Minat masyarakat terhadap jual beli emas di pegadaian Syariah (studi penelitian pada pegadaian Syariah cabang Cinere)

(1)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk memenuhi salah satu syarat dalam mencapai gelar Sarjana Ekonomi Syariah

Oleh :

DILA LARANTIKA NIM: 206046103821

KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penelitian ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 23 September 2010

Dila Larantika


(3)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah

Oleh:

DILA LARANTIKA NIM: 206046103821

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. H. Muhammad Taufiki,M.Ag Hotnidah Nasution,S.Ag.,MA

NIP. 196511191998031002 NIP. 19706301997032002

KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(4)

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi berjudul Minat Masyarakat Terhadap Jual-Beli Emas di Pegadaian Syariah (Studi Penelitian Pada Pegadaian Syariah Cabang Cinere). Telah diujikan dalam sidang munaqasah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 23 September 2010 . Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana

Ekonomi Syariah (SESy) pada Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam). Jakarta,

Mengesahkan

Dekan Fakultas Syariah dan Hukum

Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM

NIP. 195505051982031012

PANITIA UJIAN

Ketua : Dr. Djawahir Hejazziey, SH, MA (.………..)

NIP. 195510151979031002

Sekretaris : Drs. H. Ahmad Yani, M.Ag ( ………. )

NIP. 106404121994031004

Pembimbing I : Dr. H. Muhammad Taufiki,M.Ag ( ………. )

NIP. 196511191998031002

Pembimbing II : Hotnidah Nasution,S.Ag.,MA (..……… )

NIP. 19706301997032002

Penguji I : Dr. Hendra Kholid, MA (.………. )

Penguji II : Drs. H. Martono, MM (………. )


(5)

berbentuk seperti batangan pipih atau batubata, dimana kadar emasnya adalah 22 atau 24 karat, atau apabila dalam persentase adalah 95% dan 99%. Jenis emas ini adalah yang terbaik untuk investasi karena dimana pun dan kapan pun ingin menjualnya, nilainya akan sama. Nilai ini mengikuti standar internasional yang berlaku nilainya pada hari penjualan lagi.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar minat masyarakat terhadap jual-beli emas MULIA di Pegadaian Syariah cabang Cinere. Penelitian ini menggunakan metode analisa statistik deskriptif dan data penelitian ini didapat dari data wawancara dengan pimpinan cabang dan kuisioner serta menggunakan data sekunder dari literatur kepustakaan, buku-buku dan sumber lainnya yang relevan dengan skripsi ini.

Sebesar 74% dari 50 responden pada Pegadaian Syariah cabang Cinere tertarik dengan produk penjualan emas logam mulia, hal ini juga terlihat dari jumlah nasabah dan penjualan emas yang meningkat dari tahun ke tahun sejak produk tersebut diluncurkan hingga sekarang.


(6)

MOTTO

Jika engkau diwaktu sore maka janganlah engkau menunggu pagi Jika engkau diwaktu pagi maka janganlah engkau menunggu sore

Beramallah diwaktu sehatmu sebelum kamu sakit Beramallah diwaktu hidupmu sebelum kamu mati

( HR. Imam Bukhari )

Terlepas sudah dinamika hidupku di kampus tercinta UIN Syarif Hidayatullah dengan segala duka dan bahagianya. Duka saat kehilangan papah yang aku sayangi disaat perjalanan menyusun skripsi, dan bahagia sejak menjalani komitmen pernikahan bersama “papa” Oky tercinta sampai akhirnya mendapat anugerah buah cinta yang sedang kami rindukan….

Terimakasih kampusku…..Duka dan bahagiamu kembali menyadarkan hidupku bahwa Allah Yang Maha Kuasa memberikan cobaan dan kebahagiaan kepada manusia sebagai proses menuju kematangan hidup.

Karya kecil ini bukanlah akhir pencapaian tujuan hidupku melainkan hanya sebagai awal jejak langkahku menuju masa depan yang cerah dan penuh kebahagiaan..

Ku persembahkan kepada

• Keluarga besarku tercinta


(7)

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Illahi Rabbi yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Minat Masyarakat Terhadap Jual-Beli Emas di Pegadaian Syariah (Studi kasus Pada Pegadaian Syariah Cabang cinere)”. Penulis menyadari bahwa dalam mewujudkan penelitian dan penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak sehingga pada kesempatan yang berbahagia ini hanya do’a dan ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM., selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Dr. Euis Amalia, M.Ag selaku Ketua Program Studi Muamalat, Bapak Dr. Djawahir Hejazziey., SH., MA selaku Koordinator Teknis Program Non Reguler dan Bapak Drs. H. Ahmad Yani, M.Ag selaku Sekretaris Koordinator Teknis Program Non Reguler.

3. Dr. H. Muhammad Taufiki,M.Ag, selaku dosen pembimbing I dan Ibu

Hotnidah Nasution,S.Ag.,MA, selaku dosen pembimbing II, yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis hingga selesainya penulisan skripsi ini. 


(8)

4. Bapak Nawiri,SE selaku Kepala Kantor Pegadaian Syariah cabang Cinere dan para Staf, atas segala bantuannya kepada penulis dalam proses penyelesaian penelitian di Pegadaian Syariah cabang Cinere.

5. Para Dosen, Staf dan Civitas Akademika, atas segala bantuannya kepada penulis langsung atau tidak langsung dalam proses penyelesaian studi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Keluarga besarku tercinta yang telah mendukung dan memberi semangat serta doa yang tulus kepada penulis.

7. Suamiku tercinta, “papa” Oky Danang Sukoco ST yang senantiasa mendampingi saat penelitian sampai penyelesaian skripsi ini.

8. Rekan-rekan seperjuangan SBC (PS B NR) yang telah memberi saran dan dukungan kepada penulis, semoga kita semua dapat menjadi orang-orang yang berguna bagi bangsa dan Negara kelak.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih kurang sempurna, oleh karenanya dengan segala kerendahan hati penulis senantiasa menantikan saran dan kritik membangun demi perbaikan dan penyempurnaan dimasa yang akan datang. Semoga skripsi ini bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi mereka yang memerlukannya. Amien.

Jakarta, 23 September 2010

DILA LARANTIKA


(9)

DAFTAR ISI x

BAB I PENDAHULUAN

A . Latar Belakang Masalah 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 4

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 5

D. Review Studi Terdahulu 6

E. Metodologi Penelitian 8

F. Teknik Penulisan 11

G. Sistematika Penulisan 11

BAB II LANDASAN TEORI

A. Minat 13

1. Pengertian Minat 13

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Minat

Beli Masyarakat 13

B. Jual Beli 14

1. Definisi Jual Beli 14

2. Rukun dan syarat Jual Beli 15

3. Jual Beli Bathil dan fasid 20


(10)

C. Tentang Pegadaian Syariah 22

1. Pengertian Gadai 22

2. Sejarah Pegadaian Syariah 23

3. Dasar Hukum Pegadaian Syariah 25

4. Mekanisme Pegadaian Syariah 28

5. Manfaat Gadai Syariah 33

BAB III DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN

A. Kegiatan Usaha Pegadaian Syariah 41

B. Sasaran dan strategi Perum Pegadaian 42

C. Produk Dan Jasa Pegadaian Syariah cabang Cinere 43

D. Struktur Organisasi 45

E. Sekilas Tentang Produk MULIA (Murabahah Logam

Mulia untuk Investasi Abadi) 46

F. Mekanisme dan Prosedur produk MULIA 47

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Profil Responden 49

B. Pengetahuan Nasabah terhadap Pegadaian Syariah 52 C. Sikap dan perilaku nasabah dalam berinvestasi 55 D. Minat nasabah terhadap produk MULIA pada

Pegadaian Syariah cabang Cinere 61

E. Analisis 65


(11)

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(12)

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah

Sistem ekonomi Islam merupakan suatu rahmat yang tak ternilai bagi umat manusia. Apabila sistem tersebut dilaksanakan secara menyeluruh dan sesuai dengan ajarannya, maka sistem ini akan menjadi sarana yang sangat berguna, adil, dan rasional bagi kemajuan ekonomi masyarakat. Namun demikian, demi suksesnya pengoperasian sistem ini, maka mutlak diperlukan landasan ajaran dan ideologi Islam. Pengoperasian sistem ini mempunyai hubungan yang erat dengan ajaran agama, ideologi dan budaya Islam sehingga tidak boleh terpisahkan dari landasan agama. Banyak sekali keuntungan yang akan dipetik masyarakat apabila mau mengadopsi sistem ini secara keseluruhan dalam konteks yang lebih luas.

Islam memandang penting persoalan ekonomi, hal ini dikarenakan ekonomi merupakan bagian dari kehidupan manusia yang tidak dapat dipisahkan, namun bukanlah tujuan akhir dari kehidupan ini melainkan sebagai sarana mencapai tujuan yang lebih tinggi. Hal ini dikemukakan oleh Imam Ghazali bahwa pencarian nafkah kehidupan dunia (kegiatan perekonomian) merupakan sarana menuju kehidupan


(13)

akhirat. Maka dunia ini sesungguhnya adalah ladang akhirat sekaligus juga sebagai wacana yang mencapaikan kesana.1

Perkembangan produk-produk berbasis syariah kian marak di Indonesia, tidak terkecuali pegadaian. Perum pegadaian mengeluarkan produk berbasis syariah yang disebut dengan pegadaian syariah. Pada dasarnya, produk-produk berbasis syariah memiliki karakteristik seperti, tidak memungut bunga dalam berbagai bentuk karena riba, menetapkan uang sebagai alat tukar bukan sebagai komoditas yang diperdagangkan, dan melakukan bisnis untuk memperoleh imbalan atas jasa dan atau bagI hasil. Pegadaian syariah atau dikenal dengan istilah rahn, dalam pengoperasiannya menggunakan metode Fee Based Income (FBI) atau Mudharobah (bagi hasil). Karena nasabah dalam mempergunakan marhumbih (UP) mempunyai tujuan yang berbeda-beda misalnya untuk konsumsi, membayar uang sekolah atau tambahan modal kerja, penggunaan metode Mudharobah belum tepat pemakaiannya. Oleh karenanya, pegadaian menggunakan metode Fee Based Income (FBI).

Dalam perkembangannya Perum Pegadaian telah banyak berjasa dan ikut andil yang besar dalam membina kesejahteraan masyarakat, disamping itu peranan pegadaian juga sangat diperlukan dalam rangka mendorong kegiatan pembangunan, ini sesuai dengan peraturan pemerintah No.10 tahun 1983 tentang sifat utama Badan Usaha Milik Negara (BUMN), bahwa Perusahaan Umum (Perum) disyaratkan berusaha dibidang penyediaan jasa bagi masyarakat, selain itu didalamnya juga mengandung misi pembangunan nasional yang artinya pembangunan manusia

      

1


(14)

3   

seutuhnya dan pembangunan seluruh rakyat Indonesia yang nantinya akan mewujudkan masyarakat adil dan makmur yang merata materil dan spiritual berdasarkan pencasila

Kehadiran pegadaian Syariah sangatlah dibutuhkan oleh masyarakat Indonesia saat ini, karena prinsip dan operasionalnya berdasarkan syariah Islam yang tentunya terlepas dari unsur Magrib (Maysir, Ghoror dan Riba). Hal itu juga diperkuat dengan keluarnya fatwa MUI yang baru-baru ini tentang pengharaman bunga pada bank karena termasuk riba, serta didukung oleh penduduk Indonesia yang mayoritas beragama Islam yang tentunya sangat menghendaki diterapkannya prinsip-prinsip syariat Islam dalam berbagai transaksi atau muamalat untuk memenuhi segala kebutuhannya.

Seperti kita ketahui, emas mempunyai berbagai aspek yang menyentuh kebutuhan manusia. Emas juga mempuyai manfaat emosial untuk dinikmati keindahannya. Sudah Ada kesepakatan budaya secara global bahwa emas adalah logam mulia dengan nilai estetis yang tinggi. Nilai keindahannya berpadu dengan harganya yang menarik sehingga jadilah emas sebagai sarana untuk mengekspresi diri, emas telah menjadi simbol status di berbagai sub-kultur di Indonesia.

Ada salah satu produk investasi yang ditawarkan oleh pegadaian syariah, yaitu MULIA (Murabahah Emas Logam Mulia Investasi Abadi), sejak 2008. Yaitu pegadaian memfasilitasi jual beli emas batangan. Bisa dengan cara cash ataupun credit/dicicil dengan maksimal 36 bulan.Logam Mulia atau emas mempunyai berbagai aspek yang menyentuh kebutuhan manusia disamping memiliki nilai estetis


(15)

yang tinggi juga merupakan jenis investasi yang nilainya stabil, likuid, dan aman secara riil.2

Sebuah penelitian tidak terlepas dari permasalahan sehingga perlu kiranya masalah tersebut untuk diteliti, dianalisis dan dipecahkan.Dari latar belakang yang telah dipaparkan, maka diperlukan suatu kajian mendalam untuk mengetahui bagaimana minat masyarakat terhadap pembelian emas pada pegadaian syariah. Maka penulis mencoba mencari data emas yang terjual di Cinere dan mencari informasi dari beberapa orang nasabah untuk menelitinya dalam sebuah skripsi yang berjudul:

“Minat Masyarakat Terhadap Jual Beli Emas Pada Pegadaian Syariah. (studi penelitian pada Pegadaian Syariah cabang Cinere”.

B. PEMBATASAN DAN PERUMUSAN MASALAH

1. Perumusan Masalah

Perumusan Masalah yang akan penulis rumuskan dalam beberapa pertanyaan sebagai berikut:

a. Seberapa besar minat nasabah terhadap jual beli emas di pegadaian syariah? b. Apakah pengetahuan nasabah tentang produk MULIA dapat mempengaruhi

nasabah tersebut untuk membeli emas dipegadaian syariah?

      

2


(16)

5   

2. Pembatasan Masalah

Agar permasalahan dalam penelitian skripsi ini tidak meluas, maka penulis memfokuskan dan membatasi masalah pada bagaimana minat nasabah, khususnya nasabah pegadaian Cinere terhadap pembelian emas pada pegadaian syariah serta faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi nasabah terhadap jual beli emas pada pegadaian syariah tersebut, serta ketentuan apa yang dijadikan standar penjualan emas dalam Pegadaian Syariah.

C. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

Tujuan penulisan skripsi dengan tema diatas antara lain:

1. Untuk mengetahui minat masyarakat terhadap penjualan emas di pegadaian syariah

2. Untuk mengetahui faktor-faktor apa yang mempengaruhi masyarakat tersebut dalam pembelian emas di pegadaian syariah tersebut.

3. Untuk mengetahui ketentuan apa yang dijadikan standar penjualan emas dalam pegadaian syariah.

Manfaat dari penelitian ini antara lain: 1. Bagi Akademisi

Sebagai media pengembangan ilmu pengetahuan mengenai produk pegadaian syariah yang dipelajari dalam perkuliahan dan dapat di terapkan pada perusahaan yang diteliti oleh penulis, Bagi pihak lain


(17)

Sebagai bahan yang bermanfaat untuk menambah pengetahuan tentang jual beli emas di pegadaian syariah dan dapat digunakan sebagai bahan perbandingan bagi yang tertarik sehingga dapat dikembangkan lebih lanjut. Dan semoga bermanfaat untuk memperkaya khasanah kepustakaan khususnya pada bidang yang penulis teliti

2. Bagi Praktisi

Sebagai inovasi produk bagi lembaga Pegadaian Syariah untuk meningkatkan pangsa pasar dan sebagai sarana pemberdayaan manusia dalam pembangunan negara dimasa mendatang.

3. Bagi Masyarakat

Agar masyarakat dapat mengetahui tentang produk investasi emas MULIA di Pegadaian Syariah dan tertarik untuk membeli produk tersebut.

D. REVIEW STUDI TERDAHULU

Untuk menghindari penelitian dengan objek yang sama, maka diperlukan kajian-kajian tedahulu. Terdapat beberapa penelitian yang telah dilakukan mengenai fenomene yang berkaitan dengan penelitian yang akan penulis angkat, antara lain:

1. Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pelelangan Gadai Emas Pada Pegadaian Syariah cabang Dewi Sartika Cawang – Raden Enen Rosana Manggung (FSH/Muamalat – Perbankan Syariah, 2006)

Skripsi ini membahas tentang pelaksanaan Gadai syariah dalam Kajian Hukum Islam. Skripsi ini merupakan penelitian kualitatif yang menjelaskan tentang


(18)

7   

pelaksanaan, Gadai Syariah (Rahn) di perusahaan Umum (Perum) pegadaian Syariah cab. Dewi Sartika serta macam-macam barang jaminan di pegadaian tersebut

2. Penjaminan Barang Gadai dalam Perspektif Islam dan Aplikasinya pada Bank Syariah – Livia (FSH/ Muamalat – Perbankan Syariah, 2005)

Skripsi ini membahas tentang penjaminan barang pegadaian yang diterapkan oleh Bank BNI syariah serta faktor-faktor yang mendukung dan menghambat dalam aplikasi Bank BNI Syariah

3. Tinjauan Hukum Islam dan Hukum Positif Terhadap Jaminan di Pegadaian Syariah (Studi pada Pegadaian Syariah cabang Pondok Aren Tangerang-Banten) – Elis Nuryani (FSH/Muamalat Perbankan Syariah, 2006).

Skripsi ini membahas tentang praktek jaminan pada pegadaian Syariah serta tinjauan hukum Islam terhadap jaminan di pegadaian syariah. Skripsi ini juga membahas tentang persamaan dan perbedaan antara hukum Islam dan hukum Positif tentang praktek jaminan dipegadaian syariah.

Dari beberapa review studi terdahulu yang penulis amati, dapat ditarik perbandingan bahwa skripsi tersebut diatas berbeda dengan yang penulis angkat karena skripsi yang penulis angkat lebih menitik beratkan kepada minat nasabah terhadap jual beli emas di pegadaian syariah serta faktor-faktor yang mempengaruhi nasabah tersebut dalam pembelian emas pada pegadaian syariah.


(19)

E. METODE PENELITIAN

1. Jenis dan sumber data

a. Data Primer

1) Observasi, dengan mengamati langsung ke tempat penelitian, yaitu Pegadaian Syariah cabang Cinere

2) Wawancara, mewawancarai beberapa orang terkait dengan tema yang penulis bahas.

3) Kuisioner, disebut pula angket atau self administrated quisioner adalah teknik pengumpulan data dengan cara mengirimkan suatu daftar pertanyaan kepada responden untuk diisi.3

b. Data Sekunder

1) Dokumentasi dari arsip atau data yang berhubungan dengan penelitian, dan data ini penulis peroleh dari pegadaian yang terkait.

2) Penelitian kepustakaan (library research) dari buku, artikel, karya ilmiah ataupun dari internet yang berkaitan dengan materi skripsi ini. 2. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah suatu proses atau cara pengambilan data yang di gunakan dalam penyusunan skripsi. Teknik pengumpulan data yang di gunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:

      

3

Sukandarrumidi, Metode Penelitian Petunjuk Praktis Untuk Peneliti Pemula. (Yogyakarta: UGM Press.2004).Cet.ke-2.Hlm.63 


(20)

9   

a. Metode angket (Questionary).

Metode angket ini di lakukan dengan mengajukan beberapa pertanyaan kepada responden dengan menggunakan jalan mengedarkan formulir pertanyaan untuk mendapatkan jawaban yang mendukung pertanyaan.

Tujuan pokok kuisioner adalah untuk (a) memperoleh informasi yang relevan dengan tujuan survey, dan (b) memperoleh informasi dengan reliabilitas dan validitas setinggi mungkin. Mengingat terbatasnya masalah yang dapat ditanyakan dalam kuisioner, maka senantiasa perlu diingat agar pertanyaan-pertanyaan memang langsung berkaitan dengan hipotesa dan tujuan penelitian tersebut.4

b. Dokumentasi (Documentary).

Merupakan penelitian dengan cara mengumpulkan catatan-catatan atau arsip-arsip yang ada di Pegadaian yang bersangkutan, yaitu Pegadaian Syariah cabang Cinere.

c. Wawancara (Interview).

Adalah metode pengumpulan data untuk mendapatkan informasi dengan cara bertanya secara langsung kepada pimpinan atau responden. Wawancara merupakan sarana penunjang dari angket, karena wawancara merupakan salah satu bagian dari survey yang dilakukan. Wawancara ini bertujuan untuk memperoleh data primer serta menggali informasi-informasi lain yang tidak dapat diperoleh melalui angket.

3. Populasi dan sampel

      

4

Singarimbun,Masri,Dkk. Metode Penelitian Survey. (Jakarta: LP3ES.1989). cet.kedelapan, Februari 2006.Hlm.175 


(21)

a. Populasi

Yang termasuk populasi dalam penelitian ini adalah seluruh nasabah Pegadaian Syariah cabang Cinere.

b. Sampel

Sampel adalah penarikan dari sebagian populasi untuk mewakili seluruh populasi.

Sebagai respondennya adalah para nasabah Pegadaian cabang cinere, dan bentuk pengambilanya menggunakan accidental sampling (pengambilan sampel secara kebetulan) yaitu anggota sampel yang diambil tidak direncanakan terlebih dahulu tapi didapatkan atau dijumpai secara tiba-tiba dan jumlah sampel yang akan diteliti sebanyak 50 responden.5

4. Teknik analisa data

Seluruh data yang penulis peroleh dari wawancara,angket, dan kepustakaan diseleksi dan disusun, setelah itu penulis melakukan klasifikasi data, yaitu menggolongkan data berdasarkan kategori tertentu. Setelah data yang ada diklasifikasikan lalu diadakan analisis data. Dalam hal ini data yang dikumpulkan penulis adalah kualitatif, kemudian diolah menjadi data kuantitatif. Maka teknik yang digunakan adalah metode analisa statistic deskriptif yang akan disajikan dalam bentuk uraian dan tabel.

      

5

Sukandarrumi,MetodologiPenelitian Petunjuk Praktis untuk Peneliti Pemula,(Yogyakarta:Gajah Mada University Press,2004).hlm.63. 


(22)

11   

Data yang telah terkumpul diperiksa kembali mengenai kelengkapan jawaban yang diterima, kejelasannya, konsistensi jawaban atau informasi yang biasa disebut editing. Kemudian dat tersebut ditabulasi, yakni disusun kedalam bentuk tabel dengan menggunakan statistik presentase sebagai berikut:

P = F / N x 100% P = F / N x 100%

Keterangan:

P = Besarnya persentase

F = Frekuensi (jumlah jawaban responden)

N = Jumlah responden6

F. TEKNIK PENULISAN

Tehnik penulisan skripsi ini sesuai dengan buku pedoman penulisan skripsi yang diterbitkan oleh Fakultas Syariah dan Hukum Tahun 2007

H. SISTEMATIKA PENULISAN

Untuk memudahkan pembaca dalam mengikuti materi yang akan dibahas, maka penulis paparkan garis besar isi tiap-tiap bab dibawah ini:

BAB I Pendahuluan, menjelaskan mengenai latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, kajian pustaka, kerangka teori dan kerangka konsep serta sistematika penulisan.

      

6

Anas sarjona,Pengantar Statistik Pendidikan. (Jakarta:PT.Grafindo Persada,1997). cet. Ke-8 hlm.40. 


(23)

BAB II Landasan Teori, bab ini menjelaskan mengenai landasan teori yang digunakan dalam pembahasan permasalahan seputar pegadaian syariah serta jual beli dan minatnya yang mencakup definisi, dasar hukum, akad-akad dan operasinya dan juga menjelaskan tentang emas serta kegunaannya.

BAB III Deskripsi objek penelitian, dalam bab ini akan dipaparkan tentang objek yang diteliti, sejarah perkembangan lembaga tersebut, profil, visi misi, struktur organisasi dan manajemennya, serta produk dan jasa gold counter yang dikeluarkan manajemen.

BAB IV Analisis pembahasan, bab ini mengupas tentang seberapa besar minat nasabah terhadap jual beli emas dipegadaian syariah cabang Cinere. Selain itu juga akan dibahas mengenai pemahaman nasabah tersebut tentang konsep jual beli emas di pegadaian syariah.

BAB V Penutup, bab terakhir merupakan kesimpulan serta saran yang dapat diambil dari hasil penelitian ini sehingga dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan terutama pihak perusahaan dalam mengukur kemampuan dirinya memasarkan produk pegadaian dengan konsep syariah.


(24)

BAB II

LANDASAN TEORI

A.

Minat

1. Pengertian Minat

minat merupakan perangkat mental yang menggerakkan individu dalam memilih sesuatu. Timbulnya minat terhadap suatu objek ini ditandai dengan adanya rasa senang atau tertarik. Jadi boleh dikatakan orang yang berminat terhadap sesuatu maka seseorang tersebut akan merasa senang atau tertarik terhadap objek yang diminati tersebut.1

2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Minat Beli Masyarakat

Minat beli dapat ditingkatkan dengan memperhatikan beberapa faktor, antara lain:

1. Faktor psikis yang merupakan faktor pendorong dari dalam diri konsumen, yaitu motivasi, persepsi, pengetahuan, keyakinan dan sikap

2. Selain itu faktor sosial yang merupakan proses dimana perilaku seseorang

dipengaruhi oleh keluarga, status sosial dan kelompok acuan, kemudian pemberdayaan bauran pemasaran yang terdiri dari produk, harga, promosi dan juga distribusi

      

1

Kutipan skripsi “Survei Minat siswa Terhadap Pelajaran pendidikan Jasmani pada SD Negeri Temanggal Kecamatan Tempuran Kabupaten Magelang Tahun 2007” oleh: Wahyudati 


(25)

Perilaku konsumen pasca pembelian sangat penting bagi perusahaan. Perilaku konsumen dapat mempengaruhi ucapan-ucapan mereka kepada pihak lain tentang produk perusahaan. Bagi semua perusahaan baik yang menjual produk maupun jasa, perilaku konsumen pasca pembelian akan mempengaruhi minat konsumen untuk membeli lagi produk atau jasa perusahaan tersebut. Ada kemungkinan konsumen tidak akan membeli produk atau jasa perusahaan lagi setelah merasakan ketidaksesuaian kualitas produk atau jasa yang didapatkan dengan keinginan atau apa yang digambarkan sebelumnya.2

B.

Jual Beli

1. Definisi Jual Beli

Secara bahasa al-bai’ (menjual) berarti “mempertukarkan sesuatu dengan sesuatu”. Ia merupakan sebuah nama yang mencakup pengertian terhadap kebalikannya yakni al-Syira (membeli). Demikianlah al-bai’ sering diterjemahkan dengan jual-beli.

Secara etimologis, jual beli berarti menukar harta dengan harta. Sedangkan, secara terminologi, jual beli memiliki arti penukaran selain dengan fasilitas dan kenikmatan3

      

2

http://www.skripsi-tesis.com/06/15/analisis-faktor-faktor-yang-mempengaruhi-minat-dan-perilaku-membeli-konsumen-studi-kasus-pada-pt-ultrajaya-pdf-doc.htm. Diakses tanggal 24 september 2010.

 

3


(26)

15   

Pengertian al-bai’ secara istilah, para fuqaha menyampaikan definisi berbeda-beda antara lain, sebagai berikut:

a. Menurut Fuqaha Hanafiyah:

Al-bai’ adalah: “Menukarkan harta dengan harta melalui tata cara tertentu, atau mempertukarkan sesuatu yang disenangi dengan sesuatu yang lain melalui tata cara tertentu yang dapat dipahami sebagai al-bai’,seperti melalui ijab dan ta’athi (saling menyerahkan)”.

b. Kemudian Imam Nawawi dalam al-Majmu’ menyampaikan definisi sebagai berikut:

Al-bai’ adalah: “Mempertukarkan harta dengan harta untuk tujuan pe-milikan”.

c. Sedangkan Ibnu Qudamah menyampaikan definisi sebagai berikut:

Al-bai’ adalah: “Mempertukarkan harta dengan harta dengan tujuan pemilikan dan penyerahan milik”

Dari definisi-definisi diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa Jual beli adalah suatu persetujuan dimana pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk menyerahkan suatu kebendaan, dan pihak yang lain untuk membayar harga yang telah dijanjikan.4

      

4

Widjaja Gunawan,kartini,Muljadi.Jual Beli, (Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada,2004),Cet.2, hlm.7

 


(27)

2. Rukun dan syarat Jual Beli

Rukun jual beli ada tiga, yaitu akad (ijab qabul), orang-orang yang berakad (penjual dan pembeli) dan ma’kud alaih (objek akad).5

Rukun jual-beli menurut fuqaha Hanafiyah adalah ijab dan qabul yang menunjuk kepada saling menukarkan, atau dalam bentuk lain yang dapat menggantikannya. Sedangkan menurut jumhur fuqaha rukun jual beli ada empat: pihak penjual, pihak pembeli, shighat jual beli dan objek jual-beli6

a. Syarat Jual-Beli Menurut Mazhab Hanafiyah

Menurut ulama Hanfiyah terdapat empat macam syarat yang harus terpenuhi dalam jual beli, antara lain:

(1) Syarat in’aqad,

(2) Syarat Shihhah,

(3) Syarat Nafadz

(4) Syarat Luzum.

      

5

Suhendi, Hendi, Fiqh Muamalah, (Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada,2007), hlm.70 

6

Gufron A.Mas’adi A, Fiqh Muamalah Konstektual, .(Jakarta: PT.Grafindo Persada,2002)Ed.1.,Cet.1,hlm.121 


(28)

17   

Adapun Syarat in ‘Aqad terdiri dari:

1. Yang berkenaan dengan ‘aqid: harus cakap bertindak hukum.

2. Yang berkenaan dengan akadnya sendiri: (a) adanya persesuaian antara ijab dan qabul, (b) Berlangsung dalam majlis akad.

3. Yang berkenaan dengan objek jual-beli: (a) barangnya ada, (b) berupa mal mutaqawwin, (c) Milik sendiri, dan (d) dapat diserahterimakan ketika akad

Kemudian Syarat Shihah

Syarat shihah yang bersifat umum adalah: bahwasanya jual-beli tersebut tidak mengandung salah satu dari enam unsur yang merusaknya,yakni: jihalah (ketidakjelasan), ikrah (paksaan), tauqit (pembatasan waktu), gharar (tipu-daya), dhatar (aniaya) dan persyaratan yang merugikan pihak lain.

Adapun syarat shihah yang bersifat khusus adalah: (a) penyerahan dalam hal jual beli benda bergerak, (b) kejelasan mengenai harga pokok dalam hal bai’ al-murabahah,(c) terpenuhi sejumlah kriteria dalam hal bai’ ul salam, (d) tidak mengandung unsur riba dalam jual beli harta ribawi.

Untuk Syarat Nafadz

Syarat Nafadz ada dua: (a) adanya unsure milkiyah atau wilayah,(b) Bendanya yang diperjual belikan tidak mengandung hak orang lain.


(29)

Sedangkan Syarat Luzum

Yakni tidak adanya hak khiyar yang memberikan pilihan kepada masing-masing pihak antara membatalkan atau meneruskan jual beli.

b. Syarat Jual-Beli Menurut Mazhab Malikiyah7

Fuqaha Malikiyah merumuskan tiga macam syarat jual-beli: berkaitan dengan aqid, berkaitan dengan sighat dan syarat yang berkaitan dengan objek jual-beli.

Syarat yang berkaitan dengan aqid: (a) mumayyiz,(b) cakap hukum,(c) berakal sehat, (d) pemilik barang.

Syarat yang berkaitan dengan sighat: (a) dilaksanakan dalam satu majlis, (b) antara ijab dan qabul tidak terputus.

Syarat yang berkaitan dengan objeknya: (a) tidak dilarang oleh syara’, (b) suci, (c) bermanfaat, (d)diketahui oleh ‘aqid, (e) dapat diserahterimakan

c. Syarat jual-beli Menurut mazhab Syafi’iyah8

Syarat yang berkaitan dengan ‘Aqid: (a) al-rusyd, yakni baligh, berakal, dan cakap hukum, (b) tidak dipaksa,(c) Islam,dalam hal jual beli Mushaf dan kitab hadis,(d) tidak kafir harbi dalam hal jual beli peralatan perang.

      

7

Ibid hlm.123

 

8


(30)

19   

Fuqaha Syafi’iyah mengelompokkan persyaratan yang berkaitan dengan ijab-qabul dan yang berkaitan dengan objek jual-beli.

Pertama adalah syarat yang berkaitan dengan ijab-qabul atau shighat akad:

1. Berupa percakapan dua pihak

2. Pihak pertama menyatakan barang dan harganya

3. Qabul dinyatakan oleh pihak kedua

4. Antara ijab dan qabul tidak terputus dengan percakapan lain

5. Kalimat qabul tidak berubah dengan qabul yang baru

6. Terdapat kesesuaian antara ijab dan qabul

7. Shighat akad tidak digantungkan dengan sesuatu yang lain

8. Tidak dibatasi dalam periode waktu tertentu

Kedua adalah syarat yang berkaitan dengan objek jual-beli:

1. Harus suci

2. Dapat diserahterimakan

3. Dapat dimanfaatkan secara syara’

4. Hak milik sendiri atau milik orang lain dengan kuasa atasnya


(31)

5. Berupa materi dan sifat-sifatnya dapat dinyatakan secara jelas.

d. Syarat Jual-Beli menurut Mazhab Hanabilah9

Fuqaha Hanabilah merumuskan dua kategori persyaratan: yang berkaitan dengan’aqid (para pihak) dan yang berkaitan dengan shighat dan yang berkaitan dengan jual-beli.

a. Syarat yang berkaitan dengan para pihak:

1. Baligh dan berakal sehat kecuali dalam jual-beli barang-barang yang ringan

2. Ada kerelaan

b. Adapun Syarat yang berkaitan dengan shighat:

1. Berlangsung dalam satu majlis

2. Antara ijab dan Kabul tidak terputus

3. Akadnya tidak dibatasi dengan periode waktu tertentu

c. Kemudian Syarat yang berkaitan dengan objek:

1. Berupa mal (harta)

2. Harta tersebut milik para pihak

3. Dapat diserahterimakan

      


(32)

21   

4. Dinyatakan secara jelas oleh para pihak

5. Harga dinyatakan secara jelas

6. Tidak ada halangan syara.

3. Jual Beli Bathil dan fasid

Apakah suatu akad jual beli secara syara’ sah atau tidak sah tergantung pada pemenuhan syarat dan rukunnya. Dari sudut pandangan ini jumhur fuqaha membagi hukum jual beli menjadi dua: (1) shahih, (2) ghairu shahih. Jual beli yang memenuhi syarat dan rukunnya adalah shahih, sedangkan jual beli yang tidak memenuhi syarat dan rukunnya adalah ghairu shahih.

