‬‫ﻋ‬‫ﺭ‬‫ ﺩ‬‫ﻠﱠﻢ‬‫ﺳ‬‫ ﻭ‬‫ﻪ‬‫ﻠﹶﻴ‬‫ ﻋ‬‫ﻠﱠﻰ ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ ﺻ‬‫ﺒﹺﻲ‬‫ ﺍﻟﻨ‬‫ﻦ‬‫ﻫ‬‫ﺪ ﺭ‬ ‫ﻟﹶﻘﹶ‬‫ﻭ‬
( ‫)ﺭﻭﺍﻩ ﻣﺴﻠﻢ‬
“Dari Anas ra bahwasanya ia berjalan menuju Nabi Saw dengan roti dari gandum
dan sungguh Rasulullah Saw telah menaguhkan baju besi kepada seorang Yahudi di
Madinah ketika beliau mengutangkan gandum dari seorang Yahudi”. (HR.Muslim)9

iii. Ijma
Berkaitan dengan pembolehan perjanjian gadai ini, jumhur ulama
juga berpendapat boleh dan mereka tidak pernah berselisih pendapat
mengenai hal ini. Jumhur ulama berpendapat bahwa diisyaratkan pada
waktu tidak bepergian maupun pada waktu bepergian, beragumentasi
kepada perbuatan Rasulullah SAW terhadap riwayat hadits tentang orang
yahudi tersebut Di Madinah. Adapun keadaan dalam perjalanan seperti

8
9

. Hadits riwayat Muslim, lihat: Shahih Muslim, Juz 8 Bab Jaminan , hal :306.
. Hadits riwayat Muslim, lihat: Shahih Bukhari, Juz 7 Bab Nabi Saw Berjual Beli, hal: 231.

24

ditentukan dalam QS. Al-Baqarah: 283, karena melihat kebiasaan di mana
pada umumnya rahn dilakukan pada waktu bepergian.

iv

IV. Fatwa DSN

1) Fatwa DSN No. 25/DSN-MUI/III/2002 Tentang Rahn
Landasan gadai syariah (rahn) kemudian diperkuat dengan Fatwa
Dewan Syariah Nasional (DSN) no. 25/DSN-MUI/III/2002 tanggal 26 Juni
2002 tentang Rahn, yang menyatakan bahwa pinjaman dengan menggadaikan
barang sebagai jaminan utang dalam bentuk rahn diperbolehkan dengan
ketentuan sebagai berikut :
a) Ketentuan Umum :
1. Murtahin (penerima barang) mempunya hak untuk menahan Marhun
(barang) sampai semua utang rahin (yang menyerahkan barang) dilunasi.
2. Marhun dan manfaatnya tetap menjadi milik rahin. Pada prinsipnya
marhun tidak boleh dimanfaatkan oleh murtahin kecuali seizin rahin,
dengan tidak mengurangi nilai marhun dan pemanfaatannya itu sekedar
pengganti biaya pemeliharaan perawatannya.
3. Pemeliharaan dan penyimpanan marhun pada dasarnya menjadi kewajiban
rahin, namun dapat dilakukan juga oleh murtahin, sedangkan biaya dan
pemeliharaan penyimpanan tetap menjadi kewajiban rahin.
4. Besar biaya administrasi dan penyimpanan marhun tidak boleh ditentukan
berdasarkan jumlah pinjaman.

25

5. Penjualan marhun
a. Apabila jatuh tempo, murtahin harus memperingatkan rahin untuk
segera melunasi utangnya.
b. Apabila rahin tetap tidak melunasi utangnya, maka marhun dijual
paksa/dieksekusi.
c. Hasil penjualan marhun digunakan untuk melunasi utang, biaya
pemeliharaan dan penyimpanan yang belum dibayar serta biaya
penjualan.
d. Kelebihan hasil penjualan menjadi milik rahin dan kekurangannya
menjadi kewajiban rahin.
b) Ketentuan Penutup
1. Jika salah satu pihak tidak dapat menunaikan kewajibannya atau jika
terjadi perselisihan diantara kedua belah pihak, maka penyelesaiannya
dilakukan melalui Badan Arbritase Syariah setelah tidak tercapai
kesepakatan melalui musyawarah.
2. Fatwa ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan jika di
kemudian hari terdapat kekeliruan akan diubah dan disempurnakan
sebagai mana mestinya.
2) Fatwa DSN No. 26/DSN-MUI/III/2002 Tentang Rahn Emas
Fatwa Dewan Syariah No. 26/DSN-MUI/III/2002, yang ditetapkan
tanggal 26 Juni oleh Ketua dan Sekertaris DSN tentang Rahn Emas, yaitu:

26

a) Rahn Emas diperbolehkan berdasarkan prinsip Rahn (Fatwa Dewan
Syariah Nasional (DSN) no. 25/DSN-MUI/III/2002 tanggal 26 Juni 2002).
b) Ongkos dan biaya penyimpanan barang gadai (marhun) ditanggung oleh
penggadai (rahin).
c) Ongkos didasarkan pada pengeluaran yang nyata-nyata diperlukan
d) Biaya penyimpanan barang gadai dilakukan berdasarkan akad ijarah.

c.

Hakikat dan fungsi gadai syariah
Dalam Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 283 dijelaskan bahwa gadai
pada hakikatnya merupakan salah satu bentuk dari konsep muamalah, di mana
sikap menolong dan sikap amanah sangat ditonjolkan. Begitu juga dalam
hadits Rasulullah SAW. Dari Ummul Mu’minin ‘ Aisyah ra. Yang
diriwayatkan Abu Hurairah, di sana nampak sikap tolong menolong antara
Rasulullah SAW dengan orang Yahudi saat Rasulullah SAW menggadaikan
baju besinya kepada orang Yahudi tersebut.
Maka pada dasarnya, hakikat dan fungsi Pegadaian dalam Islam
adalah semata-mata untuk memberikan pertolongan kepada orang yang
membutuhkan dengan bentuk marhun sebagai jaminan, dan bukan untuk
kepentingan komersial dengan mengambil keuntungan yang sebesar-besarnya
tanpa menghiraukan kemampuan orang lain.

d.

Syarat sah dan rukun gadai syariah
Rukun dan syarat sahnya perjanjian gadai adalah sebagai berikut:

27

i. Ijab qabul (shigat)
Hal ini dapat dilakukan baik dalam bentuk tertulis maupun lisan,
asalkan saja di dalamnya terkandung maksud adanya perjanjian gadai di
antara para pihak.
ii. Orang yang bertransaksi (Aqid)
Syarat syarat yang harus dipenuhi bagi orang yang bertransaksi
gadai yaitu rahin (pemberi gadai) dan murtahin (penerima gadai) adalah:
1. Telah dewasa
2. Berakal
3. Atas keinginan sendiri
iii. Adanya barang yang digadaikan (Marhun)
Syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk barang yang akan
digadaikan oleh rahin (pemberi gadai) adalah:
1. Dapat diserahterimakan
2. Bermanfaat
3. Milik rahin (orang yang menggadaikan)
4. Jelas
5. Tidak bersatu dengan harta lain
6. Dikuasai oleh rahin
7. Harta yang tetap atau dapat dipindahkan
iv. Marhun bih (utang)

28

Menurut ulama Hanafiyah dan Syafiiyah syarat utang yang dapat
dijadikan alas utang adalah:
1. Berupa utang tetap dan dapat dimanfaatkan
2. Utang harus lazim pada waktu akad
3. Utang harus jelas dan diketahui oleh rahin dan murtahin10

e.

Hak dan kewajiban para pihak gadai syariah
Aspek lainnya yang perlu mendapat perhatian dalam kaitan dengan
perjanjian gadai adalah yang menyangkut masalah hak dan kewajiban masingmasing pihak dalam situasi dan kondisi yang normal maupun yang tidak
normal. Situasi dan kondisi yang tidak normal bisa terjadi karena adanya
peristiwa force mayor seperti perampokan, bencana alam, dan sebagainya.
Dalam keadaan normal hak dari rahin setelah melaksanakan
kewajibannya adalah menerima uang pinjaman dalam jumlah yang sesuai
dengan yang disepakati dalam batas nilai jaminannya, sedang kewajiban rahin
adalah menyerahkan barang jaminan yang nilainya cukup untuk jumlah
hutang yang dikehendaki. Sebaliknya hak dari murtahin adalah menerima
barang jaminan dengan nilai yang aman untuk uang yang akan
dipinjamkannya., sedang kewajibannya adalah menyerahkan uang pinjaman
sesuai dengan yang disepakati bersama.
Setelah jatuh tempo, rahin berhak menerima barang yang menjadi
10

Abdul Ghofur Anshori op. cip, hal: 92

29

tanggungan hutangnya dan berkewajiban membayar kembali hutangnya
dengan sejumlah uang yang diterima pada awal perjanjian hutang. Sebaliknya
murtahin berhak menerima pembayaran hutang sejumlah uang yang diberikan
pada awal perjanjian hutang, sedang kewajibannya adalah menyerahkan
barang yang menjadi tanggungan hutang rahin secara utuh tanpa cacat.
Di atas hak dan kewajiban tersebut di atas, kewajiban murtahin adalah
memelihara barang jaminan yang dipercayakan kepadanya sebagai barang
amanah, sedang haknya adalah menerima biaya pemeliharaan dari rahin.
Sebaliknya rahin berkewajiban membayar

biaya pemeliharaan yang

dikeluarkan murtahin, sedang haknya adalah menerima barang yang menjadi
tanggungan hutang dalam keadaan utuh.

BAB III
PROFIL PEGADAIAN SYARIAH CABANG DEPOK

A. Sejarah singkat
Pada tahun 2002 merupakan titik awal mula pegadaian syariah, dimana
muklai diterapkan sistem pegadaian yang dijabarkan dalam fatwa dewan syariah
nasional no. 25/DSN-MUI/III/2002 tentang rahn dan fatwa DSN

no

26/DSN/MUI/III/2002 tentang rahn emas yang menentukan bahwa pinjaman
dengan menggadaikan barang sebagai barang jaminan dalam bentuk rahn di
perbolehkan.
Pegadaian syariah pertama kali didirikan pada tahun 2003 dan yang
pertama di Indonesia adalah pegadaian syariah di Dewi Sartika Jakarta, dan
hingga kini pegadaian syariah telah memiliki banyak kantor wilayah di seluruh
Indonesia yang membawahi beberapa kantor cabang syariah, di wilayah jabotabek
khususnya seperti cabang Dewi Sartika , Cabang Margonda Depok, Cabang
Cinere dan Cabang Pondok Aren. Pegadaian syariah cabang Depok berdiri pada
tanggal 3 september 2004, dalam perkembangannya pegadaian syariah cabang
margonda depok pada tahun 2008 memiliki total asset 72 milyar dan hingga kini
memiliki tiga anak cabang yaitu: Anak cabang Srengseng Sawah, Anak cabang
Depok Timur dan Anak cabang Parung Bingung.

30

31

1. Visi dan Misi
Visi :
Pada tahun 2013 pegadaian menjadi “Champion” dalam pembiayaan mikro
dan kecil berbasis gadai dan fidusia bagi masyarakat menengah kebawah.
Misi :
a. Membantu program pemerintah meningkatkan kesejahteraan rakyat
khususnya kelas menengah kebawah dengan memberikan solusi
keuangan yang terbaik melalui melalui pinjaman secara mikro, kecil dan
menengahatas dasar hukum gadai dan fiducia.
b. Memberikan

manfaat

kepada

pemangku

kepentingan

dalam

melaksanakan tata kelola perusahaan yang baik dan konsisten.
c. Melaksanakan usaha lain dalam rangka optimalisasi sumber daya.

2. Slogan Pegadaian Syariah
Budaya kerja di Pegadaian di gali dan dirumuskan dari praktik-praktik
kerja di perusahaan yang selama ini telah ada dan telah menjadi kebiasaan dan
perilaku para karyawan dalam berorganisasi baik untuk kepentingan internal
maupun untuk kepentingan eksternal. Budaya kerja tersebut diaktualisasikan
dengan jargon si INTAN yang mengandung makna: pertama, I adalah
singkatan dari inovatif yang mempunyai arti penuh gagasan, kreatif, aktif dan
mempunyai tantangan; kedua, N adalah singkatan dari nilai moral tinggi yang
mempunyai arti takwa, jujur, berbudi luhur, dan loyal; ketiga, T singkatan dari

