Penilaian Teknologi Pengolahan Limbah Cair Sistem Kolam Identifikasi untuk Mengurangi Kemungkinan Pencemaran

6.6. Penilaian Teknologi Pengolahan Limbah Cair Sistem Kolam

Hasil perhitungan efisiensi energi untuk pengolahan minyak kelapa sawit menunjukkan bahwa efisiensi energinya rendah dalam menghasilkan output produktif karena nilai input yaitu bahan bakar dan listrik yang digunakan sangat tinggi. Hasil pengukuran kinerja teknologi pengolahan limbah cair sistem kolam menunjukkan bahwa teknologi yang digunakan saat ini kinerjanya buruk karena nilai deviasi yang didapat berdasarkan nilai ideal yang ada lebih dari 30. Hasil perhitungan efisiensi kolam yang digunakan saat ini dalam mengolah limbah cair menunjukkan bahwa kolam final pond yang digunakan saat ini sudah sangat tidak layak karena hanya menghasilkan efisiensi sebesar 2,2 dalam mengolah limbah cair sebelum dibuang ke lingkungan atau sungai. Berdasarkan nilai yang didapat inilah ditarik kesimpulan penilaian yaitu teknologi sistem kolam yang digunakan saat ini untuk mengolah limbah cair pabrik tiap harinya belum optimal dan jika dibiarkan akan sering menyebabkan pencemaran lingkungan terutama sungai sebagai akhir pembuangan limbah cair.

6.7. Identifikasi untuk Mengurangi Kemungkinan Pencemaran

Proses identifikasi yang menjadi fokus dalam pencegahan peningkatan limbah dan meminimisasi limbah. Semua data yang telah dikumpulkan mulai dari langkah-langkah sebelumnya digunakan sebagai panduan dan ide-ide untuk memilih pendekatan yang mungkin untuk dijadikan cara untuk meminimisasi dampak lingkungan dari produksi CPO. Universitas Sumatera Utara Untuk memilih opsi-opsi agar dapat mengurangi kemungkinan pencemaran maka dilakukan pengidentifikasian, penganalisaan dan perancangan potensi-potensi untuk melakukan perbaikan secara internal. Data-data yang dianalisis ialah penggunaan sumber daya alam dan polusi yang menjadi kunci indikator efisiensi produksi pada pabrik pengolahan kelapa sawit. Salah satu opsinya ialah dengan mendaur ulang air kondensat dari stasiun perebusan. Setelah memproduksi listrik, air rebusan akan dikirim ke stasiun perebusan. Stasiun perebusan memiliki kapasitas 20-30 ton TBS batch. Air konensat yang dihasilkan sekitar 0,12 m 3 ton TBS. Air limbah ini dipakai kembali untuk stasiun screw press dan vibrating screen untuk mengurangi jumlah pemakaian air panas untuk proses-proses ini. Terlebih lagi, air kondensat bekas perebusan masih menyimpan sekitar 0,62 minyak, yang akan diambil kembali menjadi minyak sawit pada settling tank. Untuk pabrik pengolahan kelapa sawit kebun Pabatu yang memiliki kapasitas lebih kurang 150.000 ton TBS tahun, apabila ingin menanamkan modal sekitar Rp 50.000.000 untuk pemasangan pompa, tank dan sebagainya, opsi ini akan mengurangi biaya air untuk produksi sekitar Rp 25.000.000 per tahun. Biaya air untuk produksi diharapkan menjadi Rp 1000 m 3 . Hal ini tentu dapat sangat meminimisasi limbah cair. Kelapa sawit banyak mengandung biomassa baik dari pelepahnya, batang dan buah sawitnya. Sedangkan dari buah sawit sendiri, dapat menghasilkan biomassa seperti tandan kosong, serat dan cangkang dapat dijadikan kompos dan sumber daya listrik, begitu juga dengan limbah cair yang dapat dijadikan sumber Universitas Sumatera Utara daya listrik. Opsi ini yang dapat dijadikan suatu konsep dalam hal penanganan limbah cair yaitu penggunaan teknologi ranut atau reactor serta penggunaan air limbah sebagai proses pembuatan kompos. Konsep ini disebut Zero waste concept . Abu Pupuk Mineral Nutrisi TBS Energi Pengolahan Pembakaran Pengomposan Fermentasi Penanaman Biogas Nutrisi Serat, cangkang Tandan kosong Limbah Cair Kompos Air Gambar 6.1. Zero Waste Concept Pada teknologi kolam, nutrisi, kandungan hara serta biogas yang terdapat pada limbah cair terbuang ke lingkungan tanpa pemanfaatan. Untuk konsep zero waste ini, limbah cair hasil pengolahan kelapa sawit dialirkan ke kolam yang sudah memiliki reaktor diatasnya dan diberi penutup sehingga biogas dapat terkumpulkan di dalam reaktor. Terjadilah pemisahan antara biogas dengan air limbah yang masih mengandung zat organik. Biogas akan digunakan kembali sebagai sumber energi listrik sedangkan limbah cair yang masih mengandung zat organik disiramkan ke tandan kosong dan dibiarkan menyatu dan hancur untuk digunakan kembali sebagai pupuk. Dengan konsep ini hampir tidak ada limbah yang terbuang percuma baik limbah cair maupun limbah padat sehingga penyebutan Zero waste concept sangatlah Universitas Sumatera Utara tepat. Opsi ini dapat membantu pabrik untuk menghasilkan listrik sendiri melalui biogas yang dihasilkan dengan potensi energi listrik sebesar 1,1 MWh untuk 30 ton TBSjam. Universitas Sumatera Utara BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan