Manajemen Laba Riil LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS PENGARUH REAL EARNING MANAGEMENT TERHADAP ARUS KAS OPERASI PERUSAHAAN DENGAN KUALITAS AUDIT SEBAGAI VARIABEL MODERASI (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI).

17 meningkat, maka informasi yang ada akan menguntungkan pemegang saham dikarenakan informasi yang diperoleh merupakan keadaan sesungguhnya yang mencerminkan kondisi perusahaan. Tindakan manajemen laba dapat mempengaruhi nilai prediktif yang dimiliki oleh laporan keuangan melalui future profitability. Future profitability adalah salah satu pengukuran yang dapat dijadikan pedoman bagi para investor untuk dapat mengetahui potensi masa depan yang dimiliki oleh sebuah perusahaan untuk menghasilkan suatu keuntungan laba dari kegiatan pengelolaan kekayaan. Pengukuran terhadap future profitability menurut penelitian dari Subramanyam dapat dilakukan dengan mengukur arus kas operasi masa depan, menghitung selisih laba yang diperoleh dari tahun ke tahun ataupun dengan mengukur besaran dividen yang dibagikan pada periode tersebut.

2.3. Manajemen Laba Riil

Real Earning Management Schiper 1989 dalam Ferdawati 2008 mendefinisikan manajemen laba sebagai suatu intervensi yang sengaja dilakukan untuk memperoleh beberapa keuntungan pribadi pihak tertentu. Ada beberapa cara yang dilakukan manajemen dalam melakukan manajemen laba, antara lain melalui manajemen laba akrual dan manajemen laba riil. Manajemen laba riil merupakan manipulasi yang dilakukan oleh manajemen melalui aktivitas perusahaan sehari-hari selama periode akuntansi. Motivasi utama atas manipulasi aktivitas riil adalah waktu timing manajemen laba. Manajemen laba riil dapat dilakukan kapan saja sepanjang periode akuntansi dengan tujuan spesifik, yaitu memenuhi target laba tertentu, menghindari kerugian, dan 18 mencapai target ramalan analis. Selain itu, manajemen laba riil sulit untuk dideteksi oleh auditor. Perkembangan penelitian empiris mengenai manajemen laba telah menunjukkan bahwa manajer telah bergeser dari manajemen laba akrual menuju manajemen laba riil. Gunny 2005, Roychowdhury 2006, Zang 2006, Cohen et al. 2008, Graham et al. 2005, serta Cohen dan Zarowin 2008 menemukan bahwa manajer sudah bergeser dari manajemen laba akrual menuju manajemen laba riil setelah periode Sarbanes-Oxley Act SOX. Menurut Graham et al. 2005, pergeseran dari manajemen laba akrual ke manajemen laba riil disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, manipulasi akrual lebih sering dijadikan pusat pengamatan atau inspeksi oleh auditor dan regulator daripada keputusan tentang penentuan harga dan produksi. Pilihan akuntansi yang dilakukan terkait dengan akrual pada perusahaan mempunyai risiko yang lebih besar terhadap pemeriksaan oleh pihak yang berwenang di pasar modal dan perusahaan akan mendapatkan sangsi apabila terbukti melakukan penyimpangan standar akuntansi yang berlaku umum dengan tujuan untuk memanipulasi laba. Kedua, hanya menitikberatkan perhatian pada manipulasi akrual merupakan tindakan yang berisiko. Teknik manajemen laba akrual dan manajemen laba riil tersebut memiliki kelemahan dan kelebihan masing-masing sehingga mendorong manajer untuk dapat mengkombinasikan kedua teknik manajemen laba tersebut untuk mencapai target laba. Dalam mendeteksi tindakan manipulasi aktivitas riil yang dilakukan oleh 19 perusahaan, Roychowdhury 2006 menggunakan model Dechow et al.1998 dan fokus pada tiga metode manipulasi berikut. Manipulasi penjualan, didefinisikan sebagai usaha manajemen untuk meningkatkan penjualan secara temporer dengan menawarkan diskon harga dan memperlunak kredit yang diberikan. Jika manajer melakukan aktivitas ini secara lebih ekstensif daripada aktivitas normal berdasarkan situasi ekonominya, dengan tujuan untuk mencapai target laba, maka tindakan seperti ini masuk dalam kategori manajemen laba riil. Menaikkan laba atau menghindari melaporkan laba negatif atau rugi juga dapat dilakukan dengan mengurangi biaya diskresioner. Biaya diskresioner yang dapat dikurangi adalah biaya iklan, biaya penelitian dan pengembangan, biaya penjualan, dan biaya umum dan administrasi seperti biaya pelatihan karyawan dan biaya perbaikan dan perjalanan. Dechow dan Sloan 1991 menemukan bukti bahwa para CEO di akhir tahun fiscal mengurangi pengeluaran atas biaya riset dan pengembangan untuk menaikkan laba pada jangka pendek. Apabila mengurangi biaya tersebut tanpa memperhatikan kondisi ekonomi normal di periode sekarang akan memungkinkan perusahaan kehilangan kesempatan untuk memperoleh laba yang lebih baik di masa yang akan datang karena kemampuan dalam menghadapi persaingan akan berkurang. Perusahaan harus mengidentifikasi posisi perusahaan pada value chain untuk memahami karakteristik industri dan saingan yang ada. 20 Salah satu alat analisis manajemen biaya yang dapat digunakan untuk memberikan informasi guna membuat keputusan strategis dalam mengahadapi persaingan bisnis adalah analisis value chain . Poster dalam John K. Shank dan Vijay Govindarajan 2000 mengungkapkan bahwa keputusan untuk menentukan strategi kompetitif yang dapat diaplikasikan adalah salah satu dari dua strategi, yaitu 1 strategi biaya rendah a low-cost strategy atau 2 strategi diferensiasi a differentiation strategy . Penekanan strategi biaya rendah atau strategi diferensiasi adalah berbeda. Strategi biaya rendah penekanannya pada harga jual yang lebih rendah dibandingkan dengan kompetitor untuk menarik konsumen atau memberikan nilai yang sama atau lebih baik kepada pelanggan dengan biaya yang lebih rendah dibandingkan pesaing. Melakukan produksi berlebihan, yaitu memproduksi barang lebih besar daripada yang dibutuhkan dengan tujuan mencapai permintaan yang diharapkan sehingga laba dapat meningkat. Konsisten dengan definisi Roychowdhury 2006, Graham et al. 2005 menemukan bahwa a Eksekutif keuangan memberikan perhatian yang besar terhadap target laba seperti zero earnings, laba periode sebelumnya, dan ramalan analis, dan b mereka akan memanipulasi aktivitas riil untuk mencapai target ini, meskipun tindakan manipulasi ini secara potensial mengurangi nilai perusahaan. Tindakan yang dilakukan dalam periode sekarang yang bertujuan untuk 21 meningkatkan laba ini, akan memiliki efek negatif terhadap arus kas pada periode mendatang. Produksi yang melebihi produksi normal menghasilkan kelebihan persediaan yang seharusnya dijual pada periode berikutnya dan mendorong tingginya biaya penyimpanan persediaan perusahaan.