32

terampil yang mempunyai arti menguasai bidang pekerjaan dan tanggap;
keempat, A singkatan dari adi layanan yang mempunyai arti sopan, ramah dan
berkepribadian menarik; kelima, N singkatan dari nuansa citra yang
mempunyai arti berorientasi usaha, mengutamakan kepuasan pelanggan dan
selalu berusaha mengembangkan diri.1
B. Produk dan Jasa
Bentuk perolehan pendapatan Pegadaian Syariah dapat berupa transaksi yang
berasal dari biaya administrasi (qardhul hasal), jasa penyimpan (ijarah), jasa taksiran,
galeri dan bagi hasil
Produk dan jasa yang dapat ditawarkan oleh Pegadaian Syariah kepada
masyarakat, yaitu antara lain, pemberian pinjaman/pembiayaan atas dasar hukum
gadai syariah yang mensyaratkan pemberian pinjaman atas dasar penyerahan barang
bergerak oleh rahin. Jumlah pinjaman yang diberikan kepada masing peminjam
sangat dipengaruhi oleh nilai barang bergerak dan tidak bergerak yang akan
digadaikan. Ada beberapa jenis pembiayaan yang ditawarkan oleh Pegadaian Syariah
dalam bentuk gadai, yaitu:
a. Rahn (Gadai Syariah)
Rahn adalah skim pinjaman untuk memenuhi kebutuhan dana bagi
masyarakat bagi masyarakat dengan system gadai yang sesuai syariah Islam
dengan agunan berupa emas, berlian, elektronik dan kendaraan bremotor.

1

Budi W. Soetjipto, Sahala Harahap, dll, HR Excelllence 2007 Kisah Sukses para Kampiun
SDM, (Jakarta: Salemba Empat, 2008), hal.168.

33

nasabah hanya akan dibebani biaya administrasi dan biaya jasa simpan dan
pemeliharaan barang jaminan (ijarah).2 Pegadaian Syariah mengeluarkan
produk rahn untuk memenuhi kebutuhan transaksi gadai yang sesuai Syariah,
dengan prosedur pendanaan yang cepat, praktis, dan menentramkan
Cepat yaitu dengan menunggu 15 menit kebutuhan dana nasabah akan
terpenuhi. Praktis, tidak perlu membuka rekening ataupun prosedur lain yang
memberatkan nasabah, cukup membawa barang-barang berharga, maka saat
itu juga nasabah akan mendapatkan dana yang dibutuhkan dengan jangka
waktu hingga 120 hari dan dapat dilunasi sewaktu-waktu. Jika masa jatuh
tempo tiba dan nasabah masih memerlukan dana pinjaman tersebut, maka
pinjaman nasabah dapat diperpanjang hanya dengan membayar sewa simpan
dan pemeliharaan

serta

biaya administrasi.

Menentramkan, yaitu sumber dana Pegadaian Syariah berasal dari
sumber yang sesuai dengan Syariah, proses gadai berlandaskan prinsip
Syariah, serta didukung oleh petugas-petugas dan outlet dengan nuansa Islami
sehingga lebih syar’i dan menentramkan.
b. Arrum (Ar Rahn untuk Usaha Mikro Kecil)
Arrum adalah jenis pembiayaan yang diperuntukkan bagi para pengusaha
mikro kecil, yang ingin mengembangkan usaha dengan berprinsip syariah.
Dengan berbagai macam keunggulan yang ditawarkan yaitu:

2

Brosur Gadai Syariah

34

1) Persyaratan yang mudah, proses yang cepat (± 3 hari), serta biaya-biaya
yang kompetitif dan relatif murah.
2) Jangka waktu pembiayaan yang fleksibel, mulai dari 12 bulan, 18 bulan,
24 bulan, hingga 36 bulan
3) Jaminan berupa BPKB kendaraan bermotor (mobil ataupun motor)
sehingga fisik kendaraan tetap berada di tangan nasabah untuk kebutuhan
operasional usaha.
4) Nilai pembiayaan dapat mencapai hingga 70% dari nilai taksiran agunan.
5) Pelunasan dilakukan secara angsuran tiap bulan dengan jumlah tetap.
6) Pelunasan sekaligus dapat dilakuk