7 Dewan sebagai anggota legislatif perlu mengerti dan memahami pedoman akuntabilitas
instansi pemerintah agar dapat menjalankan fungsinya dalam mengawasi tahapan penyusunan hingga laporan pertanggungjawaban keuangan daerah APBD. Kegagalan dalam menerapkan
standar operasional prosedur akuntabilitas mengakibatkan pemborosan waktu, pemborosan sumber dana dan sumber-sumber daya yang lain, penyimpangan kewenangan, menurunnya
kepercayaan masyarakat kepada lembaga pemerintah Yulinda dan Lilik, 2010.
B. TI JAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
1. Teori Signal Signalling Theory
Teori keagenan apabila dihubungkan dengan sektor publik berarti masyarakat berperan sebagai pemberi amanah sekaligus sebagai pemilik owner dan pelanggan
customer. Pemerintah Daerah dan DPRD dengan peran dan fungsinya sebagai pemberi pelayanan kepada masyarakat civil service atau dengan kata lain sebagai manajemen. Dalam
organisasi sektor publik, pemerintah daerah Pemda berperan sebagai agen dan publik masyarakat berperan sebagai prinsipal yang memberikan otoritas kepada DPRD untuk
mengawasi kinerja pemerintah daerah. Akuntabilitas menjadi suatu konsekuensi logis adanya hubungan antara agen dan prinsipal. Dari sisi teori keagenan, dapat dinyatakan
bahwa pengawasan yang dilakukan oleh legislatif terhadap anggaran yang dilaksanakan oleh eksekutif merupakan suatu mekanisme untuk mengurangi adanya asimetri informasi
atau mengurangi ketidakpastian. Pengawasan diperlukan untuk mengukur dan memprediksi tujuan serta peluang untuk melakukan intervensi terhadap aktivitas yang
sesuai dengan yang diharapkan Mayasari , 2012.
2. Pengelolaan Keuangan Daerah
Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 Pasal 1 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah menjelaskan bahwa keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban
daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk di dalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan
kewajiban daerah tersebut dan tentunya dalam batas-batas kewenangan daerah.
Berdasar ketentuan tersebut ruang lingkup keuangan daerah meliputi: 1 hak daerah untuk memungut pajak daerah dan retribusi daerah serta melakukan pinjaman; 2
kewajiban daerah untuk menyelenggarakan urusan pemerintahan daerah dan membayar tagihan pihak ketiga; 3 penerimaan daerah; 4 pengeluaran daerah; 5 kekayaan daerah
yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain oleh pihak lain berupa uang, surat berharga, puitang, barang, serta hak-hak lain yang dapat dinilai dengan uang, termasuk kekayaan
yang dipisahkan pada perusahaan daerah; dan 6 kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah daerah dalam rangka penyelenggaraan tugas pemerintahan daerah dan atau
kepentingan umum Manginte,dkk, 2015.
3. Pengawasan Keuangan Daerah