2.4 Kualitas Audit

Dokumen yang terkait

Pengaruh Informasi Laba, Arus Kas, dan Size Perusahaan terhadap Return Saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI

4 98 107

Pengaruh Informasi Arus Kas Terhadap Tingkat Likuiditas Pada Perusahaan Manufaktur Sub Sektor Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

4 106 91

Pengaruh Arus Kas Terhadap Perubahan Dividen, Studi Empiris Pada Perusahaan – Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

4 70 91

LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS PENGARUH MANIPULASI AKTIVITAS RIIL TERHADAP ARUS KAS OPERASI SATU TAHUN KE DEPAN (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Tahun 2009-2012).

1 4 18

PENGARUH REAL EARNING MANAGEMENT TERHADAP ARUS KAS OPERASI PERUSAHAAN DENGAN KUALITAS AUDIT SEBAGAI VARIABEL MODERASI (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI).

0 5 12

PENGARUH REAL EARNING MANAGEMENT TERHADAP ARUS KAS OPERASI PERUSAHAAN DENGAN PENGARUH REAL EARNING MANAGEMENT TERHADAP ARUS KAS OPERASI PERUSAHAAN DENGAN KUALITAS AUDIT SEBAGAI VARIABEL MODERASI (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI).

0 2 14

PENDAHULUAN PENGARUH REAL EARNING MANAGEMENT TERHADAP ARUS KAS OPERASI PERUSAHAAN DENGAN KUALITAS AUDIT SEBAGAI VARIABEL MODERASI (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI).

0 3 7

PENUTUP PENGARUH REAL EARNING MANAGEMENT TERHADAP ARUS KAS OPERASI PERUSAHAAN DENGAN KUALITAS AUDIT SEBAGAI VARIABEL MODERASI (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI).

0 3 20

LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS PENGARUH KUALITAS AUDIT TERHADAP REAL EARNINGS MANAGEMENT PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 6 24

LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL DAN UKURAN PERUSAHAAN SEBAGAI VARIABEL MODERASI TERHADAP TIPE MANAJEMEN LABA EFISIEN ATAU OPORTUNISTIK (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI).

0 2 17