Fuqaha Hanafiyah membedakan akad jual-beli menjadi tiga: (1) shahih, (2) bathil, (3) fasid. Demikianlah mereka membedakan ghairu shahih menjadi dua, yakni bathil dan fasid. Menurut fuqaha Hanafiyah jual beli yang bathil adalah jual beli yang tidak memenuhi rukun dan tidak diperkenankan oleh syara’. Jual beli bathil ini sama sekali tidak menimbulkan akibat hukum peralihan hak milik dan tidak menimbulkan hak dan kewajiban masing-masing pihak. Sedangkan jual beli fasid menurut mereka adalah jual beli yang secara prinsip tidak bertentangan dengan syara’ namun terdapat sifat-sifat tertentu yang menghalangi keabsahannya.


(33)

4. Pembagian macam-macam Jual-Beli

Jual beli dapat ditinjau dari beberapa segi. Ditinjau dari segi hukumnya, jual beli ada dua macam, jual beli yang sah menurut hukum dan batal menurut hukum, dari segi objek jual beli dan segi pelaku jual beli10

Dari aspek objeknya jual-beli dibedakan menjadi empat macam:11

a. Bai’ al-Muqayadhah, atau bai’ al-ain bil’ain, yakni jual-beli barang dengan barang yang lazim disebut jual beli barter, seperti menjual hewan dengan gandum

b. Bai’ al-Muthlaq, atau bai’al-‘ain bil-dain, yakni jual beli barang dengan barang lain secara tangguh atau menjual barang dengan tsaman secara mutlaq, seperti dirham, rupiah, atau dolar.

c. Bai’ al-sharf atau bai’ al-dain bil dain, yakni menjual belikan tsaman (alat pembayaran) dengan tsaman lainnya, seperti dinar, dirham, dolar, atau alat-alat pembayaran lainnya yang berlaku secara umum.

d. Bai’al-salam, atau bai’ al-dain bil-‘ain. Dalam hal ini barang yang diakadkan bukan berfungsi sebagai mabi’ melainkan berupa dain (tanggungan) sedangkan uang yang dibayarkan sebagai tsaman, bisa jadi berupa ‘ain dan

      

10

 Suhendi, Hendi, Fiqh Muamalah, (Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada,2007), hlm.75

 

11

Gufron ,A.Mas’adi .Fiqh Muamalah Konstektual, .(Jakarta: PT.Grafindo Persada,2002)Ed.1.,Cet.1,hlm.141 


(34)

23   

bisa jadi berupa dain namun harus diserahkan sebelum keduanya berpisah.oleh karena itu tsaman dalam akad salam berlaku sebagai ‘ain.

C.

Tentang Pegadaian Syariah

1. Pengertian Gadai

Gadai menurut kamus istilah fiqih adalah suatu akad (perjanjian) utang piutang (uang) dengan jaminan suatu barang sebagai penguat (jaminan) kepercayaan utang piutang tersebut. Nilai barang yang digadaikan lebih rendah dari yang semestinya, sehingga apabila hutamg itu tidak terbayar, maka barangnya bisa dijadikan sebagai tebusannya12

Gadai dalam bahasa arab disebut Ar-rahn. Secara etimologi, Ar-rahn adalah tetap dan lestari, seperti juga dinamai Al-Habsu, artinya: Penahanan. Seperti juga dikatakan Ni’matun Rahinah, artinya: karunia yang tetap dan lestari.

Secara etimologi, kata al-rahn berarti tetap, kekal, dan jaminan.Akad al-rahn dalam istilah hukum positif disebut dengan barang jaminan/agunan.13

Ulama mandefinisikannya dengan: Harta yang dijadikan pemiliknya sebagai jaminan hutang yang bersifat mengikat. Adapun yang dijadikan barang agunan bukan saja bersifat materi, tetapi juga yang bersifat manfaat. Benda yang dijadikan barang

      

12

M.Abdul Mujieb Mabruri Tholhah Syafi’ah AM. Kamus Istilah Fiqh, Jakarta: PT.Pustaka Firdaus,1994) Cet.1

 

13

AH Azharudin Lathief,fiqh muamalat, UIN Jakarta press,Jakarta 2005, hlm.154 


(35)

jaminan (agunan) tidak harus diserahkan secara aktual, tetapi boleh juga penyerahannya secara hukum.

Ada beberapa definisi Al-Rahn yang dikemukakan para ulama fiqh sebagai berikut:

Ulama Hanafiyah mendefinisikannya dengan: menjadikan sesuatu (barang)sebagai jaminan terhadap hak (piutang) yang mungkin dijadikan sebagai pembayar hak (piutang) itu, baik seluruhnya maupun sebagian.

Sedangkan ulama Syafi’iyah dan Hanabilah mendefinisikan ar-rahn dengan: menjadikan materi (barang) sebagai jaminan utang, yang dapat dijadikan pembayar utang apabila orang yang berutang tidak bisa membayar utang itu.

Definisi ini mengandung pengertian bahwa barang yang boleh dijadikan jaminan (agunan) utang itu hanya yang bersifat materi, tidak termasuk manfaat yang sebagaimana dikemukakan ulama malikiyah. Barang jaminan itu boleh dijual apabila dalam waktu yang disepakati kedua belah pihak, utang tidak dilunasi. Oleh sebab itu, hak pemberi piutang hanya terkait dengan barang jaminan, apabila orang yang berutang tidak mampu melunasi utangnya.

Para ulama fiqh mengemukakan bahwa akad Al-Rahn dibolehkan dalam Islam berdasarkan Al-Qur’an dan sunah rasul. Dalam surat Al-Baqarah, 2:283 Mereka sepakat menyatakan bahwa al-rahn boleh dilakukan dalam perjalanan ataupun tidak, asalkan barang jaminan itu bisa langsung dikuasai (al-qabdh) secara hukum oleh


(36)

25   

pemberi piutang. Ar-rahn dibolehkan, karena banyak kemaslahatan yang terkandung didalamnya dalam rangka hubungan antar sesama manusia.

2. Sejarah Pegadaian Syariah

Terbitnya PP/10 tanggal 1 April 1990 dapat dikatakan menjadi tonggak awal kebangkitan Pegadaian, satu hal yang perlu dicermati bahwa PP/10 menegaskan misi yang harus diemban oleh Pegadaian untuk mencegah praktik riba, misi ini tidak berubah hingga terbitnya PP/103/2000 yang dijadikan sebagai landasan kegiatan usaha Perum Pegadaian sampai sekarang. Banyak pihak berpendapat bahwa operasionalisasi Pegadaian pra Fatwa MUI tanggal 16 Desember 2003 tentang Bunga Bank, telah sesuai dengan konsep syariah meskipun harus diakui belakangan bahwa terdapat beberapa aspek yang menepis anggapan itu. Berkat Rahmat Allah SWT dan setelah melalui kajian panjang, akhirnya disusunlah suatu konsep pendirian unit Layanan Gadai Syariah sebagai langkah awal pembentukan divisi khusus yang menangani kegiatan usaha syariah.14

Konsep operasi Pegadaian syariah mengacu pada sistem administrasi modern yaitu azas rasionalitas, efisiensi dan efektifitas yang diselaraskan dengan nilai Islam. Fungsi operasi Pegadaian Syariah itu sendiri dijalankan oleh kantor-kantor Cabang Pegadaian Syariah/ Unit Layanan Gadai Syariah (ULGS) sebagai satu unit organisasi di bawah binaan Divisi Usaha Lain Perum Pegadaian. ULGS ini merupakan unit

      

14

 ulgs.tripod.com “Artikel Ari Agung Nugraha” diakses tanggal 13 juli 2010 


(37)

bisnis mandiri yang secara struktural terpisah pengelolaannya dari usaha gadai konvensional. Pegadaian Syariah pertama kali berdiri di Jakarta dengan nama Unit Layanan Gadai Syariah ( ULGS) Cabang Dewi Sartika di bulan Januari tahun 2003. Menyusul kemudian pendirian ULGS di Surabaya, Makasar, Semarang, Surakarta, dan Yogyakarta di tahun yang sama hingga September 2003. Masih di tahun yang sama pula, 4 Kantor Cabang Pegadaian di Aceh dikonversi menjadi Pegadaian Syariah.15 

3. Dasar Hukum Pegadaian Syariah 

Sebagaimana halnya instritusi yang berlabel syariah, maka landasan konsep pegadaian Syariah juga mengacu kepada syariah Islam yang bersumber dari Al Quran dan Hadist Nabi SAW. Adapun landasan yang dipakai adalah :

a. Al-Quran Surat Al Baqarah : 283

      

15


(38)

27   

“Jika kamu dalam perjalanan (dan bermu'amalah tidak secara tunai) sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang (oleh yang berpiutang). Akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (hutangnya) dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya; dan janganlah kamu (para saksi) menyembunyikan persaksian. Dan barangsiapa yang menyembunyikannya, maka sesungguhnya ia adalah orang yang berdosa hatinya; dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”

b. Hadist

Al-Bukhari meriwayatkan dari Aisyah r.a.berkata:

نأ

ﺎﻬْ

ﷲا

ﺿر

ﺔ ﺋﺎ

ْ

دﻮْﺳﻷْا

ْهاﺮْإ

ْ

ْ ﻷْا

ﺳو

ْ

ﷲا

ﻰ ﺻ

ا

:

هرو

أ

ﻰ إ

ﺎً ﺎ ﻃ

دْﻮﻬ

ْ

ىﺮ ْ إ

ْرد

)

ىرﺎﺨ ا

اور

(

”Dari A’masy, dari Ibrahim, dari Al-Aswad, dari Aisyah RA.Bahwa nabi Muhammad SAW membeli makanan dari orang yahudi dengan cara ditangguhkan pembayarannya kemudian Nabi menggadaikan baju besinya.16

Dari hadist diatas dapat dipahami bahwa agama Islam tidak membeda-bedakan antara orang muslim dan orang non-muslimdalam bidang muamalah, maka seorang muslim tetap wajib membayar utangnya sekalipun kepada non-muslim.17

      

16

  Al-Imam Al-Hafidh Abi Abdillah Muhammad bin Ismail Al-Bukhari, Shahih Bukhari, (Beirut,Maktabah Ashriyah,1997),jilid 2,hlm.643.

 

17

Suhendi, Hendi. Fiqh Muamalah.(PT.Raja Grafindo Persada,Jakarta 2007). 


(39)

Landasan ini kemudian diperkuat dengan Fatwa Dewan Syariah Nasional no 25/DSN-MUI/III/2002 tanggal 26 Juni 2002 yang menyatakan bahwa pinjaman dengan menggadaikan barang sebagai jaminan utang dalam bentuk rahn diperbolehkan dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Ketentuan Umum :18

1. Murtahin (penerima barang) mempunya hak untuk menahan Marhun (barang) sampai semua utang rahin (yang menyerahkan barang) dilunasi.

2. Marhun dan manfaatnya tetap menjadi milik Rahin. Pada prinsipnya marhun tidak boleh dimanfaatkan oleh murtahin kecuali seizin Rahin, dengan tidak mengurangi nilai marhun dan pemanfaatannya itu sekedar pengganti biaya pemeliharaan perawatannya.

3. Pemeliharaan dan penyimpanan marhun pada dasarnya menjadi kewajiban rahin, namun dapat dilakukan juga oleh murtahin, sedangkan biaya dan pemeliharaan penyimpanan tetap menjadi kewajiban rahin.

4. Besar biaya administrasi dan penyimpanan marhun tidak boleh ditentukan berdasarkan jumlah pinjaman.

5. Penjualan marhun, yaitu:

a. Apabila jatuh tempo, murtahin harus memperingatkan rahin untuk segera melunasi utangnya.

      

18


(40)

29   

b. Apabila rahin tetap tidak melunasi utangnya, maka marhun dijual paksa/dieksekusi.

c. Hasil Penjualan Marhun digunakan untuk melunasi utang, biaya pemeliharaan dan penyimpanan yang belum dibayar serta biaya penjualan.

d. Kelebihan hasil penjualan menjadi milik rahin dan kekurangannya menjadi kewajiban rahin.

b. Ketentuan Penutup19

1. Jika salah satu pihak tidak dapat menunaikan kewajibannya atau jika terjadi perselisihan diantara kedua belah pihak, maka penyelesaiannya dilakukan melalui Badan Arbritase Syariah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah.

2. Fatwa ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan jika di kemudian hari terdapat kekeliruan akan diubah dan disempurnakan sebagai mana mestinya.

4. Mekanisme Pegadaian Syariah

Implementasi operasi Pegadaian Syariah hampir bermiripan dengan Pegadaian konvensional. Seperti halnya Pegadaian konvensional , Pegadaian Syariah juga

      

19

Rodoni,Ahmad.Investasi Syariah.(Lembaga Penelitian UIN Jakarta 2009),hlm.191

 


(41)

menyalurkan uang pinjaman dengan jaminan barang bergerak.Prosedur untuk memperoleh kredit gadai syariah sangat sederhana, masyarakat hanya menunjukkan bukti identitas diri dan barang bergerak sebagai jaminan, uang pinjaman dapat diperoleh dalam waktu yang tidak relatif lama (kurang lebih 15 menit saja). Begitupun untuk melunasi pinjaman, nasabah cukup dengan menyerahkan sejumlah uang dan surat bukti rahn saja dengan waktu proses yang juga singkat.20 Di samping beberapa kemiripan dari beberapa segi, jika ditinjau dari teknik transaksi; dan pendanaan, Pegadaian Syariah memilki ciri tersendiri yang implementasinya sangat berbeda dengan Pegadaian konvensional. Lebih jauh tentang aspek tersebut, akan dipaparkan dalam uraian berikut:21

a. Teknik Transaksi

Pada dasarnya Pegadaian Syariah berjalan di atas dua akad transaksi Syariah

yaitu:22 

1. Akad Rahn. Rahn yang dimaksud adalah menahan harta milik si peminjam sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya, pihak yang menahan memperoleh jaminan untuk mengambil kembali seluruh atau sebagian piutangnya. Dengan akad ini Pegadaian menahan barang bergerak sebagai jaminan atas utang nasabah.

      

20

 Rodoni,Ahmad.Investasi Syariah.(Lembaga Penelitian UIN Jakarta 2009),hlm.185

 

21 

ulgs.tripod.com “Artikel Ari Agung Nugraha” diakses tanggal 13 juli 2010

 

22


(42)

31   

2. Akad Ijarah. Yaitu akad pemindahan hak guna atas barang dan atau jasa melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan atas barangnya sendri. Melalui akad ini dimungkinkan bagi Pegadaian untuk menarik sewa atas penyimpanan barang bergerak milik nasabah yang telah melakukan akad.

Pegadaian Syariah akan memperoleh keutungan hanya dari bea sewa tempat yang dipungut bukan tambahan berupa bunga atau sewa modal yang diperhitungkan dari uang pinjaman.. Sehingga di sini dapat dikatakan proses pinjam meminjam uang hanya sebagai ‘lipstick’ yang akan menarik minat konsumen untuk menyimpan barangnya di Pegadaian.

Adapun ketentuan atau persyaratan yang menyertai akad tersebut meliputi:

1. Akad. Akad tidak mengandung syarat fasik/bathil seperti murtahin mensyaratkan barang jaminan dapat dimanfaatkan tanpa batas.

2. Marhun Bih (Pinjaman). Pinjaman merupakan hak yang wajib dikembalikan kepada murtahin dan bisa dilunasi dengan barang yang dirahnkan tersebut. Serta, pinjaman itu jelas dan tertentu.

3. Marhun (barang yang dirahnkan). Marhun bisa dijual dan nilainya seimbang dengan pinjaman, memiliki nilai, jelas ukurannya,milik sah penuh dari rahin, tidak terkait dengan hak orang lain, dan bisa diserahkan baik materi maupun manfaatnya.


(43)

4. Jumlah maksimum dana rahn dan nilai likuidasi barang yang dirahnkan serta jangka waktu rahn ditetapkan dalam prosedur.

5. Rahin dibebani jasa manajemen atas barang berupa: biaya asuransi,biaya penyimpanan,biaya keamanan, dan biaya pengelolaan serta administrasi.

Untuk dapat memperoleh layanan dari Pegadaian Syariah, masyarakat hanya cukup menyerahkan harta geraknya (emas, berlian, kendaraan, dan lain-lain) untuk dititipkan disertai dengan copy tanda pengenal. Kemudian staf Penaksir akan menentukan nilai taksiran barang bergerak tersebut yang akan dijadikan sebagai patokan perhitungan pengenaan sewa simpanan (jasa simpan) dan plafon uang pinjaman yang dapat diberikan. Taksiran barang ditentukan berdasarkan nilai intrinsik dan harga pasar yang telah ditetapkan oleh Perum Pegadaian. Maksimum uang pinjaman yang dapat diberikan adalah sebesar 90% dari nilai taksiran barang.23

Setelah melalui tahapan ini, Pegadaian syariah dan nasabah melakukan akad dengan kesepakatan:24

1. Jangka waktu penyimpanan barang dan pinjaman ditetapkan selama maksimum empat bulan .

      

23

 ulgs.tripod.com “Artikel Ari Agung Nugraha” diakses tanggal 13 juli 2010

 

24

Ibid.


(44)

33   

2. Nasabah bersedia membayar jasa simpan sebesar Rp.90,- (sembilan puluh rupiah) dari kelipatan taksiran Rp.10.000,- per 10 hari yang dibayar bersamaan pada saat melunasi pinjaman.

3. Membayar biaya administrasi yang besarnya ditetapkan oleh Pegadaian pada saat pencairan uang pinjaman.

Nasabah dalam hal ini diberikan kelonggaran untuk:25

1. melakukan penebusan barang/pelunasan pinjaman kapan pun sebelum jangka waktu empat bulan,

2. mengangsur uang pinjaman dengan membayar terlebih dahulu jasa simpan yang sudah berjalan ditambah bea administrasi,

3. atau hanya membayar jasa simpannya saja terlebih dahulu jika pada saat jatuh tempo nasabah belum mampu melunasi pinjaman uangnya.

Jika nasabah sudah tidak mampu melunasi hutang atau hanya membayar jasa simpan, maka Pegadaian Syariah melakukan eksekusi barang jaminan dengan cara dijual, selisih antara nilai penjualan dengan pokok pinjaman, jasa simpan dan pajak merupakan uang kelebihan yang menjadi hak nasabah. Nasabah diberi kesempatan selama satu tahun untuk mengambil Uang kelebihan, dan jika dalam satu tahun ternyata nasabah tidak mengambil uang tersebut, Pegadaian Syariah akan menyerahkan uang kelebihan kepada Badan Amil Zakat sebagai ZIS.

      

25

Ibid. 


(45)

b. Pendanaan

Aspek syariah tidak hanya menyentuh bagian operasionalnya saja, pembiayaan kegiatan dan pendanaan bagi nasabah, harus diperoleh dari sumber yang benar-benar terbebas dari unsur riba. Dalam hal ini seluruh kegiatan pegadaian syariah termasuk dana yang kemudian disalurkan kepada nasabah, murni berasal dari modal sendiri ditambah dana pihak ketiga dari sumber yang dapat dipertanggungjawabkan. Pegadaaian telah melakukan kerjasama dengan lembaga keuangan syariah lain untuk memback up modal kerja.26

Dari uraian diatas dapat dicermati perbedaan yang cukup mendasar dari teknik transaksi pegadaian syariah dibandingkan dengan Pegadaian konvensional, yaitu

1. Di Pegadaian konvensional, tambahan yang harus dibayar oleh nasabah yang disebut sebagai sewa modal, dihitung dari nilai pinjaman

2. Pegadaian konvensional hanya melakukan satu akad perjanjian: hutang piutang dengan jaminan barang bergerak yang jika ditinjau dari aspek hukum konvensional, keberadaan barang jaminan dalam gadai bersifat acessoir, sehingga pegadaian konvensional bisa tidak melakukan penahanan barang

      

26


(46)

35   

jaminan atau dengan kata lain melakukan praktik fidusia. Berbeda dengan pegadaian syariah yang mensyaratkan secara mutlak keberadaan barang jaminan untuk membenarkan penarikan bea jasa simpan.

5. Manfaat Gadai

Para ulama fiqh sepakat mengatakan bahwa barang yang dijadikan barang jaminan tidak boleh dibiarkan begitu saja, tanpa menghasilkan sama sekali, karena tindakan itu termasuk tindakan yang menyia-nyiakan harta yang dilarang Rasulullah saw. Akan tetapi, bolehkah pihak pemegang barang jaminan memanfaatkan barang jaminan itu, sekalipun mendapat izin dari pemilik barang jaminan? Dalam hal ini terjadi perbedaan pemdapat para ulama.27

a. Pendapat Ulama Syafi’iyah

اْﻮ ﺎ

ﺔ ﺎ ا

:

ﻮه

ْ هاﺮ ا

نْﻮهْﺮ ْا

ﺔ ْ

ْا

ﺎﺻ

,

عﺎ ْﻹْا

ﺪْ

ْﺮ

ﻻو

ﻬ ْﺮ ْا

ْ

نْﻮﻜ

نْﻮهْﺮ ْا

نأ

نْﻮهْﺮ ْﺎ

,

ْ ﻜ

ْ

ْنإ

عﺎ ْﻹْا

ةﺪ

هاﺮ

ﺔ ْﻮهْﺮ ْا

ْا

دﺮ

ﻬ ْﺮ ْا

ْ

هو

ﺎهرﺎ ْ ْ إ

.

ةدﺎ إ

ْﺄ

ْ

اذإ

ْ

ﺪﻬْ

ْ إ

نْﻮهْﺮ ْا

.

Artinya: “Manfaat yang diperoleh dari barang gadaian atau mengambil manfaat dengan barang gadaian, semuanya hak yang menggadaikan, walaupun barang gadaian itu dibawah tangan yang menerima gadai. Maka ketika diambil manfaat dari barang itu, dikembalikan dahulu kepada yang

      

27

Harun, Nasrun. Fiqh Muamalah.(Gaya Media Pratama ,Jakarta 2007).Hm.256.

 


(47)

menggadaikan, terkecuali kalau mungkin dihasilkan manfaatnya dibawah tangan yang menerima gadai. Jika yang menerima gadai tidak percaya akan dikembalikan lagi barang itu kepadanya, hendaklah diadakan saksi ketika dikembalikan sebentar itu.”28

Ulama Syafi’iyah berpendapat, sekalipun pemilik barang itu mengizinkannya, pemegang barang jaminan tidak boleh memanfaatkan barang jaminan itu. Karena apabila barang jaminan itu dimanfaatkan, maka hasil pemanfaatan itu merupakan riba yang dilarang syara’, sekalipun diizinkan dan di ridai pemilik barang. Bahkan menurut mereka, rida dan izin dalam hal ini lebih cenderung dalam keadaan terpaksa, karena khawatir tidak akan mendapatkan uang yang akan dipinjam itu.29

a. Pendapat Ulama Mazhab Imam Malik

Ulama Mazhab Imam Malik berpendapat bahwa penerima gadai tidak boleh menerima gadai, jika gadai itu terjadi disebabkan oleh qardh (hutang piutang). Sebagaimana dijelaskan dalam kitab Fiqh al Mu’amalat ‘ala Madzhab Imam Malik:

ﻮهو

ﺎً ْ

ﻰ إ

ىدﺆ

ضْﺮ

ﺔ ْ

طْﺮ

زْﻮ

ﻻو

ﺰﺋﺎ

ﺮْ

      

28

 Abdurrahman Al-Jaziri, Kitab Al Fiqh ‘Ala Mazahib Al Arabaah, (Beirut: Daar al Ihya al Turats al Arabi, 1991), Jilid 3,hlm.187

 

29

 Harun, Nasrun. Fiqh Muamalah.(Gaya Media Pratama ,Jakarta 2007).Hlm.257.


(48)

37   

Artinya: “Tidak boleh mensyaratkan pengambilan manfaat pada gadai qardh (hutang), karena akan menyebabkan pinjaman yang menarik manfaat, dan perbuatan seperti itu tidak boleh (dilarang)”.30

Mereka juga berpendapat bahwa penerima gadai boleh memanfaatkan barang gadai dengan syarat-syarat tertentu, mereka mengemukakan tiga syarat, yaitu:

1) Bahwa pinjaman itu dibayarkan tidak atas sifat qardh, tetapi untuk urusan dagang

Contohnya: Seorang menjual sebidang tanah kepada seseorang dengan harga yang akan dibayar dalam batas waktu tertentu dan menerima suatu tanggungan untuk harga tanah tersebut, (ini dianggap sebagai suatu pinjaman).

2) Bahwa faedah atau kegunaan itu dijadikan syarat sewaktu pinjaman dilakukan dengan pemegang gadai.

3) Waktu atau kegunaan yang demikian telah ditetapkan dengan jelas.31

b. Pendapat Ulama Mazhab Imam Ahmad bin Hanbal

      

30

 Hasan Kamil Al Mathluwi, Fiqh al Muamalat ‘ala Mazhab al Imam Malik, (Kairo: al-Majli al-A’la li asy-Syu’un al-Islamiyah,tth). Hlm.157

 

31

 Teungku Muhammad Hasbi As Siddieqi, Hukum-hukum Fiqh Islam, (Semarang: PT.Pustaka Rizki Putra,1997) Cet.Ke-1, hlm.371 


(49)

Ulama Mazhab Imam Ahmad bin Hanbal mengatakan:

نﺎآ

ْنﺈ

ناﻮ

ﺮْ

نْﻮﻜ

ْوأ

آْﺮ

ﺎًاﻮ

نْﻮﻜ

ﺎ إ

نْﻮهْﺮ ْا

ْﻮآﺮ

ْ

ْنأ

ﻬ ْﺮ ْ

ﺎًْﻮآْﺮ

ْوأ

ﺎًْﻮ ْ

هاﺮ ا

نْذإ

ﺮْ

و

ْ

قﺎ ْﻹْا

ﺮْﻈ

,

ﻚ ذ

لْﺪ ْا

ىﺮ

ْنأ

ْ و

.

Artinya: “barang gadaian dapat berupa hewan yang dapat ditunggangi atau dapat diperah susunya atau bukan berupa hewan, apabila barang berupa hewan tunggangan atau perahan maka penerima gadai boleh memanfaatkan dengan menunggang atau memerah susunya tanpa seizing dari pemiliknya (pemberi gadai) berdasarkan biaya yang telah dikeluarkan penerima gadai. Dan penerima gadai harus memanfaatkan barang gadaian dengan adil (sesuai dengan biaya yang dikeluarkan)”.32

Ulama Mazhab Hanbali juga membolehkan penerima gadai untuk memanfaatkan hewan yang tidak ditunggangi dan dan tidak diperah susunya dengan seizing pemberi gadai, tanpa adanya penggantian dengan ketentuan akad gadai bukan qardh. Tetapi jika akad tersebut berdasarkan qardh, maka penerima gadai dilarang memanfaatkan barang itu walaupun seizin pemberi gadai.

c. Pendapat Ulama Mazhab Imam Abu Hanifah

Ulama Mazhab Hanafi mengatakan:

      

32 

Al-Imam Al-Hafidh Abi Abdillah Muhammad bin Ismail Al-Bukhari, shahih Bukhari, (Beirut, Makhtabah Ashiriyah,1997), jilid 2, hlm. 757.


(50)

39   

زْﻮ

نْذﺈ

ﻻإ

ْﻮ ﻮْا

ْ و

يﺄ

نْﻮهْﺮ ْﺎ

ْ

ْنأ

هاﺮ

ﻬ ْﺮ ْا

.

Artinya: “Tidak boleh bagi pemberi gadai untuk memanfaatkan barang gadaian dengan cara bagaimanapun kecuali atas seizing penerima gadai”.

Adapun Ulama Hanafiyah mengatakan apabila barang jaminan itu hewan ternak, maka pihak pemberi piutang (pemegang barang jaminan) boleh memanfaatkan hewan itu apabila mendapat izin dari pemilik barang.33

Dari pendapat para ulama fiqh diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa perbedaan pendapat yang terjadi disebabkan oleh perbedaan pemahaman terhadap hadist Nabi saw.

Nasrun Harun menyatakan pendapatnya pada bukunya yang berjudul Fiqh Muamalah. Beliau menyatakan bahwa Ar-Rahn yang dikemukakan para ulama fiqh klasik hanya bersifat pribadi. Artinya, utang piutang itu hanya terjadi antara seorang yang memerlukan dengan seorang yang memiliki kelebihan harta. Di zaman sekarang, sesuai dengan perkembangan dan kemajuan ekonomi, ar-rahn tidak saja berlaku antar pribadi, melainkan juga antara pribadi dengan lembaga-lembaga keuangan, seperti bank. Untuk mendapatkan kredit dari lembaga keuangan, pihak

      

33

 Harun, Nasrun. Fiqh Muamalah.(Gaya Media Pratama ,Jakarta 2007).Hlm.258 


(51)

bank juga menuntut barang jaminan yang boleh dipegang bank sebagai jaminan atas kredit itu. Barang jaminan ini, dalam istilah bank disebut dengan Personal Guarantee.Personal Guarantee ini sejalan dengan al-Marhun yang berlaku dalam akad Ar-Rahn. Yang dibicarakan para ulama klasik. Perbedaannya hanya terletak pada pembayaran hutang yang ditentukan oleh bank. Kredit di bank, biasanya harus dibayar sekaligus dengan bunga uang yang ditentukan oleh bank. Oleh sebab itu, jumlah uang yang harus dibayar orang yang berutang akan lebih besar dari uang yang dipinjam dari bank. Dengan demikian, Mustafa az-Zarqa, persoalan utang (bunga bank) yang berlaku di bank yang mewajibkan adanya personal guarantee, terkait dengan penambahan utang. Persoalan ini, oleh ulama fiqh, dibahas dalam persoalan riba, yaitu apakah bunga sebagai tambahan utang di bank itu termasuk riba atau tidak.


(52)

   

BAB III

DESKRIPSI DAN OBYEK PENELITIAN

A.

Kegiatan Usaha Perum Pegadaian

Sesuai dengan PP/103 tahun 2000 pasal 8, Perum Pegadaian melakukan kegiatan usaha utamanya dengan menyalurkan uang pinjaman atas dasar hukum gadai serta menjalankan usaha lain seperti penyaluran uang pinjaman berdasarkan jaminan fidusia, layanan jasa titipan, sertifikasi logam mulia dan batu adi, toko emas, industri emas dan usaha lainnya. Sejalan dengan kegiatannya, Pegadaian mengemban misi untuk:1

a. turut meningkatkan kesejahteraan masyarakat terutama golongan menengah ke bawah

b. menghindarkan masyarakat dari gadai gelap, praktik riba dan pinjaman tidak wajar lainnya.

Kegiatan usaha Pegadaian dijalankan oleh lebih dari 730 Kantor Cabang PERUM Pegadaian yang tersebar di seluruh Indonesia. Kantor Cabang tersebut dikoordinasi oleh 14 Kantor Wilayah yang membawahi 26 sampai 75 kantor Cabang. Perum Pegadaian secara Nasional berada di bawah kepemimpinan Direksi

      

1

Rodoni,Ahmad.Investasi Syariah.(Lembaga Penelitian UIN Jakarta 2009),hlm.191 

         41 


(53)

B.

Sasaran dan Strategi Perum Pegadaian

Sasaran Perum Pegadaian2

1. Pertumbuhan Omzet Kredit sebesar 60%

2. Pertumbuhan jumlah nasabah minimal sebesar 15%

3. Pertumbuhan jumlah outlet sebanyak 1500 unit

4. Kinerja keuangan SEHAT, dengan laporan keuangan Wajar tanpa

pengecualian serta rating perusahaan minimal AA

5. Pertumbuhan laba sebelum pajak minimal meningkat 40%

Strategi Perum Pegadaian3

1. Akselerasi pertumbuhan kredit melalui intensifikasi dan ekstensifikasi pasar

2. Mengambangkan produk baru dan meningkatkan kualitas/feature produk sesuai kebutuhan pasar

3. Membangun strategi pemasaran yang efektif dan terintegrasi untuk seluruh produk atau layanan

4. Membangun layanan prima melalui program “Pegadaian Kerabat Menggapai Cita “ dan revitalisasi budaya perusahaan INTAN

      

2

 www.pegadaian.co.id. Diakses tanggal 4 Maret 2010 

3


(54)

   

43

5. Mengelola potensi sumber daya yang efektif dan produktif serta berkualitas

6. Membangun dan mengembangkan Teknologi Informasi serta modernisasi sarana dan prasarana

7. Melakukan Aliansi strategis dengan BUMN dan atau lembaga lainnya

8. Melaksanakan Pemerseroan.

C.

Produk dan Jasa Pegadaian Syariah

4

1.MULIA (Murabahah Emas Logam Mulia Investasi Abadi).

Yaitu pegadaian memfasilitasi jual beli emas batangan, bisa dengan cara cash maupun kredit/dicicil dengan maksimal 36 bulan.

2.AR-RAHN

Yaitu produk jasa gadai yang berlandaskan pada prinsi-prinsip Syariah, dimana nasabah hanya akan dipungut biaya administrasi dan Ijaroh (biaya jasa simpan dan pemeliharaan barang jaminan). Pegadaian Syariah menjawab kebutuhan transaksi gadai sesuai Syariah, untuk solusi pendanaan yang Cepat, Praktis, dan Menentramkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dengan agunan berupa emas perhiasan, berlian, elektronik dan kendaraan bermotor.

      

4

Ibid 


(55)

3.ARRUM (AR-RAHN untuk Usaha Mikro Kecil)

Yaitu pembiayaan untuk usaha mikro kecil. dan pengembaliannya secara angsuran dengan menggunakan jaminan BPKB motor/mobil.

4.KUCICA (KIRIMAN UANG CARA INSTAN, CEPAT, DAN AMAN)

Yaitu suatu produk pengiriman uang dalam dan luar negeri yang bekerjasama dengan Western Union.

5.JASA TAKSIRAN

Yaitu Pemberian pelayanan kepada masyarakatyang ingin mengetahui seberapa besar nilai sesungguhnya dari barang yang dimiliki seperti emas, berlian, batu permata dan lainnya. Biaya dikenakan 1% dari harga taksiran.


(56)

   

45

D.

Struktur Organisasi

DIVISI LITBANG & PEMASARAN DIREKTUR

KEUANGAN Budiyanto

KANTOR WILAYAH SEKRETARIS

PERUSAHAAN KEPALA SPI DIVISI SDM DIVISI DIKLAT DIVISI LOGISTIK DIVISI TEKNOLOGI INFORMASI DIVISI MANAJEMEN RESIKO DIVISI TRESURI DIVISI AKUNTAN SI DIVISI USAHA LAIN DIVISI SYARIAH DIVISI USAHA GADAI DIREKTUR UMUM DAN SDM Sumanto Hadi DIREKTUR PENGEMBANGAN USAHA Wasis Djuhar DIREKTUR OPERASI Moch.Edy Prayitno DIREKTUR UTAMA Chandra Purnama DEWAN PENGAWAS Bambang Prajitno,Raksaka mahi,Ketut Sethyon, Djoko Hendratto dan Wiranto

KANTOR CABANG GADAI

KANTOR CABANG SYARIAH


(57)

E.

Tentang Produk MULIA ( Murabahah Logam Mulia untuk

Investasi Abadi )

Logam Mulia atau emas mempunyai berbagai aspek yang menyentuh kebutuhan manusia disamping memiliki nilai estetis yang tinggi juga merupakan jenis investasi yang nilainya stabil, likuid dan aman secara riil.

Mulia (Murabahah Logam Mulia untuk Investasi Abadi) adalah penjualan logam mulia oleh Pegadaian kepada masyarakat secara tunai dan agunan dengan jangka waktu fleksibel

Akad Murabahah Logam Mulia untuk investasi abadi adalah persetujuan atau kesepakatan yang dibuat bersama antara Pegadaian dan nasabah atas sejumlah pembelian Logam Mulia disertai keuntungan dan biaya-biaya yang disepakati.

Keuntungan berinvestasi melalui Logam Mulia:5 1. Jembatan mewujudkan niat mulia untuk:

- Menabung Logam Mulia untuk ibadah Haji

- Mempersiapkan pendidikan anak dimasa mendatang - Memiliki tempat tinggal dan kendaraan

2. Alternatif investasi yang aman untuk menjaga portofolio asset

3. Merupakan asset yang sangat likuid dalam memenuhi kebutuhan dana yang mendesak, memenuhi kebutuhan modal kerja untuk pengembangan usaha, atau menyehatkan cashflow keuangan bisnis dan lain-lain.

      

5


(58)

   

47

4. Tersedia pilihan logam Mulia dengan berat 5 gram, 10 gram, 25 gram, 50 gram, 100 gram dan 1 kilo gram.

F.

Mekanisme dan Prosedur produk MULIA

Persyaratan MULIA

1. Menyerahkan foto copy KTP/Identitas resmi lainnya

2. Mengisi formulir aplikasi MULIA

3. Menyerahkan uang muka

4. Menandatangani Akad Mulia6

Simulasi Pembelian MULIA

Nasabah membeli 1 (satu) keping Logam Mulia (LM) seberat 25 gram dengan kadar 99.99% (asumsi harga 25 gram = Rp.7.813.500.), maka:

• Pembelian Tunai:

Harga + Margin + Administrasi

= Rp.7.813.500 +( 7.813.500 x 3% ) + Rp.50.000

= Rp.7.813.500 + Rp.234.405 + Rp.50.000

= Rp.8.097.905

      

6

Brosur Pegadaian Syariah tentang produk MULIA 


(59)

• Pembelian Angsuran 6 Bulan:

Harga + % Margin + Administrasi

= 7.813.500 + ( 6% x 7.813.500 )

= 7.813.500 + Rp. 468.810 = Rp.8.282.310

Uang Muka 25% = Rp. 2.070.578

Administrasi = Rp. 50.000

______________+ Pembayaran Awal = Rp.2.120.578

Sisa = Rp. 8.282.310 – Rp. 2.070.578

= Rp. 6.211.732

Angsuran /Bulan = Rp.6.211.732 : 6


(60)

   

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A.

Profil Responden

Tabel 4.1 Deskripsi Persentase jawaban Responden tentang jenis kelamin

Item Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Pria 17 34,0 34,0 34,0

Wanita 33 66,0 66,0 100,0

Total 50 100,0 100,0

Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa frekuensi atau jumlah responden dengan jenis kelamin pria sebanyak 17 responden dengan persentase sebesar 34,0%. Sedangkan jumlah responden dengan jenis kelamin wanita sebanyak 33 responden dengan persentase sebesar 66,0%.

Tabel 4.2 Deskripsi Presentase jawaban responden tentang agama yang dianut

Item Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Islam 50 100,0 100,0 100,0

         49 


(61)

Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa frekuensi atau jumlah responden seluruhnya, yaitu sebanyak 50 nasabah beragama Islam dengan persentase sebesar 100%

Tabel 4.3 Deskripsi persentase jawaban responden tentang usia nasabah

Item Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid <25 tahun 5 10,0 10,0 10,0

26-35 tahun 25 50,0 50,0 60,0

36-50 tahun 18 36,0 36,0 96,0

>51 tahun 2 4,0 4,0 100,0

Total 50 100,0 100,0

Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa frekuensi dan persentase terbesar responden yang berusia 26 – 35 tahun sebanyak 25 responden dengan persentase sebesar 50%, usia 36 -50 tahun sebanyak 18 responden dengan persentase sebesar 18%,usia <25 tahun sebanyak 5 responden dengan persentase sebesar 10%,dan usia >51 tahun sebanyak 2 responden dengan persentase sebesar 2%.

Tabel 4.4 Deskripsi persentase jawaban responden tentang pendidikan terakhir nasabah

Item Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid SMU 22 44,0 44,0 44,0

DIPLOMA 4 8,0 8,0 52,0

SARJANA/S1 22 44,0 44,0 96,0

MAGISTER/S2 2 4,0 4,0 100,0


(62)

   

51

Berdasarkan pendidikan terakhir responden, persentase terbesar adalah pendidikan SMU dan Sarjana/S1,yaitu sebanyak 22 responden dengan persentase sebesar 44%, lulusan Diploma sebanyak 4 responden dengan persentase sebesar 8%, dan lulusan Magister/S2 sebanyak 2 responden dengan persentase sebesar 4%.

Tabel 4.5 Deskripsi persentase jawaban responden tentang pekerjaan nasabah

Item Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Pegawai Negeri Sipil

( PNS ) 4 8,0 8,0 8,0

Pelajar/Mahasiswa 5 10,0 10,0 18,0

Ibu Rumah Tangga 7 14,0 14,0 32,0

Pegawai Swasta 25 50,0 50,0 82,0

Wiraswasta 5 10,0 10,0 92,0

Dosen/guru 1 2,0 2,0 94,0

Pedagang 1 2,0 2,0 96,0

pensiun 2 4,0 4,0 100,0

Total 50 100,0 100,0

Dari tabel diatas terlihat bahwa setengahnya responden adalah mereka yang penkerjaannya sebagai pegawai swasta yaitu sebanyak 25 responden dengan persentase sebesar 50%,Ibu Rumah Tangga sebanyak 7 responden dengan presentase sebesar 14%, Pelajar/Mahasiswa sebanyak 5 responden dengan persentase sebesar 10%,Responden yang berwiraswasta juga berjumlah 5 responden atau 10%, untuk responden dengan pekerjaan sebagai Dosen/Guru, masing-masing berjumlah 1 responden dengan persentase sebesar 2%, dan yang lainnya sebagai pensiunan sebanyak 2 responden dengan persentase sebesar 4%.


(63)

Tabel 4.6 Deskripsi persentase jawaban responden tentang penghasilan nasabah

Item Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid <Rp.2.000.000 21 42,0 42,0 42,0

Rp.2.000.000 -

Rp.3.000.000 19 38,0 38,0 80,0

Rp.3.000.000m

- Rp.4.000.000 6 12,0 12,0 92,0

Rp.4.000.000 -

Rp.6.000.000 4 8,0 8,0 100,0

Total 50 100,0 100,0

Dari tabel diatas terlihat bahwa penghasilan terbesar adalah <Rp.2.000.000 yaitu sebanyak 21 responden dengan persentase sebesar 42%, penghasilan Rp.2.000.000 – Rp.3.000.000 sebanyak 19 responden dengan persentase sebesar 38%, yang berpenghasilan Rp.3.000.000 – Rp.4.000.000 sebanyak 6 responden dengan persentase sebesar 12%, dan yang berpenghasilan Rp.4.000.000 – Rp.6.000.000 sebanyak 4 responden dengan persentase 8%.

B.

Pengetahuan Nasabah Terhadap Pegadaian Syariah

Tabel 4.7 Deskripsi persentase jawaban responden tentang berapa lama menjadi nasabah pegadaian syariah cabang Cinere

Item Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Dibawah 1 tahun 32 64,0 64,0 64,0

1 - 2 tahun 18 36,0 36,0 100,0


(64)

   

53

Dari data diatas terlihat bahwa jumlah terbesar adalah responden yang menjadi nasabah dibawah 1 tahun yaitu sebanyak 32 responden dengan presentase sebesar 64%, sisanya sebanyak 18 responden dengan presentase sebesar 36% telah menjadi nasabah selama 1-2 tahun.

Tabel 4.8 Deskripsi persentase jawaban responden tentang intensitas bertransaksi di pegadaian syariah cabang Cinere

Item Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid sekali sebulan 22 44,0 44,0 44,0

Tidak Menentu 28 56,0 56,0 100,0

Total 50 100,0 100,0

Dari data diatas terlihat bahwa intensitas responden bertransaksi di pegadaian syariah, lebih dari setengah responden yaitu 56% atau sebanyak 28 responden bertransaksi dipegadaian syariah secara tidak menentu, sisanya sebanyak 22 responden dengan persentase sebesar 44% memiliki intensitas bertransaksi sekali dalam sebulan.

Tabel 4.9 Deskripsi persentase jawaban responden tentang bagaimana pelayanan pegadaian syariah cabang Cinere.

Item Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Sangat memuaskan 1 2,0 2,0 2,0

Memuaskan 49 98,0 98,0 100,0


(65)

Dari data diatas terlihat bahwa hampir semuanya responden merasa pelayanan pegadaian syariah adalah memuaskan,yaitu sebanyak 49 responden atau 98% dan 1 responden mengatakan sangat memuaskan dengan persentase sebesar 2%.

Tabel 4.10 Deskripsi presentase jawaban responden tentang bagaimana bertransaksi di pegadaian syariah.

Item Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Sangat mudah 1 2,0 2,0 2,0

Mudah 49 98,0 98,0 100,0

Total 50 100,0 100,0

Dari data diatas terlihat bahwa hampir semuanya responden merasa bertransaksi di pegadaian syariah adalah mudah,yaitu sebanyak 49 responden atau 98% dan 1 responden mengatakan sangat mudah dengan persentase sebesar 2%.

Tabel 4.11 Deskripsi persentase jawaban responden tentang ketertarikan nasabah terhadap produk yang ditawarkan pegadaian syariah.

Item Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Sangat menarik 12 24,0 24,0 24,0

Menarik 38 76,0 76,0 100,0

Total 50 100,0 100,0

Dari data diatas terlihat bahwa 38 responden dengan persentase sebesar 76% mengatakan produk pegadaian syariah menarik, sisanya 12 responden dengan persentase sebesar 24% mengatakan produk pegadaian syariah sangat menarik.


(66)

   

55

C.

Sikap dan perilaku nasabah dalam berinvestasi

1. Jawaban responden tentang seberapa PENTING tindakan berikut dilakukan:

Tabel 4.12 Deskripsi persentase jawaban responden tentang investasi dalam bentuk barang elektronik/kendaraan.

Item Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Penting 21 42,0 42,0 42,0

Tidak Penting 29 58,0 58,0 100,0

Total 50 100,0 100,0

Dari tabel diatas terlihat bahwa lebih dari setengah responden yaitu sebanyak 29 responden atau 58% responden merasa tidak penting berinvestasi dalam bentuk elektronik/kendaraan, dan sebanyak 21 responden dengan persentase 42% mengatakan penting berinvestasi dalam bentuk elektronik/kendaraan.

Tabel 4.13 Deskripsi persentase jawaban responden tentang investasi dalam bentuk tanah/Rumah

Item Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Sangat

penting 12 24,0 24,0 24,0

Penting 36 72,0 72,0 96,0

Tidak

Penting 2 4,0 4,0 100,0


(67)

Dari data diatas terlihat bahwa 36 responden dengan persentase sebesar 72% mengatakan penting berinvestasi dalam bentuk tanah, sebanyak 12 responden atau 24% mengatakan sangat penting, dan 2 responden atau sebesar 4% responden mengatakan tidak penting.

Tabel 4.14 Deskripsi persentase jawaban responden tentang investasi dalam bentuk saham.

Item Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Penting 9 18,0 18,0 18,0

Tidak

penting 41 82,0 82,0 100,0

Total 50 100,0 100,0

Dari data diatas terlihat bahwa 41 responden dengan persentase sebesar 82% mengatakan tidak penting berinvestasi dalam bentuk saham, dan 9 responden atau sebesar 18% responden mengatakan penting.

Tabel 4.15 Deskripsi persentase jawaban responden tentang investasi dalam bentuk perhiasan.

Item Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Sangat

penting 3 6,0 6,0 6,0

Penting 40 80,0 80,0 86,0

Tidak

Penting 7 14,0 14,0 100,0

Total 50 100,0 100,0

Dari data diatas terlihat bahwa persentase terbesar responden adalah 80% atau sebanyak 40 responden mengatakan bahwa berinvestasi dalam bentuk perhiasan


(68)

   

57

adalah penting, sebanyak 7 responden dengan persentase 14% mengatakan tidak penting, dan sisanya sebanyak 3 responden dengan persentase sebesar 6% mengatakan sangat penting.

Tabel 4.16 Deskripsi persentase jawaban responden tentang investasi dalam bentuk logam MULIA.

Item Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Sangat

penting 4 8,0 8,0 8,0

Penting 28 56,0 56,0 64,0

Tidak

penting 18 36,0 36,0 100,0

Total 50 100,0 100,0

Dari data diatas terlihat bahwa lebih dari setengah responden yaitu sebanyak 28 responden dengan persentase sebesar 56% mengatakan berinvestasi dalam bentuk logam MULIA adalah penting, sebanyak 18 responden dengan persentase sebesar 36% mengatakan tidak penting, sisanya sebanyak 4 responden dengan persentase sebesar 8% mengatakan sangat penting.


(69)

2. Jawaban responden tentang bentuk investasi yang pernah dilakukan:

Tabel 4.17 Deskripsi persentase jawaban responden tentang investasi dalam bentuk barang elektronik/kendaraan.

Item Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak

pernah 25 50,0 50,0 50,0

sekali 24 48,0 48,0 98,0

Dua kali 1 2,0 2,0 100,0

Total 50 100,0 100,0

Dari data diatas dapat dilihat bahwa 25 responden dengan persentase sebesar 50% tidak pernah berinvestasi dalam bentuk elektronik atau kendaraan, sebanyak 24 responden dengan persentase sebesar 48% pernah berinvestasi elektronik /kendaraan sebanyak satu kali, sisanya adalah sebanyak 1 responden atau 2% melakukan investasi dalam bentuk elektronik /kendaraan sebanyak 2 kali.

Tabel 4.18 Deskripsi persentase jawaban responden tentang investasi dalam bentuk barang tanah/Rumah

Item Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Tidak pernah 21 42,0 42,0 42,0

sekali 29 58,0 58,0 100,0

Total 50 100,0 100,0

Dari data diatas terlihat bahwa frekuensi jawaban responden tentang investasi dalam bentuk tanah/rumah adalah sebagai berikut: sebanyak 29 responden dengan


(1)

dengan produk-produk yang ditawarkan oleh Pegadaian Syariah tersebut.Tetapi kadang nasabah kurang mengetahui dengan jelas tentang produk-produk Pegadaian Syariah, khususnya produk yang termasuk baru diluncurkan oleh Pegadaian Syariah, ini dikarenakan masih kurangnya sosialisasi lebih lanjut yang dilakukan oleh Pegadaian Syariah.

Mengenai minat nasabah sendiri tentang investasi dalam bentuk emas, menganggap emas merupakan investasi yang aman. Investasi emas ini termasuk yang sering dilakukan oleh nasabah di Pegadaian Syariah.

Untuk minat nasabah Pegadaian Syariah cabang Cinere tentang produk MULIA, masih termasuk sebagian kecil nasabah yang pernah membeli logam mulia tersebut, alasan mereka memilih produk MULIA di Pegadaian Syariah diantaranya: 1. Karena produk MULIA merupakan produk investasi yang aman dan sesuai

syariah

2. Karena terjamin kualitas emasnya.

Mengenai ketertarikan nasabah terhadap produk MULIA diPegadaian Syariah, banyak nasabah yang merasa tertarik dengan investasi dalam bentuk logam mulia ini, dilihat dari jumlah persentase responden yaitu sebesar 74% menyatakan tertarik dengan produk MULIA, tetapi masih banyak yang belum mempraktekannya. Diantara mereka yang pernah membeli produk MULIA ini adalah mereka yang berpenghasilan rata-rata diatas Rp.3.000.000, dan berpendidikan cukup tinggi, seperti sarjana/S1. Terlihat bahwa masyarakat masih mengganggap investasi logam mulia ini


(2)

   

67

diperuntukan bagi masyarakat menengah keatas, padahal Pegadaian Syariah sendiri menawarkan cicilan/angsuran pembayaran untuk membeli logam mulia ini.

Nasabah banyak beranggapan bahwa perlunya sosialisasi lebih lanjut untuk pembelian logam mulia di Pegadaian Syariah, agar nasabah lebih banyak yang tertarik dan membeli logam mulia diPegadaian Syariah. Sosialisasi diPegadaian Syariah sendiri sudah tersedia brosur-brosur dan spanduk yang terpasang dikawasan Pegadaian Syariah tersebut, masyarakat luar ( selain masyarakat yang pernah menjadi nasabah Pegadaian Syariah) banyak yang belum mengetahui tentang produk MULIA tersebut.


(3)

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Dari data 50 responden, terhitung sebanyak 37 responden dengan persentase sebesar 74% menyatakan tertarik dengan produk MULIA, namun masih banyak yang tidak pernah atau belum mencoba berinvestasi logam mulia yang juga menawarkan angsuran pembeliannya di Pegadaian Syariah cabang Cinere. Disini sudah terlihat bahwa emas merupakan bentuk yang paling menarik untuk berinvestasi jangka panjang.

2. Pengetahuan nasabah tentang produk MULIA dapat mempengaruhi nasabah tersebut untuk membeli emas MULIA di Pegadaian Syariah cabang Cinere. Terlihat sebanyak 38 responden dengan persentase sebesar 76% menyatakan tertarik dengan produk yang ditawarkan oleh pegadaian syariah. Faktor-faktor yang mempengaruhi nasabah untuk membeli produk MULIA antara lain: karena logam mulia merupakan investasi yang aman dan sesuai syariah serta terjamin kualitas emasnya. Pegadaian Syariah sendiri menawarkan beban angsuran yang sesuai kepada pengguna produk MULIA.

68   


(4)

69   

B. Saran

1. Sebaiknya pihak Pegadaian Syariah harus lebih banyak lagi melakukan sosialisasi tentang investasi dalam bentuk logam mulia, dengan terjun langsung kemasyarakat umum yang belum menjadi nasabah Pegadaian Syariah.

2. Mulia dapat memberikan nilai lebih bagi masyarakat. Produk Mulia yang berupa penjualan logam mulia kepada masyarakat secara tunai dan agunan dengan jangka waktu fleksibel memberikan layanan investasi bagi masyarakat ini harus ditingkatkan sehingga lebih memasyarakat.

3. Evaluasi yang perlu dilakukan untuk mendengarkan masukan oleh nasabah baik berupa saran maupun kritik yang membangun sebagai upaya menjaga dan mempererat kekerabatan silaturahmi antara Pegadaian Syariah dan para nasabahnya. Hal ini akan berkesan positif dan dapat menjadi bagian dari sosialisasi pemahaman, pengetahuan, dan pengenalan produk.

4. Perlu adanya peningkatan strategi pemasaran produk MULIA di Pegadaian Syariah, karena produk MULIA memiliki prospek yang baik. Hal ini terlihat dari peningkatan jumlah nasabah dan jumlah penjualan emas nya mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.


(5)

Abdurrahman Al-Jaziri, Kitab Al Fiqh ‘Ala Mazahib Al Arabaah, (Beirut: Daar al Ihya al Turats al Arabi, 1991), Jilid 3

Adurrahman,Shadiq,Al-Gharyani, Fatwa-Fatwa Muamalah Kontemporer,Penerbit Pustaka Progressif cet.Pertama, Jakarta, 2004

Al-Bakir, Muhammad. Adab Mencari Nafkah, Penerbit Kharisma. Bandung, 2001 Al-Imam Al-Hafidh Abi Abdillah Muhammad bin Ismail Al-Bukhari, Shahih

Bukhari, Beirut,Maktabah Ashriyah,1997,jilid 2

Bungin, Burhan. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Penerbit Kencana. Jakarta, 2005. Firdaus NH, Dkk, Mengatasi Masalah dengan Pegadaian Syariah, Penerbit

Renaisan, Jakarta, 2005

Gufron A.Mas’adi A.Fiqh Muamalah Konstektual, Penerbit PT.Raja Grafindo Persada.Jakarta,2002.Ed.1.,Cet.1

Gunawan Widjaja, kartini, Muljadi.Jual Beli, Penerbit PT.Raja Grafindo Persada. Jakarta,2004. Cet.ke-2.

Hasan Kamil Al Mathluwi, Fiqh al Muamalat ‘ala Mazhab al Imam Malik, Kairo: al-Majli al-A’la li asy-Syu’un al-Islamiyah,tth

Haroen, Nasrun,Fiqh Muamalah, Penerbit Gaya Media Pratama, Jakarta, 2007 http://tabunganemas.com/emas. Diakses tanggal 15 Agustus 2010

http://warnetdipo.blogspot.com/2009/01/pengertian-jual-beli.htm. Diakses tanggal 24 september 2010.

http://www.skripsi-tesis.com/06/15/analisis-faktor-faktor-yang-mempengaruhi-minat-dan-perilaku-membeli-konsumen-studi-kasus-pada-pt-ultrajaya-pdf-doc.htm. Diakses tanggal 24 september 2010.


(6)

Khon,Majid,dkk,Ulumul Hadist,Penerbit Pusat study Wanita (PSW) UIN Jakarta 2005

M.Abdul Mujieb Mabruri Tholhah Syafi’ah AM. Kamus Istilah Fiqh, Penerbit PT.Pustaka Firdaus, Jakarta 1994. Cet.1

Nazir, Moh. Metode Penelitian. Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta, 1999. Pandia Frianto, Dkk, Lembaga Keuangan, Penerbit Rineka cipta, Jakarta, 2005

Rodoni,Ahmad. Investasi Syariah, Penerbit Lembaga Penelitian UIN Jakarta, Jakarta, 2009.cet.Pertama

Sarjona,Anas. Pengantar Statistik Pendidikan. Penerbit PT.Grafindo Persada, Jakarta,1997 cet. Kedelapan

Singarimbun, Masri Dkk, Metode Penelitian Survei. Penerbit LP3ES.1989.cet.ke delapan, Jakarta, Februari 2006.

Suhendi, Hendi. Fiqh Muamalah.Penerbit PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2007. Sukandarrumidi, Metode Penelitian Petunjuk Praktis Untuk Peneliti Pemula.

PenerbitUGM Press. Yogyakarta, 2004.

Teungku Muhammad Hasbi As Siddieqi, Hukum-hukum Fiqh Islam, (Semarang: PT.Pustaka Rizki Putra,1997) Cet.Ke-1

ulgs.tripod.com. “Artikel Ari agung Nugraha”.Diakses tanggal 13 Juli 2010.

Wahyudati, “Survei Minat siswa Terhadap Pelajaran pendidikan Jasmani pada SD Negeri Temanggal Kecamatan Tempuran Kabupaten Magelang Tahun 2007” Wawancara Pribadi dengan salah satu staff Pegadaian Syariah Cabang Cinere.

Jakarta: 26 Juli 2010.

www.hargalogammulia.com.Diakses tanggal 15 Agustus 2010. www.pegadaian.co.id. Diakses tanggal 4 Maret 